contoh proposal.docx

55
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DENGAN FAKTOR TERKAIT PENGOBATAN TB PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN Usulan penelitian untuk skripsi Diajukan Oleh : Zulva Amalia 11/313058/FA/08688 Kepada FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Transcript of contoh proposal.docx

Page 1: contoh proposal.docx

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DENGAN FAKTOR

TERKAIT PENGOBATAN TB PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT

JALAN

Usulan penelitian untuk skripsi

Diajukan Oleh :

Zulva Amalia

11/313058/FA/08688

Kepada

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

Mei 2014

Page 2: contoh proposal.docx

Usulan penelitian untuk skripsi

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DENGAN FAKTOR

TERKAIT PENGOBATAN TB PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT

JALAN

Yang diajukan oleh

Zulva Amalia

11/313058/FA/08688

Telah disetujui oleh

Pembimbing

Nanang Munif Yasin, S.Si., M.Pharm., Apt Tanggal: .............................

Pembimbing Pendamping

Fivy Kurniawati, S.Farm., M.Sc., Apt Tanggal: .............................

ii

Page 3: contoh proposal.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................v

DAFTAR TABEL..........................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii

I. JUDUL............................................................................................................1

II. INTISARI.......................................................................................................1

III. PENDAHULUAN..........................................................................................2

A. Latar Belakang..........................................................................................2

B. Perumusan Masalah...................................................................................4

C. Kegunaan Penelitian..................................................................................4

D. Tujuan Penelitian.......................................................................................5

IV. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5

A. Tuberkulosis : Definisi, Epidemiologi, Patofisiologi, dan Tata Laksana Terapi 5

1. Definisi Tuberkulosis (TB).......................................................................5

2. Epidemiologi.............................................................................................5

3. Patofisiologi...............................................................................................7

4. Tata laksana Terapi...................................................................................7

B. Kepatuhan Pasien......................................................................................9

C. Adverse Drug Reaction (ADR) dan Interaksi Obat OAT.......................10

D. Outcome Terapi Tuberkulosis.................................................................12

E. Pelayanan Tuberkulosis dan Peran Apoteker..............................................13

V. KETERANGAN EMPIRIS..........................................................................14

VI. METODE PENELITIAN.............................................................................14

A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................14

B. Rancangan Penelitian..............................................................................15

iii

Page 4: contoh proposal.docx

C. Definisi Variabel Operasional Penelitian................................................15

D. Responden Penelitian..............................................................................16

E. Instrumen Penelitian...................................................................................17

1. Alat yang Digunakan...............................................................................17

2. Bahan yang Digunakan...........................................................................17

F. Prosedur Penelitian.....................................................................................17

G. Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner....................................................18

H. Analisis Data...........................................................................................18

1. Analisis Deskriptif : Gambaran karakteristik responden penelitian........18

2. Analisis Deskriptif : Gambaran pengobatan pasien TB..........................18

3. Analisis Deskriptif : Gambaran tingkat kepatuhan pasien......................19

4. Analisis Deskriptif : Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien.............................................................................................19

5. Analisis Statistik : Uji Normalitas...........................................................19

6. Analisis Statistik : Analisis Korelasi.......................................................20

VII. SKEMA PENELITIAN................................................................................20

VIII. JADWAL PENELITIAN.............................................................................21

IX. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22

X. LAMPIRAN.................................................................................................24

iv

Page 5: contoh proposal.docx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Insidensi, Prevalensi dan Mortalitas TB Tahun 2013............................6Gambar 2. Skema jalannya penelitian....................................................................13

v

Page 6: contoh proposal.docx

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama (WHO, 2010).................................9

vi

Page 7: contoh proposal.docx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan (Informed Consent)........................................16Lampiran 2. Kuesioner Penelitian..........................................................................17

vii

Page 8: contoh proposal.docx

I. JUDUL

Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien dengan Faktor Terkait

Pengobatan TB Paru Dewasa di Instalasi Rawat Jalan

II. INTISARI

Terapi obat merupakan landasan strategi terapi yang penting untuk

manajemen pengobatan TB. Penggunaan obat antituberkulosis diharapkan

mampu membantu tercapainya tujuan terapi yaitu menyembuhkan

penderita, mencegah mortalitas, mencegah kekambuhan dan menurunkan

tingkat penularan. Regimen terapi pengobatan TB dilakukan secara

berkelanjutan selama 6 – 8 bulan untuk terapi jangka pendek hingga 2 – 3

tahun untuk kasus MDR-TB (Multidrug Resistant TB). Oleh karena durasi

pengobatan yang cukup panjang, kepatuhan pasien dalam terapi adalah salah

satu faktor penting yang menentukan keberhasilan terapi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor terkait pengobatan dengan

tingkat kepatuhan terapi antituberkulosis pada pasien TB dewasa di instalasi

rawat jalan Puskesmas Kota Yogyakarta.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian non

-eksperimental dan bersifat analitik. Responden penelitian dipilih

berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu pasien

TB berusia dewasa (> 18 tahun) dengan data rekam medik lengkap

mencakup identitas pasien, diagnosis penyakit, hasil pemeriksaan fisik, hasil

tes laboratorium, stadium klinik dan data penggunaan obat antituberkulosis.

Evaluasi terhadap tingkat kepatuhan terapi pasien TB dilakukan dengan

tools MMS (Modified Morisky Scale), sedangkan faktor yang

mempengaruhi kepatuhan terapi dapat ditentukan dengan tools CMAG

(Case Management Adherence Guidlines) versi 2.0. Kedua tools tersebut

dikemas dalam kuisioner dalam bentuk booklet yang diisi oleh pasien.

Kata kunci : TB, antituberkulosis, kepatuhan terapi

1

Page 9: contoh proposal.docx

III. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit tuberkulosis merupakan salah satu penyakit kronis yang

menjadi perhatian dunia kesehatan. Pada tahun 2012, diperkirakan

terdapat 8,6 juta kasus baru dan 1,3 juta orang meninggal akibat TB

termasuk diantaranya 320.000 orang adalah penderita HIV-Positif.

Jumlah tersebut telah mengalami penurunan secara global sebesar 2%

untuk insidensi selama periode 2011-2012 dan penurunan sebesar 45%

untuk angka kematian selama periode 1990-2012 (WHO, 2013).

Penurunan angka insidensi dan angka kematian dapat menggambarkan

sebuah kemajuan dalam pelaksanaan pencegahan, perawatan serta

pengendalian penyakit di tingkat global, regional maupun negara. Data

tersebut diperoleh berdasarkan laporan dari 197 negara yang

menyumbang kasus TB di dunia termasuk Indonesia. Menurut

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, insidensi TB sejak tahun

1990 mengalami penurunan dari 343 kasus menjadi 185 kasus per

100.000 penduduk di tahun 2012. Demikian pula dengan kasus

prevalensi yang menurun dari 442 kasus menjadi 297 kasus per 100.000

penduduk (Depkes RI, 2012)

Penurunan angka prevalensi dan insidensi penyakit TB di Indonesia

yang signifikan sayangnya masih menggambarkan jumlah penderita

yang tergolong tinggi. Menilik bahwa Indonesia menduduki peringkat

ke-4 terbanyak untuk penderita TB setelah China, India dan Afrika

Selatan (Kompas, 2014). Hal tersebut menyiratkan bahwa perlu adanya

evaluasi dan pengendalian secara komprehensif yang menjadi tantangan

semua pihak agar kasus prevalensi, insidensi bahkan mortalitas dapat

terus ditekan.

Tingginya jumlah penderita TB hingga saat ini dapat dikorelasikan

dengan regimen pengobatan yang kompleks, dimana lamanya terapi

menjadi permasalahan utama bagi pasien. Selain itu, informasi yang

tidak lengkap dan tidak adanya penjelasan yang terus menerus juga

2

Page 10: contoh proposal.docx

menjadi kendala pasien untuk dapat menjalankan regimen

pengobatannya. Ketiga hal tersebut akan berpengaruh terhadap

kepatuhan pasien . Pasien suspek TB dapat dinyatakan sembuh apabila

mengikuti seluruh prosedur pengobatan selama 6 bulan tanpa terputus.

Namun pada prakteknya, tidak sedikit pasien yang menghentikan

pengobatan sebelum 6 bulan ketika dirasa kondisi tubuh mereka telah

membaik (Depkes RI, 2012). Hal ini merupakan salah satu bentuk

ketidakpatuhan pasien yang dapat menyebabkan bakteri Mycobacterium

sp. menjadi resisten terhadap obat-obatan antituberkulosis. Akibatnya,

penyakit TB tahap awal berkembang menjadi MDR-TB (Multi Drug

Resistance) dimana regimen terapi memakan waktu yang semakin lama

yaitu 2 – 3 tahun (Dipiro et al , 2009).

Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

tingkat kepatuhan pasien dengan faktor terkait pengobatan TB paru

dewasa. Diharapkan dari penelitian ini mampu menjadi bahan referensi

bagi penyedia pelayanan kesehatan hingga pemerintah pembuat

kebijakan untuk melakukan tindakan lebih lanjut terkait pengobatan TB

tidak hanya terapi farmakologi namun juga memperhatikan salah satu

faktor non farmakologi yaitu kepatuhan pasien. Untuk menjamin mutu

pelayanan kefarmasian pada era SJSN di Indonesia, diperlukan sarana

dan prasarana yang memadai disamping apoteker yang kompeten. Salah

satu penyedia pelayanan kesehatan primer yang berperan dalam

pengendalian pengobatan pasien TB adalah Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas). Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan di

seluruh Puskesmas yang berada di kota Yogyakarta. Hasil penelitian

dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk semakin meningkatkan

peran Puskesmas di bidang pelayanan kesehatan, utamanya

meningkatkan kesuksesan terapi antituberkulosis sehingga dapat

menekan prevalensi, insidensi serta morbiditas akibat penyakit TB.

3

Page 11: contoh proposal.docx

B. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian yang telah disajikan dalam latar belakang,

rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat kepatuhan terapi antituberkulosis pada pasien

TB paru dewasa di instalasi rawat jalan Puskesmas Kota

Yogyakarta?

2. Apa sajakah faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi

kepatuhan terapi antituberkulosis pada pasien TB paru dewasa di

instalasi rawat Puskesmas Kota Yogyakarta?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dengan

faktor terkait pengobatan TB paru dewasa di instalasi rawat jalan

Puskesmas Kota Yogyakarta?

C. Kegunaan Penelitian1. Teoritis

Memberikan gambaran hubungan tingkat kepatuhan terapi

antituberkulosis dengan faktor terkait pengobatan yang

mempengaruhi kepatuhan pada pasien TB paru dewasa di instalasi

rawat jalan Puskesmas Kota Yogyakarta.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Menambah pengetahuan peneliti tentang penyakit TB dan

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi

antituberkulosis pada pasien TB paru dewasa.

2) Mampu menjadi bahan referensi bagi peneliti lain untuk

melakukan penelitian selanjutnya

b. Bagi Puskesmas

Memberikan gambaran kepatuhan terapi antituberkulosis pada

pasien TB paru dewasa sehingga dapat digunakan sebagai

referensi atau acuan untuk melakukan tindak lanjut guna

meningkatkan peran Puskesmas dalam pelayanan kesehatan.

4

Page 12: contoh proposal.docx

D. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat kepatuhan terapi antituberkulosis pada pasien

TB paru dewasa di instalasi rawat jalan Puskesmas Kota

Yogyakarta

2. Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dengan

faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi kepatuhan terapi

antituberkulosis pada pasien TB paru dewasa di instalasi rawat jalan

Puskesmas Kota Yogyakarta

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis : Definisi, Epidemiologi, Patofisiologi, dan Tata Laksana Terapi

1. Definisi Tuberkulosis (TB)Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Biasanya penyakit ini menyerang paru-

paru atau disebut TB paru, namun dapat pula menyerang organ lain

yang biasa disebut dengan TB ekstrapulmonar (WHO, 2013).

Penyakit TB menyebar di udara ketika penderita TB paru

mengeliminasi bakteri, misalnya melalui mekanisme batuk. Pada

umumnya, pasien yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis

mempunyai kemungkinan yang lebih kecil untuk menularkan

penyakitnya dibanding dengan pasien TB paru dengan HIV/AIDS.

2. EpidemiologiTuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan global utama

yang menyebabkan gangguan kesehatan pada jutaan orang di seluruh

dunia setiap tahunnya. Sebagai penyakit yang disebabkan oleh

infeksi, TB menempati urutan kedua penyebab kematian terbesar

setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 8,6 juta

kasus baru dan 1,3 juta orang meninggal akibat TB termasuk

diantaranya 320.000 orang adalah penderita HIV-Positif. Sebagian

5

Page 13: contoh proposal.docx

besar kasus dan kematian pada penderita TB terjadi pada laki – laki,

akan tetapi beban penyakit di kalangan perempuan juga tinggi. Data

menyebutkan bahwa diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus dan

410.000 kematian di kalangan perempuan, serta 530.000 kasus dan

74.000 kematian pada anak-anak (WHO, 2013)

Gambar 1. Insidensi, Prevalensi dan Mortalitas TB Tahun 2013 (WHO, 2013).

Di Indonesia, insidensi TB sejak tahun 1990 mengalami

penurunan dari 343 kasus menjadi 185 kasus per 100.000 penduduk

di tahun 2012. Demikian pula dengan prevalensi yang menurun dari

442 kasus menjadi 297 kasus per 100.000 penduduk. Meskipun

Indonesia telah berhasil menekan insidensi dan prevalensi, jumlah

pasien TB dan kematian akibat TB masih cukup banyak. Kasus TB

tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan kasus

terbanyak (>berada di Pulau Jawa, Papua, sebagian besar Pulau

Sumatera, sebagian kecil Pulau Kalimantan dan Sulawesi, serta

daerah Nusa Tenggara (Depkes RI, 2012). Menurut survei yang

dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan RI, angka MDR-TB di

Indonesia diperkirakan sebesar 25% dari seluruh kasus TB baru

(lebih rendah dari estimasi tingkat regional sebesar 4%) dan 20%

dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat

sekitar 6300 kasus MDR-TB setiap tahunnya (Depkes RI RI, 2011)

6

Page 14: contoh proposal.docx

3. PatofisiologiInfeksi primer TB paru dimulai oleh implantasi alveolar dari

organisme (Mycobacterium tuberculosis) dalam droplet berukuran

cukup kecil yaitu 1-5 mm. Ukuran yang kecil berguna untuk

menghindari silia sel epitel dari saluran pernapasan bagian atas

sehingga organisme dapat mencapai permukaan alveolar. Setelah

menempel pada permukaan alveoli, organisme dapat berkembang

biak. Hal ini memicu datangnya makrofag di paru – paru untuk

mencerna dan mengeliminasi organisme. Makrofag akan diaktivasi

oleh sel limfosit CD4 melalui sekresi interferon gamma. Sejumlah

besar makrofag yang teraktivasi mengelilingi kaseosa padat dari

daerah nekrotik sebagai bagian dari imunitas yang dimediasi sel.

Apabila seseorang memiliki kekebalan tubuh yang baik, bakteri yang

akan menginfeksi dapat dieliminasi oleh sel – sel makrofag. Namun

sebaliknya, bakteri dapat berkembang biak dan memperbanyak diri

ketika seseorang tidak memiliki kekebalan tubuh yang cukup baik.

Sel – sel makrofag akhirnya pecah dan bakteri akan melepaskan

banyak basil (Dipiro et al, 2009).

4. Tata laksana TerapiTerapi obat merupakan landasan manajemen TB. Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) adalah kombinasi obat yang digunakan dalam

pengobatan penyakit tuberkulosis. Sejumlah minimal 2 obat dan

secara umum 3 sampai 4 obat harus digunakan bersamaan (Dipiro et

al, 2009). Tujuan dari pengobatan tuberkulosis adalah (1) untuk

menyembuhkan individu pasien, dan (2) untuk meminimalkan

transmisi Mycobacterium tuberculosis kepada orang lain.

Keberhasilan terapi selain berguna untuk pasien juga untuk

lingkungan dimana si pasien berada. Maka dari itu, pembuat resep

memiliki tugas untuk membawa fungsi kesehatan masyarakat dengan

bertanggung jawab tidak hanya memberikan regimen terapi yang

7

Page 15: contoh proposal.docx

tepat namun juga memastikan keberhasilan terapi (Blumberg et al,

2003).

Pengobatan tuberkulosis cukup rumit dan membutuhkan waktu

yang panjang dengan penggunaan kombinasi antibiotik. Oleh sebab

itu muncul masalah lain yaitu berkembangnya resistensi terhadap

antibiotik yang biasa disebut dengan Multi Drug Resistance

Tuberculosis (MDR). Didasarkan pada hal tersebut, pengobatan Tb

harus dengan menggunakan lebih dari satu obat (kombinasi) yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan

meningkatkan kemanjuran. Obat lini pertama yang digunakan adalah

isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol. Dosis harian untuk

dewasa adalah isoniazid 300 mg, rifampisin 600 mg, pirazinamid 15-

30 mg/kgBB (maksimum 2 g), dan etambutol 15-25 mg/kgBB

(maksimum 2,5 g). Hepatotoksisitas merupakan efek samping mayor

dari penggunaan isoniazid , rifampin dan pirazinamid dan neuritik

optik dapat muncul pada penggunaan etambutol pada dosis

25mg/kgBB sehari. Obat antituberkulosis lini kedua adalah

streptomisin, kanamisin, kapreomisin, etionamid, ofloxacin dan

siprofloksasin (Bhardwaj, 2012). Semua obat antituberkulosis harus

terjamin kualitasnya dan manajemen obat antituberkulosis harus

dimasukkan ke dalam manajemen obat – obatan essensial oleh

kementrian kesehatan (WHO, 2010)

Tabel 1. Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama (WHO, 2010)

8

Page 16: contoh proposal.docx

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah sebagai

berikut :

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5(HR)3E3

Kategori 3 : 2HRZ/4(HR)3

OAT Sisipan : 1HRZE

Paket Kombipak : Paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid,

rifampisin, pirazinamid dan etambutol yang dikemas dalam bentuk

blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam

pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT (Obat Anti

Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap)

(Ket : H: Isoniazid, R: Rifampisin, Z: Pirazinamid, E: Etambutol, S: Streptomisin)

(Depkes RI, 2011)

B. Kepatuhan PasienKepatuhan (adherence) adalah kepatuhan yang memerlukan

persetujuan pasien yang kemudian menjadi aturan yang telah

disepakati antara penyedia layanan kesehatan dengan pasien, yang

didasarkan pada argumen bahwa pasien harus menjadi mitra aktif

dengan tenaga kesehatan yang profesional dalam perawatan diri

mereka sendiri dan terjadi komunikasi baik antara pasien dan tenaga

kesehatan adalah suatu keharusan untuk praktek klinis yang efektif.

Sedangkan kesesuaian (compliance) lebih kepada kepatuhan

terhadap hal yang telah disampaikan penyedia layanan kesehatan

secara sepihak tanpa persetujuan pasien (WHO, 2003). Namun ada

beberapa literatur yang menyebutkan bahwa adherence dan

compliance adalah kata lain dengan makna yang sama (McDonald,

et al., 2002)

Faktor – faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat kepatuhan

dalam pengobatan menurut Rapoff (2010) adalah sebagai berikut :

a. Faktor pasien atau keluarganya, meliputi demografi (umur dan

jenis kelamin, sosial ekonomi, ras (misalnya beberapa kaum

9

Page 17: contoh proposal.docx

minoritas biasanya memiliki kepatuhan yang rendah), dan

pengetahuan. Hasil survei prevalensi TB (2004) mengenai

pengetahuan, sikap dan perilaku menunjukkan bahwa 96%

keluarga merawat anggota keluarga yang menderita TB dan hanya

13% yang menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76%

keluarga pernah mendengar tentang TB dan 85% mengetahui

bahwa TB dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat

menyebutkan tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB

dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang mengetahui

bahwa tersedia obat gratis (Depkes RI RI, 2011)

b. Faktor – faktor yang berhubungan dengan penyakit, seperti

lamanya menderita penyakit (perbedaan kepatuhan pada penyakit

akut dan kronis), lamanya terapi berlangsung/ course therapy

(kepatuhan menurun seiring durasi terapi yang bertambah), gejala

atau keparahan penyakit (tingkat keparahan penyakit yang lebih

tinggi cenderung akan lebih patuh terhadap pengobatan yang

diberikan), dan persepsi pasien tentang tingkat keparahan

penyakit. Faktor yang berhubungan dengan obat seperti bentuk

sediaan dan kompleksitas penggunaannya, harga, efek samping,

dan efek samping pengobatan.

C. Adverse Drug Reaction (ADR) dan Interaksi Obat OATEfek samping obat merupakan reaksi yang cukup berbahaya dan

tidak menyenangkan akibat intervensi terkait dengan penggunaan

produk obat, yang memprediksikan bahaya dari pemberian

mendatang dan pencegahan atau pengobatan khusus, perubahan

regimen dosis atau penarikan produk (Edwards et al, 2000).

Seperti halnya dengan semua obat, terapi kombinasi untuk

tuberkulosis dikaitkan dengan prediksi kejadian efek samping.

Beberapa diantaranya berupa efek samping ringan, dan beberapa

berupa efek samping serius. Efek samping ringan umumnya dapat

dikelola dengan terapi simptomatik, sedangkan efek yang lebih parah

10

Page 18: contoh proposal.docx

ditangani dengan penghentian penggunaan obat. Namun untuk efek

samping yang ditimbulkan oleh obat antituberkulosis lini pertama,

penggunaan obat tidak dihentikan tanpa adanya justifikasi yang

memadai (Blumberg, 2003). Berikut ini tabel efek samping secara

umum yang ditimbulkan oleh obat antituberkulosis :

Tabel 2. Efek Samping Berat OAT (Depkes RI, 2011)

Selain ADR, permasalahan yang mungkin berkembang pada

penggunaan obat antituberkulosis adalah interaksi obat. Interaksi

obat dapat mengakibatkan perubahan konsentrasi salah satu atau

kedua obat yang terlibat. Dalam kasus obat antituberkulosis,

beberapa menunjukkan interaksi relatif secara substansial mengubah

konsentrasi obat antituberkulosis. Secara umum, interaksi obat

antituberkulosis menyebabkan perubahan klinis yang relevan

terhadap konsentrasi obat lain (Blumberg, 2003).

D. Outcome Terapi TuberkulosisWHO dan IUALTD merekomendasikan sistem formal untuk

memonitoring outcome terapi yang diklasifikasikan untuk semua

kasus TB menjadi 6 kategori, yaitu : sembuh, diselesaikan tanpa

bukti penyembuhan, gagal, meninggal, putus berobat, atau pindah.

Penilaian penyembuhan didasarkan pada respon klinis dan pada

sputum BTA pada saat berakhirnya pengobatan (Blumberg, 2003)

11

Page 19: contoh proposal.docx

Berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, hasil

pengobatan pasien TB BTA positif dikategorikan menjadi :

1) Sembuh : Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara

lengkap dan pemeriksaan apusan dahak ulang (follow-up)

hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

2) Pengobatan Lengkap : Pasien yang telah menyelesaikan

pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan

apusan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan

sebelumnya.

3) Meninggal : Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan

karena sebab apapun

4) Putus berobat : Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut

atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

5) Gagal : Pasien yang hasil pemeriksaan dahanya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan.

6) Pindah (Transfer Out) : Pasien yang dipindah ke unit pencatatan

dan pelaporan (register) lain dan hasil pengobatannya tidak

diketahui.

7) Keberhasilan Pengobatan : Jumlah yang sembuh dan pengobatan

lengkap. Digunakan pada pasien dengan BTA+ atau biakan

positif.

(Depkes RI, 2011)

E. Pelayanan Tuberkulosis dan Peran ApotekerKeberhasilan terapi antituberkulosis tidak hanya tergantung pada

terapi secara farmakologi. Untuk mencapai keberhasilan, terapi

farmakologi perlu dikombinasikan dengan pelayanan klinik dan

kerangka sosial berdasarkan keadaan individual pasien.

Pengorganisasian secara optimal dari program pengobatan

membutuhkan jaringan yang efektif antara pelayanan primer dan

rujukan, kerjasama yang kooperatif antara dokter dan pekerja

12

Page 20: contoh proposal.docx

kesehatan masyarakat, antara fasilitas pelayanan kesehatan dan

program penjangkauan masyarakat serta serta seluruh sektor

pelayanan medis (Blumberg, 2003)

Pada awal tahun 1990-an, WHO dan IUATLD mengembangkan

strategi pengendalian TB yang dikenal dengan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Short-course). Bank Dunia

menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan

yang secara ekonomis sangat efektif. Fokus utama DOTS adalah

penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada

pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB

dan dengan demikian menurunkan insidensi TB di masyarakat.

Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu :

1) Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan

pendanaan.

2) Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang

terjamin mutunya.

3) Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi

pasien.

4) Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.

5) Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu

memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan

kinerja program.

(Depkes RI, 2011)

Salah satu supervisi dalam strategi DOTS yang berperan dalam

keberhasilan pengobatan adalah apoteker. Fungsi pemberian

konseling oleh apoteker kepada pasien terkait pengobatannya

mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam terapi tuberkulosis.

Sebuah penelitian menunjukkan, sebanyak 88% pasien dengan

intervensi berupa konseling mengalami keberhasilan pengobatan,

sedangkan dalam kelompok kontrol (tanpa intervensi konseling)

hanya 76% pasien yang berhasil dalam pengobatan. Selain itu,

13

Page 21: contoh proposal.docx

dengan pemberian konseling, hanya 5,5% pasien yang mengalami

angka putus obat, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami

angka putus obat sebesar16,8% (Thiam et al, 2007). Hal ini

membuktikan bahwa pemberian konseling kepada pasien merupakan

strategi yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan guna mencapai

keberhasilan terapi tuberkulosis.

V. KETERANGAN EMPIRIS

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui hubungan antara tingkat

kepatuhan pasien dengan faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi

kepatuhan pasien TB di instalasi rawat jalan Puskesmas Kota Yogyakarta.

Tingkat kepatuhan pasien diperoleh berdasarkan tools MMS (Modified

Morisky Scale), sedangkan faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi

kepatuhan pasien dapat ditentukan dengan tools CMAG (Case Management

Adherence Guidlines) versi 2.0. Kedua tools tersebut dikemas dalam

kuisioner dalam bentuk booklet yang diisi oleh pasien.

VI. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kota Yogyakarta selama

tiga bulan yaitu pada bulan September – November 2014.

B. Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian non eksperimental

menggunakan jenis rancangan cross sectional ditinjau dari tidak adanya

intervensi yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Oleh karena

menjelaskan tentang suatu keadaan dalam suatu komunitas masyarakat,

maka penelitian ini bersifat analitik. Pengambilan data dilakukan secara

concurrent, yaitu data yang diperoleh bersamaan dengan waktu penelitian

selama 3 bulan yaitu periode bulan September- November 2014. Data

diperoleh secara langsung dari narasumber melalui pemberian kuisioner

kepada pasien TB paru dewasa di instalasi rawat jalan Puskesmas Kota

14

Page 22: contoh proposal.docx

Yogyakarta. Pasien dipilih dengan teknik sampling accidental sampling

dimana semua subyek yang memenuhi kriteria penelitian yang telah

ditetapkan oleh peneliti dimasukkan sebagai sampel tanpa adanya batasan

jumlah. Sehingga sampel yang diambil seadanya sesuai dengan kenyataan.

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan analisis statistik

deskriptif - analitik sehingga didapatkan hubungan tingkat kepatuhan pasien

dengan faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi kepatuhan terapi

antituberkulosis pasien TB paru dewasa di instalasi rawat jalan Puskesmas

Kota Yogyakarta.

C. Definisi Variabel Operasional Penelitian1. Penyakit tuberkulosis/TB adalah hasil diagnosis dari dokter kepada

pasien yang menyatakan bahwa pasien mengidap penyakit TB

diukur berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien, hasil

pemeriksaan fisik, tes laboratorium dan hasil pemeriksaan rontgen

dada yang tercatat dalam berkas rekam medik.

2. Obat Anti Tuberkulosis adalah kombinasi obat yang digunakan

untuk pasien penderita tuberkulosis yang tertera pada berkas rekam

medis. Penggunaan obat anti tuberkulosis yang dipakai dalam

pengobatan TB adalah antibiotik dan anti infeksi sintetis untuk

membunuh kuman Mycobacterium tuberculosis. Aktivitas obat TB

didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktivitas membunuh bakteri,

aktivitas sterilisasi, dan mencegah resistensi.

3. Pasien sebagai responden penelitian adalah pasien TB rawat jalan

di Puskesmas Kota Yogyakarta yang pada saat periode September-

November 2014 memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan

oleh peneliti.

4. Kepatuhan terapi adalah tingkat kesesuaian perilaku pasien dalam

menjalankan regimen pengobatan. Tingkat kepatuhan terapi diukur

dengan menggunakan tools MMS (Modified Morisky Scale) dalam

bentuk kuisioner.

15

Page 23: contoh proposal.docx

5. Faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi kepatuhan pasien

adalah faktor-faktor pengobatan yang terlibat langsung dalam

mempengaruhi perilaku pasien terhadap regimen pengobatan TB.

D. Responden PenelitianResponden penelitian yang digunakan adalah pasien TB yang terdaftar

sebagai pasien rawat jalan di Puskesmas Kota Yogyakarta periode

September – November 2014 dan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Pasien dengan diagnosis TB yang pada saat dilakukan penelitian

berumur > 18 tahun (usia dewasa)

2. Pasien TB dengan data rekam medik lengkap mencakup identitas

pasien, diagnosis penyakit, hasil pemeriksaan fisik, hasil tes

laboratorium, stadium klinik dan data penggunaan obat

antituberkulosis.

3. Pasien TB yang pada saat penelitian sedang menggunakan obat

antituberkulosis.

4. Pasien bersedia mengisi kuisioner yang diberikan dan

menandatangani surat kesanggupan menjadi responden penelitian

(informed consent)

Sedangkan kriteria eksklusi ditetapkan sebagai berikut :

1. Pasien TB dengan terapi obat antituberkulosis kurang dari 6

bulan.

2. Pasien memiliki penyakit kronis lain selain TB.

E. Instrumen Penelitian

1. Alat yang DigunakanAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar data

rekam medik pasien serta kuisioner berisi MMS (Modified

Morisky Scale) dan CMAG (Case Management Adherence

Guidlines) versi 2.0 dalam bentuk booklet.

16

Page 24: contoh proposal.docx

2. Bahan yang DigunakanBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jawaban

kuisioner oleh pasien TB paru di instalasi rawat jalan Puskesmas

Kota Yogyakarta.

F. Prosedur PenelitianJalannya penelitian dibagi ke dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Pembuatan dan pengajuan proposal penelitian kepada Dosen

Pembimbing

b. Pengajuan permohonan izin melakukan penelitian kepada

Fakultas Farmasi UGM dan Puskesmas Kota Yogyakarta

c. Melakukan konsultasi dengan pihak yang berwenang di

Puskesmas Kota Yogyakarta terkait tata laksana penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pemilihan pasien untuk dijadikan responden penelitian

berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

b. Pemberian kuisioner untuk diisi oleh pasien yang terpilih

sebagai responden penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Pengumpulan jawaban kuisioner yang telah diisi oleh pasien

responden penelitian.

b. Analisa dan interpretasi data berdasarkan hasil pengumpulan

data.

c. Penarikan kesimpulan terhadap hasil analisa dan intrepretasi

data.

G. Uji Validitas dan Reabilitas KuisionerSebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian

validitas dan reabilitas kuesioner. Pengujian instrumen menggunakan teknik

uji terpakai, yaitu menguji – cobakan instrumen sekaligus mengumpulkan

17

Page 25: contoh proposal.docx

data penelitian kepada 20 responden. Setelah data terkumpul, kemudian

dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program

for Social Science) for Windows Release 19.0 untuk mengetahui butir –

butir kuesioner yang tidak valid dan tidak reliabel. Butir – butir kuesioner

yang tidak valid dan tidak variabel dihilangkan dari kuesioner sedangkan

butir – butir yang valid dan reliabel digunakan untuk penelitian.

H. Analisis DataDari keseluruhan data yang diperoleh, dilakukan analisis statistik

deskriptif - analitik. Analisis data dilakukan pada beberapa aspek sebagai

berikut :

1. Analisis Deskriptif : Gambaran karakteristik responden

penelitian

Responden penelitian dikelompokkan sesuai dengan jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, cara pembayaran,

dan klasifikasi penyakit. Kemudian dihitung jumlah responden

pada tiap kelompok dan persentasenya.

2. Analisis Deskriptif : Gambaran pengobatan pasien TB

Responden penelitian dikelompokkan berdasarkan

penggunaan obat, jenis obat yang diresepkan, bentuk sediaan obat

yang diresepkan dan jumlah obat yang diterima oleh pasien.

Kemudian dihitung jumlah responden pada tiap kelompok dan

persentasenya.

3. Analisis Deskriptif : Gambaran tingkat kepatuhan pasien

Tingkat kepatuhan pasien diukur menggunakan tools MMS

dalam bentuk kuisioner. Di dalam tools tersebut terdiri dari 6

pertanyaan yang terbagi menjadi dua bagian penilaian. Pertanyaan

nomor 1, 2, dan 6 merupakan penilaian tentang motivasi,

sedangkan nomor 3, 4, dan 5 merupakan penilaian tentang

pengetahuan. Terdapat dua pilihan jawaban yaitu “ya” dan

18

Page 26: contoh proposal.docx

“tidak”. Jawaban “ya” untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, dan 6

diberi kode 0, sedangkan untuk jawaban “tidak” diberi kode 1.

Sebaliknya, untuk pertanyaan nomor 5, jawaban “ya” diberi kode

1 dan jawaban “tidak” diberi kode 0. Menurut CMAG versi 2.0,

jumlah skor 0-1 dikategorikan rendah, dan jumlah skor 2-3

dikategorikan tinggi. Kemudian dilakukan pengkategorian tingkat

kepatuhan yaitu tingkat kepatuhan rendah, berubah-ubah/tidak

tetap dan tinggi.

4. Analisis Deskriptif : Gambaran faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pasien

Faktor-faktor terkait pengobatan yang mempengaruhi

kepatuhan pasien diukur berdasarkan CMAG (Case Management

Adherence Guidlines) versi 2.0 dalam bentuk kuisioner. Jawaban

“ya” diberi kode 1 dan jawaban “tidak” diberi kode 0. Data yang

ada kemudian dihitung untuk setiap kelompoknya dan dihitung

pula persentasenya.

5. Analisis Statistik : Uji NormalitasAnalisis uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah

sampel yang diambil mewakili distribusi populasi atau tidak. Uji

normalitas merupakan syarat untuk analisis parametrik yaitu uji

regresi linier.

6. Analisis Statistik : Analisis KorelasiAnalisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara faktor-

faktor yang memprngaruhi pengobatan TB dengan tingkat

kepatuhanya itu sendiri. Data dianalisis untuk menguji hipotesis

penelitian. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis

berdasarkan tingkat signifikansi (nilai p) adalah :

a. Jika p > 0,5 maka hipotesis penelitian ditolak

b. Jika p > 0,5 maka hipotesis penelitian diterima

19

Page 27: contoh proposal.docx

VII. SKEMA PENELITIAN

Berikut adalah skema jalannya penelitian :

Gambar 2. Skema jalannya penelitian.

VIII. JADWAL PENELITIAN

KegiatanWaktu (bulan ke -)

1 2 3 4 5 6Studi Pustaka Pembuatan Proposal Perijinan Penelitian Pengambilan Data Wawancara dengan Pasien Pengolahan Data Pembuatan Laporan Penelitian

Seminar Hasil Penelitian

20

Persiapan Penelitian

Perijinan Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa dan Interpretasi Data

Penarikan Kesimpulan

Proposal Proposal

Pemberian Kuisioner

Wawancara dengan Pasien

Page 28: contoh proposal.docx

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Case Management Adherence Guidelines version 2.0, http://www.cmsa.org.prtals/o/pdf/CMAG2.pdf , 1 Mei 2014 jam 14.02

Anonim, 2014, http://health.kompas.com/read/2014/03/03/1415171/Indonesia.Peringkat.4.Pasien.TB.Terbanyak.di.Dunia, 8 Mei 2014 jam 20.45

Bhardawaj, A., Kumar, R., Dabas, V., Alam, N., 2012, Assessment and Enhancing Adherence to Treatment Regimen in Tuberculosis Out Patient, Int J Pharm Pharm Sci, 4 (3), 517-522.

Blumberg, H.M., Burman, W.J., Chaisson, R.E., Daley, C.L., Etkind, S.C., Freidman, A.N., Fujiwara, P., Grzemska, M., Hopewell, P.C., Iseman, M.D., Jasmer, R.M., Koppaka, V.R., Menzies, R.I., O’Brien, R.J., Reves, R.R., Reichman, L.B., Simone, P.M., Starke, J.R., Vernon, A.A., Peloquin, C., 2003, American Thoracic Society/Centers for Disease Control and Prevention/Infectious Disease Society of America: Treatment of Tuberculosis, American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 167, 604-662

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 21-23, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014, 12-15, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, http://depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2261, 23 Mei 2014 jam 07.15.

Edwards, I.R., Aronson, J.K., 2000, Adverse Drug Reactions: Definitions, Diagnosis, and Management, THE LANCET, 356 (9237), 1255-1259.

McDonald, H.P., Amit, X.G., Brian, H., 2002, Interventions to Enhance Patient Adherence to Medication Prescriptions: Scientific Review, JAMA, 288(22): 2868-2879.

Thiam, S., LeFevre, A. M., Hane, F., Ndiaye, A., Ba, F., Fielding, K. L., Ndir, M., Lienhardt, C., 2007, Effectiveness of a Strategy to Improve Adherence to Tuberculosis Treatment in a Resource-Poor Setting: A Cluster Randomized Controlled Trial, JAMA, 297 (4), 380-386.

Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T. L., dan Dipiro, C. V., 2009, Handbook of Pharmacoterapy, Edisi 7, 532-543, The McGraw-Hills Companies Inc., New York.

21

Page 29: contoh proposal.docx

World Health Organization (WHO) , 2010, Treatment of Tuberculosis Guidlines, Edisi 4, 30, Geneva.

World Health Organization (WHO) , 2014, http://apps.who.int/gho/data/node.main.GHECOD?lang=en, 08 Mei 2014 jam 05.30.

World Health Organization (WHO), 2003, Report on Medication Adherence, World Health Organization, Geneva : 1-16.

22

Page 30: contoh proposal.docx

X. LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan (Informed Consent)

FORMULIR PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK MENJADI

RESPONDEN DALAM PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Tanggal Lahir :

Alamat Rumah :

No. HP/Telepon:

menyatakan BERSEDIA menjadi responden dalam penelitian mengenai

“Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien dengan Faktor Terkait Pengobatan TB

Paru Dewasa di Instalasi Rawat Jalan”.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sukarela dan tanpa paksaan

untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bukti persetujuan penggunaan data

pada kuesioner guna keperluan penelitian.

Yogyakarta,..................................2014

Peneliti, Responden Penelitian,

(Zulva Amalia) ( )

23

Page 31: contoh proposal.docx

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DENGAN FAKTOR TERKAIT PENGOBATAN TB PARU DEWASA

Tanggal: ………….................2014

I. IDENTITAS PASIEN

Pertanyaan – pertanyaan di bawah ini terkait identitas Anda. Anda

dipersilahkan untuk melingkari jawaban pada pertanyaan pilihan dan mengisi

jawaban pada titik – titik yang telah disediakan.

a. Nomor Urut (Diisi oleh peneliti)

b. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Tanggal Lahir……………………… (Umur:

………………….)

d. Status

1. Menikah

2. Belum Menikah

3. Pernah Menikah

e. Pendidikan Terakhir

1. SD

2. SMP/Sederajat

3. SMA/Sederajat

4. Universitas

5. Lain – lain...............

f. Pekerjaan

1. Pelajar

2. Mahasiswa

3. Bekerja (PNS/Swasta/Wirausaha)

4. Tidak Bekerja

5. Lain – lain...............

24

Page 32: contoh proposal.docx

II.RIWAYAT MEDIS PASIEN

Pertanyaan – pertanyaan di bawah ini terkait riwayat kesehatan Anda. Anda

dipersilahkan untuk melingkari jawaban pada pertanyaan pilihan dan mengisi

jawaban pada titik – titik yang telah disediakan.

a. Kapan pertama kali didiagnosis

TB

b. Pada kategori apakah Anda

sekarang

1. Kategori 1 , jika Anda pasien

dengan BTA positif, BTA negatif,

rontgen positif sakit berat, atau

penderita TB ekstraparu berat

2. Kategori 2 , jika Anda pasien

kambuh, gagal dalam pengobatan

sebelumnya, atau lalai dalam

pengobatan sebelumnya

3. Kategori 3 , jika Anda pasien

dengan BTA negatif dan rontgen

positif sakit ringan

c. Kapan pertama kali memulai

terapi OAT*

d. Obat OAT* apa yang sedang Anda

gunakan

1. ………………………

2. ………………………

3. ………………………

e. Penahkah Anda menjalani

perubahan regimen terapi OAT*

1. Pernah

2. Tidak Pernah

f. Apa alasan pengubahan regimen

terapi OAT*

1. Efek samping

2. Resistensi

3. Tidak efektif

4. Lain - lain ………………………

25

Page 33: contoh proposal.docx

*jawaban boleh lebih dari 1

g. Bagaimana kondisi Anda setelah

menjalani terapi (berdasarkan apa

yang dirasakan)

1. Lebih baik

2. Lebih buruk

3. Tidak ada perubahan

h. Apa penyakit penyerta Anda selain

TB paru dan sejak kapan diderita?

1. ………………………sejak.........

2. ………………………sejak.........

3. ………………………sejak.........

*OAT : Obat Anti Tuberkulosis

III. KEPATUHAN MINUM OBAT

Pertanyaan – pertanyaan di bawah ini terkait kepatuhan minum obat Anda

dalam menjalani terapi tuberkulosis. Anda dipersilahkan untuk melingkari

jawaban pada pertanyaan pilihan dan mengisi jawaban pada titik – titik yang

telah disediakan.

a. Pernahkah Anda lupa minum

obat antirtuberkulosis?

1. Pernah

2. Tidak pernah

b. Selama sepekan yang lalu,

seberapa sering Anda lupa

minum obat?

1. Tidak pernah

2. 1 – 2 kali

3. 3 – 5 kali

4. 6 – 10 kali

5. >10 kali

c. Pernahkah Anda tidak minum

obat selama akhir pekan lalu?

1. Pernah

2. Tidak pernah

d. Dalam tiga bulan terakhir,

berapa hari Anda tidak minum

obat sama sekali?

1. ≤ 2 hari

2. > 2 hari

e. Apakah anda kurang begitu

perhatian (lupa//ceroboh)

terhadap terapi

antituberkulosis yang anda

1. Iya

Alasan……………………………

2. Tidak

26

Page 34: contoh proposal.docx

jalani?

Berikan alasan Anda

Alasan……………………….

f. Saat keadaan anda membaik,

apakah Anda berhenti

meminum obat

antituberkulosis?

1. Iya, saya berhenti

2. Tidak, saya tidak berhenti

g. Saat Anda merasa keadaan

anda memburuk, apakah Anda

berhenti minum obat

antituberkulosis?

1. Iya, saya berhenti

2. Tidak, saya tidak berhenti

h. Apakah Anda tahu manfaat

jangka panjang sesuai dengan

informasi dari dokter atau

apoteker Anda?

1. Ya, saya tahu

2. Tidak, saya tidak tahu

i. Apakah anda pernah tidak

mengambil obat

antituberkulosis sebelum

jadwal kontrol ke dokter

berikutnya?

1. Ya, saya pernah

2. Tidak, saya tidak pernah

IV. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PASIEN

Pertanyaan di bawah ini terkait dengan faktor - faktor yang mempengaruhi

kepatuhan Anda dalam minum obat antituberkulosis. Dalam satu bulan ini,

seberapa sering Anda tidak minum obat dikarenakan faktor - faktor berikut

ini? (Pilih jawaban dengan memberi tanda pada kolom yang tersedia dan

tidak diperkenankan memilih lebih dari satu jawaban)

Apakah Anda tidak minum obat

karena :

Tidak

pernahJarang

Kadan

g

kadang

Sering

a. Jadwal minum obat yang terlalu

27

Page 35: contoh proposal.docx

sering dalam sehari

b.Jumlah obat yang harus diminum

terlalu banyak

c.

Efek samping obat yang tidak

mengenakkan

*Efek samping

berupa : .........................................

.....

..............................................

*Jika terjadi efek samping apakah

Anda langsung menghentikan

minum obat? Ya/Tidak

d.Efek samping obat yang sering

muncul

e.Jadwal kegiatan sehari – hari yang

terlalu sibuk

f.Tidak mempunyai waktu untuk

berobat/kontrol penyakit

g. Biaya pengobatan yang mahal

h.Biaya transportasi menuju tempat

berobat/kontrol yang mahal

i.Tidak ada yang menemani untuk

berobat/kontrol

j.Tidak ada yang mengingatkan

untuk minum obat

k.Sudah merasa sehat walaupun

obat belum habis

l. Merasa tidak ada perubahan

28

Page 36: contoh proposal.docx

setelah minum obat

m. Waktu tunggu berobat/kontrol

yang terlalu lama

n. Proses pengobatan yang rumit

o.

Apoteker tidak memberikan

informasi tentang cara

penggunaan obat

V. PERAN APOTEKER DALAM PENGOBATAN TB PARU

Pernyataan berikut ini terkait tentang peran Apoteker dalam pengobatan TB

paru yang Anda jalani. Pilih jawaban dengan memberi tanda pada kolom

yang tersedia dan berikan jawaban sesuai pengetahuan tentang peran Apoteker

pada titik – titik yang telah disediakan.

Ya Tidak

a. Apakah Anda tahu Apoteker?

*Apoteker adalah............................................................

........................................................................................

b. Apakah Anda tahu peran Apoteker?

*Peran Apoteker meliputi..............................................

.......................................................................................

c. Apakah peran apoteker diperlukan dalam pengobatan

Anda?

*Peran seperti apa yang Anda perlukan?.......................

.......................................................................................

d. Apakah selama pengobatan, Apoteker sudah

memberikan informasi tentang obat?

*Informasi seperti apa yang Anda dapat?.....................

.......................................................................................

e. Apakah Anda pernah melakukan konsultasi secara

langsung dengan Apoteker terkait dengan pengobatan

29

Page 37: contoh proposal.docx

Anda?

*Apa yang Anda konsultasikan?...................................

.......................................................................................

f. Apakah yang Anda harapkan dari sosok Apoteker dalam pengobatan

Anda?..................................................................................................................

.............................................................................................................................

30