Curriculum Vitae

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita. Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam media cetak, khususnya surat kabar. Tulisan dalam surat kabar dibaca oleh berjuta-juta orang. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan dalam surat kabar atau koran hendaklah bahasa yang baik, yang teratur, atau yang sekurang-kurangnya bahasa yang tidak terlalu rusak. Bahasa koran yang rusak dapat mempengaruhi keindahan bahasa. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud analisis kesalahan berbahasa ? 2. Apa sajakah macam-macam kesalahan berbahasa ? 3. Seperti apakah contoh kesalahan berbahasa ? 1

description

k

Transcript of Curriculum Vitae

Page 1: Curriculum Vitae

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan salah satu ciri yang tidak pernah lepas dari segala

kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.

Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan

manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi,

bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.

Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam media

cetak, khususnya surat kabar. Tulisan dalam surat kabar dibaca oleh berjuta-juta

orang. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan dalam surat kabar atau koran

hendaklah bahasa yang baik, yang teratur, atau yang sekurang-kurangnya bahasa

yang tidak terlalu rusak. Bahasa koran yang rusak dapat mempengaruhi keindahan

bahasa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud analisis kesalahan berbahasa ?

2. Apa sajakah macam-macam kesalahan berbahasa ?

3. Seperti apakah contoh kesalahan berbahasa ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian analisis kesalahan berbahasa.

2. Untuk mengetahui macam-macam kesalahan berbahasa.

3. Untuk mengetahui contoh kesalahan berbahasa.

1

Page 2: Curriculum Vitae

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak

diinginkan, khususnya suatu bentuk yang tidak diinginkan oleh penyusun program

dan guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan

bahwa yang pertama-pertama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan

tentang menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru

bahasa menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.

Corder menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa

adalah pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code). Pelanggaran

terhadap kode ini bukanlah hal yang bersifat fisik semata-mata, melainkan

merupakan tanda akan kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan

terhadap kode.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa di

atas dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah

pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang

menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan

tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan

Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.

B. Analisis Kesalahan Berhabasa

a. Kesalahan Fonetis

Kita sering melihat atau mendengar berbagai kesalahan berbahasa yang

dilakukan pemakai bahasa, baik secara lisan maupun secara tulisan baik oleh

kaum awam, terpelajar maupun kalangan selebriti dan pejabat. Di antara berbagai

kesalahan tersebut adalah kesalahan penulisan dan pelafalan fonem kesalahan atau

kesalahan fonetis. Kesalahan ini terus saja terjadi padahal kesalahan tersebut

sangat memungkinkan terjadinya salah penafsiran terhadap maksud ujaran.

Dengan demikian, kesalahan fonetis mengakibatkan kesalahan makna.

2

Page 3: Curriculum Vitae

Kita sudah maklum bahwa sistem fonem bahasa Indonesia diucapkan

sesuai dengan huruf. Misalnya, fonem /u/ dilambangkan dengan huruf “u”, dan

diucapkan sebagai /u/ seperti pada kata buku, kutu, bambu, dan sebagainya. Tetapi

dalam kenyataan, sering terdapat kesalahan pengucapan fonem-fonem tersebut.

Terutama pada pengucapan dan penulisan fonem /e/, /p/, /k/, /kh/, /f/, /s/, /sy/.

Sekecil apa pun kesalahan tersebut, tergolong pada  kesalahan berbahasa

Indonesia meskipun tidak sampai mengubah makna.

Kesalahan ini terjadi pada pengucapan atau penulisan fonem-fonem.

Kesalahan yang terjadi diakibatkan karena kita terpengaruh oleh bahasa lain,

khususnya bahasa ibu. Mungkin juga akibat kita ingin gaya, ingin bahasa kita

disebut bahasa gaul.

Gejala-gejala kesalahan fonetik yang dimaksud, dapat dirangkum menjadi:

1). Protesis.

Kesalahan ini akibat kita menambahkan sebuah fonem atau lebih pada

awal kata. Ini biasanya Karena kebiasaan kita berbahasa daerah, terutama

fonem /h/.

Contoh:

a).    /alangan/ menjadi /halangan/

b).   /utang/ menjadi /hutang/

c).    /ampas/ menjadi /hampas/

d).   /aku/ menjadi /daku/

2). Epentesis

Terkadang karena kebiasaan juga, kita menambahkan fonem pada tengah

kata. Lidah kita rasanya sulit mengucapkan kata tersebut jika tidak ditambah

fonem baru di tengah.

Contoh:

a).    /gua/ menjadi /guha/goa

b).   /buaya/ menjadi /buhaya/

c).    /tiang/ menjadi /tihang/

d).   /silakan/ menjadi /silahkan/

3

Page 4: Curriculum Vitae

3). Paragog

Kebiasaan kita menambahkan fonem pada akhir kata. Alasannya, sama

seperti epentesis,  atau mungkin karena ingin bahasa yang kita gunakan menjadi

bahasa gaul.

Contoh:

a).    /rapi/ menjadi /rapih/

b).   /musna/ menjadi /musnah/

c).    /mampu/ menjadi /mampuh/

d).   /tidak/ menjadi /tidaks/

4). Aferesis

Ternyata kebiasaan kita membuat kesalahan bukan hanya menambah

fonem melainkan terkadang kita membuang salah satu atau dua fonem pada awal

kata. Kesalahan inilah yang dimaksud aferesis.

Contoh:

a).    /hujan/ menjadi /ujan/

b).   /hitam/ menjadi /item/

c).    /hidup/ menjadi /idup/

d).   /hijau/ menjadi /ijo/

5). Sinkop

Jika aferesis kita buang sebuah fonem pada awal, ada juga fonem di tengah

kata yang kita buang. Gejala inilah yang kita namakan sinkop. Yaitu merubah

sebagian fonem dengan berbagai cara.

Contoh:

a).  /bahu-membahu/ menjadi /bahu-embahu/

b). /matahari/ menjadi /matari/

c).  /pendidikan/ menjadi /pendidi’an/

d). /dahulu/ menjadi /dulu/

6). Apokop

Kita sering juga menghilangkan fonem pada akhir kata. Sehingga terdengar

kentalnya bahasa-bahasa daerah tertentu.

4

Page 5: Curriculum Vitae

Contoh:

a).    /contoh/ menjadi /conto/

b).   /bodoh/ menjadi /bodo/

c).    /jodoh/ menjadi /jodo/

d).   /kompleks (rumit/) menjadi /komplek/

7). Asimilasi

Asimilasi sengaja menjadikan dua fonem yang berbeda dalam satu kata,

kita ganti dengan satu fonem yang sama dengan salah satunya.

Contoh:

a).    /alsalam/ menjadi /asalam/

b).   /benar/ menjadi /bener/

c).    /cepat/ menjadi /cepet/

d).   /segan/ menjadi /segen/

8). Disimilasi

Sering menjadi kesalahan karena pengaruh kebiasaan, ketidaktahuan, atau

karena ingin gaya-gayaan, ingin gaul, menjadikan dua fonem yang sama dalam

satu kata, kita jadikan fonem yang berbeda salah satunya.

Contoh:

a).    /harap/ menjadi /harep/

b).   /pantas/ menjadi /pantes/

c).    /malam/ menjadi /malem/

d).   /massa/ menjadi /masya/

Kesalahan-kesalahan tersebut diakibatkan adanya kesalahan adaptasi,

analogi, dan hiperkorek. Adaptasi adalah penyesuaian pengucapan atau penulisan

kata bahasa Indonesia dengan bahasa ibu atau bahasa daerah. Tetapi dalam

perkembangannya sekarang, sering mengadaptasikan  kata bukan hanya ke dalam

bahasa daerah melainkan juga ke dalam bahasa asing (Inggris) atau sebaliknya.

Kita ambil contoh bahasa ABG, mereka menulis kata sebal menjadi /sebel/.

Saking ingin gaya, sebel mereka adaptasikan dengan bahasa Inggris menjadi

/seble/. Demikian juga kata /happy/ dalam bahasa Inggris, mereka adaptaskan ke

5

Page 6: Curriculum Vitae

dalam bahasa Indonesia menjadi /hepi atau hapy/. Dalam bahasa Indonesia itu

sendiri, kesalahan adaptasi umumnya mengakibatkan asimilasi dan disimilasi.

Analogi merupakan kesalahan akibat pemakai bahasa mengacu atau

mencontoh pada bentukan kata yang sudah ada tanpa mengetahui asal-usul atau

etimologi kata itu sendiri. Kata yang memiliki struktur sama dianggap

pengucapan atau penulisannya sama. Dalam bahasa Indonesia ada kata maksud,

takdir, takwa, saksi, sukses, dan sebagainya. Bunyi /k/ pada kata-kata tersebut

diucapkan jelas. Beranalogi atau mengacu pada kata-kata tersebut maka kita

mengucapkan kata-kata maklum, rakyat, makmur, dengan bunyi /k/ jelas. Padahal

kata-kata tersebut berbeda dengan maksud, takdir, dan sebagainya.

C.    Contoh Analisis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain

sebagai berikut.

Pelafalan  fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/ Kata-kata yang

berakhir fonem /t/ seperti pada kata  tepat,    lafal bakunya adalah /tepat/. Namun

karena faktor pengaruh bahasa daerah  yang tidak mengenal fonem  /t/ pada akhir

kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga  “kadang-kadang” kata-kata tepat

dilafalkan /tepa’/. Kata-kata  lain yang mengalami pelafalan seperti kata tepat

antara lain adalah:

  cepat                dilafalan          /cepa’/              semestinya       /cepat/

  hormat             dilafalan         /horma’           / semestinya     /hormat/   

  dapat               dilafalan          /dapa’/             semestinya       /dapat/

Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/  Kata-kata yang berfonem  /e/ (e =

enam)   seperti pada kata senter,  lafal bakunya adalah /sEnter/ (E=ekor)  Namun,

karena faktor pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata

/sEntErE/,  maka kata senter dilafalkan  /sEntEr/. Kata-kata  lain yang mengalami

kesalahan pelafalan seperti kata senter antara lain adalah:

6

Page 7: Curriculum Vitae

  kalender          dilafalan /kalEndEr/    semestinya /kalEnder/

  meter               dilafalan /mEtEr/         semestinya mEter/

  liter                  dilafalan /litEr/           semestinya /liter/

Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/,  Fonem /e/ pada kata  peka

seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan pelafalan /E/seperti pada kata peka

tersebut biasa kita jumpai dalam proses berkomunikasi situasi resmi, pada kata:

  sukses              dilafalan /sukses/         semestinya /suksEs/

  sugesti             dilafalan /sugesti/         semestinya sugEsti/

  lengah              dilafalan /lengah/           semestinya /lEngah/

Fonem /u/ pada kata juang  seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/. Kesalahan

pelafalan  /u/ seperti pada kata juang  tersebut, biasa kita jumpai dalam proses

komunikasi  situasi resmi,  pada kata:

  lubang             dilafalan          /lobang/          semestinya       /lubang/

  gua                  dilafalan          /goa/               semestinya       /gua/

 Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/  Fonem /i/ pada kata tarikat  seharusnya

dilafalkan /i/ bukan /E/. Kesalahan pelafalan  /i/ pada kata tarikat, biasa kita

jumpai dalam proses komunikasi situasi  resmi, seperti  pada kata:

  hakikat      dilafalkan       /hakEkat/      semestinya         /hakikat/ 

  nasihat      dilafalkan      /nasEhat/       semestinya         /nasihat/

  Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/ Fonem /ai/ pada kata sampait 

seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ . Kesalahan pelafalan  /ai/  pada kata

sampai  tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi  resmi ,

seperti pada kata:

  santai              dilafalan          /santEi/santE/              semestinya      /santai/

  pantai             dilafalan          /pantEi/pantE/            semestinya      /pantai/     

  balai                 dilafalan          /balEi/balE/                 semestinya       /balai/

7

Page 8: Curriculum Vitae

Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata  diubah menjadi /h/ atau /ji/ Kata geologi 

seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/. Kesalahan

pelafalan  /g/  pada kata gelogi  tersebut, biasa kita jumpai dalam proses

komunikasi situasi  resmi, seperti pada kata:

  idiologi            dilafalan          idiolohi/ atau /idioloji/             semestinya       idiologi

  morfologi        dilafalan          morfolohi/ atau /morfoloji       semestinya      

morfologi

  Pelafalan fonem /h/ dihilangkan /  / Fonem /h/ pada kata hilang  

seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak  dihilangkan. Penghilangan pelafalan  /h/ 

seperti pada kata hilang. Contoh lain:

  hijau    dilafalan          /ijau/    semestinya       /hijau/

  pahit    dilafalan          pait/     semestinya       /pahit/  

  tahi      dilafalan          /tai/      semestinya       /tahi/

Penambahan fonem /h/ pada awal atau  akhir kata Pelafalan  kata andal 

seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan  /h/  seperti pada kata andal,

di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses komunikasi

situasi  resmi. Contoh lain:

  silakan             dilafalan          /halangan/       semestinya       /silakan/

  sempurna         dilafalan          /sempurnah/     semestinya       /sempurna/

 Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/ Fonem  /f/  pada  kata  feodal   harusnya

tidak  dilafalkan /p/ . Kesalahan pelafalan  /f/  pada kata feodal. Contoh yang lain:

  aktif                 dilafalan          /aktip/              semestinya       /aktif/

  kreatif               dilafalan         /kreatip/           semestinya       /kreatif/

Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/   Fonem /z/ pada kata izin 

seharusnya tidak  dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan pelafalan  /z/  pada kata izin.

Contoh yang lain:

  zaman              dilafalan          /saman/jaman/ semestinya       /zaman/         

8

Page 9: Curriculum Vitae

  ijazah               dilafalan          /ijasah/ ijajah/  semestinya       /ijazah/

Pelafalan /au/ diganti menjadi /h/ Fonem /kh/ pada kata khawatir   seharusnya

tidak  dilafalkan /h/ tetapi /kh/. Kesalahan pelafalan  /kh/  pada kata khawatir. 

Contoh yang lain:

  khatib              dilafalan          /hatib/             semestinya       /khatib/

  khutbah           dilafalan          /hutbah/           semestinya       /khutbah/

  khusyuk           dilafalan          /husyuk/           emestinya        /khusyu

BAB III

9

Page 10: Curriculum Vitae

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-

bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga

mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan

penggunaan bahasa. Terdiri dari, huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang

ditulis rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap). Fonologi terbadi

dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik.

Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan

bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap

manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran

menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

B. Saran

Demikan makalah ini telah kami paparkan. Semoga dapat bermanfaat bagi

para pembaca, dapat diambil hikmah dari kedua aliran ini dan dapat dijadikan

wawasan baru untuk memfilter kehidupan yang akan datang.

Kami memohon maaf apabila ada kekurangan, salah kata atau ada tulisan

kami yang menyingung hati para pembaca. Karena kami tetap Hamba Allah yang

tak luput dari dosa tapi tak mengurangi semangat kami untuk selalu berintripeksi

diri dan bertaubat kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Curriculum Vitae

Samsuri.1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Supriyadi. 1986. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Karunika.

11