Copy of K T I Tiang
-
Upload
mustafa-holidi -
Category
Documents
-
view
40 -
download
4
description
Transcript of Copy of K T I Tiang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks, hal ini
menunjukkan tingkat pemahaman pola hidup sehat masyarakat yang masih
rendah. Walaupun masalah kesehatan masyarakat telah bergeser kepada penyakit
degeneratif, akan tetapi penyakit-penyakit infeksi belum dapat menunjukkan suatu
keberhasilan yang maksimal. Salah satu penyakit infeksi yang masih banyak
diderita masyarakat yaitu penyakit Tuberculosis Paru. Tuberculosis Paru
merupakan suatu penyakit infeksi mengenai paru-paru dan disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosa. Salah satu faktor pencetusnya yaitu kebiasaan hidup
yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memungkinkan bakteri
tuberculosa berkembang biak (Brunner & Suddart, 2002).
Tuberculosis Paru merupakan penyakit yang masih banyak diderita oleh
masyarakat dan masih banyak menimbulkan suatu kematian. Hal ini
dimungkinkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut
terutama penularannya, sehingga bila ada seorang menderita Tuberculosis Paru
dalam suatu keluarga maka anggota keluarga yang lain merupakan resiko
penderita Tuberculosis Paru (Soeparman, 1990).
Dari data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum Dr. R.
Soedjono Selong untuk dua tahun terakhir, jumlah klien Tuberculosis Paru tahun
2006 sebanyak 167 orang. Klien Tuberculosis Paru laki-laki sebanyak 104 orang
1
1
dan wanita 63 orang dengan perincian yaitu : usia 1-4 tahun sebanyak 1 orang,
usia 5-14 tahun sebanyak 2 orang, usia 15-24 sebanyak 25 orang, usia 25-44 tahun
sebanyak 48 orang, usia 45-64 tahun sebanyak 68 orang dan usia 65 keatas
sebanyak 23 orang dan meninggal sebanyak 16 orang. Pada tahun 2007 terjadi
peningkatan klien Tuberculosis paru menjadi 288 orang, klien laki-laki sebanyak
183 orang dan wanita sebanyak 105 orang dengan perincian umur 28-1 tahun
sebanyak 1 oranag, 1-4 tahun sebanyak 3 orang, 5-14 tahun sebanyak 8 orang, 15-
24 tahun sebanyak 19 orang, 25-44 tahun sebanyak 91 orang, 45-64 tahun
sebanyak 115 orang, dan umur 65 tahun ke atas sebanyak 51 orang dengan jumlah
kematian sebanyak 33 orang (Rekam Medik RSU Dr. R. Soedjono Selong, 2009).
Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberculosis tipe humanus. Penularan tuberculosis paru terjadi
karena kuman dibatukkan atau dibersinkan ke luar menjadi droplet nuclei dalam
udara. Patikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang baik dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka
dia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Bila kuman menetap di
jaringan paru, ia akan bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma
markofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang
di jaringan paru-paru akan akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil
dan disebut sarang primer afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian
2
mana saja jaringan paru. Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan
tubeculosis (Soeparman, 1990).
Klien Tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua
obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi
obatan pilihan adalah isoniazid (Hidrazid Asam Isonikotinat = INH) dengan
etambutol (EMB) atau rifampisin (RIP). Dosis lazim INH untuk orang dewasa
biasanya 5-10 mg/Kg BB atau sekitar 200 mg/hari, EMB, 25 mg/Kg selama 60
hari, kemudian 15 mg/Kg, RIF, 600 mg sekali sehari. Pada fase pertama
pengobatan 6 bulan klien mendapat rejimen harian yang terdiri dari INH, RIF dan
pirazinamid untuk sekurang-kurangnya 2 bulan. Obat-obatan ini juga dapat
ditambah dengan streptomisin atau EMB, bila diduga di dapat resisten terhadap
INH, pada fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari atau 2 kali seminggu
selama 4 bulan (Sylvia A. Prince, Loraine M. Wilson, 1995).
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul Karya Tulis Ilmiah yaitu : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Diagnosa Medis Tuberculosis Paru di Ruang Interna Rumah Sakit Umum Dr. R.
Soedjono Selong”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Diagnosa Medis Tuberculosis Paru di Ruang Interna
Rumah Sakit Umum Dr. R. Soedjono Selong”.
3
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Penulis dapat memahami dan sekaligus menerapkan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Diagnosa Medis Tuberculosis Paru di
Ruang Interna Rumah Sakit Umum Dr. R. Soedjono Selong.
1.3.2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan penulis mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit Tuberculosis Paru, mulai dari
pengertian, anatomi dan fissiologi, etiologi, pathofisiologi, tanda dan
gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi.
b. Melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa medis Tuberculosis
Paru.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Tuberculosis Paru.
d. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Tuberculosis Paru.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis Tuberculosis Paru.
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Tuberculosis Paru.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis Tuberculosis Paru.
4
1.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1. Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah metode deskriftif dengan jenis Study Kasus, dimana metode yang
dilakukan dalam situasi nyata yang tertuju pada pemecahan masalah
dengan pendekatan study kasus pada seorang klien Tuberculosis Paru.
1.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
menggunakan teknik :
a. Wawancara
Wawancara adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan
spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik dalam
keperawatan (Perry & Potter, 2005).
Wawancara merupakan alat komunikasi yang memungkinkan
saling tukar informasi, proses yang menghasilkan tingkat pemahaman
yang lebih tinggi daripada dicapai orang sendiri-sendiri (Marilynn, E.
Doenges. 1998). Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan data-data
tentang biografi klien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat kesehatan dan kebutuhan sehari-hari klien termasuk
bio-psiko-sosio dan spiritual sebelum dan sesudah sakit.
5
b. Observasi
Teknik observasi adalah tehnik yang digunakan untuk
pengumpulan data, dimana data dikumpulkan melalui observasi visual
(Allen, Carol Vestal. 1998).
Teknik observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan cara pengamatan secara teliti serta mencatat
secara sistematis.
Teknik observasi dilakukan dengan 2 cara :
1) Observasi langsung yaitu untuk mendapatkan data tentang keadaan
tubuh klien dari ujung rambut sampai kaki yang meliputi
pemeriksaan fisik.
2) Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang digunakan untuk
mendapatkan tentang keadaan umum klien.
c. Dokumentasi
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau
semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum (Alimul, Aziz. 2001)
Dokumentasi adalah salah satu aspek terpenting dari peran
pemberi perawatan kesehatan di area pelayanan kesehatan (Patricia,
W. Iyer. 2004).
6
d. Kepustakaan
Yaitu teknik untuk memperoleh data atau konsep yang
berhubungan dengan masalah penyakit dengan membaca buku-buku
dan makalah sebagai dasar teori.
1.5. Tempat dan Waktu
1.5.1. Tempat
Tempat pengambilan kasus dalam Karya Tulis Ilmiah di ruang
Interna Rumah Sakit Umum Dr. R. Soedjono Selong.
1.5.2. Waktu
Waktu rencana pelaksanaan dilakukan pada tanggal 26 s/d 31
Agustus 2009
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis ilmiah ini diuraikan secara naratif untuk
mempermudah pembahasannya. Maka penulis memberikan gambaran singkat dari
keseluruhan isi Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut :
BAB pertama, merupakan Bab Pendahuluan yang berisi tentang ; latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan Teknik
pengumpulan data, tempat dan waktu serta sistematika penulisan.
BAB kedua, berisi tentang tinjauan teori yang menguraikan tentang
konsep dasar penyakit yang terdiri dari pengertian, anatomi dan fissiologi,
etiologi, pathofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan serta komplikasi.
7
BAB 3 adalah tinjauan kasus yang merupakan aplikasi langsung pada
klien sesuai dengan kasus yang mengacu pada asuhan keperawatan secara teoritis,
meliputi 5 (lima) tahap dalam proses keperawatan yaitu: pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
BAB 4 berisi tentang pembahasan terhadap kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi antara teori yang ada dan aplikasi pelaksanaan asuhan keperawatan yang
nyata ditemukan di lapangan. Pembahasan dimulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 5 adalah kesimpulan dan saran diangkat berdasarkan kesenjangan
yang terdapat antara landasan teori dan aplikasi kasus yang meliputi : pengkajian,
diagnosa, pelaksanaan dan evaluasi.
8
BAB 2
LANDASAN TORI
2.1. Konsep Dasar Penyakit
2.1.1. Pengertian
Menurut Arief Manajoer (2001), Tuberculosis paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis,
dengan gejala yang sangat bervariasi.
Sedangkan menurut Niluh Gede Yasmin Asih (2003), Tuberculosis
paru adalah infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis, suatu hasil Aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui
udara (airborne).
Menurut Brunner and suddart (2002), Tuberculosis paru adalah
penyakit Infeksius, yang trauma menyerang farenkim paru.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang dimaksudkan dengan
Tuberculosis Paru dalam karya Tulis ini adalah suatu penyakit infeksi pada
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala
yang sangat bervariasi dan dapat menular.
9
9
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan (http://images.google.co.id)
Keterangan :
1. Pengatur respirasi 9. Efiglotis2. Farng 10. Laring3. Esofagus 11. Trakea4. Rongga jantung 12. Bronkus skunder5. Paru-paru kanan 13. Bronkiolus6. Diafragma 14. Bronkus primer7. Sinus 15. Paru-paru kiri8. Lidah
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Gambar 2.2 Anatomi Sistem Pernafasan (Dorlan, 1998)
11
1
2
3
45
6
7
89
10
11
12
13
14
15
16
17
1819
20
21
22
23
24
25
26
27 2829
30
31
32
333435
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Keterangan : 1. Nasofaring2. Ostium tympanikum
tubae auditoriae3. Uvula4. Tonsilla palatina5. Pharynx6. Epiglottis7. Plica vocalis8. Cartilagothyroidea9. Cartilago cricoidea10. Cartilagines tracheales11. Pleura visceralis12. Pleura parietalis13. Pulma dexter, lobus
superior14. Carin tracheae15. Bronchusprincipalis
dexter16. Fissura horizontalis17. Aorta18. Vena cava superior19. Pulma dexter,
lobusmedius20. Bronchiolus21. Fissura obliqua22. Costa23. Pulma dexter, lobus
inferior24. Mm. Intercotales
25. Diafragma26. Atrium dextrum27. Valva tricuspidais28. Vena cava inferior29. Ventriculus dexter30. Cavum nasi31. Canchae nasales32. Cartilago nasalis33. Maxilla (pelatum durum)34. Os hyoid35. Cartilago thyroidea36. Bronchus principalis sinister37. Pulmo sinister, lobus superior38. Vena pulmonalis39. Truncus pulmonalis dan arteri
pulmonalis40. Atrium sinistrum41. Valva aortae42. Valva trunci pulmonalis43. Valva mitralis44. Ventriculus sinister45. Fissura obiqua46. Pulmo sinister lobus inferior47. Septum interventriculare
Saluran pernafasan terdiri dari Hidung, Faring, Laring,
Trachea, Bronkus, dan Paru-paru. Hidung merupakan saluran udara
yang pertama yang mempunyai dua lubang (cavum nasi), dipisahkan
oleh sekret hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring, debu dengan kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung.
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah depan Tenggorokan
dibelakang rongga hidung mulut sebelah depan ruas tulang leher.
12
Faring dibagi menjadi :
1) Orofaring terletak dibelakang rongga Mulut dan permukaan
belakang
2) Nasofaring terletak dibawah dasar tengkorak belakang dan atas
Platum Molle
3) Laringofaring terletak dibelakang Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentuk udara terletak di depan bagian Faring sampai ketinggian
Vertebraservikalis dan masuk kedalam trachea dibawahnya.
Efiglotis adalah sekeping tulang rawan elastis yang menutupi
lubang ke laring sewaktu menelan dan terbuka kembali setelah
menelan.
Mamalia menghasilkan suara oleh getaran dari pita suara pada dasar
laring. Sumber utama suara manusia adalah getaran vita suara yang
terbentuk di rongga hidung dan sinus menghasilkan suara khas
seseorang.
Trachea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai dengan 20 cincin yang terdiri dari tulang, tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf c). Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersiala, hanya
bergerak ke arah luar. Sel-sel bersiala gunanya untuk mengeluarkan
benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara
pernafasan.
13
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga kawa
besar yang terletak di dalam thoraks pada sisi lain jantung. Paru
menunjang dari akar leher menuju diafragma dan secara besar
berbentuk kerucut dengan puncak di atas dan alas di bawah.
Bronkus merupakan lenjutan Trachea ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebrata toratolin ke IV dan V. cabang utama bronkus
kanan dengan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobus kemudian
bercabang-cabang sampai percabangan terkecil yang disebut
bronchioli terminalis atau saluran penghantar udara sampai ketempat
pertukaran gas diparu. (Syaifuddin, 1994).
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dengan
karbondioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut, pada waktu
bernapas, oksigen masuk melalui Trachea dan pipa bronkhil, dan dapat
erat hubungan dengan darah di dalam kapiler Pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-
kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran
ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa
kejantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan
pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
Metabolisme, menembus membran al-veoler, kapiler dari kapiler darah
14
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhil dan trachea, dipanaskan
keluar melalui hidung dan mulut.
Proses fisiologis respiratori oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara dapat dibagi dalam
4 stadium yaitu :
1) Ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar
paru
2) Difusi yaitu proses pertukaran gas yang terjadi di alveolla opellari
3) Transportasi yaitu distribusi gas melalui sirkulasi
4) Respirasi sel yaitu stadium akhir dari respirasi dimana terjadi
pertukaran gas /zat ke sel jaringan tubuh. (Evelen C. Pearce 2004).
b. Fisiologi
1) Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner)
Merupakan pertukaran oksigen dan gas karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau
pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai
ke alveoli berhubungan dalam darah dalam kapiler pulmonari,
alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
memberan, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan
dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Ada empat proses yang berhubungan dengan pernapasan
pulmoner yaitu (Syaifudin).
15
a) Pentilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang mengatur udara
dalam alveoli dengan udara luar.
b) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen
masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh
masuk ke paru-paru.
c) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan
jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
d) Difusi gas yang menembus memberan alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
2) Pernapasan jaringan (pernapasan interna)
Darah merah (hemoglobin) yang mengandung oksigen dari
seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan ahirnya mencapai kapiler,
darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi
pernapasan eksterna.
3) Daya muat paru-paru
Besarnya muat udara dalam paru-paru adalah 4.500 ml-
5.000ml (4,5-5 liter). Udara yang diperoses dalam paru-paru
(inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, kurang lebih 500 ml disebut
juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan
dihenbuskan pada pernapasan biasa.
16
4) Pengendalian pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor
utama yaitu :
a) Pengendalian oleh saraf
Pusat otomatik dalam medulla oblongata
menghantarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui radik
saraf servikalis dihantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus.
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada diafragma dan
interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali per menit.
b) Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi :
frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan, pusat
pernapasan dalam sum-sum sangat peka, sehingga kadar alkali
harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi
asam dari metabolisme dan ballan kimia yang asam ini
merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls
saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
5) Kecepatan pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernapasan secara
normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian
istirahat, pada bayi adanya kala terbalik, inspirasi istirahat-
ekspirasi, diseut juga pernapasan terbalik.
17
6) Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh data diatur menurut keperluan,
manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki dan bisa
menimbulkan kematian.
Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang
beganti biru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga,
lengan dan kaki yang disebut sionis.
7) Dinamika pernapasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernapasan
menekan pru-paru ke arah dinding thorak, tekanan dalam ruang
pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding thoraks da
memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernapasan
dinding thoraks dan diafragma, tekanan ini meningkat pada waktu
inspirsi dan gerakan pernapasan ini dihasilkan oleh otot pernapasan
(Syaifudin, 1994).
2.1.3 Etiologi
Adapun penyebab tuberculosis paru antara lain (Suryadi, 2001).
a. Mycobacterium Tuberculosa
b. Mycobacterium bouis
c. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis adalah
18
1) Herediter : Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik
2) Jenis Kelamin : Pada akhir masa kanak-kanak & remaja angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
3) Usia : Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
4) Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan
yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang
tidak adekuat.
5) Keadaan stress : Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit,
kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
6) Meningkatnya stress steroid adrenal yang menekem reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
7) Anak yang mendapatkan terapi kortikoesteroid kemungkinan
terinfeksi lebih mudah (Suriadi, skp. 2001).
2.1.4 Patofisiologi
Pertama kali klien terinfeksi oleh tuberculosis disebut sebagai
“Infeksi primer” dan biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat pleura
lobus bawah. Infeksi Primer mungkin hanya berukuran Mikroskopis, dan
karenanya tidak tampak pada foto rontegen. Tempat infeksi primer dapat
mengalami proses degenerasi nekrotik (pekerjaan) tetapi bisa saja tidak,
yang menyebabkan rongga tidak terisi oleh massa basil tuberkel seperti
keju, sel-sel darah putih yang mati, dan jaringan paru nekrotik. Pada
waktunya, Material ini mencair dan dapat mengalir ke dalam percabangan
19
trcheobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara tetap ada dan
mungkin terdeksi ketika dilakukan rontegen dada.
Sebagian besar tubercel primer menyembah dalam periode
bulanan dengan membentuk jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk
lagi pengapuran yang juga dikenal sebagai tubercel ghon. Lesi ini dapat
mengandung basil hidup yang dapat aktif kembali, meski telah bertahun-
tahun, dan menyebabkan infeksi skunder.
Infeksi tuberculosis primer menyebabkan tubuh mengalami
reaksi alergi terhadap basil tubercal dan proteinnya. Respon imun selular
ini tampak dalam betuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi
positif, pada tes kulit tuberculin. Perkembangan sensitivitas tuberculin ini
terjadi pada semua sel-sel tubuh 2 sampai 6 minggu setelah Infeksi primer.
Dan akan dipertahankan selama basil hidup berada dalam tubuh. Imunitas
di dapat, ini biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut dan
terjadinya infeksi aktif.
Faktor yang tampaknya mempunyai peran dalam perkembangan
Tuberculosis menjadi penyakit aktif termasuk usia lanjut, imunosupresi,
infeksi HIV, Malnutrisi, Alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya
keadaan penyakit lain (misal : diabetes militus, gaga ginjal kronis, atau
melignansi) dan predisposisi genetik.
Selain penyakit primer yang progresif, infeksi ulang juga
mengarah pada bentuk klinis tuberculosis Aktif. Tempat primer infeksi
yang mengandung basil tuberculosis dapat tetap laten selama bertahun-
20
tahun dan kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan klien menurun.
Penting artinya untuk mengkaji kembali secara periodik klien yang telah
mengalami infeksi tuberculosis untuk mengetahui adanya penyakit aktif.
(Niluh Gede Yasmin: 2003).
2.1.5 Tanda dan Gejala
Keluhan yang dirasakan klien Tuberculosis dapat bermacam-
macam atau malah tanpa keluhan sama sekali, keluhan yang bergerak
adalah :
a. Demam
Biasanya sub Febril menyerpai demam influenza tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40-410C. serangan demam
pertama dapat sembuh kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga penderita tidak pernah merasa terbebas
dari serangan demam. Keadaan ini sangat mempengaruhi oleh keadaan
daya tahan tubuh penderita terhadap infeksi kuman tuberculosis yang
masuk.
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul
21
peradangan menjadi produktif. Keadaan yang lebih lanjut adalah
berupa batuk darah (hemaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang lebih
lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Gejala Malaise yang ditemukan berupa anorexia, (tidak ada
nafsu makan), BB makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Soeparman, 1990).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran Tuberculosis Millier berupa bercocok tanam halus
yang umumnya merata pada saluran lapangan paru. Gambaran
radiologi lain yang sering menyertai Tuberculosis paru adalah
penebalan pleura (pleuritis), masa cairan dibagian bawah paru
(efusipleura / empiema) bayangan hitam, radioksen dipinggir paru /
pleura (penumotoraks)
22
b. Pemeriksaan Laboraturium
1) Darah
Pemeriksaan ini sering mendapat perhatian karena hasilnya
kadang-kadang meragukan saat tuberculosis baru mulai (aktif)
akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan
deferensiasi pergeseran kekiri.
Jumlah limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai
meningkat bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit mulai
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap darah
mulai turun kearah normal lagi.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan
ditemukannya kuman BTA (Bakteri Tahan Asam) diagnosa
tuberculosis sudah dapat dipastikan. Pemeriksaan BTA dilakukan 3
kali untuk penegakan diagnostik.
3) Tes Tuberkulin
Dasar Tes Tuberculin ini adalah reaksi alergi lambat. Pada
penularan dengan kuman patogen baik yang virulen ataupun tidak
(mycobakterium tuberculosa). Tubuh manusia akan mengadakan
reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi seluler pada
permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibodi yang
humoral yang dalam peranannya akan menekan antibodi seluler
(Soeparman,1990).
23
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
Penderita Tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat
minimum dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten
terhadap obat. Kombinasi obatan pilihan adalah isoniazid (Hidrazid Asam
Isonikotinat : INH) dengan etambutol (EMB) atau rifampisin (RIP). Dosis
lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/Kg BB atau sekitar 200
mg/hari, EMB, 25 mg/Kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/Kg, RIF, 600
mg sekali sehari.
Baru-baru ini American thoracic society (ATS) merekomendasikan
kemoterapi jangka pendek, bagi penderita.
Tuberculosis, rekomendasikan lama pengobatan 6 atau 9 bulan
berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau
dengan obat lainnya) dan hanya diberikan dengan Tuberculosis paru tanpa
komplikasi.
Pada fase pertama pengobatan 6 bulan klien mendapat rejimen
harian yang terdiri dari INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-
kurangnya 2 bulan. Obat-obatan ini juga dapat ditambah dengan
streptomisin atau EMB, bila diduga di dapat resisten terhadap INH, pada
fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari atau 2 kali seminggu selama
4 bulan.
Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari
selama 1 atau 2 bulan diikuti pemberian INH dan RIF. Setelah fase
permulaan dengan teraphi yang berlangsung selama 9 bulan. Seperti
24
rejimen 6 bulan streptomisin dan EMB harus diberikan diawal pengobatan
bila didug resistensi terhadap INH. (Sylvia A. Prince, Loraine M. Wilson,
1995).
Tabel 2.1. Panduan OAT Pada Tuberculosis Paru (WHO, 1993).
Panduan OAT Klasifikasi dan tipe penderita
Fase Awal Fase Lanjutan
Kategori 1 - BTA (+) baru- Sakit berat: BTA
(-) luar paru
- 2HRZS (E)- 2RHZS (E)
- 4RH- 4R3H3
Kategori 2 Pengobatan ulang :- Kambuh BTA (+)- Gagal
- 2RHZES/1RHZE
- 2RHZES/1RHZE
- 5RHE
- 5R3H3E3
Kategori 3 - TB paru BTA (-)- TB luar paru
- 2RHZ
- 2RHZ/2R3H3Z3
- 4RH
- 4R3H3
Keterangan :
2 HRZ = Tiap hari selama 2 bulan4 RH = Tiap hari selama 4 bulan4 H3R3 = 3 kali seminggu selama bulanTabel 2.2. Dosis Obat Anti Tuberkulosis (Arief Mansjoer, 2000)
Obat Dosis
Setiap hari 2x/minggu 3x/minggu
Isoniazid 5mg/kg Maksimal
300 mg
15 mg/kg
Maksimal 900 mg
15 mg/kg
Maksimal 900 mg
Rifamsitin 10 mg/kg
Maksimal 600 mg
10 mg/kg
Maksimal 600 mg
10 mg/kg
Maksimal 600 mg
Pirazinamid 15-30 mg/kg
Maksimal 2 gr
50-70 mg/kg
Maksimal 4 gr
50-70 mg/kg
Maksimal 3 gr
Etambutol 15-30 mg/kg
Maksimal 2,5 gr
50 mg/kg 25-30 mg/kg
Streptomisin 15 mg/kg
Maksimal 1 gr
25-30 mg/kg
Maksimal 1,5 gr
25-30 mg/kg
Maksimal 1 gr
25
2.1.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit tuberculosis paru antara lain
(Kurnawan Junaidi, 1982) :
a. Gagal jantung kanan, disebabkan oleh pengecilan daerah
aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan arteri
pulmonal (hipertensi pulmonal) yaitu terjadinya chorpulmonal.
b. Efusi pleura apabila tuberculosa mengenai pleura. Hal ini
disebabkan karena adanya tekanan kapiler subpleural/peningkatan
tekanan osmotic koloid darah, peningkatan tekanan intra pleural
adanya inflamasi atau neoplastikpleura.
c. Pleuritis, disebabkan karena proses tuberculosis mengenai
pleura.
d. Pneumothorax, disebabkan karena adanya rupture bronkus
atau alpeolar karena penyakit paru seperti emvisema, pneumoni dan
neoplasma.
e. Brokogenik karsinoma, biasanya menyebabkan daya tahan
tubuh menurun sehingga proses tuberculosis yang tenang menjadi
kambuh dan jaringan paru bekas tuberculosa.
f. Hipokalemi, terdapat pada tuberculosa milier/ tuberculosa
paru menyebar luas.
g. Anemia, timbul karena proses yang meluas dan menahun
akibat dari malnutrisi dan jarang disebabkan karena kehilangan darah.
26
h. Tuberkulosa organ tubuh yang lain seperti kulit, tulang, dan
lain-lain
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis
Tuberculosis Paru
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien diberbagai tatanan
pelayanan kesehatan, berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai proses yang
berdasarkan kepada kebutuhan obyektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien (Ali, Zaidin. 2001).
proses keperawatan merupakan suatu modalitas pemecahan masalah yang
didasari oleh metode ilmiah, yang memerlukan pemeriksaan secara sistemis serta
identifikasi masalah dengan perkembangan strategi untuk memberikan hasil yang
diinginkan. (A Aziz, Alimul Hidayat. 2002).
2.2.1 Pengkajian
Merupakan tahap awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data / informasi tentang klien yang
dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa
keperawatan. Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data,
mengelompokkan data dan menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa
keperawatan.
Pengumpulan data mulai dilakukan sejak klien masuk rumah sakit.
(Initial asseagment), selama klien dirawat secara terus menerus (ongoing
aggessemnt) serta pengkajian dapat dilakukan ulang untuk menambah dan
27
melengkapi data yang telah ada (re assesment) (La Ode Jumadi Gaffar,
1999).
Berdasarkan sumber data, data dibedakan atas data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
klien. Sedangkan data sekunder adalah data yang di dapat selain dari klien
misalnya seperti perawat, dokter, ahli gizi, keluarga, hasil pemeriksaan dan
sebagainya.
Bila berdasarkan tipe data, data dibedakan menjadi dua yaitu data
subjektif dan obyektif. Data subyektif adalah data yang merupakan
persepsi klien tentang masalah kesehatan yang dihadapinya, sedangkan
data objektif adalah data yang merupakan hasil observasi, / pengukuran
yang dibuat oleh pengumpul data.
Adapun data-data yang harus dikaji pada asuhan keperawatan klien
dengan Tuberkulosis paru yaitu :
c. Identitas klien dan penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat rumah, sumber
biaya / penanggung jawab, nama orang tua, pekerjaan suami atau istri.
d. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering dirasakan atau yang menyebabkan
klien dirawat / masuk Rumah Sakit, yaitu batuk-batuk disertai dahak /
mucus purulen atau bercampur darah, demam, sesak dan tidak
mempunyai nafsu makan.
28
e. Riwayat penyakit sekarang
Data yang perlu dikaji meliputi : kapan mulai sakit, bagaimana
proses / pengalaman terjadinya sakit/ timbulnya (secara berangsur-
angsur/tiba-tiba). Faktor pencetus menyebutkan pristiwa atau hal yang
menyebabkan timbulnya penyakit sekarang.
Upaya yang dilakukan untuk menanggulanginya seperti apakah klien
ke tempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat / usaha klien sendiri
seperti meminum obat-obatan yang dapat mempercepat proses
penyembuhan. Selanjutnya tentang cara masuknya ke Rumah Sakit,
apakah melalui IGD / poliklinik sampai klien dibawa untuk menjalani
rawat inap diruang perawatan.
f. Riwayat penyakit dahulu
Merupakan penilaian kesehatan klien secara keseluruhan sebelum
penyakitnya sekarang, penting juga dikaji penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, obat-obatan yang biasa diminum dan kebiasaan
berobat kemana serta ada atau tidak riwayat alergi.
g. Riwayat Penyakit keluarga
Meliputi susunan anggota dengan membuat genogram. Penyakit
yang pernah di derita oleh anggota keluarga khususnya saluran
pernafasan yang kemungkinan besar sangat berpengaruh pada
29
kesehatan anggota keluarga yang lain serta penyakit yang sedang
diderita oleh anggota keluarga yang lain.
h. Pola Kebiasaan sehari-hari
1). Aktivitas / istirahat
Biasanya klien kesulitan tidur pada malam hari atau demam
malam, menggigil dan / berkeringat, kelelahan otot, nyeri dan
sesak.
2). Makanan / cairan
Biasanya klien dengan Tuberculosis paru kehilangan Nafsu
makan, tidak dapat mencerna penurunan BB, turgor kulit buruk
dan kering.
3). Pernafasan
Batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek,
Riwayat Tuberculosis / terpasang pada individu terinfeksi.
4). Nyeri / Kenyamanan
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
5). Keamanan
Demam rendah atau sakit panas Akut.
i. Pemeriksaan Fisik (Head to Toes)
1) Pemeriksaan kepala dan Rambut
30
Pelu dikaji tentang bentuk kepala, kesimetrisan, keadaan
kulit kepala, ubun-ubun besar, keadaan rambut meliputi warna,
kebersihan dan penyebarannya.
2) Wajah
Struktur wajah, warna kulit, ekspresi biasanya tampak
panik / hawatir.
3) Mata
Bentuk Bola mata, ada tidaknya kelainan gerakan pada bola
mata, kelopak mata, konjungtiva biasanya anemis karena batuk
yang disertai darah, sklera ikterus atau tidak.
4) Hidung
Ada tidaknya deviasi septum nasi, polip serta bagaimana
kebersihannya.
5) Telinga
Kesimetrisan, kebersihan, ada tidaknya kelainan fungsi
pendengaran ataupun kelainan anatomis.
6) Mulut, bibir, dan faring
Kesimetrisan bibir, kelembaban mukosa, kebersihan mulut,
ada tidaknya pembesaran tonsil
7) Gigi
31
Jumlah gigi lenkap atau tidak, kebersihan, warna. Ada
tidaknya peradangan pada gusi, ada tidak karies dan lain-lain.
8) Leher
Posisi trachea, ada tidak pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis
9) Integumen
Meliputi warna, kebersihan, turgor, tekstur kulit dan
kelembaban
10) Thorax
Dikaji kesimetrisannya ada tidaknya suara redup perkusi,
kesimetrisan ekspansi dada, ada tidaknya suara penurunan nafas.
11) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, asites, nyeri tekan,
pembesaran hati dan limpa, mengkaji bising usus serta peristaltik.
12) Genetalia
Perlu dikaji kebersihannya
13) Ekstremitas atas dan bawah
Kesimetrisannya, ada tidak eodema, pergerakan dan tonus
otot, serta kebersihannya.
14) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik untuk penderita
Tuberculosis Paru antara lain:
32
a) Tes kulit (tes mantoux), pencucian lambung kultur sputum
sampai tiga kali berturut-turut.
b) pemeriksaan sinar X dada dan pemeriksaan darah tepi lengkap.
c) Penatalaksanaan Therapi
Berisi tentang tindakan dan pengobatan yang diberikan pada
klien Tuberculosis Paru. di ruang perawatan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
atau masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah
mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap
masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab
adanya masalah dan kemampuan klien mencegah atau menghilangkan
masalah.
NANDA (North American Nursing Dignosis Association)
mengatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputsan klinik tentang
respon individu keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan
adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses
pemecahan masalah. Melalui identifikasi dapat digambarkan berbagai
masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.
33
Di samping itu dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah,
akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala / penyebabnya. (La Ode
Jumaidi, Gaffar, 1999).
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
diagnosa medis tuberculosis paru adalah
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret / mukus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 (obstruksi
jalan nafas)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya kekuatan
tubuh.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, tindakan pencegahan,
serta pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan
kurangnya informasi. (Maryllin E, Doenges, 1998)
2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervansi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien (A. Aziz Alimul H,
2004).
Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan :
a. Menentukan prioritas Masalah
34
b. Menentukan tujuan
c. Menentukan kriteria hasil
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan (Wartonah, 2006).
Tabel 2.3 Rencana Tindakan Keperawatan (Marilyn. E doenges, 1998)
No. Diagnosa Keperawata
n
Rencana TindakanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5)
35
1 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret
Mempertahankan jalan nafas, dengan kriteria hasil mengeluarkan secret tanpa bantuan.
1. Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman serta penggunaan otot pernafasan.
2. Observasi karaktristi batuk.
3. Atur posisi semi powler, Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam.
4. Bersihkan secret dari mulut dan trakea, lakukan penghisapan sesuai kebutuhan
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
6. Kolaborasi pemberian oksigen, 2-3 liter
7. kolaborasi untuk pemberian therapy yang tepat.
1. Pnurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis akumulasi secret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
2. Batuk dapat menetap tapi tidak efektif, shingga diperlukan tindakan untuk membantu pengeluaran dahak.
3. posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafsan.
4. Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila klien tidak mampu emgeluarkan secret
5. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret
6. Pemberian oksigen membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dikeluarkan
7. Terapi yang adekuat dapat membantu mempercepat penyembuhan
No. Diagnosa Keperawata
n
Rencana TindakanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5)
36
2
3
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Klien dapat melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan kriteria hasil:- GDA dalam
rentang normal- Bebas dari gejala
distress pernafasan.
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan criteria hasil :- Klien dapat
menunjukkan prilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau memperthankan kebutuhan nutrisi
- Klien dapat menunjukkan peningkatan nafsu makan dan berat badan yang relatif
8. Kolaborasi untuk pengawasan GDA (Gas Darah Analisa).
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
2. Awasi tingkat kesadaran/status mental.
3. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
5. Kaji tanda vital dan irama jantung.
1. Catat status nutrisi klien, catat turgir kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.
2. Pastikan pola diet biasa klien, yang disukai atau tidak disukai.
3. Awasi masukan /pengeluaran dan berat dan berat badan secara periodik
8. Kondisi GDA menunjukkan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.
1 Menentukan derajat distress pernafasan dan atau kronisnya proses penyakit.
2 Gelisah dan ansietas adalah menifestasi umum pada hipoksia.
3 Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhanselama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
4 Alat dalam memperbaiki hiposemia yang dapat terjadi sekunder terhadap permukaan alveolar paru.
5 Takhikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
1. Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
2. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus, pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3. Berguna dalam mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
No. Diagnosa Keperawata
n
Rencana TindakanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5)
37
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya kekuatan tubuh
Penyebaran infeksi tidak terjadi dengan criteria hasil :klien dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan tehnik/melakukan perubahan pola hidup umtuk meningkatkan lingkungan yang aman
4. Anjurkan dan berikan berikan periode istirahat sering.
5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
6. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
7. Hindari makanan yang sangat panas dan sangat dingin.
8. Timbang berat badan sesuai indikasi.
9. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa.
2. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman.
3. Awasi suhu sesuai indikasi.
4. Observasi adanya tanda-tanda infeksi mengarah lebih barat.
3. Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
5. Menurunkan rasa tidak enak karena karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
6. Memaksimalkan masukan nutrisi pada kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
7. Suhu ekstrem dapat mencetuskan meningkatkan spasme batuk
8. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori.
9. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
1. Membantu klien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang komplikasi.
2. Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat umtuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi
3. Reaksi demam indicator adanya infeksi lanjut.
4. Penemuan dini tanda-tanda infeksi berat mempercepat pemberian tindakan yang tepat.
No. Diagnosa Keperawatan
Rencana TindakanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
38
(1) (2) (3) (4) (5)
5 Kurangnya pengetahuan tentang kondisi penyakit, tindakan pencegahan serta pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognotif dan kurangnya informasi.
Pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil : - Klien dapat
menyatakan pemahaman tentang kondisi penyakit dan tindakan pengobatan.
- Kien dapat mengidentifikasi gejala yang memerlukan intervensi.
5. Observaasi warna, karakter dan bau sputum.
6. Tekan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
7. Kolaborasi dalam pemberian agen anti infeksi sesuai indikasi
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar seperti tingkat takut, masalah , kelemahan, tingkat partisivasi, lingkungan terbaik dimana klie dapat belajar.
2. Jelaskan proses penyakit individu, anjurkan klien atau orang terdekat untuk mengajukan pertanyaan.
3. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan
5. Sekret berbau, kuning atau
kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru yang berat.
6. Periode singkat berahir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya ronga atau penyakit luas sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
7. Membantu proses penyembuhan
1. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Mnurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana dan perawatan pengobatan.
3. Informasi ini dapat memberikan klien pilihan atau keputusan untuk menurunkan dispnea, melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan mencegah komplikasi.
39
2.2.4 Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan (A Aziz Alimul H. 2009).
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi (wartonah,2006).
Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dann memfasilitasi koping (Nursalam,
2001).
Tahap - tahap tindakan keperawatan menurut Nursalam (2001).
a. Persiapan
1). Review tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap
perencanaan.
2). Menganalisa keterampilan dan pengetahuan keperawatan yang
diperlukan
3). Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul.
4). Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
5). Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan
yang akan dilaksanakan.
40
6). Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap risiko dari
potensial tindakan.
b. Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional.
c. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya,
tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan ( wartonah, 2006 ).
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intlektual untuk melengkapi
proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhsil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisan, perencanaan dan
pelaksanaan tindakan ( Nursalam. 2001 ).
Evaluasi bertujuan untuk menilai kefektifan perawatan dan untuk
mengkomunikasikan status klien dari hasil tindakan keperawatan (Aziz
Alimul, Hidayat. 2001).
41
a. Sasaran Evaluasi
Menurut Zaidin Ali, (2001) sasaran evaluasi adalah sebagai
berikut:
1) Proses asuhan keperawatan berdasarkan kriteria atau rencana yang
telah disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria keberhasilan yang
telah dirumuskan dalam rencana evaluasi.
b. Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai apabila klien telah menunjukkan perbaikan atau
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal sehingga perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai apabila klien tidak menunjukkan perubahan
atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.
c. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan merupakan catatan tentang
perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah
yang ditemukan pada klien. Modifikasi rencana dan tindakan
mengikuti perubahan keadaan klien. Adapun metode yang digunakan
dalam catatan perkembangan adalah sebagai berikut :
42
S : Data subjektif
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
O : Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
A : Analisis
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai
dan dianalisis, apakah perkembangan ke arah perbaikan atau
kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan
masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil
analisa di atas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat
rencana awal tidak efektif.
43
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. “J” DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU DI RUANG INTERNA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DR. R. SOEDJONO SELONG11 September s/d 13 September 2009
3.1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 11 September 2009
Tanggal MRS : 11 September 2009
Jam Pengkajian : 09. 50 WITA
3.1.1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn. “J”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 Tahun
Alamat : Kelayu, Kecamatan Labuah Haji
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Ruangan : IA (Interna)
Nomor RM : 083618
Penanggung Jawab Biaya : Umum
Tanggal MRS : 11 September 2009
Diagnosa Medis : Tuberculosis Paru
44
Keluarga yang Bertanggung Jawab
Nama : Ny. “I”
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Kelayu, Kecamatan Labuhan Haji.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
a) Keluhan Utama
(1) Keluhan utama saat masuk rumah Sakit : Klien
mengeluh batuk disertai dahak dan badan Klien
terasa panas.
(2) Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengeluh
batuk-batuk disertai sesak nafas.
b) Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Sejak 3 bulan yang lalu Klien mengeluh batuk-
batuk disertai dahak, sesak nafas dan nafsu makan
menurun. Sebelumnya Klien pernah pergi berobat ke
klinik dan sempat dirawat selama 2 minggu dan pada
tanggal 01 September 2009 penyakit Klien kambuh lagi
dan oleh keluarganya akhirnya pada tanggal 09
September 2009 Klien dibawa ke RSUD Dr. R. Soedjono
Selong melalui IGD jam 13. 40 WITA. Berdasarkan hasil
pemeriksaan di IGD didapatkan tekanan darah 130/90
mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 37,5 ºC
45
dan terdengar ranchi. Di IGD Klien mendapatkan terapi
O2 2 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit, injeksi ranitidin
2x1 ampul (IV), cefotaxim 2x1 gr (skin test). Selanjutnya
pada tanggal 11 September 2009, Klien dibawa ke ruang
Interna Kelas IA untuk mendapatlan perawatan yang
lebih lanjut.
c) Faktor pencetus
Klien mengatakan tidak tahu apa yang menjadi
penyebab dari penyakitnya.
d) Usaha yang pernah dilakukan sebelumnya adalah Klien
pergi berobat ke Puskesmas.
2) Riwayat sebelum sakit
Klien mengatakan sebelumnya bahwa tidak pernah
menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini
maupun penyakit lain seperti: Diabees Melitus, Hipertensi,
Jantung dan lain-lain. Klien lebih sering menderita penyakit
batuk-batuk, filek biasa. Ini merupakan pengalaman pertama
klien dirawat di rumah sakit.
3) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa orang tua Klien pernah
menderita penyakit seperti yang dialami Klien sekarang ini,
tetapi sudah meninggal tiga tahun yang lalu.
46
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial- Spritual
1) Kebutuhan Biologis
a) Respirasi
Klien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk
disertai dahak
47
40
54
b) Makanan / Cairan
Klien mengatakan nafsu makannya berkurang
hanya menghabiskan porsi makanan yang
disediakan di rumah sakit dan minum 3-4 gelas / hari
c) Eliminasi
Klien mengatakan selama di Rumah Sakit BAB
hanya 1x sedangkan BAK 3-4 kali/hari dengan warna
kuning.
d) Istirahat
Klien mengatakan sering terbangun akibat batuk
dan sesak yang dialaminya, namun klien mengatakan
tidurnya cukup.
e) Personal Hygine
Klien mengatakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan kebersihan dirinya sehingga klien dibantu
oleh keluarganya dalam memenuhi kebutuhan
kebersihan dirinya seperti mengelap tubuh klien 1 kali
sehari menggunakan air hangat dan membantu
mengganti pakaian bila kotor.
f) Pola Aktofitas
Klien tidak dapat melakukan aktifitas seperti
saat sebelum sakit yang disebabkan oleh rasa sesak
yang dialami dan badan terasa lemas.
48
2) Kebutuhan Psikologis
Klien mengatakan ia tidak mengetahui tentang
penyakitnya dan ia merasa khawatir, takut dan gelisah dengan
keadaannya. Meskipun demikian klien menerima keadaannya
dan yakin akan sembuh dari penyakitnya.
3) Kebutuhan Sosial
Klien jarang mengikuti kegiatan yang diadakan di
desanya karna penyakit yang diderita sekarang ini.
4) Kebutuhan Spiritual
Klien mengatakan tetap beribadah meskipun
dilakukan di tempat tidur dan berdo’a demi kesembuhannya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum saat pengkajian
Keadaan umum saat pengkajian Klien tampak lemah,
kesadaran composmentis, tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi
90 x/menit, Suhu 36,50ºC, RR 28 x/menit.
2) Status generalis
a) Kepala dan rambut : bentuk bulat, tampak kusam, warna
hitam, ada uban, tidak ada ketombe dan tidak berbau.
b) Wajah : struktur wajah simetris, konjungtiva tampak
pucat, wajah klien tampak tegang dan cemas.
49
c) Mata : Bentuk bola mata simetris, tidak ada kelainan pada
bola mata konjungtiva pucat atau anemis, pandangan
Klien tampak layu.
d) Hidung : Bentuk simetris, tampak pernafasan cuping
hidung, tidak terdapat polip.
e) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada seruman, tidak ada
tanda-tanda infeksi dan pendengaran baik.
f) Mulut/bibir : mukosa bibir tampak kering, lidah tidak
kotor, tidak ada sionosis, tidak ada lesi dan tanda-tanda
radang.
g) Gigi : Jumlah gigi lengkap, yaitu 32, tidak ada gigi
berlubang dan tidak ada peradangan.
h) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak
ada peningkatan tekanan vena jugularis, tidak ada kaku
kuduk.
i) Thoraks : Pada inspeksi tampak adanya retraksi dinding
dada, pernafasan dangkal dan cepat, pada perkusi dada
terdapat suara redup, pada palpasi dada ekspansi dada
simetris dan pada auskultasi terdengar ronehi, denyut
jantung normal (reguler), ada tarikan dinding dada pada
saat inspirasi.
j) Abdomen : Tidak ada distensi abdomen, tidak ada asitas,
tidak ada pembesaran hatidan limpa, tidak ada nyri tekan.
50
k) Ekstremitas atas : Pergerakan tidak dibatasi, terpasang
infus RL di tangan kiri Klien, kedua kuku jari-jari tangan
bersih.
l) Ekstrmitas atas dan bawah bawah : simetris, Tidak ada
oedema, kuku tampak pendek dan bersih, terpasang infus
D5 % di lengan kiri 20 tetes/menit.
m) Kulit : warna kulit sawo mateng.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12
September 2009
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai NormalHbLeukosit LEDTrombosit Hematokrit/PCVAlbuminAlkali pospatBilirubin direkBilirubin indirekBilirubin totalGlukosa sewaktuGlobulinSGOTSGPTTotal protein
10.311400
85392000
31.51,91290,190,30,521174,1957360
gr%mm3
mm3
%g/dlu/l
mg/dlmg/dlmg/dlmg/dlg/dl
mg %u/lu/l
Dewasa: 4.000-11.0006.000 – 18.000P: 0-15 L: 0-5
150.000-400.000P: 0-15 L: 0-10
3,8 – 5,180 – 306
0,00 – 0,25-
0,00 – 1,1075 – 115
-0 – 370 – 42
6,4 – 8,32) Pemeriksaan radiologi
Tanggal 13 September 2009
Ditemukan gambaran tuberklosis paru pada jaringan paru
kanan dan kiri.
51
f. Penatalaksanaan medis
a) Cefotaxim 2x1 gram IV
b) Ranitidin 2x1 gram IV
c) PCT 3x500 gram Peroral
d) O2 2 liter/menit
e) GG 3x100 mg Peroral
3.1.2. Pengelompokkan data
a. Data Subyektif
1) Klien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak
2) Klien mengatakan nafsu makannya menurun.
3) Klien merasa cemas
4) Klien mengatakan khawatir dengan keadaannya.
5) Klien mengatakan nafsu makannya menurun
6) Klien merasa cemas
b. Data Obyektif
1) Wajah Klien terlihat batuk disertai dahak.
2) Frekuensi nafas 28 x/menit
3) Terdengar suara ronchi
4) Ada tarikan dinding dada.
5) O2 terpasang 2 liter/menit.
6) Klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi nasi yang
disediakan.
7) Mukosa bibir kering.
52
8) Klien selalu bertanya mengenai penyakitnya.
9) Klien terlihat cemas dan gelisah.
10) Pernafasan cuping hidung
3.2. Diagnosa Keperawatan
3.2.1. Analisa data
Tabel 3.2. Analisa Data
No Symtom dan Sign Stiologi Problem
(1) (2) (3) (4)1. DS:
DO:
-nafas disertai batuk berdahak.
-disertai dahak
-x/menit.
-ronchi.
-dada.
-liter/menit.
Infeksi paru
peningkatan produksi sekret
akumulasi sekret pada
saluran pernafasan
expansi pasu
tidak maksimal
sesak
Bersihan jalan nafas
2. DS:
DO:
-nafsu makannya menurun.
-
- Klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi yang disediakan.
- Mukosa bibir kering.- Terpasang infus D5%
20 tetes/menit.- Klien terlihat lemas..- Klien hanya
menghabiskan 2-3 gelas air minum.
Anoreksia
intake makanan berkurang
Nutrisi
53
DS:- K
lien mengatakan kesulitan dalam bernafas
- klien mengeluh sesak nafas
DO: - p
erubahan tanda vital- t
kikardia - s
uara nafas tidak normal
- perubahan jumlah pernafasan
- SPO2 90 %
Penumpukan cairan dalam
paru
Gangguan pertukaran
gas
4. DS :- K
lien mengatakan khawatir dengan keadaannya.
- Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
DO:
- Klien selalu bertanya mengenai penyakitnya.
-- K
lien terlihat cemas dan gelisah.
Kurang informasi
intervensi salah
tentang penyakit
cemas
Cemas
3.2.2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
adanya penigkatan produksi sekret ditandai dengan:
54
1) Klien mengeluh sesak nafas disertai batuk
berdahak.
2) Klien terlihat batuk disertai dahak
3) Frekuensi nafas 28 x/menit
4) Terdengar suara ronchi
5) Ada tarikan dinding dada.
6) O2 terpasang 2 liter/menit.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang ditandai dengan:
1) Klien mengatakan nafsu makannya berkurang.
2) Klien merasa lemas.
3) Klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi yang
disediakan.
4) Mukosa bibir kering.
5) Terpasang infus D5% 20 tetes/menit.
6) Klien terlihat lemas.
7) Berat badan tidak bisa diukur.
8) Klien hanya menghabiskan 2-3 gelas air minum.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan
cairan dalam paru ditandai dengan
1) Klien mengatakan kesulitan dalam bernafas
2) Klien mengeluh sesak nafas
3) Perubahan tanda vital
55
4) Tkikardia
5) Suara nafas tidak normal
6) Perubahan jumlah pernafasan
7) SPO2 90 %
d. Cemas berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan:
1) Klien mengatakan khawatir dengan keadaannya.
2) Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
3) Klien selalu bertanya mengenai penyakitnya.
4) Klien terlihat cemas dan gelisah.
3.3. Rencana Keperawatan
3.3.1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Adapun urutan prioritas diagnosa keperawatan pada Klien
Tn. “J” adalah sebagai berikut:
b. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya peningkatan
produksi sekret.
c. nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan
cairan dalam paru.
e. Cemas berhubungan dengan kurang informasi.
3.3.2. Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 3.3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Tn. “J”
56
No. RM : 083618
No Hari/TglDiagnosa
KeperawatanTujuan dan
Kriteria RencanaTindakan
Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Jum’at
11/09/2009Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya peningkatan produksi sekret ditandai dengan:DS:
-mengeluh sesak nafas disertai dengan batuk berdahak.
DO:-
terlihat batuk disertai dahak.
-nafas 28 x/menit.
-suara eonchi.
-dinding dada.
-terpasang 2 liter/menit.
--
Setelah dilakukan tindakan kperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas menjadi efektif dengan kriteria:-
mengatakan sesaknya berkurang.
-berkurang atau hilang.
-berkurang.
-ada.
-nafas yaitu 16-20x/menit.
-darah 100-140 mmHg
-36.5ºC
-kali/menit
-
1.pernafasan seperti suara nafas kecepatan, irama dan kedalaman pernafasan serta penggunaan otot-otot bantu dalam pernafasan.
2.semi fowler.
3.untuk batuk dan nafas dalam efektif.
4.suction darimulut dan trakeabila perlu.
5.minum air hangat minimal 2 liter/hari.
1.Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektsis. Ronchi whezing menunjukkan akumulasi sekret/tidak bersihnya jalan nafas yang dapat menyebabkan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
2.Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
3.meminimalkan tenaga klien yang dapat mengeliarkan dahak yang maksimal.
4.Mencegah terjadinya obstruksi/aspirasi dan suction sangat perlu bila Klien tidak dapat mengeluar -kan.
5.Membantu mengencer -kan sekret sehingga sekret dapat keluar dengan mudah.
6.Pemberian O2
membantu mmenuhi
57
6.pemberian O2
3-2 liter/jam.
7.untuk pemberian terapi yang tepat.
8.
kebutuhan tubuh akan oksigen.
7.Terapi yang adekuat membantu mempercepat penyembu -han.
2. Jum’at11/09/2009
Perubahan nutrisi kirang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang ditandai dengan :DS:
-mengatakan nafsu makannya menurun.
-lemas.
DO:-
menghabis -kan 1/3 dari porsi yang disediakan.
-infus D5% 20 tetes/menit.
-bibir kering.
-lemas.
-menghabis-kan 2-3 gelas air minum.
-
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi Klien menjadi terpenuhi dengan kriteria:-meningkat
-menghabis -kan makanan yang disediakan RS (1 porsi).
-lebih segar.
-lembab.
-
1.nutrisi Klien seperti turgor kulit, perubahan berat badan, integritas mukosa mulut, mual, muntah dan diare.
2.makanan yang disukai atau tidak disukai Klien.
3.makanan yang hangat dan bervariasi.
4.Klien untuk istirahat.
1.dalam menentukan tingkat masalah dan pemilihan tindakan yang tepat.
2.mengidentifikasi makanan yang spesifik yang disukai Klien sehingga meningkat -kan intake makanan.
3.menarik perhatian Klien sehingga meningkat -kan intake makanan.
4.mengurangi kebutuhan energi khususnya pada aktu metabolis -me.
58
5.Klien makan sedikit tapi sering.
6.sesuai indikasi.
7.dengan ahli gizi untuk penyusunan diet Klien.
8.
5.nutrisi yang maksimal berasal dari pemasukan makanan yang banyak dan mengurangi nutrisi gaster.
6.untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan mengevaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
7.bantuan dalam menentukan rencana diet Klien dengan nutrisiyang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Jum’at11/09/2009
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan pada paru yang ditandai dengan-
mengatakan kesulitan dalam bernafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kreteria :-
mengerti
1. atur posisi fowlwer/semifowler
2. monitor adanya nyeri, kesulitan bernafas.
3. batasi pengunjung
4. beri nutrisi
1.mengurangi kesulitan bernafas.
2.data dasar untuk pengkajian lebih lanjut
3.mengurangi tingkat kecemasan
4.menurunkan kebutuhan
59
-mengeluh sesak nafas
-tanda vital
--
tidak normal-
jumlah pernafasan
-
tentang cara penularan penyakit.
-membuang dahak di sembarang tempat.
-tetap terjaga kebersihannya
tinggi protein dan rendah lemak
5. pendidikan kesehatan tentang nafas dalam, latihan bernafas, mobilisasi, kebutuhan istirahat.
energi pencernaan
5.membentu menghemat energi.
4. Jum’at11/09/2009
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan program pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan:DS:
-mengatakan khawatir dengan keadaannya.
-mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
DO:-
bertanya mengenai penyakitnya
-cemas dan gelisah.
-
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pengetahuan Klien meningkat dengan kriteria:-
keluarga mengerti tentang kondisi Klien.
-keluarga tidak cemas dan khawatir.
-gelisah.
-keluarga kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
-bertanya lagi tentang kondisinya.
-
1.penjelasan tentang penyakit.
2.Klien/ keluarga bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.
3.intake cairan yang adekuat.
4.informasi tentang faktor yang dapat memperburuk kondisi seperti polusi udara, asap rokok, udara lembab, dan dingin.
5.penggunaan obat-obatan,
1.kecemasan Klien/ keluarga sehingga membantu proses penyembuhan
2.i Klien/ keluarga tentang pengetahuan -nya.
3.memenuhi kebutuhan metabolik yang membantu mengurangi kelelahan dan mempercepat proses penyembuhan
4.menghindari faktor pencetus penyakit.
5.kerja sama dalam proses
60
dfek samping dan reaksi yang mungkin timbul.
6.Klien dampak bila Klien tidak mematuhi terapi pengobatan.
pengobatan.
6.mengenai hal tersebut diharapkan menjadi motivasi bagi Klien untuk sembuh.
3.3. Pelaksanaan
Adapun tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah berdasarkan rancana tindakan pada Klien Tuberculosis Paru adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.4. Catatan Keperawatan
Nama Klien : Tn. “J”
No. Register : 083618
Diagnosa Medis : Tuberclosis Paru
No Hari/Tgl.No Dx
JamTindakan
KeperawatanRespon Hasil
1. Jum’at11/09/2009
I 09. 00
09. 15
Mengobservasi keadaan umum Klien.
Mengobservasi suara nafas, kecepatan irama dan kedalaman pernafasan serta penggunaan otot-otot bantu dalam pernafasan.
Klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis.
Suara nafas masih terdengar suara ronchi, frekuensi pernafasan 28x/menit. Pernafasan cepat dan dangkal serta ada tarikan dinding dada
61
09. 30
09. 40
09. 50
Mengatur posisi Klien semi fowler.
Menganjurkan Klien untuk melakukan batuk efektif.
Mengobservasi pemberian oksigen lewat nasal kanul
Klien terlihat nyaman dalam posisi semi fowler.
Klien mampu melakukan dan sputum dapat keluar.
Oksigen terpasan 2 liter/menit, Klien tidak sesak.
II 10. 00
11. 30
11. 35
11. 40
12. 30
Mengkaji jenis makanan yang disukai atau tidak disukai.
Menyajikan makanan yang hangat.
Menganjurkan Klien untuk makan sedikit tetapi sering.
Menjelaskan manfaat makanan bagi kesehatan.
Membantu Klien makan.
Klien mengatakan ia menyukai semu ajneis makanan.
Makanan tersaji di atas meja dalam keadaan hangat.
Klien mengatakan akan mengikuti anjuran tersebut.
Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.
Klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi yang disediakan.
III 12. 00
12. 15
12. 25
12. 30
12. 40
mengobservasi tanda vital.
Menganjurkan Klien untuk tidak membuang ludah sembarangan.
Menganjurkan keluarga Klien untuk menutup mulut bila Klien batuk.
Memotivasi keluarga untuk membatasi pengunjung.
Menjelaskan cara penularan penyakit kepada Klien dan keluarga.
Tekanan darah 110/70mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 37 ºC, Respirasi 28x/menit.
Klien membuang ludah pada tempat yang telah disediakan.
Klien melakukan anjuran yang diberikan.
Keluarga mau melaksanakannya.
Klien dan keluarga mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh perawat dan mengatakan
62
13. 00
13. 00
Memotivasi Klien untuk mentaati pengobatan yang diberikan.
Melaksanakan pemberian obat sesuai terapi yang diperoleh Klien yaitu:----
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Klien mengatakan akan minum obat sesuai dengan program.
Obat-obat masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi.
IV 11. 00
11. 15
12. 30
13. 05
13. 15
17. 00
Memberikan penjelasan kepada Klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Memberikan informasi kepada Klien untuk tidak batuk dan membuang ludah di sembarang tempat.
Menganjurkan Klien untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang harus dilaporkan pada dokter seperti sakit dada, panas, kesulitan bernafas.
Menganjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum maupun setelah kontak dengan Klien.
Memberikan informasi kepada Klien sehubungan dengan jadwal pengobatan.
Mengkaji tingkat pengetahuan Klien/keluarga tentang kondisinya saat ini.
Klien mau mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh perawat.
Klien mendengarkan penjelasan perawat dan mau melaksanakannya.
Klien dan keluarga mengatakan akan mengikuti anjuran tersebut.
Keluarga mengatakan akan mengikuti saran yang diberikan.
Klien mengatakan ia mengerti bahwa setelah makan ia akan meminum obatnya.
Klien mengatakan mengerti dengan kondisinya saat ini.
2. Sabtu12/09/2009
I 09. 30 Mengobservasi keadaan umum Klien.
Keadaan umum Klien lemah, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 88x/menit, suhu
63
09. 35
09. 40
09. 45
09. 50
09. 55
Mengobservasi suaranafas, kecepatan irama dan kedalaman pernafasan.
Menganjurkan Klien untuk melakukan batuk efektif dan nafas dalam.
Mengatur posisi Klien semi fowler.
Menganjurkan Klien untuk minum 2-3 liter per-hari.
Mengobservasi pemberian okdigen.
36,8 ºC, Respirasi 28x/menit.
Suara nafas terdengar ronchi frekuensi pernagfasan 28x/menit, ada tarikan dinding dada.
Klien mampu l\melakukan dan sputum dapat keluar.
Klien terlihat nyaman dalam posisi semi fowler.
Klien mengatakan ia minum 3 gelas sehari (600-700 cc).
Oksigen terpasang 2 liter/menit.
II 10. 15
10. 25
11. 30
11. 35
12. 45
13. 00
Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan tambahan susu dan menganjurkan keluarga untuk membawakan makanan dari rumah yang disenangi oleh Klien yang sesuai dengan diet Klien.
Menganjurkan Klien makan dalam porsi kecil tapi sering.
Menyajikan makanan yang hangat.
Menganjurkan Klien untuk istirahat.
Membantu Klien makan.
Mengobservasi tetesan
Keluarga mengatakan akan mengiktui anjuran yang diberikan.
Klien mengatakan akan mengikuti anjuran tersebut dan mengatakan bahwa napsu makannya sudah mulai ada.
Makanan tersaji di atas meja dalam keadaan hangat.
Klien mengikuti anjuran yang diberikan.
Klien menghabiskan ½ dari porsi yang disediakan rumah sakit.
Tetesan infus lancar,
64
infus. Klien tampak tenang dan istirahat.
III 12. 00
12. 35
12. 40
12. 45
12. 30
13. 00
mengobservasi tanda vital.
Membantu mengatur posisi klien pada posisi semi fowler
Menganjurkan keluarga Klien untuk tetap menutup mulut bila Klien batuk.
Memotivasi Klien untuk mentaati pengobatan yang diberikan sampai program pengobatan selesai.
Melaksanakan pemberian obat sesuai dengan terapi yang diperoleh Klien yaitu:----
Mengajarkan kepada klien cara batuk produktif
Tekanan darah 130/80mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,8 ºC, Respirasi 28x/menit.
Klien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut.
Keluarga melakukan anjuran yang diberikan.
Klien mengatakan akan minum obat sesuai dengan program.
Obat masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi.
Klien mau mecoba yang diajarkan perawat dan klien tampak koperatif.
3. Minggu 13/09/2009
I 09. 30
09. 35
09. 40
Mengobservasi suara nafas, kecepatan dan kedalaman pernafasan dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Menganjurkan Klien untuk tetap melakukan batuk efektif dan nafas dalam.
Memeprtahankan posisi semi fowler.
Suara nafas normal, tidak terdengar ronchi, frekuensi pernafasan 24x/menit, tidak ditemukan tarikan dinding dada.
Klien mengatakan ia tetap melakukannya dan terlihat batuk mulai berkurang.
Klien terlihat nyaman dalam posisi semi fowler.
65
09. 45
10. 40
11. 00
Menganjurkan Klien untuk mempertahankan pemasukan cairan 2-3 liter/hari.
Mengobservasi keluhan-keluhan yang dirasakan Klien.
Mengobservasi pemberian oksigen.
Klien mengatakan ia minum 3 gelas sehari (600-700 cc).
Klien mengatakan sesak san batuknya sudah berkurang dan dahaknya sudah tidak ada.
Oksigen sudah tidak terpasang lagi.
II 11. 30
11. 35
11. 50
11. 55
Menyajikan makanan yang hangat.
Menganjurkan Klien makan dalam porsi kecil tetapi sering.
Membantu Klien makan.
Mengobservasi tetesan infus.
Makanan tersaji di atas meja dalam keadaan hangat.
Klien mengatakan ia sudah mengikuti anjuran yang diberikan dan nafsu makannya sudah meningkat.
Klien bisa menghabiskan ½ dari porsi yang disediakan rumah sakit.
Infus D5% 20 tetes/menit, tetesan lancar.
3.4. Evaluasi
Evaluasi pada baba ini akan Penulis uraikan dalam bentuk catatan
perkembangan sebagai berikut:
Tabel 3.5. : Catatan Perkembangan
Nama Klien : Tn. “J”
No. Register : 083618
Hari /anggalDiagnosa
keperawatanJam Catatan perkembangan
Minggu 13/09/2009
1 13.15 S: Klien mengatakan
66
2
3
4
13.30
13.45
14.00
sesaknya berkurang. Klien mengatakan
batuknya berkurang. O:
Klien terlihat tidak terlalu sesak
Tidak terlihat adanya tarikan diding dada
Frekuwensi nafas klien 25 kali/menit
A: Masalah teratasi sebagianP : intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan nafsu
makannya masih kurangO :
Klien mampu menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan oleh Rumah Sakit
Ekspresi wajah klien terlihat lebih cerah
A : Masalah teratasi sebagianP : intervensi dilanjukan.
S : Klien mengatakan
nafasnya sudah tidak terlalu sesak lagi
Mengerti apa yang sudah dijelaskan perwat
O : Frekuwensi nafas klien 25
kali/menit. Tidak tampak tarikan
dinding dada lagiA : Masalah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan
mengertia apa yang telah jelaskan perawat.
Klien mengatakan tidak cemas lagi dengan
67
keadaannya. O :
Klien dan keluarga telihat tenang.
Klien dan keluarga terlihat kooperatif mengungkapkan masalahnya.
A : Masalah teratasi P : Intervensi dipertahankan
BAB 4
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam Karya Tulis Ilmiah ini merupakan langkah akhir dari
suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara teori yang
terdapat dalam Bab 2 dengan gambaran kasus nyata pada Bab 3, berdasarkan
urutan proses keperawatan, meliputi pengkajian, diagnosa, keperawatan, rencana
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi. Adapaun urutan masing-masing
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
6.1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperaatan,
dimana pengkajian ini terdiri atas dua komponen pentingyaitu pengumpulan
data dan pengelompokkan data. Pada pengkajian penulis tidak menemukan
kesenjangan. Setelah dilakukan pengkajian, masalah-masalah yang dialami
klien Tn “ J ” sama dengan data-data yang ada pada konsep teori.
68
6.2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data langkah selanjutnya adalah
merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun rumusan diagnosa
keperawatan yang ditemukan adalah terdapat kesamaan dengan apa yang
dijelaskan pada konsep dasar yaitu, tidak efektifnya bersihan jalan nafas,
perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh, gangguan pertukaran ga dan
cemas, resiko tinggi infeksi tidak ditemukan pada kasus nyata karena pada
pada kasus Tn. “J” kurang mendukungnya data-data yang di temukan
sehingga penulis tidak mengangkat diagnosa resiko terjadinya infeksi
seperti kondisi lingkungan yang kotor, buang ludah disembarang tempat dan
lain sebagainya.
6.3. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap untuk merumuskan rencana
tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah Klien.
Tahap perencanaan terdiri atas 4 komponen yaitu : membuat prioritas urutan
diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, menulis instruksi
keperawatan dan menulis rencana asuhan keperawatan.
Dalam hal perencanaan pada dasarnya tidak ditmukan kesenjangan
antara perencanaan dalam teori dan perencanaan yang diterapkan pada kasus
nyata. Hal ini disebabkan karena Penulis berusaha merencanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan teori. Dalam membuat prioritas diagnosa
keperawatan Penulis menyusun sesuai dengan urutan kepentingan dan
urgensinya serta mempertimbangkan keamanan dan keselamatan Klien serta
69
sarana dan fasilitas yang ada, sedangkan penyusunan kriteria hasil, instruksi
keperawatan dan rencana asuhan keperawatan tetap berdasarkan pada
landasan teori, namun tetap diseleksi dan disesuaikan dengan keadaan klien
seperti pada diagnosa tidak efektifnya bersihan jalan nafas Penulis tidak
merencanakan tindakan suction karena Klien bisa melakukan batuk efektif
dan seperti pada diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dengan kriteria hasil “berat badan Klien naik” tidak Penulis cantumkan
karena Penulis tidak dapat melakukan pengukuran berat badan, hal ini
disebabkan karena kondisi Klien yang lemah sehingga apabila
dilakukanpengukuran berat badan ditakutkan akan memperburuk kondisi
atau keadaan Klien.
6.4. Pelaksanaan
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan perawatan melaksanakan
atau mengaplikasikan rencana keperawatan yang terprogram. Instruksi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu Klien memenuhi kriteria
hasil yang meliputi tindakan keperawatan mandiri, tindakan kolaboratif,
tindakan delegatif dan dokumentasi keperawatan Klien dalam kasus nyata,
tahap pelaksanaan sesuai dengan landasan teori dimana Penulis menerapkan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Dalam pelaksanaan tindakan yang diberikan pada Tn. “J” terdapat
pelaksanaan yang tidak dapat dilaksanakan seperti pada diagnosa pertama
Penulis tidak melakukan suction dari mulut dan trakeal, tindakan ini tidak
diberikan karena Tn. “J” masih dapat kooperatif untuk mengeluarkan
70
sputum tanpa menggunakan alat. Begitu juga dengan diagnosa kedua
dimana Penulisa tidak melakukan pengukuran berat badan mengingatkondisi
Klien yanglemah.
6.5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan langkah terakhir dalam siklus proses
keperawatan, tahapan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Adapun proses evaluasi pada
Klien Tubeclosis Paru telah Penulis susun dalam bentuk tabel catatan
perkembangan dengan menggunakan sistem SOAP.
Pada kasus nyata setelah dilakukan perawatan selama 3 hari tidak
ditemukana adanya masalah-masalah baru yang muncul selama perawatan
berlangsung dan setelah dilakukan evaluasi pada kasus nayat ada 1 diagnosa
keperawatan yang teratasi yaitu:
1. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi.
Dari keempat diagnosa keperawatan yang muncul ada 3 diagnosa
keperawatan yang teratasi sebagian yaitu:
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
adanya peningkatan produksi sekret.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang dan anoreksia.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penumpukan cairan dalam paru.
71
Ketiga dignosa yang teratasi sebagian tersebut di atas memerlukan
perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Oleh karena itu Penulis
melimpahkan tugas keperawatan tersebut kepada perawat ruangan untuk
melanjutkan rencana keperawatan terhadap kedua diagnosa tersebut.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hal-hal yang telah
diuraikan pada Bab 4, maka pada pada Bab 5 Penulis dapat menarika berdasarkan
pada tahap proses keperawatan dan memberikan beberapa saran yang kiranya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, yang antara lain:
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Pengkajian
Pada pelaksanaan pengkajian sebagian besar telah Penulis
laksanakan sesuai dengan yang digambarkan dalam konsep dasar
walaupun terdapat beberapa kesenjangan, namun Penulis
berpendapat bahwa hal tersebut tidak terlalu prinsip karena
72
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan Klien yang ditemukan saat
pengkajian.
5.1.2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data pada kasus nyata, maka
diagnosa yang ditemukan adalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas
berhubungan dengan adanya produksi sekret, perubahan nutirisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan
cairan pada paru, cemas berhubungan dengan kurang informasi.
5.1.3. Perencanaan
Rencana keperawatan pada kasus ini disusun dengan rencana
keperawatan yang ada dalam teori, namun tetap dilakukan
penyeleksian dan disesuaikan dengan keadaan Klien seperti pada
diagnosa keperawatan pertama, yaitu tidak efektifnya bersihan jalan
nafas berhubungan dengan adanya penignkatan produksi sekret
dengan rencana keperawatan “lakukan suction pada mulut dan
trakeal” dan pada diagnosa keperawatan kedua yaitu nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
dengan rencana keperawatan “timbang BB sesuai indikasi” tidak
penulis lakukan karena mengingat kondisi Klien yang sedang lemah.
5.1.4. Pelaksanaan
73
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan dimana rumusan pelaksanaan asuhan keperawatan dapat
Penulis rumuskan dalam bentuk tabel catatan keperawatan, dan
semua tindakan yang diberikan mengacu pada rencana keperawatan
yang telah disusun sebelumnya.
5.1.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
yang Penulis susun dalam bentuk tabel catatan perkembangan yang
mengacu pada kriteria tujuan yang telah Penulis rumuskan dalam
rencana asuhan keperawatan sehingga dapat kita ketahui sejauh mana
masalah keperawatan dapat teratasi, apakah teratasi seluruhnya,
teratasi sebagian atau belum teratasi seluruhnya dengan
menggunakan sistem SOAP.
5.2. Saran
5.2.1. Pengkajian
Pengkajian sebagailangkah awal dalam proses keperawatan
sangatlah menentukan keberhasilan langkah-langkah dalam proses
keperawatan selanjutnya. Oleh karena itu kepada para
Mahasiswa/Mahasiswi diharapkan agar mempertahankan pengkajian
yang sudah ada sebagaimana yang sudah tertera dalam kasus ini.
5.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Klien dengan Tuberclosis Paru
tidak selamanya sama karena menifestasi klinis yang ditampilkan
74
akan berbeda-beda, tergantung pada daya tahan tubuh dan berat
ringan penyakit yang mendasarinya. Karena itu, Penulis sarankan
agar pihak yang menganalisa tentang Tuberclosis Paru lebih mampu
menganalisa data dan masalah dengan cermat.
5.2.3. Perencanaan
Penulis menyarankan agar perawat di ruangan nantinya
dapat menjalankan setiap intervensi/rencana keperawatan baik yang
telah ditetapkan, tidak dapat dilaksanakan/belum terlaksana dan
melakukan modifikasi terhadap rencana keperawatan yang tidak
sesuai untuk klien. Penulis menyarankan agar dalam membuat
rencana hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien
serta sarana dan prasarana yang tersedia.
5.2.4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan Penulis sarankan
untuk tidak lepas dari prioritas diagnosa keperawatan dengan
memperhatikan kondisi klien serta sarana dan fasilitas yang ada.
5.2.5. Evaluasi
Evaluasi sebagai tahap perbandingan hasil-hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan sangat didukung oleh ketelitian
mahasiswa sendiri dalam mengevaluasi setiap respon yang
ditunjukkan oleh Klien setelah memberikan asuhan keperawatan.
Oleh karena itu, hendknya kepada mahasiswa sendiri untuk lebih
mendasarkan evaluasi itu pada diagnosa yang muncul pada Klien
75