Contoh Makalah Bakteri Dgn Pewarnaan Gram
-
Upload
afrilita-putri-yuza -
Category
Documents
-
view
535 -
download
52
description
Transcript of Contoh Makalah Bakteri Dgn Pewarnaan Gram
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan
air, dimana sel-sel bakteri yang ada di suspensikan. Salah satu cara unutk mengamati bentuk sel
bakteri sehingga mudah di identifikasi adalah dengan cara metode pengenceran atau pewarnaan.
Hal tersebut berfungsi untuk mengetahuisifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecetan atau pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling
utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum kali ini unutk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana, pengenceran negative,
maupun pengenceran gram serta mengetahui morfologi mikroorganisme (Sutedjo, 1991).
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui macam-macam metode pewarnaan.
- Dapat membedakan bakteri gram positif dan negative dengan metode pewarnaan.
- Mengetahui macam-macam zat warna yang digunakan dalam pewarnaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri atau mikroba lainya dapat di lihat dengan mikroskop biasa tanpa yaitu dengan
cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung,menggunakan kondensor medan
gelap dan lain-lain.Tetapi pengamatan dari pewarnaan ini lebih sukar dan tidak di pakai untuk
melihat bagian-bagian sel dengan teliti, karena sel bakteri dan mikroba lainya transparan.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut maka di kembangkan
suatu teknik pewarnaan bakteri ,sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah di amati. Oleh karena
itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwijoseputro, 2005).
Macam –macam pewarnaan
A. Pewarnaan negatif
Pada pewarnaan ini merupakan pewarnaan tidak langsung karena yang di warnai adalah
latar belakangnya, sedangkan bakerinya sendiri tidak mengalami pewarnaan. Zat warna yang di
gunakan adalah nigrosin.
B. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewrnaan yang menggunakan zat warna yang tunggal
bertujuan untuk mengindentifikasi morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan ini zat warna yang
kami gunakan adalah gentiana violet.
C. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling
penting dan luas di gunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri
yang sudah terfiksasi di kenai larutan-larutan berikut zat pewaraan Kristal violet, larutan yodium,
larutan akohol(bahan pemucat) dan zat pewarnaan tandinganya berupa zat warna safranin atau
air fucshin. Metode ini di beri nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian
Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiela, pneumonia. Bakteri yang telah diwarnai dengan metode ini
dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram positf dan bakteri gram negatif. Bakteri garam
positif akan memprtahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna
ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna Kristal
violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat pewarna tandingnya yaitu dengan zat
pewarn air fucshin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini di sebabkan
oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Pelczar, 2007).
Bakteri gram positif adalah bakeri yang mempertahankan zat warna metal ungu sewaktu
proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop
sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi
antara kedua jenis bakteri ini terutama berdasarkan pada perbedaan struktur dinding sel
bakteri .Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat metal ungu pada
metode pewarnaan gram. Bakteri gram-positif akan mempertaahankan warna ungu gelap setelah
di cuci dengan alkohol.
Sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram suatu pewarnaan
penimbal (conterstain)di tambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-
negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini perbedaan struktur dinding selnya. Banyak spesies
organisme inang, sifat pathogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding
sel gram-negatif terutama lapisan lipopolisakarida (Pelczar, 2007).
D. Pewaranaan spora/ flagel
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar.spora bakteri mempunyai fungsi yang sama sepertti kristal
amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk Kristal merupakan suatu
fase di mana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor
luar yang tidak menguntungnkan. Endospora hanya terdapat pada bakteri merupakan tubuh
dinding yang tebal yang sangat refraktif, dan sangat resisten. Dihasilkan oleh semua spesies
basillus, clostidum, dan sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh
dan bereproduksi selama banyak generasi sehingga sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan
di dalam pertumbuhanya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang
di maksudkan untuk menjadi spora (Pelczar, 2007).
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang. Hal ini tergantung oleh
spesisesnya endospora ada yang lebih kecil ada pula yang lebih besar dari pada diameter sel
induk. Letak sel di dalam sel serta ukurannya dalam pembentukanya tidaklah sama bagai semua
spesies. Sebagai contoh beberapa spora adalah sental yang dibentuk ditengah-tengah sel, yang
kedua adalah terminal yang dibentuk diujung, ketiga yaitu subterminal yang dibentuk di dekat
ujung. Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi jika keadaan medium memburuk dan zat-zat
yang timbul sebagai zat-zat pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor luar lainya
merugikan tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu
oleh faktor luar. Sporulasi dapat di cegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium
yang baru, beberapa spesies bakteri dapat kehilangan kemampuanya untuk membentuk spora-
spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri apabila keadaan di luar menguntungkan. Mula-mula air
meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora menjadi retak karenanya
keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung. Tetapi juga dapat terjadi di tengah-tengah
spora. Hal ini merupakan cirri khas bagi beberapa spesies bacillus, jika kulit spora pecah di
tengah-tengah maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada kedua ujung
bakteri (Pelczar, 2001).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri sebagai berikut:
1. Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna merekatkan sel
bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula (butiran) protein menjadi
gugusan reaktif (NH3+) membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah
avinitas, fiksasi dapat dilakukan secara fisik atau dengan bahan kimia.
2. Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik pada bayangan
mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih mudah pula dilunturkan
warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
3. Substrata
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa tertentu.
Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat
akan mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel, maka dapat
dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan sudanofil.
4. Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan, yaitu zat kimia
yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih intensif karena zat warna terikat
lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua macam, yaitu mordan asam dan mordan
basa. Mordan asam adalah mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan
basa adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam.
5. Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan zat warna
mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk memberikan warna pada sel-sel yang berbeda
warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan
dengan tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama
(Sutedjo, 1991).
BAB IIIMETODE KERJA
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum mikrobiologi mengenai pewarnaan di laksanakan pada hari Rabu 06 April 2011
pukul 10.00-12.00 WITA. Bertempat di laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda .
3.2 Alat dan bahan
3.2.1Alat-alat
- Lampu bunsen
- Pipel
- Objek glass (kaca presparat dan penutup)
- Tabung reaksi
- Jarum oase
- Mikroskop
- Kipas angin
- Kaca tipis
- Spatula
- Gunting
- Spritus
- Kertas saring
- Pinset
- Cover glass
- Pensil
- Kertas
3.2.2 Bahan- bahan
- Aquades
- Alkohol 95 % + 70 %
- Biakan murni satu jenis bakteri
- Zat warna Kristal violet
- Nigrosin
- Larutan logol’s
- Malachite green
- Tissue
- Crystal violet
- Safranin
- Methylen
- Media Na
- Nigrap
- Tinta cina
3.3 Cara kerja
3.3.1 Pewarnaan sederhana
1. Disterilkan kaca preparat dengan alkohol 70%
2. Dikeringkan (dilap) dengan tissue
3. Difiksasi diatas lampu bunsen
4. Ditetesi akuades
5. Difiksasi sampai tetesan akuades menyerap dan berbekas diatas kaca preparat
6. Diambil secara aseptis suatu koloni dengan menggunakan jarum ose
7. Difiksasi diatas lampu bunsen, setelah kering, ditetesi larutan crystal violet, biarkan 1-2 menit
8. Cuci dengan air mengalir sampai zat warnanya hilang
9. Keringkan kaca preparat
10. Amati dengan mikroskop, dan catat hasilnya
3.3.2 Pewarnaan negatif
1. Disterilkan kaca preparat dengan alkohol 70%
2. Dikeringkan (dilap) dengan tissue
3. Difiksasi diatas lampu bunsen
4. Ditetesi akuades
5. Difiksasi sampai tetesan akuades menyerap dan berbekas diatas kaca preparat
6. Diambil secara aseptis suatu koloni dengan menggunakan jarum ose
7. Diambil larutan nigrosin (tinta cina)
8. Keringkan (anginkan) kaca preparat
9. Amati dibawah mikroskop dan catat hasilnya
3.3.3 Pewarnaan gram
1. Disterilkan kaca preparat dengan alkohol 70%
2. Dikeringkan (dilap) dengan tissue
3. Difiksasi diatas lampu bunsen
4. Ditetesi akuades
5. Difiksasi sampai tetesan akuades menyerap dan berbekas diatas kaca preparat
6. Diambil secara aseptis suatu koloni dengan menggunakan jarum ose
7. Keringkan dan fiksasi diatas lampu bunsen
8. Setelah kering, teteskan zat warna crystal violet sebanyak 2-3 tetes dan diamkan selama 1 menit
9. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
10. Teteskan lagi dengan larutan lugol, dan biarkan selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir,
dan keringkan.
11. Cuci lagi dengan alkohol 70% selam 30 detik
12. Cuci dan keringkan
13. Berikan larutan basil fuchsin atau safrina selama 2 menit
14. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
15. Amati dengan mikroskop dan catat hasilnya
3.3.4 Pewarnaan spora
1. Disterilkan kaca preparat dengan alkohol 70%
2. Dikeringkan (dilap) dengan tissue
3. Difiksasi diatas lampu bunsen
4. Ditetesi akuades
5. Difiksasi sampai tetesan akuades menyerap dan berbekas diatas kaca preparat
6. Diambil secara aseptis suatu koloni dengan menggunakan jarum ose
7. Tutup koloni tersebut dengan menggunakan kertas saring
8. Teteskan 2-3 tetes malachite green
9. Difiksasi diatas lampu bunsen
10. Diamkan selama 1 menit, setelah itu lepas kertas saring
11. Bilas dengan akuades selama 30 detik
12. Teteskan safranin selama 30 detik
13. Keringkan
14. Amati dengan mikroskop dan catat hasil
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan pewarnaan dan cara-cara pewarnaan
No Pewarnaan Keterangan
1.
Pewarnaan sederhana Perbesaran 40 x 10
Bentuk sel seperti batang yang biasa
disebut basil
Berwarna ungu
2. Pewarnaan negative
Perbesaran 40 x 10
Bentuk sel seperti batang atau sering
disebut basil.
Berwarna ungu kemerah-merahan.
3. Pewarnaan gram
Perbesaran 40 x 10
Bentuknya batang yang sering du sebut
dengan basil.
Berwarna merah dan sekitarnya
berwarna orange.
4. Pewarnaan spora
Perbesaran 40 x 10
Bentuk bakteri basil
Sporanya berwarna hijau
Mikrobannya berwarna orange
4.2 Pembahasan
Macam-macam pewarnaan yang di lakukan dalam praktikum tentang cara-cara
pewarnaan antara lain :
a. Pewarnaan sederhana
Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan
menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya yaitu pewarnaan ini hanya menggunakan satu
macam zat warna saja. Sebelum zat warna difiksasi terlebih dahulu pewarnaan ini dipakai untuk
melihat bentuk-bentuk bakteri. Zat warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal violet,
basic fuchin atau safranin. Fungsi zat warna: Crystal violet merupakan pewarna primer (utama)
yang akan memberi warna mikrioorganisme target. Crystal violet bersifat basa sehingga mampu
berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam (Sutedjo, 1991).
b. Pewarnaan Negatif
Tujuan dari pewarnaan negatif adalah untuk mengetahui bentuk mikroba dengan
pewarnaan-pewarnaan tidak langsung. Prinsip pewarnaan negatif adalah cara pengamatan
mikrobiologi yang dapat di lakukan untuk membedakan spesies kecil dan cairan optiknya.
Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang di gunakan untuk melihat secara tidak langsung,
karena yang diwarnai adalah latar belakangnya, sedangkan bakterinya sendiri tidak mengalami
pewarnaan. Pada pewarnaan ini tidak di lakukan fiksasi karena itu dapat digunakan untuk
melihat bentuk-bentuk sel yang sesungguhnya dan untuk menentukan ukuran bakteri, karena
bakteri praktis tidak mengalami perubahan. Berbeda dengan pewarnaan lain, pewarnaan negatif
memungkinkan bakteri terlihat transparan dan tampak jelas. Fungsi zat warna: Safranin
merupakan pewarnaan tandingan atau pewarna skunder, zat ini berfungsi untuk mewarnai sel-sel
yang telah kehilangan warna utama dengan kata lain memberikan warna pada bakteri non target
(Pelczar, 2007).
c. Pewarnaan Gram
Tujuan dari pewarnaan gram adalah untuk melakukan pengamatan morfologi bakteri
dengan pewarnaan diferensial. Prinsip pewarnaan gram termasuk pewarnaan diferensial (untuk
membedakan) karna dapat membedakan bakteri-bakteri yang bersifat gram negatif dan positif.
Pewarnaan ini ditemukan pertama kali pada tahun 1884 oleh Criestian Gram.
Bakteri garam positif ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal violet) dengan
kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh zat warna
lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna ungu.
Bakteri gram negatif ialah bakteri yang mempuyai daya mengikat zat warna utama tidak
kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh zat warna lawan
(safranin) pada pengamatan mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna merah. Fungsi zat warna:
Crystal violet yang berfungsi membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada
membran/dinding sel bakteri sehingga membentuk kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal
violet. Kompleks ini merupakan senyawa yang tidak luntur dengan alkohol.
Lugol’s ladin yang berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks mg-Ribonuclead acid.
Alkohol 95% berfungsi mencuci lemak pada dinding sel bakteri.
Safranin berfungsi sebagai zar warna tandingan (lawan) luruh nya kompleks mg-
Ribonucleid acid- crystal violet dari dinding sel bakteri gram negatif (Pelczar, 2007).
d. Pewarnaan Spora
Tujuan dari pewarnaan spora yaitu mengenal dasar-dasar kimiawi pada pewarnaan spora
dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora bakteri dan bentuk vegetatif. Prinsip pada
pewarnaan ini pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga brwarna hijau.
Melalui pendinginan utama akan terperangkap didalam spora dengan pencucian zat warna utama
yang da pada sel vegetatif akan terlepas, sehingga pada pewarnaan yang kedua(safranin) sel
vegetatif akan berwarna merah. Fungsi zat warna malachite green merupakan pewarna yang kuat
yang dapat berpenetrasi kedalam endospora (Dwidjoseputro, 2005).
Pada praktikum kali ini hasil yang diperoleh yaitu bakteri yang diamati bulat lonjong
memanjang dengan serabut ekor bewarna merah. Bakteri ini identik dengan bakteri garam positif
sebab bakteri yang di lihat dominan violet, di dalam kolono ini juga terdapat spora yang
berwarna hijau. Bakteri garam positif ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal violet)
dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh zat
warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna ungu. Contoh bakteri
garam positif yaitu: Bacillus subtilis, Stepcoccus sp lactis; Staphylococcus aureus. Bakteri gram
negatif ialah bakteri yang mempuyai daya mengikat zat warna utama tidak kuat sehingga dapat
dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh zat warna lawan (safranin) pada pengamatan
mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna merah. Contoh bakteri garam negatif:
Corynebacterium diphteri,Eschercia coli dan Salmanela thypora (Sutedjo,1991).
Perbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif:
Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna crystal violet
sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga akan berwarna merah jika diamati dengan mikroskop.
Disisi lain bakteri garam negatif seperti Eschercia coli memiliki sistem membran ganda di mana
membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding
sel tebal berupa peptidoglikan yang terletak di antara membran dalam dan luarnya, bakteri ini
juga bersifat patogen yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini
umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding gram negatif terutama lapisan
lipopolisakarida (dikenal juga dengan lapis atau endotoksin). Disisi lain, bakteri gram positif
akan berwarna ungu perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang
berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram. Bakteri gram negatif seperti
Staphylococcus aureus (bakteri pathogen yang umumnya pada manusia) hanya memiliki
membrane plasma tunggal yang dikelilingi membrane plasma tebal berupa peptidoglika sekitar
90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglika sedangkan sisanya berupa molekul lain
bernama asam teikoat (Pelczar, 2007).
Fiksasi adalah proses yang dilakukan untuk pewarnaan yang dapat berpenetrasi kedalam
endospora.
Yang membuat praktikum kurang akurat disebabkan oleh faktor kesalahan adapun faktor
kesalahan sebagai berikut: Fiksasi yang kurang tepat dapat mengakibatkan bakteri mati,
Pemberian zat warna yang terlalu berlebihan dapat memperlambat pengeringan tanpa fiksasi dan
memperlambat proses pengamatan, Sentuhan atau geseran pada preparat yang telah berisi bakteri
dapat menganggu struktur bakteri.
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pewarnaan dan cara-cara pewarnaan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
- Dalam praktikum kali ini digunakan 4 macam metode pewarnaan, yaitu: Pewarnaan Sederhana
(pada pewarnaan ini bakteri berwarna ungu), pewarnaan negative (pada pewarnaan ini bakteri
berwarna merah menyala dengan ujung kepala orange dengan dasar hitam pekat), pewarnaan
gram pada pewarnaan ini bakteri yang didapat dominan violet, jadi termasuuk dalam bakteri
garam positif), pewarnaann spora (pada pewarnaan spora yang terbentuk berwarna hijau).
- Bakteri terbagi atas dua yaitu:
a. Bakteri gram positif yaitu bakteri yang mengikat zat warna utama dengan kuat sehingga tidak
dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak dapat diwarnai lagi oleh zat warna lawan. (pada
pengamatan kali ini bakteri bewarna violet).
b. Bakteri gram negative yaitu bakteri yang bersifat kebalikan dari gram positif (yang pada kali ini
bakteri tampak berwarna merah).
- Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan kali ini adalah: crystal violet, safranin, lugol’s
lodin, dan malachite green.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnaya praktikum lebih berhati-hati dan teliti pada saat
pengerjaan agar hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu kerjasama antar praktikum dan
asisten juga lebih di tingkatkan lagi agar praktikum berjalan dengan lancer.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Pelczar, M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rhineka Cipta.