Contoh Laporan Prak.daun
Click here to load reader
-
Upload
elsa-hikari-manullang -
Category
Documents
-
view
59 -
download
1
Transcript of Contoh Laporan Prak.daun
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan
terjadi penambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman
terus bertambah. Proses tumbuh sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu, di mana setiap
pertumbuhan tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk
kurva/diagram pertumbuhan.
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju
tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka
grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf s atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Percobaan ini diadakan dengan melihat berapa rata-rata pertumbuhan daun dengan menggunakan
kurva sigmoid tersebut. Tujuan diadakannya percobaan ini adalah untuk mengamati laju tumbuh daun
sejak dari embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah
Phaseolus vulgaris.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada
sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel
tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena
yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel.
Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan
jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975).
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi
respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi
stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih
menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini
mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut
(Campbell, 2002).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung
daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan
pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan
kecambah mati (Salisbury, 1995).
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti
pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya
dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan.
Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan
denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang)
atau luas (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya
dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur
berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury, 1995).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan
sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen (Anonim, 2008).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva sigmoid juga
memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh
waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak
biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun
dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika
kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang
bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih
dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan
pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah
terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada
untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti
bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama
beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas mengapa laju pertumbuhan pada fase ini harus konstan,
dna bukan sebanding dengan peningkatan ukuran organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase
linier tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya. Fase penuaan
dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua (Salisbury, 1995).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal : Selasa/16 Juni 2009
Waktu : Pukul 14.00 s.d. 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Gedung B Lt. III
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Samata Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah penggaris milimeter, pisau,
toples/wadah dan kayu kecil
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang merah Phaseolus
vulgaris, campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1, dan air.
C. Cara Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1. Merendam biji kacang merah selama 2-3 jam di dalam nampan/toples yang berisi air.
2. Memilih biji yang baik sebanyak 30 biji yang baik.
3. Setelah 2 jam merendam, mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya mengukur panjang pada
embrionya dengan penggaris, kemudian menghitung nilai rata-ratanya.
4. Menanan 25 biji dalam pot, menyiram dengan air secukupnya dan memelihara selama 2 minggu.
5. Mengadakan pengamatan sebagai berikut :
a) Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10, dan 14 hari.
b) Melakukan pengukuran daun pada umur 3 dan 5 hari yang dengan menggali tanah.
c) Melakukan pengukuran selanjutnya tanpa memotong kecambah tanaman. Selalu menggunakan 3
tanaman yang sama untuk pengukuran selanjutnya.
d) Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
6. Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun sebagai ordinat dan waktu pengukuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari percobaan ini ditunjukkan oleh tabel berikut :
Hari ke- Panjang rata-rata daun (mm)
0 6
3 18
5 32
7 48
10 56
14 63
B. Grafik
C. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan kacang merah Phaseolus vulgaris yang bertujuan untuk mengamati
daun dari embrio dalam biji sampai mencapai ukuran tetap pada tanaman tersebut. Biji yang
digunakan adalah sebanyak 30 biji di mana 3 biji dikupas kulitnya dan dibuka kotiledonnya, kemudian
diukur panjang embrionya. Lalu dihitung panjang rata-ratanya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan
yaitu untuk mengamati daun dari embrio. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang rata-rata embrio
yaitu 6 mm.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh hasil pengamatan sebanyak
5 kali dengan pengukuran pada kedua helai daunnya, dimana titik awal pengukuran dari daun tersebut
diawali pada tangkai dasar induk daun.
Pada pengamatan I, didapatkan rata-rata panjang daun yaitu 18 mm setelah penanaman hari ke 3.
Selanjutnya pada penanaman hari ke 5, rata-rata panjang daun mengalami kenaikan menjadi 32 mm.
Pada pengamatan III, didapatkan rata-rata panjang daun menjadi 48 mm. Selanjutnya yaitu rata-rata
panjang daun pada pengamatan IV yaitu setelah penanaman selama 10 hari adalah 56 mm dan
terakhir yaitu penanaman pada hari ke 14, didapatkan rata-rata panjang daun yaitu 63 mm.
Setelah melakukan pengamatan tersebut didapatkan kurva yang berbentuk huruf S yang berarti
bahwa pengamatan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jika
dibuatkan kurva akan berbentuk huruf S. Hal ini disebabkan karena pada pengamatan terakhir
daunnya mencapai ukuran tetap (belum mengalami fase penuaan) walaupun laju pertumbuhan
tanaman meningkat sehingga kurvanya menunjukkan kurva berbentuk S. Tumbuhan dalam
pertumbuhannya mengalami tiga fase pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase
penuaan. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi bebrapa faktor internal seperti gen dan hormon
pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.
Adanya perbedaan panjang daun dari masing-masing tanaman ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Kualitas biji Kacang merah Phaseolus vulgaris
2. Sulitnya pematahan dormansi
3. Kurangnya unsur hara dalam tanah
4. Kurangnya penyiraman atau pemberian air terhadap tanaman
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun
sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus vulgaris, samapai mencapai mencapai ukuran tetap
didapatkan kurva yang berbentuk S yang menunjukkan kesesuaian dengan teori yang menyatakan
bahwa pertumbuhan tanaman jika dibuatkan kurva akan berbentuk huruf S.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan pada praktikum ini yaitu, sebaiknya dalam melakukan penanaman,
kondisi air pada media tanam diperhatikan agar pertumbuhan biji dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009, Kurva Sigmoid. http://www.lapanrs.com/. Diakses pada tanggal 27 Juni 2009 pukul
16:14 WITA.
Campbell. 2002. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kaufman. 1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Kimball, J.W. 1992. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas Hasanuddin,
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB Press.
JatiTectona grandis L.f.
Nama umumIndonesia: JatiInggris: Teak
Jati
KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae Ordo: Lamiales Famili: Lamiaceae Genus: Tectona Spesies: Tectona grandis L.f.