[COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

8
Endapan Mineral:Berkah atau Sebaliknya? Aliyusra JOLO 1 1 Program Studi Rekayasa Pertambangan, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Abstrak Kemakmuran dan kesejahteraan pada dasarnya adalah suatu transformasi sosial yang pada umumnya di daerah pertambangan berarti suatu transformasi dari masyarakat yang belum berkembang sebelum adanya kegiatan pertambangan menjadi masyarakat yang lebih maju. Sumberdaya alam, khususnya sumberdaya mineral, menjadi alat untuk mendorong terjadinya transformasi secara lebih cepat, atau dengan kata lain pertambangan difungsikan sebagai salah satu agen penting untuk perubahan masyarakat secara sosial dan ekonomi berdasarkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pemahaman semua pihak atau stakeholders tentang paradigma baru ini akan membuat berbagai isu yang selalu mengikuti kegiatan pertambangan selama ini dapat dikurangi atau bahkan menjadi tidak penting. Keterlibatan para stkeholders dalam pengelolaan sumberdaya mineral secara transparan, akuntabel dan terintegrasi akan meniadakan isu- isu seperti manfaat endapan mineral bagi daerah dan masyarakat setempat, hak masyarakat setempat, pengembangan masyarakat (community development), masalah pertanahan, konflik penggunaan lahan, konservasi sumberdaya mineral, dampak lingkungan, ketenagakerjaan, penambangan tanpa ijin dan penutupan tambang. Tetapi pemahaman saja tentunya tidak cukup. Good governance membutuhkan clean & dedicatedlocalgovernment atau pemerintah daerah yang bersih dan berdedikasi untuk mengejawantahkan paradigma pemerintahan baru. Dan juga keterlibatan para stakeholders, khususnya juga pihak perusahaan tambang, baik PMA maupun PMDN, dengan jiwa yang sama yaitu bersih dan berdedikasi untuk mencapai cita-cita pembangunan. 1 Isu Penting Pertambangan Berita tentang endapan mineral yang diberbagai media massa belakangan ini lebih banyak membahas aspek negatif dari kegiatan penambangan. Beberapa isu penting yang berkaitan dengan sektor pertambangan: Endapan mineral kita dieksploitasi secara berlebihan oleh perusahaan asing dan hasilnya diekspor, sehingga lebih menguntungkan pihak asing dan tidak ada lagi yang tersisa untuk anak cucu kita Tidak ada kesempatan bagi masyarakat lokal atau perusahaan domestik untuk melakukan kegiatan penambangan yang besar Manfaat dari kegiatan pertambangan tersedot ke pusat; bagian yang diterima pemerintah daerah dan manfaat untuk masyarakat lokal yang berada di sekitar lokasi penambangan sangat kecil dibandingkan dengan yang diterima oleh pemerintah pusat

Transcript of [COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

Page 1: [COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

Endapan Mineral:Berkah atau Sebaliknya?

Aliyusra JOLO1

1Program Studi Rekayasa Pertambangan, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

AbstrakKemakmuran dan kesejahteraan pada dasarnya adalah suatu transformasi sosial yang pada umumnya di daerah pertambangan berarti suatu transformasi dari masyarakat yang belum berkembang sebelum adanya kegiatan pertambangan menjadi masyarakat yang lebih maju. Sumberdaya alam, khususnya sumberdaya mineral, menjadi alat untuk mendorong terjadinya transformasi secara lebih cepat, atau dengan kata lain pertambangan difungsikan sebagai salah satu agen penting untuk perubahan masyarakat secara sosial dan ekonomi berdasarkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pemahaman semua pihak atau stakeholders tentang paradigma baru ini akan membuat berbagai isu yang selalu mengikuti kegiatan pertambangan selama ini dapat dikurangi atau bahkan menjadi tidak penting. Keterlibatan para stkeholders dalam pengelolaan sumberdaya mineral secara transparan, akuntabel dan terintegrasi akan meniadakan isu-isu seperti manfaat endapan mineral bagi daerah dan masyarakat setempat, hak masyarakat setempat, pengembangan masyarakat (community development), masalah pertanahan, konflik penggunaan lahan, konservasi sumberdaya mineral, dampak lingkungan, ketenagakerjaan, penambangan tanpa ijin dan penutupan tambang. Tetapi pemahaman saja tentunya tidak cukup. Good governance membutuhkan clean & dedicatedlocalgovernment atau pemerintah daerah yang bersih dan berdedikasi untuk mengejawantahkan paradigma pemerintahan baru. Dan juga keterlibatan para stakeholders, khususnya juga pihak perusahaan tambang, baik PMA maupun PMDN, dengan jiwa yang sama yaitu bersih dan berdedikasi untuk mencapai cita-cita pembangunan.

1 Isu Penting PertambanganBerita tentang endapan mineral yang diberbagai media massa belakangan ini lebih banyak membahas aspek negatif dari kegiatan penambangan. Beberapa isu penting yang berkaitan dengan sektor pertambangan:

Endapan mineral kita dieksploitasi secara berlebihan oleh perusahaan asing dan hasilnya diekspor, sehingga lebih menguntungkan pihak asing dan tidak ada lagi yang tersisa untuk anak cucu kita

Tidak ada kesempatan bagi masyarakat lokal atau perusahaan domestik untuk melakukan kegiatan penambangan yang besar

Manfaat dari kegiatan pertambangan tersedot ke pusat; bagian yang diterima pemerintah daerah dan manfaat untuk masyarakat lokal yang berada di sekitar lokasi penambangan sangat kecil dibandingkan dengan yang diterima oleh pemerintah pusat

Pertambangan menimbulkan dampak lingkungan yang besar dan merusak lahan; dan kerusakan tersebut ditinggalkan pada masa berakhirnya penambangan.

2. Beberapa Fakta Tentang PertambanganWalaupun Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki cadangan kelas dunia, kecuali untuk timah, tingkat produksi untuk beberapa mineral dan batubara telah mencapai tingkat yang patut diperhitungkan.Indonesia telah menduduki tempat yang cukup terpandang di kalangannegara-negara pertambangan. Jika sampai akhir abad ke-20 hanya timah yang tingkat produksinya mencapai skala dunia, pada tahun 2000-2001 Indonesia juga dikenal sebagai produsen yang terpandang dalam nikel, tembaga dan batubara.Endapan mineral adalah sumberdaya alam yang tergolong tak terbarukan (nonrenewable) artinya suatu saat akan habis. Tetapi juga harus disadari bahwa nilai suatu mineral atau bahan galian merupakan fungsi dari kebutuhan akan bahan tersebut yang dari waktu ke waktu bisa berubah sesuai dengan kemajuan teknologi. Bahan pengganti dan efisiensi penggunaan bahan merupakan dua aspek dari kemajuan teknologi yang sangat mempengaruhi nilai dari suatu endapan mineral.

Page 2: [COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

Contoh yang paling nyata adalah timah (timah putih, Sn). Pada tahun 50an sampai dengan tahun 70an kebutuhan akan timah putih cukup tinggi sehingga harga timah putih pun terdongkrak sampai pernah mencapai sekitar $20.000/ton. Tetapi dengan perkembangan penggunaan aluminium serta teknologi bahan pengganti lain kebutuhan akan timah putih menurun dengan drastis. Akibatnya harga timah putih pun menurun terus dan saat ini berkisar antara $ 3000 - 4000/ ton. Seandainya tidak ada terobosan penggunaan timah putih yang baru diperkirakan nilainya akan menurun di masa mendatang. Endapan mineral umumnya tersebar di bawah permukaan bumi, ada yang dekat permukaan tetapi ada juga yang dalam. Disamping itu endapan mineral logam umumnya berasosiasi dengan mineral-mineral lain dan kandungan atau kadar dari mineral berharganya pun sangat kecil. Oleh karena itu menemukan sumberdaya endapan mineral yang potensial bukanlah pekerjaan yang mudah, untuk itu diperlukan serangkaian kegiatan penyelidikan dan penelitian yang dikenal sebagai kegiatan prospeksi dan eksplorasi. Kalaupun ditemukan bisa saja jumlah cadangan dan atau kadarnya tidak ekonomis untuk dieksploitasi lebih lanjut. Artinya ada risiko kegagalan padahal dana yang cukup besar telah dikeluarkan untuk kegiatan prospeksi dan eksplorasi tersebut. Disamping itu diperlukan waktu yang cukup panjang sejak dari awal eksplorasi sampai ke tahap produksi. Pengalaman tambang-tambang yang sedang dan besar waktu tersebut berkisar antara 4 sampai dengan 10 tahun.Eksploitasi endapan mineral tidak bisa memilih tempat dalam arti bahwa eksploitasi harus dilakukan di tempat dimana endapan mineral tersebut ditemukan. Hampir semua endapan mineral ditemukan di daerah yang belum berkembang dengan infrastruktur sangat minim sehingga perusahaan akan melakukan eksploitasi harus membangun sendiri infrastruktur yang diperlukan bahkan sampai dengan membangun kota baru pada daerah yang awalnya hanya suatu dusun kecil. Contoh kota-kota semacam itu adalah Sorowako (Sulawesi Selatan), Timika (Papua), dan Sangatta (Kalimantan Timur).Endapan mineral logam merupakan bahan baku untuk industry manufaktur. Di Indonesia rangkaian industri dari hulu ke hilir belum lengkap karena industri pengelolaan masih sangat kurang. Akibatnya hasil dari kegiatan penambangan umumnya diekspor baik secara mentah maupun setelah melalui proses pengolahan awal karena industri pengolahan lanjut tidak tersedia di dalam negeri.

3Benarkah tambang dieksploitasi secara berlebihan?Hal ini masih bisa diperdebatkan. Mengacu pada fakta no.2 maka logis jika kita berupaya untuk memanfaatkan sebesar-besarnya suatu bahan galian selama nilainya masih tinggi. Endapan mineral yang dibiarkan di alam tanpa dieksploitasi nilainya bisa semakin menurun apabila harga endapan mineral tersebut turun. Ambillah contoh suatu cadangan timah sebesar 200.000 ton. Jika pada tahun 1970-an harga timah dunia mencapai $15.000/ton maka nilai cadangan tersebut pada saat itu mencapai $3 milyar. Seandainya dengan alasan anak cucu cadangan timah tersebut tidak diekploitasi sampai saat ini. Dengan harga timah sekitar $ 4.000/ton saat ini, nilai cadangan timah tersebut hanya $ 800 juta atau sekitar 27% dari nilainya di tahun 70-an.Oleh karena itu ada pandangan bahwa untuk beberapa mineral logam sebaiknya dieksploitasi segera karena harganya akansemakin menurun sejalan dengan perkembangan teknologi yang mengarah pada efisiensi penggunaan bahan, substitusi dan daur ulang. Menurut pandangan ini menyimpan cadangan endapan mineral, khususnya mineral logam tertentu, justru menyia-nyiakan sumberdaya mineral yang seyogyanya dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat.Jika kita amati perkembangan teknologi yang semakin cepat maka pandangan tersebut tampaknya dapat diterima oleh akal.

4 Mengapa endapan mineral kita lebih banyak dieksploitasi perusahaan tambang asing?Data dari Departemen Energi & Sumberdaya Mineral (Buku Tahunan Energi &Sumberdaya Mineral 2000) menunjukkan bahwa pada tahun 2000 terdapat 597 Kuasa Pertambangan (KP), yang terdiri dari 21 KP Penyelidikan Umum, 293 KP Eksplorasi dan 283 KP Eksploitasi untuk berbagai endapan mineral dan batubara. Sementara itu untuk skema Kontrak Karya (KK), yang umumnya untuk mineral logam dan perusahaan asing, jumlah kontrak yang diterbitkan sejak tahun 1967 sarnpai tahun 2000 adalah

Page 3: [COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

sebanyak 235 Kontrak Karya. Pada tahun 2000 tinggal 86 perusahaan kontrak karya dengan rincian 21 perusahaan sedang pada tahap Penyelidikan Umum, 43 pada tahap Eksplorasi, 6 pada tahap Studi Kelayakan, 6 perusahaan pada tahap Konstruksi, dan 15 pada tahap Produksi. Dari 15 perusahaan pada tahap produksi, paling tidak empat diantaranya sudah menghentikan kegiatannya dan tiga telah memasuki tahap pasca tambang. Untuk kontrak karya batubara atau dikenal sebagai PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) sarnpai tahun 2000 terdapat 118 perusahaan, yang terdiri dari baik perusahaan asing maupun PMDN. Enam belas diantaranya telah berproduksi. Dari data di atas memang terlihat bahwa dari segi jumlah perusahaan tidak benar bahwa perusahaan asing lebih banyak dari perusahaan PMDN. Hanya memang jika ditinjau dari tingkat produksi dan skala tambang, maka perusahaan tambang asing atau PMA mendominasi, tembaga 100%, nikel sekitar 55% dan batubara sekitar 50%. Perusahaan tambang asing umumnya memiliki akses untuk mendapatkan investasi untuk kegiatan eksplorasi bila dibandingkan dengan perusahaan PMDN. Namun tidak semuanya berjalan mulus. Menurut penelitian Vena (1999) dati 44 perusahan KK emas yang diterminasi sebelum mencapai tahap produksi 27 % karena mengalarni kesulitan pembiayaan eksplorasi lebih lanjut. Prosentasi terbesar, yaitu 59%, disebabkan endapan emas yang ditemukan tidak ekonornis untuk dikembangkan lebih lanjut. Sedangkan 14% diakibatkan oleh secara geologi tidak potensial.

5Apakah masih ada peluang bagi perusahaan domestik maupun lokal atau masyarakat untuk melakukan penambangan?Tentu peluang itu ada hanya tentunya mereka yang akan terjun ke bisnis pertambangan menyadari karakteristik industri pertambangan, antara lain perlu dana untuk kegiatan eksplorasi yang terarah dan sistematik, ada risiko tidak mendapatkan cadangan yang diharapkan. Dan seandainya cadangan yang potensial ditemukan maka diperlukan investasi untuk kegiatan konstruksi dan persiapan penambangan. Permasalahan yang dihadapi umumnya adalah aspek pembiayaan, khususnya untuk kegiatan eksplorasi dan konstruksi. Bisnis pertambangan bukanlah bisnis yang “quick yielding”, tetapi bisnis jangka panjang.

6Benarkah bagian terbesar dari hasil sector pertambangan tersedot ke pusat dan apakah bagian untuk pemerintahan daerah dan manfaat untuk masyarakat setempat kecil?Peraturan di bidang pertambangan mengenal istilah royalty, yaitu kewajiban pemegang ijin pertambangan untuk membayar kepada negara sebagai kompensasi ijin melakukan penambangan. Dalam Undang-Undang Pokok Pertambangan No. 11 tahun 1967 yang masih berlaku sampai saat ini, yang disebut royaltyadalah iuran produksi atau eksploitasi dan iuran tetap. Besarnya pembayaran royalty sangat tergantung dari jenis mineral yang dihasilkan dan produksi tambang tersebut. Menurut peraturan pelaksanaan UU No 11/1967, yaitu PP No. 32/1969 ditetapkan bahwa 70% dari royalty menjadi hak pemerintah daerah dan 30% merupakan bagian dari pemerintah pusat. Skema pembagian ini kemudian mengalami perubahan sejalan dengan diterbitkannya PP No. 79 pada tahun 1992. Royalty yang diterima dari kegiatan pertambangan dibagi menjadi 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk pemerintah daerah. Selanjutnya bagian yang diterima pemerintah daerah (80%) dibagi menjadi 16% untuk pemerintah daerah Tingkat I (provinsi) dan 64% untuk pemerintah daerah Tingkat II. Di beberapa provinsi 64% ini kemudian dibagi lagi menjadi 32% untuk pemda tk II dimana tambang tersebut beroperasi dan 32% lainnya dibagi ke pemda tk II lainnya di provinsi tersebut.Bahwa pada prakteknya di masa lalu system pembagian tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan, kesalahan ada pada penyelenggara pemerintahan, bukan pada industry pertambangan. Selain itu, fakta no. 4 menunjukkan bahwakarena dikembangkan pada daerah yang semula terbelakang, kegiatan pertambangan memainkan peranan penting dalam pembangunan wilayah di daerah tersebut. Kegiatan pertambangan menjadi tulang punggung perekonomian daerah tersebut termasuk pemanfaatan infrastruktur yang dibangun oleh perusahan tambang. Sebagai contoh, kota Sangatta pada tahun 80an hanya merupakan suatu desa kecil dengan penduduk hanya ratusan orang saja. Saat ini kota Sangatta merupakan ibukota Kabupaten Kutai Timur dan berikut daerah di sekitarnya jumlah penduduk mencapai lebih kurang 60.000 orang.

Page 4: [COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

Memang dari segi keterlibatan langsung masyarakat setempat di perusahaan tambang selalu menjadi sorotan karena prosentasinya yang kecil dibandingkan dengan pendatang. Alasannya untuk menjalankan operasi penambangan modem diperlukan tenaga kerja yang trampil dan profesional yang umumnya berasal dari luar daerah lokasi pertambangan.

7Pertambangan menimbulkan dampak lingkungan yang besar?Penambangan secara terbuka (tambang terbuka atau tambang permukaan) seringkali membutuhkan lahan yang luas. Tetapi penentuan apakah di suatu tempat akan ditambang secara penambangan terbuka atau bawah tanah sangat ditentukan dari bentuk, sebaran dan kedalaman cebakan endapan mineral. Ada cebakan yang harus ditambang secara tambang terbuka dan ada pula cebakan yang harus ditambang secara tambang bawah tanah. Polemik tentang pertambangan pada hutan lindung yang berkembang akhir-akhir ini hendaknya dilihat secara proporsional. Pertama, seandainya cebakan endapan mineral tidak bisa memilih tempat sehingga bisa saja dan sangat mungkin ditemukan pada hutan lindung. Kedua, untuk beberapa jenis endapan mineral, seperti nikel laterit, yang merupakan produk dari proses pelapukan dan pengayaan, sehingga tersebar di permukaan, tidak ada cara lain kecuali ditambang secara tambang terbuka. Dan ketiga, luas lahan yang akan tereksploitasi (yaitu daerah galian dan timbunan serta lahan untuk infrastruktur tambang) pada dasarnya jauh lebih kecil dari luas KP atau KK ekploitasi.Tumpang tindih antara areal penambangan dengan hutan lindung hendaknya dilihat secara jernih. Analisis biaya manfaat perlu dilakukan secara obyektif dan cermat dalam mengambil keputusan apakah penambangan dapat diijinkan atau dilarang sama sekali. Bagi penganut paham antroposentris, jika tidak ada potensi lain selain endapan mineral yang merupakan sumberdaya andalan bagi masyarakat di sekitar daerah tersebut untuk dapat memperbaiki kesejahteraannya pada masa kini, konversi hutan lindung untuk penambangan tampaknya merupakan pilihan. Kasus ini sering dicontohkan untuk daerah-daerah yang belum berkembang di Kawasan Timur Indonesia. Tentunya konversi tersebut tidak dengan serta merta mengijinkan tata cara penambangan yang sembarangan atau tidak mengikuti kaidah-kaidah tata cara penambangan yang baik. Pandangan yang lebih pragmatis ini berseberangan dengan paham ekosentris, yang memandang bahwa kunci dari kesejahteraan manusia di masa depan adalah kelestarian lingkungan hidup, oleh karena itu upaya yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan perlu dicegah. Adalah suatu tata cara penambangan yang baik yang dapat meminimalkan dampak akibat kegiatan penambangan dan mengelola dampak tersebut. Oleh karena itu reklamasi lahan bekas tambang adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari rangkaian kegiatan penambangan. Tentu tidak semua perusahaan pertambangan menyadari pentingnya pengelolaan dampak lingkungan sebagai bagian dari aktivitasnya. Disadari bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan tidak sepenuhnya dapat direhabilitasi. Keinginan untuk mengembalikan keadaan ke kondisi semula mustahil untuk dilakukan. Oleh karena itu pemahaman pembangunan berkelanjutan dalam pertambangan lebih dititikberatkan pada mengembangkan kemampuan masyarakat setempat untuk dapat survive bahkan lebih maju lagi setelah kegiatan pertambangan berhenti. Pada pasca pertambangan masyarakat setempat tidak harus kembali lagi ke masyarakat pertanian tetapi hendaknya masyarakat yang lebih maju. Untuk itu diperlukan upaya secara bersama dengan melibatkan berbagai pihak: pemerintah, perusahaan tambang dan masyarakat, dengan memanfaatkan hasil yang diperoleh dari kegiatan pertambangan untuk pengembangan masyarakat secara optimal dan membuka berbagai peluang pengembangan.

8 Isu penting untuk kebijakan pertambangan masa depanEndapan mineral sebagai salah satu sumber daya alam harus dikelola sebaik-baiknya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Prinsip ini sebetulnya sudah dianut pada saat penyusunan Undang-undang No. 11/1967 serta peraturan turunannya. Namun, pada kenyataannya implementasi di lapangan banyak yang menyimpang dari tujuan konstitusional tersebut.

Page 5: [COMPLETE] R1-29 ENDAPAN MINERAL Berkah atau Sebaliknya.docx

Penyimpangan tersebut tidak saja disebabkan oleh peraturan yang memang belum sempurna tetapi lebih banyak disebabkan oleh paradigm pembangunan di masa lampau serta ekses-ekses yang ditimbulkannya. Era reformasi sebetulnya telah memberikan harapan adanya perbaikan dalam pembangunan sector pertambangan. Pemberian wewenang kepada pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya mineral yang dimilikinya sebenarnya membuka peluang untuk lebih meningkatnya partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya mineral. Namun yang lebih penting lagi adalah perubahan paradigma pembangunan khususnya dalam pemanfaatan sumberdaya alam.Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan pemerintah daerah yang telah diberi wewenang untuk mengelola sumberdaya mineral di daerahnya masih menganut paradigma lama. Industri pertambangan dianggap sebagai sumber pemasukan dalam rangka peningkatan PAD. Di beberapa tempat pemerintah daerah tidak dapat mencegah atau mengatasi konflik yang timbul antara masyarakat (rakyat penambang) atau penambang liar dengan perusahaan tambang yang telah memperoleh ijin atau KP. Hal ini tidak membuat iklim yang kondusif bagi industri pertambangan. Kemakmuran dan kesejahteraan pada dasamya adalah suatu transformasi sosial yang pada umumnya di daerah pertambangan berarti suatu transformasi dari masyarakat yang belum berkembang sebelum adanya kegiatan pertambangan menjadi masyarakat yang lebih maju. Sumberdaya alam, khususnya sumberdaya mineral, menjadi alat untuk mendorong terjadinya transformasi secara lebih cepat, atau dengan kata lain pertambangan difungsikan sebagai salah satu agen penting untuk perubahan masyarakat secara sosial dan ekonomi berdasarkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pemahaman semua pihak atau stakeholders tentang paradigma baru ini akan membuat berbagai isu yang selalu mengikuti kegiatan pertambangan selama ini dapat dikurangi atau bahkan menjadi tidak penting. Keterlibatan para stakeholders dalam pengelolaan sumberdaya mineral secara transparan, akuntabel dan terintegrasi akan meniadakan isu-isu seperti manfaat endapan mineral bagi daerah dan masyarakat setempat, hak masyarakat setempat, pengembangan masyarakat (community development), masalah pertanahan, konflik penggunaan lahan, konservasi sumberdaya mineral, dampak lingkungan, ketenagakerjaan, penambangan tanpa ijin dan penutupan tambang. Tetapi pemahaman saja tentunya tidak cukup. Good governance membutuhkan clean & dedicated local government atau pemerintah daerah yang bersih dan berdedikasi untuk mengejawantahkan paradigma pemerintahan baru. Dan juga keterlibatan para stakeholders, khususnya juga pihak perusahaan tambang, baik PMA maupun PMDN, dengan jiwa yang sarna yaitu bersih dan berdedikasi untuk mencapai cita-cita pembangunan.