Citra suatu kota dibentuk dari bagaimana keadaan jalan...

4
9 Berdasarkan hasil evaluasi pada masing-masing elemen yang didapat pada tahap 2 maka disimpulkan beberapa fakta empiris: Tahap 3: 1. Elemen City gate belum terihat jelas & belum mencerminkan identitas koridor jalan setempat dan image kota yang dituju. 2. Elemen Edge, berupa area sempadan sungai belum dimanfaatkan secara optimal dalam memberikan keragaman visual sekuens koridor jalan Mastrip 3. Elemen nodes berupa persimpangan-persipangan jalan utama secara visual belum tegas.Elemen Nodes berupa pasar dan sentra PKL kondisi visualnya kurang estetis 4. Elemen City hall berupa RTH taman kawasan dan daerah sempadan sungai belum memberikan keunikan dan keragaman visual pada sekuens koridor jalan Mastrip. 5. Elemen landmark kawasan secara visual belum memiliki kontinuitas dan belum mengandung simbol atau makna yang dapat mewakili linkungan setempat dan kota. VII.2 Analisa karakter elemen 3 dimensional pembentuk ruang Koridor Tahap 1, 2 & 3 dapat dilihat pada tabel 7.1: Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik pada masing-masing fitur karakter yang didapat pada tahap 3 maka disimpulkan beberapa fakta empiris: 1. Masih terdapat variasi/ keragaman komposisi fasade antar bangunan 2. Komposisi vegetasi sebagai elemen pembentuk ruang masih sangat minim 3. Elemen floor berupa jalur kendaraan belum memenuhi keseimbangan ruang & kesesuaian dengan karakteristik jalan masuk kota 4. Keberadaan jalur pejalan kaki dan desain street furniture belum memenuhi kualitas estetika visual dan belum memiliki kesesuaian dengan karakteristik ruang koridor. 5. Belum adanya sekuen yang dibentuk oleh bangunan & vegetasi mulai dari awal masuk hingga batas perkotaan (klimaks).

Transcript of Citra suatu kota dibentuk dari bagaimana keadaan jalan...

9

Berdasarkan hasil evaluasi pada masing-masing elemen yang didapat pada tahap 2

maka disimpulkan beberapa fakta empiris:

Tahap 3:

1. Elemen City gate belum terihat jelas & belum mencerminkan identitas koridor jalan

setempat dan image kota yang dituju.

2. Elemen Edge, berupa area sempadan sungai belum dimanfaatkan secara optimal

dalam memberikan keragaman visual sekuens koridor jalan Mastrip

3. Elemen nodes berupa persimpangan-persipangan jalan utama secara visual belum

tegas.Elemen Nodes berupa pasar dan sentra PKL kondisi visualnya kurang estetis

4. Elemen City hall berupa RTH taman kawasan dan daerah sempadan sungai belum

memberikan keunikan dan keragaman visual pada sekuens koridor jalan Mastrip.

5. Elemen landmark kawasan secara visual belum memiliki kontinuitas dan belum

mengandung simbol atau makna yang dapat mewakili linkungan setempat dan kota.

VII.2 Analisa karakter elemen 3 dimensional pembentuk ruang Koridor

Tahap 1, 2 & 3 dapat dilihat pada tabel 7.1:

Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik pada masing-masing fitur karakter yang

didapat pada tahap 3 maka disimpulkan beberapa fakta empiris:

1. Masih terdapat variasi/ keragaman komposisi fasade antar bangunan

2. Komposisi vegetasi sebagai elemen pembentuk ruang masih sangat minim

3. Elemen floor berupa jalur kendaraan belum memenuhi keseimbangan ruang &

kesesuaian dengan karakteristik jalan masuk kota

4. Keberadaan jalur pejalan kaki dan desain street furniture belum memenuhi kualitas

estetika visual dan belum memiliki kesesuaian dengan karakteristik ruang koridor.

5. Belum adanya sekuen yang dibentuk oleh bangunan & vegetasi mulai dari awal

masuk hingga batas perkotaan (klimaks).

10

ELEMEN FITUR KARAKTER PENGAMATAN/ DATA PERSEPSI RESPONDEN KARAKTERISTIK

(Hasil evaluasi) Wall (Bangunan)

Komposisi fasade

Komposisi fasade yang beragam terbentuk dari geometri bukaan pintu, jendela, maupun penanda-penanda seperti papan-papan nama toko dan bidang pagar pada bangunan industri

Fasade bangunan belum memberikan kontribusi positif terhadap estetika visual koridor dan memperkuat karakter jalan Mastrip sebagai koridor indistri & perdagangan.

Adanya variasi fasade yang terlalu kompleks yang disebabkan perubahan efek visual yang terlalu intens dalam satuan pergerakan yang sehingga menimbulkan kesan yang kacau. Efek visual tersebutdibentuk oleh skala, penempatan (level) & bentuk ornamen serta bukaan yang beragam.

Gaya arsitektur & bentuk bangunan

Tidak ada penggunaan gaya arsitektur tertentu pada tiap bangunan

gaya arsitektur bangunan belum memberikan karakteristik visual yang kuat bagi sebuah koridor masuk kota deng fungsi industri dan perdagangan

Gaya bangunan cenderung menyesuaikan dengan fungsi bangunan tersebut. Seperti: - Bagunan Industri: bentuk pabrik (workshop) - Bangunan Perdagangan: menggunakan gaya arsitektur modern dan campuran gaya arsitektur tropis

dan moden. Ketinggian Bangunan & Skyline

Pada tiap segmen, bangunan memiliki ketinggian yang beragam mulai dari ketinggian 1 hingga 4 lantai (5 hingga 20 meter)

ketinggian bangunan yang ada masih ideal dalam memberikan kenyamanan secara visual dan pembentukan kesan meruang koridor jalan yang seimbang.

- Ketinggian bangunan yang bervariasi tidak diimbangi dengan pemunduran bangunan yang membentuk kesan visual ruang yang seimbang.

- Skyline bangunan belum membentuk sekuen pandangan yang teratur mulai dari segmen awal hingga segmen akhir/klimaks.

Garis Sempadan Bangunan

Pada tiap segmen, Garis Sempadan Bangunan bervariasi mulai dari <6 meter hingga >20 meter.

kemunduran bangunan di sepanjang koridor jalan kurang ideal dalam memberikan keleluasaan pandangan dan karakteristik koridor jalan dengan fungsi industri dan perdagangan.

Sebagian kondisi pemunduran bangunan tidak sesuai dengan ketinggian bangunan yang menyebabkan kesan meruang yang tidak seimbang. Variasi pemunduran dan ketinggian bangunan pada satu segmen tidak memberikan sekuen (urutan visual) yang teratur mulai dari awal masuk hingga batas klimaks koridor jalan.

Warna dan tekstur material

Pengguanan warna pada dinding cenderung bervariasi atau tidak ada penggunaan warna yang senada dalam satu segmen.

Variasi warna dan tekstur material belum memenuhi kualitas visual yang positif.

Kesan kacau atau disharmoni pada penggunaan warna dan material karena nilai kontras yang terlalu tinggi antar bangunan-bangunan yang saling berdekatan.

Wall (Vegetasi)

Bentuk & ukuran

Bentuk tanaman bervariasi (columnar , menjuntai, globular, perdu) pada masing-masing segmen.

bentuk pohon yang ada belum memberikan visualisasi yang menarik dan memperkuat karakter ruang koridor jalan masuk kota yang estetis.

Tidak ada pemilihan tanaman khusus yang memperkuat karakter ruang tiap segmen jalan dan tidak ada sekuen (urutan visual) yang teratur mulai dari awal masuk hingga batas klimaks koridor jalan.

Warna Minimnya jumlah dan jenis pohon yang memiliki variasi warna pada bunga maupun daun .

warna pohon yang ada kurang memberikan visualisasi yang menarik terhadap ruang koridor jalan masuk kota.

Jenis, jumlah & penataan tanaman dengan karakter warna yang menarik cenderung sedikit sehingga belum memberikan pengalaman visual yang menarik pada saat melintasi koridor jalan masuk kota

Penempatan Tanaman yang ada tumbuh secara alamiah sehingga tidak memiliki jarak atau komposisi tertentu antar tanaman tersebut.

vegetasi belum tertata sehingga belum memberikan visulisasi yang menarik dan sesuai dengan fungsi bangunan yang ada di dekatnya.

Keragaman jenis tanaman tidak diimbangi dengan penataan yang mempertimbangkan komposisi estetika visual seperti perhatian pada aspek irama, keseimbangan & unity sehingga belum memberikan pengalaman visual yang menarik pada saat melintasi koridor jalan masuk kota.

Floor Jalur Kendaraan

Pola jalur sirkulasi berbentuk linier dengan lebar 13 meter dan terdapat percabangan jalan pada kedua sisinya.

dimensi jalan yang ada belum memberikan keleluasaan pandangan terhadap obyek-obyek di sisi koridor dan memperkuat karakter sebuah jalan masuk kota yang luas (megah).

Ketidak sesuain dimensi jalur sirkulasi eksisting (lebih sempit) dengan kebijakan pemerintah mengenai dimensi jalan Kolektor Primer memberikan dampak pada keleluasaan pandangan terhadap obyek-obyek di sisi-sisi koridor dan karakteristik jalan masuk kota yang memiliki kesan luas.

Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki minim ditemui & kondisi fisiknya mengalami penurunan

keberadaan jalur pejalan kaki belum memberikan visual yang menarik bagi pengguna maupun pengamat dan memiliki kesesuaian teknis dengan karakter koridor jalan dengan fungsi industri & perdagangan.

Kerusakan fisik dan belum adanya pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dengan jalur lainya menyebabkan kesan visual yang negatif bagi ruang koridor jalan

Roof Kanopi Pohon

Elemen tiga dimensional berupa roof hanya ditemui di beberapa penggal jalan saja

struktur ruang koridor jalan belum dibentuk oleh elemen roof berupa kanopi pohon atau elemen struktur.

kesan meruang secara visual akan lebih kuat jika ruang koridor tersebut juga didukung oleh elemen roof

Obyek Dalam Ruang

Street Furniture

Jumlah perabot kurang memadai dan penempatannya tidak teratur beluma ada penerapan tema desain khusus pada perabot jalan

perabot jalan yang ada belum memberikan karakteristik yang khas serta estetika visual bagi koridor jalan.

kondisi fisik, desain dan penataan street furniture kurang memberikan kontribusi terhadap estetika visual koridor.

Sumber : Analisa Peneliti, 2011

Tabel 7.1 Analisa elemen 3 dimensional pembentuk ruang koridor jalan

11

ASPEK KOMPOSISI YANG ESTETIS FAKTA EMPIRIS TEORI & PEDOMAN PAKAR & STUDI KASUS ARAHAN KONSEP DESAIN

1. Masih terdapat variasi/ keragaman komposisi fasade antar bangunan

2. Komposisi vegetasi sebagai elemen pembentuk ruang masih sangat minim

3. Elemen floor berupa jalur kendaraan belum memenuhi keseimbangan ruang & kesesuaian dengan karakteristik jalan masuk kota

4. Keberadaan jalur pejalan kaki dan desain street furniture belum memenuhi kualitas estetika visual

Teori: • Hubungan yang harmonis dapat dicapai melalui

motif desain dan bentuk dasar yang sama. (Brolin, 1980)

• Pemilihan bentuk pohon yang sempurna menunjang keserasian desain lansekap koridor jalan (Stevens, 1994 dala Subadyo, 2008)

• Kesan ‘penerimaan’ dan ‘pengantar’ pada ruang direfleksikan ke dalam skala yang luas (Hakim, 2002)

• Kesesuaian jalur pejalan kaki dengan lingkungan diwujudkan pada material, warna, dimensi dan elemen pendukung. (Wood dalam Anwar, 2003

• Untuk mencapai keterpaduan antar elemen fisik yaitu menggunakan unsur yang sama (seperti ornamen) (Hakim, 2002)

Pedoman: • Tampilan bangunan harus nampak serasi atau

bersambung dengan bangunan lain. • Penataan vegetasi menyangkut: Keserasian antar

jenis vegetasi (ground cover, tanaman perdu & tanaman keras) dan dengan elemen lainnya. (RDTRK UP. Wiyung 2009-2029).

Pakar: • Komposisi fasade yang harmonis dapat dicapai

melalui: penggunaan bentuk dan komposisi vertikal-horizontal bukaan-bukaan yang serasi, kesenadaan warna, kesamaan level bidang-bidang bukaan/ ornamen. (Sukma, 2008)

• Penggunaan variasi jenis tanaman dapat menimbulkan harmonisasi visual koridor jalan dan mencegah kemonotonan. ( Noor, 1997 dalam Subadyo, 2008)

• Koridor jalan masuk perlu memberikan kesan ‘peneriamaan’ yang direpresentasikan dengan dimensi ruang yang luas. Dimensi ruang yang luas dipengaruhi oleh jalur sirkulasi yang lebar.

• Adanya kombinasi penggunaan material yang diwujudkan dalam motif perkerasan jalur pejalan kaki yang disesuaikan dengan karakter lingkungan (Kristian, 2011)

• Street furniture berupa elemen hardscape pada koridor jalan merupakan elemen pendukung yang perlu memperhatikan aspek kesesuaian dengan kebutuhan teknis dan desain arsitektur setempat. (Sukawi, 2008)

1. Adanya Fasade yang representatif, penggunaan warna yang senada pada dinding bangunan, bentuk, ukuran dan level ornamen saling mendukun

2. Penggunaan vegetasi yang beragam (perdu, ground cover, tanaman keras) yang disusun dalam komposisi yang estetis/ saling mendukung antar vegetasi tersebut

3. Jalur jalan sebagai jalur amatan memiliki dimensi yang lebar untuk menghasilkan kesan ruang yang luas & kebebasan visual.

4. Adanya penggunaan motif atau pola lantai yang atraktif perkerasan jalur pejalan kaki dan mencerminkan identitas lingkungan.

ASPEK SEKUENS FAKTA EMPIRIS TEORI & PEDOMAN PAKAR & STUDI KASUS ARAHAN KONSEP DESAIN

Belum adanya sekuen yang dibentuk oleh bangunan & vegetasi mulai dari awal masuk hingga batas perkotaan (klimaks).

Teori: • Tujuan merancang ururan-urutan (sekuen) adalah

untuk membimbing pergerakan. Urutan-urutan pengalaman ini menghendaki adanya persiapan (approach), pengalaman utama (progression) dan pengakhiran (ending). (ihar, 1995)

• Tanaman pada koridor jalan dapat dianalogikan sebagai elemen pembentuk ruang dimana tanaman dapat membentuk serial visual ruang. (Clusky dalam Subadyo, 2003).

Pedoman: • Ketinggian bangunan disesuaikan dengan skyline

yang dapat membentuk karakter visual ruang yang diinginkan dimana terdapat klimaks di titik-titik tertentu.

• Pemilihan jenis tanaman pada koridor jalan dikaitkan dengan kaidah fungsi dan estetika yang dapat membentuk kesan ruang koridor jalan yang diharapkan.. (Pedoman Umum Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan)

Pakar: • Dalam mengadirkan urutan perubahan ruang

secara visual yang dapat dicapai melalui irama perubahan ketinggian bangunan yang membentuk skyline.

• Sekuen yang dibentuk oleh vegetasi dapat diwujudkan melalui pemanfaatan karakter tanaman yang berbeda yang disesuaikan dengan kesan ruang yang diharapkan. (Kristian, 2011)

1. Adanya urutan perubahan (sekuen) skyline yang dibentuk oleh ketinggian bangunan yang semakin meninggi mulai dari awal masuk hingga perbatasan dengan wilayah perkotaan .

2. Adanya pemanfaatan vegetasi dengan karakter yang berbeda pada bagian awal hingga akhir ruang koridor jalan untuk menghasilkan peralihan kesan ruang terbuka menuju tertutup (fokus) atau sebaliknya.

Tertutup

Terbuka AWAL

KLIMAKS

Bentuk columnar

Bentuk Globular

Bentuk Menjuntai

KLIMAKS

AWAL

1 LT 2 LT 3 LT 4 LT

2. Konsep sekuen bangunan

3. Konsep sekuen vegetasi

1. Konsep desain jalur pejalan kaki & street furniture

1. Konsep kesesuaian fasade

Prinsip datum: Penambahan elemen pengikat

2. Konsep kesesuaian vegetasi Keragaman vegetasi

disusun dengan prinsip irama & kesimbangan

Identitas lingkungan

Industri+ Perdagang

Modern (Simple/Bentuk

Geometri dasar)

Potensi Sungai

Mengalir (bentuk lengkung)

+

VII. 3 Analisa merumuskan arahan penataan koridor jalan masuk kota

12

ASPEK KESINAMBUNGAN/ KONTINUITAS VISUAL

FAKTA EMPIRIS TEORI & PEDOMAN PAKAR & STUDI KASUS ARAHAN KONSEP DESAIN Penataan jalur pejalan kaki, street furniture dan vegetasi belum optimal baik ketersediaan, penempatan dan kontinuitasnya.

Teori: • Kesinambungan visual terjadi apabila

seseorang dapat menentukan sebuah jejak dalam ruang yang yang menjadi jalur lintasan geraknya. (Bacon,1974)

• Pengulangan obyek dalam lintasan gerak dapat menuntun pergerakan menuju suatu tempat karena terdapat kontinuitas visual (Ihar, 1995).

Pedoman: • Penempatan street furniture harus

memenuhi persyaratan kesinambunagan, kejelasan dan menyatu dengan arsitektural bangunan sekitar. (RDTRK UP-Wiyung 2009-2029)

Pakar: Kesinambungan/ kontinuitas visual dalam lintasan pergerakan merupakan satu upaya memberikan jejak-jejak visual kepada seseorang dengan menata obyek-obyek yang memiliki kesamaan unsur sehingga menuntun orang tersebut pada sebuah klimaks/ tujuan. (kristian, 2011)

1. Peletakan street furniture secara linier tanpa terputus dengan jarak yang disesuaikan dengan aspek teknis.

2. Desain jalur pejalan kaki menerus tanpa terputus lintasannya.

3. Peletakan vegetasi utama pada jalur hijau menerus di sepanjang koridor jalan.

ASPEK KEUNIKAN DAN KERAGAMAN VISUAL FAKTA EMPIRIS TEORI & PEDOMAN PAKAR & STUDI KASUS ARAHAN KONSEP DESAIN 1. Elemen City gate belum

terihat jelas & belum mencerminkan identitas koridor jalan setempat dan image kota yang dituju.

2. Elemen Edge, berupa area sempadan sungai belum dimanfaatkan secara optimal

3. Elemen nodes berupa persimpangan-persipangan jalan utama secara visual belum tegas.Elemen Nodes berupa pasar dan sentra PKL kondisi visualnya kurang estetis

4. Elemen City hall berupa RTH taman kawasan, dan daerah sempadan sungai belum memberikan sekuens yang etetis.

5. Elemen landmark secara visual belum memiliki kontinuitas dan mengandung simbol linkungan setempat dan kota.

Teori: • Memasuki sebuah ruang melibatkan

aktivitas menembus sebuah bidang vertikal yang memisahkan antara ‘disini’ dan ‘disana’ yang diartikulasikan sebagai gerbang (Ching, 1979).

• Tanda-tanda yang mencolok (landmark) dapat membantu seseorang untuk mengarahkan diri dan mengenal suatu tempat(Lynch, 1965).

Pedoman: • Ruang terbuka memiliki peran sebagai

pembentuk estetika, karakter dan orientasi visual dalam suatu lingkungan (Pedoman Umum Tata Bangunan dan Lingkungan)

• Keterpaduan visual pada ruang koridor jalan salah satunya dengan penempatan berbagai kegiatan pendukung pada ruang publik sebagai bagian dari elemen pembentuk wajah jalan atau wajah kawasan. (Pedoman UmumRencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

Pakar: • Elemen gate merupakan pembatas yang

mampu meberikan perasaan masuk dan keluar. Desainnya menojol (monumental) diantara obyek lainnya dan memberikan gambaran awal terhadap kekhasan kawasan yang akan dituju.

• Daerah Sempadan sungai memiliki potensi rekreatif dan juga memperkaya keragaman dan estetika visual lingkungan.

• City Hall sebagai ruang terbuka publik menjadi identitas dan keunikan atau keragaman bagi kawasan dimana karakteristik daerah setempat diwujudkan dalam penataan elemen sofscape maupun hardscapenya.

• Persimpangan yang memiliki citra sebagai nodes merupakan titik pertemuan pergerakan yang diperkuat oleh obyek sebagai pusat orientasi dan bentuk ruang yang jelas

• Sebuah kawasan membutuhkan landmark baik skala mikro maupun makro. Dalam skala mikro landmark dibutuhkan sebagai tetenger lokal. Elemen landmark perlu memunculkan nilai dan makna yang dapat mewakili kawasan.(Kristian, 2011)

1. Menghadirkan elemen gate pada pintu-pintu masuk kota dengan desain yang sesuai dengan karakter lingkungan & kota yang dituju.

2. Pemanfaatan daerah sempadan sungai sebagai elemen estetis koridor jalan melalui penataan elemen softscape dan hardscapenya.

3. Mempertegas bentuk persimpangan dengan mengatur kebebasan pandang dan diperkuat oleh obyek landamark pada pusat orientasi.

4. Memperkuat nodes aktivitas dengan menata tampilan arsitektural sesuai dengan karakter setempat.

5. Penataan RTH taman melalui variasi penggunaan elemen softcape dan hardscape dan kesesuaian desain elemen tersebut dengan karakteristik lokal dan kota yang dituju.

6. Penataan landmark minor seperti tugu persimpangan, gerbang jalan lokal dengan memasukkan unsur simbol lingkungan dan kota.

Identitas

Kota

Simbol kota

Suro-Boyo Bambu Runcing Tugu Pahlawan

Identitas lingkungan

Industri+ Perdagang

Modern (Bentuk Geometri dasar)

Potensi Sungai

Mengalir (bentuk lengkung)

+ +

RTH

Aktivitas Sosial

Memuat: Simbol

Lingkungan

Estetika

Elemen Pelengkap (Softscape & Hardscape)

+

Konsep kontinuitas visual oleh vegetasi, street furniture & jalur pejalan kaki Deretan obyek memberi orientasi

visual

Jalur pejalan kaki menerus membentuk kontinuitas visual

2. Konsep desain elemen-elemen identitas

1. Konsep desain elemencity Hall

Sumber : Analisa Peneliti, 2011