contoh-laporan

35
36 BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah manajemen keperawatan di Rumkitpolpus RS Sukanto dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 20 November 2007 yang dihadiri oleh, subdepartement keperawatan, komite keperawatan yang merangkap pembimbing lapangan, kepala instalasi A,B,C dan para kepala ruangan, serta pembimbing akademik. Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas masalah yang telah ditetapkan meliputi : 1) Pemahaman tentang metode penugasan tim belum seragam, 2) belum optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan dokumentasi asuhan keperawatan, 3) Pemahaman tentang rencana kegiatan harian belum seragam, 4) tim pengendali mutu keperawatan belum berjalan sebagaimana mestinya, dan 5) penerapan pendelegasian dalam penerapan metode MPKP belum dijalankan. Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode modifikasi tim-primer. Fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre post conference, supervisi, pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan audit catatan harian dan dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan, pengisian format discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.

Transcript of contoh-laporan

36

BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah

manajemen keperawatan di Rumkitpolpus RS Sukanto dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 20

November 2007 yang dihadiri oleh, subdepartement keperawatan, komite keperawatan yang

merangkap pembimbing lapangan, kepala instalasi A,B,C dan para kepala ruangan, serta

pembimbing akademik. Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas masalah yang telah

ditetapkan meliputi : 1) Pemahaman tentang metode penugasan tim belum seragam, 2) belum

optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan dokumentasi asuhan

keperawatan, 3) Pemahaman tentang rencana kegiatan harian belum seragam, 4) tim pengendali

mutu keperawatan belum berjalan sebagaimana mestinya, dan 5) penerapan pendelegasian dalam

penerapan metode MPKP belum dijalankan.

Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema

penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode modifikasi tim-primer. Fokus

penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre post conference, supervisi,

pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan audit catatan harian dan

dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan, pengisian format

discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.

A. Pelaksanaan Kegiatan

1. Penyegaran

Penyegaran dilakukan di tiap ruangan dengan tujuan untuk efektifitas kegiatan dan

pelaksanaan ditempatkan pada jam 12.00 s/d 14.00 wib agar yang dinas siang bisa hadir.

Materi penyegaran yang diberikan adalah konsep MPKP dengan fokus kegiatan antara

lain adalah fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre

post conference, supervisi, pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan

audit catatan harian dan dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan

keperawatan, pengisian format discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.

36

37

Penyegaran dilakukan hanya 1 (satu) kali dan masing-masing penyegaran dilakukan di

ruang masing-masing yaitu ruang Cemara 2, Cempaka 2 dan Cendrawasih 2 secara

terpisah. Pelaksanaan diruang Cempaka 2 tanggal 18 November 2008 yang dihadiri oleh

10 orang, Pelaksanaan diruang Cendrawasih 2 tanggal 19 November 2008 yang dihadiri 7

orang dan pelaksanaan diruang Cemara 2 yang dihadiri 9 orang perawat.

Penyegaran dibuka oleh kepala ruang (cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2),

kemudian dilanjutkan dengan pre test dan pemberian materi oleh mahasiswa. Sumber

dana untuk kegiatan penyegaran (makalah dan komsumsi) dari mahasiswa

2. Penyiapan perangkat MPKP

Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama

dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun dalam bentuk kartu

anggota Tim, Format pengkajian keperawatan, penentuan 10 (sepuluh) diagnosa yang

sering muncul diruangan, format pendelegasian, dan format discharge planning, format

audit dokumentasi keperawatan, serta format penghitungan BOR, LOS, TOI. Penyiapan

perangkat ini dilakukan pada tanggal 18 s/d 20 November 2008. (format hasil diskusi

terlampir).

3. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 25 November 2008 sesuai jadwal

yang telah disusun. Karena ada 2 (dua) orang mahasiswa yang praktek, maka praktek

pelaksanaan observasi dan pengamatan MPKP diunit percontohan dibagi berdasarkan

instalasi. Instalasi A (Ruang Cendrawasih 2) oleh mahasiswa diamati bersama-sama,

Instalasi C (Ruang Cemara 2) oleh mahasiswa Setiadi, dan Instalasi B ( Ruang Cempaka

2) oleh mahasiswa Dewi Maryam.

Ada beberapa kegiatan yang dilatih pada saat praktek tersebut, yaitu: latihan penulisan

rencana harian, latihan operan, latihan pre & post conference, latihan penulisan

pengkajian dokumentasi keperawatan, latihan menentukan diagnosa yang telah

disediakan, latihan melakukan audit dokumentasi keperawatan dan rencana harian oleh

kepala ruang, latihan penulisan discharge planning oleh ketua tim, latihan pengisian

format pendelegasian, dan latihan menghitung BOR, LOS, TOI bagi kepala ruang.

38

Pembagian Fokus kegiatan adalah kepala ruangan difokuskan untuk memimpin operan,

audit catatan harian perawat dan dokumentasi keperawatan, membuat rencana harian

Kepala ruang, memberikan pengarahan dan memotivasi pada staf, dan pendelegasian.

Ketua tim difokuskan untuk melakukan kegiatan pengisian pengkajian awal keperawatan

dan penentuan dignosis dan rencana keperawatan yang telah dibuat, memimpin pre post

conference, pembagian tugas, membuat rencana harian. Perawat pelaksana difokuskan

untuk membuat rencana harian, pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan rencana

yang telah dibuat oleh Katim.

Penerapan dan uji coba MPKP di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Penulisan rencana kegiatan harian

Latihan penulisan rencana harian ditulis berdasarkan note book yang telah dibuat pada

tahap diskusi penyiapan perangkat MPKP. Pelaksanaan latihan penulisan rencana

harian dilakukan pada pagi hari sebelum operan dengan pemikiran nanti bisa

ditambah apabila pada saat operan terdapat hal-hal yang perlu dilakukan bagi pasien

tanggung-jawabnya. Hasil diskusi dengan para perawat didapatkan data bahwa

pembuatan rencana harian dirasakan lama, isinya masih sangat umum, sehingga

penentuan Note Book kemudian di ringkas lagi supaya efektif.

Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa

kepala ruangan selalu membuat rencana harian yang ditulis pada buku harian tetapi isi

catatan masih bersifat umum belum berisi tentang supervisi katim dan perawat

pelaksana dan supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang

terkait. ketua tim dan perawat pelaksana belum optimal membuat rencana harian

dengan alasan jumlah pasien cukup banyak sehingga para perawat lebih menekankan

pada Catatan perawat yang ada distatus klien.

39

b. Operan

Operan dinas malam ke perawat dinas pagi, dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh

kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin

oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Seluruh perawat

dinas pagi dan malam berkumpul di ruang perawat, kepala ruang memberi

pengarahan secara umum dan penekanan pada hal-hal yang perlu diperhatikan.

Untuk selanjutnya dilakukan ronde keliling dengan operan langsung ke pasien yang

menjadi tanggung jawabnya.

Pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan operan sudah dilakukan.

Kegiatan operan lebih terfokus pada masalah kolaborasi, lalu mahasiswa melakukan

diskusi dengan perawat yang ada serta dibuat panduan operan yang lebih terfokus

pada masalah keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan dan rencana tindak

lanjut, serta pencatatan jumlah cairan terakhir. Saat operan, terjadi tanya jawab dan

klarifikasi data atau pasien dan perawat pemberi dan penerima laporan diarahkan

oleh mahasiswa terutama untuk penentuan masalah keperawatan dan prioritas

masalah.

c. Pre-post conference

Setelah operan dan pengarahan dari kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan

pre-post conference bersama anggota timnya dan membagi habis pasien sesuai

dengan pasien kelolaan dan pasien titipan pada shiftnya. Mahasiswa berdiskusi

dengan kepala ruang tentang metode penugasan tim primer, bersama-sama dengan

ketua tim menentukan tingkat ketengantungan pasien agar mempunyai persepsi yang

sama sehingga dalam pembagian tugas perawat pelaksana disesuaikan tingkat

ketergantungan pasien.

Pelaksanaan kegiatan pre-post conference pada umumnya sudah dilakukan sesuai

dengan petunjuk pelaksanaan, tetapi para perawat belum terbiasa. Lalu mahasiswa

diskusi dengan ketua tim agar pre & post conference bisa dilakukan secara efektif.

Ketua tim cukup mengecek catatan harian perawat pelaksana dan menambahkan

informasi perencanaaan dan pelaksanaan sesuai kondisi klien.

40

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, diruang Cemara 2 dan

Cendrawasih 2 Katim hanya mempunyai 1 perawat pelaksana, karena jumlah

perawat yang masih kurang, sehingga pre & post conference yang dilakukan sangat

singkat karena hanya kepada satu perawat.

d. Supervisi

Kegiatan supervisi meliputi operan, pre-post conference, pembuatan rencana harian,

dokumentasi, pelaksanaan SOP & SAK. Mahasiswa melakukan sipervisi kepada

kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana. Kepala ruangan melakukan supervisi

kepada ketua tim pada kegiatan pre-post conference, dan pembuatan rencana harian.

Ketua tim mensupervisi perawat pelaksana dalam melakukan kegiatan asuhan

keperawatan, dan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, Kepala ruangan telah

melakukan supervisi kepada perawat pelaksana dan ketua tim mengenai pelaksanaan

kegiatan dan dokumentasi asuhan keperawatan. Ketua tim juga telah melakukan

supervisi kepada perawat pelaksana hanya dokumentasi asuhan keperawatan tetapi

masih belum terstruktur.

e. Pengisian Format pengkajian keperawatan

Sejak dikeluarkannya format asuhan yang baru direvisi, subdepwat melakukan

sosialisasi kepada seluruh kepala ruangan dalam rapat rutin keperawatan.

Pendokumentasian dilakukan setiap shift, kepala ruangan dan ketua tim memeriksa

kelengkapan pendokumentasian anggota timnya. Kendala yang dirasakan adalah

keterbatasan waktu untuk pendokumentasian karena kesibukan kerja, format

dokumentasi tidak efektif (kolom yang tersedia pada format sangat kecil sehingga

pengisiannya memerlukan banyak format), ketersediaan format terbatas sehingga

pendokumentasian tidak berkesinambungan. Dari kendala ini maka mahasiswa

diskusi dengan para karu dan katim untuk membuat format baru yang efektif yang

akan diuji cobakan apakah dengan penggantian format akan efektif dilaksanakan

oleh perawat.

41

Latihan pengisian pengkajian keperawatan dilakukan jika ada klien baru, mahasiswa

mendampingi Katim dalam pengisian pengkajian dan ikut memprioritaskan masalah

serta memilihkan rencana asuhan yang akan digunakan. Hasil pengamatan diruang

Cemara 2 didapatkan masih ada catatan dokumentasi yang tidak lengkap, tetapi

dengan uji coba format baru dokumentasi keperawatan diisi lengkap dengan baik.

f. Audit Dokumentasi Keperawatan

Kepala ruang setiap bulan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua

kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi sampai dengan audit proses dokumentasi)

terkait dengan MPKP. Salah satunya adalah audit dokumentasi keperawatan yang

dilakukan pada rekam medik pada klien yang pulang atau yang sedang dirawat lalu

dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.

Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa

kepala ruangan telah membuat audit secara umum tetapi belum melakukan

rekapitulasi hasil dari audit tiap bulan.

Latihan dilakukan oleh kepala ruang bersama mahasiswa untuk melakukan audit

dokumentasi dengan format yang telah disepakati selama 1 minggu. Dan didapatkan

hasil Karu merasa senang karena bisa meringkas data secara efektif dan efisien.

g. Sistem pendelegasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Delegasi

dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan

kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan

melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.

Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa

selama ini belum dilakukan pelimpahan tugas secara tertulis, sehingga tidak ada

pelimpahan secara resmi. Pelaksanaan kegiatan mahasiswa residen adalah diskusi

dengan Karu tentang proses pendelegasian dengan format yang telah disepakati dan

cara pengisiannya.

42

h. Penulisan discharge planning

Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan

yang merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera

setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang

menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga dan orang yang

penting bagi klien.

Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data discharge

planing sudah dilakukan tetapi dalam bentuk surat kontrol. Mahasiswa residen

bersama kepala ruang membuat format discharge planning dan memberikan latihan

pengisian pada saat ada klien pulang.

i. Penghitungan BOR, LOS, dan TOI

Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar.

Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan

pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter.

Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi

keperawatan.

Hasil pengamatan diruangan sudah ada penghitungan BOR, LOS dan TOI, sehingga

keberadaan mahasiswa hanya diskusi dengan kepala ruang tentang cara

penghitungannya.

B. Evaluasi Kegiatan

1. Kemampuan kognitif

Evaluasi kognitif dilakukan dengan memberikan soal pre test sebelum penyegaran dan

pelaksanaan dan soal post test setelah penyegaran dan pelaksanaan kepada seluruh peserta

pelatihan. Kemudian lembar jawaban dinilai berdasarkan kunci jawaban yang dibuat. Soal

pre test dan post test yang terdiri dari 30 soal mengenai MPKP, dokumentasi keperawatan

dan studi kasus yang ada diruangan. Penilaian pre dan post dilakukan diawal kegiatan dan

akhir kegiatan.

43

Hasil observasi di dapatkan nilai sebagai berikut nilai rata-rata pre tes adalah 70.88 %

(jumlah peserta 24 orang), rata-rata nilai post test adalah 80,24 % (jumlah peserta 24

orang). Terjadi peningkatan rata-rata 9,36 %, artinya terjadi peningkatan pengetahuan

tentang MPKP di 3 ruang yaitu Ruang Cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2

Rumkitpolpus RS Sukanto.

Observasi Tiap ruang didapatkan hasil sebagai berikut ruang Cemara 2 nilai pretest 70,1

% dan post test 81,2 %, ruang Cendrawasih 2 pre test 71, 6 % dan post test 81,4%.

Ruang Cempaka 2 pre test 70,92 dan post test 78,1 %.

2. Kemampuan Psikomotor

Evaluasi psikomotor dilakukan dengan mengobservasi peserta selama latihan dan

praktikum. Mahasiswa mengobservasi kegiatan peserta dalam melakukan operan, kegiatan

pre dan post conference, penulisan catatan harian, supervisi, pengisian pengkajian awal

keperawatan, pemilihan diagnosis yang tepat dari 10 diagnosis yang telah dibuat,

pendelegasian, penulisan discharge planning saat klien pulang dan pembuatan BOR, LOS

dan TOI.

Penilaian dilakukan pada tanggal 2, 3 dan 4 Desember 2008 dan di dapatkan hasil bahwa

kegiatan operan, pre -post conference, rencana harian, supervisi, penulisan pengkajian

awal keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan, penulisan pendelegasian, penulisan

discharge planning dan penghitungan BOR, LOS dan TOI telah dilakukan. Rata-rata

kepala ruang telah menulis rencana harian setiap hari, kegiatan operan sebanyak 2 kali,

supervisi sebanyak 2 kali, penulisan pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan 5

pasien dan audit dokumentasi sebanyak 1 kali terhadap status pasien.

Dari pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa, seluruh kegiatan yang dilakukan masih

belum optimal, hal ini tampak melalui kegiatan operan belum menggambarkan aktivitas

yang telah dilakukan oleh perawat, rencana harian belum menggambarkan keseluruhan

tindakan yang akan dilakukan pada pasien, rencana supervisi kepala ruang kepada katim

dan perawat pelaksana tidak dijalankan sesuai kontrak, pengisian pengkajian keperawatan

telah dilakukan sesuai pedoman, format discharge planning telah terisi dengan benar,

format pendelegasian dalam latihan telah terisi dengan benar.

44

Hasil observasi didapatkan nilai rata-rata kegiatan operan di 3 ruang percontohan diruang

90%, pre dan post conference 93,34 %, pembuatan rencana harian 100%, Penulisan

pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 90%, pemberian asuhan

keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan

BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.

Hasil observasi tiap ruang didapatkan data sebagai berikut Ruang Cemara nilai kegiatan

operan 90%, pre dan post conference 90%, pembuatan rencana harian 100%, Penulisan

pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 86,67%, pemberian asuhan

keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan

BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.

Ruang Cempaka 2 nilai kegiatan operan 90%, pre dan post conference 90%, pembuatan

rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan

80%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan

85 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.

Ruang Cendrawasih 2 nilai kegiatan operan 100%, pre dan post conference 100%,

pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis

keperawatan 90%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi

keperawatan 90 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge

planning 100 %.

3. Afektif

Evaluasi sikap dinilai dengan observasi keaktifan peserta dalam bertanya dan sikap

mereka terhadap program perubahan cara kerja. Cara penilaian adalah melakukan

exsplorasi pandangan para perawat terhadap program MPKP dan dokumentasi

keperawatan selama mengikuti kegiatan penerapan MPKP.

Berdasarkan laporan tertulis dan hasil diskusi dengan 3 perawat diruang Cemara 2

Cempaka 2 dan Cendrawasih 2 pada tanggal 3 Desember 2008, diperoleh informasi bahwa

perawat merasakan keuntungan dengan menerapkan MPKP, yaitu : Perawat pelaksana

mengetahui apa yang harus dikerjakan berdasarkan operan, pre dan post conference serta

45

rencana harian yang dibuat untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan, terdorong

untuk melihat SAK pada saat melakukan pendokumentasian proses keperawatan,

pekerjaan perawat menjadi lebih terarah, mempunyai rasa tanggung jawab pada pasien dan

pada profesi, waktu dapat dialokasi dengan baik, kerja sama antar anggota tim lebih terasa,

mengenal pasien secara holistik, bekerja sesuai peran dan fungsi masing-masing dan lebih

efektif dalam melakukan dokumentasi keperawatan

.Hambatan yang dirasakan oleh perawat di 2 ruang (cemara 2, dan Cendrawasih 2) adalah

beban kerja tinggi, pekerjaan nonkeperawatan seperti mengambil darah, mengantar pasien

rontgen dan membuat administasi pasien, sarana-prasarana yang kurang memadai untuk

pelaksanaan tindakan seperti alat EKG dan Oksigen untuk transportasi pasien belum ada,

pendokumentasian sering terhambat karena format pendokumentasian terbatas, SDM

kurang, sehingga jika dinas pagi Katim merangkap menjadi perawat pelaksana. Konflik

peran yang diemban oleh kepala ruang dan katim masih merasa ragu dalam menjalankan

perannya.

Tabel 4.1 Audit Dokumentasi Proses Keperawatan Cemara 2 sebelum dan sesudah uji coba format pengkajian yang baru

No ASPEK YANG DINILAI

PROSENTASE (%)

SEBELUM SESUDAH

1 Pengkajian 75.5 100

2 Diagnosa 85.0 100

3 Perencanaan 52.0 85

4 Tindakan / Implementasi 83.0 85

5 Evaluasi 72.0 90

6 Catatan Keperawatan 100 100

Rata-rata 77,92 93,34

Tabel 4.2 Audit Dokumentasi Proses Keperawatan Cendrawasih 2 sebelum dan sesudah

46

uji coba format pengkajian yang baru

No ASPEK YANG DINILAI

PROSENTASE (%)

SEBELUM SESUDAH

1 Pengkajian 87.0 100

2 Diagnosa 85.0 100

3 Perencanaan 67.0 90

4 Tindakan / Implementasi 85.0 90

5 Evaluasi 82.0 90

6 Catatan Keperawatan 100 100

Rata-rata 84,34 95,00

BAB V

47

PEMBAHASAN

Berdasarkan penerapan MPKP diruang percontohan (ruang Cemara 2 dan Cendrawasih2)

Rumkitpolpus RS Sukanto, akan dijelaskan berdasarkan teori yang terkait dan rencana tindak

lanjut yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Rencana Kegiatan harian

Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat perawat

pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Pembuatan rencana harian

merupakan salah satu kegiatan dalam tahap perencanaan. Perencanaan yang disusun oleh

perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing.

Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan. Isi dari

perencanaan berupa kegiatan tentang apa, bagaimana dan dimana kegiatan akan dilaksanakan

(Keliat, dkk,2000).

Diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 pembuatan rencana harian dirasakan sangat menyita

waktu dan lama, isinya masih sangat umum. Kendala yang dirasakan adalah budaya membaca

dan menulis serta membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan belum terbiasa.

Kadang-kadang perencanaan harian dibuat pada saat tugas sudah berjalan, sehingga belum

menggambarkan rencana kegiatan secara keseluruhan. Pembuatan rencana kegiatan harian

belum optimal ini disebabkan kurangnya pengetahuan para perawat mengenai fungsi dari

catatan itu sendiri sebagai pedoman kegiatan selama bekerja.

Menurut Schein (1987, dalam Kreitner, 2000), merencanakan sebuah budaya kerja melibatkan

proses belajar. Oleh karena itu, setiap anggota organisasi akan mengajarkan satu sama lain

mengenai nilai-nilai, keyakinan, pengharapan dan perilaku yang dipilih organisasi.

Rencana tindak lanjut pembuatan perencanan kegiatan harian adalah dibuat

kesepakatan/komitmen bersama dan dilakukan pengawasan oleh ketua tim dan kepala

ruangan, menerapkan budaya sadar membaca dan menulis, kepala ruangan dan ketua tim

menjadi role model dalam memberikan contoh dan bimbingan kepada perawat pelaksana.

Pimpinan keperawatan perlu memberikan dukungan menyediakan fasilitas (buku/note book) 47

48

yang mendukung pelaksanaan pembuatan rencana kegiatan dan dibuat buku/note book) yang

efisien dan efektif.

2. Operan

Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)

yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore

dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan

dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung

jawab tim malam. Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan

informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi

intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang

perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan

tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan

yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan

seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan

mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan

klien saat itu.

Kegiatan operan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 sudah dilakukan sesuai dengan prinsip

operan, namun masih belum optimal, antara lain : isi dari operan yang masih bersifat

kolaboratif, operan yang dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan bersama-sama karena

belum semua perawat hadir pada waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, kepala

ruang / ketua tim tidak hadir karena ada acara tertentu.

Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas pagi, sore

dan malam, menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan mengenai jam visite

dokter, membuat rencana perawatan yang komprehensif dan terorganisir.

3. Pre-post conference

Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan dan

sebelum operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre

conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim

49

atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting

untuk operan (Keliat, 2000).

Pelaksanaan kegiatan pre-post conference diruang Cemara 2 & cendrawasih 2 pada umumnya

sudah dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tetapi isi post conference belum

sepenuhnya hasil asuhan keperawatan.

Ada beberapa kendala dalam kegiatan pre post conference diruangan antara lain adalah

perawat belum terbiasa pendekatan manajemen dalam pengelolaan askep, kegiatan yang

begitu padat, jadwal visite dokter bersamaan dengan tindakan perawat, fungsi struktur

diruang masih belum menggambarkan kegiatan fungsi kegiatan MPKP, yang terdiri dari

kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.

Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi agar

pelaksanaan pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas melalui

pendidikan dan pelatihan, kepala ruangan melakukan supervisi dan mengingatkan katim

terhadap pelaksanaan pre-post conference agar terbiasa dan menjadi budaya kerja. Perlunya

peninjauan struktur ruangan dan pemetaan tenaga yang proporsional, adanya uraian tugas

yang jelas di Ruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 agar kegiatan diruangan lebih optimal.

4. Supervisi

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak

yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan

secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004).

Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan,

mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,

mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai

dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota.

Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan

sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mc Farland, Leonard & Morris,1984).

50

Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan

keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak diartikan sebagai

pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat

yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau

keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi

supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan

supervisi ( Bittel, 1997).

Dalam penerapan MPKP diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan supervisi sudah

dapat dilakukan oleh kepala ruangan maupun ketua tim, antara lain supervisi kegiatan

operan, pre-post conference, pemberian askep dan dokumentasi asuhan keperawatan, tetapi

kegiatan masih belum terjadual dan dilakukan secara spontan jika kepala ruang tidak sibuk.

Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah belum terbiasa dengan

perencanaan pengarahan dan merasa canggung untuk melakukan supervisi, serta tenggelam

dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, kepala ruangan dan katim tidak dapat

memberikan masukan dan perbaikan kepada perawat yang disupervisi. Hal ini akan

berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan keperawatan yang tidak optimal.

Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan adalah : direncanakan

siapa, kapan waktunya, kegiatan apa yang akan disupervisi, bagaimana supervisi

dilaksanakan dan penentuan standar serta alat supervisi. Agar supervisi dapat dilakukan

dengan lebih baik, kepala ruangan / ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan

supervisi secara terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer

keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi diruangan-ruangan, merencanakan

pengembangan SDM baik secara formal maupun informal, dan juga memberikan pengayaan

fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan dengan supervisi.

5. Dokumentasi Proses Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis dari kegiatan yang

telah dilakukan oleh perawat (Priharjo, 1995 dalam Hariyati, 2007). Dokumentasi

keperawatan menggambarkan keadaan perkembangan pasien, mencatat asuhan keperawatan

51

yang telah diberikan, dan mencatat riwayat kesehatan untuk masa yang akan datang. Tujuan

dokumentasi asuhan keperawatan adalah sebagai sarana koordinasi dan mencegah pemberian

informasi kepada pasien secara berulang, aspek legal, sumber penelitian, sarana pendidikan,

sarana monitoring mutu, akreditasi, sarana pendukung pada pembayaran (Kozier, 2004).

Pencatatan asuhan keperawatan bukan sekedar menuliskan sesuatu dalam lembar pencatatan

tetapi sebelum pencatatan tersebut, harus dianalisa apa yang harus dicatat, bagaimana

penyusunan kalimat, dan dimana tiap tulisan tersebut diletakkan (Rubenfels & Scheffer, 1999

dalam Hariyati, 2007).

Di Rumkitpolpus RS Sukanto, sejak dikeluarkannya format dokumentasi asuhan yang baru

rampung direvisi, telah disepakati oleh seluruh kepala ruangan bersama subdepwat dalam

rapat rutin keperawatan untuk melakukan dokumentasi proses keperawatan yang merupakan

tanggung jawab dan tanggung gugat perawat profesional, sekaligus merupakan salah satu

penilaian akreditasi yang akan berlangsung awal desember ini.

Permasalahan yang sering ditemui dari perawat diruangan adalah penerimaan status pasien

pindahan dari ruangan lain dengan pendokumentasian proses keperawatan tidak lengkap

terutama pada pengkajian dan implementasi. Format pengkajian yang terlalu kompleks dan

sulit sehingga menyebabkan para perawat tidak bisa mengisi, Belum adanya pedoman khusus

untuk pengisian format pengkajian, format perencanaan sampai evaluasi dibagi dalam kolom

yang sangat kecil, sehingga pengisiannya memerlukan banyak format dan tidak efektif.

Pengisian format dokumentasi juga tidak kontinyu, karena waktu yang ada dirasakan sangat

sempit.

Dari hasil uji coba format dan pemilihan 10 diagnosa yang sering dipakai diruangan setelah

diaudit di Ruang Cemara 2, terjadi peningkatan pada semua aspek dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan Format

pengkajian yang efektif disesuaikan dengan kebutuhan, adanya perencanaan yang tinggal

memilih, adanya petunjuk pengisian format. Dari Persepsi perawat terhadap pengisian kolom

perencanaan dan implementasi dalam uji coba berbeda-beda tetapi sebagian besar setuju

karena dirasakan efektif. Namun demikian secara kualitas, dokumentasi proses keperawatan

baik sebelum maupun setelah mendapatkan pelatihan masih belum optimal.

52

Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : Supervisi terhadap penerapan proses

keperawatan perlu ditingkatkan agar dokumentasi asuhan dapat dilakukan secara

berkesinambungan, audit dokumentasi askep dilakukan pada setiap pasien pulang,

penggunaan format hasil uji coba. RS perlu menyediakan format supervisi dalam jumlah

yang cukup. Kainstalasi ranap perlu melakukan supervisi secara terjadwal terhadap kinerja

kepala ruangan untuk memotivasi mereka dalam bekerja dan memberikan dukungan bagi

perawat diruangan dan disediakan buku raport untuk katim dan perawat pelaksana.

6. Sistem pendelegasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Delegasi dilaksanakan di

MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim

kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas

dan wewenang. Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang diguakan oleh staf dalam

meningkatkan produktivitas. Kenyataan yang terjadi , dengan waktu yang hanya sedikit ,

sering terlalu banyak perkerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang. Pada situasi ini

maka pendelegasian dan pembagian pekerjaan diperlukan.

Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa selama ini

belum dilakukan pelimpahan tugas secara tertulis, sehingga tidak ada pelimpahan secara

resmi. Pelaksanaan kegiatan adalah diskusi dengan Karu tentang proses pendelegasian dengan

format yang telah disepakati dan cara pengisiannya.

Kendala dalam pelaksanaan pendelegasian yang ditemukan adalah para perawat belum

terbiasa dengan perencanaan pengorganisasian yang baik serta tenggelam dengan kegiatan

rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, belum adanya format pendelegasian yang baku yang

dibuat oleh rumah sakit.

Rencana tindak lanjut pelaksanaan pendelegasian yang harus dilakukan adalah : kepala

ruangan / ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan pendelegasian secara tertulis,

dibuat format baku yang sosialisasikan ke semua orang.

7. Discharge planning

53

Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan yang

merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien

masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama

antara tim kesehatan, keluarga dan orang yang penting bagi klien.

Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data discharge planing

sudah dilakukan, akan tetapi isinya masih singkat tidak mencakup aspek discharge planning

yang meliputi penjelasan penyakit dalam leaflet, obat-obatan, perawatan kontrol, nutrisi,

aktifitas dan istirahat. Disamping itu belum adanya dokumen yang baku.

Kendala dalam pelaksanaan discharge planing yang ditemukan adalah para perawat belum

terbiasa dengan perencanaan pengorganisasian yang baik serta tenggelam dengan kegiatan

rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, belum adanya format discharge planing yang baku

yang dibuat oleh rumah sakit.

Rencana tindak lanjut pelaksanaan discharge planing yang harus dilakukan adalah : membuat

format discharge planing yang disosialisasikan kepada. Memasukan kegiatan discharge

planing sebagai salah satu kegiatan program keperawatan.

8. Penghitungan BOR, LOS, dan TOI

Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Pengendalian

difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu

kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output

adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi keperawatan.

Hasil pengamatan diruangan sudah ada penghitungan BOR, LOS dan TOI, sehingga

keberadaan mahasiswa hanya diskusi dengan kepala ruang tentang cara penghitungannya.

Kendala dalam penghitungan BOR, LOS & TOI adalah belum terbiasa dengan evaluasi

kegiatan, budaya tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, adanya

persepsi bahwa daya guna tidak nampak bagi keperawatan. Hal ini akan berdampak terhadap

kualitas pemberian asuhan keperawatan yang tidak optimal.

54

Rencana tindak lanjut harus dilakukan adalah : agar penghitungan BOR, LOS & TOI

dilakukan dengan lebih baik, rumah sakit perlu melatih dan membudayakan kegiatan ini

secara terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan

yang turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi diruangan-ruangan memasukan penghitungan

BOR, LOS & TOI dalam kegiatan supervisi, memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi

kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan dengan pengendalian program.

C. Kegiatan lain

Selain melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,

mahasiswa juga melakukan diskusi dengan Komite keperawatan dan KaIrna keperawatan

secara terpisah yang berhubungan dengan uji coba format asuhan keperawatan dan penentuan

10 (sepuluh) diagnosa yang sering ditemukan diruangan dan penulisan format discharge

planning yang selama ini belum dilakukan.

Hal-hal yang dibicarakan mengenai format dokumentasi asuhan keperawatan askep yang

terlalu komplek sehingga menyebabkan perawat malas mengisi, sehingga perlu dilakukan uji

coba format yang efektif. Mahasiswa memberikan solusi dengan memberikan format

dokumentasi hasil diskusi dengan mahasiswa dengan kepala ruang selama residensi yang

lebih efektif dan efisien. Untuk format discharge planning karena sifatnya adalah untuk

kepuasan klien dan keluarganya maka sebaiknya dimasukan dalam kegiatan keperawatan

diruangan.

55

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan kegiatan residensi di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto dari

tanggal 06 Oktober sampai dengan 12 Desember 2008, maka dapat dibuat kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian ditemukan 14 (empat belas) masalah yang berkaitan dengan

manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan. Dari masalah-masalah diatas dengan

mempertimbangkan sumberdaya, kewenangan dan kemampuan yang diatasi hanya 5

(lima) prioritas masalah, yaitu pemahaman tentang metode penugasan tim belum

seragam, belum optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan

dokumentasi asuhan keperawatan, fungsi pengendalian mutu ruangan yang difokuskan

pada Indikator mutu dalam bentuk penghitungan BOR, LOS, TOI yang belum optimal,

belum optimalnya pembuatan rencana kegiatan harian, dan sistem pendelegasian yang

belum dilakukan.

2. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah :

a. Penyegaran :

Penjelasan tentang konsep MPKP yang meliputi penulisan catatan harian bagi Kalak,

Katim dan perawat pelaksana, pengisian Format audit catatan harian dan dokumentasi

keperawatan oleh kepala ruangan, pengisian format pengkajian awal keperawatan,

penentuan diagnosis dan rencana keperawatan, penulisan format discharge planning,

pendelegasian dan pembuatan penghitungan BOR, LOS, TOI

b. Penyiapan perangkat MPKP

Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama

dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun antara lain

adalah kartu anggota Tim, Format pengkajian awal keperawatan, penentuan 10

(sepuluh) diagnosa yang sering muncul diruangan, format pendelegasian, dan format

56

56

discharge planning, format audit dokumentasi keperawatan, serta format penghitungan

BOR, LOS, TOI

c. Pelaksanaan

1) Penyegaran dilakukan di 3 ruang yaitu ruang cempaka 2, Cendrawasih 2 dan

Cemara 2. Hasil observasi pada saat penyegaran di dapatkan hasil sebagai berikut

nilai rata-rata pre tes adalah 70.88 % (jumlah peserta 24 orang), sedangakan nilai

post test adalah 80,24 % (jumlah peserta 24 orang). Terjadi peningkatan rata-rata

9,36 %, artinya terjadi peningkatan pengetahuan tentang konsep MPKP di 3 ruang

percontohan.

2) Penerapan MPKP di 3 ruang percontohan, beberapa kegiatan MPKP yang

direncanakan sudah dilaksanakan, hasil observasi didapatkan hasil nilai rata-rata

kegiatan operan di 3 ruang percontohan 90%, pre & post conference 93,34 %,

pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan

diagnosis keperawatan 90%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil

audit dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %,

dan penulisan discharge planning 100 % sesuai dengan harapan.

3) Keuntungan yang dirasakan oleh perawat dengan penerapan MPKP, antara lain

memungkinkan komunikasi antar tim dengan optimal, sehingga kesulitan mudah

diatasi, perawat pelaksana mengetahui apa yang harus dikerjakan berdasarkan

operan, pre dan post conference serta rencana harian. pekerjaan perawat menjadi

lebih terarah, waktu dapat dialokasi dengan baik, kerja sama antar anggota tim

lebih terasa, bekerja sesuai peran dan fungsi masing-masing sehingga mendukung

pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

Sedangkan hambatan yang dirasakan antara lain beberapa kegiatan yang dilakukan

membutuhkan waktu yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu yang sibuk, beban

kerja yang banyak, dan adanya pekerjaan non keperawatan yang harus dikerjakan

oleh perawat misalnya mengambil darah, membuat administasi pasien.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :

57

1. Pimpinan / kepala Rumkitpolpus RS Sukanto

a. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya note book dan penyediaan

format asuhan keperawatan yang telah diuji cobakan, bagi terselenggaranya ruang

MPKP.

b. Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi keperawatan

untuk mengembangkan karir dan pendidikan berkelanjutan ke D3 dan S1 Keperawatan

yang diperlukan diruang MPKP.

2. Subdepartemen Keperawatan

a. Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah terbentuk

menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan, memberi pujian

terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja

perawat.

b. Memberikan pengkayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama pada fungsi

pengawasan.

c. Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang telah

diuji cobakan diruang Cemara 2.

3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim

a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat

pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan keperawatan.

b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang atau dalam

proses perawatan.

c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah ditentukan

oleh direksi Rumah Sakit.

4. Perawat Pelaksana

a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas kegiatan.

b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien

58

c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme

perawat.

5. Mahasiswa Residensi yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil residensi

terdahulu khususnya di ruang percontohan MPKP dan menambah kegiatan lain yang

belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan, bulanan, dan ronde keperawatan dan

menyempurnakan format pengkajian dan rencana intervensi yang sudah ada.