Cover
-
Upload
danang-setiarto -
Category
Documents
-
view
13 -
download
2
Transcript of Cover
![Page 1: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/1.jpg)
PEREKONOMIAN INDONESIA MASA REVOLUSI TAHUN
1945-1950
MAKALAH
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial Ekonomi
Dosen Pengampu Dr. Warto, M.Hum.
Oleh :
SLAMET INDARTO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
![Page 2: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/2.jpg)
2014
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang strategis di kawasan asia
tenggara yang terletak diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia Dan
Samudera Pasifik. Indonesia juga di apit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan
Benua Australia. Salah satu faktor inilah yang menyebabkan Indonesia banyak
dikunjungi oleh para pedagang dari Eropa. Indonesia menjadi negara jajahan
bangsa Portugis, Spanyol, Inggrisdan Belanda. Semasa Belanda, menjajah
Indonesia, mereka menciptakan sistem perekonomian untuk menjalankan roda
perekonomian di Indonesia .
Pertumbuhan ekonomi Indonesia memperlancar proses pembangunan
ekonomi, sehingga antara pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi tidak
bisa dilepaskan, keduanya saling berkaitan. Apabila pertumbuhan ekonomi
Indonesia meningkat maka pembangunan ekonomi juga akan menigkat.
Pertumbuhan ekonomi sendiri adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam kenaikan pendapatan nasional. Suatu
negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan
GNP riil di negara tersebut sedangkan pembangunan ekonomi ialah satu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka
panjang
Pada akhir masa pendudukan Jepang dan masa awal Republik Indonesia,
keadaan perekonomian Indonesia sangat kacau. Hiperinflasi menimpa negara
republik Indonesia yang baru berumur beberapa bulan tersebut . sumber inflasi
adalah beredarnya mata uang Jepang secara tidak terkendali . mata uang Jepang
yang beredar di masyarakat diperkirakan sejumlah empat miliar, ini terjadi sampai
bulan agustus 1945 mata uang jepang yang beredar di jawa saja berjumlah 1,6
miliar. Jumlah ini bertambah ketika pasukan sekutu berhasil menduduki beberapa
kota besar di Indonesia dan menguasai bank-bank (Soejono&Leirisa, 2010:272).
![Page 3: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/3.jpg)
Setelah kemerdekaan 17 agustus 1945, ekonomi Indonesia bisa dibilang
masih buruk, hal ini dikarenakan masih banyaknya kelaparan yang di alami oleh
penduduk Indonesia. Pasca kemerdekaan ini memang semangat revolusi rakyat
Indonesia masih berkobar-kobar hingga tahun 1950’an,namun perekonomian
Indonesia masih kacau.
Pada tahun 1946 Kepulauan Indonesia selama tahun-tahun perjuangan
kemerdekaan terbagi menjadi dua negara. Wilayah yang dikuasai pemerintah
republic awalnya meliputi Jawa dan Sumatera meskipun Blenada berhasil
menguasai sejumlah kota dan daerah-daerah sekitarnya di Jawa dan Sumatera.
Pemerintah memiliki sumber pendapatan yang sangat terbatas membutuhkan dana
untuk membangun aparatur negara terutama untuk membiayai perang gerilya
melawan kembali tentara kolonial Belanda. Defisit anggaran pemerinta republic
mencapai rp 1,6 triliun pada tahun 1948 dan Rp 1,5 triliun pada tahun 1949 (Jan
& Daan, 2012 : 279_280).
2.1 Kondisi Ekonomi Pada Masa Penjajahan Akhir Jepang dan Awal
Revolusi
Pada masa pendudukan jepang sepenuhnya perkonomian dikuasai oleh
Jepang,khususnya untuk menyuplai dalam perang asia pasifik. Karena di
Indonesia melimpah sumber daya alam komoditi perekonomian. Namun komiditi
ini kebayakan diganti dengan kebutuhan perang jepang seperti minyak,beras dll
guna mendukung Jepang yang semakin terdesak dalam perang asia pasifik.
Komoditi teh,kopi dan tembakau sangat dibatasi diganti dengan jarak dan kapas.
Ini menyebabkan tanah menjadi rusak sehingga untuk kedepannya menunjang
perekonomian rakyat Indonesia sendiri sangat memperhatinkan.
Dengan pembatasan sendiri rakyat semakin menderita yang semula
mereka mempunyai tanah-tanah yang dapat mereka olah maupun mereka sewakan
terhadap belanda menjadi lahan lahan komiditi perang jepang. Sehingga rakyat
indonesia merasakan kesengsaraan. Ditambah lagi dengan adanya romusha
menyebabkan rakyat indonesia yang semula bekerja,berganti dengan pemaksaan
kerja tampa dibayar guna mendukung jepang dalam perang.
![Page 4: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/4.jpg)
Jepang juga menerapkan program memanfaatkan fasilitas yang ada.
Seperti kilang minyak-minyak yang Indonesia semua dikuasai secara pihak tampa
ada keuntungan bagi indonesia. Semua kilang minyak yang menjadi komidit
daerah menjadi penguasaan jepang.
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 perekonomian
Indonesia belum stabil. Dikarenakan terjadinya masa peralihan dari pendudukan
Jepang ke masa revolusi. Sebagai negara baru Indonesia mengalami kesulitan
karena masih carut marutnya kondisi sosial politik yang juga berimbas ke sektor
ekonomi. Indonesia juga megalami kesulitan dalam mengatur pola ekonomi yang
akan diterapkan guna mensejahterahkan rakyatnya.
Dari segi politik juga mempengaruhi,kabinet yang sering berganti juga
berpengaruh pada program perkonomian Indonesia. Dengan bergantinya kabinet
juga mempengaruhi ketuntasan program yang dibuat sehingga menyebabkan
perekonomian tidak stabil. Belanda juga menanamkan pengaruhnya melalui
sistem ekonomi yang dibuat di belanda ,upaya ini dilakukan belanda guna
merebut kembali Indonesia.
“memperthankan kemerdekaan adalah tekad dan target utama bagi pemerintah dan masyrakat Indonesia. Dalam kontek itulah, dapat dipahami mengapa suau program pembnunan ekonomi yang berencna dan berjangka panjangntidak dkemukakan setia program kabinet. Penekanan program ekonomi diletakkan pada pmulihan dan perbikan keadaan”(leirissa,2012:90-91).
Banyak permasalahan ekonomi yang menerpa Indonesia ketika masa
revolusi. Mula-mula terjadi inflasi yang tinggi diakibatkan oleh belum pastnya
mata uang yang digunakan oleh indonesia karena Indonesia sendiri belum
memiliki mata uang sendiri. Mata uang yang berlaku semula adalah mata uang
pendudukan jepang . namun ketika Indonesia telah merdeka pemerintah tidak bisa
menarik serta merta mata uang pendudukan jepang dikarenakan rakyat memiliki
mata uang pendudukan jepang. Ditakutkan apabila mata uang itu ditarik maka
rakyat akan mengalami kerugian.
Ditambah lagi dengan datangnya NICA ke Indinesia yang juga
menyebarkan mata uang mereka yang digunakan pada perusahaan-perusahaan
dan daerah yang dididuki oleh sekutu di Indonesia. Sehingga di Indonesia banyak
beredar mata uang dan Indonseia sendiri belum mempunyai mata uang sendiri
![Page 5: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/5.jpg)
sehingga menyebabkan pereknomian Indonesia semakin anjlok. Indonesia baru
mengeluarkan ata uang sendiri yang bernama ORI (oeang republik Indonesia)
guna menstabilkan peredaran mata uang di Indonesia.
Belanda juga menerapkan blokade ekonomi terhadap Indonesia baik darat
maupun laut. Alasan belanda yang utama adalah mencegah masuknya
persenjataan ke Indonesia. Namun imbasnya indonesia sangat mengalami
kerugian di bidang ekonomi. Dikarenakan ekspor dan impor barang indonesia jadi
terhambat sehingga peekonomian indonesia menjadi semakin lemah.
Pada masa revolusi banyak pabrik pabrik asing yang beroprasi di
Indonesia.sehingga keuntungan dari sumber daya alam Indonesia bukannya
masuk ke Indonesia melainkan malah masuk ke kas negara asing. Ini juga
berdampak terhadap perekonomian Indonesia.
Kosongnya kas negara juga memperburuk kondisi perekonomian
Indonesia. Ini dikarenakan peasukan pajak dan pemasukan lain belum ada namun
pengeluaran negara Indonsia terus bertambah. Sehingga kondisi ini menyebabkan
perekonomian indonesia semakin tidak stabil.
2.2 Ekonomi Masyarakat Indonesia Masa Revolusi 1945
sampai 1950
Masa kolonial Hindia Belanda meninggalkan dampak yang
sangat berarti bagi perkembangan ekonomi masyarakat di masa
selanjutnya. Pada struktur perekonomian kolonial
memperlihatkan adanya dualisme. Di satu pihak terdapat sektor
industri modern yang berorientasi pasar, padat modal dan
produksi massal. Di pihak lain berkembang sektor ekonomi
tradisional yang berorientasi padat karya dan skala kecil. Selain
itu, terdapat pula diskrepansi special produksi. Persoalan ini yang
dihadapi kelak oleh pemerintah republik Indonesia dalam upaya
mengintegrasi perekonomian nasional.
Pada tanggal 8 maret 1942 angkatan perang hindia
belanda menyerah kepada bala tentara jepang, dalam hal ini
![Page 6: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/6.jpg)
angkatan darat XVI. Sejak itu Indonesia berada dalam
pendudukan Jepang yang membawa dampak perubahan
ekonomi besar-besaran. Jepang melakukan penyerbuannya ke
wilayah selatan dengan tujuan eksploitasi ekonomi dalam rangka
mendukung Perang Pasifik (Leirisa, dkk. 2012:88_89).
Perubahan yang tampak saat pendudukan jepang ini
terlihat di bidang pertanian pada November 1943 Jepang
memperkenalkan suatu program yakni Kinkyu Shokuryo Taisaku
(tindakan-tindakan mendesak mengenahi bahan makanan) yang
meliputi, pengenalan jenis padi baru, inovasi teknik penanaman,
peningkatan infra struktur pertanian, perluasan sawah dan
propaganda dan juga pelatihan petani. Di sector perkebunan
tanaman baku sandang makin digalakkan, seperti kapas, rami,
yute, rosella dan sisal.
Praogram pertanian yang sudah digalakkan oleh
pemerintah Jepang itu semua tidak ada yang berhasil. Pada april
1943 suatu kebijaksanaan beras dilancarkan yang menentukan
bahwa pasar bebas beras dilarang dan petani harus
menyerahkan sebagian panen mereka kepada pemerintah,
sedangkan jumlah wajib serah itu diserahkan kepada masing-
masing pemerintah daerah, tergantung kemampuan
produksinya. Kebijakan ini makin memberatkan beban rakyat
Indonesia, sehingga tidak jarang terdengar berita bencana
kelaparan di berbagai tempat.
Ketidaktentuan perkembangan perekonomian
berkelanjutan ke masa berikutnya. Pada 17 agustus 1945
Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik
Indonesia. Undang-undang dasar 1945 disusun dan struktur
pemerintahan dibentuk. Namun situasi yang berlangsung di
tengah-tengah pemberlakuan status quo oleh pihak sekutu
![Page 7: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/7.jpg)
terhadap seluruh wilayah pendudukan jepang sebagai pihak
yang kalah perang dan disusul bayang-bayang kembalinya
kekuatan kolonial Belanda. Kabinet pemerintahan yang dibentuk
senantiasa memasukkan butir-butir rencana di bidang
perekonomian dalam program-program. Kabinet Sjahril 1 yang
menggantikan cabinet presidensi pada November 1945,
mencanangkan beberapa program pokok yang mencakup aspek
ekonomi, yakni memperbaiki, kemakmuran rakyat di antaranya
melalui distribusi pangan dan menanggulangi krisis keuangan
republik (Soejono & Leirisa. 2012:90_91).
Pada tahun 1946 Kepulauan Indonesia selama tahun-tahun perjuangan
kemerdekaan terbagi menjadi dua negara. Wilayah yang dikuasai pemerintah
republik awalnya meliputi Jawa dan Sumatera meskipun Belanda berhasil
menguasai sejumlah kota dan daerah-daerah sekitarnya di Jawa dan Sumatera.
Pemerintah memiliki sumber pendapatan yang sangat terbatas membutuhkan dana
untuk membangun aparatur negara terutama untuk membiayai perang gerilya
melawan kembali tentara kolonial Belanda. Defisit anggaran pemerinta republik
mencapai Rp 1,6 triliun pada tahun 1948 dan Rp 1,5 triliun pada tahun 1949
(Zanden& Daan, 2012 : 279_280).
Pada bulan juli 1947, Belanda melancarkan serangan militer pertama
(Politionele Actie), operasi ini Belanda lancarkan untuk menguasai pelabuhan
perairan dalam di Jawa. Sedangkan , di Sumatera, perkebunan-perkebunan
disekitar Medan , instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah
Padang dikuasai , operasi Belanda ini berhasil hal ini dikarenakan serangan itu
sangat mendadak dan berjalan cepat, sebagian besar infrastruktur dan perkebunan
komoditas ekspor di kuasai tanpa kerusakan walaupun ada beberapa kekuatan
republik ketika mundur berusaha untuk menghancurkan apapun yang mereka bisa.
Setelah menguasai sebagian besar kepulauan Nusantara, Belanda
menemukan apparatus ekonomi dalam kondisi kacau balau. Volume ekspor
berada jauh di level sebelum perang:12 persen untuk minyak, 5 persen untuk karet
![Page 8: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/8.jpg)
pemerintahan, dan kurang dari 1 persen untuk gula dan minyak kelapa sawit
(Zanden & Daan, 2012 : 279_280). Perkebunan berada dalam kondisi yang buruk,
bahkan beberapa beberapa di antaranya sudah tidak berproduksi selama beberapa
tahun. Meskipun kondisi perkebunan kecil lebih baik, dengan produksi tingkat
sedangnya tetap utuh, ekspor mereka tetap jauh di bawah level sebelum perang
karena mereka sangat terlambat oleh perbaikan jaringan transportasi dan
perdagangan yang lamban.
Menurut Zaaden, dalam bukunya Dick mengatakan bahwa Belanda
berhasil merehabilitasi ekonomi ekspor yang vital dengan relative cepat.
Perdagangan luar negeri berkembang dramatis selama tahun 1947_1949,
walaupun harus diakui itu berawal dari level yang sangat rendah. Produksi oleh
pengusaha perkebunan kecil Indonesia memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap keberhasilan itu (Zaaden& Daan, 2012 : 280_281).
Pada tahun 1948 hampir tiga perlima dari semua ekspor karet berasal dari
perkebunan skala kecil di Sumatera dan Kalimantan, dan semua ekspor kopra dari
Sulawesi terdiri dari atas setoran dari penanam bumi putra. Selain itu, panen yang
baik telah menurunkan harga beras, penggilingan padi kembali beroperasi, dan
layanan kereta api bisa dipulihkan secara perlahan. Selama agresi militer kedua
Belanda berhasil mengambil alih semua sisa wilayah republik, perjuagan
Indonesia berusaha lebih keras untuk melakukan sabotase. Banyak penggilingan
padi dan perkebunan yang dihancurkan, bahkan jalan dan lalu lintas kereta api
juga menjadi target.
Pada agustus 1945 mata uang jepang beredar luas di Jawa berjumlah 1,6
miliar. Jumlah ini kemudian bertambah ketika pasukan Sekutu berhasil
menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan menguasai bank-bank,
sedangkan bank-bank itu diedarkan uang cadangan sebesar 2,3 militer untuk
tujuan operasi dan membiayai pembantu-pembantunya seperti menggaji pegawai.
Mata uang pendudukan Jepang yang beredar sebesar 1.600.000.000, sisa dari
pemerintah Hindia Belanda dan de javashe Bank sebesar 300.000.000, mata uang
Jepang cadangan yang disita oleh NICA 2.000.000.000, sehingga jumlahnya
![Page 9: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/9.jpg)
mecapai 3.900.000.000.Keadaan ini membuat ekonomi RI semakin merosot dan
pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata uang Jepang tidak berlaku. Hal
ini disebabkan oleh negara sendiri belum memiliki mata uang sebagai
penggantinya. Kas pemrintah kosong. Pajak-pajak dan bea masuk lainnya sangat
berkurang, sebaliknya pengeluaran negara semakin bertambah dan kebijakan yang
diambil pemerintah adalah mengeluarkan penetapan yang menyatakan berlakunya
bebarapa mata uang sebagai tanda pembayaran yang sah di wilayah RI.
Mata uang yang diberlakukan yaitu mata uang de javashe Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang Pendudukan Jepang. Pihak yang
paling dirugikan akibat inflasi ini adalah petani, hal ini dikarenakan pada zaman
pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan dan
memilki mata uang Jepang. Masa revolusi ini Indonesia mengalami kekacauan
ekonomi yang buruk, karena terjadi Blokade ekonomi yang dilakukan oleh pihak
Belanda, sehingga mempengaruhi perekonomian rakyat Indonesia, hingga
akhirnya Indonesia memilki utang negara yang banyak. Akibat Blokade ekonomi
ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak dapat diekspor.
Faktor-faktor yang menyebabkan Belanda melakukan blokade ekonomi
kepada Indonesia :
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer Indonesia
Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing
lainnya;
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan –tindakan dan perbuatan-
perbuatan yang dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia (Soejono &
Leirisa. 2012:90_91).
Tujuan Belanda melakukan Blokade ekonomi adalah untuk
mencekik Republik dengan senjata ekonomi. Hasil yang
diharapkan oleh Belanda adalah timbulnya keadaan sosial-
ekonomi yang buruk dan kekurangan bahan-bahan impor yang
sangat dibutuhkan RI. Barang-barang milik Republik diusahakan
![Page 10: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/10.jpg)
untuk dihancurkan atau dibumi hanguskan, dan inflasi yang tidak
terkendali, ini diharapkan dapat menimbulkan kegelisahan dan
keresahan sosial, sehingga dapat menimbulkan kebencian
terhadap pemerintah Republik. Saat itu, kondisi perbendaraan
Indonesia juga mengalami kekosonga sedangkan
pengeluarannya semakin bertambah besar.
Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengatasi kondisi
keuangan rakyatnya dengan cara sebagai berikut :
Melakukan pinjaman nasional yang disetujui oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Menteri keuangan Ir.
Surachman melaksanakan pinjaman direncanakan akan
meliputi Rp 1.000.000,00 (satu miliar rupiah), yang dibagi
atas dua tahap. Pinjaman ini akan dibayar kembali selambat-
lambatnya dalam waktu 40 tahun. Pada bulan juli 1946
sleuruh penduduk Jawa dan Madura diharuskn menyetor
uangnya kepada Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah
pegadaian
Pemerintah mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang
Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah
India yang sedang ditimpa bahaya kelaparan dengan
mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah.
Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh
Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak
dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani
memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan
diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000
ton. Imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan
bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia
pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga
![Page 11: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/11.jpg)
karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang
sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum
internasional. Adapun keuntungan politis yang diperoleh
Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah
Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara
diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar
negeri membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri
dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta. Usaha
ini dirintis oleh Banking and Trading Corporation (BTC) , suatu
badan perdagangan yang semi pemrintah yang dipimpin oleh
Dr. Sumitro Djojohardikusumo dan Dr. Ong Eng Die. BTC
berhasil mengadakan kontak dagang dengan perusahaan
swasta Amerika (Isbrantsen Inc). Hasil transaksi pertama dari
kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-
barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain.
Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang
pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat
dan seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut
Belanda (Soejono & Leirisa. 2012:275_276).
Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk
mengatasi krisis ekonomi masa revolusi adalah :
Konferensi Ekonomi Februari 1946 Konferensi ini dihadiri
oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya
yang bertanggungjawab langsung mengenai masalah
ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran
(Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah
untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan tercapai
kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai
kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara
![Page 12: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/12.jpg)
berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan
sistem desentralisasi.
Masalah sandang Disepakati bahwa Badan Pengawasan
Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan
Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk
mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia.
(http://www.slideshare.net/rmriwan/keadaan-ekonomi-
indonesia-pada-masa-1945-1950)
3. Dampak Ekonomi Negara Indonesia Pasca Revolusi setelah tahun 1950
Setelah masa revulusi berakhir kini bangsa Indonesia dapat untuk
menentukan masa depannya sendiri. Kondisi negara Indonesia saat itu sagat
miskin dan tingkat pendidikan rendah sehingga sangat tergantung dengan
kemampuan seorang pemimpin. Banyak masalah-masalah saat itu mendera bangsa
Indonesia seperti seperti kegagalan, korupsi, kesatuan wilayah negara terancam,
keadilan sosial belum tercapai, masalah ekonomi belum terpecahkan dan banyak
harapan-harapan masa revolusi belum terwujud. Keadaan Politik saat itu sangat
berat bagi rakyat Indonesia.
Ricklefs ( 2010:493) menarik pendapat tentang politik Indonsia pasca revolusi
sebagai berikut.
Mengingat keadaan-keadaan yang harus di hadapi pemerintah Indonesia pada kurun waktu 1950-7, maka tidak mengherankan bila percobaan demokrasi tersebut gagal, karena dasar untuk dapat membangun demokrasi perwakilan hampir tidak diketemukan. Dari Belanda dan Jepang, Indonesia mewarisi tradisi-tradisi, asumsi-asumsi, dan struktur hukum negara polisisi. Rakyat Indonesia miskin, terbiasa dengan kekuasaan yang otoriter dan paternalistik, serta tersebar di kepulauan yang sangat luas berada dalam posisi sulit untuk memaksa pertanggungjawaban atas perbuatan para politikus di Jakarta. Mereka yang melek politik hanyalah sekelompok kecil masyarakat perkotaan. Para politikus di jakarta walaupun, mengusung cita-cita demokrasi, kebanyakan adalah kaum elite dan merasa sebagai pengikut kebudayaan perkotaan yang baru yang lebih unggul daripada budaya-budaya kedaerahan. Mereka bersikap paternalistik terhadap orang-orang yang tidak seberuntung mereka kadang-kadang tinggi hati terhadap orang-
![Page 13: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/13.jpg)
orang orang-orang yang, misalnya tidak lancar dalam Bahasa Belanda.
Masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia sangat besar. Banyak
perkebunan dan-perkebunan dan instalasi-istalasi industri rusak berat. Sedang
jumlah penduduk mengalami peningkatan yang tajam. Ricklefs (2010 : 494)
memperkirakan jumlah penduduk meningkat tajam, diperkirakan jumlah
penduduk pada tahun1950 adalah 77,2 juta jiwa, pada tahun 1955 berjumlah 85,4
juta jiwa, dan menurut sensus pada tahun 161 adalah 97 juta jiwa. Di Jawa
memeng produksi pangan meningkat namun tidak cukup, dan sekitar tahun 1950-
1960 produksi beras perkapita sedikit menurun. Sehingga impor masih
diperlukan. Bidang pertanian banyak menjadi lapangan kerja baru, sehingga
banyak tenaga kerja yang diserap dalam bidang pertanian sehingga mata
pencaharian sebagai buruh terus meninggkat. Tetapi hal ini dibarengi dengan
menurunnya jumlah lahan yang dimiliki petani. Sehingga banyak keluarga petani
yang tidak memiliki lahan yang besar bekerja sebagai buruh upahan, untuk
menambah penghasilan.
Banyak masyarakat urbanisasi ke kota-kota besar dengan harapan
memdapat pekerjaan layak. Rickelft (2010:495) menyatakan pada tahun 1930, 3,8
persen dari jumlah penduduk yang digolongkan sebagai penduduk perkotaan;
pada tahun 1961, jumlahnya menjadi 14,8 persen. Antara tahun 1945 dn 1955,
jumlah penduduk Jakarta meningkat dua kali lipat menjadi 1,8 juta jiwa dan
kemudian bertambah lagi menjadi 2,9 juta jiwa pada tahun 1961. Pada waktu itu
jumlah penduduk dua kota besar lainnya sekitar 1 juta jiwa (Surabaya dan
Bandung) serta jumlah penduduk tiga kota lainnya (Semarang, Palembang, dan
Medan) sekitar 0,5 juta jiwa. Sehingga hanya kota-kota besar dan kota praja yang
menjadi fokus pemerintahan maka masalah-masalah di pedesaan kurang
diperhatikan.
Di pulau Jawa terdapat ibukota negara, sebagian besar kota-kota besar
lainnya, mayoritas kaum politikus sipil dan mayoritas penduduk negara (61
persen) di Jawa maka wilayah luar Jawa tidak diperhatikan. Dalam mennyubsidi
impor di Jawa nilai tukar rupiah dipertahankan dengan sengaja dibuat tinggi. Hal
ini sangat sulit bagi daerah-daerah di luar Jawa yang berekonomian ekspor
![Page 14: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/14.jpg)
sehingga timbul perdagangan gelap dan penyelundupan. Dalam bidang
perdagangan dan industri, pemerintah secara terang-terangan mendukung
perusahaan-perusahaan asing dengan alasan lebih menjanjikan untuk
pembangunan ekonomi. Golongan menengah setempat memiliki politik lemah
dan terpecah-pecah antara orang Cina dan kaum borjuis. Orang Cina memang
memiliki jaringan perdagangan luas namun tidak memiliki dukungan politik,
sedang orang borjuis Indonesia yang berpegang teguh pada Agama Islam
memiliki jaringan perdagangan tidak luas dengan dukungan politik yang terbatas.
Pendidikan setelah masa revolusi diberi prioritas penting, banyak sekolah-
sekolah bermunculan (kebanyakan sekolah agama). Banyak anak yang memasuku
sekolah dasar namun sebelum tamat sudah keluar. Antara tahun 1953-1960
meningkat dari 1,7 juta menjadi 2,5 juta yang memasuki sekolah dasar. Terutama
di Jawa banyak didirikan lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Pada tahun 1930,
jumlah orang dewasa yang melek huruf adalah 7,4%, sedangkan tahun 1961
jumlahnya mencapai 46,7% dari jumlah anak-anak di atas 10 tahun (56,6% di
Sumatra dan 45,5% di Jawa), untuk penduduk laki-laki berusia 10dan 19 tahu,
jumlahnya di atas 76% (Rickleft, 2010: 496). Bahasa Indonesia digunakan dalam
lembaga pendidikan, komunikasi resmi dan media massa. Meningkatnya
masyarakat Indonesia yang melek huruf tercermin dengan meningkatnya oplah
surat kabat walau bila dibandingkan denga jumlah penduduk masih kecil. Pada
tahun sebelum 1950 hanya 500.000 eksemplar namun tahun 1956 di atas 933.000
eksemplar dan pada oplah majalah diatas 3,3 juta eksemplar pada tahun yang
sama.
Banyak orang mencari pekerjaan mulai dari yang berasal dari lembaga-
lembaga pendidikan, mantan pejuang gerilya, serta para mantan pejabat negara
federal dan republik. Pemerintah memberi kedudukan pada tahun 1950 dalam
birokrasi, sehingga jumlahnya terus membengkak karena menjadi rebutan utama
dari kekuasaan politik. Pada tahun 1930, pegawai sipil kolonial berjumlah
145.000 orang, kira-kira seorang pegawai mewakili 418 penduduk. Tahun 1950,
birokrasi bekas negara feodal kira-kira 180.000 orang dan birokrasi republik
240.000 orang di jadikan satu. Dan para gerilya diberi pekerjaan kantoran. Tahun
![Page 15: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/15.jpg)
1960 terdapat 807.000 pegawai. Gaji tergolong rendah dan sangat dipengaruhi
inflansi. Ketidakefisienan, salah urus, dan korupsi kecil-kecilan menjadi hal biasa.
Ekspor di indonesia cenderung lambat. Minyak menjadi sumber devisa
kedua setelah karet, adalah yang paling besar harapannya untuk jangka panjang.
Pada tahun 1957, produksi minyak mencapai dua kali lipat tingkat produksi dari
tahun 1940. Sebagian dikonsumsi dalam negeri. Selama tahun 1950-6, permintaan
bensin di dalam negeri mengalami peningkatan 64.5 % dan minyak tanah
meningkat 200, 5%. Progam-progam infrastruktur pemerintah yang sangat penting
untuk sektor ekspor (jalan, pelabuhan, pengendalian banjir, irigasi, kehutanan)
memburuk dan nilai tukar rupiah rendah sehingga banyak pengexpor yang
dirugikan.
Di bidang ekonomi banyak juga perusahaan asing yang berinvestasi di
Indonesia. Shell dan perusahaan-perusahaan Amerika, Stanvac, Caltex,
mempunyai posisi yang kuat di bidang minyak dan sebagian besar pelayaran antar
pulau berada di tangan perusahaan pelayaran KPM Belanda. Perbankan dikuasai
perusahaan Inggris, Belanda dan Cina. Bahkan Cina mengusai pengkreditan di
daerah pedesaan. Dapat dikatakan Indonesia belum merdeka secara ekonomi.
Dengan banyaknya perang revolusi dan lambatnya penanganan masalah
ekonomi rupiah terus mengalami inflansi. Sehingga biaya hidup meningkat 100%
dan untuk komoditi-komoditi tertentu mengalami kenaikan harga yang sangat
besar. Para pegawai, buruh, tuan tanah, para pejabat desa diberi tanah untuk
diolah sebagai gaji. Disini produsen beras yang mengalami keuntungan.
Dengan keruhnya sistem politik Indonesia seperti berganti-ganti kabinet
dan antara partai yang saling berebut kekuasaan membuat masalah ekonomi
rakyat tidak ditangani secara cepat. Ekonomi kian memburuk tahun Febuari 1951
dan September 1952. Harga karet yang merupakan komoditi ekspor yang di
utamakan turun 71%. Hal ini mengurangi jumlah pendapatan negara, negara
mengeluarkan cadangan emas dan devisa, juga meningkatkan pajak impor 100
sampai 200%. Kebijakan ini sempat menjadi ketegangan PNI dan Masyumi
karena perbedaan pendapat dan sudut pandang masing-masing. Kabinet Ali
![Page 16: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/16.jpg)
sempat menekankan indonesianisasi perekonomian dan mendukung pengusaha
pribumi. Namun kenyataannya perusahaan-perusahaan pribumi hanya digunakan
kedok oleh Cina. Sehingga muncul perusahaan Alibaba. Maksudnya orang
Indonesia hanya dipinjam nama saja oleh Cina. Dan Cina yang mengendalikan
perusahaan tersebut. Tahun 1952-1953 inflansi melunjak pada masa kabinet Ali.
Persediaan uang meningkat 7% namun rupiah melemah 44,7% dari nilai 24,6%.
Nasip eksportir bertambah buruk, sehingga meningkat jumlah penyelundupan.
Walau pasca revolusi Indonesia diterpa badai yang besar baik dari lemahnya
ekonomi, politik yang kacau, adanya perang Indonesia mampu membuktikan bisa
bertahan.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keadaan Ekonomi Indoesia pada saat masa Revolusi dipengaruhi oleh
keadaan politik. Dimana saaat itu politik Indonesia sedang kacau karena perang
untuk mempertahankan kedaulatan negara. Walau telah menjadi negara yang
berdaulat Indonesia masih dihadapkan persoalan-persoalan yang berat seperti
masalah ekonomi. Saat masa revolusi sekutu melakukan blokade ekonomi untuk
memperlemah Indonesia. Bayak dana dianggarkan untuk pertahanan dan
diplomasi untuk memperjuangkan Indonesia. Dabn juga pda masa awal revolusi
![Page 17: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/17.jpg)
ekonomi yang dikuasai asing berusaha dikendalikan sendiri oleh Indonesia.
Buruknya ekonomi disebabkan juga gonta-ganti kabinet membuat ekonomi
Indonesia tidak berkembang dan terjadi inflansi. Setiap kabinet memiliki
kebijakan tersendiri soal Ekonomi namun sebelum diterapkan berhasil sudah ganti
kabinet lagi dengan kebijakan yang berbeda. Sehingga laju inflansi tidak dapat
dikendalikan, banyak yang dirugikan terutama pegawai dan buruh. Karena
ketimpangan ekonomi banyak penduduk desa pindah ke kota untuk menjadi
buruh. Peerintah hanya mementingkan pusat (Jawa) terutama, tidak
memperhatikan rakyat yang terpelosok sehingga saat inflansi banyak rakyat desa
yang jatuh miskin. Para pengekspor terpaksa menyelundupkan barang
dikarenakan kebijakan ekonomi yang tidak memihak pada mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Poesponegoro, M.D dan Nugroho Notosusanto. 2007. Sejarah Nasional Indonesia
VI Zaman Jepang dan Zaman Republik. Yogyakarta: Balai Pustaka.
Leirssa. R. Z, DKK. 2012. Sejarah Perekonomian Idonesia. Yogyakarta : Ombak.
Van Zanden, L. 2012. Ekonomi Indonesia 1800-2011 : Antara Drama dan
Keajaiban Pertumbuhan. Jakarta : PT Gramedia.
Ricleft. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
![Page 18: Cover](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012922/55cf94c4550346f57ba43b8a/html5/thumbnails/18.jpg)
Nurkholiq, Rifal. 2012. Makalah Ekonomi Indonesia dari Revolusi sampai
Reformasi. (Online), (http://rifalnurkholiq.blogspot.com/2012/09/makalah-
ekonomi-indonesia-dari-revolusi.html), diakses tanggal 18 september 2013,
pukul 17.00 WIB.
Chitiki. 2013. Perkembagan perekonomian. (online),
(http://selidik86.blogspot.com/2013/02/makalah-perkembangan-
perekonomian-pada.html#chitika_close_button), diakses tanggal 18
september 2013, pukul 17.30 WIB.
Hasim. 2010. Foto-Foto Kemerdekaan.(online),
(http://haxims.blogspot.com/2010/02/foto-foto-masa-revolusi-pasca.html),
Diakses 19 September 2013.
Shahab. A. 2008. Pasukan bambu Runcing di masa Revolusi.(online),
(http://alwishahab.wordpress.com/2008/08/20/pasukan-bambu-runcing-di-
masa-revolusi/) Diakses 19 September 2013.