Coordinate Management of Meaning Theory

download Coordinate Management of Meaning Theory

of 18

description

reference

Transcript of Coordinate Management of Meaning Theory

Coordinate Management Of Meaning Theory Kamis, 22 September 2011 | by tirtayasa. G

Coordinate Management Of Meaning Theory ( W.Barnett Pearce & Vernon Croner)Teori ini digunakan untuk menjelaskan suatu percakapan (kegiatan komunikasi antar dua orang), di mana para pelaku komunikasinya membentuk realitas sosialnya sendiri dengan cara memperoleh pertalian tertentu (coherence), tindakan yang terkoordinasi (coordinating actions), serta pengalaman yang rahasia (experiencing mystery).

Berikut contoh dari Teori CMM :

1. Content Level :Dina dan Sigit baru saja menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih. Dari hubungan tersebut, sudah barang tentu mereka sering melakukan komunikasi diantara keduanya. Dalam berkomunikasi tersebut sering terjadi ketidakjelasan dari pemaknaan antarpribadi masing masing, sehingga sering memunculkan konflik konflik kecil yang cukup menggangu hubungan mereka. Seperti pada saat keduanya ingin makan malam disuatu warung makan, sesampainya di sana tiba tiba Sigit tidak masuk melainkan jalan terus tanpa mengkomunikasikannya pada dina, dan hanya berbicara Segen ah. Dina spontan aneh dan kesal pada Sigit, sudah perut lapar dan hampir larut malam kok malah tidak jadi makan. (Sigit bersikap demikian karena merasa tidak nyaman dengan warung makan yang ramai dan antri lama, sedangkan dalam pemikiran dina tidak masalah harus mengantri karena tujuan awalnya kewarung makan tersebut dan apabila mencari warung makan lain akan memakan waktu lebih lama lagi dan belum tentu enak), sehingga terjadi pemakanaan yang berbeda diantara keduanya, semestinya Sigit menjelaskan kepada dina bahwa dia merasa tidak nyaman dengan kondisi tempat makan ramai dan harus antri pula. Sedangkan Dina tidak menangkap sinyal yang diberikan oleh Sigit. Kasus lain, yang cukup membuat hubungan mereka tidak harmonis adalah perbedaan persepsi dalam cara pandang mereka mengenai kasih sayang. Dina merasa bahwa Sigit kurang memiliki rasa sayang kepada dirinya karena Sigit tidak pernah menunjukkannya baik dari segi ucapan maupun tindakan. Contoh pada saat Sigit meminta Dina untuk datang berkunjung kerumahnya, tetapi Dina tidak memiliki cukup uang untuk transportasi menuju rumah Sigit sehingga minta dijemput pada pukul 15.00 ditempat yang sudah ditentukan. Tetapi dina terjebak macet dan harus turun dari angkot dan berlari ketempat yang ditentukan karena waktu sudah menunjukkan pukul 15.05, namun sesampainya disana dina melihat sesosok Sigit sudah menyalakan kendaraan dan berjalan tanpa menengok kebelakang bahwa Dina sedang mengejar dan berteriak teriak memanggil Sigit. Dina langsung berfikir baru telat 10 menit saja sudah ditinggal, sudah tau saya tidak punya ongkos sehingga saya harus berjalan cukup jauh untuk mencapai rumahnya, apa tidak berfikir sejauh itu dia sehingga dina jadi ragu Sigit memang tidak terlalu merasakan sayang kepada dirinya, dan perasaan itu tumbuh terus bersamaan dengan kasus kasus lainnya. Sedangkan Sigit tidak bermaksud bahwa dia meninggalkan dina itu tidak berarti tidak sayang justru dia ingin memberikan pelajaran ke dina bahwa disiplin itu adalah hal yang seharusnya di lakukan jangan mengikuti budaya yang ada yaitu jam karet alias gak tepat waktu atau tidak ontime. Dan hal itu sering terjadi di antara mereka sehingga menimbulkan konflik konflik dengan hubungan mereka. Di satu sisi dina ingin mendapatkan perhatian ingin mendapatkan kasih sayang tapi Sigit menggangap hal itu gak perlu di ungkapkan karena merasa tak perlu di ungkapkan lagi karena sudah tau sama tau tetapi dinabelum mengerti yang di maksud oleh Sigit dan perlu penjelasan dan juga pengungkapan dalam kenyataan seperti lebih berempati dengan menunggu walaupun telat, mestinya Sigit berfikir dina telat karena mungkin ada masalah di jalan atau mungkin karena macet nah di sini karena kekurang mengertian makna di antara keduanya bisa menimbulkan masalah dan ini bisa di golongkan masih dalam content level. Karena masing masing masih belum bisa saling mengerti makna diantara individu-individu masing-masing.

2. Speech Act LevelDengan pengalaman kejadian sebelumnya, Sigit dan Dina lebih saling berinstropeksi dan mencoba mengerti pemaknaan masing masing. Misalkan pada saat ingin makan bersama di suatu rumah makan dengan kondisi ramai dan antri, dan sigit berbicara Yah antri lagi, dinapun langsung mengerti bahwa Sigit tidak nyaman dengan kondisi tersebut.

3. Episode LevelDina dan Sigit sering dalam kesehariannya sering berkomunikasi dengan menggunakan media internet atau biasa disebut chatting. Karena intensitas yang sering (rutin) maka banyak bahasa bahasa yang hanya mereka berdua mengerti dan sering dilontarkan, misalkan dalam pembukaan pembicaraan Sigit selalu Ini Ciapa? yang merupakan sapaan Sigit terhadap Dina, dan ini menandakan keduanya mengerti makna apa yang dimaksud karena sudah menjadi rutinitas mereka dalam berkomunikasi.

4. Relationship LevelPada level ini hubungan keduanya antar Sigit dan Dina semakin mendalam dan dalam berkomunikasi dan bertukar makna sudah tidak ada permasalahan dan maknanya makin dalam. Sudah saling mengerti masing masing. Misalkan sahaja di kala mereka mau makan bersama sudah tidak ada lagi permasalahan seperti sebelumnya Sigit dan Dina dah saling mengerti dan tidak timbul konflik.

5. Life Script LevelPada tingkatan ini komunikasi benar benar sudah sangat kuat dalam berkomunikasi keduanya sudah tidak timbul masalah sudah saling mengerti dan karena sedemikian kuatnya komunikasi sudah lancar dan tidak timbul konflik. Dan mereka sudah memasuki dunia pernikahan dan sudah merasa saling memiliki each other dan tanpa di katakan pun mereka sudah mengetahui keinginan masing masing.

6. Cultural Patterns LevelPada tahap ini adalah level tertinggi sudah tidak ada masalah dan sudah menjadi budaya dalam kehidupan sehari hari di masyarakat.

COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING (CMM)of W. Barnett Pearce & Vernon Cronen, Dalam A First Look At Communication Theory, EM Griffin Worked by hasyim ali imranPearce (The Fielding Graduate Institute) dan Cronen (University ofMassachusetts) meyakini bahwa kualitas kehidupan pribadi dan dunia sosial kita berkaitan langsung dengan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Itulah sebabnya mereka memandang percakapan di antara setiap orang sebagai bahan dasar yang membentuk alam semesta sosial (social universe) realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial. Teori mereka, the coordinated management of meaning (CMM), dimulai dengan pernyataan tegas bahwa seseorang- dalam percakapan- mengkonstruksi secara bersama realitas-realitas sosial mereka sendiri dan secara simultan terbentuk melalui dunia yang mereka ciptakan sendiri. Pearce dan Cronen yang menurut Griffin termasuk pemikir social constructionist ini berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu bentuk praktik yang bisa menciptakan kehidupan lebih baik di dunia nyata. Atas dasar keyakinan ini mereka menyusun model-model dengan cara memanfaatkan pengetahuan lokal-catatan-catatan yang menjelaskan , menggambarkan, mengkritik dan diharapkan dapat mengubah cara orang dalam berkomunikasi. Bagi kedua teoritisi ujian paling penting terhadap teori mereka bukan terletak pada kebenaran, akan tetapi yang lebih penting adalah pada konsekuensi-konsekuensinya. Pendapat ini sejalan dengan keyakinan mereka sebagaimana dikutip Griffin sebelumnya pada bagian awal bab ini, yakni kualitas kehidupan pribadi kita dan kualitas dunia sosial kita secara langsung berkaitan dengan kualitas komunikasi yang melibatkan kita. Beberapa Contoh Solusi Persoalan Komunikasi Dengan Menggunakan Teknik Yang Mengacu Teori CMM dari Griffin :Mediasi :Cerita ini disampaikan Jonathan Sailor, Profesor Komunikasi Universitas Wisconsin Parkside. Sailor dalam kapasitas pekerjaan mediasinya bertindak sebagai praktisi, peneliti dan pelatih. Dalam keseluruhan peran ini konsep CMM dipakai pada tingkatan-tingkatan pemaknaan guna menimbulkan konstruksi pihak-pihak yang berselisih maupun para mediator terkait dengan episode-sepisode, hubungan, identitas dan pola-pola budaya. Dalam situasi konflik antar pasangan suami istri yang digunakan sebagai contoh adalah Peter dan Anne. Dari contoh kasus ini Sailor menunjukkan bahwa perbedaan pemaknaan atas kondisi individual masing-masing menyebabkan perbedaan konsekuensi pada tindakan yang dilakukan oleh masing-masing pihak.Peter dan Anne terlibat dalam pertengkaran yang semakin memanas sehingga Anne meminta hakim pengadilan agar dipisahkan dari Peter. Permintaan ini berarti Peter harus ke luar dari apartemen. Menurut Peter tindakan permintaan ini merupakan pengkhianatan. Menurut Anne permintaan ini sebagai upayanya untuk melindungi dirinya dari Peter. Saat Anne menuntut Peter tetap harus membayar sewa apartemen Peter menolak karena menurutnya dia sudah tidak tinggal di apartemen lagi di samping juga ia dikeluarkan secara paksa. Tindakan penolakan Peter sebenarnya sukup logis dari sudut pandang pemaknaan peter. Akan tetapi Anne mempersepsi penolakan Peter itu dengan cara menempatkan dirinya sebagai korban dan karenanya Annepun menolak sehubungan dia tidak mau menjadi korban. Demikian seterusnya.Melalui CMM Sailor membantu para mediator dalam permasalaha ini guna memahami proses reflektif action dan interpretation- tindakan dan penafsiran yang mereka konstruksikan bersama Peter dan Anne. Dengan memfokuskan diri pada tindakan-tindakan mereka seputar episode-episode, hubungan, idenittas dan pola budaya, Sailor membantu para mediator melihat bagaimana komunikasi dapat membuka atau menutup kesempatan-kesempatan yang memberdayakan kedua pihak yang sedang bertengkar. Dalam kasus ini misalnya maka Sailor yang mengidentifikasikan pola narasi Anne yang kerap menghubungkan dirinya sebagai pihak korban ternyata kemunculannya berkaitan dengan pengalaman sejarah hidupnya yang pernah mengalami penganiayaan keluarga. Terapi KeluargaCerita ini disampaikan John Burnham, terapis konsultas keluarga, Klinik Parkview, Birmingham, Inggris. Burnham menangani kasus keluarga yang mempunyai anak berusia 14 tahun yang mengidap penyakit Ssindrom Asperger. Suatu penyakit yang termasuk ringan dalam kategori penyakit mental autis. Dalam percakapan terungkap bahwa keluarga itu terjebak dalampola perilaku repetitif yang dalam CMM teori disebut strange loop atau lingkaran aneh, Bila orang tua menerima kenyataan atas kelainan anakany, mereka memeperlakukan putranya dengan penuh kasih sayang, sabar dan pemaklum. Menerima perlakuan sepeti ini, perilaku anak luar biasa jadi semakin membaik dan karenanya membuat orang tuanya berfikir bahwa si anak bukan pengidap sindrom Asperger. Karena perubahan keyakinan ini orang tua anak mulai bersikap lain terhadap anak, mereka tidak begitu toleran lagi pada kelainan tingkah laku si anak. Saat terjadi perubahan ini, perilaku anak mereka kembali memburuk yang menunjukkan ciri-ciri Sindrom Asperger. Keyakinan orang tua si anakpun kembali berubah, Ini jelas ciri Asperger. Burnham mencoba membantu orang tua si anak ke luar dari keterjebakan tersebut dengan cara mengajak mereka memikirkan hubungan yang bagaimanakah yang Anda inginkan dengan anak Anda ? Jawaban pertanyaan ini terbukti efektif dibandingkan dengan membiarkan orang tua terus-menerus memikirkan kapan perilaku anaknya berubah menjadi penderita Sindrom Asperger dan kapan tidak berubah.Seseorang Dalam- Percakapan : Penciptaan ikatan-ikatan dalam kesatuan 1. Pengalaman seseorang dalam percakapan adalah proses sosial utama dalam kehidupan manusia.2. Cara orang berkomunikasi sering lebih penting dibandingkan dengan isi dari apa yang mereka bicarakan itu sendiri. 3. Tindakan-tindakan dari seseorang yang berbicara dalam suatu percakapan secara reflektif direproduksi ketika interaksi berlangsung.4. Sebagai konstruksionis sosial, para peneliti CMM memandang diri mereka sendiri sebagai partisipan yang ingin tahu dalam sebuah dunia yang pluralistis.Stories told, Stories Lived, and Other less Known StroriesDi kalangan teoritisi CMM juga dibedakan pemahaman antara stories told dan stories lived. Stories told yaitu naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived. Stories lived yaitu tindakan-tindakan yang dikonstruksi secara bersama yang kita perlihatkan bersama orang. Koordinasi terjadi ketika kita mencocokkan kehidupan kita ke dalam kisah-kisah yang dihidupkan orang lain dalam cara yang membuathidup lebih baik lagi. Bila kita mencapai taraf saling menafsirkan di antara satu dengan yang lainnya dengan cara yang sama, maka itu berarti kita telah mencapai koherensi, the management of meaning . Inilah yang dimaksud dengan CMM-coordinated the management of meaning. Mewujudkan koherensi Dari sekian banyak model komunikasi dialogis yang dirumuskan Pearce dan Cronen, Griffin memilih model atom dan ular (serpentine) serta menggabungkannya menjadi Atomic-Serpentine Model.Menurut model ini penuturan kisah merupakan inti dari komunikasi yang dilakukan oleh seseorang, misalnya seperti yang dilakukan Peter dalam contoh sebelumnya. Asumsikan bahwa perilaku penuturan ini merupakan kisah pembuka Peter atas penghianatan Anne sepanjang berlangsungnya proses mediasi di pengadilan. Tidak peduli apapun yang dikatakan Peter, kata-katanya akan masuk akal bagi mediator hanya ketika kita menafsirkannya dalam pelbagai konteks episode tertentu, huibungan antara kelompok, identitas diri pembicara dan budaya asalnya. Episode adalah suatu rutinitas komunikasi yang memiliki batasan-batasan serta aturan-aturan suatu permainan bahasa yang berulang. Hubungan, persis seperti tanda baca yang memberikan konteks terhadap kata-kata tercetak, hubungan antara orang-orang dalam suatu percakapanpun hendaknya demikian juga, yakni diupayakan agar tindak tutur yang dilakukan dapat ditafsirkan. Diri sendiri (self) merupakan konsep seseorang mengenai dirinya sendiri. Budaya menggambarkan jejaringan makna dan nilai bersama. Model atomik Pearce menunjukkan bahwa setiap tindak tutur dikaitkan dengan setidaknya empat konteks tertentu. Dalam model yang ideal semestinya setiap konteks mempunyai kontrinbusi pengaruh yang seimbang. Akan tetapi dalam realita sering konteks-konteks tertentu, satu dua konteks mendominasi sehingga terjadi ketidakseimbangan. Terkait kasus Peter dan Anne misalnya, maka faktor self consept Anne yang mengasumsikan dirinya sebagai korban begitu dominan dan karenanya mempengaruhi tiga konteks lainnya. Model lain yang dikombinasikan yaitu aliran percakapan yang meng-ular (serpentine flow of conversation). Model ini menyatakan bahwa apa yang dikatakan seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang dikatakan oleh orang lain. Konteks-konteks yang mereka katakan saling mempengaruhi bahkan ketika mereka sedang berbicara. Koherensi baru memungkinkan terjadi ketika kita menerima aliran pembicaraan. Dari gabungan kedua model ini maka kita bisa memperoleh kesan kalau percakapan yang ringan dan singkat sekalipun sebenarnya merupakan proses yang luar biasa rumitnya dan terbuka.KoordinasiDalam kaitan CMM, koordinasi mengacu pada proses ddengan mana setiap orang berkolaborasi dalam suatu upaya untuk membawa apa-apa yang penting, mulia dan baik dalam pandangan mereka serta mengecualikan hal-hal yangmereka takuti, benci atau musuhi. Menurut CMM orang dapat mengoordinasikan perilaku mereka tanpa harus selalu mencapai koherensi, atau tanpa memiliki penafsiran yang sama untuk peristiwa yang mereka alami. Koordinasi memiliki nilai lebih dibandingkan dengan koordinasi. Pearce dan Cronen yakin CMM dapat menjadi jembatan perdamaian yang menyajikan cara-cara penggabungan yang cerdas dalam pelbagai aktivitas dunia untuk memperkaya. Jika kita tergoda untuk mengabaikan signbifikansi membantu orang lain mengkoordinasikan cara mereka berbicara satu sama lain, CMM mengingatkan kita bahwa komunikasi di sisi lain juga mempunyai kekuatan guna mencip-takan suatu semesta sosial pengasingan, kemarahan dan kekejaman. Selanjutnya, Pearce meyakini bahwa stories lived dan stries untold tidak pernah bisa identik. Selalu akan ada ketidak sesuaian diantara keduanya. Namun demikian Pearce menilai positif terhadap kondisi ini karena kesenjangan tersebut memungkinkan para konstruksionis sosial dapat bekerja untuk memperbaiki dunia dengan CMM. Setidaknya ada tiga jenis stories lain yang menurut pengamatan Pearce dapat mempengaruhi percakapan kita, yakni terdiri dari : Stories untold : kisah yang dapat diceritakan oleh partisipan, namun oleh karena alasan tertentu diputuskan untuk tidak dikemukakan.; Stories unknown : yaitu narasi-narasi yang saat ini berada di bawah derajat kesadaran; Stories unheard, yaitu kisah-kisah yang pernah dikemukakan, akan tetapi pihak lain dalam percakapan tidak mampu atau tidak bisa mendegarkannya. Dengan kenyataan ini maka para teoritisi CMM berupaya keras menciptakan ruang-ruang aman yang dikondisikan supaya kemunculan cerita-cerita alternatif dimaksud bisa terjadi.Komunikasi Dialogis : Sebuah Cara Baru dalam Berbicara dengan Orang lainDalam upaya menciptakan dunia sosial yang ideal maka para teoritisi CMM merekomendasikan suatu bentuk komunikasi yang disebut dengan komunikasi kosmopolitan. Jika diterapkan pada individu, label kosmopolitan berarti warga dunia yang berinteraksi secara nyaman dengan orang-orang yang berasal dari ragam latar belakang budaya yang berbeda-beda, memiliki nilai-nilai yang berbeda dan mengekspresikan kesenjangan keyakinan. Para komunikator kosmopolit mengasumsikan bahwa kebenaran tunggal itu tidak pernah ada. Kalaupun ada akan tetapi kebenaran itu mempunyai banyak sisi. Oleh karena itu, maka yang mereka lakukan adalah mencoba menmukan cara-cara guna berkoordinasi dengan orang lain yang kemungkinan pandangannya belum tentu mereka sepakati. Bagi Pearce maka istilah komunikasi dialogis dari Martin Buber sangat cocok untuk mewadahi perilaku komunikasi kosmopolitan. Hubungan interpersonal yang berfokus pada komunikasi dialogis akan mengambil jarak terhadap perdebatan dan diskusi. Komunikasi dialogis yaitu berbicara dalam suatu cara yang memungkinkan orang lain untuk menyimak, menyimak dalam cara tertentu yang memungkinkan orang lain untuk berbicara.Dalam setiap tahapan komunikasi dialogis minimal ada empat bagian sekuen yang terdiri dari : 1) mengacu kepada apa yang dikatakan pembicara sebelumnya; 2) mengklaim bahwa apa yang dikatakan menimbulkan pertanyaan atau menunjukkan suatu kejelasan; 3) menjawab pertanyaan tersebut atau menjelaskan pencerahan pengetahuan yang dimaksud; 4) mengekspresikan di mana posisinya berkaitan dengan isu yang dibincangkan. Kritik Terhadap CMM :Pearce dan Cronen tidak konsisten dalam menggunakan istilah-istilah. Penjelasan Pearce dan Cronen dinilai kurang bersahabat oleh para pengguna teori CMM. Griffin menyarankan agar para akademisi mengeksplor model-model aturan konstitutif, regulatif, charmed loops, dorongan logis, konteks-konteks yang direkonstruksi, gamemastery, tata bahasa, model daisy atau model LUUUTT.

Coordinated Management Of Meaning(Manajemen Makna Terkoordinasi)Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai atuan untuk mengonstruksi dan mengkoordinasikan makna. Maksunya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di antara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu dengan masyarakatnya, melalui sebuah struktur hierakis, orang-orang mengorgnisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang diterimanya dalam sehari.CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara individu dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Teori ini didasarkan pada konsep-konsep komunikasi, realitas sosial, dan makna.Asumsi1. Manusia hidup dalam komunikasi.Pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi, Pearce (1989) berpendapat bahwakomunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya (hal 3). Maksudnya kita hidup dalam komunikasi.2. Manusia saling menciptakan realitas sosial.Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial (social construction). Realitas sosial (social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.3. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal.Makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam penemuan, maksudnya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain.

1. Isi/ ContentMerupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. Aku mencintai kamu menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B.2. Tindak Tutur/ Speech ActDalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994) mendeskripsikan tindak tutur (speech act) sebagaitindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. Aku mencintai kamu fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan3. EpisodeUntuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)Di mana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku. Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi)Kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.6. Pola Budaya/Culture PatternsPearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.Koordinasi dipengaruhi beberapa hal:1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.2. Sumber daya yang pada seseorang (resources), mereka merujuk padacerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka.AturanTeoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkan kemampuan fleksibel yang tidak dapat disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.Hieraki makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi.Pearce dan Cronen(1980) menyebut proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu, penetepan makna yang ada bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu, beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hieraki yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena adanya komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.

Manajemen Makna Terkoordinasi

Manajemen Makna Terkoordinasi atau Coordinated Management of Meaning (CMM), membantu menjelaskan bagaimana individu-individu saling menciptakan makna dalam percakapan. MMC umumnya merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan dimana makna senantiasa dikoordinasikan. Diskusi-diskusi awal mengenai CMM berpijak pada kebutuhan untuk melepaskan diri dari tradisi empiris yang menjadi ciri dari banyak pembentukan teori pada masa itu.Asumsi- asumsi Manajemen Terkoordinasi1. Manusia hidup dalam komunikasiAdanya pendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik. 2. Manusia saling menciptakan realitas sosialKontruksionisme sosial yaitu kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka yang baru. Realitas sosial yaitu merujuk pada keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.3. Transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonalMakna pribadi yaitu makna yang didapat ketika seseorang membawa pengalaman-pengalamannya yang unik kedalam sebuah interaksi. Hierarki dari Makna yang TerorganisasiMenurut CMM manusia mengorganisasikan makna dengan cara yang hierarkis. Orang mengorganisasikan makna berarti mengatakan bahwa mereka sanggup menentukan penekanan yang diberikan pada pesan-pesan tertentu. Hierarki makna terdiri dari :1. Isi yaitu Konvensi dari data mentah menjadi makna.2. Tindak tutur yaitu tingkatan yang kita lakukan melalui berbicara (memberikan pujian, atau mengancam).3. Episode yaitu rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Menandai bagaimana seseorang menginterpretasikan atau menekankan sebuah episode.4. Hubungan yaitu kesepakatan dan pengertian antara dua orang. Keterlibatan = Tingkat batas di mana dua orang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari suatu sistem.5. Naskah kehidupan yaitu kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain.6. Pola budaya yaitu gambaran mengenai dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut. Hierarki makna adalah kerangka yang penting dalam membantu kita memahami bagaimana makna dikoordinasikan dan dikelola.Koordinasi Makna : Mengartikan UrutanKoordinasi dipengaruhi oleh Moralitas dan ketersediaan sumber daya. Koordinasi lebih mudah ditunjukan daripada dijelaskan cara memahaminya adalah dengan mengamati orang-orang berinteraksi dalam sehari-hari. Koordinasi adalah usaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan. Tiga hasil yang mungkin muncul ketika dua orang sedang berbincang yaitu : mencapai koordinasi, tidak mencapai koordinasi, atau mencapai koordinasi pada tingkat tertentu.Pengaruh terhadap Proses Koordinasi Moralitas diartikan sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Tingkatan moral terdiri atas etika, dan topik. Sumber daya adalah cerita, simbol, dan gambar yang digunakan oleh orang untuk memahami dunia mereka. Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka. Ketika terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan sumber daya dalam sebuah percakapan, maka koordinasi akan mengalami suatu ujian. Padahal, mengkoordinasi percakapan sangat penting dalam komunikasi.

Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan.CMM mengikuti sudut pandang aturan. Para teoritikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekadar kemampuan untuk menggunakan aturan. Terdapat dua aturan yaitu :1. Aturan Konstitutif yaitu mengorganisasikan perilaku dan membantu kita untuk memahami bagaimana makna harus diinterpretasikan.2. Aturan regulatif yaitu tuntunan bagi orang-orang dalam berperilaku.Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak SeimbangRangkaian yaitu kemampuan suatu level dalam hierarki makna untuk berefleksi.Rangkaian seimbang yaitu aturan makna konsisten di seluruh bagian rangkaian.Rangkaian tidak seimbang yaitu aturan makna berubah-ubah di seluruh rangkaian.Rangkaian disebut sempurna ada konsistensi di antara level-level (episode, naskah kehidupan, pola budaya) di dalam hierarki. Terdapat suatu pandangan bahwa rangkaian tidak seimbang akan terus berulang, dan hal ini disebut lingkaran setan.

Penjelasan Power PointPengertian:Teori ini dikemukakan oleh W. Barnett dan Vernon Cronen. Mereka menyatakan bahwa quality of our personal lives and of our social worlds is directly related to the quality of communication in which we engage. Asumsi ini dikembangkan berdasarkan pandangan mereka yang menganggap bahwa percakapan adalah basic material yang membentuk dunia sosial. Teori mereka, yaitu coordinated management of meaning, didasarkan pada pernyataan bahwa persons-in-conversations co-construct their own social realities and are simultaneously shaped by the worlds they create.Pearce (The Fielding Graduate Institute) dan Cronen (University ofMassachusetts) meyakini bahwa kualitas kehidupan pribadi dan dunia sosial kita berkaitan langsung dengan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Itulah sebabnya mereka memandang percakapan di antara setiap orang sebagai bahan dasar yang membentuk alam semesta sosial (social universe) realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial. Teori mereka, the coordinated management of meaning (CMM), dimulai dengan pernyataan tegas bahwa seseorang- dalam percakapan- mengkonstruksi secara bersama realitas-realitas sosial mereka sendiri dan secara simultan terbentuk melalui dunia yang mereka ciptakan sendiri.

Pearce dan Cronen menghadirkan CMM sebagai sebuah teori praktis yang ditujukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Tidak seperti ahli teori objektivis lainnya, mereka tidak mengklaim teori ini sebagai hukum besi komunikasi yang menjadi penguasa kebenaran bagi setiap orang dalam setiap situasi. Bagi Pearce dan Cronen, ujian utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi. Mereka memandang teori CMM sebagai teori yang berguna untuk mensimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu teori CMM umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya dan sebagainya.

Esensi TeoriPara pengguna CMM menyebut diri mereka sebagai social constructionist karena mereka berpegang pada asumsi bahwa lingkungan atau dunia sosial itu bukanlah sesuatu yang ditemukan begitu saja melainkan sesuatu yang diciptakan, dibangun, atau dikonstruksi. Asumsi tersebut mengawali bahasan teori ini, yaitu bahwa persons-in-conversation co-construct their own social realities and are simultaneously shaped by the worlds they created.Selanjutnya, secara lebih rinci dikatakan bahwa teori ini mengikuti beberapa prinsip berikut:1. The experience of persons-in-conversation is the primary social process of human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini dimunculkan untuk menyikapi pendapat yang mengatakan bahwa communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting or important only when it is done poorly or breaks down. Menurutnya, komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan hubungan (relationship) di antara mereka. 2. The way people communicate is often more important than the content of what they say. Cara seseorang berkomunikasi sering lebih penting dari pada isi pembicaraannya. Mood dan cara seseorang berkomunikasi memainkan peran yang besar dalam proses konstruksi sosial. Terkait dengan hal ini, bahasa disebut Pearce sebagai salah satu alat yang paling powerful yang pernah ditemukan dalam penciptaan dunia sosial. Dengan menggunakan bahasa orang saling menyebut orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan bahasa pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya. 3. The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the interaction continuous. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce dan Cronen adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak jangka panjang dari praktek komunikasi yang kita lakukan. 4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah. Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat dalam apa yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena mereka berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah kebenaran tunggal.

Story Told, story LivedPara teoritisi CMM membedakan stories lived dan stories told. Stories lived adalah co-constructed actions yang kita jalani bersama orang lain. Stories told adalah kata-kata naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived. Koordinasi (coordination) berperan pada saat kita menyesuaikan stories lived kita dengan stories lived orang lain sebagai cara untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Kita mencoba menginterpretasikan others stories sehingga mencapai sebuah coherence management of meaning. Kedua istilah, coordination dan coherence tersebut menjelaskan alasan kenapa Pearce dan Cronen menamakan teori mereka sebagai coordinated management of meaning. Sebagai ahli teori praktis, mereka ingin membantu orang-orang untuk menginterpretasi apa yang dikatakan dan mengkoordinasikan apa mereka lakukan sehingga lingkungan sosial yang mereka ciptakan bisa mereka jalani dan bisa bertahan di dalamnya.

Model komunikasi dalam CMMKisah-kisah yang kita ungkapkan sangat terbuka bagi banyak interpretasi. Pearce dan Cronen memberikan beberapa model untuk membantu orang menggambarkan apa yang terjadi dalam sebuah percakapan. Dua diantaranya adalah the atomic model dan the serpentine model.Jika menggunakan atomic model maka diketahui ada 4 konteks yang berhubungan dengan percakapan sehari-hari, yaitu episode, relationship, identity, dan culture. Kunci untuk melakukan interpretasi adalah dengan melihat mana konteks yang mendominasi percakapan tertentu.Coordination mengacu pada proses dimana orang-orang berkolaborasi dalam sebuah upaya untuk menyamakan visi mereka tentang apa yang dianggap perlu, mulia, dan baik serta untuk menghindari perbuatan yang ditakuti, dibenci, atau dicela. Untuk bisa memadukan tindakan (stories lived) orang tidak selalu harus koheren dengan orang lain, tetapi mereka tetap dapat memutuskan untuk mengkoordinasikan perilaku mereka.CMM bertujuan untuk menciptakan perdamaian. Salah satu cara yang disarankan untuk berbicara dengan orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi dialogis. Komunikasi dialogis dipandang sebagai sebuah cara untuk menjelaskan bagaimana persons-in-conversation dapat mencapai the meshing of stories lived. Bagi Pearce, hubungan interpersonal yang difokuskan pada komunikasi dialogis akan membuatnya berbeda dari sekedar debat, diskusi, atau ceramah. Komunikasi dialogis berarti berbicara dalam cara yang memungkinkan orang lain untuk mendengarkan, dan mendengarkan dalam cara yang memungkinkan orang lain untuk berbicara. Jadi dalam komunikasi dialogis, tidak ada satu pihak bersikap acuh terhadap pembicaraan orang lain atau sebaliknya yang mendominasi dan menghambat orang lain untuk berbicara.

ASUMSIAsumsi :1. Manusia hidup dalam komunikasiPentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi,Pearce (1989) berpendapat bahwakomunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya(hal 3). Maksudnya kita hidup dalam komunikasi. Para teoretikus CMM mengajukan suatu orientasi yang sama sekali bertolak belakang; mereka berpendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Oleh karena individu-individu menciptakan realitas percakapan mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik. Pandangan ini mengharuskan para pendukung teori ini untuk mengesampingkan pandangan mereka yang telah ada mengenai bagaimana menjadi seorang komunikatir.2. Manusia saling menciptakan realitas sosial : kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial(social construction). Realitas sosial(social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.3. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal : makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam penemuan, maksdunya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal(interpersonal meaning).

Pemaknaan dibagi atas beberapa level

Makna pribadi dan interpersonal didapatkan dalam percakapan, sering kali tanpa dipikirkan sebelumnya.1. Isi/Content : merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. aku mencintai kamumenyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B

2. Tindak Tutur/Speech Act : dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce(1994) mendeskripsikan tindak tutur(speech act) sebagaitindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. Aku mencintai kamu fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan

3. Episode : untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.

4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract) : dimana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku. Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi) : kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.

6. Pola Budaya/Culture Patterns : Pearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.

Koordinasi

Dipengaruhi beberapa hal :1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.2. Sumber daya yang pada seseorang(resources), mereka merujuk padacerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka.

AturanTeoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkankemampuan fleksibel yang tidak dapat disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.Pearce dan Cronen (1980) mendiskusikan dua tipe aturan:1. Aturan konstitutif(constitutif rules) merujuk pada bagaimana perilaku harus diinterpretasikan dalam suatu konteks. Dengan kata lain,aturan konstitusif memberitahukan kepada kita apa makna dari perilaku tertentu, tetapi tidak memberikan tuntutan kepada orang untuk berprilaku. Contoh: aku mencintaimu,,untuk siapa???teman,pacar, keluarga(memiliki implikasi yang berbeda).

2. Aturan regulatif (regulative rules) merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dan menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Misalnya ada aturan regulatif dalam bertemu dengan rekan kerja yang baru, biasanya anda akan memperkenalkan diri anda, memberi selamat datang pada rekan baru anda.Jika pasangan ini terus berseteru, maka mereka akan terlibat di dalam hal yang disebut oleh Cronen, Pearce dan linda Snavely (1979) sebagai pola berulang yang tidak diinginkan. Pola yang tidak diinginkan(unwanted repetitive patterns-URP) adalah episode konflik yang berurutan dan terjadi berulang kali yang sering kali tidak diinginkan terjadi oleh individu yang terlibat dalam konflik.Kunci utama dari CMM adalah aturan. Khususnya konstitutif dan regulatif merupakan kompenen teori.

Rangkaian(LOOP)Hieraki makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi. Pearce dan Cronen(1980) menyebut proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu, penetepan makna yang ada bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu, beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hieraki yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena adanya komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.