COPYRIGHT © AQUASAINS 2013 · 2013-10-19 · Bubu Rangkai Pada Perikanan Rajungan: Studi Kasus Di...

86

Transcript of COPYRIGHT © AQUASAINS 2013 · 2013-10-19 · Bubu Rangkai Pada Perikanan Rajungan: Studi Kasus Di...

  • COPYRIGHT AQUASAINS 2013

    Cover Desain : Tim Editorial

    Photo Properties : Yudha T. Adiputra

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena Penyusunan Jurnal AQUASAINS telah

    selesai. Jurnal ini disusun untuk mengapresiasi dan mempublikasi hasil-hasil

    penelitian, dan kajian ilmiah bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Untuk

    mendukung tujuan tersebut, jurnal ini mengkhususkan diri dengan materi-materi dalam

    bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Edisi kedua ini memuat sepuluh artikel

    yang diharapkan akan menambah wawasan dan pemahaman di bidang perikanan dan

    sumberdaya perairan.

    Pada kesempatan ini redaksi menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah mengirimkan artikelnya-artikelnya. Redakasi akan membuka kesempatan seluas-

    luasnya bagi seluruh kalangangan akademisi maupun praktisi baik dari dalam

    lingkungan maupun diluar Universitas Lampung untuk mempublikasikan hasil-hasil

    penelitiannya.

    Akhir kata semoga jurnal ilmu perikanan dan sumberdaya perairan AQUASAINS ini

    dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

    Bandar Lampung, Agustus 2013

    Redaksi

  • DAFTAR ISI

    Ahmad Mustafa dan Abdullah

    Strategi Pengaturan Penangkapan Berbasis Populasi Dengan Alat Tangkap

    Bubu Rangkai Pada Perikanan Rajungan: Studi Kasus Di Perairan Kabupaten

    Konawe Sulawesi Tenggara ........................................

    45 - 52

    Nadisa Theresia Putri, Limin Santoso dan Reza Samsudin

    Aplikasi Bungkil Inti Sawit Melalui Pemberian Enzim Rumen Dan Fermentasi

    Sebagai Bahan Pakan Ikan Nila Best (Oreochromis niloticus) .

    53 - 56

    Andri Kurniawan dan Ardiansyah Kurniawan

    Studi Potensi Teripang Di Perairan Bangka Sebagai Sumber Steroid Untuk

    Sex Reversal Ikan Nila

    57 - 60

    Dwi Puji Hartono dan Dian Febriani

    Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Dingin Pada Pembentukan

    Individu Triploid Ikan Patin (Pangasius sp) ..

    61 - 68

    Okta Bakara, Limin Santoso dan Deisi Heptarina

    Enzim Mananase Dan Fermentasi Jamur Untuk Meningkatkan Kandungan

    Nutrisi Bungkil Inti Sawit Pada Pakan Ikan Nila Best (Oreochromis niloticus)

    69 - 72

    Supyan, Sulistiono dan Etty Riani

    Karakteristik Habitat Dan Tingkat Kematangan Gonad Kepiting Kelapa

    (Birgus latro) di Pulau Uta, Propinsi Maluku Utara .......

    73 - 82

    Yayu Saskia, Esti Harpeni dan Tutik Kadarini

    Toksisitas Dan Kemampuan Anestetik Minyak Cengkeh (Sygnium

    aromaticum) Terhadap Benih Ikan Pelangi Merah (Glossolepis incisus) .......

    83 - 88

    Ira, Dedi Oetama dan Juliati

    Kerapatan Dan Penutupan Lamun Pada Daerah Tanggul Pemecah Ombak Di

    Perairan Desa Terebino Propinsi Sulawesi Tengah .

    89 - 96

  • Irvan Avianto, Sulistiono dan Isdrajad Setyobudiandi

    Karakteristik Habitat Dan Potensi Kepiting Bakau (Scylla serrata,

    S.transquaberica, and S.olivacea) Di Hutan Mangrove Cibako,

    Sancang, Kabupaten Garut Jawa Barat

    97 - 106

    Eko Efendi dan Andri Purwandani

    Korelasi Asian Monsoon, El Nino South Oscilation Dan Indian Ocean

    Dipole Terhadap Variabilitas Curah Hujan Di Propinsi Lampung

    107 - 112

    Herman Yulianto

    Pemetaan Sebaran Spasial Kualitas Air Unsur Hara Perairan Teluk

    Lampung..

    113 - 118

  • Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas

    Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145. Email :[email protected];

    [email protected] Website : http://ejournal.unila.ac.id/2012/09/10/aquasains/ http://perikanan.unila.ac.id/index.php/aquasains.html; http://aquasains.wordpress.com/

    PERNYATAAN PEMINDAHAN HAK MILIK

    (COPYRIGHT TRANSFER STATEMENT) Ketika naskah diterima untuk dipublikasikan, Hak Milik dipindahkan ke Jurnal Aquasains.

    Pemindahan Hak Milik memindahkkan kepemikikan eksklusive untuk mereproduksi dan

    mendistribusikan naskah, termasuk cetakan lepas, penerjemahan, reproduksi fotografi,

    mikrofilm, material elektronik (offline maupun Online) atau bentuk reproduksi lainnya yang

    serupa dengan aslinya.

    When the article is accepted for publication, its copyright is transferred to Aquasains Journal.

    The copyright transfer convers the exclusive right to reproduce and distribute the article,

    including offprint, translation, photographic reproduction, microfilm, electronic material,

    (offline or online) or any other reproduction of similar nature. Penulis menjamin bahwa artikel adalah asli dan bahwa penulis memiliki kekuatan penuh untuk

    mempublikasikannya. Penulis menandatangani dan bertanggungjawab untuk melepaskan

    bahan naskah sebagian atau keseluruhan dari semua penulis. Jika naskah merupakan bagian

    dari skripsi mahasiswa, maka mahasiswa tersebut wajib menandatangani persetujuan bahwa

    pekerjaannya akan dipublikasikan.

    The Author warrant that this article is original and that the author has full power to publish.

    The author sign for and accepts responsibility for releasing this material on behalf os any and

    all-author. If the article based on or part os students thesis, the student needs to sign as

    his/her agreement that his/her works is going published.

    Judul Naskah

    Title of Article :

    Penulis

    Author :

    Tanda Tangan Penulis

    Authors Signature :

    Tanda Tangan Mahasiswa

    Students Signature :

    Tanggal

    Date :

    mailto:[email protected]:[email protected]://ejournal.unila.ac.id/2012/09/10/aquasains/http://perikanan.unila.ac.id/index.php/aquasains.html

  • Persyaratan Legal Penulis harus menjamin bahwa naskah tidak akan

    dipublikasikan dimanapun dalam bahasa yang

    sama atau berbeda tanpa izin dari pemilik hakcipta,

    yang menjamin hak pihak ketiga tidak akan

    dilanggar, dan penerbit tidak akan bertanggung

    jawab jika ada klaim dari pihak ketiga.

    Penulis yang menyertakan bagian gambar atau teks

    yang sudah dipublikasikan di lain tempat yang

    membutuhkan izin dari pemilik harus menyertakan

    bukti seperti izin atau persetujuan yang diperoleh

    ketika akan megirimkan makalahnya. Materi yang

    diterima tanpa bukti akan dianggap asli dari penulis.

    Naskah harus dilengkapi dengan Pernyataan

    Pemindahan Hakmilik

    Legal Requirement The author(s) guarantee(s) that the manuscript will not be published elsewhere in any language without the consent of the copyright owners, that the rights of third parties will not be violated, and that the publisher will not be held legally responsible should there be any claims for compensation. Authors wishing to include figures or text passages that have already been published elsewhere are required to obtain permission from the copyright owner(s) and to include evidence that such permission has been granted when submitting their papers. Any material received without such evidence will be assumed to originate from the authors. Manuscripts must be accompanied by the Copyright Transfer Statement.

    Prosedur Editorial Makalah harus merupakan hasil penelitian yang

    relatif baru. Semua naskah adalah subjek untuk

    peer review. Penulis harus mengirimkan naskahnya

    dalam bentuk elektronik dengan format LYX atau

    Word dan PDF ke alamat redaksi:

    Jurusan Budidaya Perairan

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar

    Lampung 35145

    Email :

    [email protected]

    [email protected]

    Naskah yang dikembalikan ke penulis untuk revisi

    harus dikirim kembali dalam waktu 4 minggu,

    sebaliknya jika tidak akan dipertimbangkan telah

    menyatakan menarik diri.

    Naskah yang diyatakan ditolak tidak akan

    dikembalikan ke penulis (kecuali Ilustrasi asli).

    Makalah yang tidak sesuai dengan aturan jurnal

    akan dikembalikan ke penulis untuk direvisi sebelum

    dipertimbangkan untuk dipublikasi. Penulis

    bertanggung jawab terhadap keakuratan pustaka.

    Editorial Procedure Papers must present scientific results that are essentially new. All manuscripts are subject to peer review.

    Authors should submit their manuscripts

    electronically as Postscript or PDF to: Jurusan

    Budidaya Perairan

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar

    Lampung 35145

    Email :

    [email protected]

    [email protected] Manuscripts which are returned to the authors for revision should be sent back within 4 weeks; otherwise they will be considered withdrawn. Rejected manuscripts will not be returned to the authors (except for original illustrations). Papers that do not conform to the journal norms may be returned to the authors for revision before being considered for publication. The author is responsible for the accuracy of the references.

    Persiapan Naskah Untuk membantu penulis menyiapkan naskah,

    Aquasains akan menyediakan template dalam

    bentuk paket makro LYX dan template dalam bentuk

    word yang dapat digunakan dengan MS Office Word

    Manuscript Preparation General remarks To help you prepare your

    manuscript, Aquasains offers a LYX macropackage as well as a template that can be used with Winword 2007 or 2010 or higher.

    Title page The title page should include:

    Panduan Untuk Penulis

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 2007 dan 2010 atau versi yang lebih tinggi sesuai

    dengan perkembangan teknologi.

    Halaman Judul.Halaman judul harus

    termasuk:

    Nama(nama) Penulis

    Judul harus ringkas dan informatif

    Intitusi yang berafiliasi dengan penulis

    dan alamat penulis

    Alamat Email, telpon/HP dan nomor fax

    untuk korespondensi dengan penulis

    Abstrak.Tiap Makalah harus didahuli dengan

    abstrak berisikan hasil yang paling penting

    dan kesimpulan yang dapat ditulis dalam

    bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan

    tidak lebih dari 300 kata.

    Kata Kunci. Tiga atau enam katakunci harus

    disediakan setelah abstrak untuk tujuan

    pengindekskan.

    Singkatan. Singkatan harus didefinisikan

    pada saat pertama kali disebutkan dalam

    abstaks dan disebutkan ulang pada tubuh

    naskah utama dan digunakan secara

    konsisten untuk selanjutnya.

    Daftar simbol yang harus mengikuti abstraks

    dalam bentuk daftar jika diperlukan.

    Penomoran Bab harus dalam bentuk desimal.

    Satuan Internasional (SI) harus digunakan.

    Catatan kaki yang mendasar pada teks harus

    diberi nomor secara berurutan dan

    ditempatkan pada bagian bawah halaman

    dimana dirujuk

    Catatan Kaki. Catatan pada halaman judul

    tidak diberikan simbol perujuk. Catatan kaki

    pada teks diberi nomor secara berurutan,

    begitu juga dengan tabel harus ditunjukkan

    dengan huruf kecil superscript (atau bintang

    untuk nilai signifikan dan data statistik

    lainnya).

    Pendanaan. Penulis diharapkan untuk

    mengungkapkan semua bentuk

    komersialisasi atau asosiasi lain yang

    mungkin memici konflik kepentingan yang

    berhubungan dengan materi yang dikirim.

    Semua sumber pendanaan yang mendukung

    pekerjaan dan institusi atau perusahaan yang

    berafiliasi dengan penulis harus diakui.

    Apendiks. Jika ada satu atau lebih apendiks,

    harus diberi nomr secara berurutan.

    Persamaan dalam apendiks harus ditujukan

    secara berbeda dari bagian utama makalah

    seperti (A1), (A2) dsb. Pada tiap apendiks

    persamaan harus diberi nomor secara

    terpisah.

    The name(s) of the author(s) A concise and informative title The affiliation(s) and address(es) of the

    author(s) The e-mail address, telephone and fax

    numbers of the communicating author Abstract. Each paper must be preceded by an

    abstract presenting the most important results and conclusions in english or Indonesian in no more than 300 words.

    Keywords. Three to six keywords should be supplied after the Abstract for indexing purposes.

    Abbreviations Abbreviations should be defined at first mention in the abstract and again in the main body of the text and used consistently thereafter.

    A list of symbols should follow the abstract if such a list is needed. Symbols must be written clearly. The numbering of chapters should be in decimal form. The international system of units (SI units) should be used.

    Essential footnotes to the text should be numbered consecutively and placed at the bottom of the page to which they refer.

    Footnotes on the title page are not given reference symbols. Footnotes to the text are numbered consecutively; those to tables should be indicated by superscript lower-case letters (or asterisks for significance values and other statistical data).

    Acknowledgements. These should be as brief as possible. Any grant that requires acknowledgement should be mentioned. The names of funding organizations should be written in full.

    Funding. Authors are expected to disclose any commercial or other associations that might pose a conflict of interest in connection with submitted material. All funding sources supporting the work and institutional or corporate affiliations of the authors should be acknowledged.

    Appendix. If there is more than one appendix, they should be numbered consecutively. Equations in appendices should be designated differently from those in the main body of the paper, e.g. (A1), (A2) etc. In each appendix equations should be numbered separately.

    References The list of References should only include works that are cited in the text and that have been published or accepted for publication. Personal communications should only be mentioned in the text. If available the DOI can

  • Pustaka. Daftar pustaka hanya yang

    termasuk kata dalam naskah yang disitir dan

    yang sudah dipublikasikan atau diterima untuk

    publikasi.

    Kominikasi pribadi hanya disebutkan dalam

    teks. Jika tersedia DOI (Digital Object

    Identifier) dapat ditambahkan pada akhir dari

    pustaka dalam bentuk pertanyaan.

    Pensitiran dalam teks harus ditunjukan

    dengan nomor dalam kurung kuadrat seperti

    [1], [2] dsb. Pustaka harus diberi nomor dalam

    urutan dimana terlihat dalam teks dan didaftar

    dalam urutan numerik. Judl jurnal harus

    disingkat sesuai dengan aturan internasional

    yang berlaku. Pustaka dengan tanda baca

    yang benar harus mengikuti gaya seperti

    berikut:

    Artikel jurnal:

    Hijau T, Hitam J, Biru W (2010) Judul artikel.

    Singkatan Jurnal.Volume Nomor:halaman-

    halaman

    Buku:

    Hijau T, Hitam J (2012) Judul Buku. Lokasi:

    Penerbit. hal

    Buku dengan banyak Penulis:

    Biru W (2011) Judul Bab.Dalam: Hijau T,

    Hitam J (Eds) Judul Buku.

    Lokasi:Penerbit., pp 1-50

    Pustaka seperti komunikasi pribadi atau

    data tidak dipublikasikan tidak dapat

    dimasukkan dalam daftar pustak, tetapi harus

    disebutkan dalam tanda kurung: hal ini juga

    diterapkan pada makalah yang

    dipresentasikan pada pertemuan tetapi belum

    dipublikasikan atau diterima untuk publikasi.

    Tanggal harus diberikan untuk kedua bentuk

    komunikasi pribadi atau data tidak

    dipublikasikan

    Makalah yang telah diterima untuk publikasi

    harus dimasukkan dalam daftar pustaka

    dengan nama jurnal dan ditambahkan

    keterangan in press.

    Komunikasi oral hanya disebutkan dalam

    Pengakuan/ucapan terima kasih.

    Makalah yang dipoblikasikan online tetapi

    belum atau tidak dicetak dapat disitir

    menggunakan Digital Object Indentifier (DOI).

    DOI harus ditambahkan pada akhir pustaka

    dalam bentuk pertanyaan

    Contohnya: Ward J, Robinson PJ (2004) How

    to detect hepatocellular carcinoma in cirrhosis.

    Eur Radiol DOI 10.1007/s00330-004-1450-y

    be added at the end of the reference in question. Citations in the text should be identified by numbers in square brackets. References should be numbered in the order in which they appear in the text and listed in numerical order. Journal titles should be abbreviated. References with correct punctuation should be styled as follows: Journal articles: Green T, Black J, Blue W (2010) Title of article. Abbreviated journal title Vol No: page-page Books: Green T, Black J (2012) Book title. Publisher, location Multiauthor books: Blue W (2011) Chapter title. In: Green T, Black J (eds) Book title. Publisher, location, pp 150 References such as personal communications or unpublished data cannot be included in the reference list, but should be mentioned in the text in parentheses: this also applies to papers presented at meetings but not yet published or accepted for publication.A date should be given for both personal communications and unpublished data. Papers which have been accepted for publication should be included in the list of references with the name of the journal and in press. Oral communications should only be mentioned in the acknowledgements. A paper published online but not (yet) in print can be cited using the Digital Object Identifier (DOI). The DOI should be added at the end of the reference in question. Example: Ward J, Robinson PJ (2004) How to detect hepatocellular carcinoma in cirrhosis. Eur Radiol DOI 10.1007/s00330-004-1450-y

    Illustrations and Tables. All figures (photographs, graphs or diagrams) and tables should be cited in the text, and each numbered consecutively throughout. Lowercase letters (a, b etc.) should be used to identify figure parts. If illustrations are supplied with uppercase labeling, lowercase letters will still be used in the figure legends and citations. Line drawings. Please submit good-quality prints. The inscriptions should be clearly legible. Half-tone illustrations (black and white and color). Please submit well-contrasted photographic prints with the top indicated on the back.

  • Ilustrasi dan Tabel. Semua gambar (Foto,

    grafik atau diagram) dan tabel harus disitir

    dalam teks, dan diberi penomeran secara

    berurutan dengan nomer arab (1, 2, dst) untuk

    mengidentifikasi gambar atau tabel. Gambar

    atau foto atau grafik harus dikirimkan dalam

    kualitas terbaik untuk dicetak, untuk gambar

    dua warna (hitam dan putih) harus dikirim

    dengan kontrs yang jelas. Beberapa gambar

    yang ditempatkan dalam satu plate dalam

    satu halaman harus dibuat legenda dengan

    singkat dan jelas yang dapat menjelaskan

    gambar. Legenda ditempatkan di bawah

    gambar, diats sitiran untuk gambar.

    Tabel harus memiliki judul dan legenda untuk

    menjelaskan jika menggunakan singkatan

    dalam tabel.Catatan kaki untuk tabel

    digunakan untuk menjelaskan keterangan dari

    isi tabel dengan meggunakan superscript

    huruf kecil. Untuk menjelaskan signifikansi

    atau data statistik digunakan lambang bintang

    (asterik).

    Plates. Several figures or figure parts should be grouped in a plate on one page. Figure legends must be brief, self-sufficient explanations of the illustrations. The legends should be placed at the end of the text. Tables should have a title and a legend explaining any abbreviation used in that table. Footnotes to tables should be indicated by superscript lower-case letters (or asterisks for significance values and other statistical data). For color illustrations the authors will be expected to make a contribution ( 308, plus VAT) towards the extra costs, irrespective of the number of color figures.

    Pengiriman Elektronik Teks dan gambar harus dikirim dalam file terpisah.

    Panduan teknis untuk menyiapkan naskah.

    Teks

    Jurnal aquasain hanya menerima file dengan

    format LYX (lebih disukai untuk yang sudah

    familier) atau format dokumen MS word.

    Untuk pengiriman naskah menggunakan

    perangakt lunah pengolah kata LYX harus

    menyertakan sumber aslinya dan dalam

    bentuk postscript atau pdf. Penulis dapat

    menggunakan paket makro LYX ataupun

    template word yang akan disediakan oleh

    radaksi.

    Panduan layout

    1. Menggunakan huruf normal sederhana

    (seperti timesRoman) untuk teks

    Pilihan style yang lain:

    Untuk teks yang membutuhkan

    perhatian, istilah asing, dan nama latin

    menggunakan tipe italik

    2. Untuk tujuan khusus seperti vektor

    matematik gunakan tipe huruf tebal

    3. Gunakan penomoran halaman secara

    otomatis

    4. Untuk Indentasi menggunakan tab stops

    dan tidak diperkenankan menggunakan

    space bar

    5. Untuk tabel menggunakan fungsi tabel

    dalam MS word, tidak menggunkan

    Electronic Submission Text and figures must be sent as separate files Technical instructions for preparing your manuscript Text

    This journal accepts either LaTeX or Word documents. LaTeX: The electronic version should include the original source (including all style files and figures) and a PostScript or PDF version of the compiled submission. Authors who prepare their papers with LaTeX are encouraged to use macropackage for this journal. Layout guidelines 1. Use a normal, plain font (e.g., Times Roman) for text.

    Other style options: o for textual emphasis use italic types. o for special purposes, such as for

    mathematical vectors, use boldface type.

    2. Use the automatic page numbering function to number the pages. 3. Do not use field functions. 4. For indents use tab stops or other commands, not the space bar. 5. Use the table functions of your word

    processing program, not spreadsheets, to make tables.

  • spreadsheet atau program Excell untuk

    membuat tabel

    6. Menggunakan editor persamaan dalam

    MS word

    7. Tabel dan gambar diletakkan di halaman

    akhir naskah

    8. Semua gambar yang ada dalam teks

    dikirimkan delam file terpisah Ilustrasi

    Siapkan gambar yang akan dikirim dalam

    format EPS untuk grafik vektor yang dapat

    dikspor dari program pengolah gambar atau

    perangkat lunak image converter, dan untuk

    gambar dua warna (hitam-putih)

    menggunakan format TIFF. Nama file (satu file

    untuk tiap gambar) juga termasuk nomor

    gambar. Legenda gambar harus disertakan

    dalam teks tidak dalam file gambar.

    Resolusi pemindaian:gambar yang

    dipindai harus didigitasi dengan resolusi

    minimum 800 dpi untuk gambar berwarna

    dan 300 dpi untuk gambar dua warna.

    Warna gambar disimpan dalam format

    RGB (8 bits tiap saluran).

    Grafik vektor: huruf yang digunakan dalam

    grafik vektor harus sudah termasuk, tidak

    diperkenankan menggambar

    menggunakan hairline, minimum tebal

    garis adalah 0.2 mm (0.567 pt).

    Format Data

    Untuk naskah awal pengiriman file disimpan

    dalam bentuk RTF (Rich Text Format) atau

    DOC atau DOCX atau format lain yang

    kompatibel dengan pengolah kata MS Word.

    Gambar dalam format EPS dan atau TIFF.

    Jika menggunakan pengolah kata LYX file

    disimpan dalam format berekstensi .lyx dan

    termasuk sumber aslinya dari makropaketnya

    dan dalam format postscript atau pdf.

    Informasi umum yang berisi judul, Operating

    system yang digunakan, program pengolah

    kata, program pengolah gambar, dan program

    kompresi file ditulis dalam program notepad

    atau wordpad.

    Semua file teks, ilustrasi atau gambar dan

    informasi umum dikirim dalam bentuk file

    kompresi ZIP, file diberi nama dengan hal

    yang mudah diingat (seperti nama penulis)

    tidak lebih dari 8 karakter tidak menggunakan

    simbol khusus.

    File dikirim ke alamat redaksi jurnal Aquasains

    di :

    [email protected] atau

    6. Use the equation editor of your word processing program or MathType for equations.

    7. Place any figure legends or tables at the end of the manuscript. 8. Submit all figures as separate files and do

    not integrate them within the text. Illustrations The preferred figure formats are EPS for vector graphics exported from a drawing program and TIFF for halftone illustrations. EPS files must always contain a preview in TIFF of the figure. The file name (one file for each figure) should include the figure number. Figure legends should be included in the text and not in the figure file.

    Scan resolution: Scanned line drawings should be digitized with a minimum resolution of 800 dpi relative to the final figure size. For digital halftones, 300 dpi is usually sufficient.

    Color illustrations: Store color illustrations as RGB (8 bits per channel) in TIFF format.

    Vector graphics: Fonts used in the vector graphics must be included. Please do not draw with hairlines. The minimum line width is 0.2 mm (i.e., 0.567 pt) relative to the final size.

    Data formats Save your file in two formats: 1. Text: RTF (Rich Text Format) or Microsoft

    Word compatible formats Figures: EPS or TIFF.

    2. PDF (a single PDF file including text, tables and figures). Make sure that all fonts are embedded. name (one file for each figure) should include the figure number. Figure legends should be included in the text and not in the figure file.

    General information on data delivery Please

    send a zip file (text and illustrations as

    separate files) to:

    [email protected] atau

    [email protected] Please always supply the follow- ing information with your data: journal title, operating system, word processing program, drawing program, image processing program, compression program. The file name should be memorable (e.g., author name), have no more than 8 characters, and include no accents or special symbols. Use only the

    extensions that the program assigns automatically.

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • [email protected]

    Materi Elektronik Pelengkap (MEP) Untuk artikel dalam jurnal ini yang akan

    dipublikasikan disediakan materi:

    o Dikirim ke Editor dalam bentuk elektronik

    bersama dengan makalah sebagai subjek untuk

    peer review

    o Diterima Editor

    MEP terdiri atas:

    Informasi yang tidak mungkin dicetak

    seperti animasi, klip video, rekaman suara

    dsb.

    Informasi yang lebih tepat dalam bentuk

    elektronik seperti rangkaian/sequence,

    data spektral dsb.

    Data asli yang besar yang berhubungan

    dengan makalah seperti tabel tambahan,

    ilustrasi (berwarna dan atau hitam putih)

    dsb.

    Setelah makalah dinyatakan diterima oleh Editor

    MEP akan dipublikasikan sebagaimana yang

    diterima dari penulis hanya dalam versi online.

    Referensi akan diberikan pada versi cetak.

    Electronic supplementary material (ESM) for an article in the journal will be published in aquasains provided the material is: o submitted to the Editor(s) in electronic form

    together with the paper and is subject to peer review

    o accepted by the journals Editor(s)

    ESM may consist of

    information that cannot be printed: animations, video clips, sound recordings

    information that is more convenient in electronic form: sequences, spectral data, etc.

    large original data that relate to the paper, e.g. additional tables, illustrations (color and black & white), etc.

    After acceptance by the journals Editor(s) ESM will be published as received from the author in the online version only. Reference will be given in the printed version.

    Perbaikan/Koreksi Penulis harus menyertakan membuat bukti koreksi

    pada printout dalam file pdf, pengecekkan bahwa

    teks sudah lengkap dimana gambar dan tabel sudah

    termasuk di dalamnya. Setelah publikasi online,

    selanjutnya perubahan hanya dapat dilakukan

    dalam bentuk Erratum yang akan di hyperlink-kan

    dengan artikel.

    Penulis hanya. Perubahan mendasar dalam isi

    seperti hasil terbaru, nilai terkoreksi, judul dan

    kepengarangan tidak diperkenankan tanpa

    persetujuan dari editor yang bertanggung jawab.

    Dalam kasus ini harap menghubungi Pimpinan

    Redaksi sebelum mengembalikan bukti ke penerbit.

    Proofreading Authors should make their proof corrections on a printout of the pdf file supplied, checking that the text is complete and that all figures and tables are included. After online publication, further changes can only be made in the form of an Erratum, which will be hyperlinked to the article. The author is entitled to formal corrections only. Substantial changes in content, e.g. new results, corrected values, title and authorship are not allowed without the approval of the responsible editor. In such a case please contact the Editor-in-Chief before returning the proofs to the publisher.

    Cetakan Lepas Cetakan lepas dari artikel akan diberikan tanpa

    dikenakan biaya tambahan sebanyak kontibutor

    dalam artikel . Jika menginginkan untuk memesan

    tambahan cetakan lepas harus mengembalikan

    formulir pemesanan dengan bukti yang sesuai,

    kemudian diberi judul untuk menerima file pdf dari

    artikel untuk penggunaan pribadi. Biaya untuk

    tambahan pemesanan cetakan lepas akan

    ditentukan kemudian.

    Offprint, free copy 25 offprints of each contribution are supplied free of charge. If you wish to order additional offprints you must return the order form with the corrected proofs. You are then entitled to receive a pdf file of your article for your personal use.

  • AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

    STRATEGI PENGATURAN PENANGKAPAN BERBASIS POPULASI

    DENGAN ALAT TANGKAP BUBU RANGKAI PADA PERIKANAN

    RAJUNGAN: STUDI KASUS DI PERAIRAN KABUPATEN KONAWE

    SULAWESI TENGGARA

    Ahmad Mustafa 1 Abdullah1

    Ringkasan Perikanan rajungan di Perair-an Kabupaten Konawe, Sulawesi Tengga-ra dilingkupi permasalahan kurang efisi-ennya alat tangkap yang digunakan (bu-bu tunggal dan jaring insang dasar) yangberdampak pada tekanan terhadap popu-lasi rajungan. Penggunaan bubu rangkaidiharapkan dapat mengatasi permasalah-an tersebut. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis ukuran dan kematangan go-nad rajungan hasil tangkapan bubu rang-kai berdasarkan fase bulan serta efisiensiekonomis alat tangkap ini. Hasil peneliti-an menunjukkan kecenderungan lebar ka-rapaks dan bobot individu rata-rata yanglebih tinggi pada fase bulan awal terangdan fase bulan terang, walaupun rata-ratajumlah individu yang tertangkap per ti-rip lebih tinggi pada fase bulan terang danawal gelap. Hanya sedikit rajungan matanggonad yang tertangkap. Strategi yang da-pat diterapkan untuk meningkatkan sifatramah lingkungan bubu rangkai adalah: Bu-bu dipasang pada kedalaman >15 meteruntuk memperoleh ukuran yang lebih be-sar; Operasi penangkapan dapat difokusk-an pada fase bulan awal terang dan teranguntuk memperoleh bobot individu yang le-

    1)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universi-tas Haluoleo Jl. HEA Mokodompit Kampus BumiTridharma Anduonohu Kendari 93232Phone/Fax : +62401393782E-mail:[email protected]

    bih besar; Bila tertangkap rajungan denganlebar karapaks < 10cm atau betina ma-tang gonad dapat dilepas kembali ke alam;Untuk efisiensi pemasaran, hasil tangkap-an dapat ditampung sementara dalam ku-rungan tancap dan diberi pakan ikan ru-cah. Usaha penangkapan rajungan denganbubu rangkai layak dan menguntungkan se-cara ekonomis dengan nilai NPV Rp. 84 .098 . 870, B/C - ratio 23 dan IRR 605 %.

    Keywords rajungan, bubu rangkai, pe-ngaturan penangkapan, efisiensi ekonomis,ramah lingkungan

    PENDAHULUAN

    Sulawesi Tenggara adalah salah satu pema-sok bahan baku industri pengalengan ke-piting rajungan yang merupakan komodi-tas ekspor penting dari sektor perikanan.Komoditi ini dihasilkan dari usaha peri-kanan skala kecil dengan alat tangkap bu-bu tunggal dan jaring insang. Kedua alattangkap ini kurang ramah lingkungan ka-rena banyak menangkap spesies non tar-get, hanya menjangkau kedalaman < 10msehingga menangkap rajungan mulai dariukuran yang sangat kecil dan tidak dapatdilepas kembali karena telah cacat bahk-an mengalami kematian, akibatnya dapat

  • 46 Ahmad Mustafa 1, Abdullah1

    memberi tekanan yang besar terhadap po-pulasi rajungan. Penggunaan prototipe bu-bu rangkai (long line pots) dengan kon-struksi mulut bubu di sisi atas, mampumengatasi permasalahan tersebut [1]. Pro-totipe ini memiliki jangkauan yang lebihdalam, meningkatkan kualitas tangkapan,dan meminimalisir spesies non taget. Se-lanjutnya melalui pengaturan penangkap-an berdasarkan karakteristik populasi ra-jungan diharapkan alat tangkap ini mampumenjamin keberlanjutan populasi rajung-an dan efisien secara ekonomis. Rajung-an memiliki penyebaran yang sangat lu-as dan dapat hidup diberbagai jenis habi-tat mulai dari tambak, perairan pantai (in-shore) hingga perairan lepas pantai (off-shore) [2]; [3]; dan [4]. Rajungan hidup pa-da kedalaman air laut sampai 40 m (131ft), pada daerah pasir, lumpur atau pan-tai berlumpur. Rajungan merupakan he-wan karnivora, makanannya berupa ikan,dan binatang invertebrata. Rajungan ada-lah perenang aktif, tetapi saat tidak ak-tif mereka mengubur diri dalam sedimenyang nampak hanya mata, antena di per-mukaan dasar laut dan ruang insang terbu-ka [5]. [6] mengungkapkan pada umumnyaudang dan kepiting berkeliaran pada wak-tu malam untuk mencari makan. Organis-me ini keluar dari tempat-tempat persem-bunyiannya dan bergerak menuju tempat -tempat yang banyak mengandung makan-an. Tingkah laku (behaviour) penting darirajungan juga adalah perkembangan siklushidupnya yang terjadi di beberapa tempat.Pada fase larva dan fase pemijahan, ra-jungan berada di laut terbuka (off-shore)dan fase juvenil sampai dewasa berada diperairan pantai (in-shore) yaitu muara danestuaria [4]. Siklus hidup rajungan tersebutmenyebabkan penyebaran populasi rajung-an yang dinamis di perairan pantai. Ka-rakteristik populasi ini dapat menjadi da-sar dalam pengaturan penangkapan untukperikanan rajungan yang optimal. Berda-sarkan tingkah laku dan sifat-sifat populasirajungan tersebut dilakukan kajian terha-dap rajungan hasil tangkapan bubu rang-kai untuk menemukan strategi pengatur-an penangkapan yang baik sehingga dapat

    meningkatkan sifat ramah lingkungan alattangkap ini. Selain itu dilakukan kajian efi-siensi ekonomis usaha yang menggunakanalat tangkap tersebut. Untuk keperluan ka-jian ini dilakukan uji coba pengoperasianbubu rangkai untuk menangkap rajunganselama satu tahun pada nelayan di Keca-matan Soropia Kabupaten Konawe Propin-si Sulawesi Tenggara.

    MATERI DAN METODE

    Penelitian dilakukan pada Bulan Oktobersampai Nopember 2012 di Perairan Keca-matan Soropia Kabupaten Konawe yangmerupakan salah satu daerah penangkapanrajungan yang potensial di Sulawesi Teng-gara (Gambar 1). Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah metode ekspe-rimental fishing. Daerah penangkapan di-tentukan berdasarkan informasi dari nelay-an lokal. Seluruh rangkaian bubu dipasangpada kedalaman 15-20 m. Eksperimental fi-shing dilakukan dalam 4 fase bulan (bulangelap: 26-3 hari bulan; awal terang: 4-10hari bulan; bulan terang: 11-18 hari bul-an; awal gelap 19-25 hari bulan), sehinggatotal penangkapan sebanyak 30 kali. Ra-jungan yang tertangkap dipisahkan berda-sarkan jenis kelamin, diukur panjang kara-paksnya dan ditimbang beratnya dan dia-mati gonadnya. Selanjutnya dilakukan wa-wancara pada nelayan penangkap rajunganuntuk memperoleh data-data tentang per-kembangan teknis dan aspek ekonomi usa-ha berdasarkan hasil uji coba penggunaanbubu rangkai selama satu tahun oleh nela-yan setempat. Kelayakan ekonomis usahadiukur menggunakan parameter Net Pre-sent Value, Net Benefit/Cost Ratio dan In-ternal Rate of Return.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik Perikanan Rajungan dan AlurPemasarannya

    Usaha penangkapan rajungan di perairanKecamatan Soropia Kabupaten Konawe me-manfaatkan ketersediaan populasi rajung-an yang menyebar sepanjang Pesisir Ti-mur Jazirah Sulawesi Tenggara, khususnya

  • strategi penangkapan berbasis populasi perikanan rajungan 47

    Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian di PerairanKecamatan Soropia

    pada area-area yang subur yang menda-pat pasokan nutrien dari darat melalui alir-an sungai-sungai periodik sepanjang pesi-sir tersebut. Usaha perikanan rajungan di-kembangkan masyarakat sebagai mata pen-caharian utama dalam kategori perikananskala kecil/rumah tangga. Musim puncakpenangkapan pada Bulan September sam-pai Maret, musim sedang pada Bulan Aprilsampai Mei, dan musim kurang pada Bul-an Juni sampai Agustus. Operasi penang-kapan mumumnya dilakukan pada malamhari sebanyak satu trip per hari (pola oneday trip). Pada setiap trip dilakukan duakali pemasangan (setting) alat tangkap. Di-upayakan agar penarikan alat tangkap (ha-uling) pada saat air laut surut. Jadi padaprinsipnya pengoperasian alat tangkap di-lakukan dengan memanfaatkan pergerakandan aktivitas mencari makan dari rajunganpada saat air laut pasang di malam hari.Rajungan hasil tangkapan ditampung se-mentara dalam kurungan tancap yang ter-buat dari waring dan diberi pakan ikan ru-cah. Penampungan ini berlangsung selamadua atau tiga hari dengan maksud untukmengumpulkan hasil tangkapan dari bebe-rapa trip hingga jumlahnya memadai un-tuk dipasarkan sekaligus. Hasil tangkapandipasarkan ke pedagang pengumpul lokalatau langsung kepada agen pemasok pa-brik pengolah daging rajungan. Pada agenpemasok pabrik, rajungan direbus dan di-kuliti kemudian dikirim dalam bentuk da-

    ging olahan ke pabrik pengalengan rajung-an di Sulawesi Selatan untuk diekspor.

    Kondisi Daerah Penangkapan

    Daerah penangkapan rajungan di perair-an pantai Kecamatan Soropia merupakanarea perairan pantai yang membentang an-tara garis pantai dengan tubir karang (slo-pe) dan memanjang mengikuti garis pan-tai. Perairan ini memiliki kedalaman 5 hing-ga 20 meter. Di beberapa tempat ditemuihamparan lamun dengan kerapatan rendahhingga sedang. Dasar perairan didominasipasir halus dan pecahan - pecahan karang.Tutupan vegetasi mangrove dan aliran su-ngai - sungai kecil periodik yang bermu-ara di garis pantai serta keterbukaannyaterhadap pengaruh dinamika laut dalammenyebabkan perairan ini menjadi suburdan dinamis akibat gelombang dan aruspasang surut. Kondisi ini sangat kondusifsebagai habitat bagi kepiting rajungan. Be-lum dapat dipetakan secara jelas area-areayang berpotensi menjadi area pemijahan.Rajungan betina matang gonad ditemuk-an tersebar secara acak di daerah penang-kapan. Demikian pula halnya dengan per-iode pemijahan, sepanjang periode peneli-tian tidak teridentifikasi pola waktu kema-tangan gonad yang jelas karena jarangnyainduk matang gonad yang tertangkap.

    Peralihan metode penangkapan

    Sebelum diperkenalkan dengan alat tang-kap bubu rangkai, nelayan penangkap ra-jungan menggunakan alat tangkap jaringinsang atau sering disebut dengan pukatkepiting. Setahun setelah diperkenalkan peng-gunaan bubu rangkai untuk penangkapanrajungan pada seorang nelayan, diketahuibahwa telah banyak nelayan rajungan se-tempat yang meninggalkan penggunaan ja-ring insang dan beralih kepada alat tang-kap bubu rangkai tanpa adanya proses sosi-alisasi. Umumnya alasan utama yang men-dasari peralihan tersebut adalah karena ha-sil tangkapan bubu rangkai yang lebih ba-nyak. Setelah setahun uji coba pengope-rasian bubu rangkai dapat dididentifikasi

  • 48 Ahmad Mustafa 1, Abdullah1

    adanya indikasi perbaikan kualitas tekno-logi penangkapan dari penggunaan buburangkai. Indikasi tersebut adalah sebagaiberikut: a. Terjadi peningkatan pendapat-an nelayan, terlihat dari kemampuan me-ningkatkan kualitas sarana penangkapan de-ngan membeli mesin perahu. b. Praktis da-lam penyimpanan di atas perahu dan mu-dah dioperasikan (pemasangan dan pengam-bilan hasil) c. Hasil tangkapan berkuali-tas baik (tidak cacat) sehingga rajunganyang berukuran kecil dapat dilepas kem-bali dan hasil tangkapan dapat ditampungdalam kurungan tancap dalam waktu yanglebih lama. d. Lebih selektif karena sangatjarang ditemukan biota lain yang tertang-kap. e. Jangkauan operasi lebih luas karenadapat dioperasikan pada perairan yang le-bih dalam dengan mudah. f. Mendukungdalam kelestarian populasi kepiting karenasangat jarang ditemukan rajungan betinamatang gonad yang tertangkap.

    Karakteristik hasil tangkapan bubu rang-kai berdasarkan fase bulan

    Hasil uji coba penangkapan selama satu si-klus bulan (empat fase bulan) diperolehkarakteristik hasil tangkapan seperti pa-da Gambar 2-4. Gambar 2 memperlihatkanbahwa jumlah individu rata-rata rajunganjantan lebih tinggi dibanding rajungan be-tina pada setiap fase bulan. Hal ini meng-gambarkan pula rasio kelamin rajungan jant-an dan betina di perairan meskipun tidaktampak perbedaan yang besar yaitu 1:0,50 1:0,88. [7] juga menemukan sex ratio ra-jungan jantan:betina = 1:0,88 di Teluk Per-sia. Terlihat pula bahwa rata-rata jumlahindividu per trip yang tertangkap lebih ting-gi pada fase bulan terang dan awal gelapdibanding dua fase bulan lainnya. Didugabahwa tingginya air pasang pada fase bul-an terang serta cahaya bulan yang mene-rangi perairan memacu aktivitas mencarimakan dari rajungan sehingga lebih agresifmemasuki bubu untuk memakan umpan.Gambar 3 memperlihatkan adanya kecen-derungan ukuran yang lebih lebar terdapatpada fase bulan awal terang dan terang.Hal ini menunjukkan bahwa pada fase bul-an awal terang rajungan yang lebih besarbanyak berada di daerah penangkapan dan

    Gambar 2 Perbandingan jumlah rata-rata indi-vidu rajungan jantan dan betina yang tertangkapdengan bubu rangkai berdasarkan fase bulan

    memasuki bubu. Lebar karapaks rajung-an yang tertangkap selama penelitian 90-125 mm untuk jantan dan 55-155 mm un-tuk betina. Sebagai pembanding, di pantaiTeluk Perisa Iran rajungan ditemukan de-ngan panjang karapaks 60 -150 mm untukjantan dan 50 145 mm untuk betina [7].Dalam hal lebar karapaks [8] menyatakandi Australia, rajungan P. Pelagicus mulaimencapai batas ukuran minimum yang bo-leh ditangkap sebesar 127 mm pada usia1 tahun dan kelimpahannya sangat dipe-ngaruhi oleh musim. Hasil tangkapan sela-ma penelitian sangat sedikit yang menca-pai ukuran tersebut.

    Pada fase bulan gelap meskipun tinggi pa-sang air laut lebih besar tetapi aktivitasmencari makan dari rajungan relatif lebihrendah, jumlah maupun ukuran rajunganyang berada di daerah penangkapan lebihkecil. Pada fase bulan awal terang mes-kipun kelimpahan kepiting di daerah pe-nangkapan lebih rendah tetapi ukuran in-dividunya lebih besar. Diduga bahwa ke-butuhan energi bagi rajungan dewasa un-tuk memasuki periode moulting maupunreproduksi di fase bulan terang mendorongpeningkatan aktivitas mencari makan ra-jungan. [9] menyatakan rajungan berhentimencari makan sesaat sebelum dan sepan-jang fase moulting. Gambar 4 memperli-hatkan adanya kecenderungan peningkat-an bobot rata-rata individu rajungan padafase bulan awal terang dan bulan terang.Hal ini menggambarkan efek dari pening-katan aktivitas mencari makan pada kedua

  • strategi penangkapan berbasis populasi perikanan rajungan 49

    Gambar 3 Lebar karapaks rata-rata rajunganyang tertangkap dengan bubu rangkai berdasarkanfase bulan.

    fase bulan tersebut terhadap bobot tubuh.Peningkatan bobot tubuh ini diduga pu-la berkaitan dengan periode moulting danpemijahan.

    Sepanjang periode penelitian hanya dite-mukan dua individu betina matang gonadyang tertangkap yaitu pada periode bulanterang. Hal ini mengindikasikan adanya in-duk matang gonad di daerah penangkapan.[10] menemukan indeks gonad tertinggi pa-da Portunus pelagicus di India pada bulanDesember, Januari dan Maret sedangkanpada bulan Oktober dan nopember sangatkecil. Jumlah sampel induk matang gonadyang sangat sedikit menyebabkan analisisperkembangan kematangan gonad berda-sarkan fase bulan tidak dapat dilakukan.Hal ini berbeda dengan pada saat nelay-an mengoperasikan jaring insang sehinggamengindikasikan bahwa penggunaan buburangkai mampu mengeliminir tertangkap-nya betina matang gonad. Diduga konstruk-si mulut bubu pada sisi atas menyebabkanbetina matang gonad mengalami kesulit-an untuk memanjat dan masuk ke dalambubu atau terjadi penurunan agrsifitas ra-jungan betina mencari makan selama peri-ode matang gonad. Dengan demikian kon-struksi bubu rangkai yang digunakan me-miliki nilai positif dalam hal pelestarianpopulasi rajungan karena tidak menangkaprajungan betina yang akan memijah.

    Kelayakan Ekonomis Usaha

    Hasil estimasi rata-rata hasil penjualan ber-dasarkan fluktuasi tingkat produksi bubu

    Gambar 4 Bobot tubuh rata-rata rajungan yangtertangkap dengan bubu rangkai berdasarkan fasebulan.

    rangkai yang diuji menunjukkan bahwa usa-ha perikanan ini memiliki tingkat penda-patan operasi per tahun Rp. 34.128.000 ataupendapatan bersih rata-rata Rp. 25.885.440.Nilai NPV sebesar Rp. 84.098.870, nilai netB/C ratio sebesar 23 dan nilai IRR sebesar603. Berdasarkan nilai-nilai indikator ter-sebut dapat dikatakan bahwa usaha per-ikanan rajungan yang menggunakan alattangkap bubu rangkai menguntungkan danlayak secara ekonomis.

    Strategi pengaturan penangkapan rajung-an

    Beberapa fakta yang teridentifikasi dari ha-sil uji coba penangkapan rajungan denganmenggunakan bubu rangkai (long line po-ts) selama satu tahun pada nelayan rajung-an di Kabupaten Konawe memperlihatanadanya peningkatan kualitas teknologi pe-nangkapan dibanding teknologi penangkap-an yang digunakan sebelumnya. Perbaik-an kualitas tersebut meliputi kemudahanpengoperasian, efisiensi teknis yang indi-katornya adalah peningkatan produksi, pe-ningkatan sifat ramah lingkungan alat tang-kap khususnya dalam mengeliminasi ter-tangkapnya rajungan betina matang gonaddan berukuran kecil, serta efisiensi ekono-mis usaha. Oleh karena itu rancangan bu-bu rangkai dapat direkomendasikan untukdigunakan menggantikan penggunaan ja-ring insang atau pukat kepiting. Daerahpenangkapan rajungan di lokasi peneliti-an hanya terbatas pada kedalaman 5 sam-pai 20 m dan setelah itu adalah tubir ka-rang yang sangat dalam. Pemusatan pe-

  • 50 Ahmad Mustafa 1, Abdullah1

    nangkapan pada kedalaman >15 mmemung-kinkan dan mewakili ukuran rajungan la-ut dalam. Menurut [11] dan [4] menyatak-an bahwa rajungan yang berasal dari per-airan dalam dapat mempunyai lebar kara-paks 12 15 cm. Peningkatan ukuran danbobot individu pada fase bulan awal te-rang dan terang dapat dimanfaatkan untukmeningkatkan produksi tanpa kekhawatir-an akan menangkap betina matang gonad.Di samping betina matang gonad jarangditemukan tertangkap dengan bubu rang-kai dengan disain yang diuji, apa bila adayang tertangkap pun dapat dilepas kembalike alam dengan aman. Pelepasan kemba-li ini dapat direkomendasikan menginganbahwa rajungan yang tertangkap denganbubu rangkai ini tidak mengalami cacat.

    Penampungan sementara dalam kurungantancap untuk kepentingan pemasaran yangdidukung dengan pemberian pakan juga ka-rena kualitas kepiting yang tertangkap sa-ngat baik dan tidak cacat sehingga dapatditampung lebih lama. Menurut [12] P. Pe-lagicus juga makan ikan sehingga kita da-pat memanfaatkan by catch atau discardsdari berbagai alat tangkap untuk pakan-nya. Hal ini memungkinkan karena ketikatertangkap dalam kantong trawl pun he-wan ini aktif makan. Dijelaskan pula bah-wa P. pelagicus dapat mengisi lambungnyadalam 8 menit dan mengosongkannya kem-bali dalam 6 jam kecuali tulang ikan me-merlukan waktu sekitar 24 jam. Namun de-mikian, perlu dilakukan pengkajian lanjut-an khusus tentang pengaruh penampungandalam kurungan tancap terhadap perubah-an bobot dan kelangsungan hidup rajung-an. Karena itu berdasarkan hasil analisiskarakteristik hasil tangkapan bubu rangkaiselama penelitian dapat direkomendasikanpenangkapan kepiting rajungan di perair-an pantai Kabupaten Konawe setiap fasebulan dengan memperhatikan hal-hal se-bagai berikut:

    1. Penangkapan dilakukan pada kedalam-an lebih 15 meter untuk memperolehukuran individu yang lebih besar.

    2. Penangkapan dapat difokuskan pada fa-se bulan awal terang dan terang untuk

    memperoleh bobot individu yang lebihbesar.

    3. Untuk hasil tangkapan yang berukurankecil (lebar karapaks < 10 cm) atau bilatertangkap betina matang gonad dapatdilepas kembali ke alam.

    4. Hasil tangkapan dapat ditampung se-mentara dalam kurungan tancap yangdidukung dengan pemberian pakan ik-an rucah.

    Kelayakan Ekonomis Usaha

    Ada beberapa hal yang perlu digarisbawa-hi yang mendukung nilai pendapatan ope-rasi per tahun dari alat tangkap ini. Per-tama, adanya peningkatan hasil tangkapandibanding alat tangkap yang digunakan ne-layan sebelumnya dan operasi penangkap-an yang dapat berlangsung. Satu-satunyakesulitan yang dihadapi nelayan adalah ke-tersediaan umpan. Kedua, hasil tangkapanseluruhnya dipasarkan pada perusahaan -perusahaan yang menampung hasil tang-kapan untuk diekspor. Ketiga, biaya ope-rasional yang relatif rendah. Model pema-saran dalam bentuk kemitraan dengan per-usahaan eksportir akan menjamin stabili-tas harga. Meskipun ada perbedaan jumlahproduksi pada musim puncak, musim biasadan musim paceklik tetapi fluktuasinya ja-uh lebih stabil dan disepakati bersama an-tara nelayan dan pihak perusaahaan. Padamodel pemasaran ini, harga sangat diten-tukan oleh ukuran dan kualitas hasil tang-kapan. Hasil analisis memperlihatkan bah-wa usaha ini mempunyai NPV positif yangberarti usaha perikanan tersebut dikatak-an menguntungkan. Nilai NPV usaha peri-kanan bubu rangkai sebesar Rp. 84.098.870bila dibandingkan nilai rata-rata investa-si yaitu sebesar Rp. 4.490.000,- maka nilaisekarang usaha yang berjangka waktu se-lama 6 tahun tersebut bernilai 18 kali ni-lai investasi. Daya tahan kapal merupakanpenentu umur ekonomis usaha ini. Penggu-naan material kayu menjadikan umur eko-nomisnya relatif lebih pendek. Hasil anali-sis Net B/C ratio sebesar 23 yang berartinilai rasio keuntungan dan biaya lebih dari1 menggambarkan usaha tersebut mengun-tungkan. Besarnya nilai tersebut dimung-kinkan oleh perbandingan antara laba ber-

  • strategi penangkapan berbasis populasi perikanan rajungan 51

    sih per tahun dengan investasi awal yanglebih besar pada alat tangkap ini. Nilai IRRsebesar 603% jauh lebih besar dari nilaisuku bunga kredit bank umum yang ber-kisar 12-18 %. Ini berarti bahwa kondisiusaha sangat baik dan bila usaha terse-but dibangun menggunakan dana pinjam-an dari bank, maka kondisi usaha dapatdikatakan aman untuk pengembalian pin-jaman. Berdasarkan nilai ketiga parameterkelayakan usaha yang dianalisis, dapat di-simpulkan bahwa nilai produksi alat tang-kap ini mampu menjamin kelayakan kondi-si usaha perikanan rakyat. Pengoperasianusaha yang dijalankan oleh pemilik usahasendiri dan operasional penangkapan yangdapat dilakukan oleh seorang nelayan se-bagaimana umumnya perikanan skala kecilmemberi nilai tambah bagi kelayakan usa-ha ini karena tidak diperlukan upah buruhdan sistem bagi hasil.

    SIMPULAN

    Hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Penangkapan kepitingrajungan di perairan pantai Kabupaten Ko-nawe dapat menggunakan bubu rangkai de-ngan disain mulut bubu pada sisi atas padasetiap fase bulan dengan memperhatikankedalaman lebih 15 meter untuk mempe-roleh lebar karapaks yang lebih besar, pri-oritas penangkapan pada pada fase bulanawal terang dan terang untuk mempero-leh bobot individu yang lebih besar, hasiltangkapan yang berukuran kecil atau be-tina matang gonad dapat dilepas kemba-li ke alam dan hasil tangkapan dapat di-tampung sementara dalam kurungan tan-cap dengan didukung pemberian pakan ik-an rucah. Secara ekonomis usaha penang-kapan rajungan dengan bubu rangkai yangdirekomendasikan menguntungkan dan me-miliki kelayakan ekonomis usaha yang ba-ik.

    Acknowledgements Terima kasih kami sampa-ikan kepada Universitas Haluoleo yang membia-yai penelitian ini melalui dana BOPTN Universi-tas Haluoeo tahun 2012.

    Pustaka

    1. Mustafa, A., Abdullah dan D. Oetama. 2011.Studi Disain dan Pengoperasian Long Li-ne Pots sebagai Alat Penangkap Rajung-an (Swimming Crab) yang Efisien dan Ra-mah Lingkungan. Laporan Penelitian. Fakul-tas Perikanan dan Ilmu Kelautan UniversitasHaluoleo. Kendari.

    2. Moosa, M.K. dan S. Juwana. 1996. Kepitingsuku Portunidae dari Perairan Indonesia (De-capoda, Branchyura). Pusat Penelitian danPengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pe-ngetahuan Indonesia. Jakarta. 75 hal.

    3. Williams, M.J. 1982. Natural food and feedingin the commercial sand crab Portunus pela-gicus Linnaeus, 1766 (Crustacea: Decapoda:Portunidae) in Moreton Bay, Queensland. Jo-urnal Experimental Marine Biology and Eco-logy, 59: 165 - 176.

    4. Kangas, M.I. 2000. Synopsis of The Biologyand Exploitation of The Blue Swimming Crab,Portunus pelagicus Linnaeus, in Western Aus-tralia Fisheries Research Report No.121. ht-tp://www.fish.wa.gov.au.

    5. Fish, S.A. 2000. Blue Swimmer Crab. ht-tp://ww.FishSA.com.

    6. Muslim. 2000. Studi Penangkapan Rajungan(Portunnus sp) di Perairan Cambaya, Ko-dya Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi (Ti-dak dipublikasikan). Program Studi Peman-faatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Per-ikanan dan Ilmu Kelautan Institut PertanianBogor. Bogor.

    7. Hosseini, M., A. Vazirizade, Y. Parsa and A.Mansori. 2012. Sex Ratio, Size Distributionand Seasonal Abundance of Blue SwimmingCrab, Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758) inPersian Gulf Coasts, Iran. World Applied Sci-ences Journal 17 (7): 919-925

    8. Potter, I.C., P. J. Chrystal and N. R. Lonerag-an. 1983. The biology of the blue manna crabPortunus pelagicus in an Australian estuary.Marine Biology (78):75 - 85

    9. Zainal, K.A.Y. 2012. Natural food and feedingof the commercial blue swimmer crab, Portu-nus Pelagicus (Linnaeus, 1758) along the co-astal waters of the Kingdom of Bahrain. Jour-nal of the Association of Arab Uni Basic andApplied Sciences (2012): Article in Press, http://dx.doi.org/ 10.1016/ j.jaubas. 2012.09.002

    10. Pillay, K.K. and N.B. Nair. 1971. The annualreproductive cycles of Uca annulipes, Portu-nus pelagicus and Metapenaeus affinis (Deca-poda : Crustacea) from the South-west coastof India. Marine Biology (11):152 - 166.

    11. Juwana, S dan K. Romimohtarto. (2001). Bi-ologi Laut. LIPI.

    12. Wassenberg, T.J. and B.J. Hill. 1987. Feedingby the sand crab Portunus pelagicus on mate-rial discarded from prawn trawlers in MoretonBay, Australia. Marine Biology (95):387 - 393

    http://ww.FishSA.comhttp://ww.FishSA.com

  • 52 Ahmad Mustawa1, Abdullah1

  • AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

    APLIKASI BUNGKIL INTI SAWIT MELALUI PEMBERIAN ENZIM

    RUMEN DAN FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN IKAN NILA

    BEST (Oreochromis niloticus)

    Nadisa Theresia Putri 1 Limin Santoso2 RezaSamsudin3

    Ringkasan An important factor on tila-pia aquaculture (Oreochromis niloticus) isthe availability of food in sufficient quan-tity, unfortunetely soybean meal and fishoil as feed ingredients are imported. Alter-native feedstuffs needed to solve the pro-blem of limited soybean meal. Indonesia isthe largest producer of palm oil by-productcalled palm kernel meal (PKM). The stu-dy was conducted to determine the effect ofthe addition of rumen enzyme and fermen-tation on nutrient digestibility determinesthe level of PKM and PKM as a feed ingre-dient for tilapia growth. This research usedcompletely randomized design with 7 trea-tments and 3 replications. BEST tilapia wi-th total weight of 23.83 1.39 g / fish wereused. Data were analyzed using analysis ofvariance and followed by Duncan test. Thestudy shows that the use of BIS fermentedwith rumen enzymes and Trichoderma ree-sei provide the best nutrition and digestibi-lity compared to other treatments. Nutri-ent content and digestibility of total prote-in (83.73%), carbohydrate (65.46%), ener-gy (77.77%) and total digestibility (58%).

    1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan UnilaE-mail: [email protected]) Staf pengajar jurusan Budidaya Perairan Unila,Jl. Sumantri Brodjonegoro No.1 Bandar LampungE-mail: [email protected]) Peneliti di Balai Riset Penelitian dan Pengem-bangan Budidaya Air Tawar (BRPPBAT) SempurBogor

    Keywords bungkil inti sawit, enzimrumen, nila hibrida, kapang, kecernaan

    PENDAHULUAN

    Kebutuhan protein nila (Oreochromis ni-loticus) dalam pakan buatan memerlukanbahan penyusun dengan kandungan prote-in yang tinggi. Bahan penyusun pakan de-ngan kadar protein yang tinggi misalnyatepung kedelai yang sebagian besar masihdiimpor. Indonesia mengimpor bungkil ke-delai lebih dari 2,5 juta ton pada tahun2011 karena tidak dapat mencukupi kebu-tuhan tepung kedelai sebagai bahan pakanikan [1]. Bahan penyusun pakan alterna-tif dibutuhkan misalnya dari tepung bung-kil inti sawit (BIS) yang dapat menggan-tikan fungsi tepung kedelai. Bungkil intisawit dihasilkan dari industri minyak sa-wit dimana Indonesia merupakan salah sa-tu negara penghasil minyak sawit dunia.Penggunaan BIS dalam pakan ikan dipe-ngaruhi beberapa faktor, yaitu serat kasaryang mengandung manan yang tidak da-pat dicerna oleh tubuh, kandungan prote-in yang rendah dan kandungan lemak yangsangat tinggi. [2] menegaskan bahwa peng-gunaan BIS lebih dari 8 % dalam pakanikan mempengaruhi pertumbuhan dan pa-rameter kualitas pakan. Penelitian dilakuk-an untuk mengetahui pengaruh penambah-an enzim rumen dan fermentasi dengan ka-

  • 54 Nadisa Theresia Putri 1 et al.

    pang terhadap kandungan nutrisi BIS danmengetahui tingkat kecernaan BIS sebagaibahan pakan untuk pertumbuhan nila. Pe-nambahan enzim pada bahan pakan diha-rapkan dapat menurunkan kadar serat ka-sar. Enzim pendegradasi serat kasar yangmudah didapat adalah enzim rumen dom-ba (Ovis aries). Serta fermentasi oleh be-berapa jenis kapang: Rhizopus oligosporus,Aspergillus niger, Trichoderma reesei danRhizopus oryzae diharapkan dapat mening-katkan kandungan protein dan menurunk-an lemak pada pakan nila.

    MATERI DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan pada Mei sampaiAgustus 2012 di Instalasi Riset Plasma Nu-tfah Cijeruk, Bogor. Bahan yang digunak-an nila BEST dengan rerata berat total 23 1,39 gr/ekor, bungkil inti sawit, Cromiunoxide (Cr2O3), pakan acuan, enzim rumendomba, tepung tapioka dan 4 jenis kapang: Rhizopus oligosporus, Aspergillus niger,Trichoderma reesei dan Rhizopus oryzae.Rancangan acak lengkap dengan 7 perla-kuan dan 3 ulangan digunakan dalam stu-di. Data yang diperoleh dianalisis menggu-nakan analisis sidik ragam (ANOVA) dandilanjutkan dengan uji Duncan. Perlakuantersebut dengan perincian pada Tabel 1.

    Hidrolisis enzim rumen dilakukan menggu-nakan metode [3]. Fermentasi menurut [4]dengan menggunakan empat jenis kapang:: Rhizopus oligosporus, Aspergillus niger,Trichoderma reesei, dan Rhizopus oryzae.Proses pembuatan pakan dilakukan denganpencampuran bahan pakan sesuai formula-si (Tabel 2). Pakan dibuat dalam bentukmoist pellet. Uji Kecernaan dilakukan de-ngan menambahkan indikator penanda de-ngan Cr2O3 pada bahan pakan yang telahdisiapkan. Parameter yang diamati adalahkecernaan total, kecernaan protein, kecer-naan karbohidrat dan kecernaan energi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil uji kecernaan total (Gambar 1) di-peroleh dari perlakuan dengan persenta-se yang tertinggi sampai terendah sebagaiberikut : perlakuan F (58,73%), D(55,73%),

    Gambar 1 Kecernaan total nila BEST (Oreo-chromis niloticus) dengan menggunakan perlaku-an bahan pakan

    E(54,19%), B(53,21%), G(52,97%), C(49,44%),dan A(48,08%). Berdasarkan hasil uji sta-tistik pada selang kepercayaan 95% me-nunjukkan bahwa perlakuan A (kontrol) ti-dak memberikan pengaruh yang berbedanyata terhadap perlakuan B, C, E dan G,namun berpengaruh nyata terhadap perla-kuan D dan F.

    Hasil penelitian menunjukkan adanya pe-ngaruh penggunaan BIS yang ditambah cair-an rumen maupun yang difermentasi de-ngan kapang terhadap kecernaan total. Ke-cernaan total tertinggi terdapat pada per-lakuan F, yaitu dengan perlakuan penam-bahan cairan enzim rumen dan fermenta-si kapang Trichoderma reesei. Trichodermareesei mampu mendegradasi manan dalamBIS dengan meningkatnya nilai energi me-tabolisme sejati dan total gula terlarut ka-rena adanya perubahan polisakarida (man-an) menjadi bentuk yang lebih sederhana(oligosakarida) menjadi mannosatriosa, man-nobiosa dan mannose [5].

    Nilai kecernaan protein (Gambar 2) nila se-lama penelitian dari yang tertinggi sampaiyang terendah berturut-turut adalah seba-gai berikut : perlakuan F (83,06%), E(82,47%),D(82,11%), C(81,82%), G(81,16%), A(77,91%),dan B(75,63%). Berdasarkan hasil uji sta-tistik pada selang kepercayaan 95% me-nunjukan bahwa perlakuan A (kontrol) ti-dak memberikan pengaruh yang berbedanyata terhadap perlakuan B, namun ber-pengaruh nyata terhadap perlakuan C, D,E, F dan G.

    Kecernaan protein tertinggi terdapat pa-da perlakuan F yaitu penambahan bahanpakan tepung bungkil inti sawit yang te-

  • Aplikasi Bungkil Inti Sawit 55

    Tabel 1 Rancangan Perlakuan yang dicobakan

    Perlakuan Pakan Acuan Bungkil Inti Sawit Rumen Domba Kapang

    A ! # # #B ! ! # #C ! ! ! #D ! ! ! Rhizopus oligosporusE ! ! ! Aspergillus nigerF ! ! ! Trichoderma reeseiG ! ! ! Rhizopus oryzae

    Keterangan : : bahan digunakan ; : bahan tidak digunakan

    Tabel 2 Komposisi bahan baku pakan nila BEST (Oreochromis niloticus) dengan menggunakan berbagaiperlakuan bungkil inti sawit.

    Komposisi A B C D E F GPakan Acuan 98% 69% 69% 69% 69% 69% 69%BIS - 29% - - - - -BIS + ekstrak rumen - - 29% - - - -BIS + rumen + R O - - - 29% - - -BIS + rumen + A N - - - - 29% - -BIS + rumen + T R - - - - - 29% -BIS + rumen + R Or - - - - - - 29%Cr2O3 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%Binder 1.5% 1.5% 1.5% 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

    Keterangan :BIS : Bungkil Inti SawitR O : Rhizopus oligosporusA N : Aspergillus nigerT R : Trichoderma reeseiR Or : Rhizopus oryzae

    Cr2O3 : Chromium oxide

    Gambar 2 Kecernaan protein nila BEST (Oreo-chromis niloticus) dengan menggunakan perlaku-an bahan pakan

    lah dicampur enzim rumen dan kapang T.reesei. Hal ini sesuai dengan hasil peneli-tian [5], bahwa penambahan T. reesei da-pat meningkatkan kandungan protein padaBIS dari 16,5% menjadi 24,31%.

    Nilai kecernaan karbohidrat (Gambar 3)selama penelitian dari yang tertinggi sam-pai terendah berturut-turut adalah sebagaiberikut : perlakuan F (83,06%), D (82,47%),G (82,11%), C (81,82%), E (81,16%), A(77,91%) dan B (75,63%). Berdasarkan ha-sil uji statistik pada selang kepercayaan 95%menunjukan bahwa perlakuan A (kontrol)tidak berbeda nyata terhadap perlakuan Btapi berpengaruh nyata terhadap perlaku-an C, D, E, F dan G.

    Kecernaan tertinggi terdapat pada perla-kuan F, dimana pakan berbahan BIS de-ngan pencampuran enzim rumen dan fer-mentasi oleh kapang T. reesei. Hal ini di-sebabkan oleh penambahan enzim rumendan fermentasi kapang T. reesei yang ke-duanya mengandung enzim mananase. Bung-kil inti sawit tersusun atas hemiselulosa,

  • 56 Nadisa Theresia Putri 1 et al.

    Gambar 3 Kecernaan karbohidrat nila BEST(Oreochromis niloticus) dengan menggunakanperlakuan bahan pakan.

    Gambar 4 Kecernaan energi nila BEST (Oreo-chromis niloticus) dengan menggunakan perlaku-an bahan pakan.

    dimana fraksi polisakarida manan adalahyang terbanyak [5]. Maka pendegradasianmanan secara total mampu memecah ikat-an tersebut dan merubahnya menjadi oli-gosakarida atau bahkan monosakarida yangmudah dicerna. Dengan dihidrolisisnya po-lisakarida manan menjadi beberapa oligo-sakarida/monosakarida yang mudah dicer-na tubuh menyebabkan terjadinya pening-katan nilai nutrisi.

    Nilai kecernaan energi (Gambar 4) selamapenelitian dari yang tertinggi sampai ter-endah berturut-turut adalah sebagai beri-kut : perlakuan F (77,77%), D (76,85%),E (75,16%), C (73,75%), A (70,80%), G(70,62%) dan B (68,61%). Berdasarkan ha-sil uji statistik pada selang kepercayaan 95%menunjukkan bahwa perlakuan A (kontrol)tidak berbeda nyata terhadap perlakuan Bdan G tapi berpengaruh nyata terhadapperlakuan C, D, E dan F.

    Kecernaan energi tertinggi terdapat padaperlakuan F, yaitu pakan dengan bahanBIS dicampur enzim rumen fermentasi olehkapang T. reesei. Hal ini sesuai dengan per-nyataan [5], bahwa terjadi degradasi poli-

    sakarida manan yang ada pada BIS olehkapang T. reesei menjadi bentuk yang le-bih sederhana (oligosakarida) yang meng-hasilkan nilai energi yang cukup baik di-bandingkan dalam bentuk polisakarida man-an.

    SIMPULAN

    Tepung bungkil inti sawit dengan penam-bahan cairan enzim rumen domba dan fer-mentasi oleh T. reesei memberikan hasilyang terbaik dan tertinggi terhadap kecer-naan total kecernaan protein, kecernaan kar-bohidrat dan kecernaan energi pada pakannila BEST.

    Pustaka

    1. Kementerian Kelautan dan Peri-kanan. 2012. Impor Pakan Ikandan Udang Tinggi. Dikutip darihttp://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7417/Impor-Pakan-Ikan-dan-Udang-Tinggi/?category_id=58. Diakses pada 13Desember 2011 pada pukul 17.00 WIB.

    2. Abidin, Z. 2006. Pengaruh Kadar TepungBungkil Kelapa Sawit Dalam Pakan Ikan Le-le (Clarias batrachus). Sekolah Pasca Sarjana,Institut Pertanian Bogor. Bogor 53 hal.

    3. Fitriliyani, I. 2008. Pengaruh Penambahan Eks-trak Enzim Cairan Rumen Domba Pada Kom-ponen Serat Kasar, Kandungan Asam Fitat Te-pung Daun Lamtoro Gung (Leucaena ieucoce-phala). Jurnal Akuakultur Indonesia 9(1): 30-37

    4. Suhenda, N., Samsudin, R. dan Melati, I. 2010.Peningkatan Kualitas Bahan Nabati (DedakPadi dan Dedak Polar) Melalui Proses Fermen-tasi (Rhizopus oligosporus) dan Penggunaan-nya dalam Pakan Ikan Mas (Cyprinus carpio).Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur: 689-695. Bogor

    5. Jaelani, A., Piliang, W.G., Suryahadi dan Ra-hayu, I. 2008. Hidrolisis Inti Bungkil Inti Sawit(Elaeis guineensis Jacq) oleh Kapang Tricho-derma reesei Sebagai Pendegradasi Polisakari-da Manan. Animal Production 42-49 hal

    http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7417/Impor-Pakan-Ikan-dan-Udang-Tinggi/?category_id=58http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7417/Impor-Pakan-Ikan-dan-Udang-Tinggi/?category_id=58http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7417/Impor-Pakan-Ikan-dan-Udang-Tinggi/?category_id=58

  • AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

    STUDI POTENSI TERIPANG DI PERAIRAN BANGKA SEBAGAI

    SUMBER STEROID UNTUK SEX REVERSAL IKAN NILA

    Andri Kurniawan1 Ardiansyah Kurniawan1

    Ringkasan Teripang merupakan salah sa-tu potensi perikanan dan kelautan Bang-ka Belitung. Selama ini, teripang diman-faatkan sebagai bahan makanan maupunproduk olahan. Padahal, teripang diketa-hui mengandung bahan aktif steroid yangdapat difungsikan untuk berbagai keperlu-an. Penelitian ini dilakukan untuk meng-etahui potensi teripang yang ada di Per-airan Bangka dan menganalisis potensi se-nyawa bioaktif steroid yang terkadung un-tuk sex reversal ikan nila. Berdasarkan ha-sil penelitian yang dilakukan di TanjungGunung diperoleh jenis teripang yang do-minan adalah teripang karang (Holothurianobilis), teripang getah (H. leucospilota),dan teripang dada merah (H. edulis). Se-telah dilakukan uji kualitatif potensi ste-roid dengan uji visualisasi warna Lieberm-an Burchard diperoleh hasil positif steroidterhadap ketiga jenis teripang tersebut. .

    Keywords Teripang, Bangka, Steroid,Sex Reversal

    1)Dosen Jurusan Budidaya Perairan, UniversitasBangka BelitungE-mail:[email protected]

    PENDAHULUAN

    Eksplorasi potensi teripang sebagai salahsatu komoditi perikanan potensial di Pro-pinsi Kepulauan Bangka Belitung masih be-lum banyak dikembangkan, terlebih padajenis-jenis yang belum banyak dikenal dantidak memiliki nilai ekonomis penting. Ela-borasi bahan aktif dari teripang non eko-nomis diharapkan dapat memberikan infor-masi pemanfaatan teripang dari sudut eko-nomis yang berbeda. Berbagai penelitiantelah menunjukkan potensi bahan aktif te-ripang antara lain sebagai antibakteri [1],antijamur [2], penghasil enzim arginin ki-nase [3], serum amyloid A [4], glikosida [5],sumber fucan sulfat sebagai penghambatosteoclastogenesis [6], dan coelomic fluidsebagai antioksidan [7]. Selain bahan aktiftersebut, sejumlah teripang juga telah dite-liti mengandung steroid. Steroid dapat di-gunakan sebagai manipulator seksual padakomoditas perikanan melalui sex reversalsecara hormonal. Di dalam manipulasi sek-sual, steroid dapat pula digunakan untukmenggantikan peran 17-metiltestosteron,11-ketotestosteron, maupun testosterone pro-pionate sebagai bahan manipulator maksu-linisasi kimiawi yang selama ini sering di-gunakan pada komoditas perikanan. Ma-nipulasi monoseksual komoditas perikan-an tertentu memiliki keuntungan dimanaenergi seksual diarahkan menjadi energi per-tumbuhan sehingga lebih menguntungkandalam konteks produksi dan aspek ekono-

  • 58 Andri Kurniawan1 et al.

    misnya. Salah satu komoditas perikanan yangdapat dilakukan sex reversal adalah ikannila dimana ikan jantan dipandang lebihmenguntungkan karena memiliki pertum-buhan yang lebih cepat dibandingkan de-ngan ikan betina. Hal ini dikarenakan ener-gi reproduksi diarahkan menjadi energi per-tumbuhannya sehingga lebih cepat tumbuh.

    MATERI DAN METODE

    Ekstraksi steroid teripang

    Ekatraksi teripang dilakukan dengan me-tode ekstraksi dingin dengan maerasi. Te-ripang yang diperoleh dari eksplorasi, di-cuci dan digiling untuk memperluas per-mukaan partikel. Hasil penggilingan diren-dam dalam methanol dimana perbanding-an teripang dan methanol 1:2 dan dilakuk-an pengadukan. Maerasi dilakukan selama24 jam pada suhu 5oC. Setelah proses ma-erasi, dilakukan proses pemisahan rende-men dan filtrat menggunakan sentrifuse. Fil-trat dikeringkan dalam oven pada suhu 60oChingga kering untuk memisahkan methanoldan ekstrak steroid yang larut dalam me-thanol.

    Analisis kualitatif steroid

    Analisis kualitatif steroid dilakukan denganmenggunakan uji visualisasi warna Lieberm-an Burchard. Uji visualisasi warna dilakuk-an untuk menunjukkan ada atau tidaknyakandungan steroid pada hasil ekstrak. In-dikator warna hijau disebabkan terjadinyapolimerisasi lemak tak jenuh dalam medi-um asam asetat anhidrat dan asam sulfatpekat.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Potensi teripang di Perairan Bangka

    Propinsi Kepulauan Bangka Belitung seca-ra geografis terletak pada 104o50 sampai

    109o30 BT dan 0o50 sampai 4o10 LS. Wi-layah Propinsi Kepulauan Bangka Belitungterbagi menjadi wilayah daratan dan wila-yah laut dengan total luas wilayah menca-pai 81.725,14 km2. Luas daratan propinsiini kurang lebih 16.424,14 km2 (20,10%),dan luas laut kurang lebih 65.301 km2 (79,90%)[8].

    Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yangmerupakan daerah kepulauan dengan gu-gusan pulau-pulau kecil mencapai 251 pu-lau dengan garis pantai sepanjang 1.200km. Provinsi Kepulauan Bangka Belitungmempunyai potensi yang sangat besar danditunjang oleh penyebaran pulau-pulau ke-cil dengan ekosistem pesisir yang khas se-perti terumbu karang, mangrove, padanglamun, dan rumput laut. Potensi ini sa-ngat ideal untuk budidaya ikan karena pan-tainya masih bersih dan belum ada polu-si, sehingga dapat dikembangkan budida-ya ikan kerapu, rumput laut, mutiara, teri-pang, kakap putih dan kerang hijau. Poten-si kawasan laut Provinsi Kepulauan Bang-ka Belitung untuk budidaya laut berkisar120.000 ha dengan potensi volume produk-si yang dapat dihasilkan 1.200.000 ton/tahundengan potensi ekonomi mencapai Rp. 12.000milyar/tahun [9].

    Komoditas teripang merupakan salah satusumber daya alam yang belum banyak di-manfaatkan. Pulau Bangka merupakan sa-lah satu daerah penyebaran teripang di In-donesia, selain Pantai Madura, Bali, Lom-bok, Aceh, Bengkulu, Kalimantan, Riau,Sulawesi, Maluku, dan Kepulauan Seribu[10]. Selama ini, teripang di Perairan Bang-ka hanya digunakan sebagai bahan makan-an dan hanya terbatas pada teripang pasir.Sementara itu, beberapa jenis teripang la-innya masih belum memiliki nilai ekonomispenting. Berdasarkan hasil penelitian yangdilakukan Tanjung Gunung diperoleh be-berapa jenis teripang, antara lain teripangkarang (Gambar 1), teripang getah (Gam-bar 2), dan teripang dada merah (Gambar3).

  • potensi teripang di perairan Bangka 59

    Gambar 1 Teripang Karang Kondisi Basah

    Gambar 2 Teripang Getah Kondisi Basah

    Teripang sebagai sumber bioaktif steroid

    Salah satu kandungan bioaktif teripang ada-lah steroid [11]. Steroid merupakan senya-wa organik lemak sterol tidak terhidrolisisyang dapat dihasilkan dari reaksi penurun-an dari terpena atau skualena [12]. Bebe-rapa penelitian telah menyebutkan khasi-at steroid untuk kesehatan, vitalitas, mau-pun perangsangan hormonal. Sedangkan dibidang perikanan, beberapa pemanfaatansteroid di antaranya adalah untuk manipu-lasi kelamin udang galah [13] dan sumbertestosterone alami [14].

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakuk-an diperoleh hasil bahwa ketiga jenis teri-pang di Perairan Bangka memiliki potensisteroid. Uji kualitatif steroid dengan meng-gunakan uji visualisasi warna LiebermanBurchard memberikan hasil warna hijau yangmengindikasikan sampel yang diuji memi-liki kandungan steroid. Tahapan uji kuali-tatif steroid melalui ekstraksi methanol da-

    Gambar 3 Teripang Dada Merah Kondisi Basah

    Gambar 4 Ekstraksi Metanol Teripang

    ri ketiga jenis teripang di Perairan Bangkaditampilkan pada Gambar 4.

    Ikan nila merupakan salah satu komoditasperikanan yang sering digunakan untuk ak-tivitas sex reversal. Sex reversal yang dila-kukan pada ikan nila adalah berupa mas-kulinisasi atau penjantanan ikan. Hal inidikarenakan ikan nila jantan dianggap le-bih menguntungkan untuk dipelihara apa-bila dibandingkan ikan nila betina. Prosesmaskulinisasi pada ikan nila menyebabk-an energi yang digunakan oleh ikan ber-kelamin betina untuk reproduksi diarahk-an menjadi energi pertumbuhan pada sa-at ikan tersebut mengalami maskulinisasisehingga lebih cepat dalam pembesaran-nya[15]. Pada proses maskulinisasi ikan kon-sumsi, steroid yang berasal dari alam di-pandang sebagai salah satu bahan yang am-an digunakan dan dapat menggantikan per-anan hormon sintetik 17-metiltestosteronyang sudah dilarang penggunaannya [16].Pada implementasinya, steroid sebagai peng-ganti 17-metiltestosteron juga memiliki kha-siat sebagaimana hormon androgenik yangmengarahkan perkembangan gonad ke arahpembentukan kelamin jantan [15]. Berbe-da halnya, mekanisme manipulasi seksua-

  • 60 Andri Kurniawan1 et al.

    litas dengan menggunakan steroid dan se-nyawa aromatase inhibitor dimana aroma-tase inhibitor lebih bertanggungjawab pa-da penghambatan sekresi enzim aromataseyang bertugas di dalam konversi hormonandrogen menjadi estrogen sehingga terja-di proses pembalikan kelamin [16].

    SIMPULAN Beberapa jenis teripang nonekonomis yang belum dimanfaatkan seca-ra optimal di Perairan Bangka, yaitu teri-pang karang (Holothuria nobilis), teripangdada merah (H.edulis), dan teripang ge-tah (H.leucospilota). Berdasarkan peneliti-an yang dilakukan diketahui bahwa keti-ga jenis teripang tersebut memiliki poten-si yang baik untuk dimanfaatkan sebagaisumber steroid pada berbagai keperluan,salah satunya adalah sex reversal pada ik-an nila.

    Acknowledgements Terima kasih kepada Direk-torat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikandan Kebudayaan RI yang telah memberikan ban-tuan dana penelitian melalui Skim Hibah Unggul-an Universitas Bangka Belitung tahun 2012.

    Pustaka

    1. Haug, T., Kjuul, A.K., Styrvold, O.B., San-dsdalen, E., Olsen, O.M. and Stensvag, K.(2002). Antibacterial Activity in Strongylo-centrotus droebachiensis (Echinoidea), Cucu-maria frondosa (Holothuroidea), and Asteriasrubens (Asteroidea). Journal of InvertebratePathology 81: 94-102.

    2. Murray, A.P., Muniain, C., Seldes, A.M., andMaier, M. (2001). Patagonicoside A : a No-vel Antifungal Disulfated Triterpene glycosidefrom the Sea Cucumber Psolus patagonicus.Tetrahedron 57: 9563-9568.

    3. Guo, S.Y., Guo, Z., Guo, Q., Chen, B.Y. andWang, X.C. (2003). Expression, Purificationand Characterization of Arginine Kinase fromthe Sea Cucumber Stichopus japonicus. Pro-tein Expression and Purification 29: 230-234.

    4. Cardona, P.G.S., Berrios, C.A., Ramirez F.,and Arrars, J.E.G. (2003). Lipopolysacchari-des induce intestinal serum amyloid A expres-sion in the Sea Cucumber Holothuria glaberri-ma. Development and Comparative Immuno-logy 27:105-110

    5. Moraes, G., Norchote, P.C., Kalinin, V.I., Avi-lov, S.A., Silchenko, A., Dmitrenok, P.S., Sto-nik, V.A. and Levin, V. (2004). Structureof the Major Triterpene Glycoside from thesea Cucumber Stichopus malls and Evidence

    to Reclassify this Species into the New Ge-nus Australostichopus. Biochemical Systema-tic and Ecology 32: 637- 650.

    6. Kariya, Y., Mulloy, B., lmai, K., Tominaga,A., Kaneko, T., Asari, A., Suzuki, K., Masuda,H., Kyosashima, M. and lshii, T. (2004). Iso-lation and Partial Characterization of FucanSulfates from the Body wall of Sea Cucum-ber Stichopus japonicus and their ability toinhibit Osteoclastogenesis. Carbohydrate Re-search 339:1339-1346.

    7. Hawa, I., Zulaikah, M., Jamaludin, M., Abi-din, Z.A.A., Kaswandi, M.A., and Ridzwan,BH. 1999. The potential of the coelomic fluidin sea cucumber as an antioxidant. Mal J Nutr5:55-59, 1999

    8. BPS (Badan Pusat Statistik)Prop. Kep. Bangka Belitung. 2010.http://babel.bps.go.id/index.php/geografi/286-paranalisageografi.html (diakses 03 Januari2011, 20.26 WIB)

    9. BKPM. 2009. Profil Potensi InvestasiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung. ht-tp://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles /ppi/PROFIL%20 PO-TENSI%20INVESTASI%20PROVINSI%20KEPULAU-AN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf

    10. DKP. 2006. Statistika Kelautan dan Perikan-an Indonesia 2005. Jakarta

    11. Nurjanah, S., E Gumbira-Said., K. Syamsu.,Suprihatin., dan E. Riani. 2010. PengaruhEkstrak Steroid Teripang Pasir (Holothuriascabra) Terhadap Perilaku Seksual DanKadar Testosteron Darah Mencit (Musmusculus). http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/pengaruh_ekstrak_steroid_teripang_pasir.pdf

    12. Anonim. 2012. Steroid. ht-tp://id.wikipedia.org/wiki/Steroid

    13. Arisandi, A. 2007. Efektivitas EsktrakSteroid Teripang Untuk MemanipulasiKelamin Udang Galah. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41399

    14. Dewi, K. H. 2008. Kajian Ekstrak Ste-roid Teripang Pasir (Holothuria scabra)Sebagai Sumber Testosteron Alami. [tesis].IPB. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/41026 /2008khd.pdf?sequence=9

    15. Phelps, R.P. and T.J. Popma. 2000. Sex re-versal of tilapia. Pages 3459 in B.A. Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquacul-ture in the Americas, Vol. 2. The World Aqua-culture Society, Baton Rouge, Louisiana, Uni-ted States

    16. Arianto, D., K. Sumantadinata., dan A. O. Su-drajat. 2010. Diferensiasi Kelamin Tiga Geno-tipe Ikan Nila yang Diberi Bahan AromataseInhibitor. J. Ris Akuakultur. Vol 5 No 2 tahun2010: 165-174

    http://babel.bps.go.id/index.php/geografi/286-paranalisageografi.htmlhttp://babel.bps.go.id/index.php/geografi/286-paranalisageografi.htmlhttp://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid /userfiles /ppi/PROFIL%20 POTENSI%20INVESTASI%20PROVINSI %20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG%202009.pdf http://pustaka.unpad.ac.id/ wp-content/uploads/2010/01/pengaruh_ ekstrak_steroid_teripang_pasir.pdf http://pustaka.unpad.ac.id/ wp-content/uploads/2010/01/pengaruh_ ekstrak_steroid_teripang_pasir.pdf http://pustaka.unpad.ac.id/ wp-content/uploads/2010/01/pengaruh_ ekstrak_steroid_teripang_pasir.pdf http://repository. ipb.ac.id/handle/123456789/41399 http://repository. ipb.ac.id/handle/123456789/41399 http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/ 123456789/41026 / 2008khd.pdf?sequence=9http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/ 123456789/41026 / 2008khd.pdf?sequence=9http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/ 123456789/41026 / 2008khd.pdf?sequence=9

  • AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

    PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA

    PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp)

    Dwi Puji Hartono1 Dian Febriani1

    Ringkasan Tujuan kegiatan penelitian ada-lah mengetahui pengaruh lama waktu ke-jutan suhu terhadap pembentukan indivi-du triploid pada ikan patin, tingkat derajatpenetasan dan kelangsungan hidup larvaikan patin Perlakuan lama waktu kejutansuhu dingin yang diberikan masing-masing120 detik, 180 detik dan 240 detik pada su-hu 4oC pada fase meiosis 1. Masing-masingperlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Pe-netasan dan pemeliharaan larva dilakukanpada akuarium serta hapa untuk kegiatanpendederan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa perlakuan lama waktu kejutan suhudingin memberikan hasil yang nyata ter-hadap pembentukan individu triploid pa-da ikan patin (P

  • 62 Dwi Puji Hartono1, Dian Febriani1

    dividu triploid yang terbentuk. Kondisi inidisebabkan lama waktu kejutan yang dila-kukan masih belum sepenuhnya dapat me-nahan polar body II di dalam telur sehing-ga mengakibatkan individu yang terbentukadalah individu diploid normal. Oleh kare-na itu dilakukan kajian dalam menentukanlama waktu kejutan suhu yang diberikanuntuk meningkatkan persentase pemben-tukan individu triploid.

    Tujuan kegiatan penelitian ini adalah un-tuk 1. mengetahui pengaruh lama waktukejutan suhu terhadap pembentukan indi-vidu triploid pada ikan patin 2. mengetahuipengaruh lama waktu kejutan suhu terha-dap tingkat derajat penetasan dan kelang-sungan hidup larva ikan patin 3. menge-tahui pengaruh individu triploid terhadaptingkat pertumbuhan ikan patin.

    MATERI DAN METODE

    Bahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah induk ikan patin, larutan asetocar-min, asam asetat glacial, etanol absolut, al-kohol, AgNO3, metylene blue, gelatin, gli-serin, asam formiat, artemia, garam dapur,ovaprim, pelet, cacing serta ragi roti se-bagai bahan kultur pakan alami. Sedangk-an alat yang digunakan dalam pelaksanaanpenelitian ini antara lain akuarium besertasistem aerasinya sebagai media pemeliha-raan dengan ukuran 40 x 60 x 50 cm se-banyak 12 buah, hapa berukuran 1,3 x 1 x0,5 m sebanyak 12 buah, pompa air, aera-tor, mikroskop, syringe, timbangan anali-tik, box staining, gelas preparat, mangkokserta perlengkapan pemijahan lainnya.

    Rancangan Penelitian

    Rancangan yang digunakan dalam pene-litian ini adalah rancangan acak lengkap(RAL) dengan tiga ulangan. Sebagai per-lakuan adalah perbedaan lama waktu ke-jutan dingin serta satu buah kontrol tanpaperlakuan. Perlakukan lama waktu kejut-an yang digunakan adalah 120 detik, 180detik dan 240 detik pada suhu 4oC. Seti-ap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak3 kali. Data dianalisis dengan sidik ragamuntuk mendapatkan penduga ragam galat

    dan uji signifikasi untuk mengetahui per-bedaan antar perlakuan.

    Pemijahan Ikan Patin

    Penelitian diawali dengan persiapan mediapemijahan serta seleksi terhadap ikan pa-tin yang akan digunakan sebagai induk. In-duk ikan patin yang digunakan mempunyaiberat 2-3 kg per ekor untuk betina dan 1,5-2,5 kg untuk jantan. Proses pemijahan di-lakukan dengan menggunakan metode ka-win suntik (induce breeding) dengan ban-tuan rangsangan hormon ovaprim. Dosisyang digunakan dalam penyuntikan ada-lah 0,9 ml/kg. Penyuntikan hanya dilakuk-an pada induk betina dan dilakukan seba-nyak 2 kali dengan perbandingan 1/3 do-sis digunakan untuk penyuntikan pertamadan 2/3 dosis digunakan untuk penyuntik-an kedua. Jarak antar penyuntikan adalah10 jam. Pengeluaran telur dilakukan sete-lah 6-8 jam dari penyuntikan kedua dengancara distriping. Induk betina yang telahmengalami ovulasi, distriping untuk men-dapatkan telur. Telur hasil striping dile-takkan di dalam mangkok yang telah di-bersihkan. Pengambilan sperma dari jant-an dilakukan dengan mengurut bagian uro-genital untuk mengeluarkan sperma. Sper-ma dari induk jantan di tampung di da-lam beaker glass yang telah diberi larutanNaCl 0,9 %. Pembuahan dilakukan seca-ra buatan dengan cara mencampur telurdan sperma serta diberikan larutan pembu-ahan berupa larutan fisiologis. Telur yangtelah dicampur dengan sperma kemudianditebar pada media penetasan telur beru-pa akuarium yang telah diberi aerasi danheater sebagai pengatur suhu pada mediapenetasan.

    Perlakuan Kejutan Suhu

    Aplikasi kejutan suhu dilakukan dengan meng-gunakan kejutan dingin untuk memperolehikan triploid (3n). Tiga menit setelah ter-jadi pembuahan diikuti dengan perlakuankejutan dingin pada suhu 4oC selama 120

  • Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Dingin 63

    detik, 180 detik dan 240 detik Setelah dila-kukan kejutan suhu dari setiap perlakuan,telur dimasukkan ke dalam akuarium un-tuk proses inkubasi. Proses inkubasi telurdilakukan di dalam akuarium yang telahdiberi air setinggi 25 cm hingga terjadi pe-netasan telur.

    Penetasan Telur

    Telur yang telah ditebar pada media pe-netasan dibiarkan dan diamati perkemba-ngannya untuk menentukan derajat pem-buahan. Telur ikan patin akan menetas se-telah 20-26 jam dari proses pembuahan.Setelah proses penetasan dilakukan penyi-ponan pada media penetasan untuk mem-buang telur yang tidak menetas.

    Pemeliharaan Larva

    Larva ikan patin hasil penetasan dipeliha-ra pada media akuarium. Pemberian pak-an dilakukan saat larva berumur 3 hari.Pakan yang diberikan adalah naupli arte-mia dengan frekuensi pemberian sebanyak6 kali yaitu pada pukul 06.00, 10.00, 14.00,18.00, 22.00, dan 02.00 WIB. Pemberianartemia dilakukan hingga larva berumur 7hari. Pakan yang diberikan pada larva yangberumur 7 hari adalah cacing sutera de-ngan frekuensi pemberian sebanyak 3 kaliyaitu pagi, siang dan sore hari secara addli-bitum. Pada media pemeliharaan larva di-lakukan penyiponan dan pergantian air se-tiap 2 hari sekali untuk menjaga kondisimedia tetap bersih. Pemeliharan larva di-akuarium dilakukan hingga larva berumur28 hari.

    Pengamatan Derajat Penetasan dan Ke-langsungan Hidup

    Perhitungan derajat penetasan dari masing-masing perlakuan dilakukan setelah telurmenetas dengan mengitung jumlah teluryang menetas dan jumlah telur yang tidak

    menetas pada tiap lempengan kaca di ti-ap persilangan. Perhitungan derajat pene-tasan telur dilakukan dengan menggunak-an persamaan berikut :

    HR =Tm

    Tm + Ttm(1)

    dimana HR adalah derajat penetasan (%),Tm adalah jumlah telur yang menetas, Ttmadalah jumlah telur yang tidak menetas

    Untuk melihat kelangsungan hidup selamapemeliharaan, dilakukan sampling tiap 7hari sekali. Sampling dilakukan secara acakpada tiap media pemeliharaan. Perhitung-an kelangsungan hidup larva dilakukan de-ngan menggunakan persamaan berikut:

    SR =FstFso

    X 100% (2)

    dimana SR adalah derajat kelangsunganhidup (%), Fst adalah jumlah ikan yang hi-dup pada T1 dan Fso adalah jumlah ikanyang hidup pada awal pemeliharaan

    Pengamatan Persentase Individu Triploid(3n)

    Keberhasilan triploidisasi merupakan per-sentase jumlah ikan uji yang triploid da-ri jumlah total ikan uji yang diamati un-tuk tiap perlakuan. Keberhasilan triploi-disasi ini didasarkan pada hasil penguji-an yang dilakukan dengan metode peng-hitungan jumlah nukleolus.

    Pertumbuhan

    Laju Pertumbuhan harian dihitung denganmenggunakan persamaan berikut :

    = ( twt

    wo) 1X 100% (3)

    dimana adalah pertumbuhan harian (%),wt adalah bobot akhir pengamatan (gr),wo adalah bobot awal pengamatan (gr) dant adalah waktu pengamatan (hari)

  • 64 Dwi Puji Hartono1, Dian Febriani1

    Tabel 1 Derajat penetasan telur ikan patin hasilperlakuan kejutan suhu dengan lama waktu kejut-an yang berbeda

    UlanganDerajat Penetasan Telur (%)

    Kontrol 120 Detik 180 detik 240 detik