Cover.docx

33
MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA II KELAINAN BAWAAN DI SUSUN OLEH : Nama : PUJI ANDRIANI NIM : 201310104054 Kelas : 3A Dosen Pengampu : Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH PROGAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK

Transcript of Cover.docx

MAKALAHASUHAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA IIKELAINAN BAWAAN

DI SUSUN OLEH :Nama : PUJI ANDRIANINIM: 201310104054Kelas : 3ADosen Pengampu: Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH

PROGAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIKSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTATAHUN AJARAN 2014/2015KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat juga kasih sayangnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kelainan Bawaan. Tentu saya mengetahui bahwa dengan adanya tugas Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita II ini sehingga bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita semua. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai Kelainan Bawaan.Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing saya Ibu Dewi Rokhanawati, S.SiT.,MPH, yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada saya, dan tidak lupa ucapan terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai.Saya menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyajian makalah ini masih kurang dari kesempurnaan untuk itu saya mengharapkan kriktik dan sarannya. Harapan saya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun

DAFTAR ISI

CoverKata Pengantar ..iDaftar isi....iiBab I Pendahuluan.1A. Latar Belakang..1B. Rumusan Masalah.........................2C. Tujuan...2Bab II Tinjauan Pustaka.3Bab III Pembahasan...4Bab IV Penutup.........................20A. Kesimpulan...20B. Saran.20Daftar Pustaka21

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangKelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non-genetik (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008). Kematian pada neonatus merupakan kejadian yang paling sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kelainan bawaan merupakan penyebab kematian tersering ketiga setelah prematuritas dan gizi buruk. Di negara maju, 30% dari seluruh seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit anak terdiri dari penderita kelainan kongenital dan akibat yang ditimbulkannya (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008). Di Asia Tenggara, jumlah penderita kelainan bawaan cukup tinggi yaitu mencapai 5%. Di Indonesia prevalensi kelainan bawaan mencapai angka 5 per 1.000 kelahiran. Penelitian Ndibazza, di Entebbe, Uganda, pada tahun 2003-2005 ada 180 bayi dengan kelainan kongenital diantara 2.365 kelahiran. Hasil penelitian Dastgiri, di Iran (2000-2008) angka kejadian kelainan kongenital berkisar 1,7 per 100 kelahiran. Menurut Depkes RI, kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan.10 Sekitar 3% bayi baru lahir mempunyai kelainan bawaan (kongenital) dan akan menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Penelitian Indrasanto dan Effendi di RSAB Harapan Kita (2001-2005) terdapat 315 bayi dengan kelainan kongenital dari 16.490 kelahiran (1,92%). Hasil penelitian Savitri dan Wewengkang di RS dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama kurun waktu 4 tahun (2004-2007) dari 3.141 persalinan, ditemukan 28 kasus (0,89%) kelainan kongenital. Penelitian Nugraha di RSIA Sri Ratu Medan tahun 2009 dari 1.317 persalinan, terdapat 20 kasus (1,51%). Jenis kelainan kongenital yang paling sering dijumpai adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB) sebesar 0,4%. Hasil survei pendahuluan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dari tahun 2007-2011 terdapat 102 bayi dengan kelainan kongenital. Rincian tiap tahun yaitu tahun 2007 sebanyak 30 bayi, tahun 2008 sebanyak 29 bayi, tahun 2009 sebanyak 15 bayi, tahun 2010 sebanyak 13 bayi, dan tahun 2011 sebanyak 15 bayi.Kelainan kongenital dapat disebabkan oleh kelainan gen tunggal, kelainan kromosom, multifaktorial, lingkungan, dan kekurangan nutrisi. Ibu yang terinfeksi sifilis atau rubella merupakan penyebab kelainan kongenital di negara berkembang. Penyakit seperti diabetes mellitus (DM), ibu yang kekurangan iodin dan asam folat, dan paparan obat-obatan serta narkoba termasuk alkohol dan tembakau, bahan kimia, dan radiasi dosis tinggi merupakan faktor lain yang menyebabkan kelainan kongenital. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Namun seringkali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi, dan anak balita.Anak terutama bayi baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB).B. Rumusan masalah1. Apa definisi dari setiap kelainan bawaan ?2. Apa penyebab dari setiap kelainan bawaan ?3. Apa tanda/gejala dari setiap kelainan bawaan ?4. Bagaimana penatalaksanaan dari setiap kelainan bawaan ?5. Apa peran bidan dari setiap kelainan bawaan ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari setiap kelainan bawaan.2. Untuk mengetahui penyebab dari setiap kelainan bawaan.3. Untuk mengetahui tanda/gejala dari setiap kelainan bawaan.4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari setiap kelainan bawaan.5. Untuk mengetahui peran bidan dari setiap kelainan bawaan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAKelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non-genetik (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008). Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Dismorfologi merupakan kombinasi dari bidang embriologi, genetika klinik dan ilmu kesehatan anak (Ali Usman,2008:41). Kelainan Kongenital adalah kelainan yang tampak pada saat lahir. Kelainan ini dapat berupa penyakit yang diturunkan (didapat atas salah satu atau kedua orangtua) atau tidak diturunkan (Prawirohardjo,2009:705). kelainan kongenital/cacat bawaan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu : Teratogenik, Faktor Gizi, Faktor Fisik pada Rahim, Faktor Genetik dan Kromosom. (Muslihatun,2010:119)

BAB IIIPEMBAHASAN1. Hernia diafragmatika Pengertianadalah masuknya organ-organ abdomen melalui defek (lubang) pada diafragma ke dalam rongga toraks. Secara umum terdapat tiga tipe dasar hernia diafragmatika yaitu hernia Bochdalek (melalui defek posterolateral), hernia Morgagni (melalui defek anterio retrosternal) dan hiatus hernia.

Penyebab Kelainan Genetik dan Kromosom.Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Faktor MekanikTekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Faktor ObatBeberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Faktor Umur IbuTelah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia di atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas. Faktor hormonalFaktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Faktor radiasi Faktor giziKekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin. Faktor-faktor lainBanyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Tanda dan Gejala Gangguan pernafasan yang berat. Sianosis(warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen). Takipneu(laju pernafasan yang cepat). Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris). Takikardia(denyut jantung yang cepat). Perut kecil dan cekung. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi perut. Terdengar bising usus di daerah dada. Penatalaksanaan Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru. Anak ditidurkan dalam posisi duduk, dipasang pipa nasogastrik yang dengan teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk operasi. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi. Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat. Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat pelayanan yang lebih baik. Foto thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus di daerah thoraks. Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara herniadiafragmatika dengan eventerasi (usus menonjol ke depan dari dalam abdomen).

2. Hernia Umbilikalis PengertianAdalah kulit dan jaringan subkutis menutupi benjolan herniasi pada defek tersebut, pada otot rektus abdominis ditemukan adanya celah. Hernia umbilikalis bukanlah kelainan kongenital yang memerlukan tindakan dini, kecuali bila hiatus hernia cukup lebar dan lebih dari 5 cm. Hernia umbilikalis yang kecil tidak memerlukan penatalaksanaan khusus, umumnya akan menutup sendiri dalam beberapa bulan sampai 3 tahun.

Penyebab Hernia umbilkalis pada bayi terjadi karena selama kehamilan tali pusat melewati lubang kecil yang terbuka pada otot perut bayi. Namunjika lubangnya tidak menutup dan otot di perut tidak bergabung secara sempurna di garis tengah perut, dinding perut akan melemah dan bisa menyebabkan munculnya bodong pada saat lahir atau di kemudian hari. Pada orang dewasa bisa disebabkan oleh obesitas, kehamilan berulang-ulang, adanya cairan dalam rongga perut (ascites) dan operasi perut

Tanda dan GejalaHernia umbilikalis menimbulkan adanya penonjolan di daerah pusar (umbilikalis). Jika seorang bayi memiliki hernia umbilikalis, maka kita bisa melihat adanya penonjolan saat bayi menangis, batuk atau mengedan. Penonjolan ini bisa menghilang saat bayi tenang atau berbaring terlentang. Hernia umbilikalis pada anak-anak biasanya tidak terasa nyeri. Tetapi jika penonjolan menjadi terasa nyeri, membengkak, atau berubah warna dan jika bayi mulai mengalami muntah-muntah, maka bayi perlu segera dibawa ke rumah sakit. Penatalaksanaan Hernia kongenital pada anak biasanya menghilang seiring dengan bertambahnya usia, tanpa tindakan pembedahan. Secara umum, anak-anak usia di bawah 5 tahun tidak membutuhkan tindakan pembedahan. Pembedahan tidak dianjurkan, kecuali bila : Hernia menetap sampai umur 3-4 tahun. Menimbulkan gejala-gejala. Terjadistrangulasi. Membesar secara progresif sesudah umur 1-2 tahun

3. Labioskizis atau cleft lip Pengertianadalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Penyebab Faktor genetik atau keturunan dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan khromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non sex(kromosom 1 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3 untai khromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada setiap selnya adalah 47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung dan ginjal. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat. Radiasi. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella dan sifillis, toksoplasmosis dan klamidia. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol. Multifaktorial dan mutasi genetic. Displasia ektodrmal. Tanda dan Gejala Terjadi pemisahan bibir. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah. Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung. Distorsi pada hidung. Tampak sebagian atau keduanya. Penatalaksanaan Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus, perhatikan keadaan umum bayi. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.

4. Labio palatokiszis PengertianAdalah deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor non-genetik. Penyebab Faktor genetik atau keturunan dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non sex(kromosom 1 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3 untai khromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total khromosom pada setiap selnya adalah 47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung dan ginjal. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat. Radiasi. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alcohol. Multifaktorial dan mutasi genetic. Displasia ektodrmal. Tanda dan Gejala Terjadi pemisahan langit-langit. Terjadi pemisahan bibir. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah. Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive. Adanya rongga pada hidung. Distorsi hidung Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari. Kesukaran dalam menghisap atau makan Penatalaksanaan Dengan cara operasi, operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oralpada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan kalau ibu mempunyai reflek memancarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara. Bila anak sukar menghisap sebaiknya digunakan botol peras ( squeeze bottles ) untuk mengatasi gangguan menghisap dipakai dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong jatuh dibelakang mulut hingga dapat dihisap. Kalau anak tidak mau berikan dengan cangkir dan sendok. Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara.

5. Atresia Ani Pengertianadalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. suatu kelainan kongenital yang menunjukkan keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Penyebab Belum diketahui secara pasti. Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan organogenesis dalam kandungan. Merupakan (kegagalan perkembangan) anomaly gastrointestinal (sistem pencernaan) dan genitourinary (sistem perkemihan). Gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Diduga ada keterlibatan kelainan genetik pada kromosom 21 Tanda dan Gejala Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula). Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. Pada pemeriksaan rectal touchter dapat adanya membrane anal. Perut kembung. Penatalaksanaan Pembedahan Untuk kelainan dilakukan kolostomi, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Aksisi membran anal (membuat anus buatan) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)

Peran Bidan pada kelainan bawaan1. Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga. Kelahiran bayi dengan kelainan bawaan dapat memberikan pengalaman yang menyedihkan bagi orang tua. Memiliki bayi dengan kelainan akan menimbulkan berbagai reaksi yang jelas membuat orang tua sangat tertekan dan bagi beberapa kelompok masyarakat, hal ini dikaitkan dengan stigma tertentu pada ibunya. Setiap keluarga memiliki respon dan kebutuhan yang berbeda dan petugas kesehatan tidak dapat menggunakan pendekatan yang sama untuk semua keluarga.2. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat ini adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang adekuat sampai pembedahan yang dilakukan.3. Jika bayimemiliki sumbing tetapi palatumnya utuh,izinkan bayi berupaya menyusu.4. Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu minggu untuk memeriksa pertumbuhan dan penambahan berat badan.5. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).6. Memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan yang detemukan, dimana dijelaskan mengenai jenis, etiologi, penanganan, dan prognosis kepada klien atau keluarganya, sehingga keluarga dapat menerima dan siap dengan asuhan yang akan diberikan. Asuhan atau penanganan yang diberikan baik bedah, medik, maupun koreksi lain yang dapat diberikan dapat berhasil secara optimal.7. Berikan penjelasan bahwa kelainan bawaan bukanlah kesalahan orang tua. Memberikan penjelasan atau gambaran tentang penyebab kelainan pada bayi mungkin dapat sedikit menenangkan orang tua dan keluarganya.8. Berikan kebebasan pada orang tua untuk menemui bayinya dan jika memungkinkan biarkan bayi berada dengan ibu sepanjang waktu. Semakin banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua terhadap bayinya, semakin cepat pula mereka akan menerima bayinya9. Bila memungkinkan berikan bantuan pada orang tua.10. Rujuk bayi untuk operasi.BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan1. Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non-genetik..2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya. 3. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.4. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok, obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.B. Saran 1. Perlunya dilakukan pemeriksaan penunjang yang lebih baik dalam menapis kemungkinan adanya kelainan kongenital pada ibu-ibu hamil dengan resiko tinggi melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.2. Diharapkan kepada petugas kesehatan di RS agar memberikan pemahaman kepada keluarga dari bayi dengan kelainan kongenital tentang penanganan kelainan kongenital agar dapat mengurangi jumlah bayi yang pulang atas permintaan orang tua.3. Perlu di tingkatkan lagi usaha pemeriksaan factor penyebab dari kelainan kongenital, untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama pada kehamilan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKAEffendi, S.H. dan Indrasanto, E. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.Maryunani, A. and Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyakit pada Neonatus. Jakarta : Trans Info Media.Arikrishnan, Ridho. 2010. Kelainan Bawaan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-isniayusro-7506-2-14.bab-i.pdf ( diakses pada tanggal 12 oktober 2014)Hidayat, Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba MedikaLia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba MedikaSudarti. 2010.Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.