CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan...

122
CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan Nahdlatul Ulama Terhadap Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Fahmil Rozi NIM: 11141120000043 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Transcript of CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan...

Page 1: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME

(Studi Atas Dukungan Nahdlatul Ulama Terhadap Pembubaran

Hizbut Tahrir Indonesia)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Fahmil Rozi

NIM: 11141120000043

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME: STUDI ATAS DUKUNGAN

NAHDLATUL ULAMA TERHADAP PEMBUBARAN HIZBUT TAHRIR

INDONESIA

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Fahmil Rozi

NIM: 11141120000043

Dosen Pembimbing

Dr. Sirojuddin Aly, MA

NIP : 19540605 2000112 1 001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 3: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan
Page 4: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan
Page 5: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan
Page 6: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

i

ABSTRAK

Nama : Fahmil Rozi

Judul : CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME

(Studi Atas Dukungan Nahdlatul Ulama Terhadap Pembubaran Hizbut

Tahrir Indonesia)

Skripsi ini memfokuskan kepada pembahasan tentang dukungan Nahdlatul

Ulama terhadap pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia. Pada bulan Juli 2017,

Pemerintah menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Dampak dari terbitnya Perppu Ormas tersebut adalah

Pembubaran Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), HTI dianggap melanggar

Perppu tersebut karena organisasinya bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945. Kebijakan pemerintah tersebut menimbulkan pro dan kontra dikalangan

masyarakat.

Salah satu organisasi yang mendukung pembubaran HTI adalah NU. NU

sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan yang sangat

penting dalam membendung gerakan radikal yang ingin merubah Pancasila dan

UUD 1945. Bagi NU Pancasila, UUD 1945 dan NKRI sudah final. Berbeda hal

nya dengan HTI yang hendak memperjuangkan Negara Islam/Khilafah di

Indonesia.

Penelitian ini menggunakan studi pustakadan wawancara dengan Dr. KH

Marsudi Syuhud (Ketua PBNU), KH Ahmad Ishomuddin (Rois Syuriah

PBNU/Saksi Ahli Pemerintah pada sidang PTUN), Ust. Ismail Yusanto (Juru

Bicara HTI), Gugum Ridho Putra (Kuasa Hukum HTI). Penelitian ini menjelaskan

tentang alasan pemerintah menerbitkan Perppu Ormas dan membubarkan HTI,

alasan kenapa NU mendukung pembubaran HTI, dan bagaimana peranan NU

dalam mencegah gerakan radikal di Indonesia.

Kata Kunci : Nahdlatul Ulama, Hizbut Tahrir Indonesia, Radikalisme, Civil

Society

Page 7: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha pengasih dan maha penyayang atas

segala rahmat dan karunianya-lah skripsi ini dapat dirampungkan penulisannya

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Prodi

Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti yakin hanyalah atas berkat rahmat dan inayah Allah SWT jugalah

sehingga berbagai pihak berkenan memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan

kepada peneliti sejak proses pengajuan proposal, wawancara, hingga rampungnya

penelitian skripsi ini.

Meskipun peneliti merasa bahwa skripsi ini telah dituliskan secara

maksimal dan komprehensif, akan tetapi peneliti sadar bahwa pribahasa “tak ada

gading yang tak retak” juga menghampiri penulisan skripsi ini. Untuk itu peneliti

merasa bahwa setiap masukan, apakah itu saran maupun kritik yang dilayangkan

untuk penulisan skripsi ini adalah sangat penting. Sebagai salah satu karya ilmiah,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang tentunya positif bagi semua

pihak yang membacanya ataupun yang terkait didalam penulisan skripsi.

Oleh karena itu, terasa tidak berlebihan jika kesempatan ini peneliti

menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Dzuriyatun Toyibah, Bapak Dr. Ahmad Bakir, M.Si., dan Dr. Agus

Nugraha, M.Si. Selaku jajaran Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

iii

3. Bapak Dr. Iding Rosyidin, M.Si dan Ibu Suryani, M.Si. Sebagai Kepala dan

Sekretaris Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Sirojuddin Aly M.A. Sebagai pembimbing skripsi penulis, yang

dengan sabar dan penuh ikhlas memberikan arahan dan motivasi kepada

penulis termasuk juga kesediaan beliau untuk mau menjadi pembimbing

penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: Prof. Dr. Bahtiar Effendy., Dr Saiful Mujani., Ala’i Nadjib M.A., Dr

Shobahussurur M.Ag., Dr Nawiruddin M.Ag., RR Satiti Sakuntala M.Si., Idris

Thaha M.Si., Eva Fitriati MA., Dra Banun Binaningrum M.Pd., Drs. Haniah

Hanafie M.Si., Dr Achmad Ubaedillah M.A., Aktobi Ghozali M.A., Dr. M

Adlin Sila M.A., Devi Yusnita M.Pd., Bambang Ruswandi M.Stat., Chaider S.

Bamualim M.A., Ana Sabhana Azmy M.I.P., Suryani M.Si., Dra. Hj. Gefarina

M.A., Dr. Agus Nugraha M.A., H. Sya’ban M.M., M. Zaki Mubarak M.Si.,

Drs. Ismadi Ananda M.Si., Adi Prayitno, Pangi Syarwi Chaniago terimakasih

banyak atas ilmu dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. KH. Dr Marsudi Syuhud (Ketua PBNU), KH Ahmad Ishomudin (Rois Syuriah

PBNU), Ust Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), Gugum Putra Ridho, S.H.,

M.H. (Kuasa Hukum HTI) yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

diwawancara, serta membantu melengkapi dokumen-dokumen penelitian.

7. Ibunda tercinta yang sangat luar biasa dalam memperjuangkan anak-anaknya

demi pendidikan, tidak pernah lelah mencari nafkah dan mendoakan ananda

Page 9: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

iv

untuk menyelesaikan pendidikan S1. Kedua kakak Ummi Islami & Fitri yang

turut membantu adik-adiknya untuk menyelesaikan pendidikan. Kepada adik-

adik Berli, Romi dan Laila.

8. Pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah abah Dr. KH Marsudi Syuhud

beserta istri Ummi Mufizah yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan

kepada ananda, para asatidz/asatidzah Pesantren Ekonomi Darul Uchwah.

9. Teman-teman seperjuangan Indra Surya Ramadhan yang turut memberikan

masukan dan koreksi dalam penulisan skripsi, teman-teman Ilmu Politik B

2014, teman-teman KKN grenade 079 khususnya Anisa Nur Rohmah yang

juga membantu dalam mencari referensi dan memberikan contoh-contoh

penyusunan, kader HMI Komisariat HOB UNUSIA, HMI Cab. Jakarta Barat

dan PB HMI, santri putra-putri MDT Darul Uchwah & Pesantren Ekonomi

Darul Uchwah.

Peneliti hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga senantiasa

menerima kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya atas

perbuatan mereka. Terakhir semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah

khazanah keilmuan kita

Jakarta, 13 September 2018

Fahmil Rozi

Page 10: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ........................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 15

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 15

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 16

E. Metode Penelitian ........................................................................... 19

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 21

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP

A. Teori Civil Society ........................................................................... 21

B. Teori Radikalisme ........................................................................... 27

BAB III RADIKALISME DI INDONESIA

A. Fenomena Radikalisasi di Masyarakat ........................................... 33

B. Civil Society sebagai Counter Radikalisasi ..................................... 37

C. NU sebagai Civil Society ................................................................ 38

D. HTI dan Radikalisme ..................................................................... 41

BAB IV PRO KONTRA ATAS PEMBUBARAN HTI

A. Faktor-Faktor Pembubaran HTI ..................................................... 46

B. Sikap HTI terhadap Keputusan Pemerintah ................................... 49

C. Tanggapan Kementrian Hukum dan HAM .................................... 52

D. Dukungan NU terhadap Terbitnya Perpu Ormas dan Pembubaran HTI

......................................................................................................... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 71

B. Saran ............................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... viii

Page 11: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

vi

DAFTAR SINGKATAN

AAUPB : Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

BPUPKI : Badan Pelaksanaan Usaha Persiapan Kemerdekan

DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

DR : Doktor

FPI : Front Pembela Islam

GP : Gerakan Pemuda

HAM : Hak Asasi Manusia

HTI : Hizbut Tahrir Indonesia

KH : Kyai Haji

LKiS : Lembaga Kajian Islam dan Sosial

LP2NU : Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama

LPBH : Lemabaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum

LSAF : Lembaga Studi Agama dan Filsafat

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MMI : Majelis Mujahidin Indonesia

MUI : Majelis Ulama Indonesia

Page 12: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

vii

NII/DII-TII : Negara Islam Indonesia/Darul Islam Indonesia-Tentara

Islam Indonesia

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

NU : Nahdlatul Ulama

ORMAS : Organisasi Masyarakat

P3M : Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat

PBNU : Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

PCINU : Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama

PCNU : Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama

PERPPU : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

PTUN : Pengadilan Tata Usaha Negara

SARBUMUSI : Sarikat Buruh Muslimin Indonesia

SISMINBAKUM : Sistem Administrasi Badan Hukum

SK : Surat Keputusan

UTHM : University Tun Husein onn Malaysia

UU : Undang-Undang

UUD : Undang-Undang Dasar

Page 13: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Civil society berasal dari sejarah peradaban Barat (Eropa Barat), secara

historis civil society ini tidak dapat dilepaskan dalam perjalanan intelektual dan

sosial Eropa Barat. Konsep civil society ini bertujuan untuk melakukan penolakan

terhadap segala bentuk otoritarianisme dan totalitarianisme.1 Civil Society mulai

digunakan pada tahun 1990 an dengan beragam terjemahannya, seperti

“masyarakat sipil”, “masyarakat madani”, “masyarakat warga”, “masyarakat

kewarganegaraan”.2

Di kawasan Asia Tenggara, istilah masyarakat madani dipopulerkan

pertama kali oleh cendikiawan Malaysia, Anwar Ibrahim. Menurutnya definisi

masyarakat madani adalah sebuah sistem sosial yang mampu menjamin

keseimbangan antara kebebasan individu dan sosial sesuai dengan prinsip moral

yang berlaku.3 Selain itu, masyarakat madani memiliki tiga ciri yang khas yaitu

kebudayaan yang beragam, hubungan timbal balik dan sikap saling memahami

dan menghargai.4

Civil society dan radikalisme adalah dua hal yang sangat bertentangan.

Definisi diatas menjelaskan bahwa civil society bertujuan untuk menjamin

keseimbangan antara kebebasan individu dan stabilitas sosial. Namun beda halnya

1 Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam & Civil Society Pandangan Muslim

Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 1. 2 Prasetyo dan Munhanif, Islam dan Civil Society,2.

3 A. Ubaedillah dan Abdrul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civil Education)

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana, 2010), 217. 4 Ubaedillah dan Rozak, Pendidikan,217.

Page 14: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

2

dengan radikalisme, justru radikalisme menyebabkan timbulnya ketidakstabilan

dimasyarakat karena sikap radikal menginginkan sebuah perubahan secara total.

Radikalisme berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata radix yang artinya

“akar”, yaitu paham yang menginginkan terjadinya perubahan dan perombakan

besar demi mencapai kemajuan. Dalam ilmu sosial, radikalisme dikaitkan dengan

sikap yang menginginkan perubahan terhadap status quo dengan cara

menghancurkan status quo yang sudah ada dan berjalan, perubahan tersebut

dilakukan secara total dan berbeda dengan sebelumnya.5

Islam radikal sebenarnya adalah sebuah gerakan politik yang menjadikan

Islam sebagai sebuah ideologi untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan.

Gerakan tersebut dinamai oleh sebagian kalangan adalah gerakan politik Islam,

karena cita-cita dari gerakan tersebut adalah menegakkan kekuasaan politik Islam

yang cakupannya sangat luas secara global melampaui batas-batas negara bangsa,

dengan sistem kepemimpinan tunggal yang disebut sebagai khilafah Islam, pan

Islamic capliphate.6

Dalam politik Indonesia, terdapat gerakan/organisasi Islam radikal.

Kelompok tersebut muncul setelah tumbangnya orde baru dan munculnya era

reformasi yang dimanfaatkan oleh kelompok Islam radikal untuk bangkit

dikarenakan kebebasan tanpa batas.7 HTI adalah salah satu organisasi Islam

radikal yang berkeinginan merubah sistem negara menjadi negara khilafah.

5 Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di Pesantren”, dalam

tadris Vol. 2, No. 1, (2007), 3, dalam Jurnal Emna Laisa,”Islam dan Radikalisme”, Islamuna, Vol

1 No 1, (Juni 2014), 3. 6 Hasbi Aswar, “Organisasi Nahdlatul Ulama Memerangi Radikalisme Politik Islam di

Indonesia” (Proposal Penelitian, Fak Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, UII, 2015), 7. 7 Emna Laisa, “Islam dan Radikalisme”, Jurnal Islamuna, Vol 1 No 1, (Juni 2014), 7-8.

Page 15: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

3

Dalam menangkal gerakan Islam radikal di Indonesia terdapat beberapa

cara, seperti melalui jalur pendidikan dengan cara memberikan pemahaman

wawasan bahaya Islam radikal dan penguatan kebangsaan, melakukan

pengawasan terhadap keluarga atau kerabat-kerabat dekat, atau melalui peran civil

society yang ada di Indonesia. NU adalah salah satu civil society yang memiliki

komitmen kuat kebangsaan dengan mempertahankan dasar Pancasila dan menjaga

keutuhan NKRI dari gerakan Islam radikal yang berusaha untuk merubah sistem

negara menjadi negara khilafah.

Persentuhan Islam Indonesia dengan konsep civil society sebenarnya pada

tahun 1990-an yang dikenalkan oleh intelektual muda NU seperti Muhammad AS

Hikam, doktor alumni Universitas Hawaii, yang memperkenalkan konsep civil

society pada kalangan NU.

Dalam perkembangan wacana civil society dikalangan masyarakat Muslim

di Indonesia, khususnya masyarakat Muslim yang dibawah naungan Nahdlatul

Ulama (NU), adalah organisasi yang lebih awal bersentuhan dengan gagasan civil

society ini.8 Berbeda halnya dengan kalangan aktivis-intelektual Muslim

modernis, yang mengartikan civil society sebagai masyarakat madani. NU

mengartikan civil society sebagai masyarakat sipil. Perbedaan penerjemahan ini

dikarenakan pengalaman sosial politik yang dialami oleh NU.

NU menerjemahkan civil society sebagai masyarakat sipil karena

pengalamannya pada masa orde baru yang terpinggirkan dan menjadi oposisi

8 Islam dan Civil Society, 106.

Page 16: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

4

pemerintahan.9 Oleh karena itu NU mengambil peran lain diluar pemerintahan,

yaitu mengambil peran untuk melakukan kontrol sosial politik sekaligus sebagai

counter hegemony terhadap dominasi negara yang begitu besar. Sebagai sebuah

organisasi keagamaan dengan memiliki basis massa yang begitu besar, maka NU

dapat dikatakan mewakili kekuatan besar umat Islam yang ada di Indonesia.10

Pada muktamar NU yang ke 27 pada bulan Desember 1984, para ulama

bersepakat mengambil keputusan untuk mengembalikan NU kembali kepada

garis-garis perjuangannya yang kemudian dikenal dengan kembali kepada Khittah

1926, menjadi organisasi sosial kemasyarakatan (jam‟iyyah) yang konsentrasinya

kepada gerakan pengembangan masyarakan bukan politik praktis.11

NU kembali

mengambil peranannya yang sempat ditinggalkan, sebagai organisasi keagamaan,

NU merespon isu-isu keagamaan yang berkembang, termasuk merespon isu

radikalisme Islam yang mulai berkembang.

NU adalah salah satu civil society yang ada di Indonesia memiliki peran

yang cukup besar khususnya di bidang sosial keagamaan. Secara perlahan NU

mampu menampakkan jati dirinya yang baru dengan pandangan yang

transformatif, progresif namun kritis dalam memecahkan sebuah permasalahan

melalui pemikiran tokoh-tokoh NU seperti KH Sahal Mahfudz, Gus Dur dan

tokoh muda lainnya.12

Tokoh di atas dapat dikatakan cukup berhasil dalam memecahkan

permasalahan-permasalah rumit yang berkaitan dengan agama, kemasyarakatan,

9 Pada pemerintahan Orde Baru, NU masih menjadi Partai Politik.

10 Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam & Civil Society, 107-108.

11 Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam & Civil Society, 110.

12 Muhammad A.S Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: LP3ES, 1999), 246.

Page 17: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

5

politik, ekonomi dan budaya karena mereka sebagai tokoh agama (ulama)

memiliki basis masa di pesantren maupun masyarakat. Termasuk pemikiran

tentang dasar negara Pancasila dan NKRI yang dianggap sudah final.13

Penegasan

NU tentang Pancasila dan NKRI sudah final di putuskan pada saat muktamar ke

27 di Situbondo tahun 1984. Dengan penegasan itu NU selalu memperjuangkan

untuk mempertahankan dasar negara dari kelompok-kelompok yang hendak

merubahnya, seperti HTI. Ketegasan sikap tersebut dapat ditunjukan dengan

dukungannya terhadap Perppu ormas yang diterbitkan oleh Pemerintah dan

disahkan menjadi UU oleh DPR RI.

Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017. Penerbitan ini disampaikan melalui Menteri

Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Bapak Wiranto. Perppu ini terbit sebagai

perubahan atas undang-undang No. 17 Tahun 2013 tentang organisasi

kemasyarakatan. Dampak dari terbitnya Perppu ini adalah pencabutan SK HTI

pada tanggal 17 Juli 2017. Dalam konferensi pers, Menkopolhukam Wiranto

menyampaikan 3 alasan HTI dibubarkan, yaitu:

1. HTI dianggap tidak memiliki peran positif yang membantu terhadap

pembangunan nasional.

2. Kegiatan HTI terindikasi bertentangan dengan asas Pancasila yang diatur

dengan UU No 17 Tahun 2013 tentang ormas.

13

Hikam, Demokrasi dan Civil Society, 246.

Page 18: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

6

3. Aktivitas yang dilakukan HTI dinilai telah menimbulkan benturan di

masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat, serta

membahayakan keutuhan NKRI.14

Menurut Wiranto terbitnya Perppu ormas ini karena ada suatu kegentingan

yang memaksa. Karena adanya gerakan yang memaksakan ideologi baru kepada

masyarakat yang bertentangan dengan ideologi negara. Apabila dibiarkan maka

akan terus berkembang dan kemudian secara terang-terangan menentang dan

membuat sistem baru dari sistem negara yang sudah ada. Oleh karena itu

kewajiban pemerintah hadir untuk menjaga keselamatan negara. Salah satu

langkah pemerintah ini adalah menerbitkan Perppu ormas, pengganti UU No 17

Tahun 2013.

Penjelasan UU No 17 Tahun 2013 tentang ormas, menyebutkan bahwa

faham yang bertentangan dengan Pancasila adalah Ateisme, Komunisme,

Marxisme dan Leninisme. Tetapi dengan terbitnya Perppu ormas No 2 Tahun

2017 maka akan adanya perluasan pemahaman tentang organisasi yang

bertentangan dengan Pancasila. Dijelaskan dalam Pasal 59 ayat (4) huruf c bahwa:

“ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila antara lain ajaran

Ateisme, Komunisme/Marxisme-Leninisme, atau paham lain yang bertujuan

mengganti/mengubah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945”.15

HTI adalah organisasi politik Islam yang memiliki visi utama untuk

mendirikan negara Islam. HTI menganggap bahwa sistem demokrasi itu haram

14

http://m.tribunnews.com/nasional/2017/05/08/wiranto-jelaskan-5-alasanpemerintah-

bubarkan-hti di akses pada 6 Desember 2017. 15

Lihat penjelasan pasal 59 ayat 4 huruf c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan.

Page 19: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

7

dan Pancasila harus dilenyapkan.16

Mahfud MD mengatakan telah ada fakta-fakta

secara terbuka dan berkali-kali, HTI berkampanye menggantikan Pancasila

sebagai dasar negara dengan khilafah.17

Karena HTI berkeinginan merubah

Pancasila sebagai dasar negara, maka HTI telah melanggar Perppu ormas No 2

Tahun 2017.

Dengan munculnya Perppu tersebut maka pemerintah dapat mempercepat

pembubaran ormas yang dinyatakan bertentangan karena tidak perlu melalui

peradilan terlebih dahulu. Dalam pasal 61 ayat (3) dikatakan bahwa “pencabutan

status badan hukum oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang hukum dan hak asasi manusia”.18

Reaksi terhadap penerbitan Perppu ormas dan dibubarkannya HTI

menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Salah satunya Prof Yusril

Ihza Mahendra Pakar Hukum Tata Negara sekaligus pengacara HTI yang sangat

menentang akan terbitnya Perppu tersebut. Yusril menganggap Perppu tersebut

secara materil menimbulkan multi tafsir, misal pada pasal 59 ayat 4 huruf C

paham lain yang bertujuan mengganti/mengubah Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945. Tidak ada yang bisa menafsirkan paham yang bertentangan

dengan Pancasila. Jika yang berkuasa berwenang menafsirkannya maka penguasa

tersebut akan memberangus lawan-lawan politiknya salah satunya HTI. Jika

pemerintah mengatakan bahwa Perppu tersebut terbit karena ada kegentingan

16

Erni Sari Dwi Devi Lubis dan Ma’arif Jamuin. “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI

di Indonesia”. Suhuf. Vol. 27. No. 2. (November 2015). 158-159 17

https://www.viva.co.id/berita/nasional/918922-mahfud-md-hti-memang-ingin-

mengganti-Pancasila di akses pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 10.37. 18

Lihat penjelasan pasal 61 ayat 3 huruf b Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 2 Taun 2017 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan.

Page 20: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

8

yang memaksa, tetapi mengapa setelah Perppu tersebut diterbitkan tidak ada

satupun ormas yang langsung dibubarkan.19

Rocky Gerung seorang Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi

mengatakan bahwa Perppu diterbitkan dalam suasana politis, “pemerintah

mengatakan kegentingan yang memaksa namun ragu dengan permasalahan

dasarnya dan tidak mampu menunjukan kegentingan seperti apa yang sedang

terjadi”. Rocky berpendapat bahwa:

“Tugas pemerintah adalah melindungi kebebasan, sedangkan isi Perppu

tersebut justru mengambil kebebasan yang telah diberikan. Terbitnya

Perppu ini karena adanya kebencian politik pada suatu kelompok dan

akhirnya kelompok tersebut di hukum dengan cara di bubarkan. Ini

bukanlah yang disebut dengan kegentingan yang memaksa, tetapi

memaksakan kegentingan”.20

Namun ada juga kelompok yang mendukung akan terbitnya Perppu ormas

itu. KH Said Aqil Siradj Ketua Umum PBNU mengatakan bahwa ada 14 ormas

Islam21

yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI)

mendukung dibubarkannya HTI. NU adalah salah satu organisasi masyarakat

yang mendukung Perppu ormas dan dibubarkannya HTI. Said Aqil juga

menyatakan dukungannya terhadap rencana pemerintah dalam menerbitkan

Perppu ormas sebagai komitmen untuk menindak lanjuti ormas anti-Pancasila dan

19

ILC, “Panas Setelah Perppu Ormas”, yang diselenggarakan oleh TV One pada tanggal

18 Juli 2017. 20

ILC, “Panas Setelah Perppu Ormas”.

21

Adapun 14 ormas Islam yang mendukung terbitnya Perppu ormas yaitu PBNU, Al-

Irsyad Al-Islamiyah, Al-Washliyah, Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Islam (Persis),

Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Mathla’ul Anwar, Yayasan Az Zikra, Al –Ittihadiyah, Ikatan

Dai Indonesia (Ikadi), Rabithah Alawiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Nahdlatul

Wathan dan Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI). Namun Tengku Zulkarnaen ketua

Mathla’ul Anwar menegaskan bahwa organisanya tidak pernah menyatakan mendukung terbitnya

Perppu.http://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/20330571/14.ormas.Islam.desak.pemerintah.

percepat.pembuaran.hti di akses pada tanggal 6 Desember 2017.

Page 21: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

9

UUD 1945. Ia juga menganggap bahwa HTI adalah salah satu ormas yang harus

dibubarkan.22

Dalam pandangan Said Aqil Siradj23

, Negara khilafah bukanlah solusi

terhadap persoalan bangsa. Konsep negara Indonesia menurutnya jauh lebih baik,

sebab Indonesia saat ini dengan komitmen keagamaan dan kebangsaan

membuatnya tak mudah untuk dipecah belah oleh pihak lain, Indonesia bukanlah

negara agama ataupun negara sekuler, tetapi Indonesia negara yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Bila Indonesia berubah menjadi negara khilafah, Siradj

mengkhawatirkan Indonesia akan hancur terpecah-pecah seperti yang terjadi di

beberapa negara Timur Tengah antaranya, Syiria, Yaman, Irak, Afghanistan dan

lain-lain.

Menurut Nusron Wahid mantan Ketua Umum GP Ansor mengatakan

bahwa terbitnya Perppu ormas adalah salah satu strategi negara untuk membuat

keamanan. Isi dari Perppu tersebut bukan memerangi ormas Islam, tetapi

memerangi ormas yang tidak setuju dengan Pancasila. Nusron juga mengatakan

bahwa Pancasila sudah final dan berdasarkan syariat Islam, karena dirumuskan

oleh para ulama24

yang sangat paham dengan nilai-nilai Islam termasuk konsep

khilafah, namun ulama tersebut tidak memilih sistem khilafah tetapi bersepakat

dengan Pancasila.25

22http://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/20330571/14.ormas.Islam.desak.pemerinta

h.percepat.pembuaran.hti di akses pada tanggal 6 Desember 2017. 23

http://Islaminesia.com/2015/05/kh-said-aqil-negara-khilafah-bukan-solusi-persoalan

bangsa / di akses pada tanggal 6 Desember 2017. 24

Nama ulama yang dimaksud adalah perwakilan tokoh-tokoh Islam dalam panitia

sembilan, yaitu Abikoesno Tjokrosoejoso, Abul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH Wahid

Hasyim. 25

ILC, “Panas Setelah Perppu Ormas”.

Page 22: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

10

Dr. KH. Marsudi Syuhud ketua PBNU mengatakan terbitnya Perppu untuk

menghindari terjadinya kerusakan.

“Mengambil dari kaidah fikih dar‟u al mafasid muqoddamun ala jalbil

masholih (mencegah kerusakan harus lebih didahulukan dibandingkan

mendatangkan kebaikan). Selain itu terbitnya Perppu bertujuan untuk

mencari titik limashlahatil ammah (untuk kemaslahatan umat) yaitu

kemaslahatan untuk rakyat Indonesia. Untuk mencari kemaslahatan

tersebut maka pemerintah harus hadir dan segera mencegah terhadap hal-

hal yang menimbulkan kekacauan. Salah satu alat untuk mencegahnya

adalah Perppu”.26

KH Achmad Siddiq berpendapat bahwa NKRI sudah sesuai dengan

pandangan Islam dengan memberikan kesimpulan keagamaan sebagai berikut:

a. Untuk memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan kehidupan

dunia, maka wajib hukumnya untuk mendirikan negara.

b. Kesepakatan bangsa Indonesia mendirikan negara Republik Indonesia adalah

sah dan mengikat semua pihak tanpa terkecuali umat Islam.

c. Kesepakatan sah yang dimaksud adalah mendirikan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) dan menurut pandangan Islam juga sah, maka wajib untuk

dipertahankan dan dilestarikan eksistensinya.

d. Sahnya kesepakatan juga berlaku pada hal-hal sebagai berikut:

Kewajiban agar asas dan hukum tidak disimpangkan atau diselewengkan.

Kewajiban taat kepada penguasa yang sah selagi tidak menyeleweng dari

ajaran Islam.

Kewajiban untuk berperan aktif dalam mewujudkan tujuan didirikannya

negara.27

26

ILC, “Panas Setelah Perppu Ormas”. 27

Muktamar Situbondo, 1985-1986, dalam Einar Martahan Sitompul, M.Th., “NU

Pancasila”, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2010), 189-190.

Page 23: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

11

Dari pernyataan KH Achmad Siddiq telah terbukti bahwasanya pandangan

NU tentang sebuah negara tetap berdasarkan Syariat Islam meskipun tidak harus

dengan mendirikan negara Islam. Secara formal, bagi NU Pancasila dan NKRI

sudah final. Berbeda halnya dengah HTI yang aktifitas politiknya bertentangan

dengan Pancasila, karena memiliki cita-cita untuk mendirikan negara khilafah di

Indonesia yang akan mengancam keutuhan NKRI.

Pasca orde baru, gerakan-gerakan yang menentang Pancasila dan ingin

menegakkan Negara Islam ikut meramaikan pergerakan Islam di Indonesia

bahkan, opini gerakan-gerakan tersebut cenderung mendominasi dan

mengalahkan gerakan Islam seperti NU dan Muhammadiyah.28

Menurut Akhmad

Sahal Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Amerika-Kanada,

dalam percaturan wacana keIslaman suara NU dan Muhammadiyah tidak lagi

tampak sebagai pemain utama, dan cenderung terdesak oleh organisasi lain seperti

HTI dan FPI, gaung gerakan kedua organisasi ini (HTI dan FPI) cenderung lebih

keras mengalahakan NU dan Muhammadiyah sebagai organsasi terbesar yang ada

di Indonesia. Contohnya NU dan Muhammadiyah mengusung dua agenda besar.

NU memiliki gagasan Islam Nusantara dan Muhammadiyah memiliki gagasan

Islam berkemajuan. Namun agenda ini justru banyak ditentang oleh gerakan Islam

radikal. Dengan adanya gelombang reformasi, kelompok Islam memiliki ruang

untung mengorganisir diri.29

28

Hasbi Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama terhadap Gagasan Politik Islam Radikal di

Indonesia”, Thaqofiyyat, Vol. 17, No. 1, (Juni 2016), 7. 29

http://www.bbc.com/Indonesia/berita_Indonesia/2015/08/150802_Indonesia_muktamar

_nu_muhammadyah diakses pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 14.24 wib.

Page 24: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

12

HTI muncul di Indonesia pada tahun 1980-an di Bogor, organisasi ini

didirikan sebagai organisasi politik Islam yang ingin mendirikan negara Islam di

Indonesia. Dalam doktrinnya HTI menyatakan bahwa sistem demokrasi adalah

haram dan Pancasila harus dilenyapkan di muka bumi. HTI mengkafir-kafirkan

umat Islam yang berbeda pendapat dengannya. Menurut Helmy Faisal Zaini

Sekjen PBNU mengatakan HTI sering kali dalam ceramah-ceramahnya

menyatakan bahwa “konsep negara Pancasila adalah sistem yang mereka sebut

pengkafiran, thagut karena memutus mata rantai Khilafah Utsmani”. Selain itu

mereka menganggap orang tua atau kerabat dekatnya kafir apabila tidak sejalan

dengan pemikirannya.30

Ia juga menyerukan untuk kembali kepada sistem

kekhalifahan. Pemikiran ini muncul diakibatkan karena kekecewaan terhadap

keterbelakangan umat Islam atas kemajuan Barat. Karena ketidakmampuannya

dalam menghadapi persaingan, maka HTI melakukan gerakan yang radikal yaitu

merubah sistem negara yang sudah sah.31

Menurut Prof. Mahfud MD, NU telah lama mengingatkan dan menuntut

pembubaran HTI. Pada tahun 2007, KH Hasyim Muzadi sudah menyampaikan

bahwa HTI itu berbahaya. Dalam acara Konferensi Hizbut Tahrir Internasional di

Gelora Bung Karno pada tahun 2013, ada beberapa kesimpulan dari konferensi

tersebut. “Pertama, ingin membentuk Negara transnasional. Kedua, demokrasi itu

30

https://news.detik.com/berita/d-3503053/pbnu-hti-mengkafirkan-orang-yang-tak-

sepaham-ini-memecah-umat diakses pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 14.09 wib 31

Erni Sari Dwi dan Ma’arif Jamuin ”Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di Indonesia”

Jurnal Suhuf, Vol. 27 No. 2, (November 2015), 1-2.

Page 25: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

13

haram.” Keputusan HTI tersebut jelas bertentangan dengan Negara Indonesia

yang menganut Negara Nasional dan memperbolehkan demokrasi.32

Penolakan NU terhadap sistem negara Islam sebenarnya telah banyak

didiskusikan oleh KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pendirian tegas Gus

Dur terhadap ide formalisasi negara Islam yang menurutnya absurd dan ahistoris.

Gus Dur lebih menyetujui Islam sebagai bagian dari kehidupan setiap individu

dalam masyarakat. Ketaatan seorang hamba tidak diukur apakah dia menerapkan

negara Islam atau bukan tapi ketaatannya secara individual kepada Tuhannya.33

Dari rangkaian perdebatan tentang terbitnya Perppu tersebut, NU adalah

salah satu ormas yang mendukung penerbitan Perppu ormas dan mendukung

dibubarkannya HTI. Peneliti melihat, Pertama, NU sebagai civil society memiliki

peran besar dalam mencegah gerakan radikal yang hendak merubah Pancasila

sebagai dasar negara, di antara banyak organisasi Islam yang ada, NU secara

terang-terangan bersebrangan dengan HTI bahkan NU mendukung untuk

dibubarkannya HTI. Sikap yang bersebrangan inilah yang membuat peneliti ingin

menggali lebih dalam alasan NU mendukung Perppu ormas yang berdampak

dibubarkannya HTI, meskipun sesama organisasi Islam.

Kedua, HTI dikatakan sebagai organisasi radikal yang hendak mengubah

sistem negara menjadi khilafah dan ingin menerapkan syariat Islam di Indonesia.

terdapat bukti-bukti bahwa HTI sebagai organisasi radikal, seperti hasil keputusan

konferensi Hizbut Tahrir Internasional, yaitu ingin membentuk negara

transnasional dan menganggap demokrasi itu haram. Pidato pada muktamar

32

http://www.nu.or.id/post/read/78642/soal-pembubaran-hti-ini-penjelasan-mahfud

diakses pada tanggal 6 Desember 2017. 33

Hasbi Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama Terhadap Gagasan”, 7.

Page 26: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

14

khilafah di Gelora Bung Karno pada tahun 2013 pun menginginkan merubah

kedaulatan rakyat, merubah sistem nasionalisme, dan memperjuangkan penegakan

sistem khilafah. Namun saat dikatakan HTI sebagai organisasi radikal, mereka

selalu membantah. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui alasan apa saja yang

membuat HTI dikatakan sebagai organisasi radikal.

Ketiga, terbitnya Perppu ormas ini menuai pro dan kontra dikalangan

masyarakat. Ada anggapan terbitnya Perppu ormas ini bertujuan untuk

memberangus lawan-lawan politiknya, isi Perppu tersebut telah mengambil

kebebasan yang diberikan. Setelah terbitnya Perppu ini baru HTI saja yang

dibubarkan, terkesan Perppu tersebut memang bertujuan untuk melemahkan HTI.

selain respon kontra, ada juga yang merespon untuk mendukung terbitnya Perppu

ormas tersebut seperti NU. Setelah terbitnya Perppu ormas ini kemudian dibahas

dan di sahkan oleh DPR menjadi Undang-Undang. Dalam kebijakan ini eksekutif

dan ligislatif saling mendukung. Oleh karena itu hal ini menarik untuk diteliti

kenapa Perppu tersebut dapat disahkan menjadi undang-undang tanpa melalui

proses yang begitu alot karena didukung oleh tujuh fraksi dan hanya tiga fraksi

yang menolak.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mengambil judul “Civil Society

dan Radikalisme: Studi Atas Dukungan NU terhadap Pembubaran HTI”. Peneliti

melihat kasus tersebut penting untuk diteliti dikarenakan dapat memberikan

gambaran peran civil society dalam hal ini adalah NU yang konsisten mencegah

gerakan radikalisme dari masa kemasa, dalam skripsi ini juga meneliti HTI

Page 27: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

15

sebagai organisasi radikal sehingga HTI dibubarkan oleh pemerintah melalui

Perppu ormas tersebut.

B. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan penjabaran pernyataan masalah di bagian awal, maka

peneliti menyusun pertanyaan yang berkesinambungan untuk mendapat pokok-

pokok permasalahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pertanyaan-

pertanyaan ini diharapkan dapat mengarah pada tema besar penulisan skripsi,

yaitu Civil Sociey dan Radikalisme “Studi atas Dukungan Nahdlatul Ulama

Terhadap Pembubaran HTI”. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan disusun

sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan NU terhadap HTI?

2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan NU mendukung dibubarkannya HTI?

3. Bagaimana peran NU dalam mencegah gerakan radikalisme?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pandangan NU terhadap HTI.

b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan NU mendukung

dibubarkannya HTI.

c. Mengetahui peran NU dalam mencegah gerakan radikalisme.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian dibagi ke dalam dua bagian, diantaranya

adalah:

Manfaat Akademik

Page 28: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

16

Untuk memperkaya khazanah intelektual keIslaman dan kebangsaan di

Indonesia. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi studi

Ilmu Politik khususnya dalam mata kuliah gerakan politik Islam di

Indonesia dengan fokus NU sebagai civil society dalam menjaga keutuhan

NKRI dari gerakan Islam radikal, yang dikaji secara mendalam dengan

memakai teori Politik.

Manfaat Praktis

Penelitian ini pada dasarnya memiliki dua keuntungan, bagi peneliti dan

pembaca. Bagi peneliti, penelitian ini bertujuan untuk menambah ilmu

yang dapat dimiliki oleh Peneliti, dan juga dapat mengetahui serta

mempelajari bagaimana Peran NU dalam menghadapi gerakan Islam

radikal, salah satunya NU mendukung dibubarkannya HTI sebagai

organisasi Islam radikal melalui UU ormas tersebut. Dan bagi para

pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjawab kenapa Nahdlatul

Ulama mendukung UU ormas yang berdampak pada pembubaran HTI.

D. Tinjauan Pustaka

Pada saat diterbitkannya Perppu ormas, NU adalah salah satu organisasi

yang sangat mendukung terbitnya Perppu tersebut hingga disahkan menjadi UU.

Alasan dukungan NU tersebut bertujuan untuk mempertahankan Pancasila dari

ormas-ormas yang hendak merubah ideologi negara. Pembahasan ini diharapkan

mampu menjelaskan kenapa NU mempertahankan Pancasila dan sangat

menentang gerakan radikalisme Islam.

Page 29: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

17

Pertama, Mochamad Parmudi dalam sebuah jurnal yang berjudul

“Kebangkitan Civil Society di Indonesia”.34

Jurnal ini menjelaskan bahwa

kebangkitan civil society dimanifestasikan dalam beberapa jenis gerakan sosial.

Gerakan sosial ini bertujuan untuk mengurangi dan mengontrol peran negara

dengan cara melalui tulisan, pertunjukan seni, diskusi yang bernada kritik ataupun

demosntrasi penolakan terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Berbeda dengan

skripsi peneliti, disini peneliti memposisikan civil society menjadi penguat

terhadap kebijakan Pemerintah, bukan memperlemah dengan pengurangan kontrol

Pemerintah terhadap berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Adapun bentuk

penguatan kebijakan Pemerintahnya adalah dengan cara mendukung terbitnya

Perppu ormas dan mendukung untuk disahkan menjadi undang-undang.

Kedua, Anzar Abdullah, dalam jurnalnya yang berjudul “Gerakan

Radikalisme dalam Islam: Perspektif Historis”.35

Jurnal ini menjelaskan

radikalisme dalam Islam di era kontemporer ini lebih menekankan terhadap

respon Islam atas Barat. Kelompok Islam radikal ini menolak sekularisme Barat

yang memisahkan agama dan politik. Oleh karena itu muncul gerakan yang

bercita-cita membangun khilafah Islamiyah, termasuk di Indonesia dengan adanya

kehendak kelompok Islam radikal yang ingin mendirikan negara Islam dibawah

satu komando khilafah. HTI adalah salah satu organisasi yang bersifat radikal

dalam hal ide politiknya.

34

Mochamad Parmudi, “Kebangkitan Civil Society di Indonesia”. At taqaddum. Vol. 7.

No. 2. (November 2015). 35

Anzar Abdullah. “Gerakan Radikalisme dalam Islam: Persepkti Historis”. Addin. Vol.

10. No. 1. (Februari 2016).

Page 30: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

18

Yang menjadi pembeda dalam skripsi peneliti adalah peneliti ingin

menjelaskan tentang peran civil society yaitu NU dalam memerangi gerakan

radikal. Kelompok radikal yang dimaksud adalah HTI. Sedangkan dalam jurnal

Anzar hanya menjelaskan HTI sebagai kelompok radikal dan tidak menyinggung

peranan civil society dalam memerangi kelompok radikal tersebut.

Ketiga, Hasbi Aswar, melakukan penelitian yang berjudul “Organisasi

Nahdlatul Ulama Memerangi Radikalisme Politik Islam di Indonesia”.36

Dalam

penelitiannya itu, Hasbi Aswar menyebutkan bahwa ideologi baru di Indonesia,

seperti negara Islam dan Khilafah Islamiyah dalam pandangan NU adalah

ancaman bagi NKRI. Dan dijelaskan juga peran NU dalam menangkal

radikalisme dilakukan bukan hanya bekerja sama dengan pemerintah saja, namun

dengan lembaga-lembaga dari berbagai negara.Perbedaannya dalam skripsi yang

ditulis, dukungan yang dilakukan NU dalam mencegah gerakan radikal yaitu

dengan cara mendukung Perppu ormas dan undang-undang ormas, dalam aturan

tersebut dapat mencegah kelompok radikal yang berkeinginan merubah dasar

negara.

Keempat, jurnal yang ditulis oleh Erna Sari Dwi dan Ma’arif Jamuin yang

berjudul ”Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di Indonesia”.37

dalam jurnal ini

menjelaskan tentang perjalan HTI, pemikiran-pemikiran HTI dan infiltrasi-

infiltrasi yang dilakukan di Indonesia. Dalam upaya pencegahan gerakan radikal,

dalam jurnal ini pencegahannya mengarah kepada individu dari masyarakatnya

36

Hasbi Aswar, “Organisasi Nahdlatul Ulama Memerangi Radikalisme Politik Islam di

Indonesia” Proposal Penelitian, Fak Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, UII, (2015). 37

Erni Sari Dwi dan Ma’arif Jamuin ”Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di

Indonesia”, Suhuf, Vol. 27 No. 2, (November 2015).

Page 31: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

19

seperti bersikap waspada dan menambah pengetahuan tentang keIslaman dan

kebangsaan. Sedangkan dalam skripsi yang ditulis peneliti, bentuk pencegahan

gerakan radikalismenya melalui peran civil society.

Kelima, buku yang ditulis oleh Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif yang

berjudul “Islam & Civil Society Pandangan Muslim Indonesia”. Dalam buku ini di

jelaskan peran NU sebagai civil society pada saat menjadi partai politik dan pada

saat kembali ke khittah 1926, namun dalam penjelasan peranannya tersebut masih

bersifat umum seperti menjadi kontrol sosial politik di Indonesia.

Dalam penjelasan tulisan diatas cukup menggambarkan peranan civil

society dalam mencegah gerakan radikalisme Islam. Namun karena Perppu ormas

dan undang-undang ormas baru disahkan, maka belum banyak yang menulis

permasalahan ini, khususnya respons NU dalam menanggapi Perppu dan undang-

undang ormas tersebut dan sikap NU mendukung kebijakan pemerintah yaitu

mencegah gerakan radikal dengan membubarkan HTI.

E. Metode Penelitian

a) Metode dan Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan unit

analisis organisasi (institusi/kelompok). Studi kasus merupakan tipe

penelitian yang penelaahannya pada satu kasus yang dilakukan secara

intensif, mendalam, detail, dan konfrehensif. Penelitian ini termasuk ke dalam

jenis penelitian deskriptif atau disebut juga taksonomik, dimaksudkan untuk

Page 32: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

20

eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena sosial-politik dengan

jalan mendeskripsikan.38

b) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumen dan wawancara. Dokumen meliputi, keputusan dan hasil-hasil

muktamar, fatwa organisasi, hasil putusan sidang PTUN, pernyataan resmi

organisasi dan surat kabar atau jurnal resmi organisasi NU. Pihak yang

diwawancarai adalah pengurus di PBNU yang memiliki kewenangan dalam

mengambil sikap organisasi.

Dalam penelitian terkait “Studi atas Dukungan Nahdlatul Ulama Terhadap

Pembubaran HTI”, dengan menggunakan teori civil society dan radikalisme.

Langkah yang dilakukan oleh peneliti mengumpulkan data dari berbagai

sumber, seperti hasil-hasil muktamar, artikel, buku NU yang menyatakan

menentang gerakan radikalisme, wawancara ke tokoh-tokoh NU terutama

pemangku kebijakan seperti KH Marsudi Syuhud (Ketua PBNU), KH Ahmad

Ishomuddin (Rois Syuriah PBNU). Selai itu sebagai penyeimbang, peneliti

mewawancarai Ust. Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), Gugum Ridho Putra

S.H., M.H (Kuasa Hukum HTI)

F. Sistematika Penulisan

Bab I, merupakan bagian pendahuluan yang akan menjelaskan keadaan

objek, metode dan teori yang digunakan dalam penelitian. Selain itu juga,

termasuk mengulas sedikit penelitian terdahulu yang masih relevan. Adapun

38

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 18.

Page 33: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

21

rincian dari bab pertama adalah: Pernyataan masalah, pertanyaan penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, menjelaskan teori yang digunakan, adapun teori yang digunakan

adalah teori civil society dan radikalisme.

Bab III, memaparkan tentang radikalisme di Indonesia, pertama

fenomena radikalisasi dimasyarakat. Kedua Civil society sebagai counter

radikalisasi. Ketiga NU sebagai civil society. Keempat HTI dan radikalisme.

Bab IV, menyajikan analisis penulis terkait Pro Kontra Pembubaran HTI.

Dalam pembahasan ini mengupas tentang faktor-faktor pembubaran HTI, , Sikap

HTI terhadap kebijakan pemerintah, Tanggapan Kementrian Hukum dan HAM,

alasan NU kenapa mendukung Perppu ormas dan pembubaran HTI, dan peran NU

dalam mencegah gerakan radikal.

Bab V adalah bab penutup. Didalamnya dibagi menjadi dua bagian,

pertama adalah kesimpulan penelitian. Kedua adalah saran, yang akan memuat

saran penulis yang dirasa perlu tentang bagaimana peran NU dalam mencegah

gerakan radikal dan tetap menjaga keutuhan NKRI.

Page 34: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

22

BAB II

KERANGKA TEORI

Kerangka teori pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang akan

dijadikan pisau analisa dalam melihat fenomena-fenomena politik yang akan

dibahas pada skripsi ini. Dalam kerangka bab ini hanya ada dua teori besar yang

akan dijelaskan yaitu teori civil society dan teori radikalisme.

A. Civil Society

Civil society adalah sebuah gagasan yang baru digunakan pada akhir tahun

1990-an, istilah civil society mengandung beberapa arti, seperti “masyarakat

sipil”, “masyarakat madani”, “masyarakat warga”, atau “masyarakat kewargaan”.1

Civil society memiliki perkembangan sejarah yang berbeda-beda dalam

perkembangan pemahamannya. Aristoteles mendefinisikan civil society (koinoia

politike) sebagai entitas masyarakat yang dapat terlibat langsung dalam

pengambilan kebijakan ekonomi politik.2 Cicero memahami civil society

(societies civviles) sebagai kebudayaan politik masyarakat kota yang

mendominasi komunitas lainnya.3

Lebih lanjut, Thomas Hobbes mendefinisakan civil society sebagai alat

negara dalam meredam konflik dan menjaga ketertiban. John Locke,

mendefinisikan secara terbalik dengan Hobbes, bahwa Civil Society merupakan

1 Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam & Civil Society Pandangan Muslim

Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 1. 2 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani

(Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 217. 3 Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, 217.

Page 35: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

23

pelindung dari kebebasan dan hak milik warga negara. Dua orang tersebut

memadang bahwa perkembangan masyarakat membentuk civil society sebagai

sesuatu yang alamiah.4

Wacana civil society kemudian oleh Hegel, Marx dan Gramsci

dikembangkan, mereka memiliki kesamaan bahwa civil society merupakan sebuah

kelompok kelas dominan. Hegel menjelaskan bahwa komponen civil society dapat

dicampuri oleh negara sebagai bagian dari ide absolut agar civil society dapat

terhindar dari segala kepentingan pribadi.5 Sedangkan Marx mejelaskan bahwa

civil society adalah masyarakat borjuis yang mesti dihilangkan.6 Gramsci juga

menjelaskan bahwa civil society merupakan arena perebutan hegemoni ideologis

sebuah masyarakat.7

Periode berikutnya, teori civil society dikembangkan oleh Alexis de

Tocqueville dalam buku Democracy in America sebagai entitas pengembangan

kekuatan negara. Bagi Tocqueville, kekuatan politik civil society yang menjadikan

demokrasi di Amerika mempunyai daya tahan. Dengan terwujudnya pluralitas,

kemandirian dan kapasitas politik di dalam civil society, warga negara akan

mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.

Dawam Rahardjo berusaha mengelaborasi pemahaman civil society

Tocqueville dengan menampilkan unsur pasar (market) berperan dalam

membentuk masyarakat madani. lalu Dawam membandingkan dengan pendapat

Robert Wuthrow yang menjelaskan faktor volutary atau kesedian masyarakat

4 Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, 217.

5 Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, 217.

6 Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, 221.

7 Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, 221.

Page 36: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

24

sangat menentukan pola relasi pasar dan negara. Hal ini berlanjut dengan

pendapat Hannah Arendt dan Jurgen Habermas tentang ruang publik yang bebas

(free Public Sphere). Dengan adanya ruang publik yang bebas masyarakat dapat

secara bebas dan merdeka untuk menyampaikan pendapat, berkumpul dan

berserikat untuk kepentingan publik yang umum. Kemunculan kebebasan ruang

publik ini ditandai dengan kemunculan media massa, sekolah, partai politik, LSM

sukarela, dan lembaga pelayanan masyarakat.8

Dalam hubungannya dengan negara, civil society dapat menjalankan salah

satu fungsi dari tiga hal berikut yaitu, pertama, civil society berdiri sebagai perisai

yang dapat melindungi masyarakat dari kecendrungan negara yang represif dan

hegemonik. Kedua, civil society dapat bertindak sebagai mitra negara dalam

melaksanakan kepentingan publik. Ketiga, apabila kehidupan publik sudah di

akomodasi negara maka civil society dapat berfungsi sebagai komplementer.9

Civil Society sebagai wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi,

memiliki ciri, antara lain: kesukarelaan (voluntary), kesewasembadaan (self

generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi berhadapan

dengan negara, dan keterikatan dengan norma­norma atau nilai-nilai hukum yang

diikuti oleh warganya. Robert W Hefner menggambarkan bahwa konsep

masyarakat sipil berarti sesuatu yang membedakan secara luas dalam tradisi

teoritis yang berbeda. Dalam pemikirannya, gagasan ini mengacu pada sebuah

klub, organisasi keagamaan, kelompok bisnis, perserikatan buruh, elompok HAM,

dan asosiasi-asosiasi lainnya, yang berada diantara rumah tangga dan negara yang

8 Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, 221.

9 Prasetyo dan Munhanif, Islam dan Civil Society,16.

Page 37: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

25

diatur secara suka rela dan saling menguntungkan. Idenya adalah agar institusi

yang bersifat formal dapat bekerja, warga negara harus belajar berpartisipasi

dalam asosiasi sukarela lokal. Hal ini bisa melalui jaringan perjanjian masyarakat

sipil.10

Dalam kajian Islam dan Civil Society, Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif

memberikan gambaran Islam yang dibedakan dalam dua kategori yaitu

Tradisionalis dan Modernis, memahami Civil Society secara mirip namun secara

posisi konsep hubungan dengan negara berbeda. Hal in akhirnya memberikan

penamaan yang berbeda pada konsep civil society dari dua kategori tersebut.

Persentuhan Islam Indonesia dengan konsep civil society sebenarnya pada tahun

1990-an yang dikenalkan dari intelektual muda NU seperti Muhammad AS

Hikam, doktor alumni Universitas Hawaii, yang memperkenalkan konsep civil

society pada kalangan NU. Respon NU yang positif akhirnya memberikan LSM

dari kalangan NU dalam pengembangan masyarakat diantaranya Lembaga Kajian

Islam dan Sosial (LKiS) di Yogyakarta, Perhimpunan Pengembangan Pesantren

dan Masyarakat (P3M) dan sebagainya yang bergerak pada pengembangan

masyarakat. Kajian yang diterbitkan sebuah buku yang membahas isu-isu

demokrasi, hak perempuan dan representasi fikih politik, HAM, dan masalah

gender.11

Dari kalangan Modernis, Sejumlah tokoh seperti Nurcholish Madjid,

Dawam Rahardjo, Amien Rais.atau Kuntowijoyo, memberikan pemahaman Islam

yang rasional, modern, dan cenderung liberal yang dekat dengan permasalahan

10

Robert W Hefner, Civil Islam, Islam dan Demokrasi di Indonesia, (Yogyakarta: ISAI

The Asia Foundation, LKIS edisi XXI, 2000), 67. 11

Prasetyo dan Munhanif, Islam dan Civil Society, 20.

Page 38: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

26

HAM, demokrasi, pluralisme, inklusivisme, dan keadilan. Mereka bergerak dalam

lembaga kajian keagamaan dan sosial seperti yayasan Paramadina, Lembaga

Studi Agama dan Filsafat (LSAF). Mereka menggunakan terjemahan civil society

dengan bahasa masyarakat madani dikarenakan lebih terdengar akrab bagi

kalangan muslim. Hal ini juga dikemukakan oleh Wakil (Deputi) Perdana Menteri

Anwar Ibrahim yang mempopulerkan masyarakat madani sebagai sinonim dengan

civil society.12

Namun berbeda dengan modernis, tradisionalis memberikan kata civil

society bersinonim dengan Masyarakat Sipil. Bahasa ini memberikan pemaknaan

dengan posisi Islam Tradisionalis pada masa orde baru yang beroposisi sehingga

mereka menggunakan masyarakat sipil untuk memberikan penjelasan posisi

masyarakat yang ditindas negara. Sedangkan Modernis menggunakan bahasa

masyarakat madani untuk menunjukan sikap yang tidak oposisi dengan negara.13

Civil society secara intitusional dapat diartikan sebagai sebuah

pengelompokan dari anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri

yang dapat dengan bebas dan egaliter bertidak aktif dalam wacana dan praksis

mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada

umumnya.14

Termasuk didalamnya adalah jaringan-jaringan, pengelompokan-

pengelompokan sosial yang mencakup mulai dari rumah tangga, organisasi-

orgaisasi sukarela (termasuk partai politik), sampai dengan organisasi-organisasi

yang mungkin pada awalnya dibentuk oleh negara, tetapi melayani kepentingan

12

Prasetyo dan Munhanif, Islam dan Civil Society, 20. 13

Prasetyo dan Munhanif, Islam dan Civil Society, 20. 14

Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia, 1996), 85.

Page 39: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

27

masyarakat yaitu sebagai perantara dari negara di satu pihak dan individu dan

masyarakat dipihak lain.. namun demikian, civil soiety harus dibedakan dengan

suku, klan, atau jaringan-jaringan klientelisme, karena variabel yang utama di

dalamnya adalah sifat otonomi (kemandirian), publik dan civil. Hal ini

menyiratkan keharusan adanya kebebasan dan keterbukaan untuk berserikat,

berkumpul dan mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama dalam

mempertahankan kepentingan-kepentingan di depan umum.15

15

Hikam, Demokrasi dan Civil Society, 85.

Page 40: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

28

B. Radikalisme

Radikalisme berasal dari bahasa latin yaitu radix yang artinya akar. Untuk

mencapai kemajuan, paham radikal melakukan suatu perubahan dan perombakan.

Dalam perspektif ilmu sosial, radikalisme adalah suatu keinginan untuk merubah

status quo yang sudah ada dengan cara menghancurkan status qou tersebut secara

total kemudian menggantikannya dengan yang baru.16

Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, radikalisme adalah sebuah paham atau aliran yang

menginginkan suatu perubahan dengan cara kekerasan.17

Ada pengertian radikalisme menurut para tokoh. Pertama, menurut

Sartono Kartodirjo radikalisme adalah suatu gerakan sosial dengan menolak

seluruh aturan sosial yang sedang berjalan dengan menunjukan kebencian yang

kuat kepada yang sedang berkuasa.18

Sedangkan menurut KH. Hasyim Muzadi,

radikal, radikalisme dan radikalisasi adalah suatu hal yang berbeda. Radikal

adalah suatu pemikiran yang mendalam sampai ke akar-akarnya dan pemikiran ini

sangat diperbolehkan selagi itu masih dalam sebatas pemikiran saja. Karena

pimikiran seseorang tidak dapat dijadikan sebuah tindak kejahatan atau diadili

kecuali pemikiran tersebut berubah menjadi sebuah tindakan yang salah.19

Radikalisme adalah sebuah pemikiran radikal yang telah menjadi ideologi

atau madzhab. Sedangkan radikalisasi adalah tindakan seseorang yang begitu

16

Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di Pesantren”, Tadris

(Vol. 2, No. 1, 2007), 3. 17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), 354. 18

Sartono Kartodirjo, Ratu Adil, (Jakarta: Sinar Harapan, 1995), 38. 19

Abu Rokhmad, “Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal”, Wali

Songo, Vol. 20, No. 1 (Mei 2012), 82-83.

Page 41: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

29

reaktif dikarenakan adanya ketidakadilan di masyarakat. Bentuk ketidakadilan di

masyarakat bisa dalam beberapa bidang seperti ekonomi, politik, ataupun

ketidakadilan dalam penegakan hukum.20

Apabila masalah-masalah dan

ketidakadilan masih terjadi dimasyarakat, maka radikalisasi masih akan tetap

muncul.

Radikalisme Islam adalah suatu gerakan pemurnian ajaran Islam yaitu

kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang

telah diamalkan oleh generasi awal Islam. Gerakan ini dipelopori oleh kelompok

salafiyah (wahabi) yang semula hanya dalam hal ibadah, namun dalam

perkembangannya kini telah menyentuh dimensi intelektual dan politik.21

Kelompok Islam radikal tidak hanya memandang Islam sebagai sebuah

agama saja yang hanya memberikan pedoman terhadap amalan-amalan dalam

ibadah, tetapi Islam juga dianggap sebagai pedoman hidup yang mengatur seluruh

aspek kehidupan manusia dan menjadi sebuah solusi dalam penyelesaian

permasalahan-permasalahan kehidupan di masyarakat. Pandangan ini berdampak

kepada keinginan kelompok Islam radikal untuk menjadikan syariat Islam sebagai

landasan bernegara.

Ada empat kriteria tentang Islam radikal yaitu: pertama, memiliki

keinginan untuk merubah tata nilai dan sistem yang telah ada, dengan keyakinan

ideologi dan sifat fanatik yang begitu tinggi. Kedua, apabila ada kelompok lain

yang dianggap bertentangan dengan mereka, maka mereka akan melakukan aksi-

aksi yang keras bahkan bertindak kasar. Ketiga, kelompok radikal memiliki ciri

20

Rokhmad, “Radikalisme Islam, 83. 21

Emna Laisa, “Islam dan Radikalisme”, Islamuna, Vol. 1, No. 1 (Juni 2014), 4.

Page 42: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

30

khas baik dari segi penampilan ataupun ritual sebagai identitas mereka. Keempat,

kelompok Islam radikal dalam menyebarkan pahamnya bergerak secara geriliya,

meskipun ada juga yang dengan terang-terangan.22

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan Islam radikal,

antara lain sebagai berikut: pertama, faktor agama. Yaitu dikarenakan kehidupan

umat manusia di dunia yang sudah jauh dari nilai agama oleh karena itu perlu

adanya semangat Islamisasi secara global sebagai suatu solusi untuk memperbaiki

permasalahan-permasalahan yang terjadi (penerapan sistem khilafah Islamiyah di

muka bumi).

Kedua, faktor sosial-politik. Dalam peradaban global, umat Islam sangat

tidak diuntungkan dengan sistem yang diterapkan oleh negara Barat, terjadinya

ketimpangan sosial yang merugikan kelompok muslim sehingga kelompok

muslim melakukan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi tersebut.

Perlawanan tersebut mengatasnamakan agama dengan melakukan gerakan

radikalisme.23

Ketiga, faktor pendidikan. Rendahnya jenjang pendidikan seseorang,

membuat orang tersebut minim dalam mendapatkan informasi, ditambah dengan

pemahaman keagamaan seseorang yang tidak begitu mendalam sehingga orang

tersebut dengan mudah menerima informasi ataupun ilmu dari seseorang yang

memiliki pemikiran radikal. Orang yang rendah pemahaman keagamaannya dapat

22

Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi

(Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 243. 23

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalis, Modernisme, hingga

Post-Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), 18.

Page 43: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

31

dipengaruhi dan didoktrin dengan pemahaman keagamaan yang radikal sehingga

orang tersebut dapat bertindak radikal pula.

Keempat, faktor kultural. Negara Barat dikenal dengan sistem

sekularismenya yaitu sistem pemisahan antara agama dengan negara. Paham ini

dinggap oleh kelompok Islam telah mengotori budaya bangsa Timur dan umat

Islam. Dengan paham sekularisme dapat membahayakan moralitas umat Islam

dan membuat sendi-sendi kehidupan umat Islam termarjinalisasikan.24

Kelima, faktor ideologis anti westernisasi. Dalam menegakkan syariat

Islam, menurut kelompok Islam radikal simbol-simbol Barat harus dihancurkan.

Adanya westernisasi membuat umat Islam menjadi tertinggal dan terbelakang,

karena ketidakmampuan kelompok Islam radikal bersaing dalam budaya dan

peradaban global oleh karena itu mereka menggunakan jalur kekerasan.25

Ada dua makna Islam radikal, yaitu sebagai wacana dan aksi. Radikal

dalam wacana hanya keinginan atau pemikiran untuk mendirikan negara Islam,

tanpa adanya tindakan kekerasan. sedangkan radikal dalam aksi adalah keinginan

wacana tersebut direalisasikan dalam bentuk aksi atau tindakan kekerasan atas

nama agama.26

Dalam makna yang kedua, gerakan Islam radikal dalam

mewujudkan tujuannya untuk mendirikan khilafah Islamiyah di Indonesia, mereka

menggunakan jalur kekerasan dan menentang hukum yang berlaku. Untuk

24

Musa Asy'arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-qur'an (Yogyakarta: 1992),

95. 25

Laisa, Islam dan Radikalisme, 7. 26

Ismail Hasani dan Bonar T.N, Dari Radikalisme Menuju Terorisme (Jakarta: Pustaka

Masyarakat Setara, 2012), 11.

Page 44: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

32

melakukan perlawanan kelompok Islam radikal membangun opini bahwa posisi

Pemerintah saat ini adalah bentuk yang thaghut.27

Dalam perkembangan politik di Indonesia, gerakan Islam radikal dapat

dibagi menjadi 3 bentuk jika dilihat dari awal mula berdiri dan perkembangannya.

Pertama, kelompok yang ingin menerapkan syariat Islam dalam kehidupan

bermasyarakat tanpa harus mendirikan negara Islam atau merubah bentuk negara

menjadi khilafah Islamiyah. Contoh dari kelompok ini yaitu Fron Pembela Islam

(FPI) dan Laskar Jihad. Kelompok ini hanya ingin menerapkan syariat Islam di

masyarakat, namun cara mereka cenderung menggunakan pendekatan kekerasan.

Kedua, kelompok yang memperjuangkan berdirinya Negara Islam Indonesia,

kelompok ini dinamai NII/DI-TII yang diprakarsai oleh Kartosoewiryo sebagai

imam NII. Kelompok ini telah berhasil ditumpas dan dilarang keberadaannya,

meskipun pada saat ini kelompok ini masih ada dalam jumlah yang kecil tanpa

memakai struktur organisasi kenegaraan NII. Ketiga, kelompok yang ingin

mendirikan khilafah Islamiyah di Indonesia, kelompok ini diwakili oleh HTI.28

dalam metode perjuangan HTI ada yang disebut dengan istilamu al-hukmi yaitu

pengambil alihan kekuasaan. Di beberapa negara Timur Tengah, Hizbut Tahrir

telah melakukan upaya pengambilalihan kekuasaan dan tindakan ini membuat

organisasi tersebut dilarang. Begitupun di Indonesia, HTI menganggap bahwa

27

Laisa, Islam dan Radikalisme, 7. 28

Nur Khalik Ridwan, Regenerasi NII: Membedah Jaringan Islam Jihadi di Indonesia,

(Jakarta: Erlangga, 2008), 9-12.

Page 45: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

33

sistem demokrasi itu haram dan Pancasila harus dilenyapkan,29

kemudian mereka

menawarkan sistem khilafah Islamiah sebagai solusinya

29

Erni Sari Dwi Devi Lubis dan Ma’arif Jamuin. “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI

di Indonesia”. Suhuf. Vol. 27. No. 2. (November 2015). 158-159.

Page 46: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

34

BAB III

RADIKALISME DI INDONESIA

A. Fenomena Radikalisasi di Masyarakat

Dalam studi ilmu sosial, radikalisme merupakan suatu pandangan yang

menginginkan perubahan yang paling mendasar melalui apa yang

diinterpretasikannya sesuai dengan keadaan sosial yang sedang terjadi atau

ideologi yang dianutnya.1 Jadi radikalisme dapat diartikan sebagai suatu gejala

umum yang bisa terjadi di masyarakat dengan berbagai motif, baik sosial, budaya,

politik, maupun agama, yang ditandai dengan perbuatan kekerasan sebagai bentuk

penolakan terhadap keadaan yang sedang dihadapi.

Radikalisme tidak hanya dilabelkan kepada Islam saja, tetapi juga

dilebelkan peada penganut agama lainnya seperti agama Hindu, Budha, Yahudi

dan Kristen. Radikalisme yang terjadi pada agama Hindu seperti kekerasan agama

yang terjadi di India Selatan, yaitu diantara kaum Sikh Haluan keras dengan

Islam. Umat Yahudi di Israel juga melakukan tindakan radikal kepada umat Islam

Palestina. Penduduk beragama Budha di Myanmar melakukan tindakan radikal

terhadap Muslim minoritas di Rohinya.

Fenomena radikalisasi di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak pasca

kemerdekaan hingga reformasi. Pasca kemerdekaan, radikalisasi mulai tampak

pada saat Kartosuwirjo memimpin sebuah operasi yang dilakukan pada tahun

1950 an dibawah bendera Darul Islam. Gerakan ini mengatasnamakan agama,

gerakan ini dapat ditumpas dan digagalkan, namun pada zaman pemerintahan

1 Ismail Hasani dan Bonar Tigor, Radikalisme Agama di Jobedetabek dan Jawa Barat:

Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan, (Jakarta: Pustaka

Masyarakat Setara, 2010), 19.

Page 47: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

35

Soeharto gerakan ini muncul kembali, tetapi gerakan tersebut muncul atas

rekayasa yang dilakukan oleh militer. Bekas anggota DI/TII direkrut untuk

melakukan berbagai aksi seperti komando jihad dengan tujuan untuk memojokkan

Islam.2 Memasuki era reformasi, kelompok radikal menampakkan dirinya lebih

nyata lagi.

Pasca reformasi muncul gerakan radikal yang dipimpin oleh Azhari dan

Nurdin M Top yang kita kenal sebagai gembong teroris, selain itu ada juga

gerakan radikal lainnya seperti kejadian di Ambon, Poso dan daerah lannya.

Semangat radikalisme ini pastinya tidak luput dari permasalahan politik, sehingga

berdampak kepada kenyamanan keberagaman umat beragama di Indonesia.3

Di Indonesia, gerakan-gerakan radikal ini memiliki pendukung yang

cukup besar dan semakin meningkat. Serta memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Ada kelompok yang hanya ingin memperjuangkan implementasi syariat Islam

tanpa harus mendirikan negara Islam, tetapi ada juga sebaliknya, yaitu ingin

mendirikan negara Islam “khilafah Islamiyah” seperti HTI.4

Kemunculan gerakan Islam radikal di Indonesia disebabkan oleh tiga

faktor: pertama, faktor internal yaitu dari umat Islam itu sendiri, karena terjadinya

penyimpangan norma-norma agama. Kedua, faktor eksternal yaitu yang dilakukan

diluar umat Islam seperti hegemoni Barat.5 Ketiga, ketidak sesuaian sistem di

Indonesia dengan pandangan/ideologi yang dianut oleh kelompok radikal,

2 Ahmad Asrori, “Radikalisme di Indonesia: Antara Historisitas Antropisitas”, Kalam,

(Vol. 9, No. 2, Desember 2015), 256. 3 Asrori, “Radikalisme di Indonesia”, 256.

4 Asrori, “Radikalisme di Indonesia”, 257.

5 Asrori, “Radikalisme di Indonesia”, 257.

Page 48: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

36

sehingga kelompok tersebut melakukan gerakan-gerakan radikal demi

menegakkan ideologi yang dianutnya.

Paham radikalisme ini terjadi karena adanya proses Islamisasi yang

dilakukan secara tertutup, dan tidak membuka diri terhadap keberagaman

pandangan Islam lainnya, apalagi yang berbeda keyakinan, proses ini dilakukan

dikalangan anak-anak muda. Apabila paham ini dibiarkan, maka akan

menyebabkan disintegrasi bangsa, karena mereka menganggap bahwa ideologi

Pancasila tidak sesuai dengan ajarannya dan harus dirubah.6 Proses ini dilakukan

di mesjid-mesjid yang dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu, sehingga

kosekuensinya para pengikutnya memiliki sikap intoleran, yang menjadi

kekhawatiran apabila nanti mereka menjadi pejabat yang memiliki kebijakan di

Pemerintahan, maka yang ada dalam benak mereka adalah sikap intoleransi dan

keinginan untuk merubah Pancasila.

Esensi dari gerakan Islam radikal adalah bahwa gerakan tersebut bukanlah

sebuah gerakan keagamaan ataupun gerakan yang memperjuangkan keimanan.

Akan tetapi gerakan Islam radikal tersebut merupakan gerakan politik

(religionized politics) yang memperjuangkan tatanan kehidupan politik yang

bersumber dari Allah bukan dari kedaulatan rakyat. Gerakan Islam radikal

memiliki sebuah ideologi yang menjadikan agama dan negara menjadi sebuah

tatanan politik yang berlandaskan syariat Islam dengan cakupan kekuasaan

global.7

6 Asrori, “Radikalisme di Indonesia”, 260.

7 Hasbi Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama terhadap Gagasan Islam Radikal di Indonesia”,

Thaqafiyyat (Vol. 17, No. 1, Juni 2016), 3.

Page 49: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

37

Sebuah ideologi sangat dibutuhkan dalam sebuah negara untuk mengikat

masyarakatnya agar dapat hidup rukun dalam satu naungan ideologi. Di

Indonesia, para pendiri bangsa telah merumuskan dan menetapkan ideologi negara

yaitu Pancasila, oleh karena itu maka Pancasila sebagai ideologi negara harus

dijalankan dan dipatuhi. Pancasila memiliki sebuah prinsip bhineka tunggal ika

yang mengajarkan kita untuk hidup toleran dalam keberagaman. Karena di

Indonesia terdapat banyak agama, suku, budaya, ras.

Pasca reformasi kian marak ideologi baru yang dapat meresahkan

masyarakat seperti ideologi Islam radikal, yaitu sebuah ideologi yang bersifat

eksklusif yang selalu mengedepankan kekerasan dalam mewujudkan tujuannya.

Nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam ditafsirkan secara dangkal untuk

meligitimasi perbuatan radikalnya.

Ideologi radikal biasanya tumbuh subur di daerah-daerah yang

masyarakatnya terpinggirkan. Mereka menuntut pertanggungjawaban peran

pemerintah dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Keterpinggiran ini menimbulkan kecemburuan sosial, masyarakat yang

mengalami nasib seperti ini akan bersatu untuk membangun sebuah kekuatan baru

dalam naungan satu ideologi yang sama.8

Perkembangan teknologi yang begitu canggih, banyaknya pengguna media

sosial, kini dapat dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan

fahamnya yang dapat mengancam idelogi Pancasila. Oleh karena itu perlu adanya

sebuah usaha yang dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, ormas,

8 Nur Khamid, “Bahaya Radikalisme terhadap NKRI”, Millati, (Vol. 1, No. 1, Juni 2016),

124.

Page 50: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

38

mahasiswa, LSM, media (pers) untuk membentengi masyarakat dari pengaruh

paham radikal.9

B. Civil Society Sebagai Counter Radikalisasi

Agenda tentang mengatasi radikalisasi saat ini, tidak hanya melibatkan

organisasi setingkat dunia atau sesama negara, tetapi penyelesaian permasalahan

radikalisasi juga melibatkan civil society. Sebenarnya negara juga memiliki

kekuatan untuk memberantas gerakan radikal, namun perlu juga ada pendekatan

secara persuasif untuk menyelesaikannya, dengan cara melakukan pendampingan

dan penangkalan ide-ide radikal ditengah masyarakat. Yang dapat melakukan

pendampingan tersebut dengan melakukan pendekatan persuasif adalah civil

society.10

Ditingkat internasional, pelibatan civil society dalam melalukan

pemberantasan gerakan radikal telah dipraktekan oleh Amerika Serikat dengan

membentk jaringan civil society baik yang liberal maupun yang moderat dalam

proses pengembangan pendidikan dan aktifitas kebudayaan. Begitu pula di

Indonesia, dalam mencegah gerakan radikal melakukan pendekatan persuasif

dengan cara bekerjasama dengan institusi dan seluruh komponen masyarakat.11

Pada prinsipnya, civil society bukanlah bagian dari pemerintah. Civil

society beraktifitas dari tingkatan lokal, nasional sampai internasional, bertujuan

untuk mengatasi permasalahan dalam mendukung kepentingan publik.12

9 Khamid, “Bahaya Radikalisme”, 126.

10 Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama”, 2.

11 Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama”, 2.

12 Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama”, 5.

Page 51: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

39

Dalam tingkatan nasional maupun global, civil society memiliki peran

dalam menghadapi berbagai isu dan permasalahan yang ada dimasyarakat, seperti

permasalahan lingkungan, sosial, kebijakan negara, memperjuangkan nasib

masyarakat, memobilisasi untuk mendapat dukungan publik, mengawasi

kebijakan pemerintah, memberikan edukasi terhadap masyarakat dan mencegah

perpecahan dalam berbangsa dan bernegara.

Civil society juga berperan dalam membendung gerakan radikal dengan

cara membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi, sosial,dan

politik. Karena permasalahan tersebut dapat memacu kemunculan gerakan radikal.

Civil society juga memiliki peran dalam menyebarkan pesan dan pendidikan

kepada masyarakat untuk membendung ide radikal. Karena civil society dianggap

mampu berbaur dengan masyarakat,memperkuat solidaritas antar masyarakat dan

mampu membangun diolog dengan masyarakat untuk mendiskusikan terkait isu-

isu kontroversi yang berkaitan dengan radikalisme. Selain itu civil society juga

dapat terlibat langsung dan mengidentifikasi potensi-potensi munculnya gerakan

radikal dalam masyarakat sekaligus dapat langsung mengambil tindakan

pencegahan dengan melibatkan segala aktor yang ada di masyakarat seperti

pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan tokoh agama.13

C. NU Sebagai Civil Society

NU didirikan pada tahun 1926 oleh para kyai dan ulama tradisional yang

berasal dari pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sejak berdirinya, NU

telah berupaya untuk mempertahankan kepercayaan dan praktek keagamaan yang

13

Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama”, 6.

Page 52: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

40

bersifat tradisional dari serangan kaum reformis. Pada zaman pendudukan Jepang,

NU telah menunjukan pergerakannya dengan cara bergabung dengan organisasi

Islam lainnya seperti Muhammadiyah untuk membentuk Masyumi. Setelah

kemerdekaan Masyumi mulai dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai partai politik.

Namun dalam perkembangannya Masyumi mengalami perpecahan. Pada tahun

1952, NU memisahkan diri dari Masyumi dan menjadi partai politik sendiri.

Dengan memisahkan diri dari Masyumi, NU masih bisa mengambil bagian

pemerintahan karena NU termasuk empat partai pemenang pemilu.14

NU dapat dikatakan sebagai civil society, meskipun NU selalu terlihat

kooperatif dengan pemerintah dan kurang berani dalam mengkritisi pemerintahan.

Di era Soekarno, NU memiliki cukup kursi di pemerintahan namun pada era

Soeharto karena memiliki kebijakan fusi partai, NU melebur dengan PPP hingga

tahun 1984. Dominasi negara terlalu kuat sehingga NU tidak mampu menjadi

penyeimbang negara.

Hasil Muktamar ke 27 di Situbondo, NU menyatakan kembali ke khittah

1926 dan melepaskan peranannya sebagai partai politik. NU kembali kepada

peranan awalnya yaitu sebagai organisasi sosial, keagamaan dan pendidikan.

Munurut A.S Hikam, NU sebagai organisasi sosial ataupun politik berupaya untuk

mengembangkan independensinya dan memiliki potensi untuk menjadi civil

society yang kuat di Indonesia, layaknya kelompok pro demokrasi lainnya.15

14

Esty Ekawati, “Nahdlatul Ulama (NU) Sebagai Civil Society di Indonesia”, Nuansa,

(Vol. 13, No. 2, Juli-Desember, 2016), 243. 15

Ekawati, “Nahdlatul Ulama“, 244.

Page 53: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

41

Sebagai civil society di Indonesia, NU memiliki peranan sebagai berikut16

a. NU berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masyarakat melalui

pesantren-pesantren yang tersebar di Nusantara. Selain memberikan pendidikan

keagamaan, NU juga bekerjasama dengan LP3ES untuk mengajarkan nilai-

nilai demokrasi khususnya untuk masyarakat lokal.

b. Untuk melakukan advokasi perempuan dan pengembangan peranan perempuan

di masyarakat, NU memiliki fatayat yang secara konsisten memberikan

pembekalan dan pendampingan.

c. Sejak berdirinya NU sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat

beragama, NU juga menentang kelompok yang memperjuangkan penegakan

syariat Islam di negara dengan merubah menjadi negara khilafah.

d. Mendirikan lembaga-lembaga intelektual dan pro demokrasi, seperti

Lakpesdam, Sarbumusi (Sarikat Buruh Muslimin Indonesia), LPBH

(Lemabaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum), LP2NU (Lembaga

Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama).

NU termasuk civil society karena NU merupakan organisasi kultural

keagamaan yang memiliki kemandirian dan bertujuan untuk mempertahankan

kebenaran dan kepercayaan ajaran agama yang dianutnya.17

NU sebagai civil

society memiliki kekuatan politik tersendiri, yang dapat menjadi pengimbang dari

kekuatan negara dengan melakukan check and balance, organisasi NU memiliki

ciri kesukarelaan dan swadaya apabila berhadapan dengan negara, tetapi masih

16

Ekawati, “Nahdlatul Ulama“, 244. 17

Ekawati, “Nahdlatul Ulama”, 246.

Page 54: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

42

dalam jalurnya atau tidak melanggar norma dan nilai hukum yang telah

ditetapkan. NU akan tetap mendukung kebijakan pemerintah yang memihak dan

mensejahterakan rakyatnya dan akan mengkritisi kebijakan yang dapat merugikan

rakyat Indonesia. oleh karena itu, NU adalah salah satu civil society yang berperan

aktif dalam pembangunan dalam negeri.18

D. HTI dan Radikalisme

Hizb Al-Tahrir didirikan oleh Taqiy Al-Din Al-Nabhani di Al Quds

Palestina pada tahun 1953. Sejak awal didirikan gerakan Islamis ini menyebut

organisasinya sebagai Partai Politik yang membedakan dengan Ikhwanul

Muslimin. Pada awalnya Hizb Tahrir juga telah mencoba mendaftarkan

organisasinya ke Departemen Dalam Negeri Pemerintahan Yordania sebagai

partai politik, namun oleh pemerintah Yordania permohonan tersebut ditolak

bahkan organisasinya dilarang.19

Latar belakang didirikannya HTI dapat ditinjau dari dua aspek yaitu,

historis dan normatif. Dari aspek historis, Hizb Tahrir menilai bahwa umat Islam

telah lama mengalami kemunduran, terhitung sejak abad ke 19 umat Islam telah

mengalami kemunduran pemikiran dan peradaban. Kehidupan sosial, politik,

ekonomi semakin menurun. Dengan keadaan seperti itu, Hizb Tahrir berupaya

untuk melepaskan keterpurukan umat Islam.20

18

Ekawati, “Nahdlatul Ulama“, 247. 19

Yahya Abdurrahman, “Biografi Singkat Pendiri Hizbut Tahrir Syaikh Taqiyuddin an-

Nabhani”, Al-Wa‟ie, (Vol. 5, No. 55, Maret 2005), 35-36. 20

Ainur Rofiq Al-Amin, “Demokrasi Perspektif Hizbut Tahrir Versus Religious Mardom

Salari Ala Muslim Iran”, Islamica, (Vol. 8, No. 1, September 2013), 29.

Page 55: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

43

Menurut Taqiyudin An Nabani, setelah runtuhnya kehkhalifahan Turki

Ottoman pada tahun 1924, umat Islam mulai mengalami penurunan dari segala

aspek kehidupan. Umat Islam semakin direndahkan oleh bangsa Barat. Oleh

karena itu munurut Taqiyudin, umat Islam harus kembali kepada sistem ke

khalifahan agar umat Islam kembali kepada puncak kejayaannya dan tidak lagi

direndahkan derajatnya.21

Sedangkan dari aspek normatif, didirikannya Hizb Tahrir karena perintah

Allah yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 104. Dalam tafsiran ayat tersebut,

menurut HTI, umat Islam harus melakukan dakwah dengan amar ma‟ruf nahyi

munkar. Dakwah yang dilakukan juga harus memiliki jamaah yang terorganisir

berupa partai politik.22

Menurut Ainur Rofiq, berdirinya Hizb Tahrir disebabkan karena telah

berdirinya negara Israel pada tahun 1948, setelah itu Israel malakukan penjajahan

kenegara-negara sekitarnya termasuk ke Palestina tanah kelahiran pendiri Hizb

Tahrir. Hizb Tahrir melakukan perlawanan terhadap penjajahan itu, karena

negara-negara dunia memiliki solidaritas tinggi untuk membela Palestina, peluang

itu dimanfaatkan oleh Hizb Tahrir untuk melebarkan organisasinya ke negara-

negara lain.23

Tujuan didirikannya Hizb Tahrir adalah untuk melanjutkan kehidupan

umat Islam dan mengemban misi dakwah. Menurut Hizb Tahrir untuk

21

Al-Amin, “Demokrasi Perspektif Hizbut Tahrir”, 29. 22

Al-Amin, “Demokrasi Perspektif Hizbut Tahrir”, 29. 23

Masdar Hilmy, Islam sebagai Realitas Terkonstruksi, (Yogyakarta: Kanisius, 2009),

133.

Page 56: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

44

menyelesaikan persoalan umat Islam yang begitu komplek yaitu dengan cara

mengembalikan hukum syariat Islam dan menegakkan negara khilafah.24

Hizb Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980, pada awal gerakannya

di Indonesia HTI melakukan dakwah-dakwah di kampus besar seluruh Indonesia.

Setelah orde baru tahun 1990, dakwah HTI mulai berkembang dan menyebar

kemasyarakat, dakwah tersebut dilakukan di mesjid-mesjid, perkantoran dan

perusahaan.25

HTI merupakan organisasi radikal jika dilihat dari ide politiknya, namun

upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuannya menggunakan cara-cara yang

damai. HTI dikatakan radikal karena yang diperjuangkan adalah melakukan

perubahan politik fundamental dengan cara melakukan penghancuran secara total

negara bangsa yang sudah berdiri sampai saat ini. Setelah dihancurkan, negara

tersebut digantikan dengan negara Islam dibawah satu kepemimpinan khilafah.26

HTI dalam melakukan suatu gerakan tidak dengan cara frontal seperti

organisasi radikal lainnya, contohnya Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Tetapi

HTI melakukan gerakan secara bertahap, oleh karena itu sampai sekarang belum

ada bukti yang cukup kuat yang dilakukan HTI dalam melakukan tindakan

kekerasan ataupun terorisme. Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh HTI untuk

mencapai tujuan politiknya sebagai berikut:

24

Al-Amin, “Demokrasi Perspektif Hizbut Tahrir”, 30. 25

Al-Amin, “Demokrasi Perspektif Hizbut Tahrir”, 31. 26

Anzar Abdullah, “Gerakan Radikalisme dalam Islam: Perspektif Historis”, Addin,

(Vol.10, No.1, Februari 2016), 10.

Page 57: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

45

a. Tahap Tatsqif (pembinaan dan perkaderan), tahapan ini dilakukan untuk

merekrutrut orang-orang bergabung dengan HTI dan memiliki tujuan politik

yang sama, tahapan ini adalah modal awal untuk membentuk kerangka sebuah

partai.

b. Tahap tafa‟ul (interaksi), tahapan ini bertujuan untuk melakukan interaksi

dengan umat agar mampu mengemban dakwah Islam, sehingga umat akan

menjadikan dakwah sebagai urusan utama dalam hidupnya. Dengan terus

melakukan dakwah maka dapat mempengaruhi masyarakat lebih luas

c. Tahap istilamul hukmi (pengambil alihan kekuasaan), apabila kekuasaan sudah

diambil alih maka HTI mampu menerapkan hukum Islam secara total dan juga

dapat menyebarkannya keseluruh dunia.27

Dari ketiga tahapan inilah HTI melakukan upaya pendirian negara Islam.

perjuangan HTI dilakukan dari bawah mulai dari melakukan perekrutan anggota,

proses perkaderan, berdakwah ke masyarakat, menyebarkan informasi melalui

media massa, famplet, seminar-seminar dan angkah-lagkah strategis lainnya.

Pengambil alihan kekuasaan yang dilakukan HTI tidak dilakukan melalui

jalur konstitusional seperti mendirikan partai politik dan mengikuti pemilu untuk

mendapatkan kekuasaan. Tetapi HTI melakukannya secara sistematis dari

menggalang basis massa, melakukan doktrin, dan ketika sudah pada waktu yang

tepat, HTI melakukan revolusi seperti yang pernah dilakukan di Hizbut Tahrir

dinegara Palestina dan beberapa negara lainnya. Dalam portal resmi HTI pada

tahun 2014 pun ketua DPP HTI pernah menyerukan kepada militer untuk merebut

27

Abdullah, “Gerakan Radikalisme dalam Islam”, 11.

Page 58: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

46

kekuasaan. Dalam portalnya HTI mengatakan “Wahai tentara, wahai polisi, wahai

jenderal-jenderal tentara Islam, ambil kekuasaan itu, dan serahkan kepada Hizbut

Tahrir untuk mendirikan khilafah”.28

HTI ini lahir pada masa kontemporer sekarang ini, organisasi ini lebih

merespon terhadap permasalah luar Islam, HTI lebih memperjuangkan terhadap

dominasi dan hegemoni Barat melului proyek-proyek konolonisasi yang menjajah

negara-negara muslim di dunia. HTI selalu mengagungkan dan mengunggulkan

kejayaan Islam pada masa lampau, yang ditekankan adalah benturan budaya

dengan Barat, bukan melakukan upaya harmonisasi antara Barat dan Islam.29

28

https://IslamIndonesia.id/berita/portal-hti-seru-militer-rebut-kekuasaan-kembali-jadi-

sorotan.htm di unduh pada Jumat, 07 September 2018. 29

Abdullah, “Gerakan Radikalisme dalam Islam”, 13.

Page 59: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

47

BAB IV

PRO KONTRA ATAS PEMBUBARAN HTI

A. Faktor-Faktor Pembubaran HTI

Pada tahun 2006, HTI tercatat di Kementrian Dalam Negeri sebagai

organisasi sosial keagamaan dengan nama Perkumpulan Hizbut Tahrir Indonesia.

Setelah itu pada tanggal 2 Juli 2014, Setelah pendiriannya, lengkap dengan

anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan susunan kepengurusannya,

perkumpulan ini juga telah memohon untuk mendapatkan pengesahan sebagai

perkumpulan berbadan hukum kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia. melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM

tentang pengesahan pendirian badan hukum perkumpulan, HTI berhasil

mendapatkan status Badan Hukum Perkumpulan di Kementrian Hukum dan HAM

melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum), yaitu suatu sistem

layanan pengesahan akta perkumpulan/persekutuan secara online.

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an. Namun para

pendiri dan penggiat HTI menyembunyikan identitas sesungguhnya, dengan tidak

mendeklarasikan dan mendaftarkan sebagai partai politik, melainkan hanya

sebagai organisasi masyarakat (perkumpulan) atau organisasi non-politik bernama

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pengelabuan ini merupakan bagian dari strategi

penyusupan kedalam berbagai struktur pemerintahan dan tatanan masyarakat.1

1 Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 3.

Page 60: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

48

Melalui pengamatan pemerintah yang sudah dilakukan sejak lama terhadap

kegiatan yang dilakukan HTI, atas fakta dan pemikiran serta pertimbangan, demi

melindungi kepentingan yang lebih besar dan demi keselamatan seluruh rakyat

Indonesia, maka Kementrian Hukum dan HAM mencabut status pendirian badan

hukum perkumpulan HTI, tertanggal 19 Juli 2017. Pencabutan status badan

hukum perkumpulan HTI mengacu pada penerbitan Perppu ormas No. 2 Tahun

2017 tentang organisasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam

pencabutan SK dan pembubaran HTI, yaitu sebagai berikut:

Pertama HTI ingin Mendirikan Khilafah. Sebagai suatu organisasi politik,

HTI membawa konsep khilafah yang menurut interpretasinya sebagai satu-

satunya model pemerintahan dalam Islam. Dalam konsep ini, seluruh rakyat

Indonesia harus tunduk pada pemerintahan khilafah, yang dipimpin oleh seorang

khalifah yang mungkin saja berada di luar Indonesia. sebagai konsekuensinya dari

pandangan tersebut, HTI tidak percaya pada nasionalisme dan karenanya tidak

percaya pada konsep NKRI yang berdaulat. Menurut mereka Indonesia

seharusnya adalah bagian dari khilafah Islam.2

Kedua, HTI tidak mempercayai Pancasila dan UUD 1945. Ketiga, HTI

juga tidak mempercayai demokrasi dan sistem pemilihan umum. Apabila saat ini

HTI menerimanya, maka itu dilakukan hanyalah dalam retorika dan untuk

2 Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 3.

Page 61: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

49

sementara. Prinsip dan tujuan HTI, suatu saat nanti Indonesia harus menjadi

bagian dari khilafah Islam.3

Keempat, dalam doktrin radikal HTI semua negara di dunia saat ini

merupakan dar al kufur (negara orang kafir) dan dar al-harb (negara yang boleh

diperangi). Kelima, HTI menginginkan kedaulatan rakyat diganti dengan

kedaulatan Tuhan, khalifah hanya laki-laki muslim, bahasa kehalifahan hanya

bahasa Arab. Keenam HTI menganggap demokrasi, HAM, kesetaraan gender,

pluralisme adalah paham kafir.4

Dalam konsep kekhalifahan Islam yang dibayangkan HTI, sebuah negara

baru dikatakan sah sebagai negara Islam apabila negara tersebut telah menerapkan

hukum Islam dan kekuasaan pemerintahannya harus dikendalikan oleh kaum

muslim, sedangkan non-muslim adalah masyarakat kelas dua yang tidak memiliki

hak politik yang sama.5

Tujuan HTI mendirikan suatu negara Islam berbentuk khilafah tersebut

tentu saja sangat bertentangan dengan tujuan NKRI yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945, yang sangat menjamin kesetaraan dalam segala aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat Indonesia yang berbeda suku,

agama, budaya dan bahasa.

3 Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 3. 4 Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 4. 5 Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 4.

Page 62: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

50

Oleh karena itulah, HTI yang mempunyai ideologi bertentangan dengan

Pancasila dan UUD 1945, maka seharusnya HTI tidak boleh dan tidak punya hak

hidup di bumi Indonesia yang penuh dengan kemajemukan ini. Hizbut Tahrir juga

telah dilarang dan dibubarkan di beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Arab

Saudi, Libya, Turki, Malaysia dan negara lainnya, kurang lebih sudah ada 20

negara yang melarang keberadaan Hizbut Tahrir.6

B. Sikap HTI terhadap Keputusan Pemerintah

Dicabutnya status pendirian badan hukum perkumpulan HTI dengan

terbitnya keputusan Menteri Hukum dan HAM, membuat HTI merasa dirugikan

karena tidak dapat lagi melakukan kegiatan seperti dakwah, mengadakan

pengajian, seminar, menerbitkan buku dan kegiatan lainnya. Selain tidak dapat

melakukan kegiatan, dampak yang terjadi adalah adanya intimidasi kepada para

anggota HTI ditengah-tengah masyarakat, seperti tuntutan mempidanakan anggota

HTI, pemberian sanksi dalam pekerjaannya, pemburuan dosen-dosen HTI dan

bentuk intimidasi lainnya. Oleh karena itu HTI melakukan upaya hukum dengan

mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).7

Dalam pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No 9 Tahun 2004 tentang

perubahan atas Undang-Undan No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara menyatakan:

“orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan

oleh keputusan Tata Usaha Negara, dapat mengajukan gugatan tertulis

kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan

6 Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 5. 7 Wawancara dengan Ust Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), pada tanggal 4 Juni 2018.

Page 63: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

51

Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,

dengan atau tanpa disertai ganti rugi dan/atau direhabilitasi”.8

Dalam pengajuan gugatan ke PTUN ini, Prof Yusril Ihza Mahendra

menjadi kuasa hukum HTI. Pihak HTI menganggap bahwa keputusan Tata Usaha

Negara yang diterbitkan oleh Kementrian Hukum dan HAM, bertentangan dengan

peraturan perudang-undangan yang berlaku dan bertentangan dengan Asas-Asas

Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).9

Menurut Ust. Ismail Yusanto bahwa semenjak berdiri dan memperoleh

status berbadan hukum, HTI selalu menjalankan kegiatan dengan tetap

berpedoman kepada hukum yang berlaku, kegiatan yang dilakukan selalu

mendapatkan izin, berjalan aman, damai dan tidak menimbulkan gangguan bagi

kelompok masyarakat. Bahkan selama menjalankan kegiatannya baik pengurus

maupun anggotanya, baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah, HTI tidak

pernah disangka/didakwa melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh

hukum, tidak ada satupun pegurus atau anggotanya yang pernah dipanggil,

diperiksa, ataupun diberi surat peringatan karena diduga melakukan pelanggaran

administratif atau pidana.10

Ust. Ismail Yusanto menyatakan bahwa HTI juga memiliki identitas dan

asas yang jelas sebagaimana dituangkan dalam pasal 4 AD HTI yaitu “gerakan

dakwah Islam berasaskan Islam didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

8 UU No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan tata Usaha Negara, dalam Dokumen Gugatan

HTI dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan Oktober dan

diperbaiki pada bulan November 2017, 8. 9 Dokumen Gugatan HTI dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, yang

diajukan pada bulan Oktober dan diperbaiki pada bulan November 2017, 3. 10

Wawancara dengan Ust Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), pada tanggal 4 Juni 2018.

Page 64: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

52

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945” sedangkan tujuan didirikannya HTI

adalah untuk “melanjutkan kehidupan Islam dengan menegakkan syariat Islam

sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (kaffah)”.11

Bagi

HTI, identitas, asas dan tujuan berdirinya HTI adalah suatu hal yang normal dan

sah, dan tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan dasar negara Pancasila dan

UUD1945. HTI juga mengakui keberadaan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.

Dalam dakwah yang dilakukan HTI yang selalu membawakan materi

tentang khilafah, dianggap oleh HTI sebagai bagian dari ajaran Islam yang

dibahas dalam begitu banyak literatur Islam dari zaman awal Islam hingga

sekarang. Dalam sejarah pemikiran Islam, khilafah termasuk kajian dalam bidang

politik dan fiqih siyasah, yang dalam sejarahnya terbuka untuk didiskusikan dan

terdapat banyak tafsir yang berbeda dari para ulama, pemikir dan fuqaha.12

HTI

beranggapan khilafah yang sering dijadikan materi dakwah itu tidak bertentangan

dengan Pancasila.

Menurut salah satu kuasa hukum HTI, Gugum Ridho Putra, S.H., M.H.

bahwa Perppu ormas yang diterbitkan oleh pemerintah dianggap memang

ditargetkan untuk membubarkan HTI. Dalam membubarkan HTI pemerintah tidak

pernah mengajak berdialog untuk saling menjelaskan perbedaan pandangan

mengenai suatu masalah. Sampai dicabutnya status badan hukum pendirian HTI,

tidak diketahui atas dasar dan alasan apa pemerintah membubarkannya. Dalam

11

Wawancara dengan Ust Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), pada tanggal 4 Juni 2018. 12

Wawancara bersama Ust Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), pada tanggal 4 Juni 2018.

Page 65: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

53

SK pencabutannya pun pemerintah tidak mencantumkan penjelasan

dibubarkannya.13

Tindakan yang dilakukan Menko Polhukam juga dianggap telah

melanggar norma dan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, yang dalam

pasal 55 ayat (1) dikatakan “setiap keputusan harus diberi alasan pertimbangan

yuridis, sosiologi, dan filosofis yang menjadi dasar penetapan keputusan”.14

Dalam SK nya juga tidak secara jelas dasar hukum apa yang dijadikan sebagai

landasan untuk mengambil keputusan dan konsideran mengingatnya, sehingga

HTI tidak mengetahui pasal mana yang telah dilanggar. Penyebutan secara umum

norma peraturan perundang-undangan tanpa secara spesifik menyebutkan pasal

mana yang dilanggar adalah melanggar asas kecermatan, yang merupakan salah

satu AAUPB tentang Administrasi Pemerintahan.15

Oleh karena itu, berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tersebut, HTI meminta agar SK yang telah

diterbitkan itu untuk dibatalkan dan dinyatakan tidak sah.

C. Tanggapan Kementrian Hukum dan HAM

Dalam menjawab gugatan HTI yang diajukan dalam bentuk tertulis di

PTUN, Kementrian Hukum dan HAM sebagai pihak tergugat memberikan

jawaban dan uraian tentang dasar alasan kenapa HTI dibubarkan melalui SK

pencabutan status badan hukum pendirian HTI. Kementrian Hukum dan HAM

13

Wawancara bersama Gugum Ridho Putra, S.H., M.H. (Kuasa Hukum HTI), pada

tanggal 4 Juni 2018. 14

Dokumen Gugatan HTI dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, yang

diajukan pada bulan Oktober dan diperbaiki pada bulan November 2017, 18. 15

Wawancara dengan Gugum Ridho Putra, S.H., M.H. (Kuasa HTI), pada tanggal 4 Juni

2018.

Page 66: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

54

menyatakan bahwa SK pembubaran yang dikeluarkan tidak bertentangan dengan

hukum dan telah sesuai dengan AUPB karena: pertama, ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang. Kedua, dibuat sesuai prosedur. Ketiga, substansinya sesuai

dengan objek keputusan.16

Pertama, Pejabat berwenang yang dimaksud dalam menerbitkan SK

pembubaran HTI adalah Dirjen Administrasi Hukum Umum atas nama Menteri

Hukum dan HAM sesuai dengan pasal 61 ayat (3) Perppu Ormas yang

menyatakan bahwa sanksi administratif berupa pencabutan SK dan pencabutan

status badan hukum langsung dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri atau Menteri

Hukum dan HAM.

Kedua, Selain memiliki kewenangan secara hukum, SK pembubaran HTI

juga telah dibuat sesuai prosedur. Adapun prosedur yang telah dilalui yaitu:

pertama, mencabut status badan hukum yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan

HAM terhadap ormas yang ideologinya dan kegiatannya dengan nyata

mengancam kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Mengacu

pada pasal 61 ayat (3) yang berbunyi “penjatuhan sanksi administratif berupa

pencabutan status badan hukum”17

dan pasal 61 ayat (4) Perppu Ormas yang

berbunyi “dalam melakukan pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Menteri yang menyelenggarakan pemerintahan dibidang hukum dan ham dapat

meminta pertimbangan dari instansi terkait”18

Mengacu pada pasal tersebut,

16

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 11. 17

Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Pasal 61 Ayat 3, 16. 18

Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Pasal 61 Ayat 4, 16.

Page 67: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

55

penerbitan SK telah melalui pertimbangan intansi terkait yang dimaksud yaitu

Kementrian Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

Ketiga, substansinya sesuai dengan objek keputusan. Adapun substansi

yang dimaksud bahwa dalam SK yang diterbitkan telah memberikan sanksi

berupa pencabutan status badan hukum, terhadap ormas yang mengancam

kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.19

Menurut, kuasa hukum pihak pemerintah menjelaskan bahwa HTI telah

mengingkari asas-asas umum yang berlaku untuk organisasi kemasyarakatan yang

berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945 didalam NKRI. Pengingkaran yang

dilakukan oleh HTI tersebut dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif

untuk mengganti Pancasila dengan sistem khilafah yag berbahaya bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara, antara lain:20

a. HTI mendaftarkan diri sebagai organisasi kemasyarakatan, padahal HTI adalah

organisasi politik (partai) yang bertujuan untuk merebut kekuasaan. Secara

etimologis hizb artinya partai, sedangkan tahrir adalah pembebasan, sehingga

menjadi partai pembebasan.

b. HTI memiliki kesamaan tujuan politikdengan seluruh organisasi politik Hizbut

Tahrir diberbagai negara yaitu membubarkan negara-negara bangsa (nation

states) termasuk NKRI, untuk menjadi bagian dari suatu kekhalifahan

19

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 13. 20

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 15.

Page 68: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

56

c. HTI telah membuat Rancangan Undang-Undang Dasar Islami versi Hizbut

Tahrir (AD Dustur Al Islami) sebagai pengganti UUD 1945, yang ditulis oleh

Taqiyudin An-Nabhani.

d. HTI telah berulangkali melakukan kegiatan di berbagai daerah yang telah nyata

bertentangan dan bahkan hendak menggantikan Pancasila.

e. HTI dengan terbuka mengadakan Konferensi Internasional tentang khilafah

yang dihadiri oleh ribuan peserta di Gelora Bung Karno.

f. HTI mengadakan muktamar khilafah tanggal 2 Juni 2013 di Gelora Bung

Karno

g. Dalam Anggaran Dasarnya, HTI mencantumkan NKRI, Pancasila, dan UUD

1945 namun dalam kegiatan-kegiatannya HTI mengingkari keberadaan NKRI,

Pancasila dan UUD 1945.

HTI selalu melakukan dotrin kepada masyarakat melalui media atau forum

dakwah, diskusi, seminar, pengajian, penerbitan buku, dan demonstrasi yang

berisikan penyampaian ideologi politik. Dalam penyampaian doktrin-doktrin

ideologisnya tersebut, HTI selalu mengangkat isu kondisi sosial politik dari sisi

negatif sebagai bentuk kekeliruan pemerintah, hukum positif (undang-undang dan

berbagai peraturan dibawahnya), konstitusi dan dasar negara Pancasila, yang

semuanya dianggap sebagai produk darul kufur yang bertentangan dengan ajaran

Islam.

Doktrin yang dilakukan HTI bertujuan untuk menghilangkan kepercayaan

masyarakat terhadap dasar negara, yang semuanya diinternalisasikan secara

ideologis kedalam pikiran setiap kader dan calon-calon kader HTI.

Page 69: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

57

HTI tidak mengakui sistem kenegaraan NKRI yang menurutnya sebagai

dar al-kufur (negara orang-orang kafir) dan dar al-harb (negara yang harus

diperangi), serta bermaksud menegakkan paham khilafah untuk mengganti dasar

negara Pancasila dan UUD 1945 beserta seluruh sistem hukumnya yang menurut

HTI adalah sistem thagut yaitu sistem pemerintahan yang tidak mengatur tatanan

kehidupan rakyatnya dengan menggunakan hukum Allah.21

Apa yang telah

dicantumkan didalam anggaran dasar HTI yang mengakui Pancasila dan UUD

1945, namun tidak sesuai dengan implementasinya, maka itu merupakan suatu

pelanggaran asas-asas organisasi kemasyarakatan dan merupakan wujud pikiran

dan niat jahat yang telah ada sejak organisasi kemasyarakatan didaftarkan.22

HTI menganggap bahwa syariat Islam adalah salah satu hukum positif

NKRI. Namun sebenarnya dalih yang disampaikan oleh HTI tersebut

mengandung logika berpikir yang keliru dan manipulatif. Hukum syariat Islam

adalah hukum yang secara jelas, tegas,dan nyata hanya berlaku kepada Warga

Negara Indonesia yang beragama Islam saja. Sedangkan HTI ingin mendirikan

suatu Daulah Khilafah Islamiyah yang berdasarkan akidah Islamiyah sebagai

dasar negara dan memberlakukan syariat Islam bagi seluruh warga negaranya

tanpa terkecuali.23

Kekeliruan pernyataan HTI yang lain adalah tentang paham khilafahnya

tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 dan masih bisa

21

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 16. 22

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 16. 23

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 16.

Page 70: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

58

diperdebatkan/didiskusikan. Dari pandangan tersebut, ada dua hal yang sangat

penting untuk disampaikan yaitu:24

a. Pertentangan antara paham khilafah dengan konsep NKRI yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 sangatlah nyata karena:

Konsep negara yang dianut HTI adalah Negara Agama, bukan Negara Hukum.

Prinsip ini ditegaskan oleh Taqiyudin An-Nabhani dalam Daulah Islam:

“Wajib bagi seluruh kaum muslimin untuk menegakkan Daulah

Islamiyah, karena apabila tidak diwujudkan, maka Islam tidak akan

pernah terwujud dan berpengaruh dalam bentuk apapun kecuali dengan

adanya sebuah Negara. Negara manapun tidak akan pernah dikatakan

sebagai Negara Islam, kecuali Negara tersebut menegakkan Daulah

Islamiyah dalam menjalankan pemerintahannya.”

Undang-Undang Dasar dalam sistem Daulah Khilafah Islamiyah bukanlah

UUD 1945 melainkan akidah Islamiyah. Hal ini disebutkan dalam Daulah

Islamiyah:

Akidah Islam menjadi dasar Negara, apapun yang dilakukan oleh

Negara seperti mengeluarkan kebijakan dan meminta

pertanggungjawaban harus berdasarkan Akidah Islam. Karena pada

hakikannya, Akidah Islam asas undang-undang dasar Negara dan

merupakan perundang-undangan syari’i”.

Paham khilafah tidak mengenal pembagian kekuasaan eksekutif, legislatif, dan

yudikatif, sebagaimana yang ditulis oleh Taqiyudin An-Nabhani:

“khalifah melegislasi hukum-hukum syara tertentu yang dijadikan

sebagai undang-undang dasar dan undang-undang negara, yang telah

disahkan oleh khalifah menjadi hukum syara yang wajib dilaksanakan

menjadi perundang-undangan resmi yang wajib ditaati oleh setiap

individu rakyat, secara lahir maupun batin”.

HTI menyatakan bahwa konsep demokrasi dan HAM sebagai paham kafir:

24

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 17-18.

Page 71: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

59

“untuk saat ini, segala gagasan atau ide yang merupakan akidah kufur

harus di tentang dan dijelaskan kebatilannya. Misalnya sekularisme,

pluralisme, dan liberalisme merupakan ide yang harus ditentang.

Begitu juga gagasan cabang seperti demokrasi, HAM, kesetaraan

gender dan lain-lain”.

Prinsip kekhilafahan bertentangan dengan prinsip equality before the law

karena hak kaum muslim lebih besar dibandingkan umat beragama lainnya,

sebagaimana ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar Khilafah

Hizbut Tahrir.

b. Fatwa MUI hasil ijtima ulama komisi fatwa se-Indonesia ketiga tahun 1430

H/2009M di Padang Panjang tanggal 24-26 Januari 2009 yaitu fatwa tentang

masail asasiyah wathaniyah (masalah-masalah strategis kebangsaan)

menyatakan antara lain:25

Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk NKRI dengan Pancasila

sebagai falsafah bangsa dan UUD 1945 sebagai konstitusi merupakan ikhtiar

untuk memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan bersama

dimana kesepakatan ini mengikat seluruh elemen bangsa.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk baik suku, ras, budaya,

maupun agama, karenanya bangsa Indonesia sepakat untuk mengidealisasikan

bangsa ini sebagai bangsa yang majemuk dengan semboyan bhineka tunggal

ika.

Umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa ini harus terus menjaga

konsensus nasional tersebut.

25

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 19.

Page 72: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

60

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, setelah proklamasi 1945, Islam

memandang posisi umat beragama merupakan bagian warga bangsa yang

terikat oleh komitmen kebangsaan sehingga harus hidup berdampingan secara

damai dengan prinsip mu‟ahadah dan muwatsaqah, bukan posisi muqatalah.

Paham yang dianut, dikembangkan, dan disebarluaskan oleh HTI, pada

faktanya menimbulkan bahaya tersendiri bagi kehidupan berbangsa dan bernegara

karena menimbulkan kecenderungan terjadinya kekerasan fisik dan potensi

memunculkan konflik horizontal dalam upaya mencapai tujuan, diantaranya:26

Adanya seruan terhadap militer untuk mengambil alih kekuasaan dan

menyerahkan kepada penggugat.

Adanya penolakan dari elemen masyarakat lain terhadap paham ayang

disebarluaskan, sehingga menimbulkan gesekan dimasyarakat

Adanya fakta bahwa terdapat tokoh-tokoh radikal, baik yang sudah berstatus

terpidana maupun yang belum menjalani proses hukum, yang mempunyai

paham yang sama dan terafiliasi dengan HTI.

SK yang dikeluarkan kemenkumhampun tidak bertentangan dengan

ketentuan pasal 55 ayat (1) UU Adminsitrasi Pemerintahan seperti yang

disampaikan oleh HTI untuk minta segera dibatalkan keputusan tersebut.

Ketentuan pasal 55 ayat (1) UU Administrasi Pemerintahan menyatakan: “setiap

keputusan harus diberi alasan pertimbangan yuridis, sosiologis, dan filosofis yang

26

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 19-20.

Page 73: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

61

menjadi dasar penetapan keputusan”. Penjelasan pasal 55 ayat (1) UU

Administrasi Pemerintahan sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan pertimbangan yuridis adalah landasan yang

menjadi dasar pertimbangan hukum kewenangan dan dasar hukum

substansi.

Yang dimaksud dengan pertimbangan sosiologis adalah landasan yang

menjadi dasar bagi masyarakat.

Yang dimaksud dengan pertimbangan filosofis adalah landasan yang

menjadi dasar kesesuaian dengan tujuan penetepan keputusan”.27

Pengertian dari pertimbangan yuridis, sosiologis dan filosofis adalah

mempunyai kata kunci “landasan”. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai

bentuk dari pertimbangan yuridis, sosiologis, dan filosofis ini. Dengan demikian

dapat diartikan bahwa alasan pertimbangan ini tidak menekankan pada bentuk

atau format, melainkan lebih menekankan pada keberadaan landasan atau dasar

yang digunakan sebagai alasan penerbitan SK. Dengan kata lain, bentuk landasan

disini dapat berupa aturan hukum atau produk lainnya dan tidak harus dalam

bentuk narasi deskriptif.28

SK yang telah memuat landasan penerbitan SK dalam bagian konsideran

yang merupakan alasan pertimbangan yuridis, sosiologis, dan filosofis dengan

penjelasan sebagai berikut:

Pertimbangan yuridis. Landasan yang menjadi dasar pertimbangan hukum

kewenangan dan dasar hukum substansi terdapat dalam bagian “mengingatnya”

didalam konsideran SK.

27

Pasal 55 ayat (1) UU Administrasi Pemerintahan, dalam Dokumen Jawaban Tergugat

(Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan

November 2017, 22. 28

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 22.

Page 74: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

62

Pertimbangan sosiologis. Landasan yang menjadi dasar manfaat bagi

masyarakat terdapat dalam bagian “menimbangnya” didalam konsidera SK.

Pertimbangan filosofis. Landasan yang menjadi dasar kesesuaian dengan

tujuan penetapan SK terdapat dalam bagian “memperhatikannya” didalam

konsideran SK, khususnya Perppu ormas. Dalam penjelasan umum Perppu

ormas telah diuraikan pokok-pokok pikiran mengenai alasan filosofis yang

mendasari penerbitan SK.29

Dengan demikian terbukti bahwa SK telah memuat alasan pertimbangan

yuridis, sosiologis, dan filosofis. Oleh karena itu, alasan HTI yang mengatakan

bahwa tidak ada alasan yuridis, sosiologis, dan filosofis dalam SK yang

diterbitkan oleh kemenkumham, merupakan alasan yang tidak dibenarkan dan

tidak dapat dibatalkan. Hasil sidangp PTUN pun, terkait gugatan HTI untuk

membatalkan pencabutan SK yang dikeluarkan oleh kemenkumhan tidak diterima

oleh majelis hakimdan menolak permohonan HTI sebagai penggugat untuk

diterbitkannya penetapan penundaan. Sikap yang dilakukan HTI setelah

ditolaknya gugatan di PTUN adalah melakukan banding untuk tetap

memperjuangkan agar pembubaran HTI dibatalkan.

D. Dukungan NU terhadap Terbitnya Perppu Ormas dan Pembubaran HTI

Penerbitan Perppu ormas yang dilakukan pada tanggal 10 Juli

mendapatkan reaksi pro dan kontra dikalangan masyarakat maupun ormas. NU

adalah salah satu organisasi masyarakat yang menyatakan dukungannya terhadap

29

Dokumen Jawaban Tergugat (Kemenkumham) dalam Sidang Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, yang diajukan pada bulan November 2017, 23.

Page 75: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

63

penerbitan Perppu tersebut. NU dengan 14 organisasi masyarakat yang tergabung

dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menyatakan dukungannya atas

keputusan pemerintah tersebut. KH Said Aqil Siradj menyatakan bahwa dukungan

tersebut adalah bentuk komitmen untuk menindak lanjuti ormas anti-Pancasila

dan UUD 1945.30

terbitnya Perppu ormas adalah salah satu strategi negara untuk

membuat keamanan. Isi dari Perppu tersebut bukan memerangi ormas Islam,

tetapi memerangi ormas yang tidak setuju dengan Pancasila.

Dr. KH. Marsudi Syuhud ketua PBNU mengatakan terbitnya Perppu untuk

menghindari terjadinya kerusakan.

“Mengambil dari kaidah fikih dar‟u al mafasid muqoddamun ala jalbil

masholih (mencegah kerusakan harus lebih didahulukan untuk

mendatangkan kebaikan). Selain itu terbitnya Perppu bertujuan untuk

mencari titik limashlahatil ammah (untuk kemaslahatan umat) yaitu

kemaslahatan untuk rakyat Indonesia. Untuk mencari kemaslahatan

tersebut maka pemerintah harus hadir dan segera mencegah terhadap hal-

hal yang menimbulkan kekacauan. Salah satu alat untuk mencegahnya

adalah Perppu”.31

Selain itu NU juga mendukung dibubarkannya HTI, pembubaran HTI

tersebut adalah kelanjutan dari diterbitkannya Perppu ormas, HTI dianggap

sebagai organisasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

KH Ahmad Ishomuddin (Rais Syuriah PBNU) memberikan definisi Hizbut

Tahrir sebagai berikut:

“Hizbut Tahrir memiliki arti yaitu Parta Politik, HT memiliki ideologi

Islam, maka kegiatan yang dilakukannya adalah kegiatan politik, Islam

dijadikan sebagai ideologi yang diperjuangkan. HT mengajak umat Islam

dan pengikutnya untuk mengembalikan kekhilafahan. HTI merupakan

30

http://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/20330571/14.ormas.Islam.desak.pemerinta

h.percepat.pembuaran.hti di akses pada tanggal 6 Desember 2017. 31

ILC, “Panas Setelah Perppu Ormas”.

Page 76: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

64

bagian dari Hizbut Tahrir, oleh karena itu, HTI juga merupakan Partai

Politik bukan organisasi keagamaan, sosial, pendidikan ataupun ilmiah

seperti yang selalu disampaikan oleh orang-orang HTI”.32

Dalam website resmi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga menyatakan

bahwa Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam, bukan

organisasi kerohanian, bukan lembaga ilmiah, bukan lembaga pendidikan dan

bukan lembaga sosial. HTI bermaksud ingin membangun kembali Daulah

Khilafah Islamiyah dunia.33

Dari berbagai kutipan yang telah disampaikan diatas cukup jelas

mengambarkan bahwa HTI merupakan sebuah partai politik yang masih bagian

dari Hizbut Tahrir yang didirikan oleh Taqiyudin An-Nabhani yang juga masih

partai politik, bahkan satu-satunya partai politik Islam yang memiliki skala

Internasional.

Adapun alasan NU mendukung dibubarkannya HTI adalah sebagai berikut:

1. HTI Menyimpangkan Makna Khilafah

Menurut HTI, khilafah merupakan sebuah kepemimpinan politik yang

ingin menegakkan sistem khilafah Islam yang memiliki cakupan global (al-

khilafah al-Islamiyyah al-„alamiyyah). Akan tetapi, tidak ada satupun menurut

ulama mazhab sunni, dalam kitab-kitabnya yang menjelaskan akan kewajiban

memilih seorang pemimpin yang disebut khalifah untuk memimpin sebuah

wilayah yang memiliki cakupan global dalam sistem Islam.

32

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018. 33

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018.

Page 77: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

65

Tetapi dalam kitab fikih empat madzhab, hanya mewajibkan mengangkat

pemimpin saja (bukan pemimpin politik), Sebagaimana kewajiban tersebut

berdasarkan dalil al-Qur’an, al-Sunnah dan al-ijma’ (konsensus ulama). Dalam

teks fikih klasik tersebut, tidak ada satupun yang menyatakan bahwa khilafah

seperti yang dimaksudkan oleh HTI, yaitu memilih pemimpin politik dalam

cakupan global. Bahkan, dalam Al-Quran maupun hadits yang secara nyata dan

rinci menjelaskan tentang kewajiban mendirikan negara khilafah sesuai yang

dimaksud oleh HTI.34

Dalam hal ini HTI telah melakukan pengalihan makna kata khalifah yang

disebut dalam al-Qur’an dan yang tercantum dalam kitab-kitab fikih klasik kepada

makna khilafah sebagai sistem politik dan pemerintahan atau sebagai bentuk

Negara Islam yang berskala Internasional, ulama pada masa itu tidak menafsirkan

kekhilafahan seperti itu, apalagi dengan keadaan dunia pada saat ini sudah terbagi

menjadi Negara-negara bangsa.

Oleh karena itu, telah terbukti bahwa HTI telah membuat penafsiran yang

keliru dengan cara mengutip dalil-dali dalam Al-Quran dan hadits. HTI juga

mengutip penjelasan ahli fikih tentang hukum pengangkatan seorang pemimpin

itu merupakan pendapat sepihak dan klaim saja.Pada intinya tidak ada kaitannya

sama sekali antara dalil yang dikutip dengan kewajiban menegakkan khilafah

Islamiyah.

2. HTI Menghianati Konsensus Kebangsaan NKRI

34

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018.

Page 78: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

66

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980, yang diberi nama

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sejak masuknya HTI ke Indonesia, tidak ada bukti

sama sekali bahwa HTI memiliki kontribusi yang nyata dalam membangun

negara, mengusir para penjajah di Indonesia, dan mempertahankan kemerdekaan.

Tetapi malah sebaliknnya, kehadiran HTI di Indonesia malah membuat gaduh

dengan kampanye dan propagandanya melalui dakwah-dakwah, pengajian untuk

memperjuangkan khilafah, HTI secara terang-terangan ingin merubah NKRI

dengan negara transnasional.

NKRI merupakan hasil kesepakatan yang sudah bersifat final yang

dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Keinginan HTI dalam mendirikan sebuah

negara yang berbentuk kekhilafahan sudah sangat jelas mengkhianati kesepakatan

bersama yaitu konsensus kebangsaan. HTI telah melakukan perlawanan secara

nyata terhadap kesepakatan yang sudah final tentang bentuk negara Indonesia,

yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sikap HTI yang seperti ini

cukup jelas bertentangan denga sikap kebangsaan para pendiri bangsa, terkhusus

yang memperjuangkan NKRI dari para penjajah yang juga diperjuangkan oleh

para santri, kyai NU, dan masyarakat lainnya.35

Pasca kemerdekaan Indonesia, setelah perjuangan mengusir penjajah yang

dimana santri dan ulama NU terlibat didalamnya, mereka juga berupaya untuk

mengisi kemerdekaan tersebut dengan membangun bangsa dan negara, dengan

cara mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI. Para Ulama, tokoh-tokoh

NU dan warganya menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI. KH

35

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018.

Page 79: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

67

Hasyim Asy’ari pernah memberikan pernyataan yang kini kita kenal dengan

resolusi jihad yaitu membela tanah air hukumnya adalah wajib. Spirit inilah yang

membakar semangat para santri dan warga sekitar untuk turut berperang mengusir

penjajah.36

Tidak ada yang salah dengan NKRI, dalam hukum Islam NKRI adalah

sebuah negara yang sah. NKRI merupakan wadah yang cukup besar untuk dapat

hidup secara bersama-sama bagi seluruh rakyatnya yang sangat beragam.

Kebebasan beragama sangat dijamin, sehingga agama manapun dapat

menjalankan ibadahnya secara aman.

HTI mengklaim bahwa gerakannya merupakan gerakan dakwah, padahal

dalam dakwahnya dibungkus suatu kegiatan untuk mendirikan khilafah

Islamiyyah di Indonesia dan akan menggantikan NKRI, maka gerakan tersebut

merupakan pengkhianatan terhadap konsensus nasioal yang telah disepakati oleh

para pendiri dan rakyat Indonesia. Justru dengan mendirikan khilafah inilah

dikategorikan sebagai sebuah perbedaan yang dilarang oleh agama Islam, karena

akan berdampak terhadap perpecahan dan menimbulkan bahaya besar, hal ini

disebabkan karena dirombaknya ideologi negara yaitu Pancasila yang sejak awal

ideologi tersebut menjadi pemersatu bangsa.37

Oleh karena itu, ide dan kegiatan yang dilakukan oleh HTI tidak

menunjukan sejalannya dengan apa yang telah diperjuangkan oleh para pendiri

bangsa, mereka adalah para ulama besar NU yang turut terlibat sebagai anggota

36

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018. 37

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018.

Page 80: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

68

BPUPKI seperti KH Wahid Hasyim, KH Masykur dan lainnya. Dalam

musyawarah alim ulama pun yang dilakukan di Sokorejo, Jawa Timur pada

tanggal 21 Desember 1983 telah disepakati tentang hubungan Islam dengan

Pancasila yang isinya sebagai berikut: “Pancasila bukanlah agama, tetapi

Pancasila merupakan sebuah falsafah Negara. Penerimaan Pancasila sebagai

falsafah Negara ini telah disepakati dan merupakan perwujudan dari umat Islam

untuk menjalankan syari’at agamanya”. 38

3. HTI Anti Demokrasi

Secara terang-terangan HTI pernah mengatakan bahwa demokrasi adalah

produk orang kafir yaitu Barat, menurut HTI demokrasi merupakan sistem yang

haram. Pernyataan ini diperkuat oleh salah seorang pendiri Hizbut Tahrir bernama

Abdul Al Qodim Zallum dalam tulisannya ia mengatakan:

“Demokrasi yang dipasarkan oleh Barat ke negara-negara kaum muslimin

adalah sistem kafir (nidzamu kufrin), Islam tidak ada hubungan dengan

sistem tersebut, tidak dari dekat maupun tidak dari jauh. Demokrasi

menentang hukum-hukum Islam dengan penentangan yang bersifat

menyeluruh, baik dalam perkara yang bersifat universal maupun perkara

yang bersifat parsial.”39

Penolakan HTI terhadap sistem demokrasi diwujudkan oleh HTI dengan

tidak melibatkan dalam proses demokrasi berbangsa dan bernegara, seperti

pemilihan umum presiden, legislatif dan kepala daerah. Sesungguhnya apa yang

dilakukan oleh HTI dalam menolak sistem demokrasi tersebut justru tidak sejalan

dengan ajaran Islam itu sendiri. Dalam demokrasi masih banyak terdapat nilai-

38

Musyawarah Alim Ulama NU di Sukerejo, Bondowoso, Jawa Timur, pada tanggal 21

Desember 1983, dalam Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus

2018. 39

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018.

Page 81: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

69

nilai yang sejalan dengan ajaran Islam dan tidak dapat dikatakan sebagai sistem

kufur, seperti memilih seorang pemimpin, bermusyawah dalam menyelesaikan

permasalahan negara, bermusyawarah dalam urusan keumatan seperti

musyawarah yang dilakukan oleh para ulama melalui lembaga MUI, memutuskan

suatu perkara dalam suatu persidangan dan lain sebagainya. Pada intinya

demokrasi tidak kontradiksi dengan prisip-prinsip Islam, termasuk dalam hal

politiknya.40

4. HTI Mengharamkan Kecintaan Kepada Tanah Air dan Nasionalisme

Abd Al Qodim Zullum menulis dalam bukunya yang berjudul Nidzam al-

Hukmi fi al-Islam, dibuku tersebut ia melarang cinta terhadap tanah air dan

melarang ada paham kebangsaan, karena paham tersebut tidak berdasarkan aqidah

Islamiyah, adapun penjelasannya sebagai berikut:

“Paham yang diperbolehkan hanyalah paham yang bersumber dari al-

aqidah Islamiyyah, selain paham itu tidak diperbolehkan termasuk paham

kebangsaan, karena paham kebangsaan atau nasionalisme tidak bersumber

dari Aqidah dan sangat berbahaya”.41

Lahirnya negara-negara bangsa yang ada di dunia merupakan kesepakatan

para pendiri bangsa dan masyarakatnya, hal ini merupakan sebuah kenyataan dan

bukti yang ada di dunia ini. Justru wacana Hizbut Tahrir tentang mendirikan

negara khilafah Islamiyah yang bersifat al-alamiyyah (internasional) yang tidak

40

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018. 41

Abd al-Qadim Zallum, Nidzam al-Hukm fi al-Islam, (Beirut-Lebanon: Dar al-Ummat,

2002/1422), 19-20, dalam Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus

2018.

Page 82: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

70

ada buktinya, apalagi dipimpin oleh seorang imam, ini merupakan wacana yang

utopis untuk diwujudkan.42

5. Penegakan Kembali Khilafah Islamiyah Mengancam Keutuhan NKRI

Ada beberapa alasan tentang hal yang tidak mungkin dapat diwujudkan

dalam menegakkan kembali al-khilafah al-Islamiyyah yang pada saat ini negara-

negara di dunia sudah menyepakati sebagai negara bangsa, termasuk Indonesia

berikut alasan-alasannya:43

Didunia ini manusia sangat beragam agamanya, tidak mungkin mendirikan

kehilafahan dalam cakupan Internasional sedangkan agamanya saja beragam,

untuk umat Islamnya saja menganut madzhab yang berbeda-beda yang selalu

menjadi perdebatan sesama umat Islam, dalam hal menentukan seorang

pemimpin/khalifah saja sulit untuk disepakati dan menentukan siapa yang

layak untuk memimpinya, tidak mungkin pula umat Islam akan tunduk pada

satu sistem pemerintahan khilafah Islamiyyah sebagaimana yang

diperjuangkan oleh HTI.

Dalam cakupan nasional saja perebutan kekuasaan selalu terjadi sengketa baik

dari bawah maupun atasnya, apalagi dalam cakupan internasional untuk

perebutan kekuasaan, merubah sistem pemerintahan dan bentuk negara-negara

akan berpotesi menimbulkan sengketa, perpecahan, konflik dan pertumpahan

darah.

42

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018. 43

Wawancara dengan KH. Ahmad Ishomuddin Pada Tanggal 28 Agustus 2018.

Page 83: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

71

Negara-negara bangsa yang telah lama berdiri tidak mungkin menyerahkan

kedaulatannya kepada Hizbut Tahrir begitu saja secara gratis dan damai.

Tidak mungkin dapat menyatukan berbagai negara dalam bentuk negara yang

beragam didunia ini.

Di Indonesia sendiri tidak dapat merubah sistem NKRI yang sudah ada apalagi

membubarkannya, karena undang-undang di Indonesia telah mengatur dan

menegaskan dalam pasal 37 ayat 5 UUD 1945 menyatakan bahwa untuk

bentuk Negara tidak dapat dirubah, bentuk Negara harus tetap Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu apabila negara Indonesia

berubah sistemnya seperti sistem yang diperjuangkan oleh HTI, maka HTI

dengan nyata menentang dan melanggar undang-undang yang telah disepakati.

E. Peran NU Dalam Mencegah Gerakan Radikal

Radikalisme di Indonesia sudah kian mengancam, NU menyadari akan

bahayanya gerakan tersebut oleh karena itu NU telah melakukan banyak hal untuk

mencegah gerakan radikal tersebut. Baik secara individu yaitu melalui tokoh-

tokoh NU dari berbagai ceramah, diskusi atau seminar nasional, buku yang ditulis

dan melalui media sosial. Selain itu NU jua melakukan kerjasama-kerjasama

dengan berbagai pihak, baik dengan lembaga, pemerintah, bahkan lembaga

internasional lainnya.

KH As’ad Said Ali (Wakil Ketua PBNU periode 2010-2015)

menyampaikan bahwa untuk mencegah gerakan radikal dimasyarakat, NU akan

melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan melalui tiga bidang, yaitu dakwah,

sosial dan pemberdayaan perekonomian masyarakat. Karena tiga bidang inilah

Page 84: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

72

yang menjadi permasalah dasar masuknya pemikiran radikal ditengah-tengah

masyarakat.44

Pertama melalui bidang dakwah, yaitu dengan memperkuat nilai-nilai

ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah secara berkesinambungan serta berupaya

mewujudkan kehidupan yang damai dimasyarakat. Kedua dibidang sosial, yaitu

turut terlibat dalam memberikan pelayanan sosial dan meningkatkan

kesejarahteraan masyarakat melalui zakat, infaq dan sedekah. Upaya ini telah

dilakukan NU melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah NU (LAZISNU).

Untuk meningkatkan mutu pendidikan masyarakat, NU juga melakukan

pengembangan kurikulum agar para siswa terbentuk karakter cinta terhadap tanah

airnya. Ketiga dibidang ekonomi, NU juga terlibat untuk mendorong masyarakat

untuk berwirausaha dan mengembangkan konsep ekonomi syariah.45

Program-

program tersebut bukan hanya dilakukan NU melalui struktur yang paling atasnya

saja yaitu PBNU, tetapi tingkatan cabang, lembaga otonom dan lembaga

pendidikan milik NU pun seperti pesantren, sekolah-sekolah turut berperan untuk

menjalankannya.

Untuk mencegah gerakan radikal lainnya, NU juga bekerjasama dengan

lembaga-lembaga dipemerintahan dan ormas-ormas yang sejalan dengan NU

seperti dengan lembaga otonom NU, Wahid Institute dan BNPT dengan

melakukan MoU pada tahun 2012. Kerjasama yang dilakukan NU dengan BNPT

adalah bertujuan untuk mencegah gerakan radikal dengan memperkuat jaringan

anti radikal dikalangan ulama-ulama muda. Pesantren-pesantren NU yang tersebar

44

Aswar, “Organisasi Nahdlatul Ulama, 37. 45

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,58396-lang,id-c,kolom-

t,Peran+NU+dalam+Menangkal+Radikalisme-.phpx Diakses 10 September 2018.

Page 85: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

73

diseluruh Indonesia juga sering dipakai untuk mengadakan kegiatan untuk

mengkampanyekan gerakan anti radikal. NU juga bekerjasama dengan

Kemendikbud dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk

memberikan pendidikan kepada para pelajar tentang Islam moderat dan bahaya

radikalisme. Dibidang kepemudaanpun Pemerintah melalui kemenpora mengajak

NU untuk bekerjasama membentengi para pemuda dan santri-santri dari

radikalisme.46

Dalam skala internasional, NU juga bekerjasama dengan berbagai pihak

diluar negeri untuk menyebarkan gagasannya tentang Islam yang moderat. Seperti

melakukan pertukaran pelajar NU dengan Uni Emirat Arab pada tahun 2015.

Aswaja center NU juga bekerjasama dengan Universiti Tun Husein onn Malaysia

(UTHM) untuk memperkuat Islam yang moderat dengan membentuk majelis

aswaja, majelis tersebut akan mengajarkan nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah.

Bentuk kerjasama dari lembaga tersebut yaitu melakukan pertukaran guru, ustadz,

dan saling bertukan informasi tentang penyebaran gerakan radikalisme diantara

dua negara tersebut.47

NU juga memiliki sebuah gagasan yang besar tentang Islam di Indonesia

yaitu menawarkan sebuah konsep Islam Nusantara, gagasan ini muncul pada

muktamar ke 33 di Jombang pada yahun 2015, tema yang diusung dalam

muktamar tersebut adalah “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban

Indonesia dan Dunia”.48

46

Wawancara dengan KH Marsudi Syuhud Pada Tanggal 13 Agustus 2018. 47

Wawancara dengan KH Marsudi Syuhud Pada Tanggal 13 Agustus 2018. 48

Wawancara dengan KH Marsudi Syuhud Pada Tanggal 13 Agustus 2018.

Page 86: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

74

Islam Nusantara, menurut KH Said Aqil Siradj adalah sebuah konsep

Islam yang melebur dengan kebudayaan Indonesia.49

Islam Nusantara merupakan

Islam yang santun, berbudaya , dan tidak suka mengkafir-kafirkan kelompok lain

yang berbeda paham dengannya. Ajaran Islam di Indonesia tetap dijalankan tanpa

menghilangkan tradisi-tradisi Nusantara, seperti contoh tahlilan, maulidan,

barzanji, perayaan hari raya ketupat yang dimana tradisi tersebut telah ada

sebelum masuknya Islam di Indonesia, dan ketika Islam masuk tradisi tersebut

tidak dihilangkan, tetapi tetap dipertahankan dengan memasukan nilai-nilai Islam,

konsep ini merupakan warisan yang telah dicontohkan oleh wali songo

mengedepankan nilai-nilai dakwah Nusantara tanpa menggunakan kekerasan.

Dengan gagasan Islam Nusantara yang disampaikan oleh NU tersebut,

sangat jelas bahwa tujuannya agar membentengi Negara dari gerakan ormas

radikal yang memperjuangkan Negara Islam seperti HTI.

Muhammad Idrus Ramli Sekretaris Lembaga Batsul Masail NU Kencong

Jawa Timur juga menolak perjuangan khilafah Islamiyah dengan beberapa alasan.

Pertama, makna kepemimpinan yang diwajibkan dalam Islam masih bersifat

umum tidak mesti khilafah. Kedua, kewajiban umat Islam untuk mengangkat

seorang pemimpin tunggal yang akan memimpin umat Islam seluruh dunia dapat

dilakukan apabila memungkinkan untuk dilaksanakan, jika tidak mampu

dilaksanakan maka kewajiban tersebut gugur untuk dilaksanakan. Ketiga, menurut

imam Al-Haramain Al-Juwani, mengangkat pemimpin di tingkat lokal di

perbolehkan apabila tidak dapat mengangkat pemimpin dalam cakupan global.

49

http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,60458-lang,id-c,kolom-

t,Maksud+Istilah+Islam+Nusantara-.phpx diakses 10 September 2018

Page 87: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

75

Keempat, era kekhalifahan hanya berusia 30 tahun setelah itu berubah menjadi

kerajaan. Kelima, disaat umat Islam tidak memiliki seorang khalifah, justru Rosul

tidak memerintahkan umatnya untuk berpartisipasi dalam menegakan kehalifahan,

Rosul mengajak umatnya untuk menghindari kelompok-kelompok yang mengajak

terhadap perpecahan.50

Menurut Ainur Rofiq Al-Amin pimred majalah PCNU Jombang ia

mengkritik konsep khilafah yang ditawarkan oleh HTI yang dianggap berpotensi

otoriter karena pembagian kekuasaan dan kepemimpinannya tidak dibatasi atau

seumur hidup. Hizbut Tahrir juga dalam memandang sistem khilafah tidak jujur,

ia hanya memandang dari sisi positifnya saja dan mengabaikan sisi negatifnya,

yaitu dalam sejarahnya pergantian kepemimpinanya dilakukan melalui

penunjukan putra mahkotanya. Dalam sistem khilafah juga sering kali terjadi

pertumpahan darah dan pelanggaran-pelanggaran. Amin mengambil kesimpulan

bahwa Islam tidak menetapkan sistem apapun, menurutnya NKRI juga sah dalam

pandangan Islam dan diakui oleh ulama Nusantara. NKRI juga merupaka ijma

para ulama, sistem ini tidak perlu dirubah dengan sistem lain. Mestinya kita cukup

mengisi NKRI ini dengan nilai-nilai yang ideal malah bukan

mempertentangkannya karena akan menimbulkan konflik dan perpecahan.51

Secara Institusional dalam musyawarah Alim Ulama NU pada tanggal 1-2

November 2014, merespon tentang konsep khilafah dan NKRI. Pembahasan

tentang khilafah, ulama NU telah bersepakat menyatakan bahwa khilafah telah

50

Wajibkah Memperjuangkan Khilafah? Diakses pada tanggal 10 Juli 218 dari

http://www.idrusramli.com/2013/wajibkah-memperjuangkan-khilafah/. 51

Muktamar Khilafah HTI, Penyimpangannya, dan NKRI. Diakses pada tanggal 10 Juli

2018 http://www.nu.or.id/post/read/45181/muktamar-khilafah-hti-penyimpangannya-dan-

nkri

Page 88: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

76

kehilangan relevansinya pada era negara bangsa ini. Islam hanya mewajibkan

untuk mendirikan sebuah negara, tetapi tidak menetapkan tentang sistem

kekhalifahan Islam yang baku. NKRI termasuk sistem yang sah, umat Islam

Indonesia hanya perlu memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan bangsa

dan negaranya. Berikut pemaparan lengkapnya: 52

Islam sebagai agama yang sempurna, juga turut mengurusi permasalahan

negara dan pemerintahan untuk dibahas dan dicarikan solusinya. Oleh karena

itu Islam memiliki pedoman dasar dalam bentuk nilai-nilai (mabadi asasiyyah).

Hukum mengangkat seorang pemimpin adalah wajib, karena tanpa adanya

seorang pemimpin dalam sebuah negara maka kehidupan manusia akan

berantakan.

Dalam Islam tidak ada ketentuan tentang kewajiban bentuk negara dan sistem

pemerintahan tertentu. Umat Islam diberikan kebebasan untuk membentuk

suatu sistem pemerintahan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada dan

kondisi lingkungannya. Namun tetap melindungi dan menjamin warga

negaranya untuk tetap menjalankan agama yang dianutnya dan mampu

mensejahterakan rakyatnya.

Khalifah adalah salah satu sistem pemerintahan merupakan fakta sejarah yang

terjadi pada zaman khulafa al-rasyidin dan model khilafah itu sesuai pada

zaman itu. Yaitu pada saat kehidupan manusia masih belum terbagi-bagi dalam

suatu negara bangsa. Umat Islam pada saat itu masih dapat bernaung dalam

52

Khilafah dalam Pandangan NU. diakses tanggal 10 Juli 2018 dari

http://www.nu.or.id/post/read/55557/khilafah-dalam-pandangan-nu

Page 89: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

77

suatu sistem khilafah. Namun sekarang khilafah telah hilang relevansinya dan

untuk mewujudkannya sangat tidak memungkinkan (utopis).

NKRI merupakan suatu perjanjian luhur bangsa. Tujuan dibentuknya NKRI

adalah untuk mewadahi bangsa Indonesia yang sangat majemuk baik dari segi

agama, ras, suku, dan budaya. dan mempertahankan NKRI adalah suatu

kewajiban. Apabila terdapat suatu gerakan yang memecah persatuan NKRI,

maka perlu di cegah agar tidak menimbulkan perpecahan yang besar.

Umat Islam jangan terjebak kepada simbol-simbol agama yang bersifat

formalitas, tetapi yang harus dianut adalah substansi dari nilai-nilai agama

Islamnya dalam sebuah negara.

Dengan sikap NU yang memiliki komitmen kebangsaan dan menentang

gerakan politik Islam radikal, membuat NU menjadi mitra pemerintah untuk

menjaga spirit umat Islam yang bersifat moderat dan mempertahankan NKRI. NU

juga menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga tinggi negara untuk

membentengi masyarakat Indonesia dari gagasan politik Islam yang radikal.

Dengan adanya wacana politik Islam radikal yang diperjuangkan oleh HTI untuk

mendirikan negara Islam secara otomatis ditentang oleh NU. Gerakan politik

Islam radikal ini di anggap oleh NU akan mengancam keutuhan NKRI yang telah

diperjuangkan oleh umat Islam dari zaman kemerdekaan.53

53

Aswar, “Respon Nahdlatul Ulama”,14.

Page 90: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pandangan NU, HTI bukanlah organisasi masyarakat yang

bergerak dibidang kerohanian, sosial, ataupun pendidikan. Tetapi HTI adalah

organisasi politik (partai politik) yang masih merupakan bagian dari Hizbut

Tahrir. Politik adalah aktivitas HTI, sedangkan Islam adalah ideologinya dan yang

diperjuangkan adalah membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah dimuka

bumi ini dan tidak mengakui negara bangsa (nation state). Karena HTI bertujuan

ingin membentuk suatu pemerintahan yang baru, maka HTI telah mengkhianati

konsensus kebangsaan nasional yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa

dan disepakati oleh seluruh rakyat Indonesia yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), Pancasila dan UUD 1945.

Ada empat faktor yang menyebabkan NU mendukung dibubarkannya HTI

melalui Perpu ormas. Pertama, HTI telah menyimpangkan makna khilafah,

menurut HTI khilafah adalah sebagai entitas kepemimpinan politik dalam

menegakkan sistem khilafah Islamiyah yang bersifat Internasional, padahal dalam

kitab fikih empat mazhab hanya mewajibkan pengangkatan pemimpin saja.

Kedua, HTI telah mengkhianati konsensus kebangsaan NKRI. Ketiga, HTI

menganggap demokrasi adalah sistem kufur, padahal demokrasi itu sendiri

merupakan bagian dari ajaran Islam. Keempat, HTI mengharamkan kecintaan

terhadap tanah air dan nasionalisme, karena tidak bersumber dari aqidah Islam.

Page 91: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

79

NU secara konsisten dan tegas menolak keberadaan gerakan yang ingin

menggantikan dasar negara. Bentuk penolakannya dapat dilihat dari pernyataan

tokoh-tokoh NU dari periode sebelumnya sampai sekarang seperti Gus Dur, KH

Hasyim Muzadi, dan KH Said Aqil Sirajd. Bentuk penolakan lainnya dituangkan

dalam musyawarah alim ulama NU dalam merespon konsep khilafah dan NKRI.

Dalam keputusannya, ulama NU menyatakan bahwa NKRI termasuk sistem yang

sah, Pancasila dan UUD 1945 sudah final. Selain itu, NU selalu memberikan

pemahaman kepada masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam di Indonesia

untuk memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan bangsa. NU menjadi mitra

pemerintahan untuk menjaga spirit umat Islam untuk tetap bersifat moderan dan

mempertahankan NKRI. Oleh karena itu, NU sering menjalin kerjasama dengan

berbagai lembaga tinggi negara untuk membentengin masyarakat Indonesia dari

gagasan politik Islam radikal.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, sekiranya ada beberapa saran

yang dapat dilakukan oleh NU sebagai civil society untuk membendung gerakan

radikal di Indonesia demi menjaga keutuhan NKRI. Pertama, NU harus terus

konsisten untuk menjadi pelopor terhadap organisasi keagamaan lainnya untuk

terus meningkatkan sikap toleransi antar umat beragama serta menghindarkan diri

dari sikap intoleran terhadap kelompok yang berbeda keyakinan, mencegah

tindakan kekerasan kepada kelompok lain baik secara fisik maupun penyebaran

kebencian.

Page 92: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

80

Kedua, kepada para pemimpin organisasi keagamaan harus terus

mendorong dan melakukan dialog-dialog yang produktif untuk memberikan

edukasi kepada masyarakat tentang menjaga keutuhan NKRI dan bahaya gerakan

radikal yang akan merubah dasar negara menjadi khilafah. Hendaknya para

pemimpin organisasi keagamaan perlu mengajarkan prinsip-prinsip hubungan

sosial kepada umatnya tentang hal-hal yang dibolehkan dan dilarang oleh agama.

Ketiga, NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia bahkan dunia, perlu

meningkatkan peranannya melalui jaringan dan lembaga yang dimiliki seperti

pesantren-pesantren, sekolah dan perguruan tinggi, madrasah diniyyah untuk

membendung gerakan radikal. Selain itu, NU juga dapat menjadi mitra

pemerintah dalam menjaga keutuhan NKRI dari ideologi-ideologi yang hendak

mengubah dasar negara.

Keempat, kita sebagai masyarakat perlu bersikap lebih waspada terhadap

doktrin-doktrin radikal, kita juga perlu menyeleksi kepada siapa kita belajar ilmu

agama seperti belajar kepada ulama/kyai yang sudah jelas sanad keilmuannya dan

cinta terhadap NKRI, bukan melalui media sosial atau ustadz-ustadz yang masih

dangkal keilmuannya namun ajarannya penuh dengan kebencian dan mengajak

untuk menegakkan khilafah.

Page 93: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

viii

Daftar Pustaka

Buku

Agusta, Ivanovic, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif, Bogor: Pusat

Penelitian Sosial-Ekonomi IPB, 2003.

Asy’arie, Musa, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-qur'an, Yogyakarta:

LKIS, 2000.

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalis, Modernisme,

hingga Post-Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1996.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Fakih, Mansour, Masyarakat Sipiluntuk Transformasi Sosial: Pergolakan

Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Hasani, Ismail dan Bonar T.N, Dari Radikalisme Menuju Terorisme, Jakarta:

Pustaka Masyarakat Setara, 2012.

Hefner, Robert W, Civil Islam, Islam dan Demokrasi di Indonesia, Yogyakarta:

LKIS, 2000.

Hikam, Muhammad A.S, Demokrasi dan Civil Society, Jakarta: LP3ES, 1999.

Hilmy Masdar, Islam sebagai Realitas Terkonstruksi, Yogyakarta: Kanisius,

2009.

Husaini, Adian, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi,

Jakarta: Gema Insani Press, 2006.

Kartodirjo, Sartono, Ratu Adil, Jakarta: Sinar Harapan, 1995.

Page 94: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

ix

Prasetyo, Hendro dan Ali Munhanif, Islam dan Civil Society: Pandangan Muslim

Indonesia, Jakarta: Gramedia dan PPIM-IAIN Jakarta.

Rachman, Budhy Munawar, Ensiklopedia Nurcholis Madjid: Pemikiran Islam di

Kanvas Peradaban, Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2011.

Ridwan, Nur Khalik, Regenerasi NII: Membedah Jaringan Islam Jihadi di

Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2008.

Sitompul, Einar Martahan, NU Pancasila, Yogyakarta: LKIS, 2010.

Ubaedillah A, Rozak Abdrul, Pendidikan Kewarganegaraan (Civil Education)

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta:

Kencana, 2010.

Wahid, Abdurrahman, Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama, Masyarakat,

Negara, Demokrasi, Jakarta: Democracy project, 2011.

Hasani, Ismail dan Bonar Tigor, Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa

Barat: Implikasinya Terhadap Jaminan Kebebasan

Beragama/Berkeyakinan, Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2010.

Jurnal

Abdullah, Anzar, “Gerakan Radikalisme dalam Islam: Perspektif Historis”, Addin,

Vol. 10 No. 1, (Februari 2016).

Abdurrahman, Yahya, “Biografi Singkat Pendiri Hizbut Tahrir Syaikh Taqiyuddin

an-Nabhani”, Al-Wa’ie, Vol. 5, No. 55, (Maret 2005).

Al-Amin, Ainur Rofiq, “Demokrasi Perspektif Hizbut Tahrir Versus Religious

Mardom Salari Ala Muslim Iran”, Islamica, Vol. 8, No. 1, (September

2013).

Page 95: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

x

Asrori, Ahmad, “Radikalisme di Indonesia: Antara Historisitas Antropisitas”,

Kalam, Vol. 9, No. 2, (Desember 2015).

Aswar, Hasbi, “Organisasi Nahdlatul Ulama Memerangi Radikalisme Politik

Islam di Indonesia”. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, Mei

2016.

Aswar, Hasbi, “Respon Nahdlatul Ulama terhadap Gagasan Politik Islam Radikal

di Indonesia”, Thaqofiyyat, Vol. 17, No. 1, (Juni 2016).

Dwi, Erni Sari, dan Ma’arif Jamuin, “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di

Indonesia”, Suhuf, Vol. 27 No. 2, (November 2015).

Ekawati, Esty, “Nahdlatul Ulama (NU) Sebagai Civil Society di Indonesia”,

Nuansa, Vol. 13, No. 2, (Juli-Desember 2016).

Farih, Amir, “Nahdlatul Ulama dan Kontribusinya dalam Memperjuangkan

Kemerdekaan dan Mempertahankan NKRI”, Jurnal Walisongo, Vol. 24

No. 2, (November 2016).

Khamid, Nur, “Bahaya Radikalisme terhadap NKRI”, Millati, Vol. 1, No. 1, (Juni

2016).

Laisa, Emna, “Islam dan Radikalisme”, Islamuna, Vol 1 No 1, (Juni 2014).

Parmudi, Mochamad, “Kebangkitan Civil Society di Indonesia”, At Taqaddum,

Vol. 7 No. 2, (November 2015).

Rokhmad, Abu, “Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal”,

Wali Songo, Vol. 20, No. 1, (Mei 2012).

Page 96: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xi

Saefullah, “Civil Society dan Kebebasan Beragama di Indonesia: Studi Kasus The

Wahid Institute”. Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sidqi, Ahmad, “Respon NU Terhadap Wahabisme dan Implikasinya Bagi

Deradikalisasi Pendidikan Islam”,Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2 No. 1,

(Juni 2013).

Susanto, Edi, “Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di Pesantren”,

Tadris Vol. 2, No. 1, 2007.

Dokumen

Dokumen gugatan HTI dalam sidang PTUN (Oktober-November 2017)

Dokumen jawaban tergugat (Kemenkumham) dalam sidang PTUN (November

2017)

Internet

http://Islaminesia.com/2015/05/kh-said-aqil-negara-khilafah-bukan-solusi-

persoalan-bangsa/?.

http://m.tribunnews.com/nasional/2017/05/08/wiranto-jelaskan-5-

alasanpemerintah-bubarkan-hti

http://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/20330571/14.ormas.Islam.desak.pe

merintah.percepat.pembuaran.hti

http://www.nu.or.id/post/read/78642/soal-pembubaran-hti-ini-penjelasan-mahfud

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/08/150802_indonesia_mukt

amar_nu_muhammadyah

Page 97: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xii

https://news.detik.com/berita/d-3503053/pbnu-hti-mengkafirkan-orang-yang-tak-

sepaham-ini-memecah-umat

http://www.salafynews.com/said-agil-nu-menolak-segala-khilafah-kecuali-

khilafah-nasionalis.html

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,58396-lang,id-c,kolom

t,Peran+NU+dalam+Menangkal+Radikalisme-.phpx

http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,60458-lang,id-c,kolom-

t,Maksud+Istilah+Islam+Nusantara-.phpx

http://setkab.go.id/wp-content/uploads/2017/07/Perpu_Nomor_2_Tahun_2017.pdf

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175343/UU%20Nomor%2016%20Tahun%202

017.pdf

https://www.youtube.com/results?search_query=panas+setelah+perppu+ormas+il

c

http://www.muslimedianews.com/2014/03/pandangan-kh-hasyim-muzadi-

terhadap.html

https://islamindonesia.id/berita/portal-hti-seru-militer-rebut-kekuasaan-kembali-

jadi-sorotan.htm

Wawancara

Wawancara Pribadi bersama Gugum Ridho Putra, S.H., M.H. (Kuasa Hukum

HTI), 4 Juni 2018.

Wawancara Pribadi bersama Ust Ismail Yusanto (Juru bicara HTI), 4 Juni 2018.

Page 98: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xiii

Wawancara Pribadi bersama KH Marsudi Syuhud (Ketua PBNU), 13 Agustus

2018.

Wawancara Pribadi bersama KH Ahmad Ishomuddin (Rois Syuriah PBNU), 28

Agustus 2018.

Page 99: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xiv

Transkip Hasil Wawancara

Dengan Gugum Ridho Putra, S.H., M.H. (Kuasa Hukum HTI)

Bagaimana tanggapan Anda atas putusan hakim PTUN yang menolak gugatan

penggugat (HTI) untuk seluruhnya, menerima atau menolak? Mengapa?

Dari awal kita menilai putusan pemerintah yang mencabut status Badan

Hukum Perkumpulan (BHP) HTI adalah sebuah kedzaliman. Mengapa kita

katakan dzalim? Karena putusan itu tanpa dasar yang jelas. Coba sebutkan, atas

kesalahan apa BHP HTI harus dicabut? Hingga sekarang tidak pernah jelas.

Dalam agama, setiap kedzaliman itu arus dihentikan, tidak boleh diteruskan. Nah,

melalui putusannya, PTUN alih-alih menghentikan kedzaliman, yang terjadi justru

melegalkan atau mensahkan kedzaliman itu.

Sudah begitu, kita menilai pengadilan di PTUN juga tidak benar. Kita

tahu, PTUN itu adalah pengadilan formil (tentang prosedur), bukan pengadilan

meteriil (tentang substansi). Nah, di pengadilan TUN kemaren secara telak kita

diadili berdasar asumsi dan persepsi. Kita diasumsikan melanggar Pasal 59 ayat 4

huruf c, yang berisi ketentuan tentang larangan Ormas untuk menganut,

menyebarkan dan mengembangkan paham yang bertentangan dengan Pancasila.

Padahal dalam SK Pencabutan BHP HTI, ini tidak disebut. Lalu darimana bisa

dikatakan bahwa kita itu melanggar pasal itu? Dalam pengadilan itu memang

terbukti bahwa bahwa HTI itu kelompok dakwah yang sangat giat melaksanakan

dakwah, menyampaikan ajaran Islam, termasuk soal syariah dan khilafah. Nah,

khusus tentang khilafah, lalu dipersepsikan sebagai paham yang bertentangan

Page 100: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xv

dengan Pancasila tadi, dan dikaitkan dengan Pasal 59 tadi. Mereka mendasarkan

hal itu pada keterangan para ahli dari pihak pemerintah, yang kesemuanya

memang menolak khilafah. Padahal, sepanjang menyangkut persepsi, orang bisa

saja berbeda pendapat. Prof Suteki, Guru besar Fakultas Hukum Undip, ahli yang

kita ajukan dalam pengadilan itu, mempunyai persepsi berbeda. Dia katakan,

khilafah itu tidak bertentangan dengan Pancasila karena sila pertama dari

Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Sementara bentuk nyata dari sila ini

adalah agama, termasuk Islam. Nah, khilafah itu bagian dari ajaran Islam. Karena

itu, bisa disimpulkan bahwa khilafah itu sesuai atau tidak bertentangan dengan

ajaran Islam. Mengapa persepsi semacam ini tidak dipakai sebagai dasar

pertimbangan hakim? Disinilah, kita menolak putusan PTUN, dengan cara

mengajukan banding

Upaya hukum apa yang akan dilakukan?

Kita akan melakukan upaya banding. Kita sedang menyiapkan akte

banding dan memori banding. Kita berharap hakim pengadilan banding nanti bisa

membaca seluruh argumen kita dengan lebih jernih tanpa terpengaruhi oleh opini

dan tekanan politik dari pihak pemerintah yang selalu mengatakan bahwa HTI itu

anti ini, anti itu.

Apakah tidak khawatir hasilnya sama saja dengan di PTUN? Mengapa?

Mungkin saja. Tapi sebagai ikhtiar, upaya banding adalah cara untuk terus

melakukan perlawanan terhadap kedzaliman itu. Sekali lagi, kedzaliman tidak

boleh dibiarkan. Sampai kapanpun. Dan andai di tingkat banding kita kalah lagi,

Page 101: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xvi

tetap saja kita akan terus melawan dengan mengajukan kasasi. Andai di tingkat

kasasi kalah lagi, kita akan ajukan PK.

Kenapa Prof. Yusril bersedia menjadi kuasa hukum HTI? Apakah untuk

ngangkat suara PBB di pemilu 2019?

Yang dilakukan Prof Yusril ini untuk menegakkan keadilan saja, karena

apa yang dilakukan pemerintah merupakan tindakan inkonstitusional, beliau

membela tanpa dibayar sepeserpun. Belum ada pembicaraan mengenai ajakan

agar HTI bergabung dengan PBB apabila gugatan HTI ditolak sampai tingkat

akhir, tetapi memang tokoh-tokoh HTI sudah ada yang bergabung untuk menjadi

caleg di PBB.

Apakah diterbikannya Perppu ormas oleh pemerintah memang bertujuan

untuk membubarkan HTI?

Ya memang ditargetkan untuk membubarkan HTI, Pemerintah tidak

pernah mengajak HTI berdialog untuk memberikan penjelasan terkait tuduhan-

tuduhan kepada HTI. Dalam pembubaran HTI pun pemerintah tidak memiliki

dasar yang kuat.

Page 102: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xvii

Transkip Hasil Wawancara

Dengan Ust. Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI)

Apa Hizbut Tahrir itu ustad, dan mohon dijelaskan seperti apa tujuan Hizbut

Tahrir?

Hizbut Tahrir adalah partai atau kutlah atau kelompok politik Islam.

(Dakwah) politik kegiatannya. Islam sebagai dasar atau mabdanya. Hizbut Tahrir

berasal dari kata hizbun artinya partai, dan tahrir artinya pembebasan. Jadi,

Hizbut Tahrir berarti Partai Pembebasan atau Liberation Party atau Party of

Liberation.

Hizbut Tahrir berjuang atau berdakwah untuk melanjutkan kehidupan

Islam (li isti’nafil hayatil islamiyyah). Artinya, Hizbut Tahrir dengan dakwahnya

ingin mengajak kaum muslimin semua kepada pengamalan kembali seluruh

hukum-hukum Islam baik dalam masalah aqidah, ibadah, makanan, minuman,

pakaian, akhlaq, dakwah, muamalah dan uqubah dengan jalan menegakkan

syariah Islam secara kaffah dalam naungan khilafah. HT percaya bahwa hanya

melalui khilafah sajalah syariah lslam dapat diterapkan secara kaffah, ukhuwah

dapat diujudkan secara hakiki dan dakwah ke seluruh penjuru dunia bisa

dilancarkan kembali. Dan saat itulah kerahmatan Islam yang dijanjikan akan bisa

dirasakan oleh seluruh manusia, muslim atau non muslim.

Jadi, nyatalah bahwa sesungguhnya apa yang diperjuangkan oleh HT

adalah demi umat manusia secara keseluruhan. Bukankah kehidupan masyarakat

yang adil, damai dan sejahtera itu yang mereka inginkan? Kapitalisme yang kini

Page 103: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xviii

memimpin dunia telah nyata terbukti gagal mewujudkan tatanan masyarakat yang

diidam-idamkan itu. Yang terjadi bukan keadilan dan kesejahteraan, tapi justru

ketidakadilan dimana-mana. Bukan pula kedamaian, melainkan konflik dan

peperangan yang terus terjadi. Negeri yang semula damai bahkan sekarang hancur

diacak-acak oleh mereka.

Menurut ahli dari pemerintah, KH Ahmad Ishomudin, bahwa mendirikan

Khilafah di Indonesia hukumnya haram, karena menyalahi kesepakatan

berbangsa dan bernegara.

Iya, memang dia mengatakan begitu. Sebagai kelompok dakwah yang

mendakwahkan Islam dari masalah aqidah, ibadah, makanan, minuman, pakaian,

akhlaq, muamalah, termasuk didalamnya soal politik, kita tahu, HTI juga

mendakwahkan khilafah sebagai ajaran Islam di bidang politik. Pemerintah lalu

berusaha mencoba mengembangkan opini, bahwa yang mereka persoalkan adalah

khilafah ala HTI. Padahal, tidak ada itu yang disebut khilafah ala HTI. Semua ide,

konsepsi, ajakan, seruan dan penjelasan HTI soal khilafah bersumber dari kitab-

kitab muktabar (terkemuka) yang ditulis oleh para ulama salaf maupun khalaf.

Setelah tak berhasil memojokkan khilafah sebagai ide ala HTI, akhirnya

dengan sangat serampangan beberapa ahli dari pihak pemerintah menyatakan

bahwa memperjuangkan khilafah di Indonesia itu hukumnya haram. Tapi ketika

ditanya apa dalilnya, tak ada satupun yang bisa menjelaskan dengan semestinya.

Ada yang menyatakan haram hukumnya memperjuangkan Khilafah di

Indonesia karena telah melanggar kesepakatan para pendiri bangsa, bahkan ulama.

Page 104: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xix

Andai benar argumen itu, secara syar’iy dan teori, apakah tidak boleh ada

kesepakatan baru yang merubah atau mengganti kesepakatan lama? Prof Azra,

mengatakan boleh. Begitu juga ahli lain dari pihak pemerintah, meski mereka

buru-buru menambah, hanya untuk soal ini (khilafah di Indonesia) itu tidak boleh.

Kenapa tidak boleh, balik lagi ke argumen tadi. Karena, katanya, sudah ada

kesepakatan. Bahkan ada ahli dari pihak pemerintah yang dengan beraninya

mengatakan bahwa ijmak shahabat pun telah dinasakh oleh kesepakatan para

pendiri bangsa. Sementara, apakah benar di masa lalu telah terjadi kesepakatan

para ulama tentang beberapa hal pokok menyangkut negara ini, juga masih bisa

diperdebatkan. Mengapa? Karena faktanya, Pancasila yang sudah disepakati

itupun satu hari kemudian masih bisa berubah.

Menurut mereka, penegakkan kembali Khilafah Islamiyah mengancam NKRI.

Mereka menggunakan kaedah daf’ul mafashid muqaddamun min jalbil

mashalih, sebagai alasan untuk menyatakan haram mendirikan khilafah di

Indonesia karena pasti akan memberikan mudharat atau mafsadar atau ancaman

kepada negara ini. Tapi ketika ditanya, atas dasar apa bahwa khilafah disebut pasti

akan mendatangkan mafsadat atau madharat, dia hanya mengatakan berdasarkan

dugaan. Dan ketika disampaikan bahwa hasil penelitian Balitbang Kemenag

beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa khilafah tidak mengancam NKRI, ia

tolak hasil penelitian itu.

Lalu ada lagi yang berargumen, bahwa kalau khilafah diperjuangkan atau

tegak di Indonesia akan seperti ISIS atau akan menimbulkan konflik seperti

Page 105: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xx

Suriah. Pernyataan seperti ini, diluar dugaan, justru dimentahkan oleh Prof

Azyumardi Azra, yang notabene adalah ahli dari pihak pemerintah. Katanya,

konflik di Timur Tengah sama sekali tidak terkait khilafah. Konflik itu lebih

terjadi karena perebutan kekuasaan dan karena invasi negara luar untuk

menguasai sumber daya alam disana. Bahwa di Suriah berdiri khilafah, itu

ditegaskan oleh Prof Azra, juga ditolak oleh HT karena dianggap tidak sesuai

syariah. Oleh karena itu, membawa situasi Timur Tengah sebagai contoh bakal

timbulnya mudharat bila di negeri ini ditegakkan khilafah tidaklah tepat.

HTI mengharamkan cinta tanah air atau nasionalisme. Benarkah?

Ada dua macam nasionalisme atau cinta tanah air. Nasionalisme naturalis

dan nasionalisme chauvinis. Nasionalisme naturalis adalah kecintaan kepada

tanah air yang wajar karena manusia memang punya keterikatan emosional

dengan tempat ia tinggal, apalagi di situ juga ia dilahirkan dan dibesarkan,

sebagaimana dialami oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang lahir dan

dan dibesarkan di Makkah. Tentang Makkah, Rasulullah berkata, “Seandainya

tidak ada hijrah, niscaya aku tetap tinggal di Makkah. Sesungguhnya aku belum

pernah melihat langit begitu dekat dengan bumi selain di Makkah. Hatiku belum

pernah merasakan ketentraman selain di Makkah...” (Diriwayatkan dari Ibnu

Najih, dikutip dari al-Azraqy, Akhbar Makkah)

Kecintaan pada tanah air itu harus ditunjukkan, pertama, tak membiarkan

pihak asing melakukan penjajahan terhadap tanah air kita ini. HTI, sebagai wadah

perjuangan umat, pun dengan tegas menolak segala bentuk penjajahan, dan tak

henti mengingatkan umat terhadap ancaman penjahan baru atau neoimperialisme.

Page 106: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxi

Karena, meski sebuah negara, termasuk Indonesia sudah merdeka, tapi secara

politik dan ekonomi, bahkan juga sosial dan budaya, tetap saja menjadi incaran

negara-negara imperialis itu.

Selanjutnya, cinta tanah air juga harus ditunjukkan dengan kewaspadaan

terhadap kemungkinan terjadinya disintegrasi. Maka harus ditolak dengan tegas

gerakan-gerakan seperatisme seperti OPM (Organisasi Papua Merdeka) atau RMS

(Republik Maluku Selatan) yang nyata-nyata juga didukung oleh negara-negara

imperialis. Ketika dulu hendak dilakukan referendum di Timor Timur, HTI

menolak keras rencana itu karena, dalam pandangan HTI, itu akan menjadi jalan

lepasnya wilayah Indonesia yang paling muda itu. Dan benar, pasca jajak

pendapat, lepaslah Timor Timur dari kesatuan wilayah Indonesia.

Kedua, kecintaan pada Indonesia harus ditunjukkan dengan penolakan

terhadap sekularisme, karena sekularisme adalah paham yang ditanamkan oleh

penjajah untuk melemahkan negara terjajah, khususnya negeri-negeri muslim

termasuk Indonesia.

Tapi kecintaan terhadap tanah air tidak boleh berkembang menjadi

kecintaan yang chauvitik. Sauvinisme (chauvinism) adalah ajaran atau paham

mengenai cinta tanah air dan bangsa (patriotisme) yang berlebihan. Saking

berlebihannya hingga menabrak batas-batas agama (Islam). Istilah ini diambil dari

nama Nicolas Chauvin, seorang prajurit pada zaman Napoleon Bonaparte, yang

fanatik terhadap Kaisarnya meskipun Chauvin sendiri miskin, cacat, dan

menerima perlakuan buruk.

Page 107: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxii

Kecintaan HTI pada Indonesia bukan kecintaan yang semu apalagi

chauvistik seperti yang dilakukan oleh banyak kelompok nasionalis sekuler, yang

di satu bilang cinta Indonesia, tapi di sini lain justru menggerogoti pilar-pilar

penting tegaknya kedaulatan negeri ini seperti membiarkan berbagai kebijakan

yang sangat pro asing, lalu membiarkan lahirnya aturan-aturan yang jelas-jelas

sangat merugikan negara, yang semua itu terbukti justru telah membawa negeri ini

pada jurang kehancuran.

Jadi bisa disimpulkan bahwa pemerintah gagal membuktikan kesalahan HTI?

Yang utama adalah karena fakta hingga persidangan terakhir, pemerintah

tak mampu menunjukkan apa kesalahan HTI. Mengapa HTI dibubarkan, tak jelas.

Bahkan di SK pembubarannya pun tidak disebut untuk kesalahan apa sehingga

HTI harus dibubarkan. Disana hanya disebutkan setelah menimbang surat

Menkopolhukam tentang HTI. Tapi setelah dibaca oleh Kuasa Hukum kita,

didalamya juga tidak disebut mengapa HTI harus dibubarkan. Menurut ketentuan

hukum, utamanya ketentuan dalam UU Administrasi Negara, tidak boleh

pemerintah mengambil keputusan tanpa jelas alasan yuridis, filosofis dan

sosiologisnya. Nah, ketika alasan itu tidak ada, maka sesungguhnya putusan itu

tidak sah, sehingga pantas dibatalkan. Dari sinilah, kita bisa katakan HTI optimis

akan memenangkan gugatan. Insya Allah

Salah satu alasan HTI dibubarkan karena dianggap tidak memberikan peran

positif. Tanggapan Ustadz?

Page 108: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxiii

Memang, dalam salah satu poin yang disampaikan pemerintah sebagai

alasan pembubaran HTI adalah bahwa HTI dinilai tidak mengambil peran positif

dalam proses pembangunan guna mencapai tujuan nasional. Ini tudingan sangat

aneh. Mengapa? Karena secara faktual, HTI melalui kegiatan dakwah yang

dilakukan secara intensif di seluruh wilayah Indonesia selama lebih dari 25 tahun

justru telah terbukti memberikan kontribusi penting bagi pembangunan SDM

negeri ini yang bertakwa dan berkarakter mulia, sesuatu yang sangat diperlukan di

tengah berbagai krisis yang tengah dialami oleh negara ini seperti korupsi yang

berpangkal pada lemahnya integritas SDM yang ada. Selain itu, HTI juga terlibat

dalam usaha menjaga negeri ini dari ancaman neoliberalisme dan neoimperialisme

dengan jalan mengkritisi berbagai peraturan perundangan liberal yang bakal

merugikan bangsa dan negara seperti UU Migas, UU SDA, UU Penanaman

Modal, juga UU Sisdiknas dan lainnya, juga menentang gerakan separatisme dan

upaya disintegrasi. HTI juga terlibat dalam kegiatan sosial seperti membantu para

korban bencana alam di berbagai tempat, seperti tsunami Aceh (2004), gempa

Jogjakarta (2006) dan lainnya. Oleh karena itu, tudingan bahwa HTI tidak

memiliki peran positif tidaklah benar. Sementara mereka yang korup, menjual aset

negara, menyerukan separatisme, dan lainnya malah dibiarkan saja. Aneh sekali.

HTI juga dituding anti Pancasila. Benarkah?

Sebagai organisasi dakwah, kegiatan HTI adalah menyampaikan ajaran

Islam. Tidak ada yang disampaikan oleh HTI, baik itu terkait aqidah, syakhsiyyah,

syariah, dakwah maupun khilafah dan lainnya kecuali ajaran Islam. Dan menurut

UU yang ada, ajaran Islam tidak pernah disebut sebagai paham yang

Page 109: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxiv

bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu tudingan bahwa kegiatan HTI

bertentangan dengan Pancasila adalah tidak benar, dan bertentangan dengan

peraturan perundangan yang ada. Kita justru menengarai, saat ini tengah

berlangsung politisasi Pancasila. Yakni menjadikan Pancasila sebaga alat untuk

menggebuk lawan politik dengan alasan anti Pancasila, sementara yang menuduh

tak lebih baik dari yang dituduh.

Disebut juga anti NKRI karena akan mendirikan negara khilafah. Bagaimana

tanggapan Ustadz?

Khilafah itu justru kita tegakkan untuk menyelamatkan negara ini dari

ancaman neoliberalisme dan neoimperialisme. Syariah, sebagai salah satu

substansi dari khilafah, akan menggantikan liberlisme. Sedang persatuan umat

akan mencegah negeri ini makin masuk kedalam cengkeraman neoimperialisme.

Jadi salah besar kalau ada yang mengatakan khilafah ini akan menghancurkan

NKRI. Sementara ada banyak sekali tindakan seperti menjual aset negara,

korupsi, hutang gila-gilaan, yang sangat berbahaya bagi kedaulatan negara malah

dibiarkan saja.

Pemerintah juga menyebut HTI menimbulkan benturan.

Ini tudingan mengada-ada. Selama ini HTI juga terbukti mampu

melaksanakan kegiatan dakwahnya secara tertib, santun dan damai, serta

diselenggarakan sesuai prosedur yang ada. Boleh cek, mana ada benturan.

Dimana? Tak ada. Yang ada adalah dibenturkan. Ada skenario untuk

membenturkan HTI dengan ormas lain. Tapi skenario ini gagal total, karena kita

Page 110: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxv

tahu dan tak mudah terpancing. Oleh karena itu, tudingan bahwa kegiatan HTI

telah menimbulkan benturan yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban

masyarakat, serta membahayakan keutuhan NKRI sama sekali tidak benar.

Tuduhan lainnya adalah HTI radikal. Bagaimana tuh?

Ngawur. Memang sekarang istilah itu, sebagaimana juga istilah

fundamentalis, garis keras (hard-liner) acap dipakai untuk melebeli siapa saja

yang menginginkan Islam yang sebenarnya, menginginkan tegaknya syariah,

apalagi khilafah. Ini tudingan semena-mena, ala Barat. Aneh sekali kalau tudingan

seperti ini bisa keluar dari mulut seorang muslim.

Di berbagai negara Hizbut Tahrir juga sudah dilarang, salah satunya Arab

Saudi yang dikenal sebagai negara Islam. Apa pendapat Ustadz?

Di Saudi, tidak hanya HT, organisasi apapun juga tidak boleh berdiri.

Yang pasti, Hizbut Tahrir adalah kelompok dakwah yang istiqamah dan berani

menyampaikan kebenaran terhadap penguasa di negara manapun. Kelompok

dakwah memang harusnya seperti itu. Bila kemudian dibubarkan, itulah risiko

dakwah. Tapi harus dicatat, organisasi yang dibubarkan oleh penguasa, tidak bisa

serta merta disimpulkan pasti buruk. Contohnya Masyumi. Partai politik Islam itu

dulu dibubarkan oleh Bung Karno, apakah lantas itu berarti Masyumi adalah

partai yang buruk atau salah, dan membubarkan itu pihak yang baik atau benar?

Menurut Ustadz, masalah sebenarnya apa sih sehingga pemerintah

membubarkan HTI?

Page 111: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxvi

Kita tidak tahu pasti. Tapi dari informasi yang kita dapat, hal itu terkait

erat dengan kekalahan pihak mereka dalam Pilkada DKI lalu. HTI dituding ikut

bertanggungjawab karena HTI lah yang dinilai pertama kali mencetuskan haram

pemimpin kafir. Selain itu, HTI dianggap sebagai bagian utama kekuatan 212,

yang kekuatan itu bila dibiarkan dianggap akan sangat membahayakan

kepentingan politik mereka. Karena itu harus dihabisi. HTI dibubarkan. Tokoh

utamanya, Habib Rizieq, terus dikriminalisasi.

Nah, khilafah sendiri kedudukannya dalam pandangan Islam bagaimana?

Khilafah adalah ajaran Islam. Bersumber dari al-Quran maupun Sunnah,

termasuk ijma sahabat yg bersepakat untuk mengangkat Khalifah Abu Bakar

pasca wafatnya Nabi. Dan khilafah ini telah menjadi bagian dari sejarah dunia

Islam lebih dari 1400 tahun.

Page 112: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxvii

Transkip Hasil Wawancara

Dengan DR KH Marsudi Syuhud (Ketua PBNU)

Kenapa NU mendukung diterbitkannya Perppu ormas?

Mengambil dari kaidah fikih dar’u al mafasid muqoddamun ala jalbil

masholih (mencegah kerusakan harus lebih didahulukan dibandingkan

mendatangkan kebaikan). Selain itu terbitnya Perppu bertujuan untuk mencari

titik limashlahatil ammah (untuk kemaslahatan umat) yaitu kemaslahatan untuk

rakyat Indonesia. Untuk mencari kemaslahatan tersebut maka pemerintah harus

hadir dan segera mencegah terhadap hal-hal yang menimbulkan kekacauan. Salah

satu alat untuk mencegahnya adalah Perppu

Apakah keuntungan NU dari segi politik mendukung Perppu ormas dan

pembubaran HTI?

Dukungan NU terhadap terbitnya perppu ormas dan dibubarkannya HTI

merupakan bentuk konsisten NU dalam mengawal dan mempertahankan NKRI

dari gerakan kelompok radikal yang ingin merubah Pancasila dan UUD 1945

yang sudah final dan tidak dapat lagi dirubah. Semua ini alasan kebangsaan.

Sejak kapan NU mensinyalir bahwa HTI adalah ormas radikal?

Sudah sejak lama, pada masa kepengurusan KH Hasyim Muzadi pun pada

tahun 2007, beliau sudah mengatakan bahwa HTI itu berbahaya dan harus

dibubarkan.

Page 113: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxviii

Bagaimana peranan NU dalam menghadapi kelompok/ormas radikal?

Pertama NU dengan tegas menolak kelompok radikal yang ingin merubah

dasar Negara. Kedua, NU memberikan pemahaman dan pendidikan kepada

masyarakat baik melalui lembaga pendidikan NU (Pesantren, sekolah-sekolah,

pengajian dimasyarakat) akan bahaya ormas radikal dan menjelaskan tentang

bahayanya mendirikan Negara Islam terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.

Ketiga, melalui keputusan-keputusan institusional, NU juga telah mengkaji dan

merespon tentang bahayanya gerakan radikal, konsep khilafah dan NKRI.

Keempat, NU telah mendorong dan memberi masukan kepada pemerintah secara

maksimal.Selain itu NU juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

menjaga keutuhan NKRI dan bahayanya gerakan radikal. Kelima, banyak sikap-

sikap NU lainnya yang sejak lama telah menolak gerakan kelompok radikal,

karena NU memiliki komitmen kebangsaan dan selalu menjaga spirit umat Islam

untuk tetap bersifat moderat.

Bagaimana pandangan tentang khilafah?

Secara teologis, semua Ulama Islam Ahlussunnah wal Jamaah tidak

meletakkan imamah sebagai bagian dari akidah. Khilafah bukanlah sesuatu

kewajiban umat Islam untuk memperjuangkan membentuk pan Islamisme di

dunia dan sejarahpun telah membenarkannya. Kita dapat ambil contoh praktik

pemilihan pemimpin setelah Nabi (khulafaar-rasyidin) dilakukan dengan cara

yang berbeda-beda. Setelah empat khalifah tersebut mulai muncul dinasti-dinasti,

dan hanya pada dinasti Bani Umayyah saja khalifah itu satu, setelahnya tidak

kekhalifahan terpecah-pecah kedalam beberapa dinasti.

Page 114: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxix

Jika ada organisasi yang ingin mengganti Pancasila dengan khilafah, inilah

yang menjadi persoalan karena bertentangan dengan dasar Negara kita. Selain itu

apabila gagasan tersebut dipaksakan maka akan menimbulkan gesekan

dimasyarakat. Hizbut Tahrir dibeberapa negara terlibat dalam beberapa kudeta,

oleh karena itu 17 negara melarang HT.

Dalam kegiatan HTI yang sudah pernah dilakukan, menurut HTI kegiatan

tersebut telah mendapatkan izin, berlangsung dengan damai dan tidak

dipermasalahkan. Tetapi kenapa sekarang baru dipermasalahkan?

Kegiatan HTI yang lalu dibiarkan itu bukan bearti tidak salah, bisa jadi

ada kepentingan politik untuk mendulang suara, jadi HTI dimanfaatkan oleh

penguasa.

HTI dalam AD ART nya berdasarkan Pancasila

Jangan kita berlindung dalam suatu badan hukum, tegak pada Pancasila

dan Undang-Undang Dasar. Disisi lain kita menggerogoti itu dalam keseharia

kita.Semua itu terbukti dari kegiatan-kegiatannya yang bertentangan.

Bagaimana peran NU dalam mencegah gerakan radikal?

Banyak upaya yang dilakukan oleh NU dalam mencegah gerakan radikal.

Dari kerjasama dengan lembaga, pemerintahan, bahkan sampai lembaga

internasional. NU telah melakukan tindakan pencegahan melalui lembaga NU itu

sendiri seperti muslimat, Wahid Institute, Pesantren-pesantren, sekolah, masjid

dan lembaga NU lainnya. Selain itu NU juga bekerjasama dengan BNPT, NU juga

bekerjasama dengan kemendikbud untuk memberikan pendidikan karakter kepada

Page 115: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxx

siswa agar cinta kepada tanah airnya, melalui kemenpora untuk mengajak pemuda

dan para santri untuk mencegah gerakan radikal. Dalam skala internasional NU

juga bekerjasama dengan Negara lain seperti Arab Saudi, Malaysia dan Negara-

negara lainnya, NU juga memiliki sebuah gagasan besar tentang Islam yaitu Islam

Nusantara. Islam Nusantara ini adalah Islam yang moderat dan dengan tetap

mempertahankan kebudayaan Nusantara dan masih banyak lagi peranan NU

dalam mencegah gerakan radikal.

Page 116: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxi

Transkip Hasil Wawancara

Dengan KH Ahmad Ishomuddin

(Rois Syuriah PBNU/Saksi Ahli Pemerintah dalam Sidang PTUN)

Salah satu alasan pemerintah membubarkan HTI karena HTI tidak memiliki

peran positif di Indonesia, bagaimana tanggapan kyai?

Pertama, PBNU member apresiasi terhadap pemerintah yang

membubarkan HTI. Dalam Negara demokrasi tidak diharamkan membubarkan

organisasi sepanjang pembubaran tersebut sesuai dengan prosedur hukum yang

berlaku di Negara kita. HTI memang harus dibubarkan oleh pemerintah, tujuan

tertinggi HTI adalah untuk merubah sistem yang mereka anggap sistem thogut

yang tidak sesuai dengan syariat Islam menurut pandangan tokoh HTI dan

pengikutnya. Mereka ingin merubah nation state diseluruh dunia yang ada di

Indonesia dengan sistem khilafah, satu sistem yang pernah ada dalam sejarah

Islam. Dan ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Negara Indonesia, yang

berdasarkan demokrasi Pancasila, HTI jelas anti terhadap demokrasi Pancasila,

mereka ingin mengganti sistem ini. Selain akan menimbulkan kekacauan di

Negara kita, akan timbul perselisihan antar umat Islam atau umat beragama yang

ada di Indonesia, karena mereka akan memilih seorang khalifah sebagai pengganti

presiden.

Yang perlu dicermati, HTI itu ingin khilafah yang sifatnya alamiyah

(internasional), yang slogan mereka dikenal dari sabang sampai maroko, akan

menggelar kekuasaan yang sangat luas diseluruh dunia. Ini adalah khayalan-

Page 117: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxii

khayalan mereka. Mereka ingin merubah sistem perundang-undangan yang

dianggap sebagai sistem kafir, dengan syariat Islam yang dikenal dengan taqdiqu

syariah. Ini Negara kaum beragama bukan Negara agama.

HTI harus dipahami sebagai suatu gerakan politik, bukan sebagai gerakan

keagamaan. Apa yang mereka sebut sebagai gerakan keagamaan hanyalah cover

untuk menutupi gerakan mereka, untuk mendirikan sebuah Negara. Dan ini wajib

dibubarkan oleh pemerintah, karena tidak boleh mendirikan Negara dalam

Negara.

Apakah PBNU mengamati bahwa gerakan HTI begitu masif?

Secara kasat mata, dalam musyawarah alim ulama di asrama haji sukolilo

Surabaya, saya menyaksikan sendiri betapa orang-orang HTI sangat berani

membagikan buletin-buletin ke lokasi musyawarah alim ulama. Dan isinya

mengajak semua orang untuk mendirikan khilafah dan syariat Islam. Dan ada

dibeberapa masjid saya juga melihat buletin-buletin HTI disebar setiap shalat

Jumat.

Ada berapa besar kekuatan HTI?

Saya kira bukan karena besarannya, tetapi jumlahnya yang kecil itu

menyebabkan mereka menjadi solid. Karena kelompoknya kecil tapi suaranya

nyaring teriak dimana-mana. Karena mereka bukan hanya saja menguasai media

masa tetapi masuk kedalam struktur-struktur pemerintahan.

Sudah tepatkah HTI dibubarkan pada saat ini atau terlambat?

Page 118: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxiii

Indonesia, seperti selalu terlambat mengambil keputusan dalam hal-hal

yang akan mengancam Negara. NU sebagai salah satu organisasi yang memiliki

komitmen dalam menajaga persatuan dan kesatuan Negara, sering kali

menyampaikan pentingnya membubar organisasi yang bertentangan dengan

prinsip-prinsip hidup dinegara kita terutama tentang Pancasila.

Apa yang membuat HTI menjadi bertahan dan bertambah pengikutnya?

Karena kita adalah Negara demokrasi yang kurang selektif menerima

nilai-nilai dari luar. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat peniru.

Apa yang berasal dari luar negeri mereka tiru tanpa diseleksi terlebih dahulu.

Padahal dinegara asal Hizbut Tahrir itu sendiri sudah dilarang, karena organisasi

itu betul-betul merupakan gerakan politik bukan agama, melarang HTI bukan

bearti melawan Islam, karena HTI itu sendiri merupakan bagian kecil dari umat

Islam. Propaganda HTI di Indonesia yang mengatakan bahwa pemerintah anti

Islam adalah suatu penyesatan yang harus dilawan oleh semua organisasi. NU

mendukung pemerintah, dan tidak boleh HTI mengatasnamakan Islam karena HTI

adalah gerakan politik yang bisa merusak NKRI.

Jadi HTI melakukan gerakan politik dalam bungkus kegiatan keagamaan?

Iya, itu adalah politisasi agama, dan khilafah adalah suatu yang harus

sudah dilupakan oleh umat Islam kecuali prinsip-prinsipnya. Banyak hukum-

hukum agama yang sudah diterapkan dinegara kita, oleh karena itu tidak perlu

menerapkan sistem khilafah untuk menggantikan NKRI.

Page 119: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxiv

Bagaimana sikap pemerintah terhadap orang-orang yang terlibat dalam

organisasi HTI?

Jangan sampai pemerintah tidak mampu melindungi orang-orang yang

terlibat dalam gerakan HTI, mereka harus tetap dilindungi sebagai warga Negara,

mereka sedang khilaf maka kita haru smengingatkan agar mereka kembali cinta

terhadap tanah air. Kewajiban juru dakwah adalah mengajak mereka kembali

kejalan yang benar dan cara mengajaknyapun harus bijak.

Bagaimana dengan ajaran HTI ?

Ajaran HTI tidak bisa dibenarkan dari sisi diman amereka bergerak

dibidang politik (mendirikan Negara dalam Negara). Setelah runtuhnya Turki

Utsmani, Negara berubah menjadi nation state, dan ini tidak bisa diingkari dan

sudah diterima oleh manusia didunia ini. HTI tidak suka dengan sistem

demokrasi, oleh karena itu mereka matian-matian menyatakan perang terhadap

sesuatu yang berbeda dengan mereka. Mereka adalah sekelompok kecil yang

memaksakan kehendak. Dalam bernegara, keamanan lebih diutamakan dari

keimanan karena keimanan bersifat individu.

Bagaimana PBNU akan mengawal proses pembubaran HTI?

Pembubaran harus melalui jalur hukum, anggotanya harus diobati agar

mereka kembali seperti masyarakat Indonesia pada umumnya yang tidak

menjadikan agama untuk dijadikan kepentingan politik untuk meruntuhkan

kekuasaan yang ada.

Bagaimana mencegah ajaran-ajaran sepert ini kedepannya?

Page 120: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxv

Ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah harus bekerjasama dengan

pemerintah, untuk saling menjaga Negara ini. Untuk tokoh-tokoh yang

membangkang harus ditindak tegas, anak buahnya masih bisa diobati.

Bagaimana pandangan Kyai tentang tafsir HTI tentang mengangkat khilafah

didunia dalam Quran, Hadits dan Kitab-kitab Fikih?

Dalam tafsir fikih empat madzhab hanya mengangkat pemimpin saja,

bukan pemimpin politik apalagi satu pemimpin untuk dunia (kekhilafahan). Tidak

adapun tafsir yang menyatakan seperti yang HTI maksud, begitupun tafsir dalam

Al-Quran dan Hadist, tidak ada himbauan untuk mengangkat pemimpin dalam

skala internasional.

Apakah tindakan dan cita-cita HTI bertentangan dengan NKRI?

HTI telah melakukan perlawanan secara nyata terhadap kesepakatan yang

sudah final tentang bentuk negara Indonesia, yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Sikap HTI yang seperti ini cukup jelas bertentangan denga

sikap kebangsaan para pendiri bangsa, terkhusus yang memperjuangkan NKRI

dari para penjajah yang juga diperjuangkan oleh para santri, kyai NU, dan

masyarakat lainnya.

Gerakan HTI itu gerakan dakwah bukan gerakan politik seperti yang dituduh

oleh pemerintah

HTI mengklaim bahwa gerakannya merupakan gerakan dakwah, padahal

dalam dakwahnya dibungkus suatu kegiatan untuk mendirikan khilafah

Islamiyyah di Indonesia dan akan menggantikan NKRI, maka gerakan tersebut

Page 121: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxvi

merupakan pengkhianatan terhadap konsensus nasioal yang telah disepakati oleh

para pendiri dan rakyat Indonesia. Ideolgi Pancasila adalah ideology pemersatu

bangsa, justru dengan munculnya ideology baru akan memecah belah persatuan.

Apakah demokrasi bertentangan dengan Islam?

Justru penolakan terhadap sistem demokrasi itulah yang bertentangan

dengan Islam. Karena demokrasi merupakan bagian dari Islam seperti kewajiban

memilih seorang pemimpin, melakukan musyawarah dari segi politiknya pun

tetap tidak bertentangan dengan Islam. HTI menolak sistem pemilihan presiden,

lembaga legislatif, kepala daerah, justru inilah yang dilarang dan bertentangan

dengan nilai-nilai Islam.

Apakah menegakkan khilafah Islamiyyah di dunia ini adalah sesuatu yang

mungkin terjadi?

Tidak mungkin itu terjadi karena ada beberapa pertimbangan. Pertama,

agama didunia ini beragam tidak hanya Islam. Kedua, sulit menentukan satu

khalifah didunia ini, jangankan dunia dalam sebuah Negara saja dalam memilih

pemimpin selalu ada sengketa. Ketiga, Negara-negara bangsa tidak mungkin

menyerahkan kedaulatannya kepada pihak lain, apalagi kepada Hizbut Tahrir.

Keempat, Negara di dunia ini beragam baik sistem ataupun bentuknya, tidak

mungkin dijadikan satu sistem. Kelima, di Indonesia sendiri dalam undang-

undangnya, NKRI tidak dapat dirubah, jadi tidak mungkin berubah sistem

menjadi khilafah.

Page 122: CIVIL SOCIETY DAN RADIKALISME (Studi Atas Dukungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42871/1/FAHMIL...sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia, memiliki peranan

xxxvii

Gambar I

Gambar II