Coca Cola Amatil Indonesia Olah Limbah Teh Menjadi Kompos
-
Upload
kiki-mulqiah -
Category
Documents
-
view
76 -
download
1
description
Transcript of Coca Cola Amatil Indonesia Olah Limbah Teh Menjadi Kompos
Coca Cola Amatil Indonesia olah limbah teh menjadi komposBANDUNG (bisnis-jabar.com): Coca Cola Amatil Indonesia menggandeng pihak akademisi untuk melakukan pengolahan limbah teh, dari salah satu minuman yang diproduksi, menjadi kompos berkualitas cukup tinggi.
Thesa Anggi Aprilia P, Coorporate Affairs Officer Bandung Operations Coca Cola Amatil Indonesia menyatakan CCAI telah meresmikan kerjasama dengan Universitas Islam Bandung melalui penandatanganan memorandum selama 5 tahun ke depan pada April lalu.
“Kerjasama ini melibatkan tim manajemen CCAI, pihak Unisba, dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik,” ujarnya kepada bisnis-jabar.com belum lama ini.
Dalam kerjasama ini, CCAI berkomitmen untuk menyediakan fasilitas dan area belajar baik bagi masyarakat maupun akademisi, sementara Unisba sebagai pihak edukator, berkomitmen untuk membantu dalam penyediaan tenaga ahli dan edukasi ke petani Coke Farm, lahan pertanian yang merupakan Sustainable Corporate Social Responsibility (CSR) dari CCAI, maupun masyarakat luas.
CCAI, ujarnya, berhasil menangani masalah limbah teh yang biasanya terbuang sia-sia menjadi kompos berkualitas cukup tinggi. Hal ini berkat bantuan dari seorang akademisi di Unisba. Limbah yang dihasilkan pabrik tersebut jika sedang melakukan produksi minuman teh Frestea, dapat mencapai angka 4,2 ton per hari.
“Seorang akademisi dari Unisba berhasil melakukan penelitian tentang limbah teh dan hingga saat ini melakukan edukasi pada para petani sehingga limbah teh dapat diubah menjadi kompos,” katanya.
Menurutnya, hal tersebut sangat menguntungkan petani dan masyarakat sekitar pabrik. Apalagi adanya pengolahan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat sejalan dengan visi dan misi CCAI menuju Green Manufacturing.
Mohamad Satori, pakar Teknik Industri yang merupakan akademisi di Unisba, menyatakan, dari 4,2 ton limbah yang dihasilkan, baru sekitar 1 ton yang dapat diolah menjadi kompos dikarenakan keterbatasan lahan.
“Namun dalam waktu dekat pihak Unisba akan menyediakan tempat sehingga pengolahan limbah akan lebih maksimal,” katanya.
Pengolahan limbah, ujarnya, dilakukan melalui dua cara yaitu Open Windrow dan Vermi Composting. Melalui metode Open Windrow, gundukan ampas teh yang telah dicampur dengan cairan em-4 ditempatkan di atas struktur bambu berbentuk limas segitiga. Sedangkan dalam Vermi Composting, cacing (jenis Lumbricus rubellus) akan memakan ampas teh dan menghasilkan feses yang merupakan kompos alami berkualitas tinggi. Dengan kata lain cacing berfungsi sebagai dekomposer senyawa organik. Kompos yang dihasilkan dari metode ini dihargai hingga Rp2.500/kg.
“Kompos yang dihasilkan murni dimanfaatkan oleh petani,” katanya.Selain untuk merawat sayuran di area organic farming, dan sebagian kompos dipasarkan dengan harga variatif sesuai dengan metode dan kualitasnya.
Dia menyebutkan, CCAI dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk pembuangan limbah. Selain itu, pengolahan limbah akan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar pabrik. (k60/fsi)
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/coca-cola-amatil-indonesia-olah-limbah-teh-menjadi-kompos
24 Agustus 2011
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT.CCAI BANDUNG PLANT
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
. Penanganan Limbah
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa memahami,
mencegah, dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan
kegiatan produksi minuman ringan. Oleh karena itu PT. CCAI membuat suatu Instalasi
Pengolahan Limbah (IPAL) di lokasi pabrik.
Terdapat dua jenis limbah PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Unit Jawa Barat yaitu
limbah padat dan limbah cair.
6.5.1. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Unit Jawa Barat meliputi
kemasan botol yang rusak atau pecah, sedotan, crawn cap, closure, preform, kemasan bahan
baku dan bahan penunjang, barang-barang bekas dari kegiatan lainnya seperti bekas mesin
produksi, pompa, ban bekas dan sampah padat lainnya akan dikumpulkan dan dibuang oleh
pihak ketiga yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah setempat untuk didaur ulang.
Sedangkan sampah domestik yang ditampung di tempat penampungan sementara
akan diambil oleh pihak ketiga untuk disalurkan ke tempat penampungan sampah terakhir.
4.5.2. Penanganan Limbah Cair
Limbah cair (kecuali air hujan) yang berasal dari bottling line, syrup room (tanki
sanitasi), dan water treatment dan waste water treatment (back wash dan regenerasi)
ditampung di dalam bar screen yang fungsinya untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti
sampah, plastik, sedotan dan lain sebagainya. Selanjutnya setelah disaring melalui bar
screen, limbah tersebut di tampung dalam pump fit yang kemudian di tampung lebih lanjut
dalam bak ekualisasi lama.
Kemudian limbah cair tadi dialirkan menuju fat trap yang berjumlah 2 buah bak
dengan kapasitas 50 m3 dan bersekat 5 buah untuk memisahkan lemak dan minyak. Lemak
dan minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air akan tertahan di permukaan,
sedangkan air limbahnya akan berada di bagian bawah yang selanjutnya di pompa menuju ke
bak equalisasi basin.
Bak equalisasi basin yang memiliki volume 500 m3 berfungsi untuk
menghomogenisasikan dan menetralisir air limbah sebelum pengolahan lebih lanjut. Proses
penetralisir air limbah ini menggunakan soda kasutik dengan konsentrasi 98 % sehingga pH
air menjadi 6,5 – 8. Bak equaliasasi ini dilengkapi dengan aerator summersibel yang
fungsinya untuk peraerasi air limbah agar air limbah tersebut tidak mempunyai fluktuasi
kualitas yang besar sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya, air limbah di
homogenkan dan diaerasikan menggunakan aliran turbulen. Kemudian air limbah tersebut
dialirkan menuju bak oxidation ditch.
Bak oxidation ditch yang memiliki volume 1600 m3 berfungsi untuk menguraikan zat-zat
organik yang berada dalam air limbah dengan menggunakan Lumpur aktif dan bakteri
aerobik (berespirasi menggunakan oksigen). Bakteri tersebut yaitu jenis Escherichia coli,
Staphillococcus, pseudomonas sp dan Acetobacter. Untuk mempercepat pertumbuhan bakteri
ditambahkan Urea pada bak equalisasi. Bak equalisasi dilengkapi dengan dua buah aerator
yang berfungsi agar bakteri dapat kontak dengan air limbah secara optimal, agar semua
Lumpur dapat tercampur dengan air limbah secara merata dan membantu tersuplainya
oksigen untuk pertumbuhan bakteri.
Air limbah selanjutnya di alirkan menuju bak clarifier yang memiliki volume 300 m3.
Bak clarifier ini berfungsi untuk memisahkan lumpur aktif yang ikut terbawa dari oxidation.
Lumpur aktif ini akan diendapkan dan dikumpul dibawah centre well oleh scrapper yang
terdapat di bak clarifier, sedangkan air akan mengalir secara over flow menuju ke saluran
selanjutnya.
Lumpur yang telah berkumpul dimasukkan ke dalam sludge collector oleh alat return
sludge dan disirkulasikan kembali menuju ke bak oxidation ditch. Tetapi jika lumpur tersebut
sudah tidak bisa di uraikan kembali maka akan dialirkan menuju drying bed.
Lumpur yang berada di drying bed akan dikeringkan dan tertahan di bagian
permukaan dengan bantuan sinar matahari yang selanjutnya akan dibuang. Sedangkan air
yang masih terkandung dalam lumpur akan disirkulasikan kembali ke bak equalization
setelah pemeriksaan di control bed.
Air yang mengalir secara over flow dari bak clarifier ada yang dialirkan menuju sand
filter untuk dijernihkan dari kotoran dan lumpur, kemudian dialirkan menuju zeolit filter atau
sand filter, kemudian air ditampung di recycled tank yang berkapasitas 1500 L, air di
recycled kemudian dialirkan menuju tanki carbon filter yang berkapasitas 1000 L untuk
menyaring kotoran-kotoran pada air, air setelah melewati carbon filter tank selanjutnya
ditampung di pressure tank, kemudian air dari pressure tank dilakukan pelunakan di softener
tank, air yang telah dilakukan pelunakkan selanjutnya dialirkan melalui pipa yang terbagi
menjadi dua pipa, pipa pertama dialirkan menjadi general use sebagai kebutuhan air di toilet,
taman, mesjid, dan air pembersih mobil dan forklift. Adapula yang langsung dialirkan menuju
sungai setelah melewati indikator fish pond (kolam ikan), sedangkan pipa yang kedua
dialirkan untuk proses resin penukar ion yang selanjutnya dialirkan menuju boiler.
Parameter dan pemantauan limbah dilakukan setiap hari oleh operator limbah yang
dapat dilihat pada tabel.
DO (Dissolve Oxygen) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air limbah yang
dinyatakan dalam satuan ppm (minimal 2-4 ppm). BOD (Biology Oxygen Demand) adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa-senyawa organik serta biologi
oleh bakteri dalam satuan ppm (tidak boleh lebih dari 50 ppm), COD (Chemical Oxygen
Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik
secara kimia dinyatakan dalam satuan ppm (< 15 ppm). MLSS (Mixed Liquor Suspended
Solid) adalah jumlah padatan yang tersuspensi pada air limbah (oxidation). SSRS (Suspended
Solid Return Sludge) adalah jumlah padatan yang tersuspensi yang dikembalikan ke bak
oxidation. TSS (Total Suspended Solid) adalah semua padatan yang mengambang pada
permukaan air limbah yang sebagian besar dapat dipisahkan dari air limbah melalui
penyaringan. TDS (Total Dissolve Solid) adalah semua padatan yang terlarut dan ukurannya
lebih kecil dari 0,45 mikron (ion-ion bervalensi 3).
Tabel 2. Parameter dan Pemantauan Limbah Cair PT CCAI – West Java
Parameter Frekuensi Tempat
Sampling
Standar
DO (Dissolve
Oxygen)
1 kali setiap shift Di titik mati 2-mg/Liter
pH 1 kali setiap shift Di titik mati 7 – 9
Temperatur 1 kali setiap shift Di titik mati < 35 °C
SV (Sludge
Volume)
2 kali setiap shift Di titik mati 20 – 30 %
MLSS (Mixed
Liquor Suspended
Solid)
Setiap pagi dan
setelah sludge
dibuang
Di aerator yang
sedang berjalan
2000 – 2500
mg/Liter
SSRS (Suspended
Solid Return
Sludge)
Setiap pagi
BOD (Biology
Oxidation
Demand)
1 kali setiap shift Before equalisasi
& after clarifier
Tidak boleh lebih
dari 50 ppm
COD (Chemical
Oxidation
Demand)
1 kali setiap shift Before equalisasi
& after clarifier
< 15 ppm
Penambahan
Nutrisi
Setiap pagi BOD : N : P
100 : 5 : 1
Untuk pengujian kadar COD dan BOD dilakukan di laboratorium oleh petugas QA
satu kali setiap minggu.
Prosedur pengujian kadar BOD adalah sebagai berikut,
a. Sampel di masukkan ke dalam botol sampel dan diaduk dengan batang pengaduk
magnet
b. Tambahkan ½ NaOH dan botol tersebut ditutup.
c. Kemudian botol sampel tersebut dimasukkan ke dalam thermochamber dan diaduk
selama 60 menit sampai temperatur stabil.
d. Kencangkan tutup botol tersebut dan dimasukkan ke dalam stro breaker
e. Set skala di angka nol
f. Kemudian dicatat jam, tanggal, dan angka yang dihasilkan.
Simpan botol tersebut dan tunggu sampai dengan 5 hari, setelah itu baru didapatkan
hasilnya.
Prosedur pengujian kadar COD adalah sebagai berikut,
a. Sampel dipipet ke dalam tabung reaksi sambil ditambahkan transferpett sebanyak 2
ml dan pereaksi standar kemudian tutup dan diaduk
b. Tabung reaksi tadi dimasukkan ke dalam thermoreaktor Cr 3000 yang telah diset 148
°C selama 120 menit.
c. Setelah 120 menit tabung reaksi tadi diangkat dan dibiarkan selama 10 menit
d. Photometer MPM 2010 dinyalakan dan diset Filter collectornya diangka satu (jika
COD 160) atau diangka dua (jika COD 1500)
e. Kemudian pilih menu “factor” dan isi data masing-masing faktor dengan nilai faktor.
f. Tabung reaksi disimpan di sampel cell photometer dan dibaca nilai COD (mg/Liter).
http://adityas-indirawidi.blogspot.com/2011/08/pengolahan-limbah-cair-ptccai-bandung.html