contoh-laporan
Transcript of contoh-laporan
36
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah
manajemen keperawatan di Rumkitpolpus RS Sukanto dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 20
November 2007 yang dihadiri oleh, subdepartement keperawatan, komite keperawatan yang
merangkap pembimbing lapangan, kepala instalasi A,B,C dan para kepala ruangan, serta
pembimbing akademik. Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas masalah yang telah
ditetapkan meliputi : 1) Pemahaman tentang metode penugasan tim belum seragam, 2) belum
optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan dokumentasi asuhan
keperawatan, 3) Pemahaman tentang rencana kegiatan harian belum seragam, 4) tim pengendali
mutu keperawatan belum berjalan sebagaimana mestinya, dan 5) penerapan pendelegasian dalam
penerapan metode MPKP belum dijalankan.
Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema
penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode modifikasi tim-primer. Fokus
penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre post conference, supervisi,
pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan audit catatan harian dan
dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan, pengisian format
discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Penyegaran
Penyegaran dilakukan di tiap ruangan dengan tujuan untuk efektifitas kegiatan dan
pelaksanaan ditempatkan pada jam 12.00 s/d 14.00 wib agar yang dinas siang bisa hadir.
Materi penyegaran yang diberikan adalah konsep MPKP dengan fokus kegiatan antara
lain adalah fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre
post conference, supervisi, pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan
audit catatan harian dan dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan
keperawatan, pengisian format discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.
36
37
Penyegaran dilakukan hanya 1 (satu) kali dan masing-masing penyegaran dilakukan di
ruang masing-masing yaitu ruang Cemara 2, Cempaka 2 dan Cendrawasih 2 secara
terpisah. Pelaksanaan diruang Cempaka 2 tanggal 18 November 2008 yang dihadiri oleh
10 orang, Pelaksanaan diruang Cendrawasih 2 tanggal 19 November 2008 yang dihadiri 7
orang dan pelaksanaan diruang Cemara 2 yang dihadiri 9 orang perawat.
Penyegaran dibuka oleh kepala ruang (cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2),
kemudian dilanjutkan dengan pre test dan pemberian materi oleh mahasiswa. Sumber
dana untuk kegiatan penyegaran (makalah dan komsumsi) dari mahasiswa
2. Penyiapan perangkat MPKP
Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama
dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun dalam bentuk kartu
anggota Tim, Format pengkajian keperawatan, penentuan 10 (sepuluh) diagnosa yang
sering muncul diruangan, format pendelegasian, dan format discharge planning, format
audit dokumentasi keperawatan, serta format penghitungan BOR, LOS, TOI. Penyiapan
perangkat ini dilakukan pada tanggal 18 s/d 20 November 2008. (format hasil diskusi
terlampir).
3. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 25 November 2008 sesuai jadwal
yang telah disusun. Karena ada 2 (dua) orang mahasiswa yang praktek, maka praktek
pelaksanaan observasi dan pengamatan MPKP diunit percontohan dibagi berdasarkan
instalasi. Instalasi A (Ruang Cendrawasih 2) oleh mahasiswa diamati bersama-sama,
Instalasi C (Ruang Cemara 2) oleh mahasiswa Setiadi, dan Instalasi B ( Ruang Cempaka
2) oleh mahasiswa Dewi Maryam.
Ada beberapa kegiatan yang dilatih pada saat praktek tersebut, yaitu: latihan penulisan
rencana harian, latihan operan, latihan pre & post conference, latihan penulisan
pengkajian dokumentasi keperawatan, latihan menentukan diagnosa yang telah
disediakan, latihan melakukan audit dokumentasi keperawatan dan rencana harian oleh
kepala ruang, latihan penulisan discharge planning oleh ketua tim, latihan pengisian
format pendelegasian, dan latihan menghitung BOR, LOS, TOI bagi kepala ruang.
38
Pembagian Fokus kegiatan adalah kepala ruangan difokuskan untuk memimpin operan,
audit catatan harian perawat dan dokumentasi keperawatan, membuat rencana harian
Kepala ruang, memberikan pengarahan dan memotivasi pada staf, dan pendelegasian.
Ketua tim difokuskan untuk melakukan kegiatan pengisian pengkajian awal keperawatan
dan penentuan dignosis dan rencana keperawatan yang telah dibuat, memimpin pre post
conference, pembagian tugas, membuat rencana harian. Perawat pelaksana difokuskan
untuk membuat rencana harian, pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh Katim.
Penerapan dan uji coba MPKP di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Penulisan rencana kegiatan harian
Latihan penulisan rencana harian ditulis berdasarkan note book yang telah dibuat pada
tahap diskusi penyiapan perangkat MPKP. Pelaksanaan latihan penulisan rencana
harian dilakukan pada pagi hari sebelum operan dengan pemikiran nanti bisa
ditambah apabila pada saat operan terdapat hal-hal yang perlu dilakukan bagi pasien
tanggung-jawabnya. Hasil diskusi dengan para perawat didapatkan data bahwa
pembuatan rencana harian dirasakan lama, isinya masih sangat umum, sehingga
penentuan Note Book kemudian di ringkas lagi supaya efektif.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa
kepala ruangan selalu membuat rencana harian yang ditulis pada buku harian tetapi isi
catatan masih bersifat umum belum berisi tentang supervisi katim dan perawat
pelaksana dan supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait. ketua tim dan perawat pelaksana belum optimal membuat rencana harian
dengan alasan jumlah pasien cukup banyak sehingga para perawat lebih menekankan
pada Catatan perawat yang ada distatus klien.
39
b. Operan
Operan dinas malam ke perawat dinas pagi, dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh
kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin
oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Seluruh perawat
dinas pagi dan malam berkumpul di ruang perawat, kepala ruang memberi
pengarahan secara umum dan penekanan pada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Untuk selanjutnya dilakukan ronde keliling dengan operan langsung ke pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan operan sudah dilakukan.
Kegiatan operan lebih terfokus pada masalah kolaborasi, lalu mahasiswa melakukan
diskusi dengan perawat yang ada serta dibuat panduan operan yang lebih terfokus
pada masalah keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan dan rencana tindak
lanjut, serta pencatatan jumlah cairan terakhir. Saat operan, terjadi tanya jawab dan
klarifikasi data atau pasien dan perawat pemberi dan penerima laporan diarahkan
oleh mahasiswa terutama untuk penentuan masalah keperawatan dan prioritas
masalah.
c. Pre-post conference
Setelah operan dan pengarahan dari kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan
pre-post conference bersama anggota timnya dan membagi habis pasien sesuai
dengan pasien kelolaan dan pasien titipan pada shiftnya. Mahasiswa berdiskusi
dengan kepala ruang tentang metode penugasan tim primer, bersama-sama dengan
ketua tim menentukan tingkat ketengantungan pasien agar mempunyai persepsi yang
sama sehingga dalam pembagian tugas perawat pelaksana disesuaikan tingkat
ketergantungan pasien.
Pelaksanaan kegiatan pre-post conference pada umumnya sudah dilakukan sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan, tetapi para perawat belum terbiasa. Lalu mahasiswa
diskusi dengan ketua tim agar pre & post conference bisa dilakukan secara efektif.
Ketua tim cukup mengecek catatan harian perawat pelaksana dan menambahkan
informasi perencanaaan dan pelaksanaan sesuai kondisi klien.
40
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, diruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 Katim hanya mempunyai 1 perawat pelaksana, karena jumlah
perawat yang masih kurang, sehingga pre & post conference yang dilakukan sangat
singkat karena hanya kepada satu perawat.
d. Supervisi
Kegiatan supervisi meliputi operan, pre-post conference, pembuatan rencana harian,
dokumentasi, pelaksanaan SOP & SAK. Mahasiswa melakukan sipervisi kepada
kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana. Kepala ruangan melakukan supervisi
kepada ketua tim pada kegiatan pre-post conference, dan pembuatan rencana harian.
Ketua tim mensupervisi perawat pelaksana dalam melakukan kegiatan asuhan
keperawatan, dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, Kepala ruangan telah
melakukan supervisi kepada perawat pelaksana dan ketua tim mengenai pelaksanaan
kegiatan dan dokumentasi asuhan keperawatan. Ketua tim juga telah melakukan
supervisi kepada perawat pelaksana hanya dokumentasi asuhan keperawatan tetapi
masih belum terstruktur.
e. Pengisian Format pengkajian keperawatan
Sejak dikeluarkannya format asuhan yang baru direvisi, subdepwat melakukan
sosialisasi kepada seluruh kepala ruangan dalam rapat rutin keperawatan.
Pendokumentasian dilakukan setiap shift, kepala ruangan dan ketua tim memeriksa
kelengkapan pendokumentasian anggota timnya. Kendala yang dirasakan adalah
keterbatasan waktu untuk pendokumentasian karena kesibukan kerja, format
dokumentasi tidak efektif (kolom yang tersedia pada format sangat kecil sehingga
pengisiannya memerlukan banyak format), ketersediaan format terbatas sehingga
pendokumentasian tidak berkesinambungan. Dari kendala ini maka mahasiswa
diskusi dengan para karu dan katim untuk membuat format baru yang efektif yang
akan diuji cobakan apakah dengan penggantian format akan efektif dilaksanakan
oleh perawat.
41
Latihan pengisian pengkajian keperawatan dilakukan jika ada klien baru, mahasiswa
mendampingi Katim dalam pengisian pengkajian dan ikut memprioritaskan masalah
serta memilihkan rencana asuhan yang akan digunakan. Hasil pengamatan diruang
Cemara 2 didapatkan masih ada catatan dokumentasi yang tidak lengkap, tetapi
dengan uji coba format baru dokumentasi keperawatan diisi lengkap dengan baik.
f. Audit Dokumentasi Keperawatan
Kepala ruang setiap bulan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi sampai dengan audit proses dokumentasi)
terkait dengan MPKP. Salah satunya adalah audit dokumentasi keperawatan yang
dilakukan pada rekam medik pada klien yang pulang atau yang sedang dirawat lalu
dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa
kepala ruangan telah membuat audit secara umum tetapi belum melakukan
rekapitulasi hasil dari audit tiap bulan.
Latihan dilakukan oleh kepala ruang bersama mahasiswa untuk melakukan audit
dokumentasi dengan format yang telah disepakati selama 1 minggu. Dan didapatkan
hasil Karu merasa senang karena bisa meringkas data secara efektif dan efisien.
g. Sistem pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Delegasi
dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan
kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan
melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa
selama ini belum dilakukan pelimpahan tugas secara tertulis, sehingga tidak ada
pelimpahan secara resmi. Pelaksanaan kegiatan mahasiswa residen adalah diskusi
dengan Karu tentang proses pendelegasian dengan format yang telah disepakati dan
cara pengisiannya.
42
h. Penulisan discharge planning
Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan
yang merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera
setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang
menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga dan orang yang
penting bagi klien.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data discharge
planing sudah dilakukan tetapi dalam bentuk surat kontrol. Mahasiswa residen
bersama kepala ruang membuat format discharge planning dan memberikan latihan
pengisian pada saat ada klien pulang.
i. Penghitungan BOR, LOS, dan TOI
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan
pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter.
Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi
keperawatan.
Hasil pengamatan diruangan sudah ada penghitungan BOR, LOS dan TOI, sehingga
keberadaan mahasiswa hanya diskusi dengan kepala ruang tentang cara
penghitungannya.
B. Evaluasi Kegiatan
1. Kemampuan kognitif
Evaluasi kognitif dilakukan dengan memberikan soal pre test sebelum penyegaran dan
pelaksanaan dan soal post test setelah penyegaran dan pelaksanaan kepada seluruh peserta
pelatihan. Kemudian lembar jawaban dinilai berdasarkan kunci jawaban yang dibuat. Soal
pre test dan post test yang terdiri dari 30 soal mengenai MPKP, dokumentasi keperawatan
dan studi kasus yang ada diruangan. Penilaian pre dan post dilakukan diawal kegiatan dan
akhir kegiatan.
43
Hasil observasi di dapatkan nilai sebagai berikut nilai rata-rata pre tes adalah 70.88 %
(jumlah peserta 24 orang), rata-rata nilai post test adalah 80,24 % (jumlah peserta 24
orang). Terjadi peningkatan rata-rata 9,36 %, artinya terjadi peningkatan pengetahuan
tentang MPKP di 3 ruang yaitu Ruang Cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2
Rumkitpolpus RS Sukanto.
Observasi Tiap ruang didapatkan hasil sebagai berikut ruang Cemara 2 nilai pretest 70,1
% dan post test 81,2 %, ruang Cendrawasih 2 pre test 71, 6 % dan post test 81,4%.
Ruang Cempaka 2 pre test 70,92 dan post test 78,1 %.
2. Kemampuan Psikomotor
Evaluasi psikomotor dilakukan dengan mengobservasi peserta selama latihan dan
praktikum. Mahasiswa mengobservasi kegiatan peserta dalam melakukan operan, kegiatan
pre dan post conference, penulisan catatan harian, supervisi, pengisian pengkajian awal
keperawatan, pemilihan diagnosis yang tepat dari 10 diagnosis yang telah dibuat,
pendelegasian, penulisan discharge planning saat klien pulang dan pembuatan BOR, LOS
dan TOI.
Penilaian dilakukan pada tanggal 2, 3 dan 4 Desember 2008 dan di dapatkan hasil bahwa
kegiatan operan, pre -post conference, rencana harian, supervisi, penulisan pengkajian
awal keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan, penulisan pendelegasian, penulisan
discharge planning dan penghitungan BOR, LOS dan TOI telah dilakukan. Rata-rata
kepala ruang telah menulis rencana harian setiap hari, kegiatan operan sebanyak 2 kali,
supervisi sebanyak 2 kali, penulisan pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan 5
pasien dan audit dokumentasi sebanyak 1 kali terhadap status pasien.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa, seluruh kegiatan yang dilakukan masih
belum optimal, hal ini tampak melalui kegiatan operan belum menggambarkan aktivitas
yang telah dilakukan oleh perawat, rencana harian belum menggambarkan keseluruhan
tindakan yang akan dilakukan pada pasien, rencana supervisi kepala ruang kepada katim
dan perawat pelaksana tidak dijalankan sesuai kontrak, pengisian pengkajian keperawatan
telah dilakukan sesuai pedoman, format discharge planning telah terisi dengan benar,
format pendelegasian dalam latihan telah terisi dengan benar.
44
Hasil observasi didapatkan nilai rata-rata kegiatan operan di 3 ruang percontohan diruang
90%, pre dan post conference 93,34 %, pembuatan rencana harian 100%, Penulisan
pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 90%, pemberian asuhan
keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan
BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Hasil observasi tiap ruang didapatkan data sebagai berikut Ruang Cemara nilai kegiatan
operan 90%, pre dan post conference 90%, pembuatan rencana harian 100%, Penulisan
pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 86,67%, pemberian asuhan
keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan
BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Ruang Cempaka 2 nilai kegiatan operan 90%, pre dan post conference 90%, pembuatan
rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan
80%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan
85 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Ruang Cendrawasih 2 nilai kegiatan operan 100%, pre dan post conference 100%,
pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis
keperawatan 90%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi
keperawatan 90 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge
planning 100 %.
3. Afektif
Evaluasi sikap dinilai dengan observasi keaktifan peserta dalam bertanya dan sikap
mereka terhadap program perubahan cara kerja. Cara penilaian adalah melakukan
exsplorasi pandangan para perawat terhadap program MPKP dan dokumentasi
keperawatan selama mengikuti kegiatan penerapan MPKP.
Berdasarkan laporan tertulis dan hasil diskusi dengan 3 perawat diruang Cemara 2
Cempaka 2 dan Cendrawasih 2 pada tanggal 3 Desember 2008, diperoleh informasi bahwa
perawat merasakan keuntungan dengan menerapkan MPKP, yaitu : Perawat pelaksana
mengetahui apa yang harus dikerjakan berdasarkan operan, pre dan post conference serta
45
rencana harian yang dibuat untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan, terdorong
untuk melihat SAK pada saat melakukan pendokumentasian proses keperawatan,
pekerjaan perawat menjadi lebih terarah, mempunyai rasa tanggung jawab pada pasien dan
pada profesi, waktu dapat dialokasi dengan baik, kerja sama antar anggota tim lebih terasa,
mengenal pasien secara holistik, bekerja sesuai peran dan fungsi masing-masing dan lebih
efektif dalam melakukan dokumentasi keperawatan
.Hambatan yang dirasakan oleh perawat di 2 ruang (cemara 2, dan Cendrawasih 2) adalah
beban kerja tinggi, pekerjaan nonkeperawatan seperti mengambil darah, mengantar pasien
rontgen dan membuat administasi pasien, sarana-prasarana yang kurang memadai untuk
pelaksanaan tindakan seperti alat EKG dan Oksigen untuk transportasi pasien belum ada,
pendokumentasian sering terhambat karena format pendokumentasian terbatas, SDM
kurang, sehingga jika dinas pagi Katim merangkap menjadi perawat pelaksana. Konflik
peran yang diemban oleh kepala ruang dan katim masih merasa ragu dalam menjalankan
perannya.
Tabel 4.1 Audit Dokumentasi Proses Keperawatan Cemara 2 sebelum dan sesudah uji coba format pengkajian yang baru
No ASPEK YANG DINILAI
PROSENTASE (%)
SEBELUM SESUDAH
1 Pengkajian 75.5 100
2 Diagnosa 85.0 100
3 Perencanaan 52.0 85
4 Tindakan / Implementasi 83.0 85
5 Evaluasi 72.0 90
6 Catatan Keperawatan 100 100
Rata-rata 77,92 93,34
Tabel 4.2 Audit Dokumentasi Proses Keperawatan Cendrawasih 2 sebelum dan sesudah
46
uji coba format pengkajian yang baru
No ASPEK YANG DINILAI
PROSENTASE (%)
SEBELUM SESUDAH
1 Pengkajian 87.0 100
2 Diagnosa 85.0 100
3 Perencanaan 67.0 90
4 Tindakan / Implementasi 85.0 90
5 Evaluasi 82.0 90
6 Catatan Keperawatan 100 100
Rata-rata 84,34 95,00
BAB V
47
PEMBAHASAN
Berdasarkan penerapan MPKP diruang percontohan (ruang Cemara 2 dan Cendrawasih2)
Rumkitpolpus RS Sukanto, akan dijelaskan berdasarkan teori yang terkait dan rencana tindak
lanjut yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Rencana Kegiatan harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat perawat
pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Pembuatan rencana harian
merupakan salah satu kegiatan dalam tahap perencanaan. Perencanaan yang disusun oleh
perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing.
Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan. Isi dari
perencanaan berupa kegiatan tentang apa, bagaimana dan dimana kegiatan akan dilaksanakan
(Keliat, dkk,2000).
Diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 pembuatan rencana harian dirasakan sangat menyita
waktu dan lama, isinya masih sangat umum. Kendala yang dirasakan adalah budaya membaca
dan menulis serta membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan belum terbiasa.
Kadang-kadang perencanaan harian dibuat pada saat tugas sudah berjalan, sehingga belum
menggambarkan rencana kegiatan secara keseluruhan. Pembuatan rencana kegiatan harian
belum optimal ini disebabkan kurangnya pengetahuan para perawat mengenai fungsi dari
catatan itu sendiri sebagai pedoman kegiatan selama bekerja.
Menurut Schein (1987, dalam Kreitner, 2000), merencanakan sebuah budaya kerja melibatkan
proses belajar. Oleh karena itu, setiap anggota organisasi akan mengajarkan satu sama lain
mengenai nilai-nilai, keyakinan, pengharapan dan perilaku yang dipilih organisasi.
Rencana tindak lanjut pembuatan perencanan kegiatan harian adalah dibuat
kesepakatan/komitmen bersama dan dilakukan pengawasan oleh ketua tim dan kepala
ruangan, menerapkan budaya sadar membaca dan menulis, kepala ruangan dan ketua tim
menjadi role model dalam memberikan contoh dan bimbingan kepada perawat pelaksana.
Pimpinan keperawatan perlu memberikan dukungan menyediakan fasilitas (buku/note book) 47
48
yang mendukung pelaksanaan pembuatan rencana kegiatan dan dibuat buku/note book) yang
efisien dan efektif.
2. Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan
dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung
jawab tim malam. Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan
informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi
intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang
perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan
tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan
yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan
klien saat itu.
Kegiatan operan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 sudah dilakukan sesuai dengan prinsip
operan, namun masih belum optimal, antara lain : isi dari operan yang masih bersifat
kolaboratif, operan yang dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan bersama-sama karena
belum semua perawat hadir pada waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, kepala
ruang / ketua tim tidak hadir karena ada acara tertentu.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas pagi, sore
dan malam, menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan mengenai jam visite
dokter, membuat rencana perawatan yang komprehensif dan terorganisir.
3. Pre-post conference
Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan dan
sebelum operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim
49
atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting
untuk operan (Keliat, 2000).
Pelaksanaan kegiatan pre-post conference diruang Cemara 2 & cendrawasih 2 pada umumnya
sudah dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tetapi isi post conference belum
sepenuhnya hasil asuhan keperawatan.
Ada beberapa kendala dalam kegiatan pre post conference diruangan antara lain adalah
perawat belum terbiasa pendekatan manajemen dalam pengelolaan askep, kegiatan yang
begitu padat, jadwal visite dokter bersamaan dengan tindakan perawat, fungsi struktur
diruang masih belum menggambarkan kegiatan fungsi kegiatan MPKP, yang terdiri dari
kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi agar
pelaksanaan pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas melalui
pendidikan dan pelatihan, kepala ruangan melakukan supervisi dan mengingatkan katim
terhadap pelaksanaan pre-post conference agar terbiasa dan menjadi budaya kerja. Perlunya
peninjauan struktur ruangan dan pemetaan tenaga yang proporsional, adanya uraian tugas
yang jelas di Ruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 agar kegiatan diruangan lebih optimal.
4. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004).
Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota.
Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan
sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mc Farland, Leonard & Morris,1984).
50
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan
keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak diartikan sebagai
pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat
yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau
keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi
supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan
supervisi ( Bittel, 1997).
Dalam penerapan MPKP diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan supervisi sudah
dapat dilakukan oleh kepala ruangan maupun ketua tim, antara lain supervisi kegiatan
operan, pre-post conference, pemberian askep dan dokumentasi asuhan keperawatan, tetapi
kegiatan masih belum terjadual dan dilakukan secara spontan jika kepala ruang tidak sibuk.
Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah belum terbiasa dengan
perencanaan pengarahan dan merasa canggung untuk melakukan supervisi, serta tenggelam
dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, kepala ruangan dan katim tidak dapat
memberikan masukan dan perbaikan kepada perawat yang disupervisi. Hal ini akan
berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan keperawatan yang tidak optimal.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan adalah : direncanakan
siapa, kapan waktunya, kegiatan apa yang akan disupervisi, bagaimana supervisi
dilaksanakan dan penentuan standar serta alat supervisi. Agar supervisi dapat dilakukan
dengan lebih baik, kepala ruangan / ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan
supervisi secara terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer
keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi diruangan-ruangan, merencanakan
pengembangan SDM baik secara formal maupun informal, dan juga memberikan pengayaan
fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan dengan supervisi.
5. Dokumentasi Proses Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis dari kegiatan yang
telah dilakukan oleh perawat (Priharjo, 1995 dalam Hariyati, 2007). Dokumentasi
keperawatan menggambarkan keadaan perkembangan pasien, mencatat asuhan keperawatan
51
yang telah diberikan, dan mencatat riwayat kesehatan untuk masa yang akan datang. Tujuan
dokumentasi asuhan keperawatan adalah sebagai sarana koordinasi dan mencegah pemberian
informasi kepada pasien secara berulang, aspek legal, sumber penelitian, sarana pendidikan,
sarana monitoring mutu, akreditasi, sarana pendukung pada pembayaran (Kozier, 2004).
Pencatatan asuhan keperawatan bukan sekedar menuliskan sesuatu dalam lembar pencatatan
tetapi sebelum pencatatan tersebut, harus dianalisa apa yang harus dicatat, bagaimana
penyusunan kalimat, dan dimana tiap tulisan tersebut diletakkan (Rubenfels & Scheffer, 1999
dalam Hariyati, 2007).
Di Rumkitpolpus RS Sukanto, sejak dikeluarkannya format dokumentasi asuhan yang baru
rampung direvisi, telah disepakati oleh seluruh kepala ruangan bersama subdepwat dalam
rapat rutin keperawatan untuk melakukan dokumentasi proses keperawatan yang merupakan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat profesional, sekaligus merupakan salah satu
penilaian akreditasi yang akan berlangsung awal desember ini.
Permasalahan yang sering ditemui dari perawat diruangan adalah penerimaan status pasien
pindahan dari ruangan lain dengan pendokumentasian proses keperawatan tidak lengkap
terutama pada pengkajian dan implementasi. Format pengkajian yang terlalu kompleks dan
sulit sehingga menyebabkan para perawat tidak bisa mengisi, Belum adanya pedoman khusus
untuk pengisian format pengkajian, format perencanaan sampai evaluasi dibagi dalam kolom
yang sangat kecil, sehingga pengisiannya memerlukan banyak format dan tidak efektif.
Pengisian format dokumentasi juga tidak kontinyu, karena waktu yang ada dirasakan sangat
sempit.
Dari hasil uji coba format dan pemilihan 10 diagnosa yang sering dipakai diruangan setelah
diaudit di Ruang Cemara 2, terjadi peningkatan pada semua aspek dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan Format
pengkajian yang efektif disesuaikan dengan kebutuhan, adanya perencanaan yang tinggal
memilih, adanya petunjuk pengisian format. Dari Persepsi perawat terhadap pengisian kolom
perencanaan dan implementasi dalam uji coba berbeda-beda tetapi sebagian besar setuju
karena dirasakan efektif. Namun demikian secara kualitas, dokumentasi proses keperawatan
baik sebelum maupun setelah mendapatkan pelatihan masih belum optimal.
52
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : Supervisi terhadap penerapan proses
keperawatan perlu ditingkatkan agar dokumentasi asuhan dapat dilakukan secara
berkesinambungan, audit dokumentasi askep dilakukan pada setiap pasien pulang,
penggunaan format hasil uji coba. RS perlu menyediakan format supervisi dalam jumlah
yang cukup. Kainstalasi ranap perlu melakukan supervisi secara terjadwal terhadap kinerja
kepala ruangan untuk memotivasi mereka dalam bekerja dan memberikan dukungan bagi
perawat diruangan dan disediakan buku raport untuk katim dan perawat pelaksana.
6. Sistem pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Delegasi dilaksanakan di
MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim
kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas
dan wewenang. Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang diguakan oleh staf dalam
meningkatkan produktivitas. Kenyataan yang terjadi , dengan waktu yang hanya sedikit ,
sering terlalu banyak perkerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang. Pada situasi ini
maka pendelegasian dan pembagian pekerjaan diperlukan.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa selama ini
belum dilakukan pelimpahan tugas secara tertulis, sehingga tidak ada pelimpahan secara
resmi. Pelaksanaan kegiatan adalah diskusi dengan Karu tentang proses pendelegasian dengan
format yang telah disepakati dan cara pengisiannya.
Kendala dalam pelaksanaan pendelegasian yang ditemukan adalah para perawat belum
terbiasa dengan perencanaan pengorganisasian yang baik serta tenggelam dengan kegiatan
rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, belum adanya format pendelegasian yang baku yang
dibuat oleh rumah sakit.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan pendelegasian yang harus dilakukan adalah : kepala
ruangan / ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan pendelegasian secara tertulis,
dibuat format baku yang sosialisasikan ke semua orang.
7. Discharge planning
53
Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan yang
merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien
masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama
antara tim kesehatan, keluarga dan orang yang penting bagi klien.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data discharge planing
sudah dilakukan, akan tetapi isinya masih singkat tidak mencakup aspek discharge planning
yang meliputi penjelasan penyakit dalam leaflet, obat-obatan, perawatan kontrol, nutrisi,
aktifitas dan istirahat. Disamping itu belum adanya dokumen yang baku.
Kendala dalam pelaksanaan discharge planing yang ditemukan adalah para perawat belum
terbiasa dengan perencanaan pengorganisasian yang baik serta tenggelam dengan kegiatan
rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, belum adanya format discharge planing yang baku
yang dibuat oleh rumah sakit.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan discharge planing yang harus dilakukan adalah : membuat
format discharge planing yang disosialisasikan kepada. Memasukan kegiatan discharge
planing sebagai salah satu kegiatan program keperawatan.
8. Penghitungan BOR, LOS, dan TOI
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Pengendalian
difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output
adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi keperawatan.
Hasil pengamatan diruangan sudah ada penghitungan BOR, LOS dan TOI, sehingga
keberadaan mahasiswa hanya diskusi dengan kepala ruang tentang cara penghitungannya.
Kendala dalam penghitungan BOR, LOS & TOI adalah belum terbiasa dengan evaluasi
kegiatan, budaya tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, adanya
persepsi bahwa daya guna tidak nampak bagi keperawatan. Hal ini akan berdampak terhadap
kualitas pemberian asuhan keperawatan yang tidak optimal.
54
Rencana tindak lanjut harus dilakukan adalah : agar penghitungan BOR, LOS & TOI
dilakukan dengan lebih baik, rumah sakit perlu melatih dan membudayakan kegiatan ini
secara terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan
yang turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi diruangan-ruangan memasukan penghitungan
BOR, LOS & TOI dalam kegiatan supervisi, memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi
kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan dengan pengendalian program.
C. Kegiatan lain
Selain melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
mahasiswa juga melakukan diskusi dengan Komite keperawatan dan KaIrna keperawatan
secara terpisah yang berhubungan dengan uji coba format asuhan keperawatan dan penentuan
10 (sepuluh) diagnosa yang sering ditemukan diruangan dan penulisan format discharge
planning yang selama ini belum dilakukan.
Hal-hal yang dibicarakan mengenai format dokumentasi asuhan keperawatan askep yang
terlalu komplek sehingga menyebabkan perawat malas mengisi, sehingga perlu dilakukan uji
coba format yang efektif. Mahasiswa memberikan solusi dengan memberikan format
dokumentasi hasil diskusi dengan mahasiswa dengan kepala ruang selama residensi yang
lebih efektif dan efisien. Untuk format discharge planning karena sifatnya adalah untuk
kepuasan klien dan keluarganya maka sebaiknya dimasukan dalam kegiatan keperawatan
diruangan.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan kegiatan residensi di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto dari
tanggal 06 Oktober sampai dengan 12 Desember 2008, maka dapat dibuat kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian ditemukan 14 (empat belas) masalah yang berkaitan dengan
manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan. Dari masalah-masalah diatas dengan
mempertimbangkan sumberdaya, kewenangan dan kemampuan yang diatasi hanya 5
(lima) prioritas masalah, yaitu pemahaman tentang metode penugasan tim belum
seragam, belum optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan, fungsi pengendalian mutu ruangan yang difokuskan
pada Indikator mutu dalam bentuk penghitungan BOR, LOS, TOI yang belum optimal,
belum optimalnya pembuatan rencana kegiatan harian, dan sistem pendelegasian yang
belum dilakukan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah :
a. Penyegaran :
Penjelasan tentang konsep MPKP yang meliputi penulisan catatan harian bagi Kalak,
Katim dan perawat pelaksana, pengisian Format audit catatan harian dan dokumentasi
keperawatan oleh kepala ruangan, pengisian format pengkajian awal keperawatan,
penentuan diagnosis dan rencana keperawatan, penulisan format discharge planning,
pendelegasian dan pembuatan penghitungan BOR, LOS, TOI
b. Penyiapan perangkat MPKP
Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama
dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun antara lain
adalah kartu anggota Tim, Format pengkajian awal keperawatan, penentuan 10
(sepuluh) diagnosa yang sering muncul diruangan, format pendelegasian, dan format
56
56
discharge planning, format audit dokumentasi keperawatan, serta format penghitungan
BOR, LOS, TOI
c. Pelaksanaan
1) Penyegaran dilakukan di 3 ruang yaitu ruang cempaka 2, Cendrawasih 2 dan
Cemara 2. Hasil observasi pada saat penyegaran di dapatkan hasil sebagai berikut
nilai rata-rata pre tes adalah 70.88 % (jumlah peserta 24 orang), sedangakan nilai
post test adalah 80,24 % (jumlah peserta 24 orang). Terjadi peningkatan rata-rata
9,36 %, artinya terjadi peningkatan pengetahuan tentang konsep MPKP di 3 ruang
percontohan.
2) Penerapan MPKP di 3 ruang percontohan, beberapa kegiatan MPKP yang
direncanakan sudah dilaksanakan, hasil observasi didapatkan hasil nilai rata-rata
kegiatan operan di 3 ruang percontohan 90%, pre & post conference 93,34 %,
pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan
diagnosis keperawatan 90%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil
audit dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %,
dan penulisan discharge planning 100 % sesuai dengan harapan.
3) Keuntungan yang dirasakan oleh perawat dengan penerapan MPKP, antara lain
memungkinkan komunikasi antar tim dengan optimal, sehingga kesulitan mudah
diatasi, perawat pelaksana mengetahui apa yang harus dikerjakan berdasarkan
operan, pre dan post conference serta rencana harian. pekerjaan perawat menjadi
lebih terarah, waktu dapat dialokasi dengan baik, kerja sama antar anggota tim
lebih terasa, bekerja sesuai peran dan fungsi masing-masing sehingga mendukung
pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Sedangkan hambatan yang dirasakan antara lain beberapa kegiatan yang dilakukan
membutuhkan waktu yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu yang sibuk, beban
kerja yang banyak, dan adanya pekerjaan non keperawatan yang harus dikerjakan
oleh perawat misalnya mengambil darah, membuat administasi pasien.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
57
1. Pimpinan / kepala Rumkitpolpus RS Sukanto
a. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya note book dan penyediaan
format asuhan keperawatan yang telah diuji cobakan, bagi terselenggaranya ruang
MPKP.
b. Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi keperawatan
untuk mengembangkan karir dan pendidikan berkelanjutan ke D3 dan S1 Keperawatan
yang diperlukan diruang MPKP.
2. Subdepartemen Keperawatan
a. Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah terbentuk
menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan, memberi pujian
terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja
perawat.
b. Memberikan pengkayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama pada fungsi
pengawasan.
c. Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang telah
diuji cobakan diruang Cemara 2.
3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim
a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat
pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan keperawatan.
b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang atau dalam
proses perawatan.
c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah ditentukan
oleh direksi Rumah Sakit.
4. Perawat Pelaksana
a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas kegiatan.
b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
58
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme
perawat.
5. Mahasiswa Residensi yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil residensi
terdahulu khususnya di ruang percontohan MPKP dan menambah kegiatan lain yang
belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan, bulanan, dan ronde keperawatan dan
menyempurnakan format pengkajian dan rencana intervensi yang sudah ada.