COVER Simbah (Repaired)
description
Transcript of COVER Simbah (Repaired)
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA
EVALUASI PELAYANAN MEDIS MELALUI PERHITUNGAN
INDIKATOR EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS
RSU RA. KARTINI TAHUN 2013
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Disusun Oleh :
Monica Sari Gunawan 22010113210069
Yulia Evita Sari Sembiring 22010113210068
Aryazka Nuzuliana 22010113210070
Kusumaningrum 22010113210071
Indra Kusuma 22010113210107
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN UPAYA KESEHATAN
MLONGGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Evaluasi
Pelayanan Medis Melalui Perhitungan Efisiensi dan Efektivitas RSU RA. Kartini
Tahun 2013”.
Laporan ini penulis susun dalam rangka melengkapi tugas kepaniteraan
senior Ilmu Kesehatan Masyarakat di P2UKM Fakultas Kedokteran Undip,
khususnya dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai
evaluasi pelayanan medis melalui perhitungan efisiensi dan efektivitas RSUD RA.
Kartini Kabupaten Jepara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, terutama kepada:
1. Direktur RSU RA. Kartini, Kabupaten Jepara, yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk belajar mengenai manajemen rumah sakit di RSU RA.
Kartini.
2. Para dokter, bidan, perawat dan staf RSU RA. Kartini yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan ini.
3. dr. Nurkukuh, M.Kes, staf pengajar di P2UKM.
4. dr. Bambang Hariyana, M.Kes, staf pengajar di P2UKM.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis,
sebagai calon dokter, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan laporan
ini.
Mlonggo, 11 Juni 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya hidup sehat dan semakin
berhati-hati dalam memilih tempat pelayanan kesehatan saat mereka sakit. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, rumah sakit sebagai organisasi yang
bergerak di bidang jasa dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanan agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat bersaing dengan bidang usaha
lainnya. Usaha yang dilakukan rumah sakit diantaranya dengan menambah dan
mengoptimalisasikan sarana dan prasarana sesuai perkembangan teknologi yang
ada.1
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai
organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan
dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multidisiplin oleh
berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana
dan sarana fisik. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang
bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik disebut rumah sakit umum2
Berdasarkan UU no 44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Fungsi rumah sakit adalah sebagai penyelenggara pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.1
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka rumah sakit berusaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan. Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari
segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis, aspek efisiensi dan efektifitas
6
pelayanan, keselamatan pasien, dan kepuasan pasien. Beberapa indikator untuk
mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain: pemanfaatan tenaga,
pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan.
Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui
adalah melalui angka BOR (Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over), ALOS
(Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval).3
RSU RA. Kartini sebagai salah satu rumah sakit di Kabupaten Jepara dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa pelayanan kesehatan
yang berkualitas, memiliki visi menjadi rumah sakit pilihan pertama dan utama.
Sedangkan misinya adalah menyelanggarakan pelayanan prima, mengembangkan
profesionalisme sumber daya manusia, melengkapi sarana prasarana sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kerjasama
lintas sektor. Nilai-nilai yang dianut oleh RSU RA. Kartini yaitu ketaqwaan, etos
kerja, kebersamaan, kejujuran, keterbukaan, akuntabilitas, efisien dan efektivitas,
profesionalisme, dan pelayanan prima. Sedangkan tujuan RSU RA. Kartini yaitu
terwujudnya RSU RA Kartini Jepara yang mempunyai fasilitas yang memadai
serta memiliki sumber daya manusia yang profesional, terwujudnya pelayanan
kesehatan prima dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta memberikan
kepuasan bagi pengguna jasa rumah sakit, terwujudnya RSU RA Kartini Jepara
yang berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
terciptanya iklim kondusif yang menunjang daya saing rumah sakit.4
Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka dalam laporan ini penulis
memaparkan tentang evaluasi pelayanan medis RSU RA. Kartini melalui
perhitungan efisiensi dan efektivitas tahun 2013.
.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui evaluasi pelayanan medis melalui perhitungan
efektivitas dan efisiensi di RSU RA.Kartini tahun 2013
7
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui perhitungan efisiensi dan efektivitas di RSU RA. Kartini
tahun 2013.
Mengetahui hasil perhitungan efisiensi dan efektivitas di RSU RA.
Kartini tahun 2013.
1.3 Ruang Lingkup
Waktu : Tanggal 9-10 Juni 2014
Lokasi : RSU RA. Kartini, Kabupaten Jepara
Materi : Evaluasi Pelayanan Medis Melalui Perhitungan Efisiensi
dan Efektivitas di RSU RA. Kartini tahun 2013
1.4 Metodologi
Laporan ini disusun berdasarkan data sekunder yang didapatkan selama dua
hari yaitu pada tanggal 9 – 10 Juni 2014, di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara.
Data sekunder didapatkan dari Data Statistik Ruangan RSU RA. Kartini
Kabupaten Jepara tahun 2013 dari Instalasi Rekam Medik RSU RA. Kartini
Kabupaten Jepara. Data sekunder yang didapatkan adalah data per bangsal.
Setelah diperoleh data, kemudian dilakukan perhitungan BOR (Bed
Occupancy Ratio), AvLOS (Avarage Length of Stay), TOI (Turn Over Interval),
BTO (Bed Turn Over), NDR (Net Death Rate), GDR (Gross Death Rate),
pembahasan hasil, dan pengambilan kesimpulan berdasarkan tujuan yang telah
ditentukan.
8
BAB II
HASIL KUNJUNGAN KERJA RUMAH SAKIT KARTINI TENTANG
EVALUASI PELAYANAN MEDIS MELALUI PERHITUNGAN
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
RSU RA. KARTINI TAHUN 2013
2.1 Gambaran Umum
Instalasi rawat inap di RSU RA. Kartini memiliki 14 ruang perawatan
dengan kapasitas tempat tidur masing-masing sebagai berikut:
Tabel 1. Data jumlah tempat tidur RSU RA.Kartini Tahun 2013 (Januari-Desember)
No RuanganJumlah
(Tempat Tidur)
1 Ruang Cempaka 28
2 Ruang Teratai (Januari) 28
Ruang Teratai (Februari-Desember) 32
3 Ruang Bougenvil 26
4 Ruang Flamboyan 9
5 Ruang VIP 12
6 Ruang Anggrek (Januari-Juni) 18
Ruang Anggrek (Juli-Desember) 16
7 Ruang Mawar 21
8 Ruang Melati 33
9 Ruang Dahlia (Januari-Mei) 30
Ruang Dahlia (Juni-Desember) 31
10 Ruang ICU 6
11 Ruang Anyelir 15
12 Ruang Kemuning 32
13 Ruang Kenanga 8
14 Ruang Seruni 26
9
2.2 Data Statistik Pelayanan Medis RSU RA.Kartini tahun 2013
Tabel 2. Data statistik pelayanan medis RSU RA.Kartini tahun 2013Bulan LP HP JPK JPM<48 JPM>48 JPM
SK
Rujuk PP TT t
Januari 10819 7941 2090 46 36 82 14 156 292 31
Februari 9673 7395 1934 35 36 71 14 119 296 28
Maret 10614 7907 1996 35 35 70 13 129 296 31
April 9551 7354 1962 38 43 81 23 108 296 30
Mei 9643 7027 1918 43 29 72 25 134 296 31
Juni 8327 6802 1692 30 51 81 22 117 297 30
Juli 8182 6164 1690 34 41 75 17 118 295 31
Agustus 7913 6312 1673 26 51 77 22 143 295 31
September 8478 6465 1797 34 36 70 18 100 295 30
Oktober 8047 6348 1770 37 37 74 28 138 295 31
November 8546 6635 1769 32 51 83 31 135 295 30
Desember 8939 6739 1745 26 32 58 18 118 295 31
Total 108732 83089 22036 416 478 894 245 1551 295 365
Jumlah hari dalam satu tahun pada tahun 2013 adalah 365 hari.
Keterangan :
LP : Lama perawatan
HP : Hari perawatan
JPK : Jumlah pasien keluar
JPM <48 : Jumlah pasien meninggal <48 jam di rawat
JPM ≥48 : Jumlah pasien meninggal ≥48 jam di awat
JPMSK : Jumlah Pasien meninggal secara keseluruhan
Rujuk : Jumlah pasien yang di rujuk
PP : Jumlah pasien pulang paksa
TT : Jumlah tempat tidur yang tersedia
T : Jumlah hari perhitungan dalam satu satuan waktu
2.3 Evaluasi Pelayanan Medis Melalui Perhitungan Efisiensi dan Efektivitas
RSU RA. Kartini Tahun 2013
10
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di RSU RA.
Kartini Kabupaten Jepara pada tanggal 9-10 Juni 2014, diperoleh data sebagai
berikut per periode Januari-Desember 2013:
2.3.1BOR
Rumus penghitungan BOR :
BOR= Jumlah hari perawatan rumah sakitJumlahTT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu
x100 %
Atau menggunakan Rumus Barber-Johnson :
BOR=OA
x100 %
O : rerata tempat tidur terisi ( Hari perawatan
t )
A : kapasitas tempat tidur tersedia
TT: jumlah tempat tidur siap pakai
t : jumlah hari perhitungan dalam satu satuan waktu
Hari perawatan = ¿
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
87.73 89.23 86.17 82.8276.58 76.34
67.40 69.02 73.05 69.4174.97 73.69
BORBOR
Gambar 1. Grafik Perhitungan BOR/Bulan Pada Tahun 2013
Dari grafik perhitungan BOR pada periode Januari-Desember 2013 yang
terlihat pada gambar diatas, didapatkan nilai BOR terbesar berada pada bulan
11
Februari dengan nilai sebesar 89,23%, nilai terbesar kedua berada pada bulan
Januari sebesar 88%, kemudian grafik menurun mulai bulan Maret hingga bulan
Juli. Pada bulan Juli terlihat persentase sebesar 67,40% dan kembali meningkat
pada bulan Agustus-September. Pada bulan September persentase sebesar
73,05%, lalu menurun kembali di bulan Oktober sebesar 69,41%, dan kembali
naik pada bulan November dengan persentase sebesar 74,97% serta bulan
Desember sebesar 73,69%. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata nilai BOR tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar
76,89%.
2.3.2AvLOS
Rumus penghitungan AvLOS :
AvLOS= Jumlahhari perawatan per tahunJumlah pasien keluar(hidup+mati)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3.80 3.82
3.96
3.753.66
4.02
3.65
3.77
3.60 3.59
3.75
3.86
AvLOSAvLOS
Gambar 4. Perhitungan AvLOS/Bulan Pada Tahun 2013
Berdasarkan grafik perhitungan AvLOS/bulan periode Januari-Desember
2013 yang terlihat pada gambar di atas, didapatkan nilai AvLOS tertinggi pada
bulan Juni sebesar 4,02 hari. Sedangkan nilai terendah sebesar 3,58 hari pada
bulan Oktober. Awal tahun dari bulan Januari hingga bulan Mei didapatkan nilai
yang hampir sama besar dengan sedikit peningkatan pada bulan Maret yaitu
12
sebesar 3,96 hari. Kemudian mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember
terjadi penurunan nilai dibandingkan dengan nilai AvLOS pada bulan Juni. Dari
perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata nilai AvLOS
tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar 3,77 hari.
2.3.3BTO
Rumus penghitungan BTO :
BTO=Jumlah pasien keluar ( hidup+mati ) per tahun
JumlahTT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7.166.53 6.74 6.63 6.48
5.70 5.73 5.676.09 6.00 6.00 5.92
BTOBTO
Gambar 2. Perhitungan BTO/Bulan Pada Tahun 2013
Berdasarkan grafik perhitungan BTO/bulan periode Januari-Desember
2013 yang terlihat pada gambar di atas, didapatkan nilai BTO terbesar berada
pada bulan Januari sebesar 7,16 kali, terbesar kedua disusul oleh bulan Maret
dengan frekuensi sebesar 6,74 kali, lalu bulan Februari sebesar 6,53 kali. Pada
bulan April didapatkan frekuensi BTO sebesar 6,63 kali, lalu mulai menurun dari
bulan April sampai dengan bulan Juni sebesar 5,69 kali, kemudian naik sedikit
pada bulan Juli sebesar 5,73 kali. Pada bulan Agustus frekuensi menurun sebesar
5,67 kali. Meningkat pada bulan September sebesar 6,1 kali, kemuadian menurun
mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember dengan frekuensi bulan
13
Desember sebesar 5,91 kali. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata nilai BTO tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar
74,45 kali.
2.3.4TOI
Rumus penghitungan TOI :
TOI=Jumlah (TT x t )−hari perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0.53 0.460.64
0.78
1.121.25
1.76 1.69
1.33
1.58
1.251.38
TOITOI
Gambar 3. Perhitungan TOI/Bulan Pada Tahun 2013
Berdasarkan grafik perhitungan TOI/bulan periode Januari-
Desember 2013 yang terlihat pada grafik di atas, nilai TOI tertinggi terjadi pada
bulan Juli sebesar 1,76 hari, disusul bulan Agustus sebesar 1,69 hari. Pada bulan
September menurun dengan nilai sebesar 1,33 hari, selanjutnya meningkat sedikit
pada bulan Oktober sebesar 1,58 hari dan menurun kembali dengan nilai yang
hampir sama besar pada bulan November-Desember. Sedangkan pada awal tahun
seperti bulan Januari hingga bulan April nilai TOI cukup rendah yakni sebesar
0,53 hari pada bulan Januari, 0,46 hari pada bulan Februari, 0,63 hari pada bulan
Maret, dan 0,77 hari pada bulan April. Dari perhitungan di atas maka dapat
14
diambil kesimpulan bahwa rata-rata nilai TOI tahun 2013 di RSU RA Kartini
sebesar 1,13 hari..
2.3.5NDR
Rumus penghitungan NDR :
NDR= Jumlah pasienmeninggal 48 jamJumlah pasien keluar
x1000 ‰
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
17.22 18.61 17.54
21.92
15.12
30.14
24.26
30.48
20.03 20.90
28.83
18.34
NDRNDR
Gambar 5. Perhitungan NDR/Bulan Pada Tahun 2013
Berdasarkan dari grafik perhitungan NDR/bulan periode Januari-Desember
2013 yang terlihat pada gambar diatas, didapatkan nilai NDR tertinggi pada bulan
Agustus sebesar 30,48 ‰, kemudian disusul bulan Juni sebesar 30,14‰. Nilai
NDR terendah terjadi pada bulan Mei dengan nilai sebesar 15,11‰. Pada awal
tahun terlihat nilai NDR yang memiliki besar nilai hampir sama dari bulan Januari
sampai dengan April. Kemudian di akhir tahun terjadi penurunan nilai NDR dari
mulai bulan September hingga bulan Desember dengan besar nilai yang hampir
sama bila dibandingkan dengan bulan Agustus yang memiliki nilai NDR tertinggi
kedua. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata
nilai NDR tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar 21, 69‰ .
15
2.3.6GDR
Rumus penghitungan GDR :
GDR = J umlah pasien meninggal x 1000‰
Jumlah pasien keluar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
39.23 36.71 35.0741.28
37.54
47.8744.38 46.03
38.9541.81
46.92
33.24
GDRGDR
Gambar 6. Perhitungan GDR/Bulan Pada Tahun 2013
Berdasarkan dari grafik perhitungan GDR/bulan periode Januari-
Desember 2013 yang terlihat pada gambar diatas, didapatkan nilai GDR tertinggi
terjadi pada bulan Juni dengan nilai sebesar 47,87 kemudian tertinggi kedua pada
bulan November dengan nilai sebesar 46,91. Nilai perhitungan GDR terendah
yang didapatkan yaitu sebesar 33,23 terjadi pada bulan Desember. Pada awal
tahun dari bulan Januari sampai dengan Juni didapatkan nilai GDR yang hampir
sama besar namun terdapat kenaikan nilai yang terjadi pada bulan April sebesar
41,28. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata
nilai GDR tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar 40, 57%o
Dari data sekunder RSU R.A. Kartini didapatkan data-data yang berkaitan dengan
indikator pemanfaatan sarana pelayanan tahun 2013 sebagai berikut :
16
Tabel 3. Indikator pemanfaatan sarana pelayanan RSU R.A.Kartini Periode Tahun
2013 Berdasarkan DepKes 2005.
Indikator pelayanan Standar Pelayanan (DepKes
2005)
Nilai Tahun 2013
Bed Occupancy Rate (BOR) 60 – 85 % 76,89 %
Average Length of Stay
(AvLOS)
6 – 9 hari 3,77 hari
Turn Over Intervale (TOI) 1 – 3 hari 1,13 hari
Bed Turn Over (BTO) 40 – 50 kali 74,45 kali
Nett Death Rate (NDR) < 25 ‰ 21,69 ‰
Gross Death Rate (GDR) < 45 ‰ 40,57 ‰
Tabel 4. Indikator pemanfaatan sarana pelayanan RSU R.A.Kartini Periode Tahun
2013 Berdasarkan Barber Johnson.
Indikator pelayanan Standar Pelayanan (Barber -
Johnson)
Nilai Tahun 2013
Bed Occupancy Rate (BOR) 75 – 85 % 76,89 %
Average Length of Stay
(AvLOS)
3 - 12 hari 3,77 hari
Turn Over Intervale (TOI) 1 – 3 hari 1,13 hari
Bed Turn Over (BTO) 40 – 50 kali 74,45 kali
Nett Death Rate (NDR) < 25 ‰ 21,69 ‰
Gross Death Rate (GDR) < 45 ‰ 40,57 ‰
17
BAB III
PEMBAHASAN
Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan
yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standard dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan.1
Dewasa ini rumah sakit tidak hanya melaksanakan upaya kesehatan kuratif
dan rehabilitatif. Seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan,
dan sosial budaya, maka diperlukan juga pelayanan preventif
dan promotif. Pelayanan rumah sakit diharapkan lebih efisien dan efektif
dalam pengelolaan dan mutu pelayanannya
dengan memperhatikan fungsi sosialnya.1
Salah satu upaya penyembuhan pasien di rumah sakit adalah melalui
pengobatan dan perawatan yang dilaksanakan dalam ruang rawat inap. Ruang
rawat inap yang aman dan nyaman merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu dalam merancang
ruang rawat inap harus memenuhi persyaratan tertentu yang mendukung
terciptanya ruang rawat inap yang sehat, aman dan nyaman.5
Indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari
perawatan (AvLOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu
pemakaian tempat tidur (TOI), presentase pasien keluar yang meninggal (GDR)
dan presentase pasien keluar yang meninggal >48 jam perawatan (NDR).3
Penulis menggunakan data yang didapatkan dari tiap-tiap ruangan rawat
inap di RSU R.A. Kartini Jepara. Adapun terdapat kelemahan serta kelebihan dari
data yang penulis dapatkan antara lain: Kelemahan dari data yang penulis
dapatkan yaitu adanya pencatatan ganda pada pasien yang pindah ruangan.
Sedangkan kelebihannya adalah data yang diperoleh telah dikonfirmasi kepada
tiap kepala ruangan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Data pada laporan ini merupakan data yang didapatkan dari tiap-tiap
ruangan di rumah sakit selain ruang perawatan bayi, yaitu Ruang Cempaka,
Ruang Teratai, Ruang Bougenvil, Ruang Flamboyan, Ruang Anggrek, Ruang
Mawar, Ruang Melati, Ruang Dahlia, Ruang VIP, ICU, Ruang Anyelir, Ruang
Kenanga, Ruang Seruni, dan Ruang Kemuning.
BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Jika BOR > 85 % berarti tempat tidur di rumah
sakit tersebut hampir terpakai seluruhnya. Rumus BOR adalah (Jumlah hari
perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu satuan
waktu)) X 100%. BOR dihitung untuk menentukan efisiensi pelayanan RS.3 Nilai
BOR meningkat jika jumlah pasien meningkat, contohnya saat kejadian wabah
atau pada saat jumlah tempat tidur yang tersedia kurang mencukupi. Jika rata-rata
tingkat penggunaan tempat tidur dibawah standar berarti tempat tidur yang
tersedia di RS belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Apabila nilai
BOR lebih dari standar kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial akan
meningkat, dan juga akan mengurangi cadangan tempat tidur bila terjadi KLB
(Kejadian Luar Biasa). Di RSU RA Kartini nilai BOR terbesar berada pada bulan
Februari sebesar 89,22%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kejadian DHF
berdasarkan laporan morbiditas rawat inap. Sedangkan untuk nilai BOR RSU RA
Kartini tahun 2013 sebesar 76,89%. Berdasarkan standar pelayanan Barber
Johnson nilai ideal BOR adalah 75-85%, sedangkan nilai ideal BOR berdasarkan
standar pelayanan DEPKES 2005 adalah 60-85%.. Sehingga berdasarkan Barber
Johnson nilai BOR RSU R.A Kartini berada dalam batas standar.
AvLOS adalah rata-rata lama hari dirawatnya seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
xix
gambaran mutu pelayanan. Pada AvLOS yang memendek dapat terjadi karena
pasien meninggal, pulang paksa, atau dirujuk pada pelayanan kesehatan yang
lain.6
Secara umum nilai AvLOS yang ideal antara 6-9 hari sedangkan menurut
Barber Johnson adalah 3-12 hari. Rumus yang digunakan untuk menghitung
AvLOS yaitu (jumlah lama dirawat) / (jumlah pasien keluar (hidup + mati)).3
Nilai AvLOS RSU R.A Kartini terbesar terdapat pada bulan Juni, yaitu sebesar
4,02 hari. Hal ini dikarenakan pada bulan Juni jumlah pasien meninggal, pasien
yang dirujuk, dan pasien pulang paksa mengalami peningkatan. Sedangkan nilai
AvLOS selama tahun 2013 sebesar 3,77 hari. Sehingga nilai AvLOS RSU R.A
Kartini menurut DEPKES 2005 memendek, sedangkan menurut Barber Johnson
berada dalam batas normal. Adapun faktor lain yang menyebabkan memendeknya
AvLOS ialah berat ringannya penyakit. Adapun faktor lain yang menyebabkan
memendeknya nilai AvLOS adalah faktor kematian pasien baik yang meninggal
kurang dari 48 jam maupun lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit dan
jumlah pasien yang dirujuk. Setelah didata, didapatkan faktor pulang paksa juga
menyebabkan memendeknya AvLOS. Pulang paksa yang terjadi cukup banyak
terutama di bagian penyakit dalam ruang Teratai dan Kemuning. Setelah
dikonfirmasi dengan kepala ruang Teratai dan Kemuning didapatkan bahwa
pemendekan AvLOS dikarenakan kebanyakan pasien merasa sudah sembuh dan
ingin pulang atau keluarga pasien merasa bahwa pasien tidak kunjung membaik
dan sudah sangat kritis sehingga keluarga ingin merawat pasien di rumah. Faktor
lain dapat berupa kebutuhan pasien kritis akan ICU namun jumlah ventilator di
RSU RA Kartini terbatas, sehingga pasien harus menunggu dan menyebabkan
pasien lebih memilih untuk pindah ke ICU RS lain. Setelah dikonfirmasi dengan
kepala ruang ICU, salah satu penyebab data kematian yang tinggi di ICU adalah
faktor screening UGD. Faktor kematian tinggi juga didapatkan di ruang
Kemuning dikarenakan tingginya angka kejadian stroke, Chronic Kidney Disease
(CKD), dan Congestive Heart Failure (CHF). Sedangkan, apabila didapatkan nilai
AvLOS yang tinggi dapat berarti kurangnya mutu pelayanan di RS atau adanya
infeksi nosokomial.
xx
TOI menurut Depkes RI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI dapat dihitung menggunakan rumus ((Jumlah
tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup + mati).
Nilai TOI tinggi berarti tempat tidur semakin tidak produktif sehingga tidak
menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Nilai Toi
rendah berarti tempat tidur bisa sangat produktif. Hal ini bisa sangat
menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit, tapi bisa
merugikan pasien karena tempat tidur tidak dapat disiapkan dengan baik.
Akibatnya kejadian infeksi nosokomial mungkin bisa meningkat; beban kerja tim
medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam.3 Nilai TOI
RSU Kartini paling tinggi berada pada bulan Juli, yaitu sebesar 1,76. Salah
satunya disebabkan oleh adanya penurunan jumlah tempat tidur dan jumlah pasien
yang keluar (hidup dan mati) tidak terlalu tinggi. Sedangkan nilai TOI RSU R.A
Kartini selama tahun 2013 sebesar 1,11 hari. Dalam hal ini nilai TOI RSU R.A
Kartini berada dalam batas standar menurut Depkes 205 dan Barber-Johnson.
BTO adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay”.6 BTO menurut Depkes RI adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus
BTO dalah sebagai berikut: BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah
tempat tidur. BTO memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakain tempat
tidur dan produktivitas tempat tidur.3 Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai
BTO RSU R.A Kartini tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 7,16 kali.
Sedangkan nilai BTO tahun 2013 sebesar 74,45 kali. Angka tersebut lebih besar
dari standar yang ditetapkan DEPKES 2005 yaitu 40-50 kali. Angka BTO yang
meninggi dapat disebabkan karena tingginya jumlah pasien yang keluar baik
karena sembuh, meninggal ataupun pulang paksa dalam waktu relatif lebih cepat
(AvLOS yang memendek). Nilai BTO juga dipengaruhi oleh nilai TOI, apabila
nilai BTO baik maka TOI juga baik.
xxi
Memanjangnya AvLOS berkontribusi menyebabkan BTO yang menurun
karena dengan memanjangnya AvLOS berarti jumlah pasien yang dirawat di unit
rawat inap bertambah waktu rawatnya sehingga rata-rata satu tempat tidur
ditempati oleh pasien dalam satu periode waktu akan makin rendah karena
pergantian pasien yang menggunakan tempat tidur semakin lama. Jumlah pasien
yang dirawat di rawat inap yang sedikit juga dapat menyebabkan BTO menurun
karena terbatasnya pasien yang masuk di unit rawat inap menyebabkan banyaknya
tempat tidur yang kosong dan pergantian pasien yang menempati tempat tidur
tersebut pun menurun.
GDR adalah angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
Nilai GDR RSU R.A Kartini tertinggi terdapat pada bulan Juli yaitu sebesar
47,87%o, sedangkan nilai GDR tahun 2013 adalah sebesar 40,57%o, dimana nilai
tersebut sesuai standar yang ditetapkan DEPKES 2005 yaitu tidak lebih dari 45
per 1000 pasien keluar. Sedangkan NDR adalah angka kematian ≥ 48 jam setelah
dirawat untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar. NDR dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan RS. Nilai NDR RSU R.A Kartini tertinggi terdapat pada bulan
Agustus yaitu sebesar 30,48%o, sedangkan nilai NDR tahun 2013 adalah 21,69%o,
dimana nilai tersebut sesuai standar DEPKES 2005 yaitu kurang dari 25 per 1000
pasien keluar.
Periode waktu yang digunakan dalam indikator laporan ini adalah kurun
waktu 1 tahun. Dalam kurun waktu 1 tahun dapat dilihat tingkat keberhasilan atau
gambaran tentang keadaan pelayanan di RS melalui beberapa indikator sehingga
dapat dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Penentuan koordinat grafik Barber Johnson didapatkan dari perhitungan rumus :
TOI (x) = Jumlah (TT x hari) – Hari perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
= 1,11
Av-LOS (y) = Jumlah hari Perawatan Pasien Keluar
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
= 3,77 hari
Untuk menentukan garis BOR ditentukan oleh:
xxii
(TOI;Av-LOS) = (x;y)
= (1,13 ; 3,77)
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
GRAFIK EFISIENSI PEMANFAATAN TEMPAT TIDURRSU RA. KARTINI JEPARA
TAHUN 2013
TOI
av
LO
S
Da
era
h E
fisie
n
BOR = 76,89%
BTO = 74,45%
Gambar 7. Grafik Efisiensi Pemanfaatan Tempat Tidur RSU R.A. Kartini
Jepara Tahun 2013
Grafik Barber Johnson di atas menggambarkan tingkat efisiensi rumah sakit
dengan menggunakan parameter BOR, AvLOS, TOI, dan BTO. Pada Grafik
tersebut terlihat titik pertemuan parameter masih berada di daerah efisiensi. Hal
ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur di RSU RA Kartini sudah
efisien berdasarkan standar Barber-Johnson.
xxiii
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam menilai suatu rumah sakit khususnya yang menyangkut instalasi
rawat inap, diperlukan beberapa indikator dalam penilaian tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Berikut ini beberapa indikator yang
paling sering digunakan yaitu: Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of
Stay (AvLOS/LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death
Rate (NDR),dan Gross Death Rate (GDR).
Berikut ini adalah data yang diperoleh dari RSU RA Kartini Kabupaten
Jepara selama periode Januari-Desember 2013: nilai BOR 77,16%, Av LOS 3,77
hari, TOI 1,11 hari, NDR 21,69%o , GDR 40,57%o dan BTO 74,70 kali.
Berdasarkan grafik Barber-Johnson, titik pertemuan parameter terletak di
dalam daerah efisien, yang berarti penggunaan tempat tidur sepanjang periode
2013 sudah efektif. Berdasarkan DepKes 2005 (60-85%) dan Barber Johnson (75-
85%), nilai BOR dalam batas normal, rata-rata nilai AvLOS lebih rendah dari
standar (Depkes RI 6-9 hari), tetapi masih sesuai menurut standar Barbara-
Johnson (3-12 hari). Nilai TOI sesuai standar DEPKES 2005 dan Barber Johnson
(1-3 hari). Nilai BTO melebihi standar dari Barber Johnson (30 kali) dan standar
Depkes RI (40-50 kali). Adapun nilai GDR dan NDR sudah sesuai dengan standar
DepKes 2005 dan Barber Johnson, yaitu nilai GDR (DepKes <25 %o ) dan nilai
NDR (DepKes <45%o ). Dapat disimpulkan secara umum tingkat pemanfaatan,
xxiv
mutu, dan efisiensi pelayanan RSU RA. Kartini Jepara periode Januari –
Desember 2013 sudah efisien.
4.2 Saran
1. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor yang
menyebabkan angka persentase BTO lebih dari nilai rata-rata standar
pelayanan yang ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu tahun 2005
sebesar 40-50 kali.
2. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor yang
menyebabkan angka AvLOS lebih pendek dari rata-rata rumah sakit umum
menurut standar pelayanan departemen kesehatan tahun 2005 yaitu 6-9
hari.
3. Perlu dilakukan studi untuk memperoleh penyakit yang perlu
dilakukan rawat inap, yang tergolong penyakit ringan atau berat
sehingga dapat diketahui apakah berpengaruh terhadap AvLOS atau
tidak.
4. Perlu dilakukan evaluasi terhadap data kondisi pasien saat pulang paksa
dimana perlu ditelusuri dan dilakukan pencatatan mengenai penyebab
pulang paksa dan rerata di hari keberapa pasien pulang paksa dan data
mengenai keberhasilan pengobatan di RSU RA.Kartini sehingga dapat
mengkonfirmasi apakah perawatan di RS cukup baik.
5. Dilakukan perbandingan efektifitas pengelolaan rumah sakit antarbagian
yang sama di beberapa rumah sakit di Jepara termasuk RSU RA Kartini
Jepara atau antar bagian dalam satu RS agar dapat diketahui rumah sakit
mana atau bagian mana yang pengelolaannya lebih efisien.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
1. www.depkes.go.id
/downloads/UU_No._44_Th_2009_ttg_Rumah_Sakit.pdf
2. Permenkes No. 029.2012. Rumah Sakit.
3. Rano indradi sudra, statistic Rumah sakit. Penerbit Graha Ilmu hal 52
4. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
http://www.depkes.go.id
5. http://rsukartini.jeparakab.go.id/index.php/web/data/1.2
6. Harmiati AH. Gambaran Mutu Pelayanan Kesehatan di Unit Rawat Inap
RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Propinsi Ntt Tahun 2011. [online].
2011. [cited 2013 November 12]. Available from :
7. Huffman.1994. Health Information Management 10th Edition.
USA:Berwin.Illnois, physician record company.
xxvi