Compile Ch 23 Brink - AI
-
Upload
nurin-wildania-nisa -
Category
Documents
-
view
85 -
download
3
description
Transcript of Compile Ch 23 Brink - AI
CHAPTER 23 Manufacturing Production Planning
23-1 Nature of Production Process
Produksi merupakan istilah untuk sebuah situasi dimana material-material
dikombinasikan dan dimodifikasi dalam beberapa cara yang signifikan melalui
penggunaan fasilitas dan peralatan. Proses produksi seringkali mengacu pada proses
manufaktur, karena meliput hal yang lebih luas. Saat ini, sulit untuk men-genalisir
proses manufaktur karena ada berbagai jenis perusahaan manufaktur dan beragam
barang dan jasa yang diproduksi. Walau demikian, setiap proses produksi memiliki
karakteristik umum, yaitu meng-kombinasikan material dan tenaga kerja dengan
menggunakan fasilitas dan peralatan untuk menghasilkan barang tang siap untuk
digunakan, baik untuk penggunaan internal maupun untuk dipasarkan.
Proses produksi tergantung pada jenis perusahaan. Sebagai contoh, bagi
perusahaan retail proses produksi tidak terlalu signifikan. Bagi perusahaan yang
megolah bijih besi, proses produksi menjadi sangat penting. Normalnya, bagi
perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan proses yang menjadi pertatian
utama managemen. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi audit internal karena
proses ini membutuhkan tingkat control yang tinggi.
23-2 Production Process Cycle
Ada beberapa tahap dalam proses produksi, yaitu:
1. Estimasi permintaan barang yang akan diproduksi. Apa yang akan diproduksi
dan kapan?
2. Rencana untuk memproduksi barang yang dibutuhkan
3. Pembelian input/material yang dibutuhkan
4. Penerimaan, instalasi, dan uji coba peralatan
5. Pelaksaan proses produksi
6. Transfer barang jadi ke perusahaan lain untuk dipasarkan. Dalam tahap ini,
termasuk control atas material sisa maupun lebih
Selanjutnya, akan dijelaskan dengan lebih detail terkait tahapan dalam proses
produksi.
(a) Menentukan produk yang dibutuhkan
Tahap awal dalam aktivitas produksi adalah menentukan barang apa yang
akan diproduksi dan kapan barang tersebut dibutuhkan. Termasuk di dalamnya
spesifikasi produk, jumlah, dan waktu pengiriman yang diinginkan. Proses
1
produksi dipengaruhi oleh beberapa factor, termasuk di dalamnya estimasi
biaya dan pendapatan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam
menentukan produk yang akan diproduksi, yaitu:
1. Bagaimana produk akan dijual?
2. Berapa harga yang akan dikenakan?
3. Berapa biaya dalam memproduksi sebuah barang?
4. Apa aktivitas pendukung lain yang dibutuhkan?
Kontrol penting dalam tahap ini yaitu fungsi produksi sebaiknya dapat
menentukan produk yang akan diproduksi dengan tepat.
(b) Perencanaan proses produksi
Beberapa pertimbangan dalam merencanakan proses produksi, yaitu:
1. Mengevaluasi kapasitas yang sudah ada untuk proses produksi
2. Menentukan apakah kapasitas yang sudah ada memiliki kemungkinan
untuk ditambah
3. Menentukan kebutuhan akan fasilitas produksi yang akan timbul
4. Menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk proses produksi,
termasuk di dalamnya rekrutmen dan training
(c) Pembelian material/input yang dibutuhkan
Saat ini, metode produksi yang digunakan perusahaan adalah model ‘just-in-
time’. Dalam metode ini, proses produksi dilakukan saat pesanan datang.
Metode ini menghemat banyak hal, termasuk di dalamnya material using atau
lebih dan biaya penyimpanan material sebelum diolah.
(d) Penerimaan, instalasi, dan uji coba peralatan
Penerimaan proses produksi dapat berasal dari vendor maupun dari pihak
internal. Pada saat penerimaan peralatan, harus dilakukan inspeksi untuk
memastikan bahwa jumlah, kualitas, dan tipe peralatan yang dipesan sesuai
dengan permintaan. Apabila telah sesuai, selanjutnya akan dilakukan uji coba
atas peralatan tersebut. Pada tahap ini, uji coba sangat penting karena
peralatan nantinya akan digunakan dalam proses produksi. Kegagalan
produksi dapat disebabkan karena adanya tidak terdeteksinya kerusakan
peralatan pada tahap ini.
(e) Pelaksanaan proses produksi
Aktivitas control dalam kegiatan produksi, yaitu:
1. Penggunaan material secara efektif
2
2. Penggunaan tenaga kerja secara efektif
3. Kontrol atas alat-alat pendukung produksi
4. Kontrol atas timesheet karyawan
5. Inspeksi rutin
6. Perawatan mesin dan peralatan
7. Control atas biaya produksi
8. Kordinasi dengan pelaksana produksi, apakah ada kendala dalam proses
produksi dan hal-hal apa saja uang harus ditingkatkan
(f) Transfer barang jadi
Tahap terakhir dari proses produksi adalah men-transfer barang jadi ke
distributor, retail, atau bisa juga untuk penggunaan sendiri. Aktivitas kontrol
dalam tahap ini adalah adanya perhitungan fisik untuk barang yang keluar,
inspeksi sebelum barang dikirim dan memastikan bahwa kemasannya sudah
rapi untuk menghindari adanya retur.
23-3 Masalah Utama dalam Produksi
Penting bagi auditor internal untuk memahami kegiatan terkait aktivitas
produksi agar dapat mengetahui apakah kontrol atas proses tersebut sudah berjalan
dengan baik. Berikut akan dijelaskan beberapa kegiatan terkait aktivitas produksi.
(a) Pengembangan produk dan desain
Proses produksi diawali dengan mentukan barang apa yang akan diproduksi
dan bagaimana desainnya. Pada tahap ini ditentukan pula biaya untuk
memproduksi barang tersebut. Begitu pula apabila ada pengembangan produk.
Maka harus dilakukan analisis-analisis untuk memproduksi atau tidak
memproduksi barang tersebut.
(b) Fasilitas, perlengkapan dan peralatan
Perencanaan fasilitas merupakan bagian dari perencanaan produksi. Beberapa
pertanyaan berikut dapat diajukan dalam merencanakan fasilitas, yaitu:
1. Seberapa luas lahan yang dibutuhkan?
2. Jika menggunakan lahan yang sudah ada, apa tahap selanjutnya yang akan
dilakukan?
3. Apakah factor geografis mempengaruhi pemilihan lahan pabrik?
4. Apakah ada masalah sosial dengan lingkungan di sekitar lahan?
3
(c) Logistik produksi
Apabila telah memenukan lokasi untuk melaksanakan proses produksi, maka
perusahaan harus mendesain layout untuk kegiatan produksi, termasuk lokasi
untuk penempatan peralatan dan material. Desain layout perusahaan harus
mendukung aktivitas produksi agar dapat berjalan lebih efektif. Contoh,
penempatan material yang akan diproduksi harus dekat dengan mesin
pengolahan.
d) Pengendalian dan Perencanaan ProduksiDasar dari pengendalian serta perencanaan produksi yaitu mengenai pengiriman instruksi kepada personalia produksi dan mengawasi aktivitas produksi yang sedang berjalan. Tujuan utama aktivitas ini adalah aliran kerja yang efisien serta terjadwal selama proses produksi agar produk bisa selesai sesuai yang dijadwalkan.
Perencanaan produksi dimulai dengan penentuan jadwal per hari, bulan, atau kuartalan tergantung dari tipe produk serta proses produksi. Di samping memerlukan partisipasi dari berbagai macam aktivitas organisasi, yang paling berperan di sini yaitu staf produksi, dan dalam beberapa kasus, manajemen tingkat atas juga terlibat. Jumlah serta waktu dari berbagai masukan yang dibutuhkan harus diestimasi dengan pertimbangan bahan baku yang sudah ada, barang yang akan dibeli, dan kebutuhan produksi serta jasa lain yang dibutuhkan. Pertimbangan diberikan seekonomis mungkin untuk meminimalkan biaya, seimbang dengan biaya bawaan dari persediaan tambahan. Perencanaan produksi adalah identifikasi kebutuhan bahan baku, berurusan dengan bahan baku tersebut dalam proses produksi dengan hasil yang efisien dalam waktu dan biaya.
Setelah produksi direncanakan, Master Production Schedule (MPS) telah dibuat, barulah instruksi untuk proses produksi tersebut disebarkan pada pihak yang terlibat. Proses ini diselesaikan melalui sistem otomomatis material requirements planing (MRP). Tujuan utama sistem ini adalah untuk menyediakan informasi perkembangan dan status terkini dari proses produksi. Model MRP harus disesuaikan dengan situasi produksi yang ada serta efisiensi.
i. Sekilas tentang Pengantar Sistem MRPAuditor internal seringkali berurusan dengan MRP ketika meninjau operasi pabrik. MRP selalu menjadi kunci utama dalam proses produksi, seolah-olah menjadi staf tambahan karena sekomponen besar proses bergantung pada sistem ini.
Mula-mula, dalam MRP ini semua barang yang diproduksi dapat dilihat melalui bill of material, komponen lain yang diperlukan untuk membuat barang jadi. Sebagai contoh bill of material barang A, membutuhkan 1 komponen B dan 3 komponen C. Dan untuk membuat komponen C diperlukan 2 komponen D dan 2 komponen E.
A…..B (1)
4
…..C (3) ….D (2) ….E (2)
Jika barang A yang dibutuhkan ada 50 dalam seminggu, harus dibuat jadwal dan itu tidaklah mudah. Misalkan untuk membuat barang A, diperlukan waktu 2 hari untuk menggabungkan B dan C ke dalam A, namun untuk membuat C diperlukan watu 3 hari untuk penggabungan D dan E, sedangkan pemasok komponen D tersebut membutuhkan waktu 30 hari untuk pengiriman.
Sistem MRP akan menghitung kapan waktu yang tepat untuk memulai proses produksi tiap komponen tersebut dengan memasukkan data tersebut di atas. Maka auditor pun sudah seharusnya dapat memahami kerumitan proses tersebut apabila ada lebih dari 2 tingkatan bill of material yang digunakan, dan tidak hanya untuk satu macam produk saja tetapi berbagai macam produk.
e) Pengendalian Operasional ProduksiLangkah selanjutnya dalam memahami proses produksi yaitu memeriksa semua aspek terbesar yang terlibat dalam proses produksi serta memahami bagaimana cara mengendalikannya unutk hasil produksi yang efektif. Beberapa aspek tersebut yaitu:
i. Pengendalian Pemanfaatan Bahan Baku ProduksiTujuan utama adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan bahan baku dengan biaya yang seminim mungkin. Ada beberapa cara untuk mencapai hal tersebut yaitu:
Menerima bahan baku hanya pada kondisi yang sesuai dengan spesifikasi dan kualitas
Permintaan bahan baku dengan jumlah yang sesuai untuk pemanfaatan yang efisien
Perawatan bahan baku saat setelah pengiriman ke bagian produksi Pelaporan pemanfaatan bahan baku
Berikut adalah beberapa tujuan audit dalam pengendalian pemanfaatan bahan baku produksi.
Inti dari proses produksi. Auditor internal harus memahami garis besar dari tujuan proses produksi termasuk area, tipe, serta bahan baku yang digunakan dalam proses ini.
Lingkungan industri yang bersaing. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses produksi. Auditor internal harus mengembangkan pemahaman terhadap lingkungan indsutri dan bagaimana hal tersebut berdampak pada proses produksi.
Memahami permintaan produk. Proses produksi selalu bergantung pada permintaan produknya. Internal auditor harus mencoba untuk memperoleh pemahaman mengenai permintaan ini dan yang terpenting bagaimana cara perusahaan memprediksi permintaan tersebut.
5
Memahami persyaratan komponen persediaan. Terkadang proses produksi memerlukan komponen serta bahan baku tambahan. Auditor internal harus memahami persyaratan tersebut dan hubungannya dengan proses produksi
Bill of Material. Proses produksi harus diorganisasikan secara hirarki melalui BOM, ditunjukkan dengan hubungan orangtua-anak untuk setiap komponen. Auditor internal harus memahami proses yang digunakan serta pengendalian di beberapa tempat dalam menjaga integritas BOM.
Klasifikasi persediaan. Jika perusahaan mengklasifikasikan persedian menggunakan ABC costing maka auditor internal harus dapat menghitung ulang berdasarkan klasifikasi tersebut dan apalah prosedur tersebut memang dapat dijalankan.
Proses ERP. Sistem di mana perubahan dalam persediaan akan berdampak pada jadwal serta penyelesaian proses produksi. Auditor internal harus memahami keterkaitan sistem secara keseluruhan.
Integritas Data. Sistem MRP tidaklah efektif kecuali ada hubungan yang terkait antara status persediaan dengan bill of material, dan auditor harus mengecek hal tersebut.
ii. Pengendalian Pemanfaatan Karyawan Agar efektif maka diperlukan hal sebagai berikut:
Kebutuhan para buruh telah direncanakan Perekrutan yang terjadwal serta pelatihan buruh yang memadai Kondisi tempat kerja yang sesuai serta fasilitas memadai Tugas serta tanggung jawab terdistirbusi dengan baik Kompensasi yang sesuai Supervisi yang berkompeten Penentuan standar dalam kinerja
iii. Pengendalian Pemanfaatan Jasa ProduksiBeberapa tipe adalah termasuk di bawah ini:
Pengendalian terhadap sumber daya, dalam hal ini pasokan listrik Persediaan dan jasa pendukung produksi yang memadai Staf yang mengurus bahan baku yang berkualitas Faslitas bagi karyawan untuk beristirahat Perawatan bangunan secara menyeluruh
23-4 Pengendalian Biaya Dan Biaya Produksi
1 Kebutuhan untuk upgrade sistem Perusahaan menggunakan sistem MRP klasik beberapa tahun lalu tapi tidak memperbaharui sistem ini, vendor dari sistem tersebut tidak cekatan dalam melihat bahwa ada kekurangan dari sistem yang mereka produksi, sistem baru seperti MRP II atau ERP harus diciptakan dan mampu meningkatkan jadwal produksi dan pengendalian keuangan
6
2 Kebutuhan untuk fokus pada Konsumen yang besar
Internal auditor melakukan observasi bahwa tidak ada pengaturan khusus pada konsumen yang besar, padahal perusahaan memiliki pendapatan yang besar dari kumpulan konsumen konsumen besar tersebut, pertimbangan harus diberikan untuk membangun hubungan untuk pemahaman yang lebih baik pada produksi dan mengantisipasi permintaan konsumen
3Cek Validitas dari Sistem Pengendalian Produksi Menggunakan cek validitas terhadap sistem
4 Bias Kesalahan yang berlebihan Harus mampu mengantisipasi bias dan menggunakan peramalan pengendalian yang memadai
5 Rapat Perencanaan Dalam perusahaan harus dilakukan pertemuan antar divisi untuk membahas mengenai sistem dan operasi produksi
Bab ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjadi bahasan mengenai
akuntansi biaya, namun untuk membantu auditor untuk memahami mengapa
pengendalian itu penting pada area yang vital ini. Ide dari akuntansi biaya adalah
untuk mengalokasikan semua biaya yang signifikan kembali ke area dimana mereka
dapat diakumulasikan dan diakui.
Normalnya, auditor internal harus mengembangkan pemahaman tentang
aturan akuntansi biaya di tempat, menilai apakah aturan tersebut ada untuk
mempertimbangkan semua biaya yang relevan dan menentukan apakah aturan
tersebut diterapkan secara terus menerus.
Meskipun semua biaya dipertimbangkan dalam operasi manufaktur, akuntansi biaya
relatif sederhana ketika perakitan produksi terdiri dari produk yang dibeli atau
diproduksi dan ketika tiap komponen dapat ditelusuri kembali ke harga pembelian
atau biaya bahan baku ditambah jam tenaga kerja untuk menciptakan sebuah produk.
Akuntansi biaya menjadi lebih rumit ketika misalnya kegiatan operasinya
adalah minyak mentah yang proses awalnya dimasukkan ke salah satu kilang minyak,
melalui proses penyulingan yang rumit, berbagai zat atau bahan lainnya ditambahkan
ke dalam minyak tersebut pada berbagai tahap produksi untuk menciptakan produk
tersebut maupun produk lainnya seperti oli.
Dua hal rinci dari akuntansi biaya yang penting bagi auditor internal untuk
memahami operasi manufaktur adalah standard costing dan activity-based costing.
7
Standard costing adalah bentuk yang paling sederhana, proses untuk mengambil
semua biaya dan mengembangkan standar, tarif rata-rata untuk mengembangkan
sebuah produk. Activity- based costing (ABC) adalah sistem yang digunakan dalam
banyak operasi manufaktur saat ini. Pendekatan ABC kurang menempatkan tenaga
kerja langsung sebagai komponen biaya utama dan lebih pada unsur-unsur biaya
langsung lainnya.
(a) STANDARD COSTING : PENGENALAN
Operasi manufaktur dihadapkan dengan berbagai biaya yang dibutuhkan untuk
menciptakan
produk atau melengkapi proses. Beberapa dari biaya ini berkaitan langsung dengan
produk yang diproduksi sementara biaya lainnya adalah biaya tetap dalam waktu yang
lama. Biaya yang berkaitan langsung dengan produk yang diproduksi dikenal dengan
biaya variabel.
Biaya tetap berlaku untuk operasi produksi tidak peduli berapa banyak produk
yang dihasilkan. Meskipun jumlah produksi berkurang sebesar 10% selama periode
bulan berjalan, biaya perusahaan seperti biaya sewa tidak akan berubah.
Biaya tenaga kerja dapat dimasukkan dalam kedua kategori biaya tersebut,
apakah biaya tetap atau variabel. Di satu sisi, perusahaan dapat melihat jumlah tenaga
kerja bergantung pada permintaan produksi, pekerja baru ditambahkan atau
pengurangan tenaga kerja.
Dengan elemen biaya tetap, biaya variabel dan biaya tenaga kerja, biaya
manufaktur pada umumnya diklasifikasikan dalam 3 elemen utama, yaitu :
1. Direct Materials
Direct Materials atau biaya material langsung adalah komoditas yang
merupakan bagian integral dari produk jadi.
2. Direct Labor
Direct Labor atau biaya tenaga kerja langsung adalah ketika pengeluaran
yang diberikan tenaga kerja dapat ditelusuri ke masing – masing produk yang
dihasilkan.
3. Factory Overhead
Factory Overhead adalah seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam
biaya material langsung maupun biaya tenaga kerja langsung.
8
Perusahaan harus mempertimbangkan seluruh biaya produksi dan
mengklasifikasikannya sesuai klasifikasi di atas. Ide dari standard costing adalah
perusahaan manufaktur akan melihat ke biaya aktual tiap saat dan membangun
standar biaya yang dibutuhkan.
Sistem standar pembiayaan menganjurkan analis produksi untuk pertama tama
membandingkan antara anggaran dengan standard prices dan anggaran dengan actual
prices. Kemudian, input biaya aktual dan biaya standar yang sama dapat
dibandingkan dengan produk yang dihasilkan pada biaya standar. Contohnya dapat
dilihat di figur berikut ini :
Assumed that ExampleCo purchased 100,000 units of material XX at $306,000 ($3.06 each) and 85,000 were used in production. The standard cost for XX is $3,00. Assume further
that the standard quantity of material XX is 70,000 units although 68,000 were used in this production run :
Raw Material Price Variance =
(Actual Price - Standard Price)
x
Actual Qty Used
Raw Material Quantity Variance =
(Actual Qty - Standard Qty)
x
Standard Cost
Price Variance = ($3,06 - $3,00) x 100 =
$6,000 U
Raw Material Variance = (70,000 - 68,000) x $3,00 =
$6,000 F
Tujuan dari bab ini bukan untuk memberikan penjelasan yang komperhensif
mengenai akuntansi biaya, tetapi untuk menjelaskan beberapa dasar akuntansi biaya
kepada auditor internal. Ketika perusahaan menggunakan standard costing, auditor
internal yang efektif harus memahami bagaimana proses tersebut bekerja apakah
termasuk favorable variances atau unfavorable variances. Ketika auditor internal
melihat laporan variances berhubungan dengan operasi manufaktur, auditor internal
harus mempertanyakan mengenai variances tersebut dan mengapa variances tersebut
bisa muncul dan apa yang dilakukan manajemen untuk mengatasi hal tersebut.
(b) ABC : ACTIVITY-BASED COST ACCOUNTING
ABC didasarkan pada bahwa biaya untuk memproduksi suatu produk itu
bervariasi dengan saluran distribusi yang bervariasi juga, dan sistem akuntansi harus
dibangun untuk perhitungan dan pengakuan yang lebih baik terhadap biaya – biaya
produksi tersebut. Konsep keseluruhan dari sistem ABC adalah untuk
memperhitungkan biaya pada tiap masing – masing produk seperti biaya penjadwalan,
pemasangan, inspeksi, dan order entry. Ide dari ABC adalah bahwa biaya aktual harus
9
diperhitungkan pada masing –masing produk (individual product) atau bahkan pada
konsumen yang spesifik terhadap produk yang dibeli (individual customer). Dapat
dikatakan, ABC adalah suatu pendekatan penentuan biaya ke produk atau jasa atas
dasar konsumsi sumberdaya yang digunakan untuk mendukung aktivitas.
ABC memunculkan pertanyaan bagi auditor internal mengapa tidak semua
perusahaan menggunakan pendekatan ini. Alasannya adalah ABC memerlukan
tingkat analisis yang tinggi dan perhitungan biaya yang rumit. Lebih penting lagi,
ABC memerlukan sistem komputer yang canggih. Sistem ABC telah diperkenalkan
melalui berbagai sistem enterprise resource planning (ERP) terbaru yang saat ini
telah banyak digunakan oleh perusahaan.
Yang penting bagi auditor internal ketika berhadapan dengan perusahaan yang
menggunakan sistem ABC adalah auditor internal harus menyadari bahwa sistem
ABC adalah sistem yang kompleks yang memerlukan banyak hal rinci mengenai
perhitungan pada banyak tingkatan. Internal auditor harus menanyakan pertanyaan
dasar namun rinci mengenai asumsi yang digunakan dalam pendekatan ABC dan
meninjau sistem biaya untuk memperhitungkan berapa biaya yang dibutuhkan.
23-5 AUDITING PRODUCTION ACTIVITIES
Auditor internal dihadapkan dengan berbagai tantangan yang berbeda karena
perbedaan dari tipe operasi produksi dari satu industri ke industri lainnya. Auditor
internal seringkali menggunakan waktu untuk melakukan observasi terhadap
perusahaan manufaktur sebelum menyusun prosedur audit apa yang akan dilakukan.
Mempelajari operasional produksi artinya bahwa auditor internal harus meluangkan
waktu mereka di ruang produksi atau tempat produksi untuk memahami jalannya
produksi. Dengan meluangkan waktu mereka di ruang produksi dan mengamati
bagaimana proses produksi berjalan, auditor internal akan memiliki pemahaman yang
lebih baik terhadap bagaimana proses produksi berjalan.
Kepala auditor internal seringkali berinisiatif untuk menjadikan observasi
lapangan sebagai program belajar. Jika suatu perusahaan memiliki operasi manufaktur
yang penting dimana audit yang signifikan direncanakan terhadap operasi tersebut,
pengaturan sering kali dilakukan agar seluruh auditor internal terlibat dalam observasi
tersebut.
Ketika prosedur operasi manufaktur dipahami dengan baik oleh auditor
internal, maka auditor internal akan lebih efektif dalam mengaudit area tersebut.
10
(a) PRODUCTION PLANNING OPERATIONAL AUDIT PROCEDURES
Operasi produksi bisa menjadi salah satu area penting dari jasa internal audit
pada perusahaan manufaktur. Ruang lingkup dari audit ini dapat dijelaskan dengan
baik dengan cara mengidentifikasi aktivitas dari kegiatan manajerial pada perusahaan
manufaktur. Untuk mencapai hal tersebut, internal audit harus mengidentifikasi
tingkat tertinggi perencanaan manajerial di mana peran produksi ditentukan dalam
kaitannya dengan kebutuhan dan kegiatan fungsi manajemen lainnya, terutama yang
berkaitan dengan pembelian, pemasaran dan keuangan.
Tinjauan operasional harus berkonsentrasi pada masalah manajerial mengenai
kinerja dari produksi dan koordinasinya dari hari ke hari dengan kegiatan operasional
lainnya. Sebagai tambahan, kerja audit harus mempertimbangkan permasalahan
operasional pada masing – masing unit produksi dan menilai keefektifan dari
penggunaan material, tenaga kerja, dan jasa yang mendukung lainnya.
Peran internal audit disini adalah pertama untuk menilai efisiensi dari
kebijakan, prosedur, dan perencanaan yang sudah ada dan diterapkan dalam
perusahaan. Kedua, internal audit harus melihat dan memberikan pendekatan baru
kepada perusahaan agar lebih effisien dan menguntungkan.
Auditor internal harus memahami produk dan pengendalian biaya produk, dan
bagaimana pun juga auditor harus melakukan observasi fasilitas produksi, meninjau
ulang kinerja produksi, bertemu dengan anggota dari manajemen produksi untuk
berdiskusi apa yang menjadi fokus audit mereka dan kemudian menyusun rincian
program audit.
Figur berikut menunjukkan beberapa daftar dari masalah potensial yang harus
menjadi pertimbangan auditor dalam melakukan operational review pada perusahaan
manufaktur :
11
A. Perencanaan Manufaktur dan Persyaratan Estimasi 1.
2. Meninjau bagaimana kriteria perencanaan produksi dibangun3.
B. Operasi Perencanaan Produksi 1.
2.
C. Perencanaan untuk Kebutuhan Produksi yang sudah disetujui1.
Mengevaluasi apakah dokumentasi telah cukup untuk mendukung keputusan proses produksi 2.
D. Operasi Produksi Saat ini
1. Apakah material produksi sudah cukup? 2.
Apakah ada limbah atau bahan baku yang rusak dalam proses pengolahan bahan baku?
E. Pelaporan dan Pengendalian Biaya 1.
2.
Seberapa efektif laporan digunakan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan manajemen
Memahami bagaimana cara material produksi diterima dan didistribusikan ke bagian lain dan ditambahkan berbagai input
Meninjau pengendalian atas perencanaan pengolahan operasi, termasuk hubungan dengan kegiatan pendukung dan kontrol kualitas
Apakah fungsi produksi melaksanakan kegiatannya sendiri untuk mempelajari mengenai pendekatan manufaktur yang baru untuk produk yang ada saat ini?
Apakah fungsi produksi berkonsultasi dengan divisi lain tentang peralatan atau prosedur yang baru tersebut?
Menilai apakah kolaborasi yang dibutuhkan dengan divisi lain sudah cukup untuk memproduksi suatu produk
Menilai apakah sistem pelaporan pada tiap bagian sudah mencakup : ruang lingkup produksi, kecukupan analisis, pengendalian biaya, dan ringkas
(b) Prosedur Audit Keuangan terhadap Perencanaan Produksi
Langkah awal untuk audit internal adalah untuk menentukan bahwa ada proses
tersendiri untuk mempersiapkan laporan akuntansi biaya manufaktur yang cepat dan
akurat. Frekuensi laporan ini dan cakupan rinci, terkait dengan tingkat manajemen
yang memiliki kontrol langsung dan bertanggung jawab. Harus ada bukti tinjauan
cepat atas penyimpangan dan investigasi penyebab penyimpangan yang signifikan.
Sebuah kepentingan utama audit internal harus menentukan apakah ada
pengendalian biaya yang memadai, dan apakah asasnya telah diberikan secara efektif.
Ini adalah area di mana kompetensi audit internal dapat sangat digunakan. Auditor
harus mencari bukti penilaian manajemen yang kuat dari penyebab kinerja biaya yang
buruk dan pengembangan program aksi yang efektif untuk menangani penyebabnya.
Auditor akan meninjau laporan anggaran-varian terkini, melihat beberapa varian
kurang baik yang signifikan atau bahkan varians menguntungkan.
12
Kunci untuk internal auditor adalah pertama untuk memahami sistem
akuntansi tempat operasi produksi-serta kontrolnya-dan kemudian untuk
mengevaluasi dan menguji kontrol tersebut.
(c) Prosedur Audit Sistem Informasi terhadap Rencana Produksi
Kunci dari sistem informasi dalam lingkungan produksi adalah MRP-sistem
perencanaan kebutuhan organisasi. Sistem MRP yang dianggap memiliki kualitas
yang hampir sama dengan manusia sebagai anggota staf di beberapa organisasi
produksi. Saat ini, sistem terinstal akan hampir selalu menjadi paket perangkat lunak
yang dibeli karena kompleksitas sistem ini dan kebutuhan untuk integrasi komponen.
Karena kekhasan MRP adalah system yang kompleks, auditor internal akan
umumnya tidak punya waktu untuk melakukan tinjauan rinci kontrol sekitar total
MRP sistem-hanya review dokumentasi MRP yang dapat dilakukan. Sebaliknya, audit
internal harus mengajukan beberapa pertanyaan umum tentang sistem tempat
produksi, komponen utama yang telah dilaksanakan, dan prosedur di tempat untuk
memantau kontrol pengolahan MRP.
Sekarang, auditor internal akan sering menghadapi sistem manufaktur yang
jauh lebih komprehensif dari sekedar jenis system MRP. Perusahaan kini mencoba
untuk mengikat semua operasi ke dalam sistem komprehensif tunggal yang meliputi
produksi, akuntansi, dan operasi logistik lainnya. Sistem generasi baru yang disebut
system perencanaan sumber daya perusahaan (ERP). Mereka sangat komprehensif
dan seringkali sulit untuk melaksanakan di awal. Ketika sebuah organisasi memulai
upaya untuk menerapkan jenis sistem yang komprehensif, audit internal harus
menjadi sangat terlibat dalam tinjauan pra-implementasi untuk memahami kontrol
atas sistem ERP baru.
23-6 Produksi dan Pengendalian Limbah
Limbah sisa dibuat sebagai hasil dari operasi produksi reguler. Ini adalah
masalah yang selalu menjadi signifikan. Biaya pengendalian limbah selalu memiliki
hubungan langsung terhadap total operasi produksi dan masalah selalu hadir tentang
bagaimana disposisi limbah dapat dicapai dengan biaya minimum. Cara terbaik untuk
menangani masalah ini sekarang menjadi tantangan besar bagi banyak organisasi.
Untuk sebagian besar, masalah menangani limbah produksi adalah masalah
teknis yang memerlukan perubahan dalam proses produksi. Ini adalah masalah
13
kelayakan dikombinasikan dengan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
prosedur. Sebuah serangan pada masalah biasanya mungkin sepanjang baris berikut:
1. mengubah isi materi produk, pengolahan bahan, atau cara pengolahan untuk
mengurangi jumlah sampah. Menggunakan minyak bukan batubara dalam
produksi listrik merupakan contohnya.
2. mengembangkan cara-cara baru untuk menggunakan kembali bahan yang
bersangkutan, seperti daur ulang produk kertas.
3. Mengembangkan cara yang lebih baik untuk membuang limbah. Contoh
mungkin termasuk proses khusus untuk pengolahan limbah atau pembangunan
wadah bawah tanah khusus.
Hal tersebut termasuk menemukan cara yang lebih baik untuk memanfaatkan
limbah dan mengambil langkah-langkah untuk menghindari melanggar hukum
pemerintah atau ketidaksukaan publik yang bisa menjadi lebih merugikan dibanding
tindakan pencegahan ini.
Pemeliharaan produksi adalah aktivitas penting yang berhubungan dengan
fasilitas produksi. Kegiatan pemeliharaan dapat dibagi menjadi empat jenis:
1. perbaikan darurat diperlukan bila ada kerusakan peralatan yang dibutuhkan
dalam operasi,
2. pemeliharaan preventif dijadwalkan berfungsi untuk menjaga peralatan agar
berjalan baik dan untuk mengurangi waktu idle yang dihasilkan berupa
kerusakan dan waktu yang diperlukan untuk perbaikan darurat
3. pemeliharaan korektif, dan
4. pemeliharaan eliminasi.
Berdasarkan analisis ini, rekomendasi dapat dibuat untuk perubahan
penggunaan konten dan desain untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi
perawatan. Jenis terakhir dari pemeliharaan sering disebut pemeliharaan atau
penghapusan perawatan. Ini melibatkan kebutuhan pemantauan pemeliharaan selama
desain, produksi aset, instalasi, dan penggunaan akhir. Melalui pendekatan ini, sifat
dan tingkat pemeliharaan dan perbaikan ditentukan dalam tahap perencanaan, dengan
spesifikasi yang tergabung dalam desain tersebut dengan tujuan pemeliharaan.
14
Fungsi pemeliharaan juga dapat dilihat dari segi tahap individu dalam siklus
total. Kerangka ini berguna dalam mengevaluasi proses dimana perawatan dilakukan.
Tahapan individu:
1. Strategi pemeliharaan Perencanaan
2. Menentukan kebutuhan dan penjadwalan
3. Menyediakan tenaga dan bahan
4. Penganggaran dan kinerja pengendalian
Tingkat pemeliharaan yang diperlukan sangat penting dalam perencanaan.
Tingkat harus dipilih untuk mendapatkan umur peralatan lebih lama tanpa
menghabiskan jumlah yang berlebihan. Selain itu, kebijakan organisasi harus fleksibel
untuk memungkinkan periode ketika perawatan mungkin harus ditunda karena
kekurangan dana atau kondisi lainnya.
Penting bahwa manajemen memiliki prosedur untuk menentukan kebutuhan
untuk pemeliharaan dan menetapkan prioritas. Seringkali, ada sumber daya yang
terbatas yang tersedia dan permintaan untuk layanan bertentangan. Dalam keadaan ini
penting untuk menyimpan semua barang-barang peralatan dipertahankan pada tingkat
optimal.
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan dan ekonomi, beberapa tugas
yang tidak perlu bisa dihilangkan. Organisasi mungkin menentukan kelayakan
pemeliharaan ditangguhkan. Namun, penghematan biaya pemeliharaan mungkin tidak
mengimbangi biaya produksi yang hilang, pembusukan, waktu idle pekerja produksi,
memakai berlebihan atas lembur pekerja.
Manajemen harus, tentu saja, memiliki catatan dan laporan kebutuhan
pemeliharaan yang valid untuk memiliki sistem yang efektif. Sejumlah besar item
peralatan mungkin non-operational meskipun tidak begitu diklasifikasikan. Dalam
keadaan ini, tes mungkin diperlukan peralatan untuk menentukan pengoperasian.
Dalam beberapa kasus, peralatan akan dapat menjalankan perintah tetapi akan cacat
yang menyebabkan kerusakan di lain waktu. Jika cacat tidak dilaporkan, mereka
mewakili kondisi asset yang disembunyikan, atau tidak diperhatikan, maka backlog
dibutuhkan untuk asset yang tidak diperhatikan ini.
Efisiensi operasional departemen pemeliharaan, bagaimanapun, adalah sangat
penting karena sifat unik dari peran pemeliharaan dan masalah dalam memanfaatkan
dana yang tersedia untuk mendapatkan hasil terbaik.
15
(a) Peran Audit Internal dalam Pemeliharaan
Audit internal dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada
manajemen melalui review dari kegiatan pemeliharaan dan pendekatan operasional
yang digunakan dalam meninjau produksi, persediaan dan personil. Juga, audit
internal dapat meninjau keefektifan dan efisiensi upaya pemeliharaan. Karena
pemeliharaan pada dasarnya adalah fungsi pelayanan, kontribusinya terhadap fasilitas
pengelolaan dan produksi dapat ditinjau dan dievaluasi. Selain itu, audit internal dapat
menentukan pengoperasian peralatan melalui studi laporan dan pengujian yang
dilakukan.
Dengan melihat informasi akuntansi, auditor dapat menganalisis personil dan
biaya bahan sebagai dasar untuk mendapatkan tabungan, dan dapat meninjau jadwal
pemeliharaan preventif dan menentukan kepatuhan terhadap kebijakan pemeliharaan
yang berlaku untuk berbagai jenis peralatan. Secara total, audit internal harus
berusaha untuk menentukan seberapa baik kebijakan pemeliharaan terkait yang ada,
prosedur dan kegiatan operasional melayani berbagai kepentingan organisasi. Ini
termasuk, sejauh memungkinkn, evaluasi alternatif yang tersedia yang mungkin
memberikan manfaat yang lebih besar lagi.
23-7 Ilustrasi Temuan Audit Produksi dan Pemeliharaan
A: Menyembunyikan Barang sisa. Kami meninjau sampel transaksi tenaga kerja
pengendalian produksi untuk pabrik Acme untuk menentukan bahwa semua transaksi
sesuai. Kami menemukan sejumlah besar transaksi yang menunjukkan produksi yang
tidak didukung transfer tenaga kerja sedang dilakukan antara pekerjaan untuk
menghindari pembengkakan. Transaksi transfer out dilakukan setelah selesainya
pekerjaan dan sering memiliki penjelasan transaksi, "untuk memperbaiki kesalahan
sebelumnya". Namun, kami menemukan bahwa 17 transaksi dalam sampel dari 20
Maret 20xx dengan penetapan ini tidak mengandung bukti kesalahan sebelumnya
dalam pencatatan. Sebaliknya, semua 17 dari mereka diprakarsai oleh dua pengawas
produksi, tampaknya untuk menyembunyikan penggunaan yang tidak efektif dari
personil pada beberapa pekerjaan.
Kami telah melaporkan hal ini langsung kepada manajemen produksi senior
dan menganggap bahwa tindakan yang tepat akan diambil mengenai dua supervisor
produksi. Namun, kami juga menemukan bahwa baik manajemen produksi maupun
departemen biaya-akuntansi secara berkala mengkaji alasan di balik transfer Out
16
transaksi. Selain itu, kebutuhan untuk pelaporan tiket tenaga kerja yang benar tidak
ditekankan dalam program pelatihan pengawas.
Rekomendasi. Pelatihan bagi supervisor produksi dan personil produksi
reguler harus ditingkatkan untuk menekankan pentingnya benar melaporkan alasan
untuk penyesuaian tenaga kerja. Selain itu, prosedur harus ditetapkan untuk
memerlukan tingkat kedua persetujuan untuk semua penyesuaian lebih dari 20 jam.
Karena sampel kami hanya menutupi bulan Maret, uji komprehensif harus dimulai
untuk meninjau semua transaksi selama tahun lalu dan untuk melakukan penyesuaian
terhadap catatan akuntansi mana yang sesuai.
B: Standar Kerusakan untuk Menjaga Peralatan Produksi. Audit internal
menemukan bahwa koordinasi tambahan antara departemen penjualan, departemen
produksi, dan departemen pemeliharaan berpotensi membantu meningkatkan
penjualan. Beberapa pembatalan pesanan pelanggan sepanjang tahun disebabkan oleh
keterlambatan pengiriman dari bagian penting. Tanggal pengiriman yang dijanjikan
oleh orang penjualan tidak terpenuhi karena kurangnya prioritas terhadap komunikasi,
harapan produksi yang tidak realistis, dan penundaan pemeliharaan. Pemeliharaan
produksi telah dijadwalkan berdasarkan jam penggunaan untuk peralatan, dan semua
bagian peralatan produksi yang diganti setiap waktu tanpa syarat untuk menjamin
bahwa tidak akan ada kerusakan.
Jadwal pengganti ini berlaku untuk semua bagian, apakah murah, penggunaan
banyak metal dalam berproduksi atau pembuatan komponen elektronik sangat
handal . Sementara bagian komponen tertentu secara teratur akan gagal dan lebih baik
untuk secara teratur mengganti mereka, yang lain memiliki kehidupan yang lebih
lama. Total biaya untuk semua suku cadang di The Scimitar Plant untuk kuartal kedua
20xx adalah $ 12,6 juta. Penghematan yang signifikan dapat dicapai dengan
mengganti bagian-bagian dengan cara yang lebih terstruktur.
Rekomendasi. Operasi produksi harus mengembangkan statistik untuk
mengikuti jejak penghentian peralatan karena kerusakan dengan lebih baik.
Berdasarkan statistik dari kegagalan tersebut dan biaya penggantian mereka, jadwal
pemeliharaan khusus harus dikembangkan yang menginstal kegagalan yang tinggi
atau bagian-biaya yang lebih rendah secara teratur sementara penjadwalan lain yang
diperlukan.
17
C: Ulasan ketidaktepatan Varians Material. Kami meninjau varians biaya bahan
untuk lini produk Gee Whiz dan menemukan sejumlah besar bagian yang memiliki
varians biaya bahan kurang baik yang tinggi. Setelah beberapa diskusi dengan
departemen akuntansi, kami menemukan bahwa muncul tidak adanya pendekatan
yang sistematis untuk menetapkan biaya standar untuk bagian-bagian lini produk di
awal tahun fiskal. Lebih penting lagi, kami menemukan bahwa sedikit perhatian
tampaknya telah diberikan kepada meninjau laporan varians biaya, yang diproduksi
setiap bulan.
Kami mewawancarai anggota departemen biaya produksi untuk menentukan
mengapa varians yang besar yang tidak menguntungkan belum diselidiki. Jawaban
yang kami terima berkisar dari "Saya tidak mengerti laporan ini, saya belum pernah
dilatih hal tersebut" sampai "Tidak masalah, biaya standar semua salah"
Rekomendasi. Karena masih ada dua kuartal tersisa pada tahun fiskal, upaya
harus dilakukan untuk membangun biaya standar bahan yang benar untuk lini produk
Gee Whiz. Setelah selesai, anggota departemen biaya-akuntansi yang tepat harus
dilatih dalam analisis varians biaya serta dalam tindakan yang akan diambil dalam hal
tidak menguntungkan serta melaporkan varians. Audit internal akan meninjau daerah
ini lagi selama kuartal ketiga untuk menentukan apakah variasi materi dilaporkan
dengan benar dan dipantau.
18