Curriculum Vitae
-
Upload
rocibmushlikhudin -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of Curriculum Vitae
![Page 1: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu ciri yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan
manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi,
bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.
Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam media
cetak, khususnya surat kabar. Tulisan dalam surat kabar dibaca oleh berjuta-juta
orang. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan dalam surat kabar atau koran
hendaklah bahasa yang baik, yang teratur, atau yang sekurang-kurangnya bahasa
yang tidak terlalu rusak. Bahasa koran yang rusak dapat mempengaruhi keindahan
bahasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud analisis kesalahan berbahasa ?
2. Apa sajakah macam-macam kesalahan berbahasa ?
3. Seperti apakah contoh kesalahan berbahasa ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian analisis kesalahan berbahasa.
2. Untuk mengetahui macam-macam kesalahan berbahasa.
3. Untuk mengetahui contoh kesalahan berbahasa.
1
![Page 2: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak
diinginkan, khususnya suatu bentuk yang tidak diinginkan oleh penyusun program
dan guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan
bahwa yang pertama-pertama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan
tentang menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru
bahasa menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Corder menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa
adalah pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code). Pelanggaran
terhadap kode ini bukanlah hal yang bersifat fisik semata-mata, melainkan
merupakan tanda akan kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan
terhadap kode.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa di
atas dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah
pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang
menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan
tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.
B. Analisis Kesalahan Berhabasa
a. Kesalahan Fonetis
Kita sering melihat atau mendengar berbagai kesalahan berbahasa yang
dilakukan pemakai bahasa, baik secara lisan maupun secara tulisan baik oleh
kaum awam, terpelajar maupun kalangan selebriti dan pejabat. Di antara berbagai
kesalahan tersebut adalah kesalahan penulisan dan pelafalan fonem kesalahan atau
kesalahan fonetis. Kesalahan ini terus saja terjadi padahal kesalahan tersebut
sangat memungkinkan terjadinya salah penafsiran terhadap maksud ujaran.
Dengan demikian, kesalahan fonetis mengakibatkan kesalahan makna.
2
![Page 3: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/3.jpg)
Kita sudah maklum bahwa sistem fonem bahasa Indonesia diucapkan
sesuai dengan huruf. Misalnya, fonem /u/ dilambangkan dengan huruf “u”, dan
diucapkan sebagai /u/ seperti pada kata buku, kutu, bambu, dan sebagainya. Tetapi
dalam kenyataan, sering terdapat kesalahan pengucapan fonem-fonem tersebut.
Terutama pada pengucapan dan penulisan fonem /e/, /p/, /k/, /kh/, /f/, /s/, /sy/.
Sekecil apa pun kesalahan tersebut, tergolong pada kesalahan berbahasa
Indonesia meskipun tidak sampai mengubah makna.
Kesalahan ini terjadi pada pengucapan atau penulisan fonem-fonem.
Kesalahan yang terjadi diakibatkan karena kita terpengaruh oleh bahasa lain,
khususnya bahasa ibu. Mungkin juga akibat kita ingin gaya, ingin bahasa kita
disebut bahasa gaul.
Gejala-gejala kesalahan fonetik yang dimaksud, dapat dirangkum menjadi:
1). Protesis.
Kesalahan ini akibat kita menambahkan sebuah fonem atau lebih pada
awal kata. Ini biasanya Karena kebiasaan kita berbahasa daerah, terutama
fonem /h/.
Contoh:
a). /alangan/ menjadi /halangan/
b). /utang/ menjadi /hutang/
c). /ampas/ menjadi /hampas/
d). /aku/ menjadi /daku/
2). Epentesis
Terkadang karena kebiasaan juga, kita menambahkan fonem pada tengah
kata. Lidah kita rasanya sulit mengucapkan kata tersebut jika tidak ditambah
fonem baru di tengah.
Contoh:
a). /gua/ menjadi /guha/goa
b). /buaya/ menjadi /buhaya/
c). /tiang/ menjadi /tihang/
d). /silakan/ menjadi /silahkan/
3
![Page 4: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/4.jpg)
3). Paragog
Kebiasaan kita menambahkan fonem pada akhir kata. Alasannya, sama
seperti epentesis, atau mungkin karena ingin bahasa yang kita gunakan menjadi
bahasa gaul.
Contoh:
a). /rapi/ menjadi /rapih/
b). /musna/ menjadi /musnah/
c). /mampu/ menjadi /mampuh/
d). /tidak/ menjadi /tidaks/
4). Aferesis
Ternyata kebiasaan kita membuat kesalahan bukan hanya menambah
fonem melainkan terkadang kita membuang salah satu atau dua fonem pada awal
kata. Kesalahan inilah yang dimaksud aferesis.
Contoh:
a). /hujan/ menjadi /ujan/
b). /hitam/ menjadi /item/
c). /hidup/ menjadi /idup/
d). /hijau/ menjadi /ijo/
5). Sinkop
Jika aferesis kita buang sebuah fonem pada awal, ada juga fonem di tengah
kata yang kita buang. Gejala inilah yang kita namakan sinkop. Yaitu merubah
sebagian fonem dengan berbagai cara.
Contoh:
a). /bahu-membahu/ menjadi /bahu-embahu/
b). /matahari/ menjadi /matari/
c). /pendidikan/ menjadi /pendidi’an/
d). /dahulu/ menjadi /dulu/
6). Apokop
Kita sering juga menghilangkan fonem pada akhir kata. Sehingga terdengar
kentalnya bahasa-bahasa daerah tertentu.
4
![Page 5: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/5.jpg)
Contoh:
a). /contoh/ menjadi /conto/
b). /bodoh/ menjadi /bodo/
c). /jodoh/ menjadi /jodo/
d). /kompleks (rumit/) menjadi /komplek/
7). Asimilasi
Asimilasi sengaja menjadikan dua fonem yang berbeda dalam satu kata,
kita ganti dengan satu fonem yang sama dengan salah satunya.
Contoh:
a). /alsalam/ menjadi /asalam/
b). /benar/ menjadi /bener/
c). /cepat/ menjadi /cepet/
d). /segan/ menjadi /segen/
8). Disimilasi
Sering menjadi kesalahan karena pengaruh kebiasaan, ketidaktahuan, atau
karena ingin gaya-gayaan, ingin gaul, menjadikan dua fonem yang sama dalam
satu kata, kita jadikan fonem yang berbeda salah satunya.
Contoh:
a). /harap/ menjadi /harep/
b). /pantas/ menjadi /pantes/
c). /malam/ menjadi /malem/
d). /massa/ menjadi /masya/
Kesalahan-kesalahan tersebut diakibatkan adanya kesalahan adaptasi,
analogi, dan hiperkorek. Adaptasi adalah penyesuaian pengucapan atau penulisan
kata bahasa Indonesia dengan bahasa ibu atau bahasa daerah. Tetapi dalam
perkembangannya sekarang, sering mengadaptasikan kata bukan hanya ke dalam
bahasa daerah melainkan juga ke dalam bahasa asing (Inggris) atau sebaliknya.
Kita ambil contoh bahasa ABG, mereka menulis kata sebal menjadi /sebel/.
Saking ingin gaya, sebel mereka adaptasikan dengan bahasa Inggris menjadi
/seble/. Demikian juga kata /happy/ dalam bahasa Inggris, mereka adaptaskan ke
5
![Page 6: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/6.jpg)
dalam bahasa Indonesia menjadi /hepi atau hapy/. Dalam bahasa Indonesia itu
sendiri, kesalahan adaptasi umumnya mengakibatkan asimilasi dan disimilasi.
Analogi merupakan kesalahan akibat pemakai bahasa mengacu atau
mencontoh pada bentukan kata yang sudah ada tanpa mengetahui asal-usul atau
etimologi kata itu sendiri. Kata yang memiliki struktur sama dianggap
pengucapan atau penulisannya sama. Dalam bahasa Indonesia ada kata maksud,
takdir, takwa, saksi, sukses, dan sebagainya. Bunyi /k/ pada kata-kata tersebut
diucapkan jelas. Beranalogi atau mengacu pada kata-kata tersebut maka kita
mengucapkan kata-kata maklum, rakyat, makmur, dengan bunyi /k/ jelas. Padahal
kata-kata tersebut berbeda dengan maksud, takdir, dan sebagainya.
C. Contoh Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain
sebagai berikut.
Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/ Kata-kata yang
berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya adalah /tepat/. Namun
karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /t/ pada akhir
kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-kata tepat
dilafalkan /tepa’/. Kata-kata lain yang mengalami pelafalan seperti kata tepat
antara lain adalah:
cepat dilafalan /cepa’/ semestinya /cepat/
hormat dilafalan /horma’ / semestinya /hormat/
dapat dilafalan /dapa’/ semestinya /dapat/
Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/ Kata-kata yang berfonem /e/ (e =
enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya adalah /sEnter/ (E=ekor) Namun,
karena faktor pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata
/sEntErE/, maka kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain yang mengalami
kesalahan pelafalan seperti kata senter antara lain adalah:
6
![Page 7: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/7.jpg)
kalender dilafalan /kalEndEr/ semestinya /kalEnder/
meter dilafalan /mEtEr/ semestinya mEter/
liter dilafalan /litEr/ semestinya /liter/
Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/, Fonem /e/ pada kata peka
seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan pelafalan /E/seperti pada kata peka
tersebut biasa kita jumpai dalam proses berkomunikasi situasi resmi, pada kata:
sukses dilafalan /sukses/ semestinya /suksEs/
sugesti dilafalan /sugesti/ semestinya sugEsti/
lengah dilafalan /lengah/ semestinya /lEngah/
Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/. Kesalahan
pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi, pada kata:
lubang dilafalan /lobang/ semestinya /lubang/
gua dilafalan /goa/ semestinya /gua/
Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/ Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya
dilafalkan /i/ bukan /E/. Kesalahan pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita
jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:
hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya /hakikat/
nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya /nasihat/
Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/ Fonem /ai/ pada kata sampait
seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ . Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata
sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi ,
seperti pada kata:
santai dilafalan /santEi/santE/ semestinya /santai/
pantai dilafalan /pantEi/pantE/ semestinya /pantai/
balai dilafalan /balEi/balE/ semestinya /balai/
7
![Page 8: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/8.jpg)
Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/ Kata geologi
seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/. Kesalahan
pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:
idiologi dilafalan idiolohi/ atau /idioloji/ semestinya idiologi
morfologi dilafalan morfolohi/ atau /morfoloji semestinya
morfologi
Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / / Fonem /h/ pada kata hilang
seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan. Penghilangan pelafalan /h/
seperti pada kata hilang. Contoh lain:
hijau dilafalan /ijau/ semestinya /hijau/
pahit dilafalan pait/ semestinya /pahit/
tahi dilafalan /tai/ semestinya /tahi/
Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata Pelafalan kata andal
seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/ seperti pada kata andal,
di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses komunikasi
situasi resmi. Contoh lain:
silakan dilafalan /halangan/ semestinya /silakan/
sempurna dilafalan /sempurnah/ semestinya /sempurna/
Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/ Fonem /f/ pada kata feodal harusnya
tidak dilafalkan /p/ . Kesalahan pelafalan /f/ pada kata feodal. Contoh yang lain:
aktif dilafalan /aktip/ semestinya /aktif/
kreatif dilafalan /kreatip/ semestinya /kreatif/
Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/ Fonem /z/ pada kata izin
seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan pelafalan /z/ pada kata izin.
Contoh yang lain:
zaman dilafalan /saman/jaman/ semestinya /zaman/
8
![Page 9: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/9.jpg)
ijazah dilafalan /ijasah/ ijajah/ semestinya /ijazah/
Pelafalan /au/ diganti menjadi /h/ Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya
tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/. Kesalahan pelafalan /kh/ pada kata khawatir.
Contoh yang lain:
khatib dilafalan /hatib/ semestinya /khatib/
khutbah dilafalan /hutbah/ semestinya /khutbah/
khusyuk dilafalan /husyuk/ emestinya /khusyu
BAB III
9
![Page 10: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/10.jpg)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-
bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa. Terdiri dari, huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang
ditulis rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap). Fonologi terbadi
dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik.
Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan
bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap
manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran
menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
B. Saran
Demikan makalah ini telah kami paparkan. Semoga dapat bermanfaat bagi
para pembaca, dapat diambil hikmah dari kedua aliran ini dan dapat dijadikan
wawasan baru untuk memfilter kehidupan yang akan datang.
Kami memohon maaf apabila ada kekurangan, salah kata atau ada tulisan
kami yang menyingung hati para pembaca. Karena kami tetap Hamba Allah yang
tak luput dari dosa tapi tak mengurangi semangat kami untuk selalu berintripeksi
diri dan bertaubat kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
10
![Page 11: Curriculum Vitae](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080901/55cf8f90550346703b9d8873/html5/thumbnails/11.jpg)
Samsuri.1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Supriyadi. 1986. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Karunika.
11