Coating
description
Transcript of Coating
1
TUGAS AKHIR
ANALISA PROSES COATING & BIAYA CAT PADA KM.LAWIT
CHRISTIAN HAJOPAN DONGORAN
NRP. 6111 030 011
Dosen Pembimbing Ir. IRMA RUSTINI A. MT. NIP. 197010141995122001
PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN DAN KONSTRUKSI KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2014
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISA PROSES COATING & BIAYA CAT PADA KM.LAWIT
Christian Hajopan Dongoran
NRP. 6111.030.011
Dosen Pembimbing
Ir. Irma Rustini A. MT.
NIP. 197010141995122001
TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2014
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir saya
dengan judul “Analisa Proses Coating & Biaya Cat Pada KM.Lawit”, adalah benar-benar
hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak
diijinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri.
Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar
pustaka.
Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Surabaya, 11 Juli 2013
Christian Hajopan D.
NRP. 6111030011
iii
iv
ANALISA PROSES COATING & BIAYA CAT PADA KM.LAWIT
Nama Mahasiswa : Christian Hajopan Dongoran
NRP : 6111030011
Pembimbing : Ir. Irma Rustini A. MT.
ABSTRAK
Lambung kapal yang terbuat dari baja merupakan salah satu bagian yang vital
dikarenakan bagian tersebut bersentuhan secara langsung dengan air laut. Dengan kondisi
seperti itu yang berlangsung secara terus menerus maka dapat dipastikan bahwa kondisi
plat lambung kapal akan mengalami korosi berlebihan. Banyak cara yang dilakukan
untuk mengatasi korosi pada lambung kapal,salah satunya adalah dengan coating.
Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrate)
yang bertujuan untuk melindungi material dari korosi dan memberi perlindungan pada
material tersebut. Selain itu, coating juga memberikan gaya apung negatif (negative
buoyancy force), memberikan fungsi anti slip pada permukaan substrat dan beberapa
fungsi lainnya. Prinsip dasarnya adalah membatasi paduan logam dari pengaruh
lingkungan yang korosif dengan meminimalisir terjadinya proses elektrokimia dalam
alam. Coating atau pelapisan terdiri dari 2 jenis, yaitu liquid coating dan concrete
coating. Selain pada kapal,coating juga diaplikasikan pada pipa-pipa baja di dasar laut.
Coating pada kapal biasanya dilakukan oleh perusahaan galangan saat kapal sedang
dalam kondisi naik dock.
Berdasarkan pengamatan dalam kegiatan On The Job Training, kendala yang sering
ditemukan adalah kurangnya perhatian dan pengertian fungsi dari coating. Serta estimasi
biaya cat yang dibutuhkan masih sering meleset dan akhirnya menyebabkan kerugian.
Sehingga pada tugas akhir ini diharapkan bisa memberikan penjelasan mengenai proses
dan tujuan coating serta estimasi biaya yang dibutuhkan pada kapal penumpang
KM.LAWIT sebagai contoh
v
ANALYSIS OF COATING PROCESS & PAINT COST ON
KM.LAWIT
Nama Mahasiswa : Christian Hajopan Dongoran
NRP : 6111030011
Pembimbing : Ir. Irma Rustini A. MT.
ABSTRACT
Ship hull which made of steel is one of the vital parts of the section due to direct
contact with sea water. With such conditions that continues over time, it can be
ascertained that the condition of the hull plate will experience excessive corrosion. Many
ways in which to overcome the corrosion on the hull, one of which is the coating.
Coating is a process that for base material (substrate) which aims to protect the
material from corrosion and give protection to the material. In addition, the coatings also
provide negative buoyancy (negative buoyancy force), provide anti-slip function on the
surface of the substrate and some other functions. The basic principle is to limit the metal
alloy from the corrosive effect of the environment by minimizing the occurrence of
electrochemical processes in nature. Coating or coating consists of two types, namely
liquid coating and concrete coating. In addition to the ships, coating is also applied to the
steel pipes on the seabed. Coating on the ship usually carried out by the company while
the vessel is in the shipyard up dock conditions.
Based on observations in the On the Job Training activities, obstacles often found
is the lack of attention and understanding the function of the coating. And the estimated
cost of paint required is often missed and eventually cause harm. So that the final project
is expected to provide an explanation of the process and the purpose of the coating as
well as the estimated costs required on passenger ship KM.LAWIT as an example.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat yang tidak pernah
berhenti sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul ANALISA
PROSES COATING & BIAYA CAT PADA KM.LAWIT dengan baik, semua ini dari-
Mu, karena-Mu, dan untuk-Mu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas
Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Orangtua dan seluruh keluarga atas dukungannya dalam proses pengerjaan Tugas
Akhir ini hingga akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
3. Ir. Muhammad Mahfud M.MT., FRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya (PPNS)..
4. Bapak Aang Wahidin,ST.MT. selaku Ketua Prodi Teknik Bangunan Kapal yang selalu
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ibu Ir. Irma Rustini A. MT. selaku pembimbing Tugas Akhir yang memberikan
sumbangan arahan dan pertimbangan bagi penulis.
6. Seluruh staf di PT. Biro Klasifikasi Indonesia cabang Tanjung Priok, PT. Dok Kodja
Bahari atas seluruh masukannya dalam pemilihan data dalam Tugas Akhir ini
7. Teman – teman di Prodi DC yang telah membantu mengerjakan.
8. ZGMF X20A, ZAFT, Orb Union, seluruh kru dan awak kapal dari ArchAngel atas
dukungannya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini sehingga dapat selesai tepat waktu
Surabaya, 11 Juli 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PERYATAAN KEASLIAN ………………………………………...................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Coating ……….................................................................................. 4
2.1.1 Bahan Penyusun Coating ………………………............... 4
2.1.2 Parameter Coating ……………......................................... 7
2.1.3 Sifat Adhesive Coating ………………………………….. 8
2.1.4 Preprasi Pre-Coating …………………………………….. 9
2.2 Blasting/Abrasive Blasting……….................................................. 10
2.2.1 Jenis-jenis Blasting……………………………………… 11
2.2.2 Peralatan………………………………………………… 13
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 14
3.1 Diagaram Alir Penelitian Tugas Akhir ............................................ 14
viii
3.2 Penjelasan Diagram ......................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA……………….............. 18
4.1 Proses Pengecatan .......................................................................... 18
4.1.1 Pre Inspection ……………………………………………. 18
4.1.2 Surface Preparation ………………………………………. 18
4.1.3 Paint Preparation …………………………………………. 24
4.1.4 Paint Application …………………………………………. 26
4.1.5 Cacat Pengecatan dan Penyebabnya …………………… 27
4.2 Estimasi Biaya Cat ………….......................................................... 30
4.2.1 Cat Primer dan Thinner ………………………………….. 31
4.2.2 Cat Intermediate dan Thinner …………………………… 32
4.2.3 Anti-fouling dan Thinner ………………………………... 34
4.2.4 Total Biaya Keseluruhan ……………………………….... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 36
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 36
5.2 Saran ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapal adalah salah satu alat transportasi yang banyak digunakan dalam dunia
perdagangan internasional. Disamping biaya transportasinya murah, muatan yang
diangkut juga lebih banyak dibanding dengan alat transportasi lain. Salah satu bagian
kapal yang mendapat perhatian khusus adalah lambung kapal dikarenakan salah satu
faktor kunci keamanan dari suatu kapal ditentukan dari kondisi lambung. Sebagai
contoh kapal penumpang jika dalam proses produksinya terdapat kelalaian sekecil
apapun misalnya pelat yang tidak diuji atau diperlakukan secara benar sesuai
prosedur dapat berakibat kerusakan pada kapal penumpang tersebut yang apabila
kapal tersebut sedang mengangkut muatan dapat menimbulkan kecelakaan fatal yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan atau korban jiwa yang tentunya berakhir pada
kerugian finansial.
Dalam pengoperasiannya, lambung kapal akan terkena pengaruh dari barang yang
akan dimuatnya dan juga kondisi lingkungan di sekitarnya, sehingga berakibat
timbulnya korosi. Oleh karena itu diperlukan suatu perlindungan terhadap plat
lambung tersebut agar laju korosi dapat diperlambat. Perlindungan yang dilakukan
adalah dengan melakukan pengecatan(coating) pada tiap sisi luar lambung tersebut.
Dalam melakukan pengecatan harus dipahami betul fungsi coating dan bagaimana
pengaplikasian yang tepat sehingga kemampuan cat yang digunakan dapat berfungsi
secara maksimal guna melindungi lambung dari korosi yang disebabkan oleh
lingkungan sekitarnya
Melihat kondisi pembangunan dan perawatan kapal di pelabuhan, proses coating
masih kurang mendapatkan perhatian sehingga menyebabkan korosi pada lambung
kapal, khususnya untuk kapal-kapal yang memiliki ukuran yang cukup besar. Banyak
dari para pekerja galangan di pelabuhan yang menganggap bahwa proses coating itu
hanya sekedar mengecat bagian lambung kapal saja, tanpa mengetahui tujuan utama
dari coating tersebut. Ditambah lagi dengan sering melesetnya perhitungan biaya
yang dibutuhkan untuk melakukan hal itu, menimbulkan kerugian yang cukup besar.
2
Juga sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian serupa pada lambung
kapal,tetapi pada pipa-pipa baja yang lokasinya berada di pelabuhan dan di dasar laut.
Pemilihan metode pengecatan dan juga jenis cat yang tepat sangat diperlukan sebab
dengan menerapkan metode yang tepat dapat mengurangi beban biaya yang
dikeluarkan atau cepat dalam proses pengerjaannya. Oleh karena itu penulis
mengambil tugas akhir dengan judul “Analisa dan Biaya Pada Proses Coating
KM.Lawit” yang bertujuan untuk menguraikan proses coating dan juga estimasi biaya
cat.
1.2 Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang maka saya coba untuk mengambil beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1.Bagaimana analisa proses dan fungsi coating pada kapal baja KM.LAWIT.
2.Bagaimana kalkulasi estimasi biaya coating yang dibutuhkan.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan yang akan diangkat dengan tujuan untuk
mendapatkan penelitian yang baik dan benar maka dilakukan pembatasan masalah.
Batasan-batasan masalah tersebut diantaranya:
1.Uraian dan proses pengerjaan serta tujuan utama dari Coating.
2.Kalkulasi biaya coating pada lambung dengan batas main deck kapal.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini mengacu pada latar belakang masalah,
perumusan masalah, dan batasan masalah yang ada, di antaranya:
1. Menganalisa proses dan fungsi utama dari coating
2. Mengestimasi kebutuhan biaya coating
3
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dengan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu reparasi kapal,analisa dan mewujudkannya
dalam model tugas akhir.
2.Sebagai salah satu referensi untuk pengetahuan mahasiswa dan penerapan teknologi
yang tepat guna.
3.Sebagai pertimbangan dalam melakukan proses coating dengan memperhitungkan
biaya yang dibutuhkan terlebih dahulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Coating (Pelapisan)
Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrate)
yang bertujuan untuk melindungi material dari korosi dan memberi perlindungan
pada material tersebut. Selain itu, coating juga memberikan gaya apung negatif
(negative buoyancy force), memberikan fungsi anti slip pada permukaan substrat dan
beberapa fungsi lainnya.(Holmberg, K. dan Matthews, A. 2010).
2.1.1 Bahan Penyusun Coating
Sifat-sifat suatu coating ditentukan dari komposisi coating itu sendiri. Umumnya
coating mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), zat pewarna
(pigmen), solven dan aditif.
1. Pengikat (Binder)
Binder berfungsi sebagai pengikat antar komponen coating dan juga
bertanggung jawab terhadap gaya adhesi coating terhadap substrat. Gaya adhesi
adalah gaya tarik menarik antara partikel zat yang tidak sejenis. Gaya adhesi antar
molekul air dengan molekul kaca berbeda dibandingkan gaya adhesi antara
molekul air dengan molekul daun talas. Demikian pula gaya kohesi antar molekul
air lebih kecil daripada gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca.
Itulah sebabnya air membasahi kaca berbentuk melebar. Namun, air tidak
membasahi daun talas melainkan tetes air berbentuk bulat-bulat menggelinding di
permukaan karena gaya kohesi antar molekul air lebih besar daripada gaya adhesi
antara molekul air dan molekul daun talas. Gaya kohesi maupun gaya adhesi
mempengaruhi bentuk permukaan zat cair dalam wadahnya.
5
Terdapat banyak binder yang telah dikenal, diantaranya alkyd, vinyl, resin
alam, epoxy dan urethane.Hal yang harus dipahami dari binder adalah viskositas.
Karena merupakan komponen utama dalam coating, viskositas binder sangat
menentukan viskositas coating. Coating harus mempunyai viskositas cukup
rendah untuk bisa digunakan dengan peralatan pengecatan sederhana (brush,
roller atau spray) serta memiliki viskositas cukup tinggi sehingga tidak menetes.
Faktor utama yang menentukan viskositas binder adalah berat molekularnya.
Polimer yang mempunyai berat molekul tinggi akan lebih viskous daripada
dengan berat molekul rendah. Ada dua cara untuk mengontrol viskositas suatu
coating, yaitu dengan memvariasi berat molekul binder atau dengan
menambahkan sejumlah solven.
2. Zat Pewarna (Pigmen)
Zat pewarna (Pigmen) merupakan pemberi warna dari coating. Selain
berfungsi dalam hal estetika, zat pewarna (pigmen) juga mempengaruhi ketahanan
korosi dan sifat fisika dari coating itu sendiri. Zat pewarna (pigmen) dapat
dikelompokkan menjadi pigmen organik dan anorganik. Pigmen anorganik
contohnya adalah besi oksida. Besi oksida merupakan pigmen merah yang
digunakan untuk pelapisan awal (coating primer) ataupun topcoat. Terdapat juga
extender pigmen yang memberikan sedikit pengaruh terhadap warna dan
ketahanan korosi namun banyak mempengaruhi sifat-sifat coating seperti
kekentalan (densitas), aliran, kekerasan (hardness) dan permeabilitas. Contohnya
adalah kalsium karbonat, kaolin, talc dan barium sulfat (barytes).
6
3. Solven
Kebanyakan coating memerlukan solven untuk melarutkan pengikat (binder)
dan memodifikasi viskositas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
penentuan solven adalah kemampuannya dalam melarutkan binder dan komponen
coating yang lain. Prinsip kelarutan sangatlah sederhana, yaitu like dissolves like,
artinya solven polar akan melarutkan senyawa yang polar juga.
Selain itu laju penguapan solven juga perlu diperhatikan. Solven yang mempunyai
tekanan uap tinggi sehingga menguap dengan cepat disebut fast atau hot solvent,
sedangkan yang lambat disebut slow solvent. Laju penguapan mempengaruhi
sifat-sifat coating dan beberapa cacat dapat disebabkan karena ketidak cocokan
dalam pemilihan solven. Jika solven menguap terlalu cepat, coating tidak
memiliki cukup waktu untuk membentuk lapisan halus dan kontinu.
4. Aditif
Aditif adalah senyawa-senyawa kimia yang biasanya ditambahkan dalam
jumlah sedikit, namun sangat mempengaruhi sifat-sifat pelapisan. Bahan-bahan
yang termasuk aditif adalah surfaktan, alat anti endapan (anti-settling agent), alat
pencampur (coalescing agents), alat tahan pengulitan (anti-skinning agents),
katalis, defoamers, penyerapan cahaya ultraviolet (ultraviolet light absorbers), alat
dispersi, bahan pengawet (preservatives), pengering (driers) dan plastisizers.
7
2.1.2 Parameter coating
Setelah menentukan komponen-komponen untuk pelapisan (coating), maka
mereka harus disatukan dalam jumlah yang sesuai. Berikut ini adalah parameter-
parameter yang penting untuk formulasi pelapisan.
1. Rasio zat pewarna (pigmen)/pengikat (binder)
Merupakan perbandingan berat pigmen terhadap berat pengikat. Lapisan atas
(Topcoat) biasanya memiliki P/B 1,0 atau kurang sedangkan primer coating
mempunyai O/B 2-4. Coating gloss biasanya mempunyai P/B yang lebih rendah
daripada coating flat.
2. Konsentrasi volume pigmen (PVC)
Pigmen volume concentration (PVC) merupakan rasio volume pigmen
terhadap volume total binder dan pigmen. Dua jenis pelapisan dapat memiliki
nilai P/B yang sama namun sangat berbeda nilai PVCnya. Secara sederhana hal
ini dapat dihasilkan dengan menggunakan pigmen dengan densitas yang berbeda.
Nilai PVC dimana terdapat jumlah pengikat yang tepat untuk menghasilkan
lapisan tipis permukaan secara sempurna untuk setiap partikel dari zat pewarna
(pigmen) merupakan nilai PVC kritis (CPVC). Di atas nilai CPVC, tidak ada
cukup pengikat untuk membasahi semua zat pewarna. Sedangkan di bawah nilai
CPVC, terdapat kelebihan pengikat.
Beberapa sifat pelapisan dapat secara signifikan dipengaruhi oleh variasi
formulasi PVC. Ketahanan abrasi dan kekuatan tarik terbaik biasanya terjadi
apabila formulasi pelapisan berada di bawah nilai CPVC dan secara cepat akan
menurun ketika mendekati nilai CPVC. Pada formulasi di bawah CPVC,
permeabilitas pelapisan biasanya rendah dan secara cepat akan meningkat ketika
CPVC dilewati. Karena adanya kerusakan sejumlah sifat-sifat fisik, kebanyakan
pelapisan eksterior kinerja tinggi seharusnya diformulasikan di atas CPVC.
8
3. Densitas, berat solid dan volume solid
Densitas, berat solid dan volume solid serta persentase pengikat (binder) dan
persentase zat pewarna (pigmen) seringkali disebut sebagai konstanta fisik dari
pelapisan. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan pound per gallon. Berat
solid pelapisan biasanya dalam bentuk persentase non volatile, merupakan berat
solid dibagi dengan berat total pelapisan (coating). Volume solid adalah
persentase volume material non-volatil. Volume solid menentukan berapa luas
area yang dapat dilapisi. Kemudian persentase pengikat (binder) dan persentase
zat pewarna (pigmen) merupakan persentase pengikat dan zat pewarna dalam
pelapisan (coating).
2.1.3 Sifat Adhesive Coating
Ketahanan pelapisan (coating) sangat dipengaruhi oleh kemampuan pelapisan
(coating) untuk menempel (sifat adhesive) pada material substrat. Jika daya
adhesive tidak kuat maka selain pelapisan (coating) tidak menempel dengan baik,
hal ini dapat juga memberi kesempatan kepada udara lembab masuk ke celah
antara coating dan substrat yang menyebabkan kontaminasi. Ada beberapa jenis
daya ikatan (adhesive) antara coating dengan material substrat, antara lain:
1. Daya ikat kimia (chemical bonding adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi
antara pelapisan (coating) dengan material substrat berupa ikatan atom.
Contohnya yaitu pada pelapisan (coating) zinc (seng) untuk melapisi baja,
atau yang biasa disebut galvanized steel. Zinc berikatan dengan baja
membentuk paduan intermetalik FeZn. Jenis ikatan ini adalah ikatan yang
paling kuat.
9
2. Daya ikat polar (polar adhesion) , yaitu daya ikat yang terjadi karena gaya
tarik menarik material polar. Contohnya yaitu pelapisan (coating) organik,
yang banyak mengandung senyawa polar. Jenis ikatan ini tidak akan bekerja
dengan baik apabila terdapat zat pengotor di permukaan substrat seperti
kotoran, minyak, air, dan lain-lain.
3. Daya ikat mekanik (mechanical adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi
karena ikatan secara mekanik (mechanical interlocking). Contohnya yaitu
dengan penggunaan pelapisan (coating) pada permukaan substrat yang kasar,
seperti penggunaan sand blast ataupun bahan abrasive sebelum proses
pelapisan. Selain itu bisa juga penggunaan pelapisan yang akan mengkerut
ketika curing sehingga akan membungkus material substrat dengan baik,
seperti epoxy, polyester, dan lain-lain.
2.1.4 Preparasi Pre-Coating
Permukaan plat biasanya belum bisa langsung diberikan pelapis, karena
kualitas permukaan yang rendah serta kemungkinan adanya kotoran dan minyak
dapat mengganggu sifat adhesive dari pelapisan (coating). Oleh karena itu perlu
dilakukan proses preparasi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pelapisan.
Proses pre-pelapisan (coating) ini terdiri dari dua jenis, yaitu pembersihan secara
mekanik (mechanical cleaning) dan pembersihan secara kimiawi (chemical
cleaning).
1. Mechanical cleaning, yaitu dengan menggunakan material abrasif untuk
menghilangkan kotoran pada permukaan. Proses mechanical yang digunakan
umumnya yaitu grinding, sand blasting, dan lain-lain. Kontaminan yang dapat
dibersihkan antara lain scale, produk korosi, maupun sisa coating sebelumnya
dengan mengikis permukaan material substrat tersebut.
10
2. Chemical cleaning, yaitu proses pembersihan dengan menggunakan bahan
kimia. Cara pengaplikasiannya dapat diusapkan, disemprot, diuapkan, dan
dicelupkan. Ada beberapa jenis chemical cleaning, antara lain:
a. Emulsion cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan berbahan dasar organic
(surfactant) yang dapat membersihkan minyak seperti detergent atau emulsifier.
b. Alkaline cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan garam alkali untuk
membersihkan kotoran dan minyak. Larutan yang umum digunakan antara lain
sodium hydroxide (NaOH) dan sodium carbonate (Na2CO3). Biasanya garam
tersebut dilarutkan dengan air hangat sebanyak 80-40%. Setelah proses alkaline
cleaning, semua zat alkaline harus dibersihkan dengan air atau uap agar tidak
mengganggu kinerja coating.
c. Pickling (Acid cleaning), yaitu dengan menggunakan larutan asam untuk
membersihkan scale dan korosi. Larutan asam yang biasa digunakan yaitu asam
sulfat (H2SO4) yang akan melarutkan oksida pada permukaan.
2.2 Blasting/Abrasive Blasting
Abrasive blasting adalah operasi pengikisan ataupun pengubahan kondisi suatu
permukaan material dengan cara menyemprotkan bahan abrasif terhadap permukaan
material pada tekanan tinggi untuk menghaluskan permukaan kasar, mengkasarkan
permukaan halus, membentuk permukaan material, ataupun membersihkan kotoran
yang ada pada permukaan. Cairan dan udara bertekanan, atau roda sentrifugal
digunakan untuk mendorong bahan pengikis (sering disebut media). Proses blasting
pertama telah dipatenkan oleh Benjamin Chew Tilghman pada 18 Oktober 1870. Ada
beberapa jenis proses dari blasting, seperti bead blasting, sand blasting, soda blasting,
dan shot blasting.
11
2.2.1 Jenis-jenis Blasting
Blasting memiliki banyak jenis yang bervariasi, dimulai dari Wet Abrasive
Blasting, Bead Blasting, Wheel Blasting, Hydro Blasting, Micro-abrasive
Blasting, Automated Blasting, Dry Ice Blasting, Bristle Blasting. Berikut ini
adalah penjelasan dari beberapa jenis blasting.
1. Wet Abrasive Blasting
Satu dari penemu asli dari wet abrasive process adalah Norman Ashworth yang
menemukan keuntungan dari menggunakan proses basah sebagai alternatif yang
kuat untuk sandblasting. Fitur- fitur yang biasa digunakan termasuk : kemampuan
untuk menggunakan media yang sangat halus maupun kasar, kemampuan untuk
menggunakan air panas dan sabun untuk pencobaan pengikisan sisa-sisa pelumas
dan blasting, pembersihan dari debu dan semua jenis material berukuran silikat
lainnya dapat digunakan tanpa khawatir, dan semua sisa dari jenis material-
material yang berbahaya dapat dibersihkan tanpa bahaya.
2. Bead Blasting
Bead Blasting adalah proses untuk membersihkan permukaan material dengan
cara menyemprotkan serbuk kaca yang halus pada tekanan tinggi tanpa merusak
permukaan material. Cara ini digunakan untuk membersihkan sisa-sisa kalsium
dari permukaan, dan juga membersihkan jamur dan mencerahkan warna
specimen.
3. Wheel Blasting
Dalam Wheel blasting, sebuah roda menggunakan gaya sentrifugal untuk
menyemburkan material abrasive terhadap permukaan objek. Jenis ini biasanya
dikategorikan sebagai operasi blasting yang tidak menggunakan udara
dikarenakan tidak ada penggunaan propellant(gas atau cairan).
12
Mesin Wheel Blasting merupakan operasi yang memiliki tenaga yang besar,
tingkat efisiensi dengan material abrasive yang dapat didaur ulang.Ukuran Mesin
Wheel Blasting, nomor, dan kekuatan dari rodanya sangat bervariasi, tergantung
dari material yang akan diblasting dan juga dari hasil dan efisiensi yang
diharapkan. Mesin Wheel Blasting pertama dipatenkan oleh Wheelabrator pada
tahun 1932.
4. Hydro Blasting
Hydro-blasting atau biasanya dikenal dengan Water Blasting, biasa digunakan
karena hanya memerlukan satu operator. Dalam hydro-blasting, aliran air yang
bertekanan sangat tinggi digunakan untuk membersihkan sisa-sisa cat lama,
bahan-bahan kimia, atau bangunan baru tanpa merusak permukaannya. Metode
ini sangat ideal untuk membersihkan permukaan bagian dalam dan luar karena
pada umumnya operator dapat mengarahkan aliran air ke tempat-tempat yang sulit
dijangkau oleh metode lain. Keuntungan lain menggunakan hydro-blasting adalah
kemampuan untuk menggunakan kembali air, mengurangi sampah sisa blasting
dan ramah lingkungan.
5. Automated Blasting
Automated blasting adalah blasting yang menggunakan sistem otomasi dalam
prosesnya. Automated blasting memiliki prosedur otomasi yang selangkah lebih
besar dibanding metode lainnya, dan biasanya diikutsertakan dalam perlakuan
permukaan material seperti persiapan material dan aplikasi coating. Perhatian
sangat dibutuhkan untuk menghindarkan blasting chamber dari komponen-
komponen mekanik yang berhubungan langsung dengan kotoran-kotoran yang
berdebu.
13
2.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses blasting sangat bervariasi, tergantung dari
jenis blasting yang dilakukan. Beberapa peralatan yang sering digunakan adalah
sebagai berikut.
1.Kompresor udara
2.Blast cabinet
Media blasting juga sangat bervariasi. Pada awal 1900, diasumsikan bahwa
serbuk yang memiliki sudut-sudut yang tajam memberikan hasil yang terbaik, tapi
hal ini kemudian tidak terbukti setelah didemonstrasikan. Beberapa jenis material
abrasive menurut bahan penyusunnya adalah sebagai berikut.
1.Mineral : silica sand, garnet, magnesium sulfat, kieserite, baking soda
2.Agricultural : kuliat kacang yang dihancurkan, biji buah-buahan
3.Synthetic : sodium bikarbonat, es kering, tepung kanji jagung, tepung terigu
4.Metallic : Steel shot, steel grit, stainless steel shot, cut wire, copper shot,
aluminum shot, zinc shot.
BAB III
METODOLOGI
14
TIDAK
YA
BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Perencanaan
Proses pengerjaan Tugas Akhir ini dapat digambarkan sebagai diagram alir
sebagai berikut:
Identifikasi Lapangan
Dan Perumusan Masalah
SELESAI
MULAI
Pengumpulan Data
Data yang
Dibutuhkan
Lengkap
Secara Kualitatif
Studi Literatur Mengenai
Rumusan Masalah untuk
Dilakukan Analisa
- Wawancara - Internet
- Buku
Menentukan Kapal Yang Akan
Dianalisa
Analisa Kapal
Pembuatan Laporan
Kesimpulan dan Saran
15
3.2 Penjelasan Diagram
Dalam pelaksanaan pembuatan Tugas Akhir ini digunakan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Identifikasi Lapangan dan Perumusan Masalah
Pada tahap mengidentifikasi lapangan, yaitu mengidentifikasi masalah –
masalah pada kondisi lambung kapal di pelabuhan Tanjung Priok. Masalah
yang terjadi adalah banyaknya korosi pada plat lambung kapal yang terjadi
dalam waktu yang relatif cepat karena kurangnya perhatian pada saat proses
Coating. Hal itu bisa menyebabkan penipisan pada plat dalam waktu yang
singkat.
Ditambah dengan sering melesetnya perhitungan biaya yang dibutuhkan
untuk proses Coating. Oleh sebab itu perlu adanya uraian penjelasan serta
contoh perhitungan biaya untuk proses Coating. Untuk kapal yang dijadikan
sebagai objek penelitian (KM Lawit),banyak ditemukan bagian-bagian pada
plat lambung kapal yang mengalami korosi lebih cepat daripada yang waktu
diperkirakan sebelumnya. Hal itu menyebabkan penipisan plat pada lambung
kapal dan melewati syarat minimum ketebalan yang ditentukan oleh klas.
Untuk mengatasinya,maka dilakukan replating(penggantian plat) pada bagian-
bagian yang mengalami korosi tersebut,yang berakibatkan adanya
pengeluaran biaya tidak terduga sehingga mengakibatkan kerugian pada
perusahaan pemilik kapal. Ditambah dengan coating ulang secara menyeluruh
pada seluruh bagian lambung kapal.
2. Studi Literatur Mengenai Rumusan Masalah
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari
referensi – referensi yang didapatkan dari internet, buku, wawancara serta
konsultasi dengan dosen pembimbing
16
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif atau bertanya langsung ke
owner kapal, para mandor dan pekerja di galangan yang sering melakukan
proses Coating. Data ini antara lain keluhan akan korosi yang menyebabkan
penipisan pada plat lebih cepat serta seringnya terjadi kesalahan perhitungan
biaya.Untuk lebih rinci,data-data yang diambil adalah tebal plat lambung
kapal pada bagian alas dan sisi(a=14mm;s=13mm),jenis cat yang
digunakan,jumlah layer pada saat pelapisan, dan juga proses blasting pada saat
akan memulai pelapisan. Untuk data ketebalan plat,dilakukan scantling check
secara langsung pada plat kapal dan pencocokan data dengan dokumen
ketebalan plat kapal. Kemudian untuk proses blasting didapatkan dari
wawancara secara langsung dengan pekerja dari perusahaan galangan yang
akan melakukan coating pada kapal. Data mengenai jenis/merk cat yang akan
digunakan juga didapatkan dari wawancara tersebut. Ketiga data di atas ini
merupakan data primer.
Kemudian data mengenai jumlah layer yang akan diaplikasikan didapat
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain) yang berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip yang dipublikasikan secara internal oleh perusahaan galangan.
Data yang terakhir merupakan data sekunder.
4. Menentukan Kapal Yang Akan Dianalisa
Penentuan kapal yang akan dilakukan analisa mengacu terhadap dimensi
kapal. Dikarenakan masalah yang dihadapi bersifat umum, maka diambil
kapal yang memiliki dimensi rata-rata terhadap kapal-kapal lain di sekitar
pelabuhan
17
5. Analisa Kapal
Dalam tahap ini, analisa lambung kapal dilakukan di atas floating dock
pada pelabuhan Tanjung Priok saat sedang dilakukan survey pengedokan
kapal oleh klas.
6. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan menggunakan program Microsoft Word sedangkan
perhitungannya menggunakan Microsoft Excel.
7. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil analisa lambung kapal yang telah
dilakukan dan saran diberikan sebagai masukan serta bahan pertimbangan
untuk para pekerja galangan di pelabuhan Tanjung Priok.
BAB IV
PEMBAHASAN
18
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
4.1 PROSES PENGECATAN
4.1.1 Pre Inspection
Merupakan pemeriksaan awal terhadap permukaan pelat lambung yang akan
dicat dengan tujuan agar diperoleh perekatan secara maksimal untuk proses
pengecatan atau painting. Permukaan dibersihkan dari berbagai kotoran yang
menempel pada pelat misalnya minyak, garam, lumpur, dsb. Pembersihan dapat
dilakukan dengan menyemprotkan air tawar bertekanan tinggi. Selain
pemeriksaan material, pemeriksaan juga dilakukan terhadap peralatan yang
digunakan oleh blaster maupun painter apakah layak digunakan atau tidak.
4.1.2 Surface Preparation
Pekerjaan utama yang dilakukan pada tahap ini adalah blasting. Obyeksi
utama dari persiapan permukaan adalah adalah didapatkannya perekatan
maksimal untuk coating.
Persiapan permukaan memiliki 2 kegunaan utama yaitu :
− Persiapan permukaan menghilangkan kontaminasi atau pencemaran dari dasar
menghapus oksida metal, sisa-sisa coating lama yang merekat erat, bahan kimia,
kotoran dan sebagainya.Pengeluaran dari material kontaminasi ini akan membuat
lapisan primer dapat kontak langsung dengan bidang ini sehingga menghasilkan
perekatan yang maksimal.
− Penyiapan permukaan dengan jalan menaikkan tingkat kekasarannya sehingga
membuat coating dapat merekat secara efektif.
Abrasive material adalah material yang biasanya berbentuk padat yang digunakan
untuk membentuk ataupun menghaluskan permukaan suatu benda kerja.
19
Pemilihan abrasive material akan menentukan profil permukaan yang dihasilkan.
Ada 2 jenis abrasive yang umum digunakan, yaitu :
1. Metallic Abrasive
Material yang termasuk dalam metalic abrasive adalah steel shot dan steel grit
yang penggunaannya menggunakan mesin blasting atau biasa disebut dengan
autoblast dan dikendalikan oleh operator dari dalam ruang control.
Gambar dan ukuran dari Steel Shot dan Steel Grit
2. Non Metallic Abrasive
Material yang termasuk dalam non metallic abrasive adalah copper slag, granit,
silica, aluminium oxcide dan lainnya. Pengerjaan blasting ini dilakukan secara
manual yang dilakukan oleh blaster dan dibantu oleh helper. Surface preparation
(blasting) memiliki beberapa standar yang digunakan, antara lain :
a. Sa 0 c. Sa 2 e. Sa 3
b. Sa 1 d. Sa 2.5
20
Untuk keterangan standart surface preparation adalah sebagai berikut
Gambar Rust Grade dan Blast Class
21
Dan berikut adalah gambar dari kondisi material berdasarkan Rust Grade dan
Blast Class-nya:
Gambar kondisi material berdasarkan Rust Grade dan Blast Class
22
Peralatan yang digunakan untuk proses coating pada kapal terdiri dari 2 macam :
a. Peralatan Utama
Peralatan utama meliputi segala peralatan pokok yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Peralatan tersebut antara lain :
1. Air Compressor
Sebuah mesin yang digunakan untuk mensupply kebutuhan udara tekan
yang akan digunakan dalam pekerjaan blasting dan painting. Udara tekan
yang dihasilkan oleh compressor harus mampu menghasilkan tekanan udara
yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Abrasive Blast Machine
Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan tangki ruang muat,
terlebih dahulu permukaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, minyak,
karat, dan lain-lain. Pembersihan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil pengecatan yang kualitasnya baik. Pembersihan dilakukan dengan
menyemprotkan parikelpartikel abrasive ke permukaan dinding dengan
tekanan tinggi. Untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibutuhkan sebuah
alat yaitu Abrasive Blast Machine.
3. Humidifier Machine
Sebuah mesin yang digunakan untuk mengatur temperatur pada
permukaan baja agar temperaturnya selalu berada paling tidak 3°C (5°F)
diatas dew point (titik terjadinya pengembunan). Karena tinggi rendahnya
kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap lapisan cat sehingga penting
sekali mempertahankan kondisi kelembaban udara pada persentase yang
diijinkan selama pekerjaan berlangsung. Sebagai acuan yang diberikan oleh
Interntional Marine Coatings, persentase tingkat kelembaban relatif 40-60%
akan memberikan hasil yang optimal. Pengecatan tidak boleh dilakukan jika
tingkat kelembaban relatifnya lebih dari 85%.
4. Vacuum Cleaner
Sebuah alat yang digunakan untuk menghisap partikel-partikel abrasive
yang habis dipakai dalam proses blasting.
23
5. Portable Paint Mixing
Alat yang dipakai untuk mengaduk cat yang akan dipakai untuk
pengecatan.
6. Airless Spray
Alat penyemprot cat yang dilengkapi dengan pompa dan sebuah spray
gun. Didalam airless spray, cat yang ada dalam container dihisap oleh pompa
untuk disemprotkan ke luar melalui ujung nozzle atau spray gun dengan
tekanan paling tidak 7 kg/cm2.
b. Peralatan Bantu
Meliputi segala peralatan yang menunjang atau membantu terlaksananya
peekerjaan tersebut. Peralatan tersebut antara lain :
1. Blower
Alat yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara didalam tangki ruang
muat selama pekerjaan berlangsung. Dengan adanya blower ini, maka polusi
udara dalam tangki dapat diperkecil, sehingga tidak mengganggu kesehatan
dan keselamatan pekerja.
2. Brush dan Roll
Alat mengecat bagian-bagian yang sulit dijangkau oleh airless spray gun,
seperti : tangga (ladder), tepian pelat, scallops, lubang orang, dan sebagainya.
3. Wire Brush dan Paper Brush
Alat yang digunakan untuk membersihkan daerah-daerah yang tidak
terkena sand blast atau sekrap hasil-hasil pengecatan yang rusak.
4. Scaffolding
Disebut dengan perancah atau stage. Dipakai untuk membantu blaster
maupun painter untuk melakukan pekerjaan ditempat yang tinggi. Misalnya
atap ruang muang muat, dinding bagian atas ruang muat, dan sebagainya.
24
Yang perlu diperhatikan dalam proses blasting adalah besarnya tekanan udara
yang berasal dari compressor harus disesuaikan dengan material abrasive yang
keluar sehingga kedalaman profil yang diinginkan akan tercapai. Pemilihan dari
abrasive ini merupakan faktor utama dalam kecepatan pembersihan. Jika pada
suatu proses blasting menggunakan abrasive ukuran kecil dimaksudkan untuk
menaikkan kecepatan pembersihan pada baja baru atau yang mengalami sedikit
karat, abrasive dengan ukuran besar biasa digunakan untuk baja yang memiliki
tingkat karat yang tinggi atau bisa juga digunakan untuk material yang keras.
Pada saat proses blasting sedang berlangsung proteksi harus diberikan kepada
operator dan pekerja yang berada di blasting area agar terhindar dari sisasisa
penggosok dan pencemar yang dikeluarkan dari udara. Setelah proses blasting
selesai, hasilnya dicek dengan menggunakan press-o-film sehingga diketahui
kedalaman profil. Jika hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapakan
maka proses blasting harus diulang.
4.1.3 Paint Preparation
Merupakan tahap persiapan sebelum dimulai proses painting, yang dilakukan
antara lain :
> Persiapan peralatan painting dan perlengkapan painter. Peralatan yang
digunakan sama dengan pada proses blasting hanya saja sand pot yang
merupakan tempat abrasive material diganti dengan paint pot sebagai tempat cat.
Dalam paint pot terdapat mixer yang berfungsi untuk menjaga agar cat tidak
menggumpal. Alat yang digunakan untuk menyemprotkan cat ke permukaan
disebut dengan spray gun.
> Mixing adalah proses penyampuran cat dengan curing agent. Curing adalah
cairan yang bersifat perekat namun memiliki fungsi sebagai pengencer. Jika hasil
campurannya kurang sesuai dapat ditambahkan thinner.
25
Untuk proses coating pada lambung kapal, digunakan 3 jenis cat yang memiliki
fungsi dan peran tersendiri. Jenis-jenis cat yang digunakan adalah:
1.Anti Corrosion Paint/Primer Bottom
Cat Anti Korosi berfungsi untuk memberikan perlindungan secara langsung
pada permukaan material dari pengaruh lingkungan sekitarnya yang sangat
bersifat korosif. Ketika material baja berada di lingkungan yang bersifat
korosif,dapat dipastikan akan terjadi reaksi kimia dengan udara ataupun air.
Fungsi dari lapisan ini adalah untuk bertindak sebagai penghalang yang
menghambat kontak antara senyawa kimia atau bahan korosif dengan permukaan
logam. Cat anti korosi biasanya diberikan setelah permukaan dari material selesai
dibersihkan dengan metode blasting.
2.Intermediate Paint
Cat Intermediate diaplikasikan untuk menambah ketebalan lapisan film/cat
pada system coating. Pada umumnya, semakin tebal lapisan coating maka
semakin lama juga jangka waktu pemakaiannya. Cat Intermediate dirancang
secara untuk meningkatkan perlindungan secara keseluruhan,dan jika cat yang
digunakan memiliki pigmen yang sangat tinggi, dapat menurunkan
permeabilitas(kemampuan meloloskan partikel dengan menembusnya) terhadap
oksigen dan air.
Penggabungan pigmen laminar, seperti Micaceous Iron Oxide (MIO),
mengurangi atau mendunda penetrasi uap air di atmosfir lembab dan
meningkatkan kekuatan tarik. Untuk komposisi modern seperti sekarang,sudah
banyak digunakan pigmen “inert” seperti serpihan kaca untuk bertindak sebagai
pigmen laminar. Cat Intermediate harus tetap kompatibel/sesuai dengan cat
finishin(anit-fouling) ketika ada penundaan tidak terhindarkan dalam
penerapannya nanti.
26
3.Anti Fouling
Cat anti-fouling merupakan lapisan khusus yang diterapkan pada lambung
kapal untuk memperlambat pertumbuhan organisme yang menempel pada
lambung dan dapat mempengaruhi kinerja dan daya tahan lambung kapal. Cat
anti-fouling juga memberikan ketahanan pada permukaan lambung kapal,
dikarenakan lapisannya merupakan garis pertahanan pertama terhadap cuaca dan
sinar matahari, udara bebas, dan kondensasi.
4.1.4 Paint Application
Setelah proses pengecatan selesai harus dilakukan pemeriksaan terhadap hasil
pengecatan, terutama pada ketebalan dari cat apakah sudah sesuai dengan standar
yang diminta, kondisi pengecatan dapat berupa dalam kondisi basah atau kering.
Alat yang digunakan adalah Dry film thickness dan Wet film thickness. Secara
garis besar jenis peralatan dan alur kerjanya sama dengan blasting. Perbedaan
yang nyata terletak pada peralatan pada output.
Pada proses painting udara dari separator masuk ke paint pot untuk kemudian
disalurkan menuju spray gun, karena tekanan yang diperlukan tidak sebesar
nozzle blasting jumlah spray gun yang dapat dipasang menjadi lebih banyak dari
blaster.
Sebelum pengecatan dilaksanakan, permukaan dinding harus dipersiapkan
kebersihannya dari karat, minyak dan kotoran-kotoran lainnya dengan dengan
cara vacuum blasting partikel-partikel abrasive dan debu-debu yang masih tersisa
dipermukaan dinding, atap maupun bottom.
Berikut ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk coating secara umum.
1. Blasting untuk seluruh area bottom yaitu bagian alas, bilga, dan sisi lambung
dengan ketinggian maksimum 2m.
2. Setelah proses blasting selesai maka dilanjutkan dengan pengecatan lapisan
pertama seluruh area bottom sesuai dengan urutan dimulai dari anti-
corrosion, intermediate, dan anti-fouling.
27
3. Cat ditunggu hingga mengering kemudian dilakukan pemasangan scaffold /
perancah.
4. Setelah scaffold / perancah terpasang maka dilanjutkan proses selanjutnya
yaitu blasting seluruh bagian atas yang meliputi seluruh sisi lambung yang
diatas ketinggian 2m dari alas lambung dan bilga.
5. Setelah proses blasting selesai dilakukan pengecatan untuk seluruh upper area.
6. Cat ditunggu hingga mengering kemudian dilakukan pembongkaran scaffold /
perancah dan dilakukan proses perbaikan pada bagianbagian yang rusak
akibat pemasangan dan pembongkaran perancah.
7. Setelah perbaikan selesai maka dilanjutkan pengecatan lapisan kedua untuk
seluruh bagian bottom.
4.1.5 Cacat Pengecatan dan Penyebabnya
Pada proses pengecatan sering dijumpai banyak kesalahan yang disebabkan
oleh berbagai faktor yang berpengaruh. Salah satu kesalahan dalam pengecatan
adalah ketebalan lapisan cat yang tidak sesuai standar. Faktor penyebabnya secara
lebih rinci akan dijelaskan dalam bagian berikut ini.
Ketebalan lapisan cat yang tidak sesuai standar yang diaplikasikan dipengaruhi
oleh cat meleleh sehingga cat tidak rata dan pada bagian tertentu catnya sangat
tebal. Hal ini terdapat pada permukaan yang tegak atau menyudut.
Penyebabnya :
1. Terlalu banyak thinner yang lambat menguap
2. Lapisan cat terlalu tebal atau kurang merata
3. Cat disemprotkan terlalu sering tanpa waktu tunggu yang cukup antara
pelapisan yang satu dengan yang berikutnya
4. Alat semprot terlalu dekat dengan permukaan yang disemprot
5. Tekanan udara rendah
6. Cairan yang keluar dari alat semprot terlalu banyak
28
7. Viskositas cat penyemprotan terlalu rendah.
Untuk mengukur ketebalan lapisan cat dalam pengecatan ini, diperlukan sekali
alat uji coating thickness. Karena alat uji coating thickness ini berfungsi untuk
menentukan ketebalan lapisan cat tiap titik dari material sesuai standar yang
diaplikasikan. Pengujian kualitas cat pada material seperti logam, timah, baja,
logam dan lainnya sangat diperlukan bagi suatu industri atau perusahaan untuk
menentukan ketebalan cat yang diaplikasikan sesuai standar kualitas dari
pengecatan yang dilakukan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan secara
umum dalam melakukan pengujian kualitas cat meliputi :
1. Visual
2. Ketebalan (thickness) lapisan cat
3. Kerekatan (adhesion)
4. Kekerasan (hardness)
5. Corosion resistance (ketahanan korosi)
Untuk keterangan tiap point adalah sebagai berikut :
1. Coating Thickness secara visual
Untuk melihat visual lapisan film cat yang meliputi kerusakan-kerusakan
pengecatan yang dapat diketahui secara visual, misalnya : popping, pin
hole,orange peel, cratering (lubang kawah) motling, meler (sagging), dry spray ,
kotor, cat berbintik-bintik dan lain-lain.
2. Ketebalan (thickness)
Untuk mengetahui ketebalan (thickness) cat di permukaan suatu material atau
benda yang dicat, untuk cat stoving standar sebagai dasar dalam melakukan
pengujian ketebalan sebesar 35-55m.
29
3. Adhesion
Untuk mengukur tingkat kerekatan cat pada benda kerja baik metal maupun
plastik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pengelupasan pada part
yang sudah dicat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode cross cut.
4. Kekerasan (hardness)
Yaitu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan lapisan
cat pada plat.
5. Corrosion Resistance (ketahanan korosi)
Pengujian ini disebut juga dengan “Salt spray” yaitu pengujian cat yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan cat menahan timbulnya karat. Tes ini
khusus untuk test cat stoving (metal).
30
4.2 Estimasi Biaya Cat
Perhitungan nilai ekonomis dalam penelitian ini adalah perhitungan dari banyaknya
coating yang dapat menutupi luasan/area dengan ketebalan tertentu per liternya. Hal ini
dapat ditemukan pada Technical Data Sheet yang tercantum dari masing-masing coating.
Setelah didapat nilai Theoretical coverage nantinya kan dihitung kebutuhan coating pada
lambung kapal.
Berdasarkan pengumpulan data di lapangan, nilai Theoritical Coverage yang mana
dalam hal ini adalah luas permukaan lambung kapal dengan batas sampai Main Deck
kapal adalah 2508.11 m2.Adapun Principal Dimension untuk kapal KM.LAWIT adalah :
Length Between Perpendicular(LBP) : 90.50m
Length Over All(LOA) : 99.80m
Breadth Moulded(B) : 18.00m
Draft(T) : 4.20m
Height(H) : 11.10m
CB : 0.605
Dikarenakan luas permukaan lambung kapal didapatkan secara Theoritical, maka
dilakukan perbandingan luas dengan metode yang berbeda, yakni menggunakan metode
matematis. Untuk rumus yang digunakan merupakan versi Mumford Harvald 5.5.31,
Tahanan Dan Propulsi Kapal, Hal 133. Untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :
Pembandingan metode luasan permukaan basah
Rumus : 1.03 x Lpp (Cb x B) + (1.7 H)
= 1.03 x 90.50 (0.605 x 18) + (1.7 x 11.10)
= 1.03 x 90.50 (10.18 + 18.87)
= 1.03 x 90.50 (29.05)
= 2707.89m2(secara matematis)
Selisih antara luas permukaan secara theoretical dan matematis adalah
2707.89 – 2508.11 = 199.78m2
Dikarenakan selisihnya tergolong besar, maka nilai yang digunakan adalah nilai yang
didapat dari hitungan matematis dengan menggunakan rumus Mumford Harvald.
31
4.2.1 Cat Primer dan Thinner
Untuk jenis cat yang akan dipakai adalah cat dengan merk Jotun, baik itu cat
primer, intermediate, maupun anti-fouling. Adapun merk dan harga dari cat
adalah sebagai berikut:
Primer(Anti Corrosion) : Jotun Jotamastic 90 W
Harga : 52.50 poundsterling = 1.073.000 rupiah/kemasan 4.5 liter
Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :
Application Method Brush, roller or airless spray
Coverage 7 m² per litre (30µ thickness)
No. of recommended
coats 2
Drying time @ 10°C 12 hours
Curing time @ 10°C 5 days
Pot life @ 23°C 45 minutes
Thinner
Jotun Thinners No. 17 or SML Epoxy
Thinner
Water resistance Excellent
Chemical resistance Very good
Solvent resistance Good
Abrasion resistance Very good
Untuk biaya cat primer adalah :
(Total luas permukaan lambung : Area per-liter) : Liter per-kemasan x Harga
Total luas : 2707.89 m2
Area per-liter : 7m2
( ( 2707.89 : 7 ) : 4.5) x 1.073.000
= (386.84 : 4.5) x 1.073.000 = 85.6 x 1.073.000
= 91848800
Biaya cat primer adalah Rp.91.848.800,00
32
Untuk Thinner menggunakan Jotun Thinner no.17 kemasan 5L dengan harga
19.95 poundsterling = 407398.65 rupiah/5L
Jumlah cat primer yang dibutuhkan = 386.84 L
Jumlah kemasan thinner yang dibutuhkan = 386.84 : 5 = 78
Jumlah biaya thinner = 78 x 407398.65 = 31777095
Biaya total cat dan thinner = Rp.91.848.800,00 + Rp.31.777.095,00
= Rp.123.625.895,00
4.2.2 Cat Intermediate dan Thinner
Intermediate : Jotun Penguard HSP
Harga : 129.95 pundsterling = 2653707 rupiah/kemasan 4.5 liter
Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut:
Application
method:
Airless spray, brush recommended for stripe coating &
small areas, care must be taken to achieve the desired
dry film thickness.
Coverage: Typical 5.6 sq metres per litre (30µ thickness)
Drying time @
23 C: Through dry in 3 hours
Curing time
@23 C 4 days
Pot life @ 23
C 2 hours
Thinner: Jotun Thinner No 17
Water
resistance: Very good
Flexibility: Good
Solvent
resistance: Excellent
33
Untuk biaya intermediate adalah :
(Total luas permukaan lambung : Area per-liter) : Liter per-kemasan x Harga
Total luas : 2707.89 m2
Area per-liter : 5.6m2
(( 2707.89 : 5.6 ) : 4.5) x 2653707
= (483.55 : 4.5) x 2653707 = 87 x 2653707
= 230872509
Biaya cat intermediate adalah Rp.230.872.509,00
Untuk Thinner menggunakan Jotun Thinner no.17 kemasan 5L dengan harga
19.95 poundsterling = 407398.65 rupiah/5L
Jumlah cat intermediate yang dibutuhkan = 483.55 L
Jumlah kemasan thinner yang dibutuhkan= 483.55 : 5 = 97
Jumlah biaya thinner = 97 x 407398.65 = 39517669
Biaya total cat dan thinner = Rp.230.872.509,00 + Rp.39.517.669,00
= Rp.270.390.178,00
34
4.2.3 Anti-fouling dan Thinner
Anti-fouling : Jotun SeaQuantum Ultra
Harga : 189.32 poundsterling = 3866100.90 rupiah/4.5liter
Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :
Application
method:
Airless spray. Brush & roller may be used for
stripe coating, but care must be taken to achieve
the specified dft.
Coverage: 6.2 sq. m per litre (66µ thickness)
Drying time @ 23º
C Surface dry in 30 minutes
Dry to recoat,
minimum @ 23º C 7 hours
Thinner: Jotun Thinner No 7
Dikarenakan pemakaian anti-fouling hanya pada sampai batas garis air, maka
luasan yang dipakai berbeda. Sehingga untuk luasan permukaan lambung kapal
dengan batas garis air adalah :
Rumus : 1.03 x Lpp ((Cb x B) + (1.7 T))
= 1.03 x 90.50 ((0.605 x 18) + (1.7 x 4.20))
= 1.03 x 90.50 ((10.18 + 7.14))
= 1.03 x 90.50 (17.32)
= 1613.55m2(secara matematis)
Untuk biaya cat anti-fouling adalah
(Total luas permukaan lambung : Area per-liter) : Liter per-kemasan x Harga
Total luas : 1613.55 m2
Area per-liter : 6.2 m2
(( 1613.55 : 6.2 ) : 4.5) x 3866100.90
= (260.25 : 4.5) x 3866100.90 = 58 x 3866100.90 = 224233852
Biaya cat anti-fouling adalah Rp.224.233.852,00
35
Untuk Thinner menggunakan Jotun Thinner no.7 kemasan 5L dengan harga 19.95
poundsterling = 407398.65 rupiah/5L
Jumlah cat anti-fouling yang dibutuhkan = 260.25 L
Jumlah kemasan thinner yang dibutuhkan= 260.25 : 5 = 52
Jumlah biaya thinner = 52 x 407398.65 = 21184730 = Rp.21.284.730,00
Biaya total cat dan thinner =
Rp. 224.233.852,00 + Rp.21.284.730,00 = Rp.245.518.582,00
4.2.4 Total Biaya Keseluruhan
Setelah didapatkan biaya dari masing-masing jenis cat, maka dilakukan
penghitungan total untuk biaya cat keseluruhan.Sehingga biaya total cat
keseluruhan dimulai dari Cat Primer, Intermediate, Antifouling dan Thinner pada
tiap-tiap jenis cat adalah :
Rp.123.625.895,00 + Rp.270.390.178,00 + Rp.245.518.582,00
= Rp.639.534.655,00
BAB V
PENUTUP
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, berdasarkan
studi perbandingan dan batasan masalah dari pengerjaan Tugas Akhir ini, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi korosi pada plat baja
akibat dari kontak langsung dengan lingkungan yaitu dengan cara melapisi
dengan Coating/ cat yang memiliki tingkat pigmen dan adhesi yang tinggi dan
layer sesuai dengan urutan(primer,intermediate,anti-fouling). Meskipun tidak
dianjurkan,semakin banyak layer yang diaplikasikan maka semakin besar
pertahanan yang diberikan pada lambung kapal, tetapi biaya yang dikeluarkan
juga akan semakin bertambah.
2. Tingkat loss sangat mempengaruhi konsumsi cat. Semakin rendah tingkat lossnya
maka konsumsi cat juga akan semakin sedikit dengan syarat luas permukaan yang
dicat sama.
3. Berdasarkan hasil perhitungan biaya,konsumsi cat dan thinner pada tiap-tiap jenis
cat mengalami perbedaan yang signifikan, dengan biaya cat Anti-fouling sebagai
nilai yang paling besar yaitu Rp.123.625.895,00. Diikuti dengan biaya cat
Intermediate sebesar Rp.270.390.178,00 dan biaya cat Primer sebesar
Rp.245.518.582,00. Total jumlah biaya yang dibutuhkan untuk cat adalah sebesar
Rp.639.534.655,00.
5.2 Saran
Pada saat pengerjaan coating sebaiknya harus diperhatikan tingkat loss dari tiap-tiap jenis
cat agar dapat meminimalisir terjadinya penambahan biaya tidak terduga. Dan juga pada
saat blasting harus dilakukan sesuai dengan prosedur agar sifat adhesi dari cat dapat
bekerja dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
37
DAFTAR PUSTAKA
Ananda P, Agustinus. (2009) ”Analisa Metode Penjadwalan Dan Biaya Pengecatan
Lambung Kapal Berbasis Komputer” Tugas Akhir, J.T.P Fakultas Teknologi Kelautan
ITS Surabaya.
Tirta Widhiatmaka, Setiawan. (2012) “Studi Perbandingan Metode Pengecatan Ruang
Muat Kapal Sesuai Aturan IMO” Tugas Akhir, J.T.P Fakultas Teknologi Kelautan ITS
Surabaya.
Berendsem, A.M. (1989).“Marine Painting manual”. London, Graham and Trotman.
International Coating. “ International Technical Support Guide “, International Paint
Ltd. www.internationalmarine. com/supportadvice/RegulatoryAffairs/Pages/
ForOwnersAndOperators.aspx
International Coating (2005).”International Marine Coating Prduct
Catalogue”Stoneygate Lane, Felling. International Paint Ltd. www.international-
marine.com/ProductDatasheets/ 585+M+eng-usa+A4.pdf
IMO PSPC MSC.215(82). “Performance Standard for Protective Coatings for
Dedicated Seawater Ballast Tanks In All Types Of Ships And Double- Side Skin
Spaces”. www.iacs.org.uk/publications/CommonRulesDoc/IMO PSPC MSC.215(82).pdf
https://www.smlmarinepaints.co.uk
https://www.jotun.com/ap