contoh lab spektofotometri UV.pdf
Transcript of contoh lab spektofotometri UV.pdf
-
PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI
MEMILIKI KROMOFOR) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-
VIOLET (UV)
A. TUJUAN
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menetapkan kadar senyawa
yang tidak berwarna (tetapi memiliki kromofor) secara spektrofotometri ultra-
violet (UV).
B. LANDASAN TEORI
Sufadiazin dapat digunakan sebagai antibiotik, dengan nama dagang
mikrosulfon, merupakan golongan obat sulfonamide dan umum digunakan untuk
infeksi saluran urin (terkecuali sulfasetamida) juga digunakan untuk infeksi mata.
Akan tetapi, memiliki potensi efek samping berupa mual, muntah, murus, alergi
(termasuk kulit), batu ginjal, gagal ginjal, penurunan jumlah sel darah putih, dan
sensitivitas terhadap matahari (Awad, dkk, 2012).
Sulfonamid merupakan obat antimikroba turunan para-
aminobenzensulfomanida yang digunakan secara sistemik untuk mengobati dan
mencegah beberapa penyakit infeksi (Sudarma, 2007).
Nouws mendemonstrasikan bahwa hidroksilasi metabolit sulfadiazine
dapat bekerja sebagai antimikroba terhadap Escherichia coli 2,5% dari aktivitas
obat parenteral. N4-asetil tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap
bakteri ini. Study menunjukkan bahwa proses hidroksilasi metabolit sulfadiazine
bekerja sebagai antimikroba melawan T. gondii. Tingkat hidroksilasi tergantung
-
pada jenis species, usia, dan dosis. Keberadaan metabolit aktif sebagai
antimikroba dapat berakibat pada khasiat dalam perawatan ketika metabolit-
metabolit yang ada dalam konsentrasi yang tinggi atau ketika konsentrasi efektif
dalam plasma dicapai (Ven, dkk, 1995).
Sulfadiazine dapat dianalisis konsentrasinya dengan menggunakan
spektrofotometer Ultra-Violet. Spektrofotometer UV-Visibel merupakan
instrumen yang sederhana dan tidak mahal. Di sisi lain, hubungan antara
kesederhanaan dan kerendahan biaya, metode ini dapat dianggap lebih unggul jika
dibandingkan dengan metode-metode sebelumnya. Lebih dari itu, metode ini
bebas dari gangguan dari bahan aditif dan bahan tambahan lainnya (Siddappa,
dkk, 2009).
Analisis simultan sejumlah komponen di dalam larutan dengan metoda
spektrofotometri, di mungkinkan dengan adanya sifat aditif dari absorbansi
masing-masing komponen yang bersangkutan. Ketelitian penentuan cara ini
bergantung pada ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan memberikan
perbedaan kontras pada masing-masing absorbansi, kecermatan penentuan
konsentrasi larutan baku dari tiap komponen, dan pemilihan faktor koreksi
terhadap konsentrasi komponen asing yang tidak terukur (Surawidjadja, 1997).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat
-
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dengan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding. Monokromator pada spektrofotometer digunakan untuk memperoleh
sumber sinar yang monokromatis dengan alat berupa prisma yang mengarahkan
sinar monokromatis yang dinginkan dari hasil penguraian melalui celah, sehingga
prisma yang dirotasikan dapat memperoleh panjang gelombang yang diinginkan
(Khopkar, 2010).
Energi elektronik suatu molekul dihasilkan dari transisi elektron valensi
di dalam molekul. Transisi ini terdiri dari eksitasi elektron dari orbital yang
ditempati ke orbital yang berenergi tinggi. Hubungan antara energy yang diserap
di dalam transisi elektronik dengan frekuensi dan panjang gelombang adalah :
= =
, dengan h adalah tetapan Planck (6,6 x 10-34
Js), v adalah frekuensi
(1/s), c adalah kecepatan cahaya (m/s) dan adalah panjang gelombang (m).
Karakteristik dari suatu serapan adalah letak dan intensitas. Letak serapan
diberikan dalam bentuk panjang gelombang radiasi yang menunjukkan berapa
energi yang dibutuhkan untuk melakukan transisi elektronik (Papilaya, dkk,
2009).
Intensitas serapan bergantung pada dua faktor, yaitu kebolehjadian
interaksi antara energi radiasi sistem elektronik dan perbedaan energi antara
tingkat dasar dengan tingkat tereksitasi. Bila kebolehjadian besar, maka akan
-
mempunyai intensitas tinggi dan disebut transisi yang dibolehkan dengan harga
konstanta absorpsifitas molar lebih besar dari 103 atau maks > 103 dan bila
intensitasnya kecil maka disebut transisi terlarang dengan harga maks < 103.
Spektrofotometer ultraviolet akan memberikan penyerapan yang berbentuk
puncak dengan tinggi puncak sebagai fungsi gelombang penyerapan (Papilaya,
dkk, 2009).
Di samping itu, hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis
kandungan atau konsentrasi suatu senyawa obat dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis antara lain pembentukan molekul yang dapat meyerap
sinar UV-Vis, waktu operasional untuk mengetahui waktu pengukuran yang
stabil, pemilihan panjang gelombang, pembuatan kurva baku, serta pembacaan
absorbansi sampel atau cuplikan (Gandjar dan Rohman, 2007).
-
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
- Labu ukur 50 ml dan 100 ml
- Gelas kimia
- Pipet volume 10 ml
- Filler
- Pipet tetes
- Erlenmeyer
- Timbangan
- Cawan petri
- Lumpang dan alu
- Gelas ukur 100 ml dan 250 ml
- Spektrofotometer
- Kuvet
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
- Sulfadiazine
- NaOH 2 N
- Obat trisulfa
- Aquades
-
3. Uraian Bahan
a. Aquadest
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
b. Sulfadiazin
Nama resmi : Sulfadiazinum
Nama lain : Sulfadiazina
RM/BM : C10H10N4O2S / 250,27
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih agak
merah jambu, hampir tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol (95%) P dan dalam aseton P, mudah larut
-
dalam asam mineral encer dan larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : Anti bakteri
c. NaOH
Nama resmi : Natrii Hydroxydum
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH
/ 40,00
Rumus struktrur :
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur ; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P
OH Na
-
D. PROSEDUR KERJ A
- Pembuatan Larutan Induk
- Pembuatan Larutan Sampel
Larutan induk sulfadiazine 1mg/ml
- Dipipet masing-masing 1,25 ml,
2,5 ml, 3,75 ml, dan 5 ml
- Dimasukkan ke dalam labu ukur
- Diencerkan dengan NaOH 0,5 N
hingga volumenya 25 ml
- Dimasukkan ke dalam botol vial
Larutan sulfadiazine dengan konsentarsi 0,05 mg/ml; 0,10
mg/ml; 0,15 mg/ml; dan 0,20 mg/ml
- Ditimbang 0,03 g
- Dilarutkan dengan NaOH hingga
25 ml
Obat Trisulfa
Larutan Sampel
-
- Pengukuran Kurva Kalibrasi
- Pengukuran Konsentrasi Sampel
- Diukur konsetrasinya pada
= 270 nm
- Diperoleh kurva kalibrasi
Larutan Standar
Kurva Kalibrasi
- Diukur konsetrasinya pada
= 270 nm
- Diperoleh konsentrasi sampel
Larutan sampel
Konsnetrasi Sampel
-
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan Larutan Standar
No. Std. Name WL1[270.0nm] ABS Conc(%)
1 standar 1 0.674 0.674 0.05
2 standar 2 0.672 0.672 0.1
3 standar 3 0.721 0.721 0.15
4 standar 4 0.823 0.823 0.2
2. Tabel Hasil Pengamatan Larutan Sampel
No. Sample Name WL1[270.0nm] ABS Conc(%)
1 trisulfa 1.033 1.033 0.3813 High
3. Grafik Absorbansi Larutan Standard an Larutan Sampel
A B S
%
0 .0 0 0 .0 5 0 .1 0 0 .1 5 0 .2 0
-1
0
1
2
3
4
5
6
S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1 :
K 0 :
R :
R 2 :
0 .8 2 4 6
-0 .4 7 1 1
0 .9 0 3 5
0 .8 1 6 3
-
4. Perhitungan
Diketahui :
Konsentrasi larutan sampel = 0,3813
Massa sulfadiazine dalam larutan sampel = (konsentrasi volume) sampel
= 0,3813 25
= 9,5325 mg
Ditanya : Kadar sulfadiazine dalam sampel = ?
Penyelesaian :
Kadar sulfadiazine dalam sampel =
100%
= ,
100%
= 31,775 %
Jadi, kadar sulfadiazine dalam sampel adalah sebesar 31,775%.
-
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran atau penetapan kadar suatu
senyawa secara kualitatif dengan menggunakan spektrofotometri ultra violet. Alat
yang digunakan dalam metode ini berupa spektrofotometer UV-Visibel yang
mengukur suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom
dari suatu sampel yang diamati.
Metode yang digunakan, yaitu spektrofotometri ultra violet berdasarkan
pada prinsip absorpsi suatu cahaya monokromatis dari suatu emisi radiasi oleh
molekul atau unsur yang terkandung dalam senyawa yang sedang diamati.
Pengukuran dilakukan terhadap banyaknya sinar yang diserap terhadap frekuensi
atau pun panjang gelombang yang digunakan oleh sinar tersebut, kemudian
selanjutnya akan tebaca sebagai suatu spektra absorpsi yang selanjutnya akan
dihubungkan sengan nilai konsentrasi larutan sampel yang sedang diamati
tersebut.
Metode spektrofotometri yang digunakan umumnya dapat digunakan
untuk mengukur suatu larutan berwarna karena umumnya di dalamnya
mengandung suatu gugus kromofor. Akan tetapi, metode ini juga dapat digunakan
untuk mengukur suatu larutan ataupun sampel yang tidak berwarna, tetapi di
memiliki gugus kromofor. Kromofor adalah suatu gugus yang terdapat dalam
suatu senyawa yang sifatnya dapat menyerap radiasi ultraviolet dekat dan juga
dapat menyerap radiasi atau cahaya pada daerah sinar tampak, sehingga pada
kromofor tersebut transisinya memiliki penyerapan pada panjang gelombang
maksimum di atas 200 nm.
-
Selain gugus kromofor yang terdapat dalam senyawa yang dapat diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer ultraviolet maupun visibel juga terdapat
gugus ausokrom. Gugus ini juga berperan dalam proses transisi elekton dan
pembacaan nilai absorbansi. Ausokrom merupakan gugus pada suatu seyawa pada
sampel yang diamati. Brbeda dengan gugus kromofor, gugus ausokrom tersebut
tidak mamiliki kemampuan untuk mengabsorpsi atau menyerap suatu cahaya.
Meskipun begitu, gugus ausokrom mempengaruhi intensitas dari suatu pita
absorpsi oleh gugus kromofor pada suatu senyawa. Ketika suatu asokrom terikat
pada gugus kromofor, maka akan terjadi pergesar panjang gelombang dari daerah
panjang gelombang yang pendek ke daerah panjang gelombang yang panjang.
Pergeseran tersebut tentu saja mempengaruhi intensitas cahaya suatu absorbansi
sehingga menjadi lebih kuat. Hal tersebutlah yang juga disebut sebagai efek
hiperkromik, yaitu pergeseran atau peningkatan suatu intensitas absorpsi larutan
terhadap suatu cahaya.
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah sulfadiazine dan
dibandingkan dengan sampel obat yang diamati, yaitu trisulfa. Obat sulfadiazin
merupakan salah satu obat dari golongan sulfonamide yang biasanya digunakan
sebagai antibiotik dan memiliki kemampuan sebagai antimikroba tertentu. Larutan
sulfadiazine dan larutan sampel obat trisulfa bukanlah suatu larutan yang
berwarna. Namun, larutan ini dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer ultra violet, karena larutan senyawa ini memiliki gugus
kromofor yang dapat menyerap suatu cahaya dan juga didukung oleh adanya
gugus ausokrom yang mampu meningkatkan intensitas absorpsi. Adapun gugus
-
kromofor pada senyawa sulfadiazine adalah pada cincin benzennya dan gugus
ausokrom terdapat pada gugus fungsi NH2.
Dalam penetapan kadar atau konsentrasi sulfadiazine, digunakan
panjang gelombang maksimum 270 nm. Penggunaan panjang gelombang
maksimum pada kisaran tersebut ialah karen larutan sulfadiazine yang digunakan
merupakan larutan yang tidak berwarna sehingga hanya dapat terbaca absorbansi
atau serapannya pada panjang gelombang ultra violet dengan rentang panjang
gelombang 190 nm hingga sekitar di bawah panjang gelombang 300 nm.
Alam percobaan dibuat larutan standar sulfadiazine dengan variasi
konsentrasi 0,05%; 0,1%; 0,15%; dan 0,2%, dengan tujuan untuk pembuatan
kurva baku sebagai pembanding antara konsentrasi dan nilai absorbansi, sehingga
selanjutnya dengan dengan data-data yang dihasilkan juga melalui garis regresi
yang diperoleh pada grafik hasil pengamatan kemudian dapat ditentukan kadar
atau konsentrasi sulfadiazine dalam larutan sampel.adapun garis yang diperoleh
dari grafik hubungan absorbansi larutan terhadap konsentrasinya menunjukkan
garis berbanding lurus, di mana semakin besar nilai konsentrasi larutan, maka
absorbansinya juga semakin meningkat.
Berdasarkan grafik hubungan absorbansi terhadap konsentrasi larutan
standar sulfadiazine, konsentrasi sulfadiazine dalam larutan sampel yang
diperoleh adalah sebesar 31,775 %.
-
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa konsentrasi sulfadiazine yang larutannya tidak berwarna tetapi memiliki
gugus kromofor dengan menggunakan spektrofotometer ultra violet dalam sampel
obat trisulfa adalah 31,775 %.
-
DAFTAR PUSTAKA
Awad, Hassan M., Shahed, Kamal Y. I., Aziz, Ramlan., Sarmidi, Mohamed Roji., Hesham., El- Enshasy A., Antibiotics as Microbial Secondary Metabolites: Production and Application, Jurnal Teknologi, 2012, Vol.1, No. 59, eISSN 2180-3722, ISSN 0127-9696.
Khopkar, S. M., 2010, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press, Jakarta (Hal : 225-226).
Papilaya, Eva., Karma, Vony P., dan Napitupulu, Daniel., 2009, Penentuan Transisi Elektronik Senyawa Fenol dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, Sains, Vol.9, No.2.
Siddappa, K., Metre, Mallikarjun., Reddy, Tukaram., Tambe, Mahesh., dan Gavanna, Mallikarjun, 2009, Sensitive Spectrophotometric Methods for Quantitative Determination of Hydralazine Hydrochloride in Pure and Pharmaceutical Formulation, World Journal of Chemistry, Vol. 4, No.1, ISSN 1817-3128.
Sudarma, I Made., 2007, The Sulfonation Study of Reaction Mechanism on Papaverine Alkaloid by GC-MS nd FT-IR, Indo. J. Chem, Vol.7, No.1.
Surawidjadja, Tigor Nauli, 1997, Spektrofotometri Multi-Komponen Dengan Matriks Kalibrasi, Buletin IPT, Vol. 3.
Ven, Esther Schoondenmark Vande., Vree, Tom., Melchers, Willwm., Camps, Wil., dan Galama, Joep., 1995, In Vitro Effects of Sulfadiazine and Its Metabolites Alone and in Combination with Pyrimethamine on Toxoplasma gondii, American Society for Microbiology, Vol.39, No.3.