City Branding CIrebon
-
Upload
goldie-melinda-wijayanti -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
Transcript of City Branding CIrebon
-
7/25/2019 City Branding CIrebon
1/9
POTENSI KOTA CIREBON YANG MENDUKUNG PEMBENTUKAN CITY
BRANDING
Muhammad Yunus Karim(1), Nia K. Pontoh(2), Bagas Dwipantara Putra(3)
(1)Program Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, ITB.(2)Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, ITB.(3)Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, ITB.
Abstrak
Dalam era globalisasi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan kota-kota yang ada semakin
ketat. Kota-kota yang ada saling berkompetisi dengan tempat lain untuk memperebutkan perhatian,
investasi, pengunjung, pembeli, dan event. Kompetitor-kompetitor yang ada bahkan berasal dari
belahan dunia yang lain. Untuk dapat menghadapi globalisasi tersebut, penting bagi sebuah kotauntuk memiliki brand sebagai arah gerak pembangunan kota tersebut dalam konteks global, bukan
hanya konteks lokal. Kota Cirebon dengan statusnya sebagai Pusat Kegiatan Nasional di Provinsi
Jawa Barat belum memiliki brand yang diusung untuk dapat memunculkan ciri khas dan keunikan
yang dimilikinya. Mengingat Kota Cirebon memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan,
pemahaman mengenai bagaimana konsep city brandingdiaplikasikan di kota Cirebon sangat menarik
untuk diteliti. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui potensi apa saja yang dimiliki
oleh Kota Cirebon yang dapat mendukung pembentukan city branding. Penelitian ini menggunakan
metode analisis isi berdasarkan tinjauan literatur yang berkaitan dengan kondisi Cirebon. Dari hasil
penelitian terlihat bahwa potensi yang dimiliki Kota Cirebon adalah bangunan-bangunan bersejarah
seperti Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Taman Air Gua Sunyaragi, dll. Selain itu,
kebudayaan yang dimiliki Kota Cirebon juga unik karena merupakan perpaduan antara budaya Arab,Cina, Jawa, dan Sunda.
Kata-kunci: brand, city branding, Kota Cirebon, potensi,
Pendahuluan
Dalam era globalisasi saat ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa persaingan kota-kota yang ada
semakin ketat. Kota-kota yang ada saling
berkompetisi dengan tempat lain untukmemperebutkan perhatian, investasi,
pengunjung, pembeli, event-event, dan
kegemaran. Keadaan ini telah menciptakan
situasi kompetisi tersebut tidak lagi antara kota-
kota yang bersebelahan dan berseberangan,
namun kompetitor-kompetitor yang ada berasal
dari belahan dunia yang lain. Karena kemajuan
teknologi dan deregulasi pasar (market
deregulations), bahkan kota-kota kecil pun
dapat dikonfrontasi oleh kompetitornya yang
berlokasi pada benua lain. Kompetisi global initidak lagi terbatas pada kota-kota besar yang
berkompetisi untuk dijadikan lokasi kantor pusat
(headquarters) dari perusahaan multinasional
dan badan PBB, atau untuk event olahraga
besar. Sebagai contoh, Kota Alicante di Spanyol
berjuang untuk berkompetisi sebagai tujuan
wisata pantai dunia dengan banyak kota lain didunia. Mulai dari Antalya di Turki hingga
Pattaya di Thailand. Bordeaux dan wilayahnya
menghadapi kompetisi ketat dengan banyak
daerah. Mulai dari Australia Bagian Selatan
hingga Afrika Bagian Selatan dalam hal
pembuatan anggur (wine) tradisional yang
terbaik. Selain itu, pusat pembuatan mobil
tradisional seperti West Midlands, Detroit,
Stuttgart, dan Nagoya bersaing dengan
Bratislava dan Shanghai (van Gelder, 2008).
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1 | 154
-
7/25/2019 City Branding CIrebon
2/9
Identifikasi Potensi Kota Cirebon yang Mendukung Pembentukan City Branding
Untuk dapat menghadapi globalisasi tersebut,
penting bagi sebuah kota untuk memiliki
branding (pencitraan) sebagai arah gerak
pembangunan kota tersebut dalam konteks
global, bukan hanya konteks lokal. Kota-kota
yang ada di dunia butuh untuk mengekpresikan
karakteristik unik yang dimilikinya, menetapkan
tujuan ekonomi, kultur, dan politik dalam
kaitannya untuk membedakan dirinya dari
wilayah lain dan dapat berkompetisi dengan baik
untuk menarik sumberdaya, wisatawan, dan
penduduk (Kavaratzis & Ashwort, 2006).
Kegiatan city branding bukan sebatas membuat
slogan atau logo, tetapi merupakan ruh dari
kota tersebut. Ruh yang menjiwai segala
aktivitas kota , baik itu jiwa warganya, watak
birokrasinya, maupun ketersediaan infrastruktur
penunjangnya. Sementara slogan,logo, desain
interior, arsitektur bangunan, ruang publik, serta
unsur penataan visual kota lainnya merupakan
penyempurnaan dari keseluruhan ruh kota. City
branding juga menuntut sinergi dari keseluruhan
unsur pembentuk kota, baik dari aspek sumber
daya manusia, fasilitas umum, fasilitas sosial
maupun sistem transportasi. Tanpa sinergi yang
baik, upaya city branding akan sia-sia.
Fungsinya tidak hanya mencakup komunikasipemasaran kota secara umum tetapi dapat juga
mendukung strategi pengembangan seni-
budaya dan pariwisata, sentra industri dan
perdagangan, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat dan lain sebagainya. Dampak
akumulasi dari semuanya akan turut memutar
roda perekonomian dari masyarakat di kota
tersebut.
Kota-kota di dunia berupaya untuk menjadi
menarik dan unik salah satunya denganmenerapkan konsep city branding. Namun,
untuk membuat kota menarik merupakan
pekerjaan sulit bagi banyak pemerintah,
termasuk pemerintah daerah di Indonesia.
Setelah krisis ekonomi melanda Indonesia pada
tahun 1997, banyak daerah yang tidak mampu
membiayai kebutuhannya sendiri sehingga
disubsidi oleh pemerintah pusat. Semenjak
Undang-Undang No. 22/1999 tentang Otonomi
Daerah (yang kemudian direvisi menjadi
Undang-Undang No. 32/2004) diberlakukan,setiap daerah diharuskan untuk aktif dan kreatif
dalam memperoleh pendapatan daerah untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi.
Pemerintah daerah kemudian mencoba untuk
membuat banyak program untuk menarik
investor dengan banyak cara seperti membuka
area industri, membangun banyak pusat bisnis,
dan membuat hiburan/pertunjukkan atau sektor
jasa lainnya. Dengan demikian, pemerintah
bekerja keras untuk membuat kota mereka
bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi
(Nuraini, 2010)
Kota Cirebon dengan statusnya sebagai Pusat
Kegiatan Nasional di Provinsi Jawa Barat belum
memiliki brand yang ingin diusung untuk dapat
memunculkan ciri khas dan keunikan yang
dimilikinya. Mengingat Kota Cirebon memiliki
banyak potensi yang dapat dikembangkan,
pemahaman mengenai bagaimana konsep city
branding diaplikasikan di kota Cirebon sangat
menarik untuk diteliti.
Gambar 1. Delineasi Wilayah Studi
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui potensi apa saja yang dimiliki oleh
Kota Cirebon yang dapat mendukung
pembentukan city branding. Penelitian ini
155 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
-
7/25/2019 City Branding CIrebon
3/9
Muhammad Yunus Karim
menggunakan metode analisis isi berdasarkan
tinjauan literatur yang berkaitan dengan kondisi
Cirebon. Studi ini berupaya untuk melihat
prospek branding kota-kota di Indonesia
dengan Kota Cirebon sebagai kasus studi.
Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian
merupakan metode pengumpulan data sekunder
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen penting dari sumber dari
berbagai literatur seperti buku, tugas akhir, tesis,
disertasi, jurnal, dan publikasi ilmiah lainnya.
Selain itu dokumen-dokumen perencanaan
seperti RPJPD, RPJMD, dan RTRW Kota Cirebon
juga dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Merode analisis yang digunakan dalam
penelitian adalah analisis isi. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui potensi yan
dimiliki oleh Kota Cirebon dalam mendukung
pembentukan brand Kota Cirebon.
Konsep City Branding
Sebelum membahas mengenai definisi city
branding, terlebih dahulu akan dipaparkan
mengenai definisi kota, brand dan branding
secara terpisah. Pontoh dan Kustiwan (2009)
menyatakan bahwa sebuah kota memiliki
karakteristik jumlah penduduk yang besar,
pemusatan kegiatan nonpertanian, pusat
kegiatan ekonomi (industri dan perdagangan),
konsentrasi kawasan terbangun (built up area),
masyarakat yang heterogen, memiliki pola hidup
yang khusus, pusat penyebaran pengetahuan
dan memiliki gaya hidup kota, terdapat berbagai
lembaga sosial, ekonomi, dan politik; terdapat
berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial,
struktur dicirikan dengan adanya ruang dan
jalan kota, merupakan pusat jasa pelayanan
bagi lingkungan perumahan, adanya sejumlah
fungsi kegiatan kota, minimal seperti pasar, dsb.
Dalam penelitian mengenai city branding,
peneliti tentu saja memperhatikan mengenaibagaimana cara merealisasikan city brand, yang
mana mengikutsertakan analisis dan diskusi
dalam proses pembuatan city brand. Peneliti
luar negeri biasanya menggunakan istilah city
branding untuk menunjukkan proses ini dan
mendefinisikannya dari perspektif mereka
masing-masing (Minghui, 2009). Berikut
merupakan konsep-konsep yang dijelaskan oleh
para peneliti mengenai city branding.
Tabel 1 Penjelasan City Brandingoleh Peneliti
Kavaratzis &Ashworth(2007)
City brandingmerupakan upayamemposisikan kota di tengahpersaingan global yang intenssebagai tanggapan terhadapdinamika ekonomi, politik, dansosial.
Van Gelder(2008)
City brandingadalah mengenaikesengajaan menciptakan,mengembangkan danmenunjukkan nilai yang tepatmelalui 'on-brand' actions, yang
terdiri dari investasi, rencanafisik dan ekonomi, programatraksi, kegiatan, komunikasi,dan sejenisnya.
Dinnie (2010) City brandingadalah tentangmengidentifikasi satu set brandattributes yang dimiliki sebuahkota sesuai urutan untukmembentuk sebuah dasar yangdigunakan untuk menghasilkanpersepsi positif dari banyakaudiences.
Berdasarkan hasil kajian literatur dari berbagaisumber, dapat disimpulkan bahwa city branding
adalah upaya mempromosikan citys imageyang
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1| 156
-
7/25/2019 City Branding CIrebon
4/9
Identifikasi Potensi Kota Cirebon yang Mendukung Pembentukan City Branding
khas dari suatu kota melalui bentuk fisik kota,
kebijakan pemerintah kota, promosi periklanan,
tingkah laku penduduk sehingga suatu kota
dapat dikenal dengan identitas unik yang hanya
dimiliki olehnya di dunia.
Kavaratzis (2004) menyadari bahwa seluruh
pertemuan dengan kota dilakukan melalui
persepsi dan image. Saat ini sudah jelas bahwa
image kota harus direncanakan (Vermeulen,
2002) dan dipasarkan. Hal ini merupakan
interaksi antara aspek internal kota dengan
aspek eksternal yang disebutkan oleh Graham
(2002), yang mana merupakan titik fokus dari
city branding. Segala sesuatu yang dikandung
oleh suatu kota, segala sesuatu yang bertempat
di suatu kota, dilakukan oleh kota,mengkomunikasikan pesan mengenai image
kota mereka. Segala bentuk intervensi atau
wilayah tindakan yang termasuk di model dalam
konteks city branding yang memiliki makna
fungsional dan simbolis, adalah pikiran utama
yang membedakan pemasaran dari keputusan
branding. Image dikomunikasikan melalui tiga
tipe komunikasi, yaitu primer, sekunder, dan
tersier.
Gambar 3. Model Pembentukan City Branding
1. Komunikasi Primer berkaitan dengan
dengan efek komunikatif yang ditimbulkan
oleh aksi yang dilakukan oleh kota, ketika
komunikasi bukan merupakan tujuan utama
dari aksi tersebut. Komunikasi ini dibagi
menjadi 4 wilayah intervensi, yaitu:
a. Strategi Lansekap (Landscape
Strategies), merujuk pada tindakan dan
keputusan yang berhubungan dengan
rancang kota, arsitektur, ruang hijau,
dan ruang publik di kota.
b. Proyek Infrastruktur (Infrastructure
Projects), merujuk pada proyek yang
dibangun untuk membuat,
meningkatkan, atau memberikan
karakter khas untuk berbagai tipe
infrastruktur yang dibutuhkan di kota.
Di satu sisi, elemen ini harus
meningkatkan aksesibilitas kota kepada
berbagai audience, apakah itu
aksesibilitas pada jalan raya untuk
penduduk atau aksesibilitas terhadap
monumen besar bagi pengunjung, atau
keberadaan bandar udara yang besar.
Di satu sisi, hal ini merujuk pada
keberadaan dan ketercukupan berbagaifasilitas seperti pusat budaya, fasilitas
konferensi, dan lain-lain.
c. Struktur Organisasional dan
Administratif (Organisational and
Administrative Structrure), merujuk
pada efektivitas dan peningkatan
struktur pemerintahan kota.
d. Perilaku Kota (Citys Behaviour),
merujuk pada visi pemerintah kota,
strategi yang diadopsi atau insentif
finansial yang disediakan pemerintahkota bagi berbagai stakeholder. Dua
elemen yang signifikan adalah tipe
pelayanan yang disediakan oleh kota,
bersamaan dengan efektivitas
penyediaan tersebut dan jumlah dan
jenis events (seperti festival, dan
kultural lainnya , budaya atau event
yang lain).
2. Komunikasi Sekunder adalah komunikasi
yang formal dan disengaja yang biasanyamengambil tempat pada praktek pemasaran
pada umumnya seperti pemasangan iklan
pada indoor dan outdoor, hubungan
masyarakat, desain grafis, dan penggunaan
logo. Hal ini memiliki kesamaan dengan apa
yang dimaksud dengan komponen promosi
dari pemasaran tradisional dan sejauh ini
menjadi variabel pemasaran yang diadopsi
kota dengan senang hati.
3. Akhirnya, komunikasi tersier merujuk pada
word of mouth (pemasaran dari mulut ke
157 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
-
7/25/2019 City Branding CIrebon
5/9
Muhammad Yunus Karim
mulut), yang diperkuat oleh media dan
komunikasi kompetitor. Hal ini tidak dapat
dikontrol oleh kota tersebut. Keseluruhan
proses branding dan dua jenis komunikasi
image yang dapat dikontrol sebelumnya
merupakan tujuan untuk membangkitkan
dan memperkuat komunikasi tersier yang
positifkhususnya terhadap penduduk asli
yang tinggal kota tersebut, yang pada saat
bersamaan merupakan target audience
yang terpenting dari city branding dan city
marketers.
Sekilas Mengenai Kota Cirebon
Kota Cirebon terletak pada 641S 10833E
pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur JawaBarat, memanjang dari barat ke timur 8
kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan
ketinggian dari permukaan laut 5 meter
(termasukdataran rendah). Kota Cirebon dapat
ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari
arah Kota Bandung dan 258 km dari arahKota
Jakarta.Letaknya yang berada di wilayah pantai
menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah
dataran yang lebih luas dibandingkan dengan
wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon
adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaanlahan untuk perumahan (32%) dan tanah
pertanian (38%).
Kota Cirebon sangat strategis sebagai pusat
perdagangan, karena menjadi simpul
pergerakan antarkota/wilayah seperti: DKI
Jakarta Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hasil-
hasil pertanian perdesaan dan pemasaran
barang-barang produksi perkotaan maupun
regional kota dikumpulkan di Kota Cirebon.
Tersedianya alat transportasi dengan tingkat
aksesibilitas yang cukup tinggi menjadikan Kota
Cirebon sebagai salah satu pusat koleksi
distribusi barang, jasa, dan orang di Provinsi
Jawa Barat bagian timur. Fungsi kota-kota yang
ada tersebut akan menunjang peran Kota
Cirebon dalam lingkup regionalnya, yaitu
sebagai kota orde I (pengembangan wilayah
timur di Provinsi Jawa Barat) dan mempunyai
hirarki pelayanan regional Provinsi Jawa Barat.
Keadaan tersebut mempelihatkan bahwa kota
tidak dapat terlepas dari kerangka sistem
perkotaan yang dijabarkan dalam
pengelompokan wilayah pembangunan suatudaerah.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), Kota Cirebon direncanakan
menjadi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan
merupakan pusat pelayanan berskala regional
pada Wilayah Pengembangan Ciayumajakuning
(Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan
Kuningan). Sebagaimana telah disebutkan diatas,
Kota Cirebon menjadi pusat pengumpul barang-
barang hasil produksi dan juga menjadi pusatpelayanan/jasa untuk wilayah sekitarnya. Kota
Cirebon melayani kebutuhan perdagangan dan
jasa wilayah sekitarnya dalam memanfaatkan
potensi yang ada. Potensi wisata alam
Kabupaten Kuningan, potensi minyak Balongan
(Kabupaten Indramayu), potensi rotan
Kabupaten Cirebon, potensi hasil pertanian
Gambar 4. Balaikota Cirebon dan Keraton Kanoman
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1| 158
http://toolserver.org/~geohack/geohack.php?language=id&pagename=Kota_Cirebon¶ms=6_41_S_108_33_E_region:ID_type:cityhttp://toolserver.org/~geohack/geohack.php?language=id&pagename=Kota_Cirebon¶ms=6_41_S_108_33_E_region:ID_type:cityhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_rendahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_rendahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawahttp://toolserver.org/~geohack/geohack.php?language=id&pagename=Kota_Cirebon¶ms=6_41_S_108_33_E_region:ID_type:city -
7/25/2019 City Branding CIrebon
6/9
Identifikasi Potensi Kota Cirebon yang Mendukung Pembentukan City Branding
Indramayu, menjadikan Kota Cirebon sebagai
kota bisnis yang menjadi tempat berkumpulnya
investor dan pebisnis baik dari dalam maupun
luar negeri. Berikut merupakan gambaran
keterkaitan Kota Cirebon dengan wilaya
sekitarnya, khususnya dalam lingkup
Ciayumajakuning.
Perekonomian Kota Cirebon dipengaruhi oleh
letak geografis yang strategis dan karakteristik
sumber daya alam sehingga struktur
perekonomiannya didominasi oleh sektor
industri pengolahan, sektorperdagangan, hotel
dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektorjasa.Sampai tahun 2001
kontribusi perekonomian untuk Kota Cirebon
adalah industri pengolahan (41,32%), kemudiandiikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran (29,8%), sektor pengangkutan dan
komunikasi (13,56%), sektor jasa-jasa (6,06%).
Sedangkan sektor lainnya (9,26%) meliputi
sektor pertambangan, pertanian, bangunan,
listrik, dan gas rata-rata 2-3%.
Salah satu wujud usaha di sektor informal
adalah pedagang kaki lima, Kota Cirebon yang
sering menjadi sasaran urbanisasi memiliki
jumlah PKL yang cukup signifikan pada setiaptahunnya. Fenomena ini di satu sisi
menggembirakan karena menunjukan dinamika
ekonomi akar rumput, tapi di sisi lain jika tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan
persoalan yang serius di sektor ketertiban dan
tata ruang.
Didin (2011, dalam Susilo, 2011) menyatakan
bahwa Kota Cirebon memiliki potensi besar yang
meliputi: (1) Kota transit yang terletak di jalur
Pantura dapat dicapai dengan sangat mudahdengan segala moda transportasi darat, (2) Kota
dengan julukan sebagai kota peninggalan Wali
Sanga yang memiliki peninggalan warisan situs
budaya Keraton Kesepuhan, Kanoman dan
Kacirebonan berada di tengah-tengah kota yang
sarat dengan perdagangan, (3) Kota dengan
budaya yang majemuk karena dibangun di atas
berbagai percampuran suku bangsa, memiliki
kesenian yang beraneka ragam, (4) Memiliki
benda-benda peninggalan budaya yang
bermakna tinggi, (5) Memiliki berbagai macam
kuliner yang lezat, (6) Masyarakat kota yang
memiliki sikap terbuka dan selalu berkembang
maju, (7) Memiliki potensi corak batik yang unik
seperti corak karangan dan mega mendung.
Selain itu, Kota Cirebon disebut juga sebagai
Caruban Nagari (penanda gunung Ciremai) dan
sebagai Poros Dunia, tentunya memiliki arti dan
makna yang sangat unik.
Analisis dan Interpretasi
Untuk mengidentifikasi potensi Cirebon yang
mendukung pembentukan brand didasarkan
pada kondisi eksisting Cirebon dan aspek
historis yang didapatkan melalui data yang
diperoleh melalui dokumen dan internet untuk
persiapan Kota Cirebon untuk branding melalui
kerangka teori yang telah disebutkan
sebelumnya.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh
Kavaratzis (2004), menemukan bahwa untuk
menuju city branding terdapat tiga jenis
komunikasi. Dalam penelitian ini akan
diidentifikasi komunikasi primer yang akan
digunakan untuk menganalisis kesiapan Kota
Cirebon. Komunikasi primer dipilih menjadi
karena merupakan tahap yang paling
berhubungan dengan ilmu perencanaan kotadalam hal intervensi.
Komunikasi primer (Primary communication)
tersebut antara lain adalah Strategi Lansekap
(Landscape Strategy), Proyek Infrastruktur
(Infrastructure Projects), Struktur Administratif
dan Organisasional (Administrative and
Organizational Structure), dan Perilaku Kota
(Citys Behaviour).
Visi Pemerintah Kota Cirebon 20 tahun ke depanadalah:Terwujudnya Kota Cirebon Sebagai Kota
Perdagangan dan Jasa yang Religius dan
Sejahtera. Jasa memiliki makna :
a. Kota Cirebon sebagai pusat pelayanan
jasa yang meliputi jasa penunjang
perdagangan, keuangan, pendidikan,
kesehatan, pariwisata, pemerintahan,
transportasi dan komunikasi;
b. Peningkatan pelayanan jasa dilakukan
dengan memperkuat perekonomian kota
159 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alamhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Industri_pengolahan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Perdaganganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hotelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Restoranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengangkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_kaki_limahttp://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_kaki_limahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengangkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Restoranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hotelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perdaganganhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Industri_pengolahan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam -
7/25/2019 City Branding CIrebon
7/9
Muhammad Yunus Karim
pada sektor andalan menuju keunggulan
kompetitif;
c. Membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi dan pelayanan dengan tetap
mempertahankan dan mengembangkan
industri kecil dan menengah;d. Memberikan kontribusi dan dominasi
yang lebih besar dari daerah lain di
wilayah Cirebon.
Dilihat dari visinya, Pemerintah Kota Cirebon
sesungguhnya mengarahkan Kota Cirebon
sebagai Kota Perdagangan dan Jasa, namun
yang lebih populer dikenal oleh masyarakat
adalah sektor pariwisata yang memang
digolongkan sebagai jasa oleh Pemerintah Kota
Cirebon.
Kota Cirebon memiliki banyak peninggalan
sejarah berupa bangunan yang dijadikan obyek
wisata (Nursinggih, 2001), yaitu :
a. Keraton Kasepuhan yang merupakan
peninggalan sejarah Kerajaan Islam yang
merupakan pusat pemerintahan masa lalu.
Keraton ini terletak di Kelurahan Kasepuhan
Kecamatan Lemah Wungkuk yang
merupakan zona perdagangan. Bangunan ini
memiliki gaya arsitektur perpaduan antara
Cina, Jawa, dan Eropa.
b. Keraton Kanoman merupakan pecahan
dari Kerajaan Cirebon memiliki ciri khas yang
tidak jauh berbeda dengan Keraton
Kasepuhan. Terletak di Kelurahan Pulasaren
Kecamatan Pekalipan. Kondisi bangunan
masih cukup baik.
c. Keraton Kacirebonanmerupakan pecahan
dari Keraton Kanoman, yang dulunya dikenal
sebagai tempat untuk pendidikan agamaIslam. Letak keraton di Kelurahan Jagastru
Kecamatan Pekalipan. Saat ini digunakan
sebagai Sekretariat Lembaga Kebudayaan
Wilayah III Cirebon, kondisi bangunannya
masih cukup baik.
d. Keraton Kaprabonan merupakan hasil
pembagian dari Keraton Kanoman. Terletak
di Kelurahan Lemah Wungkuk Kecamatan
Lemah Wungkuk. Saat ini digunakan sebagai
tempat tinggal kerabat keraton.
e. Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhanmerupakan peninggalan Walisanga di masa
lalu. Keunikan dari masjid ini adalah tidak
memiliki menara masjid, serta bangunannya
memiliki gaya arsitektur tersendiri. Kondisi
bangunan cukup terawat baik.
f. Masjid Merah Panjunan memiliki usia
yang sama dengan masjid Sang Cipta Rasa
Kasepuhan, bentuk bangunannya meskipun
lebih kecil namun model arsitekturnya sama.
g. Taman Air Gua Sunyaragi merupakan
tempat melakukan meditasi di masa lalu
Selain memiliki obyek wisata peninggalan
sejarah masa lalu, Cirebon memiliki atraksi
wisata budaya dan tarian. Atraksi wisata yang
berhubungan dengan Tradisi Keraton dan
Masyarakat Cirebon adalah seperti pada tabel
berikut.
Tabel 2 Kesenian Tradisonal Cirebon
Nama Penjelasan
Tarian Panji
dengan topengwarna putih
Menggambarkan manusia yang suci,
pemimpin yang arif, adil, danbijaksana.
Tari Tumenggungdengan topengwarna violet
Menggambarkan sikap kehidupanprajurit dan kepahlawanan yanggagah berani dan bertanggungjawab.
Tari Sambadengan topengwarna kuning
Menggambarkan gemerlapnyakehidupan dunia, harta, wanita. Tariini terlihat sangat lincah dan kayaakan gerak.
Tari Kelana
dengan topengwarna merah
Menggambarkan watak manusia
serakah, angkara murka,menghalalkan segala cara. Namunsebagai pemimpin ia kaya dan sangattangguh.
Tari Rumiyangdengan topeng
warna merahjambu
Menggambarkan sikap kehidupanmanusia secara samar-samar dengan
mata biasa untuk menjadi manusiaseutuhnya diperlukan kemampuan
dan akal yang sempurna
Tari Tayub Menggambarkan salah satu bentuk
seni pergaulan di kalangan atas yangberfungsi menyambut tamu
Tari JaranLumping
Menggambarkan falsafah hidup yangluhur dengan cara pitutur.
Tari Ronggeng
Umbul
Menggambarkan tari pergaulan
masyarakat biasa yang pada jamandulunya keraton ikut mengawasi.
Debus Menggambarkan pertunjukan yangmutlak menggunakan kekuatan danketahanan fisik serta khusus unsurmagis. Kesenian ini bermula dari
Cirebon yang kemudian menyebar kedaerah lain seperti Banten.
Tarling Menggambarkan kesenian dengan alatmusik utama gitar dan suling
Selain memiliki kesenian tradisional, Kota
Cirebon juga memiliki tradisi yang hingga saat
ini masih dijalankan oleh pihak Keraton dan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1| 160
-
7/25/2019 City Branding CIrebon
8/9
Identifikasi Potensi Kota Cirebon yang Mendukung Pembentukan City Branding
berpotensi menjadi atraksi wisata untuk menarik
wisatawan.
Tabel 3 Tradisi Keraton Cirebon
Nama Penjelasan
Bubur Syura Dilaksanakan Setiap tanggal10 Syura
Apeman Dilaksanakan Setiap tanggal15 Syafar
Siraman Panjang Dilaksanakan Setiap tanggal 8Mulud
Hajat Sebrah,Ukup ke AstanaAgung
Dilaksanakan Setiap tanggal11 Mulud
Upacara PanjangJimat
Dilaksanakan Setiap tanggal12 Mulud
Rajaban Dilaksanakan Setiap tanggal27 Rajab
Nisfu Syaban Dilaksanakan Setiap tanggal15 Ruwah
Tadarusan Dilaksanakan Setiap tanggal1-29 Ramadhan
Khataman Dilaksanakan Setiap tanggal30 Ramadhan
Hajat Lebaran Dilaksanakan Setiap tanggal 1Syawal
Sekatenan Dilaksanakan Setiap tanggal 1Syawal
Garebeg Syawal Dilaksanakan Setiap tanggal 8Syawal
Siraman Gong
Sekaten
Dilaksanakan Setiap tanggal 8
Rayagung
Pada dasarnya keberadaan infrastruktur untuk
menunjang kehidupan sehari-hari masyarakat
Kota Cirebon. Meskipun memang penyediaannya
belum optimal seperti taman kota dan fasilitas
pendidikan. Dalam hal aksesibilitas, Kota
Cirebon sudah memiliki aksesibilitas yang cukup
tinggi. Kota Cirebon sangat strategis sebagai
pusat perdagangan, karena menjadi simpul
pergerakan antarkota/wilayah seperti: DKIJakarta Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota
Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni
Stasiun Kejaksan dan Stasiun Prujakan. Stasiun
Kejaksan berarsitektur khas kolonial Belanda,
stasiun ini melayani hampir semua tujuan kota -
kota lainnya baik itu kota besar maupun kota
kecil di pulau Jawa. Terminal angkutan darat di
Kota Cirebon di antaranya terminal besar
Harjamukti, letaknya di jalan By Pass Kota
Cirebon. Pelabuhan Cirebon saat ini hanya
digunakan untuk pengangkutan batu bara dankebutuhan pokok dari pulau-pulau lain di
Indonesia. Bandar Udara Cakrabuana
merupakan bandar udara di Kota Cirebon saat
ini hanya dijadikan sebagai bandara khusus
militer. Di kota ini masih terdapat Becak khas
Cirebon sebagai sarana transportasi rakyat
sekaligus sarana untuk wisata keliling kota.
Kota Cirebon tidak memiliki suatu dinas khusus
yang mengurusi mengenai city branding atau
pemasaran khusus. Namun, untuk pariwisata
memang sudah ada yang bertanggungjawab
atas pemasaran pariwisata. Pelaksananya
berada di bawah Dinas Pariwisata Kota Cirebon.
Bahkan untuk pariwisata sudah ada branding
untuk pariwisata yang berjudul Cirebon The
Gate of Secret meskipun memang masih baru
dan belum terasa.
Kesimpulan
Kota Cirebon memiliki banyak bangunan
bersejarah sebagai objek wisata, yaitu: Keraton
Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton
Kacirebonan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa,
Masjid Merah Panjunan. Taman Air Gua
Sunyaragi, Petilasan Sunan Kalijaga. Selain
bangunan-bangunan tersebut masih ada
bangunan bersejarah lainnya seperti BalaikotaCirebon. Keberadaan infrastruktur, khususnya
transportasi darat, laut, dan udara cukup
menunjang aksesibilitas menuju Kota Cirebon.
Namun, dalam hal penyediaan infrastruktur
mengenai wisata masih belun tersedia. Kota
Cirebon belum memiliki lembaga khusus yang
menangani city branding. Kebijakan yang
dimiliki oleh Pemerintah Kota Cirebon adalah
mengarahkan pembangunan Kota Cirebon
kearah Kota Perdagangan dan Jasa.
Ucapan Terima Kasih
Dalam melakukan penelitian ini, penulis dibantu
oleh banyak pihak. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ir. Nia Kurniasih Pontoh, MT. atas
bimbingan yang selama ini diberikan selama
masa penulisan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Ridwan Sutriadi, ST.,
MT. dan Puspita Dirgahayani, ST., M.Eng.
Dr.Eng. selaku penguji.
161 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Kejaksanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Cirebonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Becakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Becakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Cirebonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Kejaksan -
7/25/2019 City Branding CIrebon
9/9
Muhammad Yunus Karim
Tak lupa, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pemerintah dan masyarakat Kota
Cirebon atas bantuan yang telah diberikan demi
kelancaran penulisan penelitian ini.
Daftar Pustaka
KAVARATZIS, M (2008) From City Marketing toCity Branding : An Interdisciplinary Analysiswith Reference to Amsterdam, Budapest, and
Athens. Dissertation. Groningen:
Rijksuniversiteit GroningenDINNIE, K (2011) City Branding : Theory and
Cases. London: Palgrave Macmillan
ANHOLT, S (2010) Places: Identity, Image, andReputation. London: Palgrave Macmillan
VAN GELDER, S (2008) An Introduction to City
Branding. Amsterdam: Placebrands LimitedKAVARATZIS, ASHWORTH (2005) City
Branding : An Effective Assertion of Identityor A Transitory Marketing Trick? Oxford :Blackwell Publishing Ltd.
RAHMADYANI, I (2010) Identifikasi Elemen
Pembentuk City Branding Kota Bandung.Tugas Akhir. Bandung: Institut TeknologiBandung
NURAINI, Y (2010) An Analysis of ThePreparedness of Bandung Towards City
Branding. Master Thesis. Bandung and
Groningen : Double Master DegreeProgramme Development Planning andInfrastructure Management School of
Architecture, Planning and PolicyDevelopment Institut Teknologi Bandung and
Environmental and Infrastructure PlanningFaculty of Spatial Sciences University ofGroningen
RAUBO, A (2010) City Branding and its Impact
on Citys Attractiveness for External Audiences.Master Thesis. Rotterdam : Erasmus
University
NURSINGGIH, H (2001) Kajian KomponenPenawaran dan Permintaan Wisata SebagaiPenunjang Kepariwisataan Budaya Kota
Cirebon. Tesis. Semarang: UniversitasDiponegoro
PONTOH, KUSTIWAN (2009) PengantarPerencanaan Perkotaan. Bandung: PenerbitITB.
SUSILO, W. H. 2011. Observasi di Kota Cirebon:
Suatu Potensi Pariwista dengan MeningkatkanKeberadaan Heritage. Artikel. DIKTI.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1| 162