CSS - IUFD
description
Transcript of CSS - IUFD
CLINICAL SCIENCE SESSIONINRAUTERINE FETAL DEATH
Disusun oleh :Rian Nandika 12100114035Raina Cerelia 12100114078Nadzir Z Al-Askar 12100114092Ina Ratna 12100114106
Preceptor :Dr. Neilvy Ratnadewi, Sp.OG
P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAHBANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini yang
dibuat dalam rangka memenuhi laporan clinical science session SMF Ob Gyn RS
Muhammadiyah Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan pengetahuan penulis,
penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Keberhasilan dalam penyusunan laporan kasus ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, pengarahan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan
hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Neilvy Ratnadewi, dr.
Sp.OG selaku preseptor yang telah membimbing kami selama ini.
Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan
maaf kepada semua pihak apabila selama penulisan laporan kasus ini, penulis
banyak melakukan sesuatu hal yang tidak berkenan. Penulis berharap karya tulis
ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamuallaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Bandung, Februari 2015
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO dan The American College of Obstetricans and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam Rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam Rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin,gawat janin atau infeksi.
Menurut data WHO (2011) jumlah kematian janin dalam kandungan di
dunia mencapai 12 per 1.000 kelahiran hidup. Wilayah Asia Tenggara angka
kematian janin dalam kandungan mencapai 22 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun
2011 di Indonesia kejadian kematian janin dalam kandungan tercatat 15 per 1.000
kelahiran hidup.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut WHO dan The American College of Obstetricans and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam Rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam Rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin,gawat janin atau infeksi.5
2.2 Epidemiologi
Menurut data WHO (2011) jumlah kematian janin dalam kandungan di
dunia mencapai 12 per 1.000 kelahiran hidup. Wilayah Asia Tenggara angka
kematian janin dalam kandungan mencapai 22 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun
2011 di Indonesia kejadian kematian janin dalam kandungan tercatat 15 per 1.000
kelahiran hidup.5
2.3 Faktor Risiko4
-Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari
organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau
kejiwaan seorang ibu.
-Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa,
oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali
4
kunjungan selama periode antenatal. Pemeriksaan antenatal yang baik
minimal 4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian
janin dalam kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan dalam Rahim
-Infeksi
Organisme penyebab infeksi menembus plasenta dan menginfeksi janin.
-Ketuban Pecah Dini
menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam
rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
-Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi
dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya,
yaitu sebanyak berat zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap
hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan (
-Solusio Plasenta
hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Sehingga
aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian
janin
-Preeklampsia-Eklampsia
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen
jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan
5
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin
2.4 Klasifikasi4
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin
dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu:
1. Golongan I: Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
2. Golongan II: Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
3. Golongan III: Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late fetal
death)
4. Golongan IV: Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas.
2.5 Patogenesis & Patofisiologi
2.5.1 Penyebab dari Fetus
Diketahui keabnormalan pada kasus kematian bayi dalam Rahim adalah 25
– 40% dan menurut Faye-Petersen dkk (1999) menyatakan disebabkan oleh
kelainan structural. Neural-tube defects, hydrops, isolated hydrocephalus, and
complex congenital heart adalah yang paling sering.1
2.5.2 Penyebab dari Plasenta
Menurut Frett dan Usher (1999) sekitar 15 – 25% kematian betus
disebabkan oleh masalah plasenta, membran serta talinya. Abrupsio plasenta
adalah penyebab utama yang paling umum (14%). Infark plasenta terlihat akibat
6
degenerasi trofoblastik fibrionid, kalsifikasi dan infark iskemik yang berasal dari
oklusi arteri spiral.1
2.5.3 Penyebab dari Ibu
Hipertensi dan diabetes mellitus adalah dua penyakit yang paling umum
yang terjadi pada ibu hamil dan memiliki kontribusi 5 – 8% terhadap kejadian
kematian bayi dalam rahim. Mungkin juga berhubungan dengan hal diatas, wanita
dengan berat badan berlebih dan wanita obesitas juga memiliki risiko meningkat
kematian bayi dalam rahim.1
2.6 Tanda & Gejala6
Bunyi jantung tidak terdengar lagi
Gerakan janin berhenti
Fundus uteri turun
Perut tidak membesar tapi mengecil
Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
2.7 Diagnosis Banding
Intrauterine Growth Restriction
Fetal Distress
Intrauterine Fetal Death
7
2.8 Diagnosis5
Anamnesis:
Ibu tidak merasakan gerakan janin
Ibu merasakan perutnya bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti
biasanya.
Ibu merasa perutnya menjadi keras
Pemeriksaan fisik:
a.Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin
Terhentinya perubahan pada payudara
Berat badan ibu menurun
b.Palpasi
Tidak teraba gerakan-gerakan janin
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari usia kehamilan
c.Auskultasi
Tidak terdengar denyut jantung janin
8
Pemeriksaan penunjang:
USG
Tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan.
Gerak anak tidak ada
Denyut jantung anak tidak ada
Radiologi:
Setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang
tindih, tulang belakang hiperrefleksi, edema sekitar tulang kepala, tampak
gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan Hcg urin menjadi
negative setelah beberapa hari kematian janin.
2.9 Patologi
Janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-perubahan
sebagai berikut:6
1.Rigor mortis
Berlangsung 2,5 jam setelah mati,kemudian lemas kembali.
2.Stadium macerasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit.Lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih
tapi kemudian menjadi merah.Berlangsung 48 jam setelah anak mati.
9
3.Stadium macerasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air tuban menjadi merah coklat.Terjadi
48 jam setelah anak mati.
4.Stadium macerasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.Badan janin sangat lemas,
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar. Edema dibawah kulit
2.10 Management & Treatment
Cara terbaik ketika terjadi kasus kematian bayi dalam rahim adalah
dilakukannya evakuasi dari bayi tersebut. Dalam pemilihan caranya diserahkan
pada keluarga. Dapat melalui jalan operasi atau dilakukannya terminasi
kehamilan.2
Terminasi kehamilan:
Dilakukan tindakan pre induksi yaitu pembukaan serviks dengan cara
pemasangan laminaria.
Dilakukan tindakan induki persalinan dengan pemberian
o Wanita dengan usia < 28 minggu: prostaglandin E2 vaginal
suppositoria (10 – 20 mg q4-6h), misoprostol vaginal atau per oral
(400 mcg q4-6h) dan/atau oksitosin.
o Efikasi tertinggi: mifepristone 200 mg per oral, misoprostol 400
mcg setiap 4 – 6 jam per oral atau vaginal.
Evakuasi bayi.
10
2.11 Komplikasi
Ketika fetus yang telah mati berada dalam rahim selama 3 – 4 minggu, level
fibrinogen akan menurun, mengarah kepada koagulopati, namun, hal ini jarang
terjadi karena diagnosis yang cepat serta induksi.2
11
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Williams Obstetrics and Gynecologics 23rd Edition. Mc-Graw Hill
Company 2010.
2. Danforth’s Obstetric and Gynecology 10th Edition. California. Lippincott
Williams & Wilkins. 2008.
3. Medscape. Evaluation of Fetal Death. Michele P Hugin MD
4. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 cetakan ke 7. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2005
5. Sastrawinata, R. S, Kematian Janin, Obstetri Patologi. 1981. Bandung :
Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.
6. Krisnadi R.S., Mose J.C., Effendi J.S., Kematian Janin, Padoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS DR. Hasan Sadikin.
2005. Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung.
12