Cover

26
PEREKONOMIAN INDONESIA MASA REVOLUSI TAHUN 1945-1950 MAKALAH Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial Ekonomi Dosen Pengampu Dr. Warto, M.Hum. Oleh : SLAMET INDARTO

Transcript of Cover

Page 1: Cover

PEREKONOMIAN INDONESIA MASA REVOLUSI TAHUN

1945-1950

MAKALAH

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial Ekonomi

Dosen Pengampu Dr. Warto, M.Hum.

Oleh :

SLAMET INDARTO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 2: Cover

2014

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang strategis di kawasan asia

tenggara yang terletak diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia Dan

Samudera Pasifik. Indonesia juga di apit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan

Benua Australia. Salah satu faktor inilah yang menyebabkan Indonesia banyak

dikunjungi oleh para pedagang dari Eropa. Indonesia menjadi negara jajahan

bangsa Portugis, Spanyol, Inggrisdan Belanda. Semasa Belanda, menjajah

Indonesia, mereka menciptakan sistem perekonomian untuk menjalankan roda

perekonomian di Indonesia .

Pertumbuhan ekonomi Indonesia memperlancar proses pembangunan

ekonomi, sehingga antara pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi tidak

bisa dilepaskan, keduanya saling berkaitan. Apabila pertumbuhan ekonomi

Indonesia meningkat maka pembangunan ekonomi juga akan menigkat.

Pertumbuhan ekonomi sendiri adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam kenaikan pendapatan nasional. Suatu

negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan

GNP riil di negara tersebut sedangkan pembangunan ekonomi ialah satu proses

yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka

panjang

Pada akhir masa pendudukan Jepang dan masa awal Republik Indonesia,

keadaan perekonomian Indonesia sangat kacau. Hiperinflasi menimpa negara

republik Indonesia yang baru berumur beberapa bulan tersebut . sumber inflasi

adalah beredarnya mata uang Jepang secara tidak terkendali . mata uang Jepang

yang beredar di masyarakat diperkirakan sejumlah empat miliar, ini terjadi sampai

bulan agustus 1945 mata uang jepang yang beredar di jawa saja berjumlah 1,6

miliar. Jumlah ini bertambah ketika pasukan sekutu berhasil menduduki beberapa

kota besar di Indonesia dan menguasai bank-bank (Soejono&Leirisa, 2010:272).

Page 3: Cover

Setelah kemerdekaan 17 agustus 1945, ekonomi Indonesia bisa dibilang

masih buruk, hal ini dikarenakan masih banyaknya kelaparan yang di alami oleh

penduduk Indonesia. Pasca kemerdekaan ini memang semangat revolusi rakyat

Indonesia masih berkobar-kobar hingga tahun 1950’an,namun perekonomian

Indonesia masih kacau.

Pada tahun 1946 Kepulauan Indonesia selama tahun-tahun perjuangan

kemerdekaan terbagi menjadi dua negara. Wilayah yang dikuasai pemerintah

republic awalnya meliputi Jawa dan Sumatera meskipun Blenada berhasil

menguasai sejumlah kota dan daerah-daerah sekitarnya di Jawa dan Sumatera.

Pemerintah memiliki sumber pendapatan yang sangat terbatas membutuhkan dana

untuk membangun aparatur negara terutama untuk membiayai perang gerilya

melawan kembali tentara kolonial Belanda. Defisit anggaran pemerinta republic

mencapai rp 1,6 triliun pada tahun 1948 dan Rp 1,5 triliun pada tahun 1949 (Jan

& Daan, 2012 : 279_280).

2.1 Kondisi Ekonomi Pada Masa Penjajahan Akhir Jepang dan Awal

Revolusi

Pada masa pendudukan jepang sepenuhnya perkonomian dikuasai oleh

Jepang,khususnya untuk menyuplai dalam perang asia pasifik. Karena di

Indonesia melimpah sumber daya alam komoditi perekonomian. Namun komiditi

ini kebayakan diganti dengan kebutuhan perang jepang seperti minyak,beras dll

guna mendukung Jepang yang semakin terdesak dalam perang asia pasifik.

Komoditi teh,kopi dan tembakau sangat dibatasi diganti dengan jarak dan kapas.

Ini menyebabkan tanah menjadi rusak sehingga untuk kedepannya menunjang

perekonomian rakyat Indonesia sendiri sangat memperhatinkan.

Dengan pembatasan sendiri rakyat semakin menderita yang semula

mereka mempunyai tanah-tanah yang dapat mereka olah maupun mereka sewakan

terhadap belanda menjadi lahan lahan komiditi perang jepang. Sehingga rakyat

indonesia merasakan kesengsaraan. Ditambah lagi dengan adanya romusha

menyebabkan rakyat indonesia yang semula bekerja,berganti dengan pemaksaan

kerja tampa dibayar guna mendukung jepang dalam perang.

Page 4: Cover

Jepang juga menerapkan program memanfaatkan fasilitas yang ada.

Seperti kilang minyak-minyak yang Indonesia semua dikuasai secara pihak tampa

ada keuntungan bagi indonesia. Semua kilang minyak yang menjadi komidit

daerah menjadi penguasaan jepang.

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 perekonomian

Indonesia belum stabil. Dikarenakan terjadinya masa peralihan dari pendudukan

Jepang ke masa revolusi. Sebagai negara baru Indonesia mengalami kesulitan

karena masih carut marutnya kondisi sosial politik yang juga berimbas ke sektor

ekonomi. Indonesia juga megalami kesulitan dalam mengatur pola ekonomi yang

akan diterapkan guna mensejahterahkan rakyatnya.

Dari segi politik juga mempengaruhi,kabinet yang sering berganti juga

berpengaruh pada program perkonomian Indonesia. Dengan bergantinya kabinet

juga mempengaruhi ketuntasan program yang dibuat sehingga menyebabkan

perekonomian tidak stabil. Belanda juga menanamkan pengaruhnya melalui

sistem ekonomi yang dibuat di belanda ,upaya ini dilakukan belanda guna

merebut kembali Indonesia.

“memperthankan kemerdekaan adalah tekad dan target utama bagi pemerintah dan masyrakat Indonesia. Dalam kontek itulah, dapat dipahami mengapa suau program pembnunan ekonomi yang berencna dan berjangka panjangntidak dkemukakan setia program kabinet. Penekanan program ekonomi diletakkan pada pmulihan dan perbikan keadaan”(leirissa,2012:90-91).

Banyak permasalahan ekonomi yang menerpa Indonesia ketika masa

revolusi. Mula-mula terjadi inflasi yang tinggi diakibatkan oleh belum pastnya

mata uang yang digunakan oleh indonesia karena Indonesia sendiri belum

memiliki mata uang sendiri. Mata uang yang berlaku semula adalah mata uang

pendudukan jepang . namun ketika Indonesia telah merdeka pemerintah tidak bisa

menarik serta merta mata uang pendudukan jepang dikarenakan rakyat memiliki

mata uang pendudukan jepang. Ditakutkan apabila mata uang itu ditarik maka

rakyat akan mengalami kerugian.

Ditambah lagi dengan datangnya NICA ke Indinesia yang juga

menyebarkan mata uang mereka yang digunakan pada perusahaan-perusahaan

dan daerah yang dididuki oleh sekutu di Indonesia. Sehingga di Indonesia banyak

beredar mata uang dan Indonseia sendiri belum mempunyai mata uang sendiri

Page 5: Cover

sehingga menyebabkan pereknomian Indonesia semakin anjlok. Indonesia baru

mengeluarkan ata uang sendiri yang bernama ORI (oeang republik Indonesia)

guna menstabilkan peredaran mata uang di Indonesia.

Belanda juga menerapkan blokade ekonomi terhadap Indonesia baik darat

maupun laut. Alasan belanda yang utama adalah mencegah masuknya

persenjataan ke Indonesia. Namun imbasnya indonesia sangat mengalami

kerugian di bidang ekonomi. Dikarenakan ekspor dan impor barang indonesia jadi

terhambat sehingga peekonomian indonesia menjadi semakin lemah.

Pada masa revolusi banyak pabrik pabrik asing yang beroprasi di

Indonesia.sehingga keuntungan dari sumber daya alam Indonesia bukannya

masuk ke Indonesia melainkan malah masuk ke kas negara asing. Ini juga

berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

Kosongnya kas negara juga memperburuk kondisi perekonomian

Indonesia. Ini dikarenakan peasukan pajak dan pemasukan lain belum ada namun

pengeluaran negara Indonsia terus bertambah. Sehingga kondisi ini menyebabkan

perekonomian indonesia semakin tidak stabil.

2.2 Ekonomi Masyarakat Indonesia Masa Revolusi 1945

sampai 1950

Masa kolonial Hindia Belanda meninggalkan dampak yang

sangat berarti bagi perkembangan ekonomi masyarakat di masa

selanjutnya. Pada struktur perekonomian kolonial

memperlihatkan adanya dualisme. Di satu pihak terdapat sektor

industri modern yang berorientasi pasar, padat modal dan

produksi massal. Di pihak lain berkembang sektor ekonomi

tradisional yang berorientasi padat karya dan skala kecil. Selain

itu, terdapat pula diskrepansi special produksi. Persoalan ini yang

dihadapi kelak oleh pemerintah republik Indonesia dalam upaya

mengintegrasi perekonomian nasional.

Pada tanggal 8 maret 1942 angkatan perang hindia

belanda menyerah kepada bala tentara jepang, dalam hal ini

Page 6: Cover

angkatan darat XVI. Sejak itu Indonesia berada dalam

pendudukan Jepang yang membawa dampak perubahan

ekonomi besar-besaran. Jepang melakukan penyerbuannya ke

wilayah selatan dengan tujuan eksploitasi ekonomi dalam rangka

mendukung Perang Pasifik (Leirisa, dkk. 2012:88_89).

Perubahan yang tampak saat pendudukan jepang ini

terlihat di bidang pertanian pada November 1943 Jepang

memperkenalkan suatu program yakni Kinkyu Shokuryo Taisaku

(tindakan-tindakan mendesak mengenahi bahan makanan) yang

meliputi, pengenalan jenis padi baru, inovasi teknik penanaman,

peningkatan infra struktur pertanian, perluasan sawah dan

propaganda dan juga pelatihan petani. Di sector perkebunan

tanaman baku sandang makin digalakkan, seperti kapas, rami,

yute, rosella dan sisal.

Praogram pertanian yang sudah digalakkan oleh

pemerintah Jepang itu semua tidak ada yang berhasil. Pada april

1943 suatu kebijaksanaan beras dilancarkan yang menentukan

bahwa pasar bebas beras dilarang dan petani harus

menyerahkan sebagian panen mereka kepada pemerintah,

sedangkan jumlah wajib serah itu diserahkan kepada masing-

masing pemerintah daerah, tergantung kemampuan

produksinya. Kebijakan ini makin memberatkan beban rakyat

Indonesia, sehingga tidak jarang terdengar berita bencana

kelaparan di berbagai tempat.

Ketidaktentuan perkembangan perekonomian

berkelanjutan ke masa berikutnya. Pada 17 agustus 1945

Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik

Indonesia. Undang-undang dasar 1945 disusun dan struktur

pemerintahan dibentuk. Namun situasi yang berlangsung di

tengah-tengah pemberlakuan status quo oleh pihak sekutu

Page 7: Cover

terhadap seluruh wilayah pendudukan jepang sebagai pihak

yang kalah perang dan disusul bayang-bayang kembalinya

kekuatan kolonial Belanda. Kabinet pemerintahan yang dibentuk

senantiasa memasukkan butir-butir rencana di bidang

perekonomian dalam program-program. Kabinet Sjahril 1 yang

menggantikan cabinet presidensi pada November 1945,

mencanangkan beberapa program pokok yang mencakup aspek

ekonomi, yakni memperbaiki, kemakmuran rakyat di antaranya

melalui distribusi pangan dan menanggulangi krisis keuangan

republik (Soejono & Leirisa. 2012:90_91).

Pada tahun 1946 Kepulauan Indonesia selama tahun-tahun perjuangan

kemerdekaan terbagi menjadi dua negara. Wilayah yang dikuasai pemerintah

republik awalnya meliputi Jawa dan Sumatera meskipun Belanda berhasil

menguasai sejumlah kota dan daerah-daerah sekitarnya di Jawa dan Sumatera.

Pemerintah memiliki sumber pendapatan yang sangat terbatas membutuhkan dana

untuk membangun aparatur negara terutama untuk membiayai perang gerilya

melawan kembali tentara kolonial Belanda. Defisit anggaran pemerinta republik

mencapai Rp 1,6 triliun pada tahun 1948 dan Rp 1,5 triliun pada tahun 1949

(Zanden& Daan, 2012 : 279_280).

Pada bulan juli 1947, Belanda melancarkan serangan militer pertama

(Politionele Actie), operasi ini Belanda lancarkan untuk menguasai pelabuhan

perairan dalam di Jawa. Sedangkan , di Sumatera, perkebunan-perkebunan

disekitar Medan , instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah

Padang dikuasai , operasi Belanda ini berhasil hal ini dikarenakan serangan itu

sangat mendadak dan berjalan cepat, sebagian besar infrastruktur dan perkebunan

komoditas ekspor di kuasai tanpa kerusakan walaupun ada beberapa kekuatan

republik ketika mundur berusaha untuk menghancurkan apapun yang mereka bisa.

Setelah menguasai sebagian besar kepulauan Nusantara, Belanda

menemukan apparatus ekonomi dalam kondisi kacau balau. Volume ekspor

berada jauh di level sebelum perang:12 persen untuk minyak, 5 persen untuk karet

Page 8: Cover

pemerintahan, dan kurang dari 1 persen untuk gula dan minyak kelapa sawit

(Zanden & Daan, 2012 : 279_280). Perkebunan berada dalam kondisi yang buruk,

bahkan beberapa beberapa di antaranya sudah tidak berproduksi selama beberapa

tahun. Meskipun kondisi perkebunan kecil lebih baik, dengan produksi tingkat

sedangnya tetap utuh, ekspor mereka tetap jauh di bawah level sebelum perang

karena mereka sangat terlambat oleh perbaikan jaringan transportasi dan

perdagangan yang lamban.

Menurut Zaaden, dalam bukunya Dick mengatakan bahwa Belanda

berhasil merehabilitasi ekonomi ekspor yang vital dengan relative cepat.

Perdagangan luar negeri berkembang dramatis selama tahun 1947_1949,

walaupun harus diakui itu berawal dari level yang sangat rendah. Produksi oleh

pengusaha perkebunan kecil Indonesia memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap keberhasilan itu (Zaaden& Daan, 2012 : 280_281).

Pada tahun 1948 hampir tiga perlima dari semua ekspor karet berasal dari

perkebunan skala kecil di Sumatera dan Kalimantan, dan semua ekspor kopra dari

Sulawesi terdiri dari atas setoran dari penanam bumi putra. Selain itu, panen yang

baik telah menurunkan harga beras, penggilingan padi kembali beroperasi, dan

layanan kereta api bisa dipulihkan secara perlahan. Selama agresi militer kedua

Belanda berhasil mengambil alih semua sisa wilayah republik, perjuagan

Indonesia berusaha lebih keras untuk melakukan sabotase. Banyak penggilingan

padi dan perkebunan yang dihancurkan, bahkan jalan dan lalu lintas kereta api

juga menjadi target.

Pada agustus 1945 mata uang jepang beredar luas di Jawa berjumlah 1,6

miliar. Jumlah ini kemudian bertambah ketika pasukan Sekutu berhasil

menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan menguasai bank-bank,

sedangkan bank-bank itu diedarkan uang cadangan sebesar 2,3 militer untuk

tujuan operasi dan membiayai pembantu-pembantunya seperti menggaji pegawai.

Mata uang pendudukan Jepang yang beredar sebesar 1.600.000.000, sisa dari

pemerintah Hindia Belanda dan de javashe Bank sebesar 300.000.000, mata uang

Jepang cadangan yang disita oleh NICA 2.000.000.000, sehingga jumlahnya

Page 9: Cover

mecapai 3.900.000.000.Keadaan ini membuat ekonomi RI semakin merosot dan

pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata uang Jepang tidak berlaku. Hal

ini disebabkan oleh negara sendiri belum memiliki mata uang sebagai

penggantinya. Kas pemrintah kosong. Pajak-pajak dan bea masuk lainnya sangat

berkurang, sebaliknya pengeluaran negara semakin bertambah dan kebijakan yang

diambil pemerintah adalah mengeluarkan penetapan yang menyatakan berlakunya

bebarapa mata uang sebagai tanda pembayaran yang sah di wilayah RI.

Mata uang yang diberlakukan yaitu mata uang de javashe Bank, mata uang

pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang Pendudukan Jepang. Pihak yang

paling dirugikan akibat inflasi ini adalah petani, hal ini dikarenakan pada zaman

pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan dan

memilki mata uang Jepang. Masa revolusi ini Indonesia mengalami kekacauan

ekonomi yang buruk, karena terjadi Blokade ekonomi yang dilakukan oleh pihak

Belanda, sehingga mempengaruhi perekonomian rakyat Indonesia, hingga

akhirnya Indonesia memilki utang negara yang banyak. Akibat Blokade ekonomi

ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak dapat diekspor.

Faktor-faktor yang menyebabkan Belanda melakukan blokade ekonomi

kepada Indonesia :

Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer Indonesia

Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing

lainnya;

Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan –tindakan dan perbuatan-

perbuatan yang dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia (Soejono &

Leirisa. 2012:90_91).

Tujuan Belanda melakukan Blokade ekonomi adalah untuk

mencekik Republik dengan senjata ekonomi. Hasil yang

diharapkan oleh Belanda adalah timbulnya keadaan sosial-

ekonomi yang buruk dan kekurangan bahan-bahan impor yang

sangat dibutuhkan RI. Barang-barang milik Republik diusahakan

Page 10: Cover

untuk dihancurkan atau dibumi hanguskan, dan inflasi yang tidak

terkendali, ini diharapkan dapat menimbulkan kegelisahan dan

keresahan sosial, sehingga dapat menimbulkan kebencian

terhadap pemerintah Republik. Saat itu, kondisi perbendaraan

Indonesia juga mengalami kekosonga sedangkan

pengeluarannya semakin bertambah besar.

Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengatasi kondisi

keuangan rakyatnya dengan cara sebagai berikut :

Melakukan pinjaman nasional yang disetujui oleh Komite

Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Menteri keuangan Ir.

Surachman melaksanakan pinjaman direncanakan akan

meliputi Rp 1.000.000,00 (satu miliar rupiah), yang dibagi

atas dua tahap. Pinjaman ini akan dibayar kembali selambat-

lambatnya dalam waktu 40 tahun. Pada bulan juli 1946

sleuruh penduduk Jawa dan Madura diharuskn menyetor

uangnya kepada Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah

pegadaian

Pemerintah mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang

Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.

Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India

Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah

India yang sedang ditimpa bahaya kelaparan dengan

mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah.

Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh

Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak

dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani

memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan

diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000

ton. Imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan

bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia

pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga

Page 11: Cover

karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang

sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum

internasional. Adapun keuntungan politis yang diperoleh

Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah

Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara

diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.

Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar

negeri membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri

dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta. Usaha

ini dirintis oleh Banking and Trading Corporation (BTC) , suatu

badan perdagangan yang semi pemrintah yang dipimpin oleh

Dr. Sumitro Djojohardikusumo dan Dr. Ong Eng Die. BTC

berhasil mengadakan kontak dagang dengan perusahaan

swasta Amerika (Isbrantsen Inc). Hasil transaksi pertama dari

kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-

barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain.

Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang

pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat

dan seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut

Belanda (Soejono & Leirisa. 2012:275_276).

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk

mengatasi krisis ekonomi masa revolusi adalah :

Konferensi Ekonomi Februari 1946 Konferensi ini dihadiri

oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya

yang bertanggungjawab langsung mengenai masalah

ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran

(Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah

untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi

masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :

Masalah produksi dan distribusi makanan tercapai

kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai

kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara

Page 12: Cover

berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan

sistem desentralisasi.

Masalah sandang Disepakati bahwa Badan Pengawasan

Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan

Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk

mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia.

(http://www.slideshare.net/rmriwan/keadaan-ekonomi-

indonesia-pada-masa-1945-1950)

3. Dampak Ekonomi Negara Indonesia Pasca Revolusi setelah tahun 1950

Setelah masa revulusi berakhir kini bangsa Indonesia dapat untuk

menentukan masa depannya sendiri. Kondisi negara Indonesia saat itu sagat

miskin dan tingkat pendidikan rendah sehingga sangat tergantung dengan

kemampuan seorang pemimpin. Banyak masalah-masalah saat itu mendera bangsa

Indonesia seperti seperti kegagalan, korupsi, kesatuan wilayah negara terancam,

keadilan sosial belum tercapai, masalah ekonomi belum terpecahkan dan banyak

harapan-harapan masa revolusi belum terwujud. Keadaan Politik saat itu sangat

berat bagi rakyat Indonesia.

Ricklefs ( 2010:493) menarik pendapat tentang politik Indonsia pasca revolusi

sebagai berikut.

Mengingat keadaan-keadaan yang harus di hadapi pemerintah Indonesia pada kurun waktu 1950-7, maka tidak mengherankan bila percobaan demokrasi tersebut gagal, karena dasar untuk dapat membangun demokrasi perwakilan hampir tidak diketemukan. Dari Belanda dan Jepang, Indonesia mewarisi tradisi-tradisi, asumsi-asumsi, dan struktur hukum negara polisisi. Rakyat Indonesia miskin, terbiasa dengan kekuasaan yang otoriter dan paternalistik, serta tersebar di kepulauan yang sangat luas berada dalam posisi sulit untuk memaksa pertanggungjawaban atas perbuatan para politikus di Jakarta. Mereka yang melek politik hanyalah sekelompok kecil masyarakat perkotaan. Para politikus di jakarta walaupun, mengusung cita-cita demokrasi, kebanyakan adalah kaum elite dan merasa sebagai pengikut kebudayaan perkotaan yang baru yang lebih unggul daripada budaya-budaya kedaerahan. Mereka bersikap paternalistik terhadap orang-orang yang tidak seberuntung mereka kadang-kadang tinggi hati terhadap orang-

Page 13: Cover

orang orang-orang yang, misalnya tidak lancar dalam Bahasa Belanda.

Masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia sangat besar. Banyak

perkebunan dan-perkebunan dan instalasi-istalasi industri rusak berat. Sedang

jumlah penduduk mengalami peningkatan yang tajam. Ricklefs (2010 : 494)

memperkirakan jumlah penduduk meningkat tajam, diperkirakan jumlah

penduduk pada tahun1950 adalah 77,2 juta jiwa, pada tahun 1955 berjumlah 85,4

juta jiwa, dan menurut sensus pada tahun 161 adalah 97 juta jiwa. Di Jawa

memeng produksi pangan meningkat namun tidak cukup, dan sekitar tahun 1950-

1960 produksi beras perkapita sedikit menurun. Sehingga impor masih

diperlukan. Bidang pertanian banyak menjadi lapangan kerja baru, sehingga

banyak tenaga kerja yang diserap dalam bidang pertanian sehingga mata

pencaharian sebagai buruh terus meninggkat. Tetapi hal ini dibarengi dengan

menurunnya jumlah lahan yang dimiliki petani. Sehingga banyak keluarga petani

yang tidak memiliki lahan yang besar bekerja sebagai buruh upahan, untuk

menambah penghasilan.

Banyak masyarakat urbanisasi ke kota-kota besar dengan harapan

memdapat pekerjaan layak. Rickelft (2010:495) menyatakan pada tahun 1930, 3,8

persen dari jumlah penduduk yang digolongkan sebagai penduduk perkotaan;

pada tahun 1961, jumlahnya menjadi 14,8 persen. Antara tahun 1945 dn 1955,

jumlah penduduk Jakarta meningkat dua kali lipat menjadi 1,8 juta jiwa dan

kemudian bertambah lagi menjadi 2,9 juta jiwa pada tahun 1961. Pada waktu itu

jumlah penduduk dua kota besar lainnya sekitar 1 juta jiwa (Surabaya dan

Bandung) serta jumlah penduduk tiga kota lainnya (Semarang, Palembang, dan

Medan) sekitar 0,5 juta jiwa. Sehingga hanya kota-kota besar dan kota praja yang

menjadi fokus pemerintahan maka masalah-masalah di pedesaan kurang

diperhatikan.

Di pulau Jawa terdapat ibukota negara, sebagian besar kota-kota besar

lainnya, mayoritas kaum politikus sipil dan mayoritas penduduk negara (61

persen) di Jawa maka wilayah luar Jawa tidak diperhatikan. Dalam mennyubsidi

impor di Jawa nilai tukar rupiah dipertahankan dengan sengaja dibuat tinggi. Hal

ini sangat sulit bagi daerah-daerah di luar Jawa yang berekonomian ekspor

Page 14: Cover

sehingga timbul perdagangan gelap dan penyelundupan. Dalam bidang

perdagangan dan industri, pemerintah secara terang-terangan mendukung

perusahaan-perusahaan asing dengan alasan lebih menjanjikan untuk

pembangunan ekonomi. Golongan menengah setempat memiliki politik lemah

dan terpecah-pecah antara orang Cina dan kaum borjuis. Orang Cina memang

memiliki jaringan perdagangan luas namun tidak memiliki dukungan politik,

sedang orang borjuis Indonesia yang berpegang teguh pada Agama Islam

memiliki jaringan perdagangan tidak luas dengan dukungan politik yang terbatas.

Pendidikan setelah masa revolusi diberi prioritas penting, banyak sekolah-

sekolah bermunculan (kebanyakan sekolah agama). Banyak anak yang memasuku

sekolah dasar namun sebelum tamat sudah keluar. Antara tahun 1953-1960

meningkat dari 1,7 juta menjadi 2,5 juta yang memasuki sekolah dasar. Terutama

di Jawa banyak didirikan lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Pada tahun 1930,

jumlah orang dewasa yang melek huruf adalah 7,4%, sedangkan tahun 1961

jumlahnya mencapai 46,7% dari jumlah anak-anak di atas 10 tahun (56,6% di

Sumatra dan 45,5% di Jawa), untuk penduduk laki-laki berusia 10dan 19 tahu,

jumlahnya di atas 76% (Rickleft, 2010: 496). Bahasa Indonesia digunakan dalam

lembaga pendidikan, komunikasi resmi dan media massa. Meningkatnya

masyarakat Indonesia yang melek huruf tercermin dengan meningkatnya oplah

surat kabat walau bila dibandingkan denga jumlah penduduk masih kecil. Pada

tahun sebelum 1950 hanya 500.000 eksemplar namun tahun 1956 di atas 933.000

eksemplar dan pada oplah majalah diatas 3,3 juta eksemplar pada tahun yang

sama.

Banyak orang mencari pekerjaan mulai dari yang berasal dari lembaga-

lembaga pendidikan, mantan pejuang gerilya, serta para mantan pejabat negara

federal dan republik. Pemerintah memberi kedudukan pada tahun 1950 dalam

birokrasi, sehingga jumlahnya terus membengkak karena menjadi rebutan utama

dari kekuasaan politik. Pada tahun 1930, pegawai sipil kolonial berjumlah

145.000 orang, kira-kira seorang pegawai mewakili 418 penduduk. Tahun 1950,

birokrasi bekas negara feodal kira-kira 180.000 orang dan birokrasi republik

240.000 orang di jadikan satu. Dan para gerilya diberi pekerjaan kantoran. Tahun

Page 15: Cover

1960 terdapat 807.000 pegawai. Gaji tergolong rendah dan sangat dipengaruhi

inflansi. Ketidakefisienan, salah urus, dan korupsi kecil-kecilan menjadi hal biasa.

Ekspor di indonesia cenderung lambat. Minyak menjadi sumber devisa

kedua setelah karet, adalah yang paling besar harapannya untuk jangka panjang.

Pada tahun 1957, produksi minyak mencapai dua kali lipat tingkat produksi dari

tahun 1940. Sebagian dikonsumsi dalam negeri. Selama tahun 1950-6, permintaan

bensin di dalam negeri mengalami peningkatan 64.5 % dan minyak tanah

meningkat 200, 5%. Progam-progam infrastruktur pemerintah yang sangat penting

untuk sektor ekspor (jalan, pelabuhan, pengendalian banjir, irigasi, kehutanan)

memburuk dan nilai tukar rupiah rendah sehingga banyak pengexpor yang

dirugikan.

Di bidang ekonomi banyak juga perusahaan asing yang berinvestasi di

Indonesia. Shell dan perusahaan-perusahaan Amerika, Stanvac, Caltex,

mempunyai posisi yang kuat di bidang minyak dan sebagian besar pelayaran antar

pulau berada di tangan perusahaan pelayaran KPM Belanda. Perbankan dikuasai

perusahaan Inggris, Belanda dan Cina. Bahkan Cina mengusai pengkreditan di

daerah pedesaan. Dapat dikatakan Indonesia belum merdeka secara ekonomi.

Dengan banyaknya perang revolusi dan lambatnya penanganan masalah

ekonomi rupiah terus mengalami inflansi. Sehingga biaya hidup meningkat 100%

dan untuk komoditi-komoditi tertentu mengalami kenaikan harga yang sangat

besar. Para pegawai, buruh, tuan tanah, para pejabat desa diberi tanah untuk

diolah sebagai gaji. Disini produsen beras yang mengalami keuntungan.

Dengan keruhnya sistem politik Indonesia seperti berganti-ganti kabinet

dan antara partai yang saling berebut kekuasaan membuat masalah ekonomi

rakyat tidak ditangani secara cepat. Ekonomi kian memburuk tahun Febuari 1951

dan September 1952. Harga karet yang merupakan komoditi ekspor yang di

utamakan turun 71%. Hal ini mengurangi jumlah pendapatan negara, negara

mengeluarkan cadangan emas dan devisa, juga meningkatkan pajak impor 100

sampai 200%. Kebijakan ini sempat menjadi ketegangan PNI dan Masyumi

karena perbedaan pendapat dan sudut pandang masing-masing. Kabinet Ali

Page 16: Cover

sempat menekankan indonesianisasi perekonomian dan mendukung pengusaha

pribumi. Namun kenyataannya perusahaan-perusahaan pribumi hanya digunakan

kedok oleh Cina. Sehingga muncul perusahaan Alibaba. Maksudnya orang

Indonesia hanya dipinjam nama saja oleh Cina. Dan Cina yang mengendalikan

perusahaan tersebut. Tahun 1952-1953 inflansi melunjak pada masa kabinet Ali.

Persediaan uang meningkat 7% namun rupiah melemah 44,7% dari nilai 24,6%.

Nasip eksportir bertambah buruk, sehingga meningkat jumlah penyelundupan.

Walau pasca revolusi Indonesia diterpa badai yang besar baik dari lemahnya

ekonomi, politik yang kacau, adanya perang Indonesia mampu membuktikan bisa

bertahan.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keadaan Ekonomi Indoesia pada saat masa Revolusi dipengaruhi oleh

keadaan politik. Dimana saaat itu politik Indonesia sedang kacau karena perang

untuk mempertahankan kedaulatan negara. Walau telah menjadi negara yang

berdaulat Indonesia masih dihadapkan persoalan-persoalan yang berat seperti

masalah ekonomi. Saat masa revolusi sekutu melakukan blokade ekonomi untuk

memperlemah Indonesia. Bayak dana dianggarkan untuk pertahanan dan

diplomasi untuk memperjuangkan Indonesia. Dabn juga pda masa awal revolusi

Page 17: Cover

ekonomi yang dikuasai asing berusaha dikendalikan sendiri oleh Indonesia.

Buruknya ekonomi disebabkan juga gonta-ganti kabinet membuat ekonomi

Indonesia tidak berkembang dan terjadi inflansi. Setiap kabinet memiliki

kebijakan tersendiri soal Ekonomi namun sebelum diterapkan berhasil sudah ganti

kabinet lagi dengan kebijakan yang berbeda. Sehingga laju inflansi tidak dapat

dikendalikan, banyak yang dirugikan terutama pegawai dan buruh. Karena

ketimpangan ekonomi banyak penduduk desa pindah ke kota untuk menjadi

buruh. Peerintah hanya mementingkan pusat (Jawa) terutama, tidak

memperhatikan rakyat yang terpelosok sehingga saat inflansi banyak rakyat desa

yang jatuh miskin. Para pengekspor terpaksa menyelundupkan barang

dikarenakan kebijakan ekonomi yang tidak memihak pada mereka.

DAFTAR RUJUKAN

Poesponegoro, M.D dan Nugroho Notosusanto. 2007. Sejarah Nasional Indonesia

VI Zaman Jepang dan Zaman Republik. Yogyakarta: Balai Pustaka.

Leirssa. R. Z, DKK. 2012. Sejarah Perekonomian Idonesia. Yogyakarta : Ombak.

Van Zanden, L. 2012. Ekonomi Indonesia 1800-2011 : Antara Drama dan

Keajaiban Pertumbuhan. Jakarta : PT Gramedia.

Ricleft. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta.

Page 18: Cover

Nurkholiq, Rifal. 2012. Makalah Ekonomi Indonesia dari Revolusi sampai

Reformasi. (Online), (http://rifalnurkholiq.blogspot.com/2012/09/makalah-

ekonomi-indonesia-dari-revolusi.html), diakses tanggal 18 september 2013,

pukul 17.00 WIB.

Chitiki. 2013. Perkembagan perekonomian. (online),

(http://selidik86.blogspot.com/2013/02/makalah-perkembangan-

perekonomian-pada.html#chitika_close_button), diakses tanggal 18

september 2013, pukul 17.30 WIB.

Hasim. 2010. Foto-Foto Kemerdekaan.(online),

(http://haxims.blogspot.com/2010/02/foto-foto-masa-revolusi-pasca.html),

Diakses 19 September 2013.

Shahab. A. 2008. Pasukan bambu Runcing di masa Revolusi.(online),

(http://alwishahab.wordpress.com/2008/08/20/pasukan-bambu-runcing-di-

masa-revolusi/) Diakses 19 September 2013.