CSR - PPP Irsyad M R.docx

download CSR - PPP Irsyad M R.docx

of 7

Transcript of CSR - PPP Irsyad M R.docx

KEMITRAAN PUBLIK-PRIVAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAHDI TPA TAMANGAPA KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh : Irsyad Muhammad RifaieNIM. D1091131010

Program Studi Perencananaan Wilayah dan KotaFakultas TeknikUniversitas Tanjungpura Pontianak20151.1. Latar BelakangPengelolaan sampah di TPA perlu ditangani dengan baik karena dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan. Sampah kota yang tidak dikelola dengan baik dan hanya membuang sampah tanpa penanganan khusus mengakibatkan munculnya gas hasil dekomposisi anaerobik sampah-sampah yang menyebabkan pencemaran udara. Salah satu fenomena penting bahwa keberadaan sampah di TPA juga memberikan kontribusi penting dalam pencemaran lingkungan adalah dihasilkannya lindi (leachate) dan gas methana. Pencemaran ini berpotensi muncul dari penengelolaan system terbuka atau open dumping umumnya memberikan permasalahan pada lingkungan khususnya lingkungan sekitar lokasi TPA seperti pertumbuhan vektor penyakit, pencemaran udara, pandangan dan bau tak sedap, asap pembakaran, pandangan dan bau tak sedap, pencemaran lindi, kebisingan dan dampak sosial (Damanhuri, 2010). Pelaksanaan pengelolaan persampahan sangat dipengaruhi komponen-komponen yang mendukung yaitu aspek teknis, kelembagaan, hukum atau peraturan, pembiayaan maupun peran serta masyarakat (Kodoatie, 2003)1.2. Tinjauan LiteraturKonsep kerjasama pemerintah dan swasta memiliki dimensi yang cukup luas, sehingga berbagai institusi mendefinisikan dengan cara yang berbeda. Meskipun demikian, esensi Public Private Partnership terletak pada kerjasama penyediaan hingga pengoperasian infrastruktur publik yang melibatkan pihak pemerintah dan swasta. Bank Dunia (2012) misalnya, memberikan definisi Public Private Partnership (PPP) sebagai suatu kontrak jangka panjang antara pihak pemerintah dan swasta untuk menyediakan barang dan layanan publik, dimana pihak swasta menanggung resiko secara signifikan dan bertanggungjawab dalam pengelolaan proyek kerjasama. Dalam kaitannya dengan pihak swasta, konsep kerjasama memiliki beberapa bentuk yang seringkali digunakan secara bergantian sebagai konsep Public Private Partnership. Asian Development Bank (2013) menyebutkan, terdapat 2 (dua) istilah lain untuk menjelaskan konsep kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta, yaitu partisipasi sektor swasta (private sector paricipation) dan privitasisasi, dimana kedua istilah ini dalam implementasinya memiliki ciri yang berbeda dengan public private partnership.Sebuah kerangka kerjasama yang kuat dalam Public Private Partnership yakni mencakup aspek pembagian tugas, kewajiban dan resiko antara pihak pemerintah dan swasta secara optimal. Pihak pemerintah dalam konsep PPP bisa merupakan sebuah kementerian, departemen, kabupaten/kota atau badan usaha milik negara. Sedangkan pihak swasta dapat bersifat lokal atau internasional dari kalangan bisnis dan investor yang memiliki keahlian teknis dan keuangan yang relevan dengan proyek, dan bahkan dalam konteks yang lebih luas pihak swasta dalam hal ini dapat termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi berbasis masyarakat yang mewakili pemangku kepentingan secara langsung terhadap kegiatan pembangunan.Istilah partisipasi sektor swasta (private sector participation) sering digunakan secara bergantian dengan PPP, namun kerjasama dalam PSP lebih menekankan pengalihan kewajiban kepada sektor swasta daripada kesempatan untuk melakukan kemitraan. Sedangkan privatisasi merupakan pelepasan kepemilikan pemerintah melalui penjualan saham, aset dan jasa operasi yang dimiliki sektor publik. Biasanya, ketika privatisasi terjadi diikuti dengan pengaturan sektor tertentu untuk menangani masalah sosial dan kebijakan yang terkait dengan penjualan, serta kelanjutan pengoperasian aset yang digunakan untuk pelayanan publik.Jadi istilah kerjasama pemerintah dan swasta (public private partnership) memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu (partnership, 2011) :1. Adanya pembagian risiko antara pemerintah dan swasta dengan memberi pengelolaan jenis risiko kepada pihak yang dapat mengelolanya;2. Pembagian risiko ini ditetapkan dengan kontrak di antara pihak dimana pihak swasta diikat untuk menyediakan layanan dan pengelolaannya atau kombinasi keduanya ;3. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek (revenue) yang dibayar oleh pengguna (user charge);4. Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada pemerintah, untuk itu bila swasta tidak dapat memenuhi pelayanan (sesuai kontrak), pemerintah dapat mengambil alih.

1.3. Studi KasusDalam Memorandum Of Agreement No : 660/032/S.Perja/DPLHK; No. MOA/05/XII.17/GKI/2007 Pemerintah Kota Makassar dengan PT.Gikoko Kogyo Indonesia sepakat mengadakan kontrak atau perjanjiaan kerjasama untuk meningkatkan pengelolaan persampahan Kota Makassar. melalui implementasi proyek Clean Development Mechanism (CDM) melalui pembakaran LFG dalam rangka mengurangi efek gas rumah kaca, melestarikan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan dan membantu usaha peningkatan kesejahtraan masyarakat pemulung di TPA Tamangapa dan penduduk sekitarnya sebagai usaha pemberdayaan masyarakat, serta perbaikan kondisi lingkungan.

Dalam proses komunikasi dan konsultasi publik yang dilakukan pihak ERM bank dunia bersama dengan warga sekitar TPA, memunculkan keluhan dan harapan warga terhadap proyek LFG, warga complain kepada pemerintah tentang bau, ceceran sampah dari TPA dan truk pengangkut sampah serta kekuatiran menurunnya harga tanah akibat pencemaran lingkungan sehingga warga mengharapkan adanya penanganan dampak lingkungan. Selain itu warga juga berharap proyek ini mampu meningkatkan kesejatraan hidup, peluang usaha, peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan bagi anak pemulung dan juga prioritas pekerjaan bagi warga sekitar TPA. Disamping itu pemerintah kota juga mengharapkan proyek LFG dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan menekan pencemaran dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat kota Makassar (ERM Bank Dunia, 2007) Dengan melihat fenomena dan kondisi empiris diatas menarik untuk mengkaji kemitraan antara pemerintah kota Makassar dengan PT. Gikoko Kogyo Indonesia dengan melihat pelaksanaan kemitraan maka akan diketahui output kemitraan ini yang dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan kondisi lingkungan dan memberikan gambaran outcome dari kemitraan ini sehingga manfaat kemitraan bagi masyarakat sekitar TPA dapat tergambar melalui pelaksanaan kemitraan. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan kemitraan Pemerintah Kota Makassar dengan PT. Gikoko Kogyo Indonesia dalam mengatasi masalah persampahan dan manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar TPA Tamangapa.

1.4. Telaah KritisPelaksanaan kemitraan yang dilakukan hanya terfokus pada proyek LFG, sementara pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dan pengembangan menajemen persampahan yang tertuang dalam MOA belum terlaksana karena terkendala royalti dari pembayaran CER. Kemudian pengelolaan sampah ramah lingkungan tidak dapat dikelola dalam kemitraan ini. Hal tersebut menyebabkan masalah-masalah persampahan seperti bau tak sedap yang muncul dari truk pengangkut sampah terbuka, ceceran sampah, lalat dan masalah air limbah belum mampu teratasi secara menyeluruh.Dalam warta berita Washington Outside (2009), terdapat beberapa kritik mengenai kerjasama pemerintah-swasta. Dalam berita tersebut, Prof. Jeffrey Sachs mengatakan bahwa terdapat kemungkinan permainan sistem oleh bank dengan menjual aset berharga yang penting dalam sebuah kerjasama sebuah bank atau sekutu yang telah memasuki lembaga pemerintahan. Namun, dalam kerjasama tersebut, ketika aset berharga tersebut terbukti sangat berharga, maka pemerintahan menerima kerugian yang lebih banyak daripada bank, bahkan pihak bank lebih beruntung dengan menerima sedikit kerugian dan mendapat pemasukan. Dengan demikian, pemerintah tidak berhemat melainkan malah merugi.

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie J. Robert. (2003), Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Environmental Resources Management. (2007). Laporan uji tuntas sosial proyek LFG TPA Makassar, Bank Dunia

Istianto, Bambang.(2011), Privatisasi dalam model Public Private Partnership, Mitra wacana media, Jakarta.