Critical success factors for quality

10
BAB 15 FAKTOR-FAKTOR KESUKSESAN BAGI JAMINAN KUALITAS DALAM ORGANISASI PERAWATAN KESEHATAN (Critical Success Factors for Quality Assurance in Healthcare Organizations) 1. Pendahuluan Di beberapa tahun ini dalam layanan kesehatan, kebutuhan telah menekankan untuk menggunakan alat manajemen yang meyoroti peran utama professional dan yang mendukung implementasi kepemimpinan klinis berdasarkan pada otonomi lebih besar dan pembuatan keputusan dalam manajemen. Ada banyak pendekatan konsep dalam bidang manajemen klinis: realisasinya dalam ruang organisasi yang ditentukan (Unit Kliis); sinergi dengan alat manajemen seperti pendekatan proses atau klinis dan definisi kompetensi; penggunaan pedoman klinis atau penggunaan bukti ilmiah sebagai jaminan keefektifan klinis; hubungan antara professional dan pasien dimana model yang lebih proaktif mendukung gunanya bantuan keputusan pasien yang mendorong partisipasi dalam pembuatan keputusan bersama, dimana dimensi-dimensi inti kualitas perawatan kesehatan seperti keberlanjutan dan keamanan dijamin.Manajemen klinis dapat didefinisikan sebagai kemampuan professional kesehatan untuk mengatur sumber daya yang mereka gunakan dalam praktek klinis secara efisien dan efektif (Torres-Olivera& Reyes-Alcazar, 2011). 2. Critical Success Factors Critical Success Factors(CSF) adalah fitur khusus lingkungan internal atau eksternal yang penting bagi hal tersebut untuk mencapai tujuan. Faktor itu sangat kritis jika pemenuhannya penting untuk mencapai tujuan-tujuan ini, sehingga membutuhkan tindakan dari sector-sektor yang termasuk di dalamnya. Faktor kesuksesan kritis yang dapat menentukan perkembangan manajemen klinis yang sesuai dapat dirangkum sebagai berikut:

Transcript of Critical success factors for quality

Page 1: Critical success factors for quality

BAB 15

FAKTOR-FAKTOR KESUKSESAN BAGI JAMINAN KUALITAS DALAM ORGANISASI

PERAWATAN KESEHATAN

(Critical Success Factors for Quality Assurance in Healthcare Organizations)

1. Pendahuluan

Di beberapa tahun ini dalam layanan kesehatan, kebutuhan telah menekankan

untuk menggunakan alat manajemen yang meyoroti peran utama professional dan yang

mendukung implementasi kepemimpinan klinis berdasarkan pada otonomi lebih besar

dan pembuatan keputusan dalam manajemen. Ada banyak pendekatan konsep dalam

bidang manajemen klinis: realisasinya dalam ruang organisasi yang ditentukan (Unit

Kliis); sinergi dengan alat manajemen seperti pendekatan proses atau klinis dan definisi

kompetensi; penggunaan pedoman klinis atau penggunaan bukti ilmiah sebagai jaminan

keefektifan klinis; hubungan antara professional dan pasien dimana model yang lebih

proaktif mendukung gunanya bantuan keputusan pasien yang mendorong partisipasi

dalam pembuatan keputusan bersama, dimana dimensi-dimensi inti kualitas perawatan

kesehatan seperti keberlanjutan dan keamanan dijamin.Manajemen klinis dapat

didefinisikan sebagai kemampuan professional kesehatan untuk mengatur sumber daya

yang mereka gunakan dalam praktek klinis secara efisien dan efektif (Torres-Olivera&

Reyes-Alcazar, 2011).

2. Critical Success Factors

Critical Success Factors(CSF) adalah fitur khusus lingkungan internal atau eksternal

yang penting bagi hal tersebut untuk mencapai tujuan. Faktor itu sangat kritis jika

pemenuhannya penting untuk mencapai tujuan-tujuan ini, sehingga membutuhkan

tindakan dari sector-sektor yang termasuk di dalamnya. Faktor kesuksesan kritis yang

dapat menentukan perkembangan manajemen klinis yang sesuai dapat dirangkum

sebagai berikut:

Page 2: Critical success factors for quality

2.1 Perawatan yang berpusat pada pasien.

Fokus perawatan kesehatan adalah warga Negara, sehingga pendekatan

terhadap intervensi harus didasarkan pada kebutuhan dan harapan mereka. Untuk

mencapai ini, kebutuhan dan harapan ini harus dicari dan dipahami.

Saat ini, pengaturan klinis lebih terbuka. Kepercayaan tradisional organisasi jasa

mengenai perubahan dalam lingkungan mereka tidak dapat diterapkan pada layanan

kesehatan yang diilhami dengan kepentingan diri teknis, penjagaan proses informasi dan

komunikasi satu sisi. Dari pandangan manajemen klinis, model perawatan yang

berpusat pada pasien membawa elemen-elemen tertentu mengenai tanggung jawab

bagi pasien. Elemen-elemen tersebut memutuskan dengan sempurna perubahan arah

yang harus diambil unit klinis atau departemen klinis untuk mengembangkan rencana

manajemen klinis, yang pada dasarnya meliputi:

Mengetahui pengguna dan pengguna potensial layanan kesehatan.

Mengetahui tingkat kepuasan antar pasien yang telah menggunakan unit klinis

atau departemen klinis dan menggunakan informasi ini untuk mendeteksi area

peningkatan dan pengembangan.

Dengan memberikan informasi yang cukup dan akurat, mempromosikan

kesempatan partisipasi dan pembuatan keputusan bersama, dan dengan sesuai

menangani prosedur bagi bantuan persetujuan yang diinformasikan dan bantuan

keputusan pasien.

Kelemahan, untuk menbawa hasil unit atau departemen klinis terhadap

perhatian masyarakat, channel komunikasi terbuka yang mendukung transmisi

informasi danpengetahuan, dan mendorong partisipasi melalui jaringan social,

forum pasien, dll.

2.2. Kepemimpinan

Page 3: Critical success factors for quality

Kepemimpinan klinis terpusat pada strategi manajemen klinis. Pentingnya peran

yang dimainkan dengan kepemimpinan klisnis dikenali oleh agensi pemerintah

yang bertanggung jawab untuk memastikan kualitas perawatan. Joint Comission

berbicara mengenai “kepemimpinan efektif” yang menentukan kelebihan dan

konsistensi kinerja di area-area seperti perencanaan, manajemen, koordinasi,

ketentuan dan peningkatan layanan kesehatan (Joint Comission Resources, 2009).

Akan tetapi, kepemimpinan ini bukanlah factor isolasi dan membutuhkan

dukungan lain. Kedua aspek pemberdayaan, structural dan psikologis, memberikan

kepemimpinan dengan alat kinerja yang meningkatkan pekerjaan individu dan

konteks kerja dimana mereka berada.

Sehingga, para pemimpin professional harus didorong dalam semua aspek,

sehingga membuatkan para stakeholder para dokter dengan tujuan-tujuan

organisasi, memperjuangkan komitmen bagi mereka dan menyediakan

kemepimpinan efektif dengan alat dari struktur manajemen. Proses ini melibatkan

kebutuhan menentukan peta kompetensi, sikap dan/atau pengetahuan dan

kemampuan, professional perawatan kesehatan harus bergabung.

Alat bagi Manajemen Rencana Perkembangan Individu telah didisain dan

diimplementasikan yang membiarkan perbedaan kompetensi dikenal antar

professional unit klinis. Interaksi dengan manajer pusat perawatan kesehatan lain

dan struktur politik system perawatan kesehatan ditekankan sebagai salah satu

atribut inti yang menentukan kepemimpinan klinis, menurut Christian dan Norman

(1998).

Dalam topic ini, harus diingat bahwa Observatorium untuk Kualitas Pelatihan

Kesehatan-Spanyol, dengan menggunakan alat bagi Manajemen Rencana

Pengembangan Individual, telah menentukan peta kompetensi manajer atau

direktur Unit Klinis Sistem Kesehatan Masyarakat Andalusian. Peta ini berisi 26

praktek spesifik dan 106 syarat dengan tingkat pencapaian berbeda (dari penting ke

strategis) dalam 12 kompetensi kunci: (1) Sikap pembelajaran dan peningkatan

Page 4: Critical success factors for quality

berkelanjutan (2) kapasitas Ilmiah dan klinis, (3) Kapasitas pembuatan keputusan,

(4) komunikasi, (5) Manajemen dan Perencanaan, (6) Promosi pengembangan

professional, (7) Manajemen Kualitas keamanan klinis, (8) Manajemen Sumber daya

efisien, (9) Inovasi dan Kepemimpinan, (10) Promosi penelitian dan pengajaran,

(11) Pedoman bagi warga Negara, (12) Hasil-orientasi.

2.3. Kerja Tim

Kepentingan dan keefektifan dalam proses perawatan kesehatan telah dipelajari

secara luas dalam decade terakhir. Dalam pandangan penulis bab ini, kerja tim akan

memainkan peran penting dalam keefektifan hasil yang diperoleh dalam praktek

klinis. Dengan kata lain, kapasitas professional kesehatan dalam unit klinis khusus

untuk mengintegrasi akan secara langsung dikaitkan dengan keefektifan klinis

mereka dan kemampuan pembuatan keputusan. Kerja tim mendorong rasa

kepemilikan dan perbedaan sebagai elemen memotivasi.

2.4. Otonomi dan Tanggung Jawab

Kemampuan untuk membuat keputusan mengenai sumber daya dalam praktek

klinis adalah konsep utama manajemen klinis. Permintaan otonomi dan tanggung

jawab bagi unit klinis brakar dari keuntungan yang telah secara empiris

didemonstrasikan dalam bidang professional (Schulz dkk. 1991, Akre dkk. 1997,

Kapur dkk. 1999). Focus utama analisis ini telah mengenai kemampuan professional

dan unit klinis untuk menentukan atau membentuk strategi klinis mereka sendiri

dan pengujian kinerja mereka sendiri.

Ada tradisi manajer yang mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada

professional perawatan kesehatan, walaupun ini keputusan klinis yang memiliki

lebih banyak pengaruh langsung pada konsumsi sumber daya. Sehingga, penting

menggabungkan gaya manajemen baru dimana peran utama manajer adalah

Page 5: Critical success factors for quality

memfasilitasi proses perawatan kesehatan dan mendukung operasi unit klinis.

Dilain pihak, professional harus diperkenalkan dan dilatih dalam berbagai berbagai

kompetensi yang mendukung partisipasi mereka dan keterlibatan mereka dalam

pembuatan keputusan pada penggunaan sumber daya.

2.5. Perhatian dari Pandangan Proses Terpadu

Dalam masyarakat informasi saat ini, warga Negara memainkan peran utama

bahwa harapan mereka berdampak pada mode tindakan organisasi pemberian layanan.

Kemungkinan menerima perawatan kesehatan komprehensif dan berkelanjutan

menghadapi sejumlah kesulitan, sangat disebabkan oleh bagaimana layanan kesehatan

diatur.

Segmentasi departemental mungkin seharusnya lebih pada minat para manajer

dan professional dari pada kebutuha para pengguna. Dilain pihak, jika harapan warga

Negara mengenai apa yang mereka minta dari organisasi perawatan kesehatan,

khususnya jika mereka masyarakat umum, diteliti secara mendalam, ini dilihat bahwa

mereka mengekspresikan keinginan perawatan kualitas lebih tinggi dalam hal akses,

keefektifan, keamanan dan informasi.

Pendekatan terintegrasi terhadap proses perawatan ini harus mengejar tujuan

berikut: (1) memastikan keberlanjutan perawatan melalui visi perawatan kesehatan

berkelanjutan dan visi bersama. (2) mengadaptasi struktur fungsional layanan terhadap

kebutuhan dan permintaan warga Negara, (3) menghubungkan usaha professional bagi

tujuan akhir, hasil pasien, tanggung jawab bersama, (4) menempatkan Sumber daya

(biaya) di tempat yang tepat (keuntungan lebih besar).

Manajemen proses diatur melalui sejumlah elemen kunci, seperti: (1)

pendekatan berpusta pada pengguna, (2) keterlibatan lebih besar mengenai

professional perawatan kesehatan, (3) dukungan dari bukti ilmiah terbaik yang tersedia,

dan (4) penggunaan system informasi terpadu. Manajemen proses berusaha untuk

memastikan keberlanjutan perawatan di sepanjang waktu dan diharapkan mencari

Page 6: Critical success factors for quality

layanan khas dan terkoordinasi, menghindari fragmentasi perawatan pada tingkat ganda

(Consejería de Salud - Regional Ministry of Health, 2001).

Manajemen proses terintegrasi merupakan pendekatan terhadap perawatan

kesehatan yang mengkoordinasi sumber daya lintas system kesehatan (Fernández,

2003). Proses yang memetakan unit klinis atau departemen klinis akan menentukan

portfolio layanan dan karakteristik kualitasnya, dan juga membentuk roadmap bagi

pasien dalam pengaturan perawatan kesehatan dan membentuk kompetensi yang harus

dikembangkan oleh para professional (Mora Martínez, 2002).

2.6. Kompetensi Profesional

Istilah competence atau kompetensi dalam pengertian ini berdasarkan David

McClelland, seorang psikolog di Universitas Harvard, ahli dalam teori motivasi, yang

menerbitkan artikel di tahun 1973 yang menyebabkan perubahan radikal saat itu. Dari

perspektif ini, penentuan kompetensi professional dan generasi pelengkap yang

mengatur mereka, menjadi kunci melanjutkan perkembangan professional (Reyes-

Alcázar et al., 2011).

Peta kompetensi professional perawatan kesehatan harus diatur sebagai Standar

Emas yang berisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diinginkan untuk

mengembangkan praktek klinis yang unggul. Kompetensi tipikal mungkin berisi

seperangkat kompetensi kunci untuk pekerjaan khusus dan praktek-praktek terbaik

yang harus dikembangkan untuk kinerja optimal dalam pekerjaan itu. Sehingga,

kompetensi harus bertemu dengan kriteria tertentu: (1) mempertimbangkan konsep, (2)

mengenali hasil yang diinginkan dalam tingkat perkembangan, pencapaian atau

keunggulan tugas atau fungsi, (3) menghubungkan tingkat perkembangan setiap tugas

atau fungsi dengan kinerja, syarat atau kriteria bukti, (4) memasukkan area-area

tanggung jawab professional.

Dengan pertimbangan dengan peta kompetensi, professional unit perawatan

kesehatan dapat melaksanakan proses penilaian diri untuk membentuk perbedaan

Page 7: Critical success factors for quality

kompetensi, dan menghasilkan rencana perkembangan professional individu yang akan

menentukan proses pelatihan dan pembelajaran yang dibutuhkan bagi perkembangan

mereka.

Salah satu proyek terpenting saat ini dibawah perkembangan dalam bidang

manajemen kompetensi dilaksanakan di Andalusia (Spanyol) oleh Agensi Andalusian

bagi Kualitas Perawatan Kesehatan bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat sejak tahun

2006. Dalam Model Manajemen Kompetensi Sistem Kesehatan Masyarakat,

Accreditation atau Akreditasi didefinisikan sebagai pengenalan, eksplisit dan public

menemukan syarat penting bagi perawatan kesehatan, dan juga awal garis peningkatan

berkelanjutan oleh professional (Almuedo-Paz et al, 2011).

2.7. Orientasi Hasil

Perhatian yang berorientasi hasil dalam manajemen klinis adalah bahwa para

penulis telah menyatakan bahwa “manajemen perawatan kesehatan tidak dapat

digambarkan tanpa pengukuran hasil” (Marín-León,2011: 90). Dalam hal ini, unit

perawatan kesehatan harus memiliki Balanced Scorecard untuk mengumpulkan

informasi dalam bentuk ringkasan, mengenali area-area peningkatan dan membiarkan

unit untuk membentuk proses benchmarking.

Menurut Keller dkk (2002), program evaluasi terintegrasi dan perencanaan

berorientasi pada hasil terdiri dari dua elemen mendasar. Pertama, melibatkan

pemilihan tujuan, yang akan menjelaskan tujuan yang akan dicapai. Kedua, melibatkan

pendisainan strategi khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang dikenali.

Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton di tahun 1992

telah memperoleh popularitas besar baru-baru ini. BSC merupakan system hubungan

penyebab antara indicator gabungan (area kinerja inti) yang memadukan sejumlah

besar informasi (Indikator kierja kunci) ke dalam metric tunggal yang dipahami dengan

mudah (Lovaglio, 2011).

Page 8: Critical success factors for quality

Keberadaan indicator tingkat strategis dan operasional dalam fasilitas unit klinis

yang mendisain orientasi hasil yang lebih akurat, dan sehingga struktur manajemen

dapat mendasari Misi tersebut, Visi dan Nilai unit dengan hasil yang diinginkan.

Singkatnya, dengan mendukung orientasi hasil dalam unit perawatan ksehatan

memberikan empat hasil dasar yang berfokus pada peningkatan kualitas: 1) Seperangkat

indicator yang dapat disubyekkan pada perbandingan longitudinal sepanjang waktu; 2)

Seperangkat indicator lain mengenai kualitas dengan perawatan yang diberikan bagi

pengguna/pasien; 3) Peta area yang membutuhkan peningkatan; 4) Kemungkinan

membentuk proses standar perbandingan dengan unit terbaik, atau dengan kata lain,

memonitor kinerja dengan menggunakan kriteria benchmarking atau pentolokukuran.

2.8. Kapasitas Penilaian diri dan penilaian eksternal

Konsep Peningkatan Kualitas Berkelanjutan (CQI) harus menyerap seluruh

perkembangan manajemen klinis. Beberapa organisasi dan agensi internasional,

nasional dan regional terpenting yang didedikasikan pada akreditasi unit perawatan

kesehatan dan pusat-pusat perawatan kesehatan adalah berikut ini. Pertama,

Masyarakat Internasional bagi Kualitas dalam Perawatan Kesehatan (ISQua) yang

merupakan organisasi non-profit yang muncul di tahun 1986.

Pendeknya, penilaian eksternal unit perawatan kesehatan melalui akreditas

berarti sertifikasi pemenuhan dengan standar kualitas yang ditentukan sebelumnya oleh

organisasi eksternal. Seperti yang dibahas sebelumnya, ada sejumlah kualitas signifikan

yang mengakreditasikan atau mensertifikasikan agensi atau organisasi di Negara-negara

berbeda, beberapa masyarakat umum tapi sebagian besar entitas pribadi mereka.

Pendekatan mereka berbeda walaupun berbeda walaupun istilah referensi (standar)

sangat sama. Perbedaan mendasari terutama dalam bidang akreditas, (a) mengenai

bagaimana proses penilaian diri diatur, (b) mengenai apakah proses penilaian itu

Page 9: Critical success factors for quality

sistemis atau terfragmen, (c) dalam kemungkian menggunakan informasi yang

dihasilkan dari proses sertifikasi.

3. Kesimpulan

Manajemen klinis mendorong kapasitas organisasi diri dan otonomi professional,

ini menstimulasi akuntabilitas dalam manajemen sumber daya yang digunakan dalam

praktek klinis, dan ini menanamkan budaya peningkatan dan orientasi hasil

berkelanjutan. Sehingga memfasilitasi disain organisasional yang lebih dapat diadaptasi

bagi kebutuhan professional dan warga Negara.

Faktor-Critical Success Factorsyang dapat menentukan perkembangan

manajemen klinis yang sesuai dapat dirangkum berikut ini:

1. Mengorientasikan layanan kesehatan bagi warga Negara dan pasien, meneliti

kebutuhan dan harapan mereka, mendukung partisipasi mereka dengan

menyediakan informasi akurat dan berkualitas.

2. Membentuk tim multidisiplin yang memberikan respon terintegrasi dan

berbagi tujuan bersama

3. Membentuk persetujuan procedural dengan manajemen korporat yang

dengan jelas mengatur komitmen kedua pihak, perjanjian yang menandai

kapasitas lebih besar untuk pembuatan keputusan dan akuntabilitas lebih

besar pada bagian unit klinis dan departemen klinis.

4. Menentukan seperangkat proses perawatan kesehatan unit klinis dan

departemen klinis yang mengarahkan karakteristik kualitas mereka dan poin

keamanan kritis mereka.

5. Menentukan peta kompetensi professional bagi anggota perawatan

kesehatan, departemen dan organisasi, yang membiarkan rencana

perkembangan individu dan rencana pelatihan khusus untuk dibentuk.

6. Mengatur indicator sehingga hasil perawatan kesehatan, kepuasan,

manajemen sumber daya efisien dan benchmarkin dapat diukur.

Page 10: Critical success factors for quality

7. Mendukung penilaian diri dan menyampaikannya pada proses akreditasi

periodic dan/atau penilaian kualitas eksternal.

Dengan mempertimbangan factor kesuksesan kritis yang diuraikan diatas,

rencana manajemen bagi departemen atau unit klinis dapat didekati dengan jaminan

kesuksesan. Ini melibatkan: optimisasi pengetahuan yang ada dalam organisasi dan

menempatkannya pada pelayanan warga Negara. Dengan meningkatkan kualitas dalam

proses perawatan kesehatan melalui perkembangan kompetensi professional selanjutnya

dalam diri mereka. Dan akhirnya, menggunakan visi organisasi berbeda untuk

mengorientasikannya pada proses, dengan mendesentralisasikan pembuatan keputusan

dan mendukung keterlibatan professional lebih besar dalam tujuan korporat.