Code Mixing and Code Switching

15
Linguistics 2010 Code Mixing and Code Switching TM http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id Code - Mixing and Code – Switching Code – mixing atau disebut juga dengan campur kode dan code – switching yang dalam bahasa Indonesia disebut alih kode. Alih kode dan campur kode adalah fenomeayang sering terjadi dikehidupan kita dan sangat jarang pula diperhatikan oleh kebanyakan orang. Pada kesempatan ini kami akan meneliti secara mendalam tentang pengertian dan unsur-unsur penyebab terjadinya alih kode dan camour kode. ABSTRAK Alih kode dan campur kode adalah salah satu fenomena kebahasaan yang sering sekali terjadi dikalangan masyarakat, baik masyarakat bilingual, multilingual dan monolingual. Hal ini kurang mendapat perhatian dikalangan orang-orang yang kurang memperhatikan atau kurang terpusat dalam dunia kebahasaan atau kebudayaan. Tapi bagi seorang peneliti bahasa atau peneliti fenomena budaya hal ini akan menjadi suatu bahasan mnarik. Oleh karena itu kami ingin membuat penelitian yang bisa mengungkapkan hal tersebut diatas, dengan lebih ringan dan bisa dipahami semua kalangan, bukan hanya ahli bahasa ataupun peneliti budaya. Dijaman seperti sekarang yang kabanyakan masyarakatnya multilingualism sangat sulit sekali untuk menghindari alih kode atau campur kode. Tapi dalam menggunakan ali kode dan campur kode kita harus mengetahuibatasan-batasan yang berlaku agar tidak terjadi tumpang tindih bahasa dan kebingungan dalam memahami bahasa. Khnert, Yim, Nett, Kan, and Duran (2005) state that code-switching is an effective communication mode available to proficient bilingual speakers for interactions with other individuals who share both languages.

Transcript of Code Mixing and Code Switching

Page 1: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Code - Mixing and Code – Switching

Code – mixing atau disebut juga dengan campur kode dan code – switching yang dalam bahasa

Indonesia disebut alih kode.

Alih kode dan campur kode adalah fenomeayang sering terjadi dikehidupan kita dan sangat

jarang pula diperhatikan oleh kebanyakan orang.

Pada kesempatan ini kami akan meneliti secara mendalam tentang pengertian dan unsur-unsur

penyebab terjadinya alih kode dan camour kode.

ABSTRAK

Alih kode dan campur kode adalah salah satu fenomena kebahasaan yang sering sekali terjadi

dikalangan masyarakat, baik masyarakat bilingual, multilingual dan monolingual. Hal ini kurang

mendapat perhatian dikalangan orang-orang yang kurang memperhatikan atau kurang terpusat

dalam dunia kebahasaan atau kebudayaan. Tapi bagi seorang peneliti bahasa atau peneliti

fenomena budaya hal ini akan menjadi suatu bahasan mnarik. Oleh karena itu kami ingin

membuat penelitian yang bisa mengungkapkan hal tersebut diatas, dengan lebih ringan dan bisa

dipahami semua kalangan, bukan hanya ahli bahasa ataupun peneliti budaya. Dijaman seperti

sekarang yang kabanyakan masyarakatnya multilingualism sangat sulit sekali untuk menghindari

alih kode atau campur kode. Tapi dalam menggunakan ali kode dan campur kode kita harus

mengetahuibatasan-batasan yang berlaku agar tidak terjadi tumpang tindih bahasa dan

kebingungan dalam memahami bahasa.

• Khnert, Yim, Nett, Kan, and Duran (2005)

state that code-switching is an effective communication mode available to

proficient bilingual speakers for interactions with other individuals who share

both languages.

Page 2: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

PENGERTIAN

Alih kode atau code – switching adalah suatu perilaku berbahasa seseorang dari satu bahasa ke

dalam bahasa lain. Jadi seseorang itu merubah bahasanya dari bahasa satu ke bahasa lain, secara

keseluruhan. Berikut ini ada beberapa konsep tantang alih kode atau code – switching;

• Nababan (1991: 31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian

pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke

ragam lain, misalnya ragam akrab; atau dari dialek satu ke dialek yang lain; atau dari

tingkat tutur tinggi, misalnya kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah,

misalnya, bahasa ngoko, dan sebagainya.

• Kridalaksana (1982: 7) menegaskan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk

menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain

disebut alih kode.

• Code-switching is defined as the alternation of two languages within a single discourse,

sentence, or constituent. Intersentential alternations occur when the switch is made across

sentence boundaries (Grosjean, 1982; Torres, 1989)

Dari beberapa pengertian diatas kami dapat menyimpulkan baha alih kode adalah suatu

perubahan dalam berbahasa yang digunakan seseorang dengan cara merubah ragam bahasa,

merubah dialek bahasa atau kelas bahasa, perubahan yang terjadi secara keseluruhan dalam satu

konteks kalimat atau masalah.

“Nice to meet you. I’m Jim. Boleh saya duduk disini? May I sit here?”

Dari contoh diatas dapat kita lihat sebuah alih kode yang terjadi, seorang native English speaker

menggunakan alih kode terebut saat bicara dengan lawan bicara yang orang Indonesia.

Page 3: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Campur kode atau Code – Mixing adalah penggunaan unsur-unsur bahasa, dari satu bahasa

melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain. Jadi bisa dibilang juga pencampuran lebih dari

satu bahasa dalam proses komunikasi.

• Beardsmore, 1982: 40, campur kode atau interferensi mengacu pada penggunaan unsur

formal kode bahasa seperti fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam suatu konteks dari

satu bahasa ke dalam bahasa yang lain.

• Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa menjadi lain bilamana

orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa

yang menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian

penutur dan/atau kebiasaanya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian disebut

campur kode. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Ciri

yang menonjol dari campur kode ini adalah kesantaian atau situasi informal. Kalau

terdpat campur kode dalam keadaan demikian, hal ini disebabkan karena tidak ada

ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau

ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing)

• Hamers dan Blanc (1983: 78) mengemukakan bahwa interferensi dapat terjadi dalam

bidang fonologi, sintaksis dan semantik. Jika interferensi dalam bidang semantik tidak

dianggap sebagai pengaruh asing, maka campur kode ini bersifat permanen dan disebut

kalimat integratif.

Intinya campur kode adalah suatu pencampuran dalamkomunikasa tapi masih dalam tahap

fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam satu konteks.

Macam-macam alih kode dan campur kode

Alih kode

1. Jenis alih kode : alih bahasa, alih ragam bahasa, alih tingkat tutur;

2. Tataran alih kode: tataran fonologi, tataran fonem, tataran kata atau frase;

3. Sifat alih kode: alih kode sementara,alih kode tetap atau permanen;

4. Faktor penyebab alih kode: pribadi pembicara, hubungan pembicara dengan mitra

pembicara, topik atau subtopik.

Page 4: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Campur kode

1. Jenis campur kode: campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur.

2. Tataran campur kode: tataran fonem, tataran morfem, tataran kata atau frasa, tataran

kalimat.

3. Sifat campur kode: campur kode sementara, campur kode tetap atau permanen.

Penyebab alih kode dan campur kode

Terjadinya alih kode dan campur kode ini sangat beraneka ragam penyebabnya,

Grosjean (1982) suggests some

reasons for code-switching. For example, some bilinguals mix two languages

when they cannot find proper words or expressions or when there is no

appropriate translation for the language being used. Also, their interlocutors,

situations, messages, attitudes, and emotions generate code-mixing

dari pernyataan diatas ada satu alas an dalam penggunaan campur kode dan alih kode adalah jika

kita tidak bisa menemukan kata atauterjemahan yang tepat dan sempurna dari bahasa sumber.

Grosjean (1982), code-switching can also be used for many

other reasons, such as quoting what someone has said (and thereby

emphasizing one’s group identity), specifying the addressee (switching to the

usual language of a particular person in a group will show that one is

addressing that person), qualifying that has been said, or talking about past

events.

Pernyataan selanjutnya ini bermaksud alih kode bisa digunakan jika seseorang atyau pembicara

atau penulis ingin membuat penyataan tentang apa yang telah orang lain katakan seperti hasil

wawancara dan quote

Penyebab terjadinya alih kode dan campur kode adalah sebagai berikut :

1. Pembicara dan pribadi pembicara.

Page 5: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Pembicara kadang dan bisa sering menggunakan alih kode dan campur kode dikarenakan

pribadi pembicara, hal inisangat relative dan tidak bisa di justifikasi dengan ukuran yang

mutlak.

2. Lawan bicara

Lawan bicara juga akan mempengaruhi terjadinya alih kode dan campur kode, jika

pembicara dan lawan bicara berasal dari satu bahasa maka akan lebih kecil terjadi alih

kode dan campur kode. Tetapi jika pembicaraan dwi bahasa terjadi maka alih kode dan

campurkode akan sering terjadi untuk menciptakankenyamana dalam berbicara.

3. Tempat dan waktu bicara

Tempat yang resmi akan lebih sedikti menciptakan alih kode dan campur kode, karena

biasanya pembicara akan lebih mempersiapkan materi nya.

4. Topic pembicaraan

Pengkhususan topic akan mengurangi alih kode dan campur kode

5. Tingkat bahasa orang-orang yang terlibat

Semakin tinggi tingkat bahasa orang yang terlibat semakin tinggi pula kemungkinan alih

kode dan campur kode terjadi.

Contoh alih kode dan campur kode

Contoh ini mengenai sebuah wawancara seorang pewawancara dengan sorang native dari Australia.

Responden (R)

Nama: James Andrew Moloch

Jenis Kelamin: Laki-laki

Usia: 32 tahun

Tempat Kelahiran: Australia

Bahasa Ibu: Bahasa Inggris

Bahasa lain yang dikuasai: Bahasa Indonesia

Pekerjaan: Karyawan Perusahaan Multimedia

Page 6: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Responden dipilih berdasarkan hasil pengamatan, ketika ia terlibat percakapan dengan salah seorang instruktur Bahasa Inggris ditempat kursus tersebut, yaitu:

Mediator (X)

Nama: Joko Subiantoro

Jenis Kelamin: Laki-laki

Usia: 30 tahun

Tempat Kelahiran: Bandung

Bahasa Ibu: Bahasa Indonesia

Bahasa lain yang dikuasai: Bahasa Inggris, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa.

Pekerjaan: Instruktur Bahasa Inggris selama 5 tahun

Data pewawancara adalah sebagai berikut:

Pewawancara (P)

Nama: R.A. Kanya V. Devi

Jenis Kelamin: Perempuan

Usia: 36 tahun

Tempat Kelahiran: Bandung

Bahasa Ibu: Bahasa Indonesia

Bahasa lain yang dikuasai: Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Bahasa Itali,

Bahasa Perancis, dan Bahasa Belanda

Pekerjaan: Penulis

Hasil pengamatan dan wawancara dengan responden telah ditranskripsikan (terlampir) untuk dianalisis.

ANALISIS DATA

Page 7: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Hasil pengamatan dan wawancara tersebut menjadi data utama yang dibagi menjadi 4 bagian sesuai dengan konteks pembicaraan. Analisis data mendeskripsikan jenis, tataran, sifat, dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.

Data 1

X: S’cuse me. Are you waiting for someone? (1)

R: Yes, I’m picking up my wife. She’s studying here.(2)

X: Oh, why don’t you come in? It’s raining.(3)

R: No, No, terima kasih. Saya cuma tunggu sebentar istri saya.(4)

X: I don’t think so. It’s Friday. The classes won’t finish until 5 o’clock.

Come on in. By the way, my name’s Joko.

I am one of the instructors here. (5)

R: Nice to meet you. I’m Jim. Boleh saya duduk disini? May I sit here?(6)

X: Of course, make yourself comfortable. By the way, which class is

your wife in?(7)

R: She’s in the Elementary class. Etty. She just started 3 days ago. (8)

X: Ooh, Etty. The one with long straight dark hair and glasses?

Your wife’s very pretty.(9)

R: Yeah, that’s my wife.(10)

Keterangan Data 1

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan. 2. Topik dan subtopik Pembicaraan

Topik Pembicaraan: membuka percakapan Subtopik: cuaca (hujan)

3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa Fungsi kalimat (1): membuka percakapan Fungsi kalimat (2): menjelaskan keadaan Fungsi kalimat (3): memberikan tawaran Fungsi kalimat (4): menolak tawaran Fungsi kalimat (5): mengajak berkenalan

Page 8: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Fungsi kalimat (6): menyambut perkenalan Fungsi kalimat (7),(8),(9),(10): menjalin keakraban

4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1, 2, dan 3). Bahasa yang kemudian digunakan adalah bahasa Indonesia dengan tingkat tutur biasa (kalimat 4). Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam santai/non-formal dan sopan.

Dari analisis data 1 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada kalimat (4) dan (6). Alih kode pada data 1 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :

1. Jenis alih kode adalah alih kode bahasa 2. Tataran alih kode adalah tataran kalimat 3. Sifat alih kode sementara tergantung situasi 4. Faktor penyebab alih kode ialah Responden (R) pada kalimat (4) menggunakan bahasa

lain (bahasa Indonesia) dengan maksud membangun keakraban sekaligus menghormati tuan rumah dengan memberikan isyarat bersedia berbicara dalam bahasa asli tuan rumah. Sedangkan alih kode pada kalimat (6) lebih disebabkan rasa ragu pada Responden untuk memilih apakah menuruti keyakinannya untuk menghormati tuan rumah atau mengikuti keinginan tuan rumah yang selalu bertanya bukan dengan bahasa tutur aslinya.

Pada dialog 1 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

Campur kode Data 1 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. Jenis campur kode ialah campur bahasa 2. Tataran campur kode ialah tataran kalimat 3. Sifat campur kode sementara 4. Faktor penyebab campur kode ialah perbedaan tujuan dalam menggunakan bahasa; yang

satu ingin menghormati bahasa lawan bicaranya, sementara lawan bicaranya ingin mempraktekkan/melatih kemampuan bahasa asingnya.

Data 2

X: I’m sorry to bother you er…, Jim. But, do you think you could do me a favor?(1)

R: Mengenai (baca: menggenay) istri saya?(2)

X: No, No, Bukan. Kebetulan saya kedatangan tamu, a Writer.

She’s conducting a survey on bilingualism. She’s looking for an English native

speaker who also speaks Bahasa Indonesia for an interview. So, do you think you

could help her?(3)

Page 9: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

R: Yes, of course, with pleasure. While I’m waiting for my wife……(4)

X: Oh, thank you so much. It’s really kind of you. Now, let me introduce you to my

visitor. Ms. Kanya, this is James Andrew er…(5)

R: Moloch…. But, please call me Jim.(6)

P: Hi! Nice to see you. My name is Kanya.(7)

X: OK, I think I can leave you two together. I’ll be around if you need me. (8)

P: Thanks Mr. Joko….

Well, Jim…., eh.. saya panggil Jim saja, ya?(9)

R: Ya, ya.(10)

Keterangan Data 2

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan. 2. Topik dan subtopik Pembicaraan

Topik Pembicaraan: meminta bantuan Subtopik: perkenalan

3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa Fungsi kalimat (1): mengajukan permintaan Fungsi kalimat (2): meminta penjelasan maksud permintaan Fungsi kalimat (3): memberikan penjelasan Fungsi kalimat (4): mengabulkan permintaan Fungsi kalimat (5): berterima kasih dan memperkenalkan dua pihak Fungsi kalimat (6),(7),(8),(9),(10): menjalin perkenalan

4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1). Bahasa yang kemudian digunakan adalah bahasa Indonesia (kalimat 2, 3 dan dua kalimat terakhir) dengan tingkat tutur tinggi (kalimat 1, 3, 4, 5). Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam sopan dan formal dengan sedikit nuansa santai di dua kalimat terakhir.

Dari analisis data 2 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada kalimat (2), (3),(9) dan (10). Alih kode pada data 2 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :

1. jenis alih kode adalah alih kode bahasa, ragam bahasa, dan tingkat tutur. 2. tataran alih kode adalah tataran kalimat dan frase 3. sifat alih kode adalah sementara menyesuaikan dengan situasi

Page 10: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

4. faktor penyebab alih kode ialah: Responden (R) terpengaruh lawan bicara (pada kalimat 2 dan 4), Pewawancara bermaksud membangun keakraban (pada kalimat 7 dan 9), Mediator menyesuaikan dengan suasana (pada kalimat 3, 5 dan 8).

Pada dialog 2 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

Campur kode Data 2 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. jenis campur kode ialah campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur 2. tataran campur kode ialah tataran kalimat, kata, fonem 3. sifat campur kode sementara 4. faktor penyebab campur kode ialah pengaruh bahasa asli penutur (kalimat 2), penegasan

(kalimat 3), dan keinginan menciptakan suasana akrab.

Data 3

P: I was surprised when I heard you speak Bahasa Indonesia just now. I think you are the

right person for the interview. Mudah-mudahan tidak terlalu lama. Bisa kita mulai

sekarang?(1)

R: Well, boleh. Apa yang ingin(baca: inggin) Ibu tanyakan?(2)

P: Pertama-tama saya ingin tahu a few details, nama, usia, alamat, pekerjaan,… untuk

kelengkapan data responden saya.(3)

R: Nama lengkap saya James Andrew Moloch, saya berasal dari Australia, saya tinggal

di Jalan Ki putih(baca: keyputi), menyewa rumah(baca: ruma) saya di sana. Saya

disini sudah hampir dua tahun.(4)

P: Your age? Occupation?(5)

R: Oh, saya lahir tahun tujuh dua(baca: tuju dwa). Saya bekerja di sebuah(baca:

sebwa) perusahaan multimedia.

Sebelumnya saya bekerja di anak perusahaan TELKOM sebagai consultant. Lima

bulan saya sudah bekerja di perusahaan yang sekarang ini. Saya mengerjakan design

animasi. (6)

Page 11: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Keterangan Data 3

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan. 2. Topik dan subtopik Pembicaraan

Topik Pembicaraan: meminta keterangan lebih banyak Subtopik: data Responden

3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa Fungsi kalimat (1): meminta ijin mewawancarai Fungsi kalimat (2): mengabulkan permintaan wawancara Fungsi kalimat (3): menanyakan data Responden Fungsi kalimat (4): menceritakan tentang diri Fungsi kalimat (5): bertanya lebih lanjut. Fungsi kalimat (6): bercerita lebih banyak

4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1), yang kemudian segera berganti menjadi dominan bahasa Indonesia. Tingkat tutur yang digunakan adalah tingkat tutur biasa. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam sopan dan akrab.

Dari analisis data 3 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada kalimat (1). Alih kode pada data 3 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :

1. jenis alih kode adalah alih kode bahasa 2. tataran alih kode adalah tataran kalimat 3. sifat alih kode adalah sementara menyesuaikan dengan situasi 4. faktor penyebab alih kode ialah: membangun keakraban

Pada dialog 3 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

Campur kode Data 3 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. jenis campur kode ialah campur bahasa 2. tataran campur kode ialah tataran kalimat, kata, fonem 3. sifat campur kode sementara 4. faktor penyebab campur kode ialah penyingkatan istilah (kalimat 3 dan 5) dan

kenyamanan menggunakan bahasa asli penutur (kalimat 2 dan 4)

Data 4

P: Bahasa Indonesianya sudah lancar sekali. Apakah sebelum datang ke Indonesia pernah

belajar bahasa Indonesia secara khusus? (1)

R: Memang. Sebelum dikirim kesini, saya mempunyai(baca: mempunyjay) pelatihan

Bahasa Indonesia sekiranya 4 bulan. Tetapi sebelumnya juga saya pernah belajar

Page 12: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

sedikit-sedikit dari murid Indonesia yang homestay. Itu waktu saya belajar di High

School. (2)

P: And what made you interested in Bahasa Indonesia? Or maybe you were more

interested in the country, Indonesia, I mean.(3)

R: Well, first I got interested in the language. Waktu berkata bilang-bilang dengan

Andi yang dulu itu homestay, kelihatan pada saya bahasa Indonesia mudah; tidak

ada pengubahan tenses. Saya cuma harus banyak ingat kata-kata. Tetapi cerita my

uncle confirmed cerita Andi tentang the beauty of Indonesia. My uncle banyak

sekali datang ke Indonesia, ke macam-macam tempat, macam-macam pulau. He loves

Indonesia very much, especially Borneo, Kalimantan. Jadi, sejak itu saya punya

Keinginan(baca: keyngginan) datang ke Indonesia. Saya mau(baca: maw) lihat

Indonesianya sendiri. Jadi, waktu ada job offer untuk ke Indonesia, saya melamarkan

untuk pekerjaan itu. (4)

P: Apa ada kesulitan-kesulitan khusus ketika belajar bahasa Indonesia selama 4 bulan?

Itu program intensif perusahaan, ya?(5)

R: Ya, itu kerjasama antara agent dengan Australian Embassy. Itu program bagus.

Pengajar-pengajar juga bagus-bagus. Saya juga enjoy. Tetapi saya waktu itu juga

punya kesulitan …masalah. Sampai sekarang saya belum betul-betul mengerti the use

of affix in Bahasa Indonesia; dan saya juga tidak begitu bagus pilih-pilih kata yang

pas, semisalnya kata “boleh”, “bisa”, “dapat”, lalu kata “ingin”, “mau” , “akan”, atau

kata-kata “punya”, “mengalami”, “mensele..” apa itu.. “menselenggerakan”..(6)

P: Menyelenggarakan?…(7)

R: That’s it; dan kata “mengadakan”…..

Page 13: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Selainnya itu juga saya pada mulanya merasa sulit menangkap pembicaraan di film-

film, sangat cepat. Bahasa yang saya belajar sangat berbeda dengan daily

conversation. Tetapi sekarang saya sudah sering, sudah biasa. (8)

P: Ada kesulitan dengan pengucapan, pronunciation?(9)

R: Well, mungkin ada juga. Tapi saya rasa tidak banyak. Saya tahu ada beberapa huruf

tidak dibunyikan. Bahasa Indonesia saya kira mirip Bahasa Jerman, tidak banyak

beda antara tulisan dan bacaan. Tapi intonation saya masih belum bisa mengikuti.(10)

P: Sewaktu kerja di anak perusahaan TELKOM, apakah menggunakan bahasa Indonesia

untuk rutinitas kerja?(11)

R: Iya, itu yang saya menyesal. Waktu itu orang-orang di kantor… well, they hired an

English instructor and asked me to speak English on every occasion, supaya mereka

latihan; ada program mengirim employees untuk training di luar negeri, in turns. (12)

P: So how do you improve your Indonesian, then?(13)

R: I have a best friend, a local friend. Kita sering ketemu. Actually, he’s the one who first

introduced me to my wife. He’s a graduate from Monash. Dia ajak saya kerja di kantor

saya sekarang. (14)

P: OK, then, Jim, I think I’ve had enough for my report. Terima kasih banyak. It’s really

nice talking to you.(15)

R: Sama-sama.(16)

Keterangan Data 4

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan. 2. Topik dan subtopik Pembicaraan

Topik Pembicaraan: kemampuan dwibahasa Responden Subtopik: cara Responden memperoleh dan mengembangkan bahasa asing

3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa Fungsi kalimat (1): menanyakan pelatihan bahasa Indonesia Responden

Page 14: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Fungsi kalimat (2): menjelaskan pelatihan bahasa Indonesia Fungsi kalimat (3): menanyakan motivasi Responden berdwibahasa Fungsi kalimat (4): menjelaskan alasan berdwibahasa Fungsi kalimat (5): bertanya tentang kesulitan belajar bahasa Indonesia Fungsi kalimat (6): menjelaskan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia Fungsi kalimat (7): mengoreksi kata Fungsi kalimat (8): menyetujui koreksi kata Fungsi kalimat (9): bertanya tentang kesulitan pengucapan Fungsi kalimat (10): menjelaskan tentang pengucapan Fungsi kalimat (11): bertanya tentang penggunaan bahasa Indonesia di tempat kerja. Fungsi kalimat (12): menjelaskan kurangnya kesempatan berbahasa Indonesia Fungsi kalimat (13): menanyakan cara meningkatkan kemampuan dwibahasa Fungsi kalimat (14): menjelaskan cara meningkatkan kemampuan dwibahasa Fungsi kalimat (15): berterimakasih telah bersedia diwawancara Fungsi kalimat (16): menunjukkan sikap akrab

4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1), yang kemudian segera berganti menjadi dominan bahasa Indonesia. Tingkat tutur yang digunakan adalah tingkat tutur biasa. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam sopan dan akrab.

Dari analisis data 4 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada kalimat (3, 4, 12, 13, 14, 15)). Alih kode pada data 4 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :

1. Jenis alih kode adalah alih kode bahasa 2. Tataran alih kode adalah tataran kalimat 3. Sifat alih kode adalah sementara menyesuaikan dengan situasi 4. Faktor penyebab alih kode ialah: mempraktekkan dan menguji kemampuan dwibahasa

masing-masing

Pada dialog 3 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

Campur kode Data 3 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. Jenis campur kode ialah campur bahasa 2. Tataran campur kode ialah tataran kalimat, kata, fonem 3. Sifat campur kode sementara 4. Faktor penyebab campur kode ialah pemilihan istilah yang tepat (8, 9), ketidak-tahuan

padanan kata(2, 5, 6, 8), dan kenyamanan menggunakan bahasa asli penutur (4, 10, 12)

Contoh diambil dari

http://doeniadevi.wordpress.com/2009/10/20/perihal-alih-kode-code-switching-dan-campur-kode-code-mixinginterference-dalam-kedwibahasaan/

Page 15: Code Mixing and Code Switching

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Konklusi

dari sedikitpenelitan diatas semoga tercapai kepahaman dalam bahasa alih kode dan campur kode sehngga tercipta penggunaan yang tepat dan tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari.

References

http://doeniadevi.wordpress.com/2009/10/20/perihal-alih-kode-code-switching-dan-campur-kode-code-mixinginterference-dalam-kedwibahasaan/

http://anaksastra.blogspot.com/

Reasons and Motivations for Code-Mixing and Code-Switching by Eunhee Kim TESOL 5th semester, Spring 2006 Issues in EFL Vol.4 No.1