COVERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5839/1/ITBA... · Title: Microsoft Word -...

72
PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI KELURAHAN KALISUREN-BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh: Itba’ Muhammad Mahyana NIM: 103054128832 Dibawah Bimbingan: Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW NIP: 150317880 KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of COVERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5839/1/ITBA... · Title: Microsoft Word -...

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

DI KELURAHAN KALISUREN-BOGOR

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh: Itba’ Muhammad Mahyana

NIM: 103054128832

Dibawah Bimbingan:

Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW NIP: 150317880

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP BADAN KESWADAYAAN MAYARAKAT (BKM) DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI KELURAHAN KALISUREN - BOGOR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………...

C. Tujuan Penelitian ........................……………………………………..

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................

E. Metodologi Penelitian ...……………………………………………..

F. Sistematika Penulisan………………………………………………..

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Partisipasi…………………………………………….

B. Pengertian Masyarakat....................................................................

C. Tingkatan Partisipasi Masyarakat .................................................

D. Bentuk Partisipasi Masyarakat .......................................................

E. Mendorong dan Menggerakkan Partisipasi ....................................

F. Pengertian Pemberdayaan..............................................................

G. Proses Pemberdayaan Masyarakat................................................

H. Strategi dan Tahapan Pemberdayaan ...........................................

BAB III GAMBARAN UMUM PROGARAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DAN

BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) KELURAHAN

KALISUREN

1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

A. Program PNPM Mandiri .................................................................

B. Ruang Lingkup ................................................................................

C. Tridaya PNPM Mandiri ..................................................................

2. Profil BKM ........................................……………………....................

A. Sejarah BKM ..........................................................................................

B. Maksud dan Tujuan BKM ...................................................................... C. Kelembagaan dan Keanggotaan BKM Kalisuren ....................................

D. Program Kerja BKM .............................................................................

E. Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan KSM .......................................... F. Keuangan dan Pembukuan BKM ...........................................................

3. Deskripsi Kelurahan Kalisuren ...........................................................

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP BADAN

KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)

MANDIRI DI KELURAHAN KALISUREN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………...

B. Saran………………………………………………...…………………..…

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa diharapkan saling

berhubungan baik terhadap sesamanya, memiliki rasa kebersamaan, hidup

tolong menolong, saling bekerjasama, serta tidak melakukan tindakan yang

dapat merugikan orang lain.

Dalam dinamika kehidupan, persoalan kemiskinan yang cukup kompleks

membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun

dalam penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran

dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan

sosial dalam kehidupan masyarakat yang selama ini menjadi sumber penting

pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur.

Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam

upaya penanggulangan kemiskinan, atinya dalam melaksanakan program harus

seimbang antara pemerintah dengan masyarakat agar terlaksana dengan baik.

Begitupun dalam melaksanakan tugas kehidupan dan pembangunan

bangsanya, manusia dituntut untuk dapat berperan dalam kegiatan pembangunan.

Pernyataan ini mengisyaratkan untuk mencapai keberhasilan pembangunan,

peran masyarakat merupakan unsur yang tak dapat dipisahkan dalam proses

pembangunan itu sendiri.1

1 Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan (Bandung: Humaniora, 2008), hal. 95

2

Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi dan menyediakan anggaran

yang cukup besar untuk rakyat miskin agar dapat memiliki kesempatan

menempuh pendidikan, meningkatkan kesehatan dan memperbaiki kualitas

lingkungan hidup. Upaya ini dijabarkan dalam bentuk program khusus, berupa

perluasan dan integrasi dalam program penanggulangan kemiskinan berbasis

partisipasi di daerah pedesaan dan perkotaan.

Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan

penciptaan lapangan kerja, maka Pemerintah meluncurkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM

Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan

yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif,

kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin,

dapat dikembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai

subyek upaya penanggulangan kemiskinan.

Sebagai langkah konkret paradigma pembangunan tersebut, maka

pemerintah mencanangkan sebuah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

PNPM Mandiri. Berjalannya PNPM Mandiri mengharuskan peran masyarakat

yang diutamakan. Program pemerintah tidak hanya mengandalkan dana yang

begitu besar jumlahnya tanpa ada dukungan dari masyarakat.

Program mandiri diluncurkan oleh Presiden RI Susilo Bambang

Yudhoyono tanggal 30 April 2007 di Kota Palu Sulawesi Tengah, sesungguhnya

merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat penanggulangan

3

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui konsolidasi program-

program pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai lembaga.2 Hal ini

mengingat beragamnya tatacara dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri

yang ada di berbagai sektor.

Adanya penyelenggaraan PNPM Mandiri berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

Juga Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku

Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor : 23/KEP/MENKO

/KESRA/ VII/2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2009

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2007

tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan

Departemen Dalam Negeri.3

Dalam ketentuan perubahan atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Nomor: 28/KEP/MENKO/KESRA/XI/2006 Pasal I ayat 1 berbunyi

“Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) menjadi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri)”. Artinya PNPM

sudah ada sejak tahun 2006 dan perubahan namanya di ubah pada tahun 2007.

Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan

2 Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM) Mandiri (Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya, 2008), hal. 4

3 Web site, http://www.pnpm-mandiri.org diakses pada 28 Juli 2010

4

masyarakat di pedesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi;

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi

pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; serta Percepatan

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus.

(P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan

konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk

mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya.

PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat

yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah.

Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.

Program PNPM Mandiri secara umum bertujuan meningkatkan

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat secara mandiri. Sedangkan

tujuan khususnya diantaranya meningkatkan peran seluruh masyarakatnya,

termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil

dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke

dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,

representatif, serta akuntabel. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui

kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin.

Meningkatkan sinergi masyarakat dengan beberapa elemen baik kalangan

pemerintah maupun non pemerintah serta mengoptimalkan pemberdayaan dan

5

kemandirian masyarakat, sesuai kapasitas daerah dan kelompok setempat dalam

menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. Meningkatkan modal sosial

masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta

untuk melestarikan kearifan lokal dan pemanfaatan teknologi tepat guna,

informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.4 Tujuan diatas

merupakan untuk kepentingan bersama demi mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dalam mewujudkan pembangunan.

Penyelenggara program PNPM Mandiri dilakukan secara berjenjang

dari tingkat nasional sampai tingkat kelurahan/desa. Ketua pelaksana di tingkat

pusat adalah Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan bersama

Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Wakil ketua Deputi

Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM, Kementrian Negara PPN/

Bappenas.5 Sementara di tingkat provinsi melalui Bappeda Provinsi, di tingkat

Kota/Kabupaten melalui Bapedda Kota/Kabupaten. Hingga di tingkat kelurahan

dibawah rekomendasi camat dan sebagai pelaksananya di tingkat kelurahan

adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Lembaga Keswadayaan

Masyarakat (LKM). Disamping itu pada kelurahan yang menjalani program

PNPM Mandiri juga sudah terbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

adalah nama untuk kelompok warga masyarakat pemanfaat dana Bantuan

Langsung Tunai (BLT) PNPM Mandiri.

KSM ini diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim

4 Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ......., hal. 11

5 Web site, http://www.pnpm-mandiri.org diakses pada 28 Juli 2010

6

fasilitator yang terdiri dari masyarakat kelurahan yang memiliki ikatan

kebersamaan (commond bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama.

KSM ini bukan hanya sekedar pemanfaat pasif melainkan sekaligus pelaksana

kegiatan terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk

didanai oleh BKM melalui berbagai dana yang mampu digalang.

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan

partisipasi, dengan tujuan memberdayakan rakyat untuk berperan dalam

pembangunan mereka sendiri secara lebih berarti.6

Peran masyarakat merupakan bagian penting dari pemberdayaan dan

penumbuhan kesadaran, semakin banyak masyarakat yang menjadi peserta aktif

dan semakin lengkap peranannya, maka semakin ideal kepemilikan dan proses

masyarakat dalam proses-proses inklusif yang akan diwujudkan.

Pentingnya peran masyarakat dalam pelaksanan PNPM Mandiri benar-

benar dari masyarakat atau hanya sebatas menyelesaikan program proyek

pemerintah saja. Peranan masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek akan gagal. Masyarakat akan

lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan

dalam proses persiapan dan perencanaannya. Dalam pelaksanaan program

terdapat prinsip transparansi dan partisipatif, artinya semua proses kegiatan

dari perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian harus dilaksanakan secara

terbuka dan dengan melibatkan peran masyarakat. Indikator pelibatan

7

masyarakat adalah peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal seperti

keuangan dan manajemen program, keinginan masyarakat untuk terlibat dalam

pembuat keputusan, serta peningkatan kemampuan dari masyarakat yang

berpartisipasi dalam mengubah keputusan menjadi aksi.

Dari latar belakang pemikiran tersebut, maka penelitian akan dibatasi

pada masalah “Peran masyarakat terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri

di kelurahan Kalisuren”.

B. Rumusan Masalah

1) Apa saja partisipasi masyarakat terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri di kelurahan Kalisuren?

2) Bagaimana proses partisipasi masyarakat terhadap Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di kelurahan

Kalisuren?

C. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui apa saja partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program nasional pemberdayaan masyarakat di kelurahan Kalisuren.

2) Untuk mengetahui proses partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program nasional pemberdayaan masyarakat di kelurahan Kalisuren.

6 Jim Ife dan Frank Tesoreiro, Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi

8

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat akademik : Diharapkan dapat memberi sumbangsih pemikiran

kepada pemerintah dalam memahami proses peran masyarakat terhadap

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri serta

dapat mengembangkan proses komunikasi timbal balik antara program

pemerintah dengan masyarakat secara langsung.

2) Manfaat praktis: Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan evaluasi

terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Pertimbangan dalam penelitian kualitatif bahwa pertama, pendekatan kualitatif

lebih menekankan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana

tertulis dalam rumusan masalah dengan cara berfikir formal dan argumentatif.

Kedua, pendekatan kualitatif berupaya menceritakan proses-proses

pemberdayaan secara utuh oleh PNPM Mandiri tanpa adanya subyektifitas dari

penulis sehingga dapat diharapkan hasil yang didapatkan merupakan realita yang

sesungguhnya memang benar-benar terjadi di masyarakat kelurahan Kalisuren.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, artinya dalam penelitian

kualitatif dibutuhkan diskripsi data dengan kata-kata atau gambar bukan

mengacuhkan data. Kedua, mengenai relevansi penelitian deskriptif dengan

obyek penelitian, yakni tingkat peran masyarakat terhadap PNPM Mandiri di

Community Development (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 296

9

Kelurahan Kalisuren. Dengan jenis penelitian ini diharapkan dapat

menggambarkan secara sistematis data yang akurat tentang peran masyarakat

dan faktor upaya meningkatkan program PNPM Mandiri.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini agar berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang

diharapkan, maka peneliti berusaha memanfaatkan informan untuk membantu

secara cepat dan tepat dalam menggali informasi yang berkenaan dengan judul

penelitian. Informan diharapkan tahu betul mengenai kondisi dan situasi

lapangan penelitian karena benar dan tidaknya penelitian ini banyak ditentukan

informasi yang diperoleh dari mereka.

A. Jenis Data

Dalam menetapkan sebuah informasi yang diperlukan dalam menjawab

bentuk pertanyaan atau masalah yang dirumuskan, maka penulis menjelaskan

jenis datanya. Ditinjau dari intensitasnya, data dibedakan menjadi dua macam:

1) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan

teknik pengambilan data yang berupa interview, observasi, merupakan

penggunaan instrumen yang harus dirancang sesuai dengan tujuannya.

Berdasarkan sumber data yang termasuk pada data primer yaitu person dengan

melakukan wawancara, observasi melalui informan kunci dan informan

pendukungnya. Paper juga berkaitan dengan data primer seperti pada anggaran

dasar BKM Kalisuren, pembukuan ekonomi bergulir.

10

2) Data Sekunder

Yaitu bentuk informasi yang telah dikumpulkan pihak lain. Jadi,

dalam hal ini peneliti tidak memperoleh data dari sumbernya. Adapun tiga

jenis data yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh

dari arsip data, data resmi dari pemerintah dan bahan lain yang

dipublikasikan7. Kalau dikaji dari sumber datanya place merupakan hasil yang

sudah dikerjakan oleh BKM yang bersifat diam atau bergerak seperti bidang

sosial adanya pelatihan pembuatan tempe, perbaikan infrastruktur dengan

perbaikan jalan dan paper mengenai data arsip yang berkaitan dengan PNPM

Mandiri serta BKM baik dalam hal dokumentasi foto, surat penting dan hasil

pelaporan BKM.

B. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subjek dari mana data dapat diperoleh. Untuk mempermudah dalam

mengidentifikasi sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi 3 p dari

bahasa Inggris yaitu:

a. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis. Seperti dalam obyek

penelitian (orang yang menjadi narasumber) seperti Lurah Kalisuren, Sekretaris

Lurah, Koordinator BKM, Bendahara BKM dan tim pendukungnya, ketua RW,

ketua RT, dan masyarakat.

7 James A Black dan Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial (Bandung: Refika Aditama, 1999), hal.351

11

b. Place, adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

diam atau bergerak. Penelitian ini bertempat di kelurahan Kalisuren Kecamatan

Tajur Halang Kabupaten Bogor. Yang termasuk sumber data tempat dalam hal

ini yaitu: tempat pelaksanaan program seperti pavingisasi, pembangunan sanitasi

pembuangan air, tempat pembangunan balai RW, kantor BKM, tempat

mengadakan pelatihannya.

c. Paper, adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar, atau simbol-simbol lain.8 Hal ini meliputi arsip-arsip penting

mengenai identitas PNPM Mandiri misalnya berupa sarana dan prasarana yang

sudah dilaksanakan programnya, data-data dokumentasi PNPM 2008, hasil

pelaporan BKM.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencapai hasil yang semaksimal mungkin dalam penelitian ini,

peneliti berusaha menyajikan teknik pengumpulan data yang sekiranya dapat

mengantarkan data yang benar-benar valid dan mendukung demi tercapainya

hasil yang maksimal. Dalam hal ini peneliti memakai teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi

Dalam melakukan observasi akan ada 3 hal yang menjadi fokus

pengamatan yang masing-masing bentuk mengacu pada salah satu dari tempat,

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2006), hal. 129

12

aktivitas dan pelaku.9 Dalam melakukan observasi partisipasi penulis ikut

terlibat dalam kegiatan BKM Kalisuren yang sedang diteliti selama bulan Juli-

Agustus, antara lain pelatihan pembuatan tempe dan memperhatikan

pembangunan jalanan desa Kalisuren yang telah dipaving. Semua bentuk

tersebut merupakan dasar dari upaya untuk mengamati sebuah arena sosial,

tetapi ketika penulis sudah dapat beradaptasi dengan penduduk setempat maka

bisa saja tiga aspek tersebut ditambah dengan perasaan, waktu dan lainnya

sebagai usaha untuk lebih mengkhususkan pengamatan yang akan dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara yang dipakai adalah wawancara semi terstruktur yang

dipakai adalah pertanyaan terbuka kepada koordinator BKM Kalisuren dan

pejabat Kelurahan Kalisuren mengenai mekanisme dan struktural kelembagaan

BKM. Kemudian tokoh RW dan warga setempat untuk memahami teknis

penyelenggaraan serta ragam kegiataannya. Dalam penggunaan teknik

wawancara sebagai teknik pengumpul data, data yang diperoleh peneliti

dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung

oleh peneliti dengan beberapa orang interviewer (yang diwawancarai).

F. Teknik Analisa Data

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah, yakni di analisis, diinterpretasikan,

dan disimpulkan. Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan analisis diskriptif.

Dimana analisis dilakukan sampai pada taraf deskriptif yaitu menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistemastis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan

9 Bambang Rudito dan Melia Famiola, Sosial Mapping Metode Pemetaan Sosial Teknik

13

disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas faktualnya sehingga semuanya

dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Untuk menganalisis data penelitian di dalam penelitian ini, peneliti memilih

menggunakan model analisis yang sebagaimana dikutip dari Miles dan Huberman,

model analisis interaktif ini meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu: reduksi data (data reduction);

penyajian data (data display); menarik, kesimpulan/verifikasi (conclusion or

verification).10

Sedangkan metode yang penulis gunakan dalam analisa ini adalah metode

deduktif, maksudnya bahwa kita berangkat dari kasus-kasus yang bersifat umum

berdasarkan pengalaman yang nyata yang meliputi ucapan, perilaku subjek penelitian

dan situasi lapangan peneliti, kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, dan teori

yang bersifat umum.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pembahasan ini berikut akan dijelaskan

sistematika pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi

Penelitian, Sistematika Penulisan dan Sistematika Pembahasan menjelaskan

gambaran dari masing-masing bab yang terdiri dari sub bab kajian supaya dapat

mengetahui isi bab sebelum melangkah ke bab berikutnya lebih mendalam.

BAB II : Pengertian Partisipasi Masyarakat, Tingkatan Partisipasi

Masyarakat, Bentuk Partisipasi Masyarakat, Mendorong dan Menggerakkan

Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti (Bandung: Rekayasa Sains, 2008), hal. 127

14

Peran Masyarakat, Motif Peran Masyarakat, Pengertian Pemberdayaan, Strategi

dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat.

BAB III : Dalam bab ini membahas Gambaran Umum Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Ruang Lingkup, Tridaya PNPM

Mandiri BKM serta (Badan Keswadayaan Masyarakat) meliputi Sejarah BKM

Kelurahan Kalisuren, Visi Misi, Kelembagaan dan Keanggotaan, Program Kerja,

Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),

Keuangan dan Pembukuan, Deskripsi Kelurahan Kalisuren.

BAB IV : Membahas mengenai apa saja partisipasi Masyarakat dan

prosesnya Terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Kalisuren.

BAB V : Penutup terdiri dari Kesimpulan yang menjawab dari rumusan

masalah secara singkat dan saran berisi tentang masukan-masukan agar kedepan

pihak-pihak yang terkait melakukan evaluasi dan monitoring dalam

melaksanakan program pemerintah agar dapat dijadikan sebagai bahan panduan

bagi yang membutuhkan yang bersifat konstruktif.

10 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.209

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Partisipasi

Partisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat,

digunakan secara umum dan luas. Didalam kamus besar bahasa Indonesia Peran

adalah beberapa tingkah yang dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di

masyarakat dan harus di laksanakan.1 Sedangkan dalam kamus sosiologi peran ialah

setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau

kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.2 Definisi lain menyebutkan

peran adalah kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengembangkan hasil pembangunan.3

Suatu definisi partisipatif baik deskriptif maupun normatif terutama harus

menekankan bahwa segala perkembangan masyarakat dan juga pembangunan

merupakan proses yang hanya bisa berhasil jika dijalankan bukan saja bagi tetapi

juga bersama dengan dan oleh rakyat sendiri, terlebih orang miskin.4

Masyarakat harus ikut secara aktif dalam menentukan dan menjalankan

upaya dan program bantuan dari pemerintah, dan dengan demikian dapat

menentukan keadaan hidup mereka sendiri mulai dari saat pengambilan keputusan,

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

1998), hal. 667 2 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 355 3 Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 207

pelaksanaan, pengawasannya hingga perawatan suatu program.

Kesimpulannya, definisi peran merupakan sebuah konsep sentral, dan

prinsip dasar dari pengembangan masyarakat.

B. Pengertian Masyarakat

Masyarakat secara sosiologis dapat dikatakan sebagai kumpulan atau

kelompok individu-individu yang memiliki beberapa persamaan atau kepentinagan

dan tujuan, sementara hasil dari intelektual yang dilakukan oleh individu-individu

sebagai anggotanya. Masyarakat dalam konteks kemanusiaan dibentuk dan

membentuk dengan sendirinya dengan tujuan untuk saling menguatkan, saling

menolong, dan saling menyempurnakan.

C. Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Karena konsep partisipasi dalam perkembangannya memiliki makna yang

luas dan memiliki arti yang berbeda-beda, sehingga untuk memudahkan dalam

memaknainya dapat digunakan tingkatan peran. Menurut Asia Development Bank

(ADB) tingkatan partisipasi dari yang terendah sampai tertinggi sebagaimana

disebutkan bahwa berbagi informasi bersama (sosialisasi) maksudnya pemerintah

hanya menyebarluaskan informasi tentang program yang akan direncanakan atau

sekedar memberikan informasi mengenai keputusan yang dibuat dan mengajak

warga untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Konsultasi/ mendapatkan umpan balik, pemerintah meminta saran dan

4 Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2006), hal.256

kritik dari masyarakat sebelum suatu keputusan ditetapkan. Adanya timbal balik

dari masyarakat harus diutarakan kepada pemerintah. Karena tingkat kekurangan

suatu program akan tahu pada siapa yang menjalankan dalam hal ini masyarakat

harus ada respon yang positif dari semua kalangan agar pemberdayaan yang

dilakukan berhasil.

Kolaborasi/pembuatan keputusan bersama, masyarakat bukan sebagai

penggagas kolaborasi, tetapi masyarakat dilibatkan untuk merancang dan

mengambil keputusan bersama, sehingga peran masyarakat secara signifikan dapat

mempengaruhi hasil/keputusan.5

Kalau dalam membuat keputusan masyarakat tidak dilibatkan, maka akan

terjadi kerancuan yang berdampak negatif rasa kepedulian dan kepemilikan tidak

ada. Pemberdayaan/kendali, masyarakat memiliki kekuasaan dalam mengawasi

secara langsung keputusan yang telah diambil dan menolak pelaksanaan keputusan

yang bertentangan dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan

prosedur dan indikator kinerja yang mereka tetapkan bersama. Masyarakat tidak

hanya dijadikan sebagai obyek tetapi juga subyek yang menjalankan program yang

direncanakan bersama.

D. Bentuk Partisipasi Masyarakat

Secara sederhana partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang,

kelompok, atau masyarakat dalam program pembangunan. Pernyataan ini

5 Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi

Pembangunan Berbasis Kerakyatan (Bandung:Humaniora, 2008), hal. 101

mengandung arti seseorang, kelompok atau masyarakat senantiasa dapat

memberikan kontribusi/sumbangan yang sekiranya mampu untuk menunjang

keberhasilan program pembangunan dengan berbagai bentuk atau jenis partisipasi.

Bentuk partisipasi yang dimaksud ialah macamnya sumbangan yang

diberikan seseorang, kelompok atau masyarakat yang berperan diantaranya bentuk-

bentuk partisipasi: partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam

pertemuan atau rapat. Kehadiran seseorang dalam pertemuan akan mempengaruhi

bagi masyarakat yang lain agar dapat ikut serta dalam memberikan sumbangsih

pemikiran. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan

untuk perbaikan atau pembangunan desa pertolongan bagi orang lain. Partisipasi

harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau

pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dengan memberikan makanan atau

minuman seadanya tanpa ada timbal balik (jasa).6

Partisipasi ketrampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk

mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri. Masyarakat yang memiliki

keahlian agar dapat mendongkrak kaum muda dalam berwirausaha untuk

menciptakan lapanngan kerja. partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda

keguyuban, misalnya turut serta arisan, koperasi, melayat (dalam peristiwa

kematian), kondangan (dalam peristiwa pernikahan) dan sebagainya.

Ada juga partisipasi dalam bentuk memperhatikan atau menyerap dan

6 Ibid, hal. 103

memberikan tanggapan terhadap informasi baik dengan maksud menerima,

mentaati, memenuhi, melaksanakan, mengiayakan dalam arti menerima maupun

menolak pendapat dengan syarat. Meskipun hanya dengan bentuk mengiakan itu

merupakan bentuk partisipasi yang harus hargai.

E. Mendorong dan Menggerakkan Partisipasi

Kondisi-kondisi yang mendorong dan menggerakkan partisipasi adalah

sebagai berikut; orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau

aktivitas tersebut penting. Cara seperti ini dapat efektif jika masyarakat sendiri

telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah menominasi kepentingannya

bukan berdasarkan pada kepentingan orang luar yang memberi tahu mereka apa

yang harus dilakukan. Kunci keberhasilan tertumpu pada pengorganisasian

masyarakat adalah bagaimana pemilihan isu untuk diurus dalam pengembangan

masyarakat. Hal semacam ini menekankan pentingnya bagi seorang pekerja

masyarakat untuk membuat definisi akan kebutuhan dan prioritas yang muncul dari

pikiran masyarakat itu sendiri, bukan memaksakannya kepada masyarakat.

Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan.

Masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan sebagai prioritas utama, tetapi

jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat akan membuat perubahan terhadap

prospek peluang kerja lokal, maka akan kecil inisiatif untuk berpartisipasi. Perlu

dibuktikan bahwa masyarakat dapat memperoleh sesuatu yang akan membuat

perbedaan, dan hal tersebut akan menghasilkan perubahan berarti. Masyarakat

harus merasa bahwa aksi yang dikerjakan akan membuat perbedaan pada tingkat

individu. Masyarakat harus percaya bahwa suatu isu penting dan aksinya dapat

menghasilkan sesuatu.

Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. partisipasi masyarakat

sering dipandang sebagai keterlibatan dalam kepengurusan, pertemuan resmi dan

prosedur-prosedur lainnya. Proses semacam itu bisa saja penting, banyak macam

peran masyarakat lain yang sama berharganya. Dalam kisaran luas dari kegiatan-

kegiatan pengembangan masyarakat. Ada banyak partisipasi seorang anggota

masyarakat dapat dan sebenarnya harus berperan. Hal semacam ini perlu dikenali

dan dihargai supaya berbagai variasi aktifitas dipandang sebagai bentuk penting

dari peran dan dihargai. partisipasi masyarakat haruslah sesuatu buat semua orang

dan variasi ketrampilan, bakat dan minat orang juga harus diperhitungkan.

Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam berpartisipasinya. Hal

ini berarti bahwa faktor-faktor seperti tranportasi, keamanan, waktu dan lokasi

kegiatan serta lingkungan tempat kegiatan dilaksanakan sangatlah penting dan perlu

diperhitungkan dalam perencanaan proses-proses yang berbasis masyarakat.

Kegagalan melakukan hal tersebut akan berakibat beberapa bagian dari masyarakat

(biasanya perempuan dan etnis atau ras minoritas) tidak dapat berperan, meskipun

mereka sangat menginginkannya.

Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.7 Dalam setiap pertemuan

dengan masyarakat dan pengambilan keputusan sering bersifat mengucilkan bagi

7 Jim Ife dan Frank Tesoreiro, Alternatif Pengembangan Masyarakat.,hal.312

banyak orang, khususnya bagi mereka yang tidak bisa berpikir cepat, tidak ingin

menginterupsi, kurang percaya diri atau tidak memiliki kemahiran dalam berbicara.

Prinsip yang paling penting kaitannya dengan isu struktur dan proses adalah

masyarakat itu sendiri yang harus mengontrol struktur dan proses, dan harus

menentukan bentuk mana yang akan diadopsi.

Gaya yang berbeda akan cocok untuk masyarakat yang berbeda, dan tiada

satupun cara benar yang berlaku bagi semua. Gaya yang dipaksakan dari luar akan

hampir pasti tidak berhasil, dan meskipun bermanfaat dan boleh-boleh saja bagi

seorang pekerja masyarakat untuk membuat orang peduli akan kemungkinan cara

alternatif dalam melakukan sesuatu, keputusan harus dilakukan oleh masyarakat itu

sendiri. Perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan

masyarakat dapat menggerakkan partisipasi.

Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, usaha itu wajib

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata menjadi stimulus terhadap

masyarakat, serta berfungsi mendorong timbulnya jawaban (respons) yang

dikehendaki. Kemudian untuk menjadi motivasi terhadap masyarakat yang

berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior) yang dikehendaki secara

berlanjut.8

Pada gilirannya, partisipasi masyarakat sebagai masukan pembangunan dapat

8 Taliziduhu Ndraha, Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyaraka Tinggal Landas

(Yogyakarta: Rineka Cipta, 1990), hal 104

meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat yang

bersangkutan, antara peran masyarakat dengan kemampuan masyarakat untuk

berkembang secara mandiri terdapat kaitan yang erat sekali. Kesediaan masyarakat

untuk berperan merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk

berkembang secara mandiri. Menurut beberapa sumber, peran masyarakat dalam

pembangunan dapat turut menumbuhkan kemampuan masyarakat. Peran

masyarakat dan kemampuan masyarakat itu berkembang secara mandiri ibarat dua

sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dan perlu dibedakan. Masyarakat

yang mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun dengan

atau tanpa berperan vertikal dengan pihak lain.

Kemampuan yang dimaksud dapat ditumbuhkan, secara garis besar

menyatakan bahwa peran (vertical) masyarakat dalam perencanan dan pelaksanaan

pembangunan desa dapat membangkitkan rasa percaya pada kemampuan sendiri

(self reliance) masyarakat. Rasa ini mendorong tumbuhnya prakarsa dan kegiatan

bersama, dan dengan demikian maka peran horisontal sebagai salah satu kualitas

masyarakat yang mandiri akan tergerak.

Rasa tanggungjawab sebagai salah satu kualitas masyarakat yang

berkemampuan berkembang secara mandiri tumbuh tatkala yang bersangkutan

secara sadar dan bebas memilih dan menyetujui suatu hal, menyerap suatu nilai,

atau menerima suatu tugas, berkesempatan untuk belajar dari hal-hal yang kecil

untuk kemudian ditingkatkan menjadi hal yang lebih besar, mempunyai

kemampuan sendiri (self confidence), menentukan memutuskan sendiri segala yang

dikehendakinya. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri

berkorelasi positif dengan kemampuannya untuk berperan dan juga dengan

kemampuannya meningkatkan taraf hidup masyarakat.

F. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Kesejahteraan sosial dalam undang-undang dasar no. 6 tahun 1974 tentang

ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut: 9

kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil

maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman

lahir dan batin, yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga serta masyarakat dan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban

manusia sesuai dengan pancasila.

Adapun pengertian kesejahteraan sosial pada dasarnya diciptakan atas

kompromi tiga elemen yaitu, 1. Sejauh mana masalah sosial diatur. 2. Sejauh mana

kebutuhan dapat dipenuhi 3. Sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf

hidup dapat dipenuhi.10 Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata ”daya” yang

mendapat awalan ber- menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai

daya. Daya artinya kekuatan, berdaya berarti memiliki kekuatan. Kata ”berdaya”

apabila diberi awalan pe- dengan mendapat sisipan –m- dan akhiran –an menjadi

9 Muhidin, Syarif, “Pengantar Kesejahteraan Sosial,( Bandung :STKS, 1997) h.5

10 James Midgley, “Pembangunan Sosial:Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial” (Jakarta:Diperta Islam Depag, 2005) h.21

”pemberdayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya

atau mempunyai kekuatan. kata pemberdayaan dalam bahasa indonesia merupakan

terjemahan dari ”empowerment” yang berasal dari kata ”power”.

Pemberdayaan sebagai terjemahan dari ”empowerment” menurut Merriem

Webster (dalam Roesmidi dan Riza, 2006:2) mengandung dua pengertian:11 1. To

give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kecakapan atau

kemampuan atau memungkinkan untuk. 2. To give power or authority to, yang berarti

memberi kekuasaan. Dari pengertian diatas maka kata pemberdayaan dapat diartikan

sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau kekuatan serta memberikan

kekuasaan kepada masyarakat atau individu agar menjadi lebih berdaya.

Adapun pengertian pemberdayaan menurut beberapa ahli dibawah ini

mengemukakan definisi pemberdayaan sebagai berikut:12 1. Pemberdayaan bertujuan

untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (ife,

1995) 2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dimana seseorang menjadi cukup kuat

untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan diatas, dan mempengaruhi terhadap

kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya,

pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,

dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang

11 Drs.H.Roesmidi M.M dan Dra.Riza Lisyanti, “Pemberdayaan Masyarakat” (Bandung:

Algaprint, 2006) h.2

12 Edi Suhartom, Ph.D, “Membangunan Masyarakat, Memberdayakan Rakyat” (Bandung: Rafika Aditama, 2005) h.58-59

lain yang menjadi perhatiannya (parsons, et.al, 1994) 3. Pemberdayaan menunjuk

pada pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (smit dan

levin 1987) 4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya

(Rappaport, 1984). Dari definisi diatas menurut Edi, pemberdayaan dapat dilihat

sebagain proses dan tujuan. Pemberdayaan menurutnya merupakan serangkaian

kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang

ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.13 Sedangkan menurut Roesmidi dan Riza,

pemberdayaan diartikan sebagai mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang

harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi,

mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan hari depannya.14

Dalam kajian pemberdayaan, pemberdayaan komunitas seringkali menggunakan

istilah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sendiri dapat diartikan

sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang

dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan.15

13 Ibid, h.59-60

14 Drs.H.Roesmidi M.M dan Dra.Riza Lisyanti, opcit, h.4

15 Gunawan Sumodiningrat, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial” (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999) h.133

Jadi pemberdayaan masyarakat adalah upaya sistematis untuk memberikan

kekuatan terhadap kelompok lemah dalam masyarakat melalui proses penyadaran

agar mampu mengatasi permasalahan yang mereka hadapi sendiri, sehingga

mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentukhari depannya. Dalam

hal ini pemberdayaan adalah memempukan dan memandirikan masyarakat. Dalam

kerangka demikian maka pendekatan pemberdayaan masyarakat harus dilakukan

melalui tiga jurusan: pertama, menciptakan iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang. Kedua, penguatan potensi dan daya yang dimiliki oleh

masyarakat. Ketiga, pemberdayaan yang juga berarti melindungi.16 Selain ketiga

pendekatan tersebut, Edi menambahkan dua pendekatan lagi yaitu melalui

penyokongan adalah memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya, dan pemeliharaan yaitu

memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi

kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.17

G. Proses Pemberdayaan Masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan kesejahteraan sosial

adalah meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik sangat sulit dalam

implementasinya, proses yang panjang harus dilewati setahap demi setahap. Hogan

(2000 : 20) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai

16 Ibid, h.133-134

17 Edi Suharto, Ph.D, opcit, h.67-68

suatu siklus yang terdiri dari lima tahap utama yaitu:

a) Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak

memberdayakan (recall depowering / empowering experiences).

b) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan

(discuss reason for depowerment / empowerment).

c) Mengidentifikasi suatu masalah atau proyek (identify one problem or project).

d) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna (identify useful power bases).

e) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya

(develope and implement action plans).

H. Strategi dan tahapan pemberdayaan.

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan menurut Edi Suharto dapat

dilakukan melalui tiga pengaturan pemberdayaan (empowerment setting) yaitu:

a) Aras mikro, pemberdayaan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,

konseling, stress management, krisis intervention tujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas

kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat

pada tugas (task centered approach).

b) Aras mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien,

pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi, pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok biasanya digunakan

sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan

sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

dihadapinya.

c) Aras makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large

system strategy) karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan

yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi

sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah

beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang

klien sebagai orang yang miliki kompetensi untuk memahami situasi mereka

sendiri, dan untuk memilih/menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Tahapan intervensi dalam proses pemberdayaan masyarakat dalam ilmu

kesejahteraan sosial dikenal dua bentuk intervensi. menurut Rothman, Tropman dan

Erlich intervensi tersebut yaitu: a. Intervensi mikro, merupakan intervensi yang

digunakan dalam lingkup kecil dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan

sosial perseorangan (social case work) dan bimbingan sosial kelompok (social group

working) b. Intervensi makro, mencakup berbagai metode professional yang

digunakan untuk merubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok,

komunitas di tingkat lokal, regional, maupun nasional secara utuh. praktek makro

berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal

yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas

dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat.18

Intervensi makro mencakup pengembangan masyarakat lokal (locality

18 Edi Suharto, Ph.D, opcit, h.122

development), perencanaan sosial (social planning), kebijakan sosial (social policy)

dan administrasi dan manajemen (administration and management) menurut the

gulbenkian foundation (1970: 3-34) intervensi makro dapat diidentifikasikan pada

tiga tingkatan yang menggambarkan cakupan komunitas yang berbeda dimana

intervensi makro dapat diterapkan melalui

a) Grass root ataupun neighbourhood work (agen perubahan melakukan

intervensi terhadap individu, keluarga dan kelompok masyarakat yang berada

di daerah tersebut misalnya kelurahan atau RT.

b) Local agency dan interlocal agency work (agen perubahan melakukan

intervensi terhadap organisasi di tingkat lo kal, provinsi, atau di tingkat yang

lebih luas bersama jajaran pemerintahan yang terkait, serta organisasi non

pemerintah yang berminat terhadap hal tersebut.

c) Regional dan national community planning work (misalnya saja agen

perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan

ekonomi ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan dengan cakupan lebih

luas dari bahasan tingkat lokal.

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

1. PNPM Mandiri

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui

harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program,

penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa

dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang

berkelanjutan.1

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat juga memerlukan

keterlibatan dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberi

kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan

masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut; PNPM inti terdiri dari program/

1 Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementrian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup PPK,

P2KP, PISEW, P2DTK. PNPM penguatan terdiri dari program-program

pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk

mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaanya terkait pencapaian

target tertentu. Pelaksanaan program-program ini ditingkat komunitas mengacu

pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.

Beberapa rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui

komponen program sebagai berikut komponen pengembangan masyarakat

mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan

kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan

masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya.

Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung

kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional

pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan

advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan

relawan masyarakat adalah sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan

keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai

sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.

Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah

serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku

lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan

sinergi positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara

lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan selektif.

Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi

kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli

lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen.2

Dalam proses perkembangan ini pemerintah berkesempatan menyalurkan

dana anggaran pembangunannya juga bagi perbaikan kampung dengan cara

memperbaiki prasarana. Faktor pengembangan lingkungan hidup harus menjadi

salah satu pertimbangan dalam menyusun bangunan rumah.3 Apalagi masyarakat

yang kurang mampu harus lebih didekati karena program yang direncanakan

pemerintah membangun rumah bagi yang kurang mampu berdasarkan kriteria

yang sudah disepakati oleh pemerintah.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua

kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat,

bahkan pada proses pemilihan anggota LKM atau BKM yang dilaksanakan melalui

proses pemilihan yang transparan dan adil, dengan partisipasi signifikan dari

2 Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementrian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyaraka (PNPM Mandiri (Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya, 2008), hal. 17

3 Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 89

anggota masyarakat.4 Hal ini meliputi penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana

lingkungan permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat karya. Penyediaan

sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar

perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini.

Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan

mempercepat pencapaian target MDGs. Peningkatan kapasitas masyarakat dan

pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha,

manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata pemerintahan yang baik.

Kiat utama dan terpenting masyarakat merasa kita (seorang adalah bagaimana

membuat pengorganisir) datang kepada masyarakat dalam cara yang benar-benar

wajar dan alamiah, bukan sesuatu yang sudah direkayasa sebelumnya dalam cara-

cara yang sangat kaku, atau bahkan terkesan mengada-ada.5 Ini merupakan awal

bagi tim fasilitator bagaimana dapat bersatu dengan masyarakat. Karena kegiatan

yang dijalankan adalah program pemerintah cenderung bersifat resmi dalam

melaksanakan tindakan, terlalu serius. karena ingin tampak mengesankan, tidak

dapat disepelekan. Bahkan sekedar ingin dianggap lebih atau berbeda dengan

masyarakat umumnya.

Peran masyarakat mengenai informasi yang terbatas dapat mengakibatkan

4 Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008 Bersama

Membangun Kemandirian dalam Pengembangan Lingkungan Permukiman yang Berkelanjutan (Jakarta: Dierktorat Jendral Cipta Karya, 2008), hal 47

5 Jo Hann Tan dan Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat Refleksi Pengalaman Pengorganisasian di Asia Tenggara (Jogjakarta:Insist Press, 2003), hal. 23

dampak yang kurang baik. Masyarakat yang kurang informasi apabila mengajukan

proposal ada informasi yang tidak tahu maka terjadi pengajuan ulang sehingga

kekurangannya akan tahu. Para pembuat kebijakan peran membuat masing-masing

bertanggung jawab terhadap tindakan yang salah. Apabila terjadi yang tidak

transparan maka harus ada pertemuan yang sekiranya dapat memberikan solusi

bagi masyarakat dan BKM.

3. Tridaya PNPM Mandiri

Persoalan kemiskinan yang ada di masyarakat sesungguhnya berakar dari

masalah internal kaum miskin itu sendiri. Carut-marutnya aspek struktural yang

ada di tengah-tengah masyarakat semakin menenggelamkan mereka ke kubang

kemiskinan. Dengan demikian, diperlukan intervensi dari pemerintah guna

mengentaskan masalah kemiskinan di masyarakat.

Inti kegiatan PNPM Mandiri di masyarakat kelurahan/desa adalah proses

mengembangkan kemandirian dan keberlanjutan. Upaya-upaya penanggulangan

kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat, melalui proses pembelajaran dan

pelembagaan nilai-nilai universal kemasyarakatan, dan prinsip pembangunan

berkelanjutan (sustainable development).6

PNPM merupakan salah satu strategi yang kini sedang dijalankan pemerintah

terkait pemberantasan kemiskinan. Yang menjadi ciri khas dari PNPM ini,

bagaimana persoalan kemiskinan yang berada di tingkat struktural masyarakat

6 Ibid, hal. 19

diselesaikan secara kolektif oleh masyarakat itu sendiri. Artinya, setiap orang baik

yang miskin maupun tidak, harus mempunyai tanggung jawab bersama

menanggulangi masalah kemiskinan.

Adapun pembelajaran BKM mandiri yang sebelumnya di cetuskan

P2KP untuk channeling program tridaya melalui BKM-BKM P2KP tahap 1 yang

dengan bantuan teknis dari P2KP melalui kegiatan extention P2KP 1 yang berhasil

mencapai tingkat mandiri akan didorong dan diberi peluang untuk diikutsertakan

dalam channeling program aspek tridaya, antara lain: program link ke lembaga

keuangan formal untuk kegiatan kredit mikro, melalui kerjasama dengan BRI dan

lembaga keuangan lainnya, serta program pro-poor governance kinerjanya hingga

mencapai tingkat mandiri. Forum BKM merupakan salah satu institusi strategis

untuk sarana pengembangan kapasitas dan jaringan (networking) BKM, sehingga

perlu ditingkatkan peran dan kapasitasnya dengan diberi bantuan teknis selama

pelaksanaan extention P2KP-1 sesuai kebutuhannya.

Mendorong BKM-BKM mandiri dan forum BKM secara bersama-sama

dengan pemerintah kota/kabupaten serta kelompok peduli setempat untuk mampu

membangun dan memperkuat komite penanggulangan kemiskinan di wilayahnya

serta mampu merumuskan dokumen strategi penanggulangan kemiskinan di kota/

kabupaten setempat, sehingga dapat mengakses peluang sebagai lokasi pelaksanaan

Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) P2KP.7

7 Tim Persiapan Extention P2KP-1, Pedoman Khusus Extention P2KP-1 Masyarakat mandiri

Bersama Membangun Kemandirian (Jakarta: PMU Proyek, 2005) hal III-8

Tidak hanya itu, siklus PNPM Mandiri juga menjadi media yang output-nya

merupakan konsep tridaya (sosial, ekonomi dan sarana-prasarana masyarakat) dari

program itu. Dengan tridaya PNPM pemerintah berharap dapat membangun akses-

akses kemasyarakatan yang dapat dijangkau oleh siapapun. Misalnya, bidang sosial;

mengadakan pertemuan tiap bulan pelaksananya konsultan manajemen pusat

(KMP) dan konsultan manajemen wilayah (KMW), tim fasilitator hasilnya

meningkatkan kesadaran dan fungsi kontrol sosial pada program penanggulangan

kemiskinan. Mengadakan pelatihan dan lokakarya yang melaksanakan tim

fasilitator, pelatihan yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah Variatif itupun

hasil dari pertemuan dengan fasilitator dan BKM, sehingga pelatihan dapat

memberikan kontribusi sharing pendapat antara masyarakat dengan pelaku.

Ekonomi; adanya dana pinjaman bergulir berkelanjutan, artinya masyarakat

meminjam dana untuk usaha yang dilakukannya dengan pengembalian yang ringan

tiap minggu. Pelaksananya BKM, supaya nantinya terbentuk keuangan yang solid.

Kalau ada pelanggaran mengenai pembayaran, maka dikenakan denda sesuai yang

ditentukan oleh BKM sebelumnya.

Dalam bidang Prasarana/sarana lingkungan pemukiman; sebelum

melaksanakan pembangunan ada beberapa hal yang harus dikerjakan terlebih dahulu

yaitu mengadakan pertemuan antara masyarakat, BKM dan fasilitator. Pertemuan

tersebut untuk menentukan wilayah RT mana yang benar-benar membutuhkan

prasarana/sarana lingkungan. Usulan yang disampaikan dari masyarakat ditampung

semua sehingga muncul perdebatan karena ingin wilayahnya dibangun infrastruktur.

Setelah semua terkumpul maka fasilitator, BKM dan masyarakat, mendata,

menentukan skala prioritas dan membentuk panitia. Hal ini ditempuh untuk

melibatkan peran masyarakat agar pembangunan sarana dan prasarana lingkungan

yang difungsikan untuk memperbaiki buruknya lingkungan di suatu wilayah dapat

terwujud. Program yang sudah dilaksanakan ini merupakan salah satu upaya

penanggulangan kemiskinan.

B. Profil BKM Kalisuren

1. Sejarah8

Latar belakang pembentukkkan BKM adalah bersumber pada penetapan

kebijakan P2KP oleh pemerintah tahun 2000. Proyek in imenempatkan masyarakat

sebagai pelaku utama proyek, mulai dari tahap perencanan, pelaksanaan sampai

pengawasan dengan intensitas keterlibatan sampai pada tingkat pengambilan

keputusan. Cara yang ditempuh yaitu menyediakan bantuan keuangan serta bantuan

teknis yang membangun rasa saling mempercayai antar berbagai pihak yang

terkait. Berdirinya BKM pada hari sabtu 13 september 2003 bertempat di Balai

Kelurahan Kalisuren, Kecamatan Tajur Halang Kota Bogor, dilaksanakan rembug

warga Kelurahan Kalisuren Kecamatan Tajur Halang Kota Bogor dalam rangka

membentuk Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Kalisuren. Warga

dalam rembug tersebut, selain telah memutuskan untuk membentuk BKM juga

memilih pengurus/anggota BKM masa bakti 3 tahun mulai 2003-2006, 2007-2009

8 Data sekunder dari BPS Kab.Bogor, Kecamatan Tajur Halang dalam Angka 2008, hal. 108

dan seterusnya sejak pelaksanaan rembug tersebut serta telah menyepakati

Anggaran Dasar BKM.

Menyadari sepenuhnya bahwa untuk melaksanakan program

penanggulangan kemiskinan yang lestari dan berkesinambungan diperlukan sebuah

badan keswadayaan yang secara terus menerus mampu menjadi wadah membangun

kebersamaan. Yang membentuk adalah fasilitator kelurahan (faskel) Bp.Sukma dari

Bogor. Keberadaan BKM serta seluruh asetnya yang dimulai melalui proses rembug

warga dengan melibatkan komponen masyarakat di Kelurahan Kalisuren ini adalah

merupakan milik masyarakat secara keseluruhan. BKM telah di notariskan di Bogor

pada 12 Desember 2007 sesuai nomor: 113/P-NR/2007 oleh Nurmudayani SH pada

masa periode lurah Bapak Dadang. Untuk pertama kali para penghadap notaris yang

merupakan pengurus/anggota BKM sebagaimana nama pengurus yang tercantum di

Anggaran Dasar BKM. Semata-mata diberi mandat oleh masyarakat untuk

melakukan administrasi berpautan dengan pencatatan kenotariatan yang diperlukan

untuk melakukan fungsi-fungsi BKM sebagaimana telah digariskan dalam isi

Anggaran Dasar BKM Kelurahan Kalisuren.

Sebelumnya telah sering diadakan sosialisasi oleh fasilisator kelurahan

Kalisuren ke berbagai Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) beserta

mekanisme terapannya. Juga selalu memberikan pengarahan dan wawasannya agar

pelaksanaan program pemerintah di wilayah Kecamatan Tajurhalang dapat sukses

dan efektif.

Mengenai nama BKM di kelurahan Kalisuren, pengurus sepakat memakai

nama BKM Kalisuren, didalam anggota BKM terdiri dari rembug masyarakat

adalah rembug, pertemuan atau musyawarah yang diikuti oleh para utusan

masyarakat yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat sendiri. BKM adalah

lembaga otonom dan independen yang dibentuk oleh utusan masyarakat di

kelurahan Kalisuren dengan tujuan utama untuk melakukan pemberdayaan

masyarakat, mengatasi berbagai permasalahan di masyarakat khususnya masalah

kemiskinan, serta menumbuhkan kembali ikatan dan solidaritas sosial antar

masyarakat agar saling bekerja sama demi kebaikan bersama.

KSM adalah suatu kelompok masyarakat yang beranggotakan sekurang-

kurangnya tiga orang yang dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan memiliki

ikatan sosial, memiliki tujuan ekonomi yang sama, tujuan sosial yang sama, tujuan

pembelajaran yang sama dan domisili yang sama. UPK adalah salah satu gugus

tugas dalam BKM yang berfungsi untuk mengelola keuangan dan melaksanakan

sistem pembukuan termasuk didalamnya membuat perencanaan keuangan serta

secara periodik melaporkan berbagai hal yang berkaitan dengan pertangungjawaban

keuangan kepada BKM9.

2. Maksud dan Tujuan BKM Kalisuren

Sebagai lembaga yang dipimpin secara kolektif-kolegial dari suatu organisasi

masyarakat warga yang berbentuk BKM berfungsi utama sebagai dewan

pengambilan keputusan, yang dilakukan melalui proses pengambilan keputusan

secara partisipastif, demokratis dan transparan. Sebagai sumber energi dan inspirasi

9 Anggaran Dasar BKM kelurahan Kalisuren tahun 2007

untuk membangun prakarsa dan kemandirian warga, yang secara damai berupaya

memenuhi kebutuhan atu kepentingan warga bersama, memecahkan persoalan

bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama utamanya dikaitkan dengan

kemiskinan dengan tetap menghargai hak pihak lain. Untuk berbuat yang sama

dan tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap berbagai

dominasi pengaruh dari manapun dan siapapun. Sebagai organisasi masyarakat

warga, BKM diharapkan benar-benar mampu memperjuangkan aspirasi dan

kebutuhan masyarakat miskin, agar mereka benar-benar terlibat aktif dan intensif

dalam proses pengambilan keputusan penting yang berkaitan dengan orang miskin.

Sebagai organisasi masyarakat warga, BKM merupakan wadah perjuangan

dan wadah aspirasi warga masyarakat kelurahan, khususnya dalam kaitan dengan

penanggulangan kemiskinan.

Tujuan dari BKM ialah dalam jangka panjang, merupakan wadah untuk

membangun modal sosial (social capital) dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai

kemanusiaan, ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga

agar saling bekerjasama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bersama, serta

pada gilirannya akan memperkuat keswadayaan masyarakat warga. Dalam jangka

menengah BKM ini merumuskan, menetapkan dan melaksanakan perencanaan

jangka menengah.

Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis), yang berlaku

selama tiga tahun sejak tanggal ditetapkan dengan mel;ibatkan seluruh komponen

masyarakat dan organisasi yang ada di kelurahan.10

Dalam jangka pendek, lembaga BKM ini membuat perencanaan operasional

dan pelaksanaan tahunan tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat atau

penanggulangan kemiskinan yang bersumber dari PJM-Pronangkis yang telah

ditetapkan.

3. Kelembagaan dan Keanggotaan BKM Kalisuren

BKM mempunyai alat kelembagaan sebagai berikut: rembug masyarakat,

anggota badan keswadayaan, UPK dan KSM. BKM ini dikelola secara kolektif

kolegial (Presidium) Dengan menunjuk dan/atau memilih dalam rapat anggota

BKM ,salah seorang koordinator. Semua anggota memiliki hak dan kewajiban

yang sama dengan masa pengabdian selama 3 tahun terhitung sejak pelaksanaan

rembug warga pembentukan BKM dan dapat di angkat kembali pada satu kali

periode berikutnya. Untuk seterusnya, anggota Badan Keswadayaan Masyarakat

dapat di pilih untuk masa pengabdian selama tiga tahun dan sesudahnya dapaat

dipilih kembali sebanyak-banyaknya dua kali terhitung sejak tanggal rembug

warga pembentukan BKM, dengan mempertimbangkan regenerasi anggota BKM

secara bertahap dan berkesinambungan .

Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban BKM dapat dibentuk satuan unit

gugus tugas yang terdiri dari UPK, BKM membentuk UPK yang berkedudukan

sebagai gugus tugas BKM, bertanggungjawab kepada BKM yang dipilih dan

10 Ibid

ditetapkan dalam rapat anggota BKM secara demokratis yang di agendakan untuk

maksud itu maka UPK, BKM dapat membentuk UP sesuai dengan kebutuhan.

Keanggotaan BKM dipilih dari utusan masyarakat yang hadir dalam rembug

warga di tingkat kelurahan. Seseorang dapat menjadi anggota BKM bila memenuhi

syarat antara lain bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab, peduli terhadap

masyarakat, tidak cacat moral/hukum, dan bukan pengurus partai politik. Utusan

masyarakat yang terpilih hendaknya mampu mengakomodir keterwakilan

perempuan, dan keterwakilan masyarakat miskin. Utusan masyarakat yang hadir

dalam Rembug Warga tidak diperkenankan melakukan kampanye lisan, tertulis atau

dengan cara apapun.

Keanggotaan atau kepengurusan BKM berakhir karena: meninggal dunia,

pindah tempat/alamat keluar dari kelurahan Kalisuren, diberhentikan dari

jabatannya oleh masyarakat dalam Forum Rembug Warga, mengundurkan diri dari

keanggotaan atau kepengurusan Badan Keswadayaan Masyarakat Kalisuren.

4. Program Kerja

Bersama masyarakat secara partisipasif merumuskan Perencanaan Jangka

Menengah (3 tahun) program penanggulangan kemiskinan (PJM-Pronangkis) di

kelurahan Kalisuren. Anggota BKM ini membuat rencana program tahunan yang

didasarkan pada PJM-Pronankis yang telah ditetapkan. Mampu bertindak sebagai

forum pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan.

Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar

mampu meningkatkan kesejahteraannya. Mengawasi proses pemanfaatan dana

BLM yang sehari-harinya dikelola oleh UPK. Memberikan keputusan akhir dari

seleksi berbagai usulan yang dilakukan oleh UPK dan UP lainnya yang berawal dari

usulan KSM atau dari kelompok masyarakat lainnya.

Membangun transparansi melalui berbagai media diantaranya papan

pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan keuangan bulanan, laporan triwulanan,

melakukan rapat secara terbuka dan melakukan audit keuangan BKM oleh auditor

independen. Merumuskan, menyusun dan menetapkan aturan main (termasuk

sanksi) dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan sumber daya masyarakat.

Bergerak pada hal-hal yang bersifat pengambilan kebijakan (strategis) dan tidak

boleh melaksanakan kegiatan yang bersifat operasional.

5. Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan KSM

UPK adalah salah satu gugus tugas kelembagaan BKM yang dibentuk untuk

penyaluran dan pencairan dana serta mengelola dana bergulir yang telah ditetapkan

BKM. UPK tidak diperkenankan mengambil keputusan strategis, melainkan hanya

menjalankan keputusan yang telah ditetapkan BKM. UPK diangkat dan

diberhentikan oleh badan masyarakat (BKM). UPK yang bertugas untuk mengelola

keuangan dan antara lain mencatat penyaluran dan penyairan dana serta mengelola

dana bergulir.11

UPK dipimpin oleh seorang Manager dan di bantu kasir serta juru tagih.

UPK merupakan tenaga profesional yang berhak mendapat gaji sesuai dengan

11 Ibid

kemampuan BKM, yang besarnya berdasarkan kesepakatan anggota BKM.

Semua kegiatan yang dilakukan UPK di pertanggung jawabkan kepada BKM.

KSM merupakan suatu kelompok masyarakat yang beranggotakan sekurang-

kurangnya tiga orang yang dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan memiliki ikatan

sosial, memiliki tujuan ekonomi yang sama, tujuan sosial yang sama, tujuan

pembelajaran yang sama dan domisili yang sama. KSM dibentuk dengan syarat –

syarat; Seluruh anggotanya berasal dari kelurahan Kalisuren, sedikitnya 2/3 (dua

per tiga) dari jumlah anggotanya berasal dari keluarga miskin. Memenuhi

persyaratan administrasi yang diatur dalam ART maupun ketetapan BKM lainnya.

Tujuan pembentukan KSM adalah: mendorong warga masyarakat untuk

dapat lebih dinamis dalam mengembangkan kegiatan dan nilai-nilai kemanusiaan

dan kemasyarakatan. Memudahkan tumbuhya ikatan-ikatan dan solidaritas sosial

serta semangat kebersamaan antara masyarakat. Mendorong proses pemberdayaan

masyarakat berjalan secara efektif dan efesien.

Mendukung terjadinya proses saling asah, saling asuh diantara anggota

masyarakat. Menjadi wadah konsolidasi kekuatan bersama antara masyarakat dari

kelompok lemah dengan kelompok lainnya. Mengembangkan dan melembagakan

tanggung renteng, membangun jaminan karakter antara anggota, menggerakkan

keswadayaan modal, meningkatkan dan menertibkan angsuran pinjaman dan

menguatkan serta mengembangkan usaha anggota. Membangun sarana prasarana

dasar yang benar-benar dibutuhkan masyarakat utamanya masyarakat miskin.

6. Keuangan dan Pembukuan BKM

Sumber Keuangan (modal) BKM ini diperoleh dari sumber pendanaan yang

berasal dari dana BLM dari P2KP, PNPM Mandiri, PAKET yang digunakan untuk

KSM usaha ekonomi produktif (modal bergulir), pembangunan sarana prasarana

dasar dan pengembangan sosial. Jasa yang dikutip dari dana bergulir yang dikelola

oleh KSM serta Dana dari bantuan pihak lain yang sah dan tidak mengikat.

Penggunaan dana BKM merupakan jasa pinjaman yang digulirkan pada

KSM untuk usaha produktif sebesar 1,5% tetap perbulan. Penggunaan jasa pinjaman

dibagi dengan ketentuan sebagai berikut: penambahan modal BKM sebesar 50%

dari jasa pinjaman, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar

lingkungan sebesar 6,67% dari jasa pinjaman, biaya operasional pengurus BKM

sebesar 33,33% dari jasa pinjaman, kegiatan sosial masyarakat Kelurahan Kalisuren

sebesar 10% dari jasa pinjaman.

Laporan Keuangan BKM tahun buku BKM adalah tahun almanak, dimulai

tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. BKM dibantu oleh

kesekretariatan dan UPK diwajibkan untuk membuat pembukuan yang rapih dan

tertib mengenai kegiatan BKM yang dilaporkan setiap triwulan, tengah tahunan dan

tahunan yang disesuaikan dengan variable penilaian kinerja BKM. Dalam

pengelolaan keuangan BKM menggunakan prinsip tranparansi dan akuntabilitas.

Laporan keuangan BKM sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini diumumkan di

papan pengumuman yang mudah dibaca dan diketatahui oleh warga masyarakat.

Laporan keungan tahunan BKM harus di audit oleh audit independen dan hasil

audit di sampaikan secara dalam rembug warga. Struktur BKM periode 2007-2009

koordinator oleh Muhlisin, bendahara oleh Hj. Safiudin, anggota UPK oleh Lilik.

C. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Kalisuren

Kelurahan Kalisuren merupakan salah satu kelurahan yang berada di

Wilayah Kota Bogor. Kelurahan Kalisuren terletak di Tajur Halang, tepatnya di

bagian tengah sisi utara dan terbagi atas 16 RW dan 55 RT. Kelurahan Kalisuren

mempunyai batas-batas administratif sebagai berikut:12

Sebelah Utara : Desa Citayam

Sebelah Selatan : Desa Tonjong

Sebelah Barat : Desa Jampang

Sebelah Timur : Desa Sasak panjang

Kelurahan Kalisuren memiliki luas daerah 507.560 Ha serta tinggi

wilayahnya yakni 124 meter diatas permukaan laut. Dilihat dari letak Geografisnya,

kelurahan Kalisuren terbilang cukup dekat dengan pusat-pusat pemerintahan.

Untuk lebih jelasnya jarak kelurahan Kalisuren ke pusat pemerintahan adalah

sebagai berikut:

Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 1,5 km

Jarak dari Kota Administrasi : 20 km

Jarak dari Kabupaten Dati II : 13 km

Jarak dari Ibukota: 35 km

12 Data primer hasil wawancara dengan Bpk Hudri, Sekretaris Kelurahan Kalisuren, 29 juli

2010.

A. Kondisi Demografis Kelurahan Kalisuren

1) Jumlah Penduduk

Berdasarkan data monografi. Jumlah penduduk kelurahan Kalisuren adalah

7026 jiwa, yang terdiri dari 3488 laki-laki dan 3538 perempuan yang terbagi dalam

2220 KK.13

Jumlah penduduk kelurahan Kalisuren secara rinci terlihat pada tabel ini :

Tabel I.1 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009

2) Jumlah Penduduk Menurut Agama

Sedangkan mengenai jumlah penduduk menurut agama, melalui tabel ini :

Tabel I.2 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009

13 Data monografi Kelurahan Kalisuren

Jenis Frekuensi Laki-laki 3488

Perempuan 3538

Jumlah 7026

Agama Frekuensi

Islam 6766

Protestan 193

Katholik 28

Hindu 23

Budha 16

Jumlah 7026

B. Sarana dan Prasarana

1) Sarana dan Prasarana Agama

Sarana peribadatan yang ada di kelurahan Kalisuren adalah sebagai berikut :

Tabel I.3 Tabel Sarana Peribadatan di Kelurahan Kalisuren

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009

2) Sarana dan Prasarana Kesehatan

Tabel I.4 Tabel Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kelurahan Kalisuren

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009

3) Sarana Pendidikan

Tabel I.5 Tabel Sarana

Pendidikan di Kelurahan Kalisuren

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009

o Tempat Frekuensi Masjid 3

Musholla 26 Gereja - Pura -

Vihara - Jumlah 29

Jenis Frekuensi

Puskesmas 1

Puskesmas Pembantu -

Jumlah 1

No Sekolah Frekuensi 1 SD/MI 5 2 SLTP/MTs 2 3 SMU/MAN -

Jumlah 7

4) Kondisi Ekonomi Sosial Budaya

a. Keluarga Sejahtera

Tabel I.6 Keluarga Sejahtera Kelurahan Kalisuren

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009

b. Masalah Sosial

Tabel I.7 Masalah Sosial Kelurahan Kalisuren

Sumber : Data monografi Kelurahan Kalisuren Tahun 2009 c. Anggaran Belanja

Tabel I.8

Anggaran Belanja Kelurahan Nominal (Rp)

Rencana Anggaran 58.000.000,00

Jenis Keluarga Sejahtera Frekuensi KK Pra Sejahtera 79

Sejahtera I 380 Sejahtera II 91 Sejahtera III 1681

Sejahtera III+ 52 Jumlah KK 2220

Masalah Sosial Frekuensi Anak Terlantar 4 Mantan Napi 18

Wanita Tuna Susila 2 Korban Narkotika 2

Anak Nakal 8 Korban Bencana Alam 300

Wanita Rawan Sosial Ekonomi 48 Keluarga Fakir Miskin 317 Lanjut Usia Terlantar 8

Anak Jalanan 10 Keluarga berumah tak layak huni 16

Lainnya (tidak ada masalah sosial) 6293 Jumlah 7026

Realisasi Anggararan3 58.000.000,00

d. Sumber Penerimaan

Tabel I.9 Sumber Penerimaan

Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan14

14 Ruang Kantor Sekretaris Kelurahan

Sumber Penerimaan/tahun Nominal (Rp)

Swadaya 1.000.000,00

Bantuan4 60.000.000,00

Kepala Kelurahan

Dadang H.Komad

Sekretaris Kelurahan

Hudri.S,pd

BKM

Muhlisin (koord)

BPD

Drs.Nurhalim (ketua)

Kepala-kepala

Urusan

Keterangan :

Garis Instruksi

Garis Koordinasi

Kepala Urusan ada 6 orang menangani 6 bidang

BAB IV

ANALISIS MASALAH

A. Partisipasi Masyarakat Terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri di Kelurahan Kalisuren

Partisipasi masyarakat Kelurahan Kalisuren dalam PNPM Mandiri dapat

dikategorikan aktif. Hal ini terlihat pada beberapa keberhasilan BKM Kalisuren.

Disamping itu juga BKM Kalisuren merupakan BKM yang pertama kali

merealisasikan pencairan bantuan dana kredit ke KSM di kecamatan Tajur Halang,

sehingga proses pencairannya harus dihadiri langsung oleh pihak penanggung

jawab dari Pemerintah Daerah Kota Bogor dalam hal ini kepala BAPPEDA.

Keberhasilan tersebut tidak akan pernah diraih oleh BKM Kalisuren apabila

kerja keras pengurus tidak didukung oleh adanya peran dari masyarakat, Peran

yang dimaksud adalah berupa peranan aktif masyarakat dalam mewujudkan atau

membentuk kelembagaan BKM sebagai syarat utama penetapan lokasi menjadi

Kelurahan target penerima bantuan PNPM Mandiri peran masyarakat cukup baik

dibandingkan dengan kelurahan lain di kecamatan Tajur Halang yang banyak tutup

BKM nya, meskipun tidak semua datang tetapi ada keikutsertaan dari beberapa

orang yang hadir untuk mewakili dari masyarakat yang tidak datang.1

Dari 36 KK di RT 01 RW 03 yang hadir dalam pertemuan sebanyak 16

1 Hasil Wawancara dengan Bapak Djalil, 9 Juni 2009

orang termasuk koordinator BKM Kalisuren. Peran masyarakat khususnya

masyarakat kelurahan Kalisuren yang tergolong pada keluarga kurang mampu

sangat antusias merespon program BKM, terutama dalam mengajukan usulan

kredit sebagai KSM. Peran masyarakat tersebut bukan sesuatu yang dianggap sudah

wajar adanya, sebab seseorang untuk mengajukan suatu usulan kredit (dalam PNPM

Mandiri) diisyaratkan untuk terlebih dahulu membentuk KSM serta membuat dan

mengisi Formulir Usulan Kredit yang menuntut satu kecermatan dan keakuratan,

utamanya menyangkut rincian kebutuhan, modal swadaya awal, perkiraan

pemasaran, dan lain sebagainya.

Mengingat tingkat pengetahuan dari warga masyarakat yang tergolong

kurang mampu relatif masih rendah, maka keharusan membuat usulan berupa

proposal membuat masyarakat harus berupaya lebih keras lagi seperti misalnya

berkonsultasi dengan pengurus BKM ataupun Fasilitator Kelurahan (FASKEL).

Meskipun menurut beberapa kalangan masyarakat, adanya keharusan menyusun

proposal bantuan kredit adalah sesuatu yang biasa, namun bagi masyarakat

kalangan bawah yang tergolong miskin hal itu menjadi luar biasa dan sangat

memberatkan. Masyarakat membuat usulan usahanya berupa proposal tetapi

masyarakat harus mengisi form-form dari BKM kemudian yang diajukan oleh

KSM calon penerima bantuan masih belum baku dan sering berubah-ubah.2

Dari keadaan yang demikian itu maka banyak KSM yang ‘frustasi’ dan tidak

2 Hasil Wawancara dengan Bapak lr. Sundari Koordinator BKM, 15 Mei 2009

mau lagi memperbaiki proposalnya, sehingga pada akhirnya mereka tidak jadi

mengajukan usulan bantuan kredit dari PNPM Mandiri. Kadar peran masyarakat

dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri bisa dibilang cukup tinggi, walaupun

hanya pada tahapan untuk mengikuti pelaksanaan program saja sedang pada

tahapan perencanaan dan pengamanan terhadap keberlangsungan program masih

belum nampak. Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat untuk mengikuti

program PNPM Mandiri di Kelurahan Kalisuren, walaupun kemampuan BKM

untuk memenuhi keinginan para KSM relatif terbatas.

Ini terlihat dalam proposal yang sudah masuk di BKM, namun sampai

penelitian dilaksanakan juga masih ada yang belum direalisasikan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa walaupun terdapat hambatan yang dirasakan oleh

masyarakat, namun toh pada akhirnya mereka bersedia berpartisipasi untuk

mengikuti program yang disediakan. Dengan demikian masyarakat akan aktif

berperan dalam suatu program pembangunan, apabila mereka dapat merasakan

sendiri dan terbukti bisa menguntungkan dirinya. Secara garis besar peran

masyarakat terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam PNPM

Mandiri di kelurahan Kalisuren antara lain adalah dengan membentuk Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) yang terdiri dari keluarga miskin guna bersama

mengikatkan diri untuk menerima, mengelola dan bertanggungjawab terhadap

bantuan yang telah diterimanya. Kelompok Swadaya Masyarakat ini juga berupaya

memaksimalkan bantuan kredit modal kerja bergulir untuk kegiatan usaha ekonomi

produktif guna memperbaiki kondisi ekonominya. Kelompok Swadaya Masyarakat

Kalisuren (KSM) secara aktif mengikuti pelatihan-pelatihan ketrampilan untuk

menunjang tiap-tiap individu dengan mengikuti pelatihan pembuatan tempe,

pelatihan tata rias, dalam rangka penciptaan lapangan baru atau menyempurnakan

usaha lama, dan masyarakat juga turut andil dalam perbaikan infrastruktur jalan di

Kelurahan Kalisuren dan pembangunan sarana sanitasi.

B. Proses Partisipasi Masyarakat Terhadap Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM) dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) mandiri di Kelurahan Kalisuren

Mengingat pentingnya peran kelompok masyarakat, utamanya yang menjadi

kelompok sasaran (target group), dalam mencapai tujuan program pembangunan,

maka sangat diperlukan upaya konkret dari masyarakat serta penyelenggara

pembangunan untuk memaksimalkan PNPM Mandiri. Dan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) Kelurahan Kalisuren telah melakukan beberapa proses serta

upaya yang konkret seperti berikut.

a) Menggalakkan Pertemuan dan Diskusi PNPM Mandiri

Upaya menggugah peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan PNPM

Mandiri di Kelurahan Kalisuren melalui pertemuan dan diskusi, diawali pada

tahapan mempersiapkan pembentukan BKM. Karena eksistensi BKM merupakan

syarat utama dan pertama diluncurkannya proyek PNPM Mandiri di suatu

Kelurahan atau Desa. Oleh karena itu pihak-pihak terkait yang terdiri dari pihak

Pemerintah Daerah yang dalam hal ini BAPPEDA menugaskan aparatnya yang

bertindak sebagai Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), bersama pihak

Konsultan Managemen Wilayah (KMW) menugaskan Fasilitator Kelurahan

(FASKEL) untuk mengadakan sosialisasi kepada warga masyarakat kelurahan.

Teknis pertemuan PNPM Mandiri dilaksanakan disetiap Rukun Tetangga dengan

melibatkan seluruh komponen masyarakat di satuan wilayah tersebut. Pihak

kelurahan mengundang semua RW dan RT masing-masing, RT membawa 8 orang

diantaranya, tokoh masyarakat dan tokoh agama hadir dalam sosialisasi yang

dikomando langsung oleh Lurah Kalisuren. Bahkan yang menghadiri acara itu ada

fasilitator dan aparat dari kecamatan. Dalam kurun waktu sekitar 2 bulan,

masyarakat Kelurahan Kalisuren berhasil membentuk kepengurusan BKM, dalam

suatu musyawarah warga Kelurahan Kalisuren dengan acara tunggal rapat

pembentukan dan pemilihan pengurus BKM pada tanggal 12 Desember 2003,

dalam sosialisasi dihadiri 200 orang.3

Tabel I. 10

Ada 49% yang hadir dalam pertemuan tersebut. Setelah lurah memaparkan

mengenai program nasional juga dijelaskan oleh fasilitator kelurahan. Sosialisasi

PNPM mandiri tidak hanya langsung kepada masyarakat tetapi juga melalui media

telekomunikasi dan media surat kabar. Apalagi ketika awal kali muncul PNPM

3 Hasil Wawancara dengan Hj.Ulfa (Bendahara BKM), 29 Juli 2010

Lingkup Yang Diundang Yang Hadir

RW 6 200 RT 45

Masyarakat 8 org x 45 360

411 200

mandiri hampir semua stasiun televisi menyiarkan dan memperkenalkan apa itu

PNPM mandiri.

Acara sosialisasi bertujuan untuk memperkenalkan seluk beluk program

PNPM Mandiri yang pada intinya berbeda dengan program Jaring Pengaman Sosial

yang telah ada sebelumnya. Dari dua sampai tiga kali sosialisasi di masing-masing

RT, akhirnya terbentuklah KSM di setiap RW. Yang terbentuk 74 KSM tersebut

merupakan salah satu komponen pembentuk BKM disamping aparat RT/RW dan

tokoh masyarakat dalam suatu Kelurahan. Pertemuan yang telah dilakukan oleh tim

persiapan PNPM Mandiri di Kelurahan Kalisuren ini sangat efektif menggalang

peran masyarakat setempat, hal ini ditunjukkan oleh keberhasilan BKM Kelurahan

Kalisuren terbentuk tidak terlalu memakan banyak waktu, yakni hanya sekitar dua

bulan saja.4

Selanjutnya untuk tahap pemantapan PNPM Mandiri, BKM Kelurahan

Kalisuren tetap melaksanakan pertemuan diskusi. Salah satunya adalah pengurus

BKM mendatangi acara pertemuan warga di masing-masing RT dan meminta

waktu untuk memberikan informasi ke-PNPM Mandiri-an serta perkembangan

pelaksanaan PNPM Mandiri khususnya yang telah dinikmati oleh masing-masing

warga RT setempat. Dalam acara pertemuan berupa penyampaian informasi

tersebut terjadi dialog atau tanya jawab yang sangat responsif antara pengurus

BKM dengan warga masyarakat RT yang dikunjungi. Dari acara itulah banyak

4 Hasil Wawancara dengan Muhlisin selaku Koordinator BKM Kalisuren, 29 Juli 2010

diperoleh saran dan masukan dari warga dan aparatur RT/RW untuk ikut

mensukseskan dan bahkan mengupayakan mengamankan aset BKM yang berupa

dana bergulir untuk seluruh komponen masyarakat Kelurahan Kalisuren.

Upaya diskusi tentang PNPM Mandiri juga dilaksanakan oleh pengurus

BKM dengan memberikan informasi, harapan, serta aturan main PNPM Mandiri

kepada seluruh anggota KSM yang menerima bantuan dana kredit yang disajikan

pada setiap pencairan dan penanda tangan kontrak kredit ekonomi produktif.

Pertemuan tersebut dilaksanakan di kantor BKM agar setiap anggota KSM yang

menerima bantuan kredit, dapat melihat sendiri bagaimana agenda program BKM

Kalisuren, jumlah KSM dan jumlah warga yang sudah menikmati bantuan PNPM

Mandiri, jumlah dana yang sudah dicairkan kepada seluruh KSM, termasuk jumlah

dana hibah yang telah disalurkan BKM kepada anggota masyarakat yang

membutuhkan, baik berupa bantuan pembangunan sarana dan prasarana dasar

lingkungan maupun bantuan sosial kepada masyarakat tidak mampu.

b) Identifikasi Masalah

Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan

masalah. Oleh sebab itu langkah awal dalam perencanaan adalah mengidentifikasi

masalah-masalah. Hasil pengajuan masalah dari masyarakat yang disampaikan

kemudian diidentifikasi masalahnya sampai ke akarnya. Proses yang begitu tegang

karena dari masing-masing masyarakat ingin di lingkungannya segera dibangun

infrastruktur. Masalah yang ditentukan masyarakat secara tidak langsung ada yang

dari pihak BKM dan fasilitator untuk mengarahkan agar prasarana/sarana

pembangunan dapat terwujud.

Proses identifikasi masalah yang dilaksanakan masyarakat di kelurahan

Kalisuren muncul banyak masalah tetapi yang diambil hanya tiga masalah yang

harus dilaksanakan. Banyak sekali yang diinginkan masyarakat pembangunan

pembuangan air, pavingisasi jalan, penerangan jalan, pembangunan balai RW,

pembangunan bantaran sungai, pembangunan pos kamling, pembangunan gapura

RT, dan lain sebagainya. Dari macam-macam yang diinginkan masyarakat maka

akan ditentukan pada skala prioritas yaitu teknik penilaian mana yang benar-benar

dibutuhkan masyarakat.

c) Menentukan Skala Prioritas

Penentuan skala prioritas memang ditentukan oleh masyarakat Kalisuren,

BKM hanya sebagai media perantara dalam penyelenggaraaan program. Setelah

masalah yang disampaikan ditulis dan dijelaskan oleh fasilitator agar masyarakat

mengetahui kondisi dari masing-masing RT nya. Adanya skala prioritas untuk

menentukan mana yang benar-benar dibutuhkan untuk kepentingan bersama.

Langkah yang mengarah pada skala prioritas ini, dapat dikatakan sebagai

suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas

ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif

menuju pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan

banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis

berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan

yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin

dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila

dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas. Diantara

masalah yang muncul dalam skala prioritas ialah pembangunan pembangunan

balai RW II, pembangunan sanitasi pembuangan air sepanjang 50meter dan jalan

paving di RT 1. Ketiga hal ini yang dilakukan pada PNPM Mandiri 2008

d) Pembentukan Panitia

Dalam pembentukan panitia tidak mudah dibuat karena masing-masing

memiliki pandangan sendiri-sendiri. Misalnya dalam RT 1 dalam menentukan

panitia ternyata yang jadi ketua adalah ketua RT sendiri. Masyarakat menganggap

yang mungkin bisa melaksanakan amanahnya adalah ketua RT. Masyarakat tidak

ada yang mau dengan jabatan sebagai ketua pelaksana karena sumber daya yang

dimiliki juga minim. Kalau hanya sekedar masyarakat sebagai pelaksana mampu

untuk mengemban tetapi mengenai pelaporan masyarakat tidak ada yang tahu

kalau bukan orang akademis. Begitu rumitnya pelaporan yang diinginkan dari

pusat membuat masyarakat bingung dengan apa yang sebenarnya diinginkan dari

penyelenggara program. Hal ini merupakan ketentuan sebelumnya, dimana

proposal tidak hanya permohonan kredit saja tetapi ketua RT dapat mengusulkan

infrasruktur atau lingkungnnya yang harus diperbaiki dan pembuatan proposal

lingkungan di rembug dengan masyarakat sampai menemukan titik temu apa yang

diusulkan dan proposal tersebut melalui skala prioritas penting dari BKM

Kalisuren,5 Setelah terbentuk panitia, maka selanjutnya merencanakan pembuatan

proposal sesuai dengan program yang akan direalisasikan.

e) Implementasi Program

Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri yang dilakukan masyarakat secara

swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan

yang dibantu oleh fasilitator dan konsultan. Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan

setelah proses perencanaan selesai dan telah ada keputusan tentang pengalokasian

dana kegiatan. Pelaksanaa kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim

pengelola kegiatan, pencairan dana, pengerahan tenaga kerja, pengadaan barang/

jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan

yang dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat, bertanggungjawab dalam realisasi

fisik, keuangan, serta administrasi kegiatan yang dilakukan sesuai rencana.

Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola apabila dibutuhkan barang/jasa

berupa bahan alat dan tenaga ahli yang tidak dapat disediakan atau tidak dapat

dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas teknis terkait dapat membantu

masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut.

f) Pelaporan

Pelaporan PNPM Mandiri dilaksanakan secara berkala dan berjenjang

melalui jalur struktural (perangkat pemerintah) dan jalur fungsional (konsultan dan

fasilitator) guna menjamin aliran informasi secara cepat, tepat dan akurat kepada

5 Hasil Wawancara dengan Bpk Hadi RT 01, 29 Juli 2010

setiap pemangku kepentingan. Yang dimaksud berkala adalah setiap periode waktu

tertentu, sedangkan berjenjang adalah dari satuan unit kerja tingkat masyarakat

sampai tingkat tim pengendali PNPM Mandiri. Sistem dan mekanisme pelaporan

diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis operasional masing-masing program.

g) Meningkatkan Jalur Komunikasi dan Informasi

Para pengurus BKM Kalisuren menyadari bahwa peran warga masyarakat

kelompok sasaran terhadap semua program pembangunan, akan sangat tergantung

kepada kelancaran komunikasi informasi antara penyelenggara dengan penerima

manfaat. Oleh karena itu BKM Kalisuren dalam rangka meningkatkan peran

masyarakatnya telah melakukan upaya membuka jalur komunikasi kepada

masyarakat. Salah satu jalur tersebut yaitu berupa menyebarkan masing-masing

satu eksemplar untuk setiap hasil atau laporan penyelenggaraan program kepada

setiap Ketua RT untuk diteruskan kepada aparat dibawahnya yaitu masyarakat. Jalur

komunikasi lainnya yakni tersedianya papan pengumuman yang diletakkan di Balai

Kelurahan dan memasang 6 buah papan informasi yang khusus berisi informasi ke-

PNPM Mandiri-an dan diletakkan di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh seluruh

warga dari ke enam RW di lingkungan Kelurahan Kalisuren.14

Saluran komunikasi lain yang telah disediakan oleh BKM Kalisuren adalah

berupa kotak saran yang diletakkan di samping papan pengumuman balai Kelurahan

Kalisuren. Namun menurut informasi dari Ketua BKM Kalisuren, Kotak Saran yang

telah lama disediakan untuk dimanfaatkan oleh warga masyarakat ternyata sampai

penelitian ini dilakukan masih belum pernah digunakan oleh warga masyarakat

sebagaimana yang diharapkan.

Dengan demikian keefektifan dari jalur/saluran komunikasi berupa kotak

saran ini belum terlihat memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan dan

penyempurnaan kinerja pengurus BKM. Lain halnya dengan jalur komunikasi

berupa papan informasi, dimana dengan dimuatnya nama-nama KSM beserta nama

para anggota yang menunggak angsuran kredit yang telah diterimanya, ternyata

dapat secara efektif menggugah yang bersangkutan untuk melunasi tunggakannya.

Hal ini dapat dipahami, karena dengan termuatnya nama-nama mereka dalam daftar

penunggak, mereka merasa malu diketahui oleh warga lainnya.

h) Mengoptimalkan Kinerja Pengurus

Optimalisasi kinerja dari para pengurus BKM sangat dituntut apabila

menginginkan adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program PNPM Mandiri. Upaya mengoptimalkan fungsi dan peran para pengurus

di BKM Kalisuren telah dilakukan dengan beberapa cara. KSM yang ingin

membayar kreditnya langsung datang ke kantor BKM Kalisuren hari senin

sampai rabu pada jam kerja pukul 08.00-13.00 wib. Penentuan kelayakan KSM

tidaknya ditentukan oleh pengurus BKM dan ketua RT di wilayahnya.

Karena yang lebih tahu tentang kondisi KSM adalah ketua RT.

i) Struktur Kepengurusan

Selain dari upaya yang telah dikemukakan sebelumnya, BKM Kalisuren

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan khususnya

penanggulangan kemiskinan juga mengadakan reformasi struktur

kepengurusannya. Kalau di BKM Sejahtera sistemnya itu melingkar maksudnya

semua pengurus saling berhubungan dan harus tahu kelebihan dan kekurangan

BKM6.

Tapi yang ada di BKM Kalisuren pengurusnya masih tetap periode sebelumnya

karena dinilai mampu mengemban amanah masyarakat. Hanya saja ada

penambahan anggota BKM mengenai administrasinya saatini. Pengurus BKM

Kalisuren terutama koordinator harus mampu bagaimana mengatur anggotanya

agar dapat menjadi lebih baik. Manajemen organisasi juga harus dipakai karena

penting bagi tugas dan fungsi anggota. Sedangkan temuan peneliti bahwa dalam

hal pembuatan usulan proposal yang membuat bukan masyarakat melainkan

pihak BKM Kalisuren. Hal ini harus ada teguran dari kelurahan agar

masyarakat benar-benar mampu dalam mensukseskan program PNPM Mandiri.

C. Kondisi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Setelah Mengikuti

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di

Kelurahan Kalisuren.

Dalam pembangunan terdapat fungsi-fungsi pembangunan, dimana fungsi

tersebut mempunyai tugas yang harus dilaksanakan yaitu peningkatan pertumbuhan

6 Hasil Wawancara dengan Muhlisin selaku Koordinator BKMKalisuren, 29

Juli 2010

ekonomi, perawatan masyarakat dan pengembangan manusia. Karena itu PNPM

Mandiri harus mampu mewujudkan agenda pembangunan nasional sekaligus

menjawab keinginan masyarakat.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Partisipasi mayarakat terhadap BKM dalam pelaksanaa PNPM Mandiri di

kelurahan kalisuren diwujudkan dalam pembentukan KSM, serta pembuatan

proposal guna mengajukan usulan kredit untuk modal usaha walaupun ada sebagian

masyarakat yang kesulitan dalam pembuatan dan perbaikan proposalnya, peran

masyarakat juga diwujudkan dalam pelaksanaan program antara lain dengan

mengikuti pelatihan pembuatan tempe serta mengajukan usulan program perbaikan

infrastruktur jalan, serta sanitasi pembuangan air.

2. Proses partisipasi masyarakat terhadap BKM dalam pelaksanaan PNPM mandiri

di kelurahan kalisuren adalah dengan menggalakkan pertemuan dan diskusi tentang

PNPM mandiri, mengidentifikasi masalah, menentukan skala prioritas, membentuk

kepanitiaan, mengimplementasikan program, pelaporan, meningkatkan jalur

komunikasi dan informasi, pengoptimalan kinerja pengurus, strukturisasi,

3. Kondisi masyarakat cukup terbantu dengan adanya PNPM mandiri karena bisa

mengusulkan peminjaman modal untuk usaha dan dapat manfaat dari mengikuti

pelatihan-pelatihan misalnya pelatihan pembuatan tempe. Masyarakat juga

menikmati fasilitas dari pembangunan jalan dan sanitasi.

B. Saran

Untuk PNPM Mandiri serta pelaksanaan program ditngkat kelurahan termasuk BKM

Kalisuren agar lebih responsif terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dan tahu betul apa yang

menjadi kebutuhan masyarakat, kaitannya denagn implementasi teknis program pemberdayaan

yang mencakup penyampaian program, teknis pengajuan proposal pinjaman, dan jalur birokrasinya

agar dipermudah untuk meminimalisir terjadinya kebingungan pada masyarakat, karena hal-hal

seperti ini yang mempengaruhi seberapa besar tingkat partisifasi masyarakat dan berhasil atau

tidaknya program pemberdayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Black, James A. dan Champion. Dean J, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama, 1999.

BPS Kota Bogor. Kecamatan Tajur Halang dalam Angka 2009. Bogor,

2009.

Daniel, Moehar., Darmawati, dan Nieldalina, PRA Participatory Rural Appraisal Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV Toha

Putra, 1989.

Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008 Bersama Membangun Kemandirian dalam Pengembangan Lingkungan Permukiman yang Berkelanjutan, Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2005.

Hoselitz, Bert F (Ed), Panduan Dasar ilmu-Ilmu Sosial Pemerkaya Pendekatan Antar Disiplin dan Bacaan Awal Sebelum Memilih Spesialisasi, Jakarta: Rajawali Press, 1988.

Huraerah, Abu, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan

Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Bandung: Humaniora, 2008.

Ife, Jim dan Frank Tesoreiro, Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi Community Development, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Muller, Johannes, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2006.

Mulyono, Dede, Metodologi Penelitian Ilmiah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Prayitno, Hadi dan M Umar Burhan. Pembangunan Ekonomi Pedesaan,

Yogyakarta: BPFE, 1987.

Rudito, Bambang. dan Melia Famiola, Social Mapping Metode Pemetaan Sosial Teknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti, Bandung: Rekayasa Sains, 2008.

Salim, Emil, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta: LP3ES, 1986.

Soekanto, Soejono, Kamus Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993. Soetrisno, Loekman. Menuju Masyarakat Partisipatif, Yogyakarta: Kanisius,

1995.

Tan, Jo Hann dan Roem Topatimasang, Mengorganisir rakyat refleksi Pengalaman Pengorganisasian di Asia Tenggara, Jogjakarta: Insist Press, 2003.

Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya, 2008.

Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif Ragam Perspektif Pengembangan

dan Pemberdayaan Masyarakat, Jogjakarta: Ar -Ruz Media, 2007.

http://www.pnpm-mandiri.org . 02 April 2009