KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring...

115
KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI KECAMATAN KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H NAMA : HENDRA KIRANTA SIREGAR NIM : 140707002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2018

Transcript of KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring...

Page 1: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

1

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM

UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI KECAMATAN

KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O

L

E

H

NAMA : HENDRA KIRANTA SIREGAR

NIM : 140707002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2018

Page 2: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

2

Page 3: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

3

Page 4: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

4

Page 5: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 18 September 2018

Hendra Kiranta Siregar

Nim 140707002

Page 6: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

ii

ABSTRAK

Tulisan ini membahas tentang kontinuitas dan perubahan musik pengiring

dalam upacara adat perkawinan Batak Toba di Kecamatan Kolang Kabupaten

Tapanuli Tengah. Adapun tujuan penelitian ini (1) Untuk mendekripsikan

kontinuitas dan perubahan musik pengiring pada adat perkawinan Batak Toba di

Kecamatan Kolang Tapanuli Tengah, (2) Untuk mendekripsikan peran musik

pengiring dalam upacara adat perkawinan tersebut. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif

adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yang

diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi lapangan dengan obsercasi,

wawancara dan perekaman.

Dengan menggunakan teori perubahan yang di kemukankan oleh

Herskovits dalam Merriam mengemukakan bahwa kontinuitas dan perubahan

merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis

yang melekat dalam setiap kebudayaan (Merriam, 1964:303) dan Bruno Netll

dalam menentukan materi tonal yang terdiri dari perbendaharaan nada/tangga

nada, nada dasar, interval nada dan kontur melodi; ritme yang terdiri dari nilai

notasi yang digunakan, sukat/meter, dan tempo; bentuk yang terdiri dari seksi,

motif, dan frasa; serta elemen-elemen lain yakni timbre, tekstur (Bruno Nettl

1964).

. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum

tahun 80-an penyerahan ulos menggunakan musik gondang pada upacara adat

perkawinan. Kemudian pada tahun 90-an upacara adat tidak menggunakan musik

dan setelah tahun 2000-an masuk lah keyboard hingga sampai sekarang ini musik

sudah digunakan sebagai pengiring penyerahan ulos (mangulosi). Musik juga

berperanan pada setiap rangkaian kegiatan upacara adat perkawinan tersebut.

Page 7: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Adapun penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana seni di UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, judul yang di ambil penulis adalah

”KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM

UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI KECAMATAN

KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH”

Selama melakukan penelitian maupun dalam proses penyusunan skripsi

ini, Penulis menemukan banyak kesulitan maupun hambatan mulai dari

perencanaan sampai pada penyelesaian, namun berkat ketekunan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini, sehingga penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membantu di kantor jurusan, serta kepada

seluruh staf pengajar jurusan etnomusikologi penulis mengucapkan terima kasih

atas bimbingan dan bantuan yang diberikan, sehingga memperluas wawasan

penulis dalam pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

Page 8: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

iv

2. Ibu Arifni Netrirosa,SST., M.A. selaku ketua jurusan Etnomusikologi Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si.

selaku sekretaris jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya yang telah

memberikan dukungan dan bantuan administrasi sertaregi strasi perkuliahan dan

terima kasih juga kepada seluruh dosen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dalam perkulihan selama

kurang lebih 4 (empat) tahun ini.

3. Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum dan Bapak Drs. Kumalo Tarigan,M.A

selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dalam membantu penulis dan

selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Bapak J.H Siregar, Ibu N.H

Manik dan seluruh keluarga besar terima kasih atas dukungan, cinta, kasih

sayang, perhatian, material serta doa dan dukungan yang diberikan selama

penulisan skripsi ini.

5. Kepada saudara-saudara tercinta Helen Tiwa Siregar S.PAK, Afandi Malatas

Siregar A. md, Susi Sridevi siregar S. Kep, Henni Friska Siregar SE dan Indra

Kisanta Siregar S. Si yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam

menyelesiakan penulisan skripsi ini.

6. Kepada teman spesial penulis Juliana Sihombing S. AP yang turut mendoakan

dan mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

7. Kelompok Kecil Uriel (Ernala Malau dan Suheri Lubis) yang turut mendoakan

dan mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Teman-teman Etnomusikologi 2014 yang turut mendoakan dan mendukung

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Page 9: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

v

9. Kepada Kasri Situmeang dan Candro Lumban Tobing yang selalu membantu dan

mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis masih banyak terdapat kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca hingga pada

akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

khususnya mahasiswa Jurusan Etnomusikologi.

Medan, 18 September 2018

Hendra Kiranta Siregar

140707002

Page 10: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN ............................................................................... i

PERSETUJUAN DEPARTEMEN ........................................................................ ii

PENGESAHAN FAKULTAS .............................................................................. iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 4

1.3 Tujuan dan Metode Penelitian ................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

1.4 Konsep dan Teori .................................................................................... 5

1.4.1 Konsep............................................................................................ 5

1.4.2 Teori ............................................................................................... 6

1.5 Metode Penelitian.................................................................................... 9

1.5.1 Studi kepustakaan........................................................................... 10

1.5.2 Kerja lapangan ............................................................................... 11

1.5.2.1 Wawancara ......................................................................... 11

1.5.2.2 Observasi ............................................................................ 11

1.5.2.3 Kerja laboratoriunm ........................................................... 12

1.6. Lokasi Penelitian .................................................................................... 13

BAB II MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN KOLANG

KABUPATEN TAPANULI TENGAH .................................................... 14

2.1 Geografis Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah ................. 14

2.2 Asal-Usul Masyarakat Batak Toba ........................................................ 15

2.2.1 Asal-Usul Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang ........... 19

2.3 Mata Penncarian Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang ......... 19

2.4 Sistim Religi/kepercayaan ..................................................................... 21

2.5 Sistem Sosial Kekerabatan .................................................................... 25

2.6 Konsep Kemasyarakatan ....................................................................... 30

Page 11: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

vii

2.7 Budaya Musikal Batak Toba di Kecamatan Kolang ............................. 32

2.7.1 Musik Vokal di Kecamatan Kolang ............................................. 32

2.7.2 Musik pada upacara perkawinan .................................................. 35

2.7.2.1 Ensambel Gondang Hasapi ............................................... 36

2.7.2.2 Gondang Sabangunan ....................................................... 36

2.7.2.3 Instrument Tunggal .......................................................... 38

BAB III KAJIAN KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK

PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN DI KECAMATAN

KOLANG .................................................................................................. 40

3.1 Perkawinan Pada Masyarakaat Batak Toba di Kecamatan Kolang ..... 40

3.1.1 Tahapan upacara perkawinan ...................................................... 41

3.1.1.1 Martumpol ....................................................................... 41

3.1.1.2 Acara pemberkatan pernikahan ....................................... 41

3.1.1.2.1 Waktu ............................................................... 41

3.1.1.2.2 Tempat.............................................................. 42

3.1.1.2.3 Pemimpin upacara ............................................ 42

3.1.1.2.4 Jemaat ............................................................... 42

1.1.1.3 Proses Upacara Adat ....................................................... 43

3.1.2 Tingkatan Upacara Perkawinan di Kecamatan Kolang .............. 47

3.1.3 Syarat-Syarat Perkawinan ........................................................... 47

3.2 Sejarah Musik Perkawinan Batak Toba di Kecamatan Kolang ........... 48

3.2.1 Masa Pra-Kristen ......................................................................... 48

3.2.2 Masa Kristen ............................................................................... 48

3.2.3 Masa Sekarang ............................................................................ 49

3.3 Kontinuitas dan Perubahan musik pada upacara adat

perkawinan di Kecamatan Kolang ...................................................... 50

3.3.1 Kontinuitas .................................................................................. 50

3.3.2 Perubahan ................................................................................... 50

BAB IV DISKUSI KOMPOSISI MUSIKAL DALAM UPACARA

ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI KECAMATAN

KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH ................................ 55

4.1 Transkripsi............................................................................................ 55

4.2 Pemilihan Sampel Lagu ....................................................................... 55

4.3 Kajian Struktur Musik Lagu Burju Marsimatua, Ulos Passamot

dan Tttin Marakkup .............................................................................. 56

4.4 Transkripsi Lagu Burju Marsimatua .................................................... 58

44.1 Kajian Struktur Musikal ............................................................... 59

4.4.1.1 Perbendaharaan Nada ...................................................... 59

4.4.1.2 Tangga Nada (modus) ..................................................... 59

4.4.1.3 Nada Dasar ...................................................................... 60

4.4.1.4 Interval ............................................................................ 62

4.4.1.5 Kontur Melodi ................................................................. 63

4.4.1.6 Ritme ............................................................................... 65

4.4.1.7 Tempo ............................................................................. 66

4.4.1.8 Pola Kadensa .................................................................. 67

Page 12: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

viii

4.4.1.9 Formula Melodik ............................................................ 67

4.4.2 Makna Yang Dikandung Dalam Nyanyian ................................. 70

4.5 Transkripsi Lagu Ulos Passamot ......................................................... 71

4.5.1 Kajian Struktur Musikal .............................................................. 72

4.5.1.1 Perbendaharaan Nada .................................................... 72

4.5.1.2 Tangga Nada (modus) .................................................... 72

4.5.1.3 Nada Dasar .................................................................... 73

4.5.1.4 Interval ........................................................................... 74

4.5.1.5 Kontur Melodi ............................................................... 76

4.5.1.6 Ritme ............................................................................. 78

4.5.1.7 Tempo ............................................................................ 79

4.5.1.8 Pola Kadensa ................................................................ 79

4.5.1.9 Formula Melodik .......................................................... 80

4.5.2 Makna Yang Dikandung Dalam Nyanyian ................................. 82

4.6 Transkripsi Lagu Tintin Marakkup ...................................................... 83

4.6.1 Kajian Struktur Musikal .............................................................. 84

4.6.1.1 Perbendaharaan Nada ...................................................... 84

4.6.1.2 Tangga Nada (modus) ..................................................... 84

4.6.1.3 Nada Dasar ...................................................................... 85

4.6.1.4 Interval ............................................................................ 86

4.6.1.5 Kontur Melodi ................................................................. 88

4.6.1.6 Ritme ............................................................................... 90

4.6.1.7 Tempo ............................................................................. 91

4.6.1.8 Pola Kadensa .................................................................. 91

4.6.1.9 Formula Melodik ............................................................ 92

4.6.2 Makna Yang Dikandung Dalam Nyanyian .............................. ...95

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. ...96

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... ...96

5.3 Saran ................................................................................................. ...67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ..98

DAFTAR WEBSITE ............................................................................................ 100

DATA INFORMAN ............................................................................................. 101

Page 13: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Upacara pemberkatan di gereja ...................................................... 43

Gambar 3.2. Upacara pemberkatan di gereja ...................................................... 43

Gambar 3.3 Upacara pemberkatan di gereja ....................................................... 43

Gambar 3.4. Tempat upacara adat di halaman rumah pengantin ........................ 44

Gambar 3.5: mangupa-upa kedua pengantin ...................................................... 45

Gambar 3.6. Saat makan siang`........................................................................... 46

Gambar 3.7. Marhata adat ................................................................................... 46

Gambar 3.8. Saat mangulosi ............................................................................... 46

Gambar 3.9. Pemain keyboard ............................................................................ 53

Gambar 3.10. Pemain Saxophone ....................................................................... 53

Gambar 3.11. Penyanyi Trio ............................................................................... 54

Gambar 3.12. Pemain Sulim ............................................................................... 54

Page 14: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Struktur musik perkawinan era 70-an ................................................ 52

Tabel 3.2. Struktur musik perkawinan era 80-an ................................................ 52

Tabel 3.3. Struktur musik perkawinan era 2000-an ............................................ 52

Tabel 4.4. Nada dasar lagu burju marsimatua .................................................... 61

Tabel 4.5. Rumus Interval ................................................................................... 62

Tabel 4.6. Interval Lagu Burju Marsimatua ........................................................ 63

Tabel 4.7. Analisis Bentuk, Frasa dan Motif……………………….….………..68

Tabel 4.8. Nada dasar lagu ulos passamot .......................................................... 74

Tabel 4.9. Rumus Interval ................................................................................... 75

Tabel 4.10. Interval Lagu Ulos Passamot ........................................................... 75

Tabel 4.11. Analisis Bentuk, Frasa dan Motif……………………………….….81

Tabel 4.12. Nada dasar lagu Tintin Marakkup .................................................... 86

Tabel 4.13. Rumus Interval ................................................................................. 87

Tabel 4.14 Interval Lagu Tintin Marakkup ........................................................ 88

Tabel 4.15. Analisis Bentuk, Frasa dan Motif .................................................... 93

.

Page 15: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang

Seni merupakan salah satu bentuk aktivitas budaya masyarakat, yang

dalam kehidupannya juga selalu tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai kaitan

erat dengan aspek keagamaan, bahasa, ekonomi, dan sistim tatanan dalam

masyarakat di tempat kesenian itu tumbuh dan berkembang. Kehadiran sebuah

seni di tengah-tengah masyarakat mempunyai peran tertentu, karena seni tidak

akan pernah lahir dan berkembang jika tidak berfungsi bagi masyarakat. Demikian

halnya suku Batak Toba, meskipun merupakan bagian dari enam sub suku Batak,

tentunya memiliki kebudayaan sendiri yang membedakannya dari lima sub suku

Batak lainnya.

Salah satu dari kegiatan adat yang menjadi tradisi turun temurun dan juga

merupakan kegiatan yang dianggap sakral bagi masyarakat Batak Toba ialah

upacara perkawinan. Perkawinan adalah ikatan sosial atau perjanjian hukum antar

pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu

pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi. (Purba,

2015).

Perkawinan dalam masyarakat Batak Toba bukan hanya menjadi urusan

ayah, ibu, dari kedua calon pengantin, tetapi menjadi urusan semua anggota

keluarga kedua belah pihak yang tergabung dalam struktur kekerabatan yang

disebut dalihan na tolu. Peran-peran dalam upacara perkawinan adat tersebut

selalau terkait dalam tiga kedudukan utama dalam adat dalihan na tolu tersebut.

Page 16: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

2

Dalam masyarakat Batak Toba hingga sekarang ini, adat dalihan na tolu masih

tetap dihargai sebagai asas kehidupan. Asas kehidupan itu tergambar pada falsafah

dalihan na tolu, yaitu somba marhula-hula (hormat kepada pihak marga orangtua

dari istri [mertua]), elek marboru (sayang kepada pihak marga daripada

suami anak perempuan [menantu]), manat mardongan tubu (tetap menjalin

hubungan baik dengan saudara semarga).

Upacara perkawinan adat Batak Toba selalu di iringi dengan musik. Pada

awalnya musik pengiring pesta perkawinan masyarakat Batak Toba khususnya di

Kecamatan Kolang terdapat dua jenis ensambel musik, yakni gondang hasapi dan

gondang sabangunan. Kedua ensambel musik ini selalu menjadi bagian dari

aktivitas upacara seperti gondang mula-mula, gondang somba-somba, gondang

elek-elek, gondang liat-liat, dan gondang hasahatan. Dahulunya, musik yang

digunakan untuk upacara perkawinan Batak Toba ialah gondang sabangunan dan

bertahan sampai pada tahun 1970-an, dan setelah itu gondang mulai jarang di

pakai pada saat upacara perkawinan dikarenakan setiap gondang dimainkan selalu

ada yang kesurupan (sumorop) atau dimasuki oleh roh gaib. Setelah itu masuklah

grup musik band dan bertahan cukup lama.Selanjutnya pada tahun 1995 masuk

lah alat musik keyboard tunggal dan bertahan hingga sampai sekarang.

Salah satu penyebab perubahan musik dalam upacara adat perkawinan

masyarakat Batak Toba ialah modernisasi. Modernisasi suatu masyarakat

merupakan suatu poses transformasi yang meliputi segala aspek kehidupan.

Dilihat dari segi kebudayaan, modernisasi dapat diartikan sebagai proses

pergeseran sikap sebagian warga masyarakat yang disebabkan oleh adanya

Page 17: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

3

kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Perkembangan

zaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian upacara adat

perkawinan masyarakat Batak Toba. Zaman yang semakin maju dan berkembang

dapat mempengaruhi keberlanjutan musik tradisi menjadi semakin berkembang

atau semakin menghilang, seperti yang terjadi pada masyarakat yang ada di

Kecamatan Kolang.

Alat musik yang digunakan pada saat upacara pernikahan telah mengalami

perkembangan tanpa menghilangkan nilai tradisinya, masuknya alat musik

modern kedalam musik penikahan menjadi kesatuan yang kompleks dengan alat

musik tradisi. Berhubungan dengan hal tersebut, khususnya pada masyarakat

Batak Toba di Kecamatan Kolang pelaksanaan upacara adat seperti upacara

perkawinan, dalam pengamatan penulis pada peristiwa budaya, musik sebagai

kelengkapan adat perkawinan penyajiannya telah menggabungkan alat musik

barat dengan alat musik tradisional. Alat musik barat yang digunakan pada

umumnya adalah alat musik keyboard, saxophone, atau pun terompet. Keyboard

merupakan salah satu alat musik yang multifungsi, dimana praktisi atau pemain

keyboard tersebut menggunakan fitur-fitur yang ada didalamnya untuk

memprogram atau menciptakan irama musik yang dibutuhkan, demikian juga

dengan saxophone dan ditambah dengan penyanyi/trio. Alat musik keyboard dan

saxophone atau pun terompet tersebut tidak dimainkan bersama alat musik

modern saja, akan tetapidigabungkan dengan alat musik tradisional, yaitu sulim,

hesek maupun taganing. Namun Taganing tidak begitu sering digunakan bahkan

jarang, karena tidak banyak yang bisa memainkan nya.

Page 18: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

4

Dengan demikian, penulis lebih tertarik untuk mengakaji lebih dalam lagi

mengenai kontinuitas dan perubahan yang terjadi dalam musik perkawinan di

Kecamatan Kolang Tapanuli Tengah. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang

tersebut penulis mengangkat penelitian ini menjadi sebuah tulisan ilmiah dalam

bentuk skripsi dengan memberi judul: “KONTINUITAS DAN PERUBAHAN

MUSIK PENGIRING DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK

TOBA DI KECAMATAN KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH”

1.7 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan

sebelumnya, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini yaitu:

1. Bagaimana kontinuitas dan perubahan musik pengiring pada adat

perkawinan Batak Toba di Kecamatan Kolang Tapanuli Tengah?

2. Bagaimana peran musik pengiring dalam upacara adat perkawinan

tersebut?

1.8 Tujuan dan Metode Penelitian

1.8.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendekripsikan kontinuitas dan perubahan musik pengiring

pada adat perkawinan Batak Toba di Kecamatan Kolang Tapanuli

Tengah.

2. Untuk mendekripsikan peran musik pengiring dalam upacara adat

perkawinan tersebut.

Page 19: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

5

1.8.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dan ingin dicapai dalam tulisan ini adalah:

1. Secara akademis, untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana di Program

Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, baik yang berada

dalam disiplin etnomusikologi maupun di luar etnomusikologi, khususnya

bagi penulis dalam menambah wawasan mengenai budaya Batak Toba.

3. Sebagai dokumentasi dan sarana literature tentang kontinuitas dan perubahan

musik pada upacara adat perkawinan Batak Toba.

4. Sebagai dokumentasi tambahan bagi Departemen Etnomusikologi mengenai

fenomena budaya Batak Toba.

1.9 Konsep dan Teori

1.9.1 Konsep

Koentjaraningrat (2009:85) menyatakan “konsep merupakan

penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan

bagian-bagian dari penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu

secara konsisten”.

Kontinuitas budaya (cultural continuity) Transmisi makna dan nilai-nilai

karakteristik budaya dan generasi. Terjemahan (Oxford reference) Kontinuitas

yang dimaksud disini adalah adanya hal-hal yang masih tetap eksis,

dipertahankan, dan masih berlanjut hingga pada saat ini. Sebagai bentuk

kontinuitas dapat dilihat dari keberlanjutan alat musik tradisional yang masih

Page 20: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

6

dipakai pada upacara perkawinan. Dimana dengan adanya fenomena musik,

konsep/ide musik tersebut masih terus berlanjut namun telah terjadi variasi.

Perubahan kebudayaan (culture change) Proses pergeseran, pengurangan,

penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan yang

terjadi melalui interaksi antara warga pendukung kebudayaan lain dengan

penciptaan unsur-unsur kebudayaan baru dan melalui usaha penyesuaian antara

unsur-unsur kebudayaan tadi. (Kamus istilah antropologi 1984:147) kata

perubahan berarti, hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Dalam bahasa

Inggris perubahan disebut change, misalnya perubahan sosial atau sosial change,

artinya perubahan dalam kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial suatu

masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai, dan perilaku di antara kelompok

manusia (Yandianto, 2000:656; Abdulsyani, 1995:83).

1.9.2 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam

membahas permasalahan. Untuk itu penulis mencoba mengambil beberapa teori

sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori juga merupakan landasan berpikir

secara ilmiah untuk menguji, membandingkan, atau menerapkan untuk objek

penelitian. Dalam pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan

kerangka berpikir dalam membahas setiap permasalahan. Oleh karena itu, penulis

mengadopsi beberapa teori sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.

Alan P Merriam (1964:303) mengemukakan bahwa perubahan bisa berasal

dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga bisa berasal

dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal merupakan

Page 21: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

7

perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan

itu sendiri, dan juga disebut inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan

perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar

lingkup budaya tersebut atau akulturasi.

Dalam suatu kebudayaan musik tradisi lisan atau oral suatu perubahan

dapat terjadi, karena proses transmisi atau pengajarannya dilakukan secara lisan.

Menurut Bruno Netll (1983:193) terdapat empat tipe sejarah, perubahan yang

terjadi dalam transmisi musik; (1) menyatakan bahwa musik/nyanyian yang

diwariskan, tidak mengalami perubahan sama sekali. Dengan kata lain lagu

tersebut dinyanyikan sama persis, baik sebelum maupun sesudah diwariskan, (2)

menyatakan bahwa musik/nyanyian yang diwariskan, mengalami perubahan,

tetapi hanya dalam versi tunggal atau satu petunjuk, sehingga dari warisan itu

berbeda dari aslinya tanpa proliferasi dari elemen-elemennya, (3)

menyatakanbahwa musik yang diwariskan menghasilkan banyak variasi atau

perubahan, bahkan beberapa dari musik itu ditinggalkan dan dilupakan; dengan

kata lain sebagai ide tetap stabil, sedangkan selebihnya mengalami perubahan, (4)

menyatakan perubahan benar-benar total dari musik yang asli, sebagian besar

idemusik/nyanyian/lagu itu dirubah sama sekali, bahkan ada yang cenderung

menyimpang dari pengembangan ide aslinya.

Herskovits dalam Merriam mengemukakan bahwa perubahan dan

kelanjutan (kontinuitas) merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami

sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan

fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap

Page 22: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

8

kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus mengalami kelanjutan,

dimana variasi-variasi dan perubahan yang terjadi adalah hal yang tidak dapat

dielakkan (Merriam, 1964:303).

Selain itu penulis juga menggunakan teori perubahan budaya. Menurut

Herskovitz perubahan kebudayaan dapat dilihat dari dua titik pandang, yaitu

bagaimana yang terjadi di masa lampau dan masa sekarang. Berdasarkan titik

pandang pertama, mereka selalu mempergunakannya dalam istilah difusi yang

didefenisikan sebagai transmisi budaya dalam proses. Perubahan dapat dipandang

dari bagaimana asal-usul sebuah kebudayaan tersebut apakah karena faktor

internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi karena faktor internal disebut

inovasi, dan perubahan karena faktor eksternal disebut akulturasi (1948:525).

Sependapat dengan uraian tersebut, Koentjaraningrat (1965:135) juga

mengemukakan tentang salah satu faktor yang menyebabkan perubahan

kebudayaan, yaitu: inovasi (innovation) adalah suatu proses perubahan

kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Proses ini meliputi satu penemuan baru, jalannya unsur itu disebarkan ke lain

bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan tadi diterima, dipelajari, dan

akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemudian Lauwer juga

berpendapat bahwa terjadinya suatu perubahan dapat diakibatkan oleh adanya

akulturasi (acculturation), dimana akulturasi disini mengacu pada pengaruh suatu

kebudayaan lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang

mengakibatkan terjadinya suatu perubahan (1989:402). Perubahan kebudayaan

adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh

Page 23: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

9

sejumlah warga masyarakat yang terdapat dalam aturan-aturan atau nomra-norma,

nilai-nilai, teknologi, selera dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa.

Perubahan kebudayaan bisa mencakup salah satu unsurnya dan mempengaruhi

unsur-unsur kebudayaan lainnya, atau juga dapat merubah seluruh unsur-unsur

kebudayaan tersebut. (Suparlan, 2004:24).

1.10 Metode Penelitian

Penelitian berpusat pada Kontinuitas dan perubahan musik pengiring

dalam upacara adat perkawinan batak toba. Menurut Caplin (1989:301), metode

adalah prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki suatu fakta

atau konsep. Metode penelitian dapat diartikan dalam beberapa disiplin ilmu

tertentu. Di dalam ilmu-ilmu sosial, objek pengamatan dan penelitian yang

merupakan dasar dari pengetahuan ilmiah adalah gejala-gejala masyarakat yang

lebih khusus, terdiri dari kejadian-kejadian kongkrit.

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang

bersifat kualitatif. Koentjaraningrat (1990:29) mengatakan bahwa penelitian yang

bersifat deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat

suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan

frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat.

Penulis menyimpulkan, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk

mendapatkan atau memperoleh informasi serta fakta yang ada didalam objek

penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan,

mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan yang

telah penulis tentukan.

Page 24: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

10

1.5.1.Studi kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan di dalam

penulisan juga untuk melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35)

menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk

menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis

sebagai peneliti diperkaya denga informasi-informasi yang terdapat dalam

berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Dalam mengumpulkan awal penulis melakukan studi kepustakaan. Studi

kepustakaan perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan sumber bacaan

yang mendukung penelitian. Sumber bacaan ini dapat berupa buku-buku, skripsi

etnomusikologi, jurnal, maupun bacaan-bacaan yang diperlukan dalam

mendukung penelitian.

Dalam hal ini penulis telah membaca skripsi sarjana Etnomusikologi yang

mendukung kepada penulisan skripsi ini. Selain itu penulis mencari sumber data

dari internet dengan kata kunci World Wide Web (WWW). Penulis juga membaca

buku-buku antropologi dan etnomusikologi yaitu Pengantar Ilmu Antropologi,

The Anthropology Of Music, Folk and Traditional Music Of The Western

Continents, Worlds Of Music, Etnomusikologi, Pluralitas musik Etnik Batak Toba,

Mandailin, Melayu, Pakpak-Dairi, Angkola, Karo, Simalungun, dan beberapa

buku lainnya.

Studi kepustakaan ini juga dilakukan terhadap topik-topik lain yang

berkaitan dengan skripsi ini antara lain sosiologi dan topik tentang kebudayaan

masyarakat Batak Toba.

Page 25: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

11

1.5.2. Kerja lapangan

Dalam kerja lapangan (field work), penulis melakukan kerja lapangan

dengan observasi langsung ke daerah penelitian yaitu Kecamatan Kolang,

Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.5.2.1 Wawancara

Salah satu metode yang digunakan adalah wawancara kepada narasumber.

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal seperti percakapan yang

bertujuan memperoleh informasi. Wawancara ini semiterstruktur, dengan maksud

agar proses wawancara dapat berjalan dengan lebihsantai dan terbuka, namun

tetap rapi.

Wawancara adalah teknik mengumpulkan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalu bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada

sipeneliti. (Mardalis:2006:64). Dalam wawancara, penulis menetapkan

narasumber, yaitu bapak Kasmudin Pasaribu, beliau adalah seorang moderator

(tatang atur) dalam acara adat Batak Toba, khususnya di Kolang. Bapak Jekson

Hutagalung yang merupakan pemusik dalam acara pesta, yang khususnya di

Kolang. Selain itu, penulis juga mencari beberapa tokoh masyarakat lainnya yang

berkaitan untuk mengembangkan penulisan skripsi ini.

1.5.2.2 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari

dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Observasi dalam penelitian

Page 26: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

12

sangat penting karena untuk menunjang data-data penelitian agar lebih akurat.

Observasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

dengan mengamati proses saat latihan sampai pementasan dilaksanakan. Secara

tidak langsung dengan melihat dan mengamati rekaman video dan gambar.

1.5.2.3 Kerja laboratoriunm

Seluruh data yang diperoleh penulis dari lapangan dan studi kepustakaan,

kemudian dianalisis kembali di dalam kerja laboratorium. Penulis akan melakukan

seleksi data, analisis data, dan mengelompokkannya sesuai dengan informasi yang

penulis harapkan. Proses analisis data penelitian dimulai dengan menelaah

keseluruhan data yang diperoleh. Analisis data dilakukan mulai awal penelitian

dan berlangsung sampai pada saat proses penulisan laporan penelitian selesai.

Begitu juga dengan data yang berbentuk gambar, penulis akan mencantumkannya

dalam tulisan ini. Data yang tidak bersifat musikal diolah kemudian dan dituliskan

dalam bentuk tulisan atau karya ilmiah. Selama proses pengolahan data, penulis

juga melakukan diskusi-diskusi dengan para dosen pembimbing dan teman-teman

yang ada di Departemen Etnomusikologi.

1.6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli

Tengah, karena kasus dan informan yang penulis tentukan bertempat di

Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah. Karena di daerah ini terdapat

masyarakat yang heterogen. Selain itu di daerah ini telah beberapa kali terjadi

perubahan musik pengiring pada upacara adat perkawinan Batak Toba. Sebagai

Page 27: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

13

daerah perantauan masyarakat Batak Toba yang dating ke daerah ini untuk tinggal

menetap masih memelihara dan melanjutkan tradisi asalnya.

Page 28: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

14

BAB II

MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN KOLANG

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

2.1 Geografis Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten tertua di

Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Tapanuli

Tengah masuk Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang residen

berkedudukan di Sibolga. Salah satu putera daerah Tapanuli tengah yang pernah

duduk sebagai residen di Keresidenan Tapanuli adalah Dr.Ferdinand

Lumbantobing. Dipercaya sebagai menteri di zaman Orde Lama dan permulaan

Orde Baru, beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional dan dimakamkan di

Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kolang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah,

Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kecamatan ini berada di kelurahan Kolang

Nauli. Kecamatan Kolang terdiri atas desa Untemungkur I, Untemungkur II,

Untemungkur III, Untemungkur IV, Trans SP1, Trans SP2, Satahi Nauli, Pasar

Onan Hurlang (kelurahan), Kolang Nauli (kelurahan), Parhambingan, Sibio-bio,

Siabal-abal, Hubu, Pamalian. Mayoritas penduduknya adalah Suku Batak Toba

dan Angkola Mandailing, akan tetapi suku di Tapanuli Tengah beragam mulai

dari Batak, Mandailing, Minangkabau, Nias, Jawa, Minahasa, Dayak, Bugis,

Sunda bahkan ada suku dari Arab, Yaman, Cina dan sebagainya. Sebagian besar

penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah memeluk Agama Kristen dengan total

persentase Agama Kristen 56.92% (Kristen Protestan 45,31% dan Katolik

11,61%) diikuti oleh Agama Islam (42.71%), Buddha (0,07%), dan

Page 29: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

15

Hindu(0,01%). Agama Kristen Protestan/Katolik banyak dianut oleh Suku Batak

Toba, Suku Karo, Batak Dairi, Batak Simalungun, Nias. Agama Islam di Tapanuli

Tengah dianut oleh Suku Batak Angkola, Suku Mandailing dan Suku Melayu.

Agama Buddha dianut oleh orang-orang yang beretnis Tionghoa dan Agama

Hindu banyak dianut oleh suku dari Bali. Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di

pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan

sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-

pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 km².

2.2 Asal-Usul Masyarakat Batak Toba

Persebaran masyarakat Batak Toba dimulai ketika badan zending masuk

ke tanah Batak yang membuka isolasi wilayah Batak. Keterkungkungan yang

lama menyelimuti tanah Batak selama berabad-abad yang diterima sebagai suatu

kebiasaan oleh masyarakat ini. Bahkan mereka memproteksi diri dari kehidupan

lain diluar sistem sosio kemasyarakatan yang sudah terbangun pada orang Batak

Toba. Badan zending yang membuka isolasi ini melalui pendidikan yang

ditularkan melalui pengajaran agama Kristen, akhirnya membuahkan hasil dengan

timbulnya minat orang Batak melakukan persebaran ke seluruh pelosok. Hal

mendasar dari cita-cita filosofi semua orang Batak yaitu mengejar hamoraon,

hagabeon dan hasangapon adalah bagian paling kuat untuk mewujudkan

keinginan-keinginan itu.

Status sosial bagi masyarakat Batak Toba yang dianggap paling mendasar,

membuat orang Batak selalu suka bekerja keras sehingga pekerjaan adalah sesuatu

yang penting. Adakalanya, pekerjaan sebagai guru jemaat dengan gaji yang kecil

Page 30: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

16

akan dilakukan untuk mengejar status sosial. Karena anggapan bahwa seorang

guru lebih tinggi kedudukan sosialnya dari seorang petani.

Dengan terbentuknya berita dari para missionaris tentang adanya

kehidupan lain yang lebih layak di luar wilayah Batak, orang-orang Batak yang

sudah mengecap pendidikan dari pihak zending ini, mencoba mengadu nasib dan

mencari pengalaman baru di tempat yang mereka cari (parserahan). Mereka

melakukan perjalanan dengan menyusuri jalan setapak. Untuk tiba di sekitar

Sumatera Timur (penyebutan untuk wilayah tanah Simalungun dan pesisir timur

Sumatera), orang-orang Batak yang tinggal di Toba Na Sae (Tanah Batak Toba

yang luas) harus dengan menyusuri tepian Danau Toba dengan sampan dari

Balige menuju Tigara dan berjalan kaki menuju Pematang Siantar melalui Tiga

Dolok.

Selain pilihan untuk dapat keluar dari tanah Batak menuju Sumatera

Timur, masih ada peluang untuk keluar walau dengan resiko perjalanan yang berat

dan berbahaya. Misalnya, alternatif jalan menuju Padang sebagai pelabuhan

internasional ketika itu, dapat dilalui dari Sibolga dengan kapal barang. Hal ini

pernah terjadi dengan adanya orang-orang Batak Toba berkediaman di tanah

Minang pada tahun 1900-an dan orang Batak yang ada di Jawa diyakini berangkat

dengan kapal api dari Padang, atau dengan masuknya tentera Paderi pada tahun

1820-an ke tanah Batak pada saat perang Paderi/Bonjol (purba:2015).

Akses jalan dari Sumatera Timur ke tanah Batak, awalnya dijalani melalui

beberapa titik persinggahan yang memakan waktu berhari-hari. Rute-rute kecil

dari tengah hutan sebagai jalan setapak yang dirintis oleh pedagang-pedagang

Page 31: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

17

local (perlanja sira-penjual garam), adalah pilihan untuk dapat keluar dari tanah

Batak. Rute lain yang dipilih adalah melalui jalan menyusuri sungai Asahan dari

pesisir timur menuju kawasan Danau Toba di Porsea.

Jalan raya yang menghubungkan tanah Batak ke Sumatera Timur baru

dibuka pada tahun 1915 melalui Sibolga, Sipirok, Tarutung, Balige, Porsea,

Parapat, Tiga Dolok menuju Pematang Siantar (Cunningham, 1958:85). Dengan

dibukanya jalan raya itu, percepatan perpindahan orang Batak menuju daerah lain

semakin tampak. Salah satu sumbernya adalah informasi dari anggota keluarga

Batak yang sudah tiba lebih dahulu di tanah-tanah garapan mereka. Persebaran

masyarakat Batak Toba ke daerah lain untuk mengejar tingkat perekonomian yang

lebih baik, tidak hanya dilakukan oleh kalangan yang berpendidikan saja, tetapi

adalah juga para petani-petani yang hanya mengandalkan semangat dan

pengetahuan pertaniannya. Mereka rela meninggalkan kampung halamannya, dan

kewajiban bekerja sebagai rodi yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda di

kampungnya. Untuk kepergiannya, mereka mau membayar pajak rodi sebesar 3

(tiga) gulden ditambah pajak dan ongkos ganti rugi pekerjaan rodi selama setahun.

Perpindahan orang Batak ke daerah lain untuk menetap adalah pilihan untuk

meningkatkan taraf ekonomi mereka (Sangti, 1977:180).

Perpindahan orang Batak ke daerah lain untuk menetap adalah pilihan

untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka. Tetapi, ada beberapa kasus untuk

sebagian masyarakat Samosir yang pergi meninggalkan kampung halamannya

untuk bekerja di daerah Sumatera Timur, hanya bersihat sementara. Kelompok ini

disebut dengan mangombo (bekerja hanya untuk menerima gaji). Selanjutnya

Page 32: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

18

secara periodik mereka kembali ke kampung halamannya. Hal itu terjadi hingga

tahun 1980-an, yang diikuti oleh beberapa kelompok masyarakat dari dataran

tinggi Humbang yang pergi mangombo ke Simalungun di Laras, Dolok Merangir,

Dolok Ilir dan Tanjung Leidong di Tanjung Balai.

Bagi orang-orang Batak yang tinggal menetap di daerah-daerah

parserahan selanjutnya membentuk komuni-komuni baru dengan membawa

segala aspek kebudayaannya. Adat istiadat yang dipakai mereka tidak dihilangkan

begitu saja. Mereka berpegang pada konsep adat yang sudah dibangun nenek

moyang mereka terdahulu. Karena beragamnya orang Batak dari berbagai latar

belakang daerah di bona pasogit, mereka menyatukan persepsi untuk membuat

adat Batak itu dapat diterima oleh komunitas mereka sendiri, tanpa melihat daerah

asal mereka seperti dari Silindung, Toba Holbung, Humbang dan Samosir.

Mereka menjalankan adat Batak dengan seperti apa yang dilakukan orang Batak

di bona pasogit, termasuk dalam pemakaian musik untuk mengiringi upacara adat

Batak mereka.

Bagi orang-orang Batak yang tinggal menetap di daerah-daerah parserahan

(perantauan) selanjutnya membentuk komuni-komuni baru dengan membawa

segala aspek kebudayaannya. Adat istiadat yang dipakai mereka tidak dihilangkan

begitu saja. Mereka berpegang pada konsep adat yang sudah dibangun nenek

moyang mereka terdahulu. Karena beragamnya orang Batak dari berbagai latar

belakang daerah di bona pasogit, mereka menyatukan persepsi untuk membuat

adat Batak itu dapat diterima oleh komunitas mereka sendiri, tanpa melihat daerah

asal mereka. Mereka menjalankan adat Batak dengan seperti apa yang dilakukan

Page 33: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

19

orang Batak di bona pasogit, termasuk dalam pemakaian musik untuk mengiringi

upacara-upacara adat Batak mereka. Masyarakat Batak Toba dewasa ini yang

berada di Simalungun, menempati hampir semua daerah yang ada di Simalungun.

Mereka hidup berkelompok di Pematang Siantar, Perdagangan, Kerasaan,

Serbelawan, Dolok Sinumbah, Bah Jambi, Maria Bandar, Panei Tongah,

Saribudolok, Tiga Dolok, Tiga Balata, Tanah Jawa, Parapat dan daerah lain.

2.2.1 Asal-Usul Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang

Lokasi penelitian yang penulis teliti berada di Kecamatan Kolang,

Kabupaten Tapanuli Tengah yang merupakan tempat tinggal penulis. Menurut

data yang penulis dapat persebaran masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang

datang dari Tarutung sekitar tahun abad ke-VIII. Yang di bawak oleh marga

siopat pisoran seperti marga Hutagalung, Hutabarat, Hutapea dan Panggabean

yang daerah nya terletak di desa parhambingan dan desa sipakpahi. Dari desa

sitahanbarat sampe ke sibolga marga yang membuka kampung (huta) adalah

marga hutagalung, daerah lobiharambir itu marga yang pertama sekali bertempat

tinggal adalah marga Lumbantobing dan sekaligus menjadi raja ni huta.

Selanjutnya dari kelurahan Pasar Onan Hurlang sampai ke desa Gonting mahe

adalah daerah marga Naipospos.

2.3 Mata Penncarian Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang

Secara tradisional, mata pencaharian masyarakat Batak Toba umumnya

adalah bercocok tanam. Pekerjaan bercocok tanam yang dilakukan adalah

berladang dan menanam padi di sawah. Di samping itu, mereka juga mengelola

hasil hutan terutama untuk memenuhi hidup sehari-hari. Salah satu ciri khas desa-

Page 34: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

20

desa kecil yang terdapat di Kecamatan Kolang adalah bentuk dari permukiman

tradisionalnya. Pola permukiman desa-desa tersebut umumnya terdiri atas

beberapa perumahan yang dikelilingi oleh rerimbunan pohon di antara bentangan

lahan persawahan di sekelilingnya.

Menurut hukum adat, dahulu lahan yang dijadikan untuk bercocok tanam

tersebut diperoleh dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga

mandapat tanah warisan tetapi tidak boleh menjualnya. Tapi seiring

perkembangan zaman, hukum tersebut lama kelamaan sudah mulai tidak dipakai

lagi, sebab sudah ada beberapa oknum yang pernah menjual tanahnya meskipun

tanah itu warisan marganya. walaupun demikian, penduduk Kecamatan Kolang

masih banyak yang memegang teguh hukum adat tersebut.

Gambaran umum tentang keadaan lingkungan alam khususnya yang

didapatkan di Kecamatan Kolang sedikit berbeda. Meskipun terdapat juga lahan-

lahan persawahan di tempat tersebut, wilayah ini merupakan wilayah yang relatif

kering dan kurang subur jika dibandingkan dengan wilayah Batak Toba yang

lainnya. Untuk memenuhi debit air yang dibutuhkan tanaman terkadang sebagian

besar penduduk mengandalkan air hujan, sebab selain lahan yang relatif kering,

sistem irigasi juga tidak berjalan maksimal. Oleh karena itu, sebagian besar

masyarakat menghidupi dirinya dengan menyadap pohon kareat

(mangguris/manderes). Sebab menurut penduduk setempat, selain perawatannya

yang lebih mudah, biasanya pohon karet merupakan salah satu tanaman yang

tidak terlalu membutuhkan banyak debit seperti tanaman yang lain. Di samping

itu, ada juga yang bertanam padi dan sayur-sayuran.

Page 35: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

21

Selain sektor pertanian, perternakan juga merupakan salah satu mata

pencaharian penduduk Kecamatan Kolang, antara lain perternakan babi, kambing,

ayam, dan bebek. Usaha nelayan atau penangkapan ikan dilakukan sebagian

penduduk yang merantau ke daerah pantai dan pulang seminggu sekali. Jika

ditinjau secara keseluruhan sebagian besar masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Kolang saat ini bermata pencaharian sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai,

wiraswasta dan pejabat pemerintahan.

2.4 Sistim Religi/kepercayaan

Menurut kepercayaan orang Batak dalam mitologinya, segala hal di dalam

kehidupan selalu ada sangkut pautnya dengan keilahian yang dipercaya sebagai

karya Mula Jadi Nabolon. Dalam cerita turun temurun, mitologi dalam

kepercayaan masyarakat Batak Toba ini yaitu adanya tiga oknum dewa masing-

masing Batara Guru, Soripada dan Mangala Bulan sebagai aspek dari Mulajadi

Nabolon yang memiliki otoritas di bumi untuk mengatur kehidupan manusia

(Situmorang, 2009:21).

Dalam beberapa tulisan konsep mitologi ini berbeda dengan konsep yang

diungkapkan oleh Sitor Situmorang tentang “tri tunggal” Dewa orang Batak.

Dalam tulisan lain, Tampubolon menyebut ketiga Dewa itu bukanlah implisit dari

jelmaan Mula Jadi Nabolon, melainkan tiga dewa yang berdiri sendiri yaitu 1)

Mulajadi Nabolon, 2) Debata Asi-asi dan 3) Batara Guru yang sesuai dengan

pekerjaannya di Bumi. Mulajadi Nabolon diyakini sebagai pencipta dari alam

semesta untuk alam yang besar (Nabolon), dan menciptakan dewa-dewa yang

lebih rendah. Debata Asiasi sebagai dewa yang menurunkan berkat dan kasih

Page 36: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

22

melalui oknum perantara (roh leluhur, roh penghuni suatu tempat). Batara Guru

berarti maha guru yang member ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu gaib, pengobatan

dan penangkalan roh-roh jahat. (Tampubolon, 1978:9-10)

Mitologi Batak pada umumnya disampaikan melalui cerita dari mulut ke

mulut (tradisi lisan), biasanya pemberitaan seperti ini sukar untuk dipercaya. Hal

ini terbukti dari banyaknya beredar cerita-cerita dongeng di kalangan bangsa

Batak. Lebih lanjut Warneck membenarkan bahwa hampir semua suku bangsa

memiliki dongeng, yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Masing-masing

berdiri sendiri (Hutauruk, 2006:8)

Ajaran agama Batak yang terdapat dalam mitologi Batak ini, diperjelas

oleh Batara Sangti menyebut ketiga dewa (sama dengan versi Situmorang)

pemilik otoritas kedewaan dengan konsep pekerjaan ketiga dewa tersebut

mengatur tata kehidupan manusia. Dalam legenda Siboru Deak (Deang) Parujar

dalam tonggotonggo (doa) yang disampaikan pada Mula Jadi Nabolon menyebut:

Debata Natolu, Natolu Suhu, Naopat Harajaon. Sangti menguraikan pekerjaan

dan tugas 29 keempat oleh Debata Asi-asi yaitu menolong manusia dengan

bersusah payah dan berkorban. Dewa ini berfungsi sebagai: naso pinele jala naso

sinomba (yang tidak disaji dan tidak disembah) sebagai tugas keempat dimaksud

dari na opat harajaon (Sangti, 1977:279).

Dalam konteks kepercayaan tradisional “agama Batak” itu, terdapat

konsep bahwa kehidupan manusia tetap berlangsung walaupun sudah meninggal.

Page 37: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

23

Kehidupan itu berada pada dunia maya, kehidupan para roh-roh yang sudah

meninggal. Anggapan bahwa roh-roh itu memiliki komunitas dan aktivitas

sendiri.

Itu sebabnya, hingga kini masih terdapat kepercayaan bagi masyarakat Batak

untuk ikut menyertakan berbagai perlengkapan orang yang sudah mati, dikubur

bersama jasadnya. Misalnya, pahean (pakaian) yang dikenakan dipergunakan

nantinya setelah roh sebagai pakaian yang membungkus dari rasa dingin, dan

ringgit sitio suara (uang) untuk kebutuhan perjalanan menempuh perjalanan

„jauh‟ dari dunia nyata ke dunia maya atau benda-benda lainnya yang dibutuhkan

dalam dunia roh. (Ibid. 1978:10).

Dari beberapa versi cerita kehidupan orang Batak dapat disimpulkan,

bahwa orang Batak pada zaman keberhalaan sudah mempercayai adanya Allah

yang satu yang disebut Mulajadi Na Bolon yang menjadi sumber dari segala yang

ada. Orang Batak kala itu percaya ada kekuatan besar Debata yang menjadikan

langit dan bumi dan segala isinya. Juga memelihara kehidupan secara terus

menerus. Debata Mulajadi Na Bolon adalah sebagai ilah yang tidak bermula dan

tidak berakhir. Dia adalah awal dari semua yang ada.

Dalam konsep Batak, seluruh kehidupan tertuju pada daya dan upaya

untuk mencapai kepemilikan sahala. Sahala dalam filsafat Batak sangat besar

pengaruhnya dalam segala gerak hidup orang Batak, dan semua orang Batak harus

mempunyai sahala. Penafsiran sahala menurut Warneck adalah kewibawaan

hidup, kekayaan akan harta benda dan keturunan, kemuliaan yang mencakup

kebijaksanaan, kecerdikan, kecerdasan, kekuasaan, keluhuran budi pekerti. Hal ini

Page 38: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

24

terus dilakukan oleh orang Batak secara turun temurun. Implementasinya, nampak

pada setiap pekerjaan adat dan hubungan kehidupan antara orang Batak. Sehingga

sahala adalah wujud dari hagabeon, hamoraon dan hasangapon.

Sahala adalah perwujudan roh (tondi) dalam kehidupan manusia di dunia.

Dia merujuk pada sebuah kekuatan nyata yang menjadi milik orang-orang penting

dan kuat. Tanda utama kepemilikan sahala yang besar adalah dimana seseorang

memiliki keberhasilan duniawi. Sahala merupakan sebuah kualitas yang bisa

diperoleh atau hilang. Masyarakat Batak Toba memberi tingkatan hidup pada

nilai-nilai kebudayaan dalam tiga kata, yaitu harajaon (kuasa), hamoraon

(kekayaan) dan hasangapon (kehormatan).

Harajaon menunjukkan bahwa tujuan setiap manusia adalah berdiri sendiri

secara merdeka dan mengelola hidup dengan wibawa dan kuasanya. Setiap orang

Batak (laki-laki), selalu mempunyai keinginan menjadi seorang raja. Pengertian

menjadi raja adalah seorang yang dapat mengatur hidupnya sendiri tanpa bantuan

orang lain. Oleh karena itu dianggap penting untuk membentuk rumah tangga

sendiri, karena rumah tangganya adalah awal dari usaha-usaha untuk mendirikan

ke”raja”annya sendiri. Manusia harus menghormati sanak saudaranya dan marga

yang dia miliki.

Hamoraon menunjukkan bahwa tujuan dalam hidup seorang Batak adalah

mensejahterakan kehidupan. Anggapan tradisional, pengertian kesejahteraan lebih

dianggap sama dengan banyak memiliki istri dan anak, ladang yang luas dan

ternak yang banyak. Kepemilikan ini dianggap sebagai hasil karena memiliki

seorang Batak memiliki sahala sebagai raja.

Page 39: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

25

Hasangapon merupakan tujuan dari usaha-usaha untuk mewujudkan

gagasan-gagasan harajaon dan hamoraon. Perjuangan untuk mencapai hasangapon

digambarkan sebagai motivasi fundamental suku Batak. Dalam mencapai

harajaon, hamoraon, dan hasangapon, ketegangan seringkali muncul antara kakak

beradik dalam satu marga. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki status yang

tinggi akan mencoba menengahi, tetapi bila usaha-usaha ini tidak berhasil, sebuah

kelompok bisa pergi untuk mendirikan pemukiman baru.

Sistem dalihan na tolu mencegah pembentukan kelas-kelas sosial yang

kaku. Selalu ada hula-hula yang harus dipelihara dan dihormati. Oleh karena itu,

masyarakat Toba memiliki cirri egaliter yang kuat, dibandingkan misalnya dengan

masyarakat jawa. Sifat ini tidak berarti bahwa masyarakat Toba bebas dari hirarki

gender, pada umumnya perempuan menempati posisi rendah dibanding laki-laki

Di Kecamatan Kolang dominan mempercayai tiga agama di dunia yakni

Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katholik. Penduduk Kecamatan Kolang

didiami Etnis pesisir yang mayoritas beragama Islam. Bentuk keyakinan lain

adalah kepercayaan Parmalim yang merupakan agama nenek moyang suku Batak.

Dengan adanya berbagai etnis ini maka penggalangan persatuan dan kesatuan

dapat terbina dengan baik.

2.5 Sistem Sosial Kekerabatan

Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang juga menggunakan sistim

kekerabatam yang ada pada umum nya di suku Batak Toba. Tetapi hanya ada

beberapa yang membedakan dalam penyebutan tutur (partuturan) pada kerabat.

Page 40: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

26

Seperti penyebutan pada saudara laki-laki kepada saudara perempuan disebut

itong, tetapi jika di suku Batak Toba secara umum itu disebut ito dan sebagainya.

Pembagian kelompok keturunan bagi masyarakat Batak diyakini berasal

dari satu nenek moyang yang sungguh-sungguh ada, dan atau karena anggapan

mitologi seperti disebutkan dalam pembahasan di atas. Garis keturunan yang

disandang oleh setiap orang Batak sekarang ini berasal dari satu sumber yang

secara eksklusif ditarik lurus dari pihak laki-laki (keturunan agnatic, patrilineal

atau laki-laki). Garis patrilineal ini dipakai guna menentukan status keanggotaan

dalam sebuah kelompok yang dinamai marga. Sedangkan patrilineal adalah garis

keturunan menurut laki-laki.

Mengenai prinsip garis keturunal patrilineal tersebut, Soerjono Soekanto

memberikan penjelasan: “Hubungan kekerabatan melalui laki-laki saja, dan

karena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat semua

kaum kerabat ayahnya masuk kedalam batas hubungan kekerabatannya,

sedangkan semua kaum kerabat ibunya jatuh diluar batas itu”. Sehingga,

kelompok marga Batak adalah sebuah organisasi keluarga yang luas. Kekerabatan

dari kelompok keturunan bagi orang Batak banyak dijumpai menurut wilayah

kediaman masyarakat Batak Toba. Mereka membentuk grup-grup menjadi sebuah

kelompok marga (descent group) sebagai kesatuan sosial. Kesatuan yang diakui

(de facto) oleh umum.

Sejak dulu sampai sekarang, masyarakat Batak Toba dalam beberapa hal

merupakan masyarakat yang patriakal. Dalam masyarakat tradisional, posisi

perempuan seringkali sulit. Jika seorang perempuan telah melahirkan banyak

Page 41: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

27

anaklaki-laki dan satu anak perempuan akan sangat dihargai, tetapi jika

perempuan tidakmelahirkan anak laki-laki akan dianggap rendah. Karena system

marga diambil dari anak laki-laki, seorang laki-laki yang tidak memiliki anak laki-

laki tidak dapat mengabadikan marganya. Keadaan ini dianggap sebagai rasa malu

yang besar dan laki-laki itu didesak untuk memiliki istri lagi, karena anak-anak

membawa kebanggaan dalam sebuah marga, biasanya laki-laki yang memiliki

kekayaan sering memiliki lebih dari satu istri. Karena marga adalah eksogamus,

maka perkawinan antara orang-orang dari marga yang sama dianggap tabu.

Adat Batak Toba mendorong seseorang segera menikah setelah masa

pubertas dan bagi laki-laki menikah dianggap sebagai sebuah tugas. Sistem marga

Batak Toba bersifat hirarkis, dalam arti bahwa marga (hula-hula), yang telah

memberikan anak perempuannya agar dinikahi marga yang lain dianggap lebih

tinggi dari pada marga yang menerima isteri tersebut (boru). Di pihak lain, marga

yang lebih tinggi juga berhubungan dengan marga-marga yang lain yang telah

memberikan anak-anak perempuan kepada mereka, yaitu yang dianggap lebih

tinggi.

Tiga marga adalah marga milik seseorang (dongan sabutuha, teman dari

satu rahim), hula-hula dan boru disebut dalihan na tolu, yang merujuk pada tiga

batu yang diletakkan dibawah tungku untuk memasak. Dalam hal ini tidak

seorang pun berada di atas karena setiap orang memiliki hubungan dengan sebuah

marga yang mereka anggap lebih tinggi.

Sistem kekerabatan keluarga Batak Toba, tidak dapat dipisahkan dari

filsafat hidupnya dan merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat

Page 42: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

28

seorang laki-laki dan seorang wanita, akan tetapi mengikat suatu hubungan yang

tertentu yaitu kaum kerabat dari pihak laki-laki atau kaum kerabat dari pihak

perempuan. Seluruh pihak yang masuk dalam lingkaran kerabat Batak Toba,

masing-masing memiliki nama sebutan panggilan yang menunjukkan status

kekerabatan. Filsafat hidup kekerabatan inilah yang disebut Dalihan Na Tolu

(tungku nan tiga) yang terdiri dari:

1. Dongan Sabutuha atau dongan tubu yaitu terdiri dari namarsaompu artinya

segenap keturunan dari kakek yang sama, dengan pengertian keturunan

lakilaki dari satu marga. Setiap orang Batak Toba dapat terlihat dalam posisi

sebagai dongan tubu, hula-hula dan boru terhadap orang lain. Terhadap

hulahula-nya, dia adalah boru. Sebaliknya, terhadap boru dia merupakan

hula-hula dan terhadap garis keturunannya sendiri dia merupakan dongan

tubu.

2. Hula-hula atau dinamai parrajaon (pihak yang dirajakan) yaitu marga ayah

mertua seorang laki-laki yang memberinya istri. Yang termasuk hula-hula

bukan hanya pihak mertua dan golongan semarganya tetapi juga bona ni ari

yaitu marga asal nenek (istri kakek) ego lima tingkat ke atas atau lebih, tulang

yaitu saudara laki-laki ibu, yang terdiri dari tiga bagian yaitu bona tulang

(tulang kandung dari bapak ego), tulang tangkas (tulang ego saudara), tulang

ro robot (ipar dari tulang), lae atau tunggane (ipar) yang termasuk di

dalamnya anak dari tulang anak mertua, mertua laki-laki dari anak, ipar dari

ipar, cucu ipar; bao (istri ipar) yaitu istri ipar dari pihak hula-hula mertua

perempuan dan anak laki-laki, anak perempuan dari tulang ro robot; paraman

Page 43: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

29

dari anak lakilaki, termasuk di dalamnya anak ipar dari hula-hula, cucu

pertama, cucu dari tulang, saudara dari menantu perempuan, paraman dari

bao; hula-hula hatopan yaitu semua abang dan adik dari pihak hula-hula.

3. Boru yaitu marga yang menerima anak perempuan sebagai istri, yang

termasuk di dalamnya namboru (bibi) yang terdiri dari iboto ni ama niba

(saudara perempuan bapak), mertua perempuan dari saudara perempuan,

nenek dari menantu laki-laki; amang boru (suami bibi) yang termasuk di

dalamnya mertua laki-laki dari saudara perempuan, kakak dari menantu laki-

laki; iboto (saudara perempuan) yang termasuk di dalamnya putri dari

namboru, saudara perempuan nenek, saudara perempuan dari abang atau adik

kita; lae (ipar) yang termasuk di dalamnya saudara perempuan, anak namboru,

mertua laki-laki dari putri, amang boru dari ayah, bao dari saudara

perempuan. Boru (putri) yang termasuk di dalamnya boru tubu (putri

kandung), boru ni pariban (putri kakak atau adik perempuan), hela (menantu),

yang termasuk di dalamnya suami dari putri, suami dari putri abang atau adik

kita, suami dari putri; bere atau ibebere (kemenakan) atau anak dari saudara

perempuan; boru natua-tua yaitu semua keturunan dari putri kakak kita dari

tingkat kelima.

Penyebutan kata somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan

tubu adalah salah satu semboyan yang hidup hingga saat ini pada masyarakat

Batak Toba yang mencerminkan keterkaitan hubungan ketiga sistem kekerabatan

ini. Artinya hula-hula menempati kedudukan yang terhormat diantara ketiga

golongan fungsional tersebut. Boru harus bersikap sujud dan patuh terhadap hula-

Page 44: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

30

hula dan harus dijunjung tinggi. Hal itu tampak dari filosofi yang dianut tentang

ketiga golongan ini. Hula hula, mata ni mual si patio-tioon, mata ni ari so

husoran artinya hula-hula adalah sumber mata air yang selalu dipelihara supaya

tetap jernih dan matahari yang tidak boleh ditentang. Hula-hula diberi sebutan

sebagai debata na ni ida atau wakil Tuhan yang dapat dilihat, karena merupakan

sumber berkat, perlindungan dan pendamai dalam sengketa. Elek marboru artinya

hula-hula harus selalu menyayangi borunya dan sangat pantang untuk menyakiti

hati dan perasaan boru. Manat mardongan tubu artinya orang yang semarga harus

berperasaan seia sekata dan sepenanggungan sebagai saudara kandung dan saling

hormat menghormati.

Adapun fungsi dalihan na tolu dalam hubungan sosial antar marga ialah

mengatur ketertiban dan jalannya pelaksanaan tutur, menentukan kedudukan, hak

dan kewajiban seseorang dan juga sebagai dasar musyawarah dan mufakat bagi

masyarakat Batak Toba. Dimana saja ada masyarakat Batak Toba, secara otomatis

berlaku fungsi dalihan na tolu, dan selama orang Batak Toba tetap

mempertahankan kesadaran bermarga, selama itu pulalah fungsi dalihan na tolu

tetap dianggap baik untuk mengatur tata cara dan tata hidup masyarakatnya.

2.6 Konsep Kemasyarakatan

Koentjaraningrat (1995:110) mengatakan bahwa stratifikasi sosial orang

Batak dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi empat (4) prinsip

yaitu:

1. Perbedaan tingkat umur. Yakni, sistem pelapisan sosial masyarakat Batak

Toba berdasarkan perbedaan tingkat umur ysng dapat dilihat dalam

Page 45: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

31

sistem adat istiadat. Dalam pesta adat, orang-orang tua yang tingkat

umurnya lebih tinggi, akan lebih banyak berbicara atau disebut raja adat.

2. Perbedaan pangkat dan jabatan. Sistem pelapisan sosial berdasarkan

perbedaan pangkat dan jabatan ini dapat dilihat pada perbedaan harta dan

keahlian yaitu pada keturunan raja-raja, dukun, pemusik (pargonsi) dan

juga pandai-pandai seperti besi, tenun, ukir, dan lain-lain.

3. Perbedaan sifat keaslian. Sistem pelapisan sosial berdasarkan perbedaan

sifat dan keaslian dapat kita lihat dalam jabatan dan kepemimpinan.

Dalam system ini berlaku sifat keturunan contohnya, di daerah Muara

adalah daerah asal marga Simatupang. Maka secara otomatis turunan

marga Simatupang ini lebih berhak atas jabatan kepemimpinan di daerah

tersebut seperti Kepala Desa atau yang di luar jabatan pemerintahan.

Demikian juga halnya dalam hak ulayat dalam pemilikan tanah.

4. Status kawin adalah sistem pelapisan sosial berdasarkan status kawin

dapat dilihat di dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada orang Batak yang

sudah berkeluarga. Mereka sudah mempunyai wewenang untuk

mengikuti acara adat atau berbicara dalam lingkungan keluarganya, dan

biasanya orang Batak yang sudah berkeluarga akan menjaga wibawanya

dalam adat ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat

besar arti perkawinan pada masyarakat Batak Toba.

Page 46: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

32

2.7 Budaya Musikal Batak Toba di Kecamatan Kolang

2.7.1 Musik Vokal di Kecamatan Kolang

Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang masih tetap memelihara

budaya musikal sebagaimana daerah asal di antara budaya musikal tersebut yang

masih tetap hidup dan terpelihara ialah musik vokal dan musik instrumental.

Tentu saja ada yang hilang, namun masih ada yang berlanjut.

Budaya musikal masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bahagian

besar, yaitu musik vokal dan musik instrumental. Musik vokal pada masyarakat

Batak Toba disebut dengan ende. Dalam musik vokal tradisional,

pengklasifikasiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang

dapat dilihat berdasarkan liriknya. Ben Pasaribu (1986 : 27-28) membuat

pembagian terhadap musik vokal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian,

yaitu:

1. Ende mandideng, adalah musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak

(lullaby). Nyanyian ini masih tetap hidup di Kecamatan Kolang salah satunya

lagu bue-bue.

2. Ende sipaingot, adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang

akan melangsungkan pernikahan. Biasanya dinyanyikan pada waktu senggang

saat menjelang pernikahan. Dalam upacara adat pernikahan di Kecamatan

Kolang Ende Sipaingot ini disajikan oleh orang tua dari pihak laki-laki

ataupun yang mewakili.

3. Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo

chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dan daam waktu senggang,

Page 47: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

33

biasanya malam hari. Nyanyian ini tidak ditemukan lagi di Kecamatan

Kolang.

4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai pengiring

tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-

lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende

tumba ini dilakukan oleh para muda-mudi atau remaja di alaman (halaman

kampung) pada malam terang bulan. Nyanyian ini tidak ditemukan lagi di

Kecamatan Kolang.

5. Ende sibaran, adalah musik vokal yang menggambarkan cetusan penderitaan

seseorang yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita

tersebut, dan biasanya dinyanyikan di tempat yang sepi. Nyanyian ini tidak

ditemukan lagi di Kecamatan Kolang.

6. Ende pasu-pasuan, adalah musik vokal yang berkaitan dengan

pemberkatan,dan berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang

Maha Kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh para orang tua kepada keturunannya.

Nyanyian ini tidak ditemukan lagi di Kecamatan Kolang.

7. Ende hata, adalah musik vokal berupa lirik yang diimbuhi ritem yang

disajikan secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian

pantun dengan bentuk pola “aa bb” yang memiliki jumlah suku kata yang

sama. Biasanya dimainkan oleh kumpulan anak-anak yang dipimipin oleh

seseorang yang lebih dewasa atau orang tua. Nyanyian ini tidak di temukan

lagi diKecamatan Kolang.

Page 48: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

34

8. Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup

seseorang yang telah meninggal, yang disajikn pada saat atau setelah

disemayamkan. Dalam ende andung alunan melodi biasanya muncul secara

spontan sehingga penyanyinya haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan

terampil dalam sastra yang menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting

untuk jenis nyanyian ini. Dalam upacara kematian di Kecamatan Kolang Ende

andung ini masih sering di sajikan. Biasanya orang yang menyanyikan nya

adalah keluarga dekat atau kerabat yang meninggal.

Demikian juga Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony membagi kelompok

musik vokal menjadi tiga jenis, yaitu:

2. Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang diyanyikan untuk acara-acara

namarhadodoan (resmi).

3. Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak

Toba dalam kegiatan sehari-hari.

4. Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan

berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita.

Tetapi apabila dikaji lebih rinci dari banyaknya jenis musik vokal pada

masyarakat Batak Toba, maka dibuat pengklasifikasian yang lebih mendetail

terhadap nyanyian-nyanyian tersebut sesuai dengan sudut pandang masing-

masing. Berikut ini adalah pembagian jenis musik vokal Batak Toba oleh Jan

Harold Brunvand yang dikutip oleh Ritha Ony (1983:13). Jenis musik vokal

tersebut sebagai berikut:

Page 49: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

35

1 Nyanyian kelonan (lullaby), yaitu musik vokal yang mempunyai irama halus,

tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang sehingga

dapat membangkitkan rasa kantuk bagi si anak yang mendengarkan. Contoh:

Mandideng.

2 Nyanyian kerja (work song), yaitu musik vokal yang mempunyai irama dan

kata-kata yang bersifat menggugah semangat,sehingga dapat menimbulkan

rasa gairah untuk bekerja. Contoh : Luga-luga solu.

3 Nyanyian permainan (play song), yaitu musik vokal yang mempunyai irama

gembira serta kata-kata yang lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan.

Contoh: Sampele-sampele.

4 Nyanyian yang bersifat kerohanian atau keagamaan, yaitu musik vokal yang

teksnya berhubungan dengan kitab Injil, legenda-legenda keagamaan, atau

pelajaran-pelajaran keagamaan. Contoh: Metmet ahu on.

5 Nyanyian nasehat, yaitu musik vokal yang liriknya berisi nasehat tentang

bagaimana pola bertingkah laku yang baik. Contoh: Siboruadi.

6 Nyanyian mengenai hubungan berpacaran dan pernikahan, yaitu musik vocal

yang liriknya biasanya mengungkapkan kebiasaan muda-mudi yang sedang

bercinta dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Contoh: Madekdek ma

Gambiri.

2.7.2 Musik pada upacara perkawinan

Dalam musik instrumental ada beberapa instrument yang lazim digunakan

dalam ansambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam

kaitannya dalam upacara adat, religi maupun sebagai hiburan.

Page 50: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

36

Dahulu pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ansambel musik

tradisional, yaitu: ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain itu

ada juga instrument musik tradisional yang digunakan secara tunggal.

2.7.2.1 Ensambel Gondang Hasapi

Beberapa instrument yang terdapat dalam ansambel gondang hasapi

adalah sebagai berikut:

1. Hasapi ende (plucked lute dua senar) jenis chordophone yang berfungsi

sebagai pembawa melodi, dimainkan dengan cara mamiltik (dipetik).

2. Hasapi doal (plucked lute dua senar), sama denga hasapi ende, namun

hasapi doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan, dan berukuran

lebih besar dari hasapi ende.

3. Sarune etek (shawm), kelompok aerophone yang memiliki reed tunggal

(single reed) dimainkan dengan mangombus marsiulak hosa (meniup

dengan terus menerus).

4. Saga-saga, kelompok xylophone, pembawa melodi juga sebagai pembawa

ritem variabel pada lagu-lagu tertentu. Dimainkan dengan cara dipalu.

5. Hesek, instrument idiophone sebagai pembawa tempo (ketukan dasar).

2.7.2.2 Gondang Sabangunan

Ensambel gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah yang sering

digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan atau gondang

bolon. Komposisi alatnya terdiri dari :

1. Sarune bolon (shawm, oboe), yaitu sejenis alat tiup berlidah ganda (double

reed) yang berperan sebagai pembawa melodi dan dimainkan dengan cara

Page 51: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

37

mangombus marsiulak hosa. Instrumen ini tergolong kepada kelompok

aerophone.

2. Taganing (single headed drum), yaitu seperangkat gendang bernada

bermuka satu yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi

sebagai pembawa melodi dan juga pembawa ritem variabel untuk lagu

atau repertoar tertentu. Kelima gendang tersebut dibedakan sesuai dengan

namanya masing-masing, 15 Sebuah aliran kepercayaan tradisional/agama

suku Batak Toba yang berkembang di Huta Tinggi, Laguboti, Sumatera

Utara. 16 Dikutip dari Buku yang berjudul “Gondang Batak Toba” oleh

Ritha Ony dan Irwansyah Harahap. Universitas Sumatera Utara yakni

odap-odap, paiduani odap, painonga, paiduani ting-ting, dan ting-ting.

Instrumen ini tergolong ke dalam kelompok membranophone.

3. Gordang bolon (single headed drum), yakni sebuah gendang-bas bermuka

satu yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai

pembawa ritem konstan dan ritem variabel. Insrumen juga sering disebut

sebagai bass dari ensambel gondang sabangunan. Klasifikasi instrumen

ini termasuk kepada kelompok membranophone.

4. Ogung (gong), yaitu seperangkat gong yang terdiri dari empat buah dengan

ukuran yang berbeda-beda. Keempat buah gong tersebut diberi nama

oloan, ihutan, doal, dan panggora. Masing-masing ogung sudah memiliki

ritem tertentu dan dimainkan terus menerus secara konstan/tidak berubah-

ubah. Instrumen ini tergolong kepada kelompok idiophone.

Page 52: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

38

5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi berupa plat besi, botol, atau benda lainnya

yang dapat menghasilkan bunyi tajam untuk dijadikan sebagai pembawa

tempo. Instrumen ini tergolong kepada idiophone.

6. Odap (double headed drum), yakni sejenis gendang kecil bermuka dua

(dua sisi selaput gendang) yang berperan sebagai pembawa ritem variabel.

Instrumen ini biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu.

Instrumen ini tergolong kepada kelompok membranophone.

2.7.2.3 Instrument Tunggal

Instrument tunggal adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang

terlepas dari ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. instrument yang

termasuk instrument tunggal dalam masyarakat Batak Toba antara lain:

1. Sulim (transverse flute), kelompok aerophone. Dimainkan dengan meniup

dari samping (side blown flute), berfungsi membawa melodi. Sampai

sekarang ini sulim masih dimainkan dalam upacara adat perkawina di

Kecamatan Kolang.

2. Saga-saga (jew’s harp) klasifikasi idiophone. Dimainkan dengan

menggetarkan lidah dan instrument tersebut di rongga mulut sebagai

resonatornya.

3. Jenggong (jew’s harp) mempunyai konsep yang sama dengan saga-saga,

namun materinya berbeda karena terbuat dari logam.

4. Talatoit (transverse flute), sering juga disebut salohat atau tulila.

Dimainkan dengan meniup dari samping. Kelompok aerophone.

Page 53: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

39

5. Sordam (long flute) terbuat dari bambu, kelompok aerophone, dimainkan

dengan ditiup dari ujung (end blown flute).

6. Tanggeteng, alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu

sebagai resonatornya.

Page 54: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

40

BAB III

KAJIAN KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PADA UPACARA

ADAT PERKAWINAN DI KECAMATAN KOLANG

3.1 Perkawinan Pada Masyarakaat Batak Toba di Kecamatan Kolang

Perkawinan merupakan pengikatan adat; pengikatan kekerabatan; sehingga

dapat terjadinya suatu perikatan membawa akibat bukan semata-mata terhadap

hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami isteri, kedudukan anak,

harta bersama, kedudukan hak dan kewajiban orangtua, tetapi menyangkut juga

kepada hubungan-hubungan adat istiadat kewarisan, kekerabatan, dan juga

menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan. Perkawinan adalah aturan-

aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk bentuk perkawinan, cara-cara

dan pelamaran, upacara perkawinan. (Adikusuma, 1992:182)

Bagi masyarakat adat batak toba juga mengartikan perkawinan itu adalah

dimana seorang laki-laki mengikatkan diri dengan seorang wanita, untuk hidup

bersama dalam satu rumah tangga dengan melalui prosedur yang di tentukan

dalam ketentuan-ketentuan hukum adat Batak Toba. (Samosir.1980:29)

Dalam hukum adat, sahnya perkawinan secara adat Batak Toba umumnya

tergantung kepada masyarakat penganut agama yang bersangkutan yang

dilaksanakan menurut tata tertib agamanya, mereka juga terlebih dahulu

melakukan upacara adat supaya dapat masuk ke dalam lingkungan masyarakat

adat dan diakui menjadi warga masyarakat adat. Masyarakat Batak Toba pada

umumnya menganut perkawinan monogami dan prinsip keturunan masyarakat

Batak Toba adalah patrilineal.

Page 55: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

41

3.1.1 Tahapan upacara perkawinan

Perkawinan adat pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang tidak

terlepas dari pengesahan agama. Semua upacara perkawinan yang dilaksanakan

oleh masyarakat Batak Toba dalam konteks adat selalu didahului atau diikuti

pengesahan agama masing-masing. Tahapan perkawinan pada masyarakat Batak

Toba yang umum dilakukan sebagai berikut: martumpol, pemberkatan

pernikahan, upacara adat.

3.1.1.1 Martumpol

Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara

pertunangan tetapi secara harafiah martumpol merupakan acara kedua pengantin

di hadapan pengurus jemaat gereja diikat dalam janji untuk melangsungkan

pernikahan.

Upacara adat ini diikuti oleh orang tua kedua calon pengantin dan keluarga

mereka beserta para undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja, karena

yang mengadakan acara martumpol ini kebanyakan adalah masyarakat Batak

Toba yang beragama Kristen.

3.1.1.2 Acara pemberkatan pernikahan

3.1.1.2.1 Waktu

Acara pemberkatan pernikahan dilakukan setelah proses martumpol

dilaksanakan. Biasanya selang beberapa bulan atau minggu setelah proses

martumpol dilaksanakan. Waktunya tergantung pada kesiapan kedua pengantin

dan kedua keluarga pengantin. Pemberkatan di gereja diadakan sebelum

Page 56: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

42

berlangsungnya proses upacara adat namun masih pada hari yang sama. Upacara

pemberkatan diadakan pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai.

3.1.1.2.2 Tempat

Tempat berlangsungnya acara pemberkatan kedua pengantin dilaksanakan

di gereja. Gereja yang dipakai biasanya adalah gereja dimana salah satu dari

orangtua mempelai menjadi jemaatnya atau dapat juga meminjam gereja terdekat

apabila gereja mempelai jauh dari lokasi pesta, namun masih dalam

lembaga/insttusi yang sama.

3.1.1.2.3 Pemimpin upacara

Pemimpin upacara dalam acara pemberkatan pernikahan di gereja yaitu

pendeta, namun dapat juga dipimpin oleh pengurus gereja seperti guru jemaat

(voorhanger). Pemimpin ini dibantu oleh pengurus gereja lainnya, seperti penatua

gerejaa, biblevro. Pemberkatan digereja seperti pada gambar 3.1.

3.1.1.2.4 Jemaat

Jemaat dalam upacara pemberkatan pernikahan yaitu kedua calon

pengantin, keluarga dari kedua pengantin, serta organisasi-organisasi kekerabatan

dan kemasyarakatan dari kedua pengantin. Jemaat yang terdiri daripada orang tua

masing-masing pengantin dan kedua pengantin seperti gambar 3.2 sementara

gambar pengantin dengan jemaat yang lain seperti pada gambar 3.3

Page 57: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

43

Gambar 3.1 Pemberkatan di gereja

Gambar3.2 Pengantin dan kedua orang tua pengantin

Gambar 3. Kedua pengantin dengan jemaat

4.1.1.3 Proses Upacara Adat

Proses upacara adat berlangsung setelah selesai upacara pemberkatan

pernikahan secara agama di gereja. Setelah pulang dari gereja kedua pengantin

Page 58: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

44

beserta rombongan pun pulang ke rumah pengantin laki-laki atau tempat upacara

adat tersebut dilangsungkan. Di Kecamatan Kolang selalu diadakan di halaman

rumah penganting dan biasanya juga tidak jauh dari tempat (gereja) pemberkatan

pernikahan. Jika halaman rumah pengantin tidak terlalu luas, maka halaman

rumah tetangga dapat dipergunakan oleh karena toleransi dan kebersamaan yang

tinggi di desa ini. Di halaman tersebut di pasang teratak dan semua dekorasi yang

di perlukan.

Gambar 3.4. Tempat upacara adat di halaman rumah pengantin

Kemudian kedua orang tua dari laki-laki mangupa-upa kedua pengantin

dengan memberikan ikan mas (dekke simudur-udur). Setelah kedua pengantin di

upa-upa kemudian masuklah rombongan keluarga dari perempuan sekalian makan

siang (mangan adat) dan disitu juga kedua orang tua dari pihak perempuan

memberikan makanan tertentu mangupa-upa (member makanan syukuran) seperti

pada gamabar 3.5.

Page 59: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

45

Gambar 3.5: mangupa-upa kedua pengantin

Setelah mangupa-upa baru dilanjutkan dengan makan siang bagi semua

kaum kerabat seperti gambar 3.6. Selesai makan siang acara dilanjutkan dengan

memberikan jambar (bahagian daging tertentu yang diberikan kepada kaum

kerabat). keluarga dari pihak perempuan memberikan jambar kepada keluarga

dari pihak laki-laki. Setelah itu dilangsungkan marhata adat (penyampaian kata-

kata adat) seperti pada gambar 3.7. selesai marhata adat baru dilanjut dengan

mangulosi yang di pimpin oleh pemimpin upacara seperti pada gambar 3.8.

Pemimpin upacara dalam upacara adat yaitu raja parhata (parsinabul) dari

masing-masing pihak pengantin laki-laki dan perempuan. Parsinabul ini sudah

dilibatkan dari mulai acara peminangan (marhusip) sehingga mereka tau persis

apa yang harus dipersiapkan untuk upacara adat nanti. Pada umum nya parsinabul

ini adalah laki-laki dan Parsinabul biasanya di ambil dari yang semarga dari

masing-masing pengantin.

Page 60: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

46

Gambar 3.6. Saat makan siang

Gambar 3.7. Marhata adat

Gambar 3.8. Saat mangulosi

Page 61: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

47

3.1.2 Tingkatan Upacara Perkawinan di Kecamatan Kolang

Ada tiga tingkatan upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba,

yaitu: (1) unjuk; (2) mangadati; (3) pasahat sulang-sulang ni pahoppu.

1. Unjuk merupakan ritus perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan semua

prosedur adat Batak yaitu Dalihan Na tolu. Inilah yang disebut sebagai tata

upacara ritus perkawinan lengkap, karna keluarga kedua belah pihak saling

menyetujui.

2. Mangadati merupakan ritus perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan adat

Batak Dalihan Na Tolu, tetapi ritusnya sendiri dilakukan sebelum pasangan

tersebut memiliki anak.

3. Pasahat sulang-sulang ni pahoppu merupakan ritus perkawinan yang dilakukan

menurut adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan yang bersangkutan

mangalua dan ritusnya dilakukan setelah memiliki anak.

3.1.3 Syarat-Syarat Perkawinan

Syarat-syarat yang harus ada dalam perkawinan adalah adanya sinamot,

ulos, jambar, dekke.

1. Sinamot merupakan salah satu syarat sah nya perkawinan, Sinamot juga

merupakan mahar atau uang beli yang diberikan pihak laki-laki (paranak)

kepada pihak perempuan (parboru) yang ingin menikah.

2. Ulos merupakan kain tenun yang berbentuk selendang khas suku Batak Toba,

ulos artinya hangat atau berkat. Pemberian ulos kepada pengantin dimaksudkan

agar ikatan batin kedua mempelai seperti rotan.

Page 62: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

48

3. Jambar berupa daging ataupun uang, yang akan dibagikan kepada pihak

perempuan.

4. Dengke adalah ikan yang akan dibagikan kepada keluarga laki-laki dari pihak

pengantin perempuan.

3.2 Sejarah Musik Perkawinan Batak Toba di Kecamatan Kolang

3.2.1 Masa Pra-Kristen

Dalam kehidupan sehari-hari pada masa pra-kristen, adat diwujudkan

dalam banyak bentuk dan praktek. Misalnya mamele (pemujaan roh nenek

moyang), pesta bius (upacara korban), mangongkal holi (upacara penggalian

tengkorak. Praktek ini diwariskan secara oral dari satu generasi ke generasi

berikutnya sebagai bagian dari adat. Pada zaman pra-kristen gondang sabangunan

merupakan alat musik yang digunakan untuk upacara adat perkawinan.

3.2.2 Masa Kristen

Sejak tahun 1863 masuknya Nommensen ke Tanah Batak, ajaran agama

kristen mulai menyebar dikalangan masyarakat Batak Toba. Musik sudah tidak

lagi di hantarkan kepada Mula Jadi Na Bolon, melainkan kepercayaan mereka

sudah mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Perubahan pun terjadi dalam kegiatan

upacara adat sudah diberlakukan secara agama Kristen, musik yang digunakan

masih tetap menggunakan gondang sabagunan namun dalam nyanyian, lagu-lagu

yang biasa dinyanyikan di gereja telah di nyanyikan juga ke dalam rangkain

upacara adat, khususnya nyanyian sebagai nyanyian penghantar ulos. Dalam

ketersediaan gondang yang digunakan di Kecamatan Kolang ada di daerah

tersebut dan ada juga yang di panggil dari daerah atau kecamatan sebelah. Namun

Page 63: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

49

pada masa itu tidak semua masyarakat yang melaksanakan upacara adat

perkawinan menggunakan gondang sabangunan, dikarenakan kondisi ekonomi

yang tidak mampu.

3.2.3 Masa Sekarang

Zaman sekarang musik yang digunakan dalam upacara adat perkawinan

adat Batak toba telah mengalami perubahan yang pesat, dimana setelah

munculnya masa opera batak maka telah masuklah alat-alat musik modern untuk

dipakai dan dikombinasikan dengan sulim, taganing, hesek. Namun pada

kebanyakan upacara adat perkawinan yang penulis telusuri, taganing sudah tidak

digunakan lagi. Perubahan nyata telah terlihat dimasa sekarang seperti

menggunakan alat musik keyboard, alat musik tiup seperti sulim, saxophone

bahkan ditambah lagi dengan penyayi tiga orang yang sering disebut sebagai

penyanyi trio.

Dalam penggunaan alat musik tersebut keyboard sebagai pembawa ritem

dan chord untuk mengiringi melodi yang dibawakan oleh penyanyi trio.

Sementara sulim dan saxophone sebagai pembawa melodi, ketika penyanyi trio

sedang bernyanyi pemain sulim dan pemain saxophone tidak terlalu dominan atau

sering memainkan alat nya, tetapi pada saat bagian intro dan interlude disitulah

sulim dan saxophone dimainkan.

Page 64: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

50

3.3 Kontinuitas dan Perubahan musik pada upacara adat perkawinan di

Kecamatan Kolang

3.3.1 Kontinuitas

Dalam perannya musik merupakan wadah yang digunakan dalam proses

manortor (menari) dalam upacara adat perkawinan. Terdapat nama gondang yang

dipakai selama proses manortor (menari) berlangsung. Nama gondang yang

dipakai dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan Batak Toba dari dahulu

hingga sekarang masih tetap ada dan sama; yakni gondang mula-mula, gondang

somba-somba, gondang elek-elek, gondang liat-liat, gondang hasahatan dan

gondang sitio-tio. Akan tetapi lagu yang di pakai tidak sama dengan lagu yang

dimainkan pada gondang hasapi maupun gondang sabangunan.

Lagu-lagu dalam musik berasal dari lagu-lagu rakyat maupun lagu-lagu

lainnya di luar tradisi Batak Toba namun dapat dikelompokkan kedalam gondang-

gondang tertentu, misalnya gondang somba-somba pada musik tiup diambil dari

melodi lagu opera begitu juga dengan gondang lainnya dapat diambil dari lagu-

lagu rakyat yang konteksnya sesuai dengan konteks gondang. Bahkan semakin

kepada zaman sekarang ini lagu-lagu pop batak bahkan diluar pop batak juga di

pakai dalam proses manortor (menari).

3.3.2 Perubahan

Dalam pembahasan ini penulis menfokuskan ensambel musik yang

berkembang pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Kolang. Dalam hal ini

penulis memfokuskan kajian pada musik yang masih berlanjut hingga sekarang ini

pada penggunaannya dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba.

Page 65: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

51

Penulis akan mengkaji musik yang digunakan pada upacara adat perkaawinan di

Kecamatan Kolang mulai dari era 70-an hingga sekarang. Ada yang berlanjut dan

ada perubahan yang terjadi. Seperti menurut Soekanto, perubahan terjadi karena

usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri sesuai kebutuhan situasi dan kondisi

yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat (Soekanto, 1992:21).

Musik yang pada era 70-an dengan pada era zaman sekarang telah

mengalami perubahan dan perkembangan dalam struktur musiknya. Seperti hasil

wawancara dengan Kasmudin Pasaribu selaku parhata adat (juru bicara) di

Kecamatan Kolang bahwa pada era 70-an musik perkawinan terbagi menjadi 2

(dua) bagian: yakni gondang sabangunan dan uning-uningan. Penggunaan dari

kedua bagian musik tersebut dimainkan harus sesuai dengan rasa dan perpaduan

yang cocok pada saat proses mangulosi berlangsung, dengan kata lain ada saatnya

masing-masing dari bagian musik tersebut dimainkan. Namun pada era 80-a

setelah jaman opera masuk dan berkembang, mulailah terjadi perubahan dari segi

struktur musiknya. Musik yang di pakai telah terjadi pencampuran, yang dimana

alat musik tersebut di gabung dengan alat musik band sebagai musik pengiring

pada saat acar mangulosi, tetapi tidak semua yang mampu menggunakan alat

musik pengirin ini dikarenakan masalah ekonomi yang dibawah kategori mampu.

Dari tahun 90-an Masuklah alat musik keyboard dan sering disebut solo keyboard,

yang dapat memprogram musik sehingga terdengar seperti menggunakan lebih

dari satu alat musik, disitulah mulai terjadi perubahan dalam struktur musiknya,

ada yang tetap digunakan seperti sulim, dan ada yang tidak lagi digunakan seperti

taganing, sarune, ogung dan lain-lain. Dari situ pula telah terjadi

Page 66: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

52

pengkolaborasian dengan alat musik modern seperti zaman sekarang ini dengan

formasi yang terdiri dari : keyboard, sulim, saxophone dan trio ataupun keyboard,

sulim dan pengiring trio. formasi ini oleh masyarakat Kecamatan Kolang

Kabupaten Tapanuli Tengah lazim disebut musik atau parmusik.

Tabel 3.1 Struktur musik perkawinan era 70-an

Ensambel Instrumen Sifat

Gondang sabangunan Taganing

Sarune

Ogung (Oloan Ihutan,

Panggora, Doal)

Hesek

Berdiri sendiri

Uning-uningan Garantung

Sulim

Hasapi

Hesek

Berdiri Sendiri

Tabel 3.2 Struktur musik perkawinan era 80-an

Ensambel Instrumen Sifat Vokal

Musik Gitar elektrik

Bass

Drum

Piano

Full band Lazimnya

repertoar pada

saat mangulosi

telah terdapat

nyanyian,

diiringi oleh

vokal dan musi

Tabel 3.3 Struktur musik perkawinan era 2000-an

Ensambel Instrumen Sifat Vokal

Musik

Saxophone

Sulim

Keyboard dan,

Penyanyi trio.

Telah terjadi

pengkolaborasian

dengan alat musik

modern.

Lagu yang

digunakan makin

bervariasi; lagu

Batak Toba, lagu

pop, lagu pop

diluar tradisi Batak

Toba. Jenis vokal

pun makin

beragam, yakni: solo dan trio.

Page 67: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

53

Gambar 3.9. Pemain keyboard

Gambar 3.10. Pemain Saxophone

Page 68: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

54

Gambar 3.11. Penyanyi Trio

Gambar 3.12. Pemain Sulim

Page 69: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

55

BAB IV

KOMPOSISI MUSIKAL DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN

BATAK TOBA DI KECAMATAN KOLANG KABUPATEN TAPANULI

TENGAH

4.1 Transkripsi

Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah

mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja

yang disebut transkripsi. Nettl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses

menotasikan bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan

memvisualisasikan bunyi musik ke dalam bentuk notasi dengan cara

menuliskannya ke atas kertas. Pada umumnya dalam budaya oral, notasi yang

digunakan ialah notasi konvensional Barat, hal ini menjadi alternatif pilihan yang

paling besar kemungkinannya digunakan, terutama jika dalam budaya musikal

yang diteliti tidak tersedia sistem penulisan notasi musik.

4.2 Pemilihan Sampel Lagu

Di era tahun 70-80 an pada saat penyerahan ulos (mangulosi) tidak selalu

menggunakan musik sebagai pengiring, tetapi ada juga yang tidak menggunakan

musik. Namun setelah masuk nya alat musik keyboard yang digabungkan dengan

musik tiup disitulah mulai digunakan musik sebagai pengiring saat mangulosi.

Adapun contoh-contoh lagu nya seperti: Tittin marakkup, ulos passamot, ulos

hela, ulos sian hula-hula dan burju marsimatua.

Lagu Burju Marsimatua dan lagu Ulos Passamot yang akan penulis

transkripsikan dan analisis pada bagian bab ini sebagai salah satu lagu/nyanyian

pada upacara adat perkawinan Batak Toba di Kecamatan Kolang. Ada beberapa

Page 70: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

56

faktor yang menjadi pertimbangan penulis dalam memilih komposisi lagu tersebut

untuk di analisis, yaitu karena:

1. Menurut penulis, pada saat pemberian ulos passamot dan ulos pambobok

merupakan bagian upacara adat yang penulis rasa lebih menyentuh dari

pada bagian rangkaian pemberian ulos lainnya.

2. Lagu Burju marsimatua, lagu Ulos passamot dan lagu Tittin marakkup

merupakan lagu yang sangat populer, dan di setiap penelitian penulis selalu

terdapat lagu tersebut pada ucara adat perkawinan masyarakat Batak Toba

di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah.

3. penulis ingin menunjukkan ciri-ciri lagu yang digunakan dalam upacara

adat di perkawinan di Kecamatan Kolang.

4. Lebih lanjut penulis juga ingin menambahkan bahwa ada nilai tambah di

dalam perubahan dari yang tidak ada iringan musik menjadi ada iringan

musik dalam upacara perkawinan tersebut.

4.3 Kajian Struktur Musik Lagu Burju Marsimatua, Ulos Passamot dan

Tintin Marakkup

Kajian struktur musik merupakan sebuah pekerjaan etnomusikolog yang

mendeskripsikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan aspek musikal. Pada

skripsi ini, penulis akan mengkaji struktur musikal nyanyian ulos passamot dan

burju marsimatua. Adapun struktur musikal yang akan dideskripsikan pada kedua

nyanyian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bruno Nettl yakni: ada

empat aspek yang dapat dideskripsikan dari sebuah musik (melodi) yaitu: materi

tonal yang terdiri dari perbendaharaan nada/tangga nada, nada dasar, interval nada

Page 71: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

57

dan kontur melodi; ritme yang terdiri dari nilai notasi yang digunakan,

sukat/meter, dan tempo; bentuk yang terdiri dari seksi, motif, dan frasa; serta

elemen-elemen lain yakni timbre, tekstur (Bruno Nettl 1964).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menganalisis aspek musikal

dengan dua pendekatan musik yaitu; (1) menganalisis dan mendeskripsikan apa

yang di dengar, dan (2) menuliskan dan mendes-kripsikan apa yang di lihat Bruno

Netll (1964: 98). Oleh sebab itu, penulis melakukan perekaman terhadap lagu ulos

passamot, burju marsimatua dan tintin marakkup kemudian melakukan

pentranskripsian dan menganalisis hasil transkripsi tersebut.

Ketiga lagu ditranskripsikan dengan menggunakan sistim notasi barat

yakni menggunakan garis paranada (notasi balok). Penggunaan sistim tersebut

akan memudahkan penulis menganalisisnya sesuai dengan prosedur analisis

musik yang dikemukakan oleh Bruno Nettl diatas. Garis paranada tersebut pada

dasarnya terdiri dari lima garis dan empat spasi namun untuk nada dengan

frekwensi yang lebih tinggi atau lebih rendah maka akan ditambah juga garis

bantu sesuai dengan kebutuhan pentranskripsian. Sistem notasi ini menggunakan

tanda kunci (cleff) G, seperti berikut ini

Page 72: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

58

4.4 Transkripsi Lagu Burju Marsimatua

Page 73: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

59

4.4.1 Kajian Struktur Musikal

Unsur-unsur yang berkaitan dengan struktur musikal terdiri dari:

Perbendaharaan nada

Tangga nada (modus)

Nada dasar

Interval

Kontur melodi

Ritme

Tempo

Pola kadensa

Formula melodik

4.4.1.1 Perbendaharaan Nada

Nada-nada yang terdapat dalam lagu burju marsimatua berjumlah lima

belas nada, diantaranya terdapat tiga nada rendah dan lima nada oktaf. Nada nada

tersebut penulis susun dari nada yang paling rendah ke nada yang paling tinggi.

Maka akan terlihat seperti berikut ini: F#1 – G1 – A1 – D – E – F# - G – A – B –

C# - D1 – E1 – F#1 – G

1 – A

1.

4.4.1.2 Tangga Nada (modus)

Sebagaimana dikemukakan oleh Nettl bahwa cara-cara untuk

mendeskripsikan tangga nada adalah dengan menuliskan semua nada yang dipakai

dalam membangun sebuah komposisi musik tanpa melihat fungsi masing-masing

nada tersebut dalam lagu. Selanjutnya, tangga nada tersebut digolongkan menurut

beberapa klasifikasi, menurut jumlah nada yang dipakai. Tangga nada ditonic (dua

Page 74: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

60

nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat), pentatonic (lima nada), hexatonic

(enam nada), septatonic (tujuh nada). Serta menurut interval antara nada-nada

yang disusun dari nada terendah sampai nada tertinggi seperti mayor dan minor.

Dua nada dengan jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja (Bruno Nettl

terj. Nathalian 2012: 142). Berdasarkan pendapat tersebut, tangga nada lagu burju

marsimatua dapat disebut heptatonik (terdiri dari tujuh nada) dengan tiga nada

yang diulang pada transposisi oktaf nya. Hubungan antara nadanya adalah

semitone dan wholetone, dan interval dari nada nada tersebut adalah lima sekunda

mayor dan dua sekunda minor.

Nada - nada di atas jika digambarkan dalam notasi balok, maka hasilnya

adalah sebagai berikut:

4.4.1.3 Nada Dasar

Tonalitas merupakan nada yang menjadi dasar sebuah lagu. Menentukan

nada dasar sebuah lagu merupakan hal yang terkadang sulit. Beberapa cara yang

dikemukakan oleh Bruno nettl dalam menentukan nada dasar yakni:

1. Nada yang paling sering dipakai

2. Nada yang harga ritmisnya paling besar

3. Nada akhir, tengah, atau awal komposisi

4. Nada paling rendah

5. Nada yang berada pada posisi oktaf

6. Nada dengan tekanan ritmis paling kuat

Page 75: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

61

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik

tampaknya adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab

dengan gaya musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik

yang diteliti.

Dari kutipan diatas penulis melihat pernyataan pertama dan keempat

disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu Burju

Marsimatua. Dengan alasan bahwa setiap frasa yang diakhiri atau diselesaikan

pada nada ini akan memberi kesan yang kuat bahwa lagu tersebut telah berakhir

atau berada pada posisi terminalnya, dan melodic line (alur melodi) yang diakhiri

pada nada ini juga memberi nuansa bahwa kalimat lagu tersebut telah selesai

disajikan. Maka nada dasar lagu Burju Marsimatua dalam tulisan ini adalah nada

D.

Tabel 4.4 Nada dasar lagu burju marsimatua

Metode 1 2 3 4 5 6 7

Nada dasar F# F# D D F# F# F# F# D

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kecenderungan nada dasar ada pada

nada D maka penulis menjadikannya sebagai nada dasar lagu ini dikarenakan pada

lagu burju marsimatua tergantung pada si prnyanyi yang membawakan lagu

tersebut.

Page 76: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

62

4.4.1.4 Interval

Interval merupakan jarak (range) antara nada satu dengan nada lainnya

yang diukur berdasarkan sistim laras dari masing-masing nada. Interval terdiri atas

dua yaitu; (1) interval harmonis, yaitu nada-nada dibunyikan secara bersamaan (2)

interval melodis, yaitu nada-nada yang dibunyikan secara tidak bersamaan.

Penentuan sebuah interval nada berdasarkan jarak nada nada tersebut. Jika

dari nada dasar C maka nada C-C disebut prime, C-D disebut sebagai sekunda, C-

E disebut terts, C-F disebut kwart, C-G disebut kwint, C-A disebut sekta, C-B

disebut septime, dan C-c' disebut oktaf. Penamaan interval juga ditambahi dengan

mayor, minor, agumentik, dan diminis. Penentuan tersebut berdasarkan jika laras

sebuah nada diturunkan atau dinaikkan dari ketepan laras yang sudah ditentukan.

Untuk lebih jelasnya penulis menggambarkannya dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 Rumus Interval

Nada Interval Laras

C-C Prime perfect 0

C-D Sekunda minor 1

C-E Terts mayor 2

C-F Kwart perfect 2 ½

C-G Kwint perfect 3 ½

C-A Sekta mayor 4 ½

C-B Septime mayor 5 ½

C-c' Oktaf perfect 6

Page 77: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

63

Berdasarkan penjabaran diatas, lagu burju marsimatua memiliki interval

prime, sekunda, terts, kwart dan kwint. Untuk lebih jelasnya dan masing masing

jumlah intervalnya terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6 Interval Lagu Burju Marsimatua

No Interval Jumlah laras Jumlah interval

1 Prime 0 75

2 Sekunda minor 1/5 30

3 Sekunda mayor 2 53

4 Terts minor 2 ½ 19

5 Terts mayor 3 ½ 11

6 Kwart Perfect 4 ½ 7

7. Kwint Perfect 5 ½ 2

8. Sekta mayor 6 1

9. Septime mayor 6 ½ 1

10. Oktaf perfect 7 1

200

4.4.1.5 Kontur Melodi

Kontur adalah garis melodi yang terdapat pada sebuah komposisi musik

yang dapat diidentifikasi berdasarkan pergerakan melodinya dan diperlihatkan

melalui grafik garis. Pada komposisi musik yang relatif panjang, identifikasi

kontur didasarkan pada bentuk melodi musiknya.

bila gerak melodinya naik disebut ascending;

Page 78: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

64

bila menurun disebut descending;

bila melengkung bergelombang disebut pendulous;

bila berjenjang disebut terraced;

dan apabila gerakan-gerakan intervalnya sangat terbatas disebut static.

Dengan mengacu pada identifikasi kantur di atas, maka kantur lagu burju

marsimatua dapat di lihat sebagai berikut.

1. Kontur ascending

2. kontur discending

3. Kontur pandulous

4. Kontur tracced

Page 79: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

65

5. kontur statis

Jika di lihat secara umum perjalanan melodi nya, maka kontur lagu burju

marsimatuan adalah kontur pendulous.

4.4.1.6 Ritme

Ritme atau irama adalah gerak nada yang teratur karena adanya aksen

yang tetap. Berdasarkan penggunaan ritme pada hasil transkripsi lagu Burju

Marsimatua dapat dilihat sebagai berikut.

1. Penuh

Sebuah not dengan nilai penuh

2. Not setengah

Sebuah not dengan nilai dua ketuk

3. Single

Page 80: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

66

Sebuah not dengan nilai seperempat

4. Duple

Dua buah not yang masing masing bernilai seperdelapan

5. Triple

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan. Gambar diatas menunjukkan pada ketukan dasarnya tidak diberi

nada (rest).

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan.

4.4.1.7 Tempo

Tempo merupakan ukuran kecepatan dalam birama sebuah lagu. Sering

juga disebut sebagai pulsa/ketukan dasar. Tempo diukur berdasarkan konsep

waktu permenit, jika sebuah lagu ketukan dasarnya 60 maka setiap ketukan

berdurasi satu detik. Tempo dilaksifikasikan berdasarkan kecepatannya terbagi

Page 81: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

67

atas grave (15-39), large (40-59), larghetto (60-65), adagio (66-75) andante (76-

89), moderato (90-104), allegretto (105-114), alegro (115-129), vivace (130-167),

presto (168-199), prestissimo (200-500). Lagu burju marsimatua memiliki tempo

75 (adagio).

4.4.1.8 Pola Kadensa

Berdasarkan sudut pandang etnomusikologi istilah kadensa diartikan

sebagai pola penyelesaian atau akhir untaian melodi baik itu dalam frase ataupun

bentuk pada materi ini, kadensa yang dimaksud adalah hanya berhubungan

dengan melodi dan bukan akord, yang terdapat dan dianggap relevan pada lagu

Burju Marsimatua.

Kadensa frasa A Kadensa frasa B

Kadensa frasa C Kadensa Frasa D

4.4.1.9 Formula Melodik

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar

pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang

dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

Page 82: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

68

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang

kecil dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan

nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi

pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan

melodi.

5. Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Pada lagu burju marsimatua, penulis menyimpulkan dari kutipan diatas

bahwa bentuk melodi lagu Burju Marsimatua adalah bentuk Repetitif dan dimana

dalam lagu Burju Marsimatua tersebut dinyanyikan dengan melodi yang

cenderung pengulangan dan memakai formula kecil.

Tabel 4.7 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif

Birama Frasa

1 – 10 A dan A1

11 – 19 B

20 – 23 C

24 – 27 D

28 – 33 D1

Page 83: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

69

Bentuk frasa A

Bentuk frasa A1

Bentuk frasa B

Bentuk frasa C

Bentuk frasa D

Page 84: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

70

Bentuk Frasa D1

4.4.2 Makna Yang Dikandung Dalam Nyanyian

Dalam lagu Burju Marsimatua menjelaskan tentang isi hati kedua orang

tua dari pengantin perempuan yang melepaskan putri nya dan memulai hidup baru

dengan pasangan nya yang akan menjadi teman hidup nya untuk selama-lama nya

hingga maut memisahkan. Dan di dalam lagu ini juga menceritakan nasihat untuk

pengantin perempuan supaya lebih menghormati mertua nya seperti terdapat pada

teks “burju-burju ma ho boru marsimatua, asa tanda ma ho inang boru ni raja”.

Page 85: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

71

4.5 Transkripsi Lagu Ulos Passamot

Page 86: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

72

4.5.1 Kajian Struktur Musikal

Unsur-unsur yang berkaitan dengan struktur musikal terdiri dari:

Perbendaharaan nada

Tangga nada (modus)

Nada dasar

Interval

Kontur melodi

Ritme

Tempo

Pola kadensa

Formula melodik

4.5.1.1 Perbendaharaan Nada

Nada-nada yang terdapat dalam lagu Ulos Passamot berjumlah delapan

nada, diantaranya terdapat tiga nada rendah dan lima nada oktaf. Nada nada

tersebut penulis susun dari nada yang paling rendah ke nada yang paling tinggi.

Maka akan terlihat seperti berikut ini: A1 – B1 – C#1 – D – E – F# – A1_

B1.

4.5.1.2 Tangga Nada (modus)

Sebagaimana dikemukakan oleh Nettl bahwa cara-cara untuk

mendeskripsikan tangga nada adalah dengan menuliskan semua nada yang dipakai

dalam membangun sebuah komposisi musik tanpa melihat fungsi masing-masing

nada tersebut dalam lagu. Selanjutnya, tangga nada tersebut digolongkan menurut

beberapa klasifikasi, menurut jumlah nada yang dipakai. Tangga nada ditonic (dua

nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat), pentatonic (lima nada), hexatonic

Page 87: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

73

(enam nada), septatonic (tujuh nada). Serta menurut interval antara nada-nada

yang disusun dari nada terendah sampai nada tertinggi seperti mayor dan minor.

Dua nada dengan jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja (Bruno

Nettl terj. Nathalian 2012: 142). Berdasarkan pendapat tersebut, tangga nada lagu

ulos passamot dapat disebut hexatonic (terdiri dari enam nada) dengan tiga nada

yang diulang pada transposisi oktaf nya. Hubungan antara nadanya adalah

semitone dan wholetone, dan interval dari nada nada tersebut adalah lima sekunda

mayor dan dua sekunda minor.

Nada - nada di atas jika digambarkan dalam notasi balok, maka hasilnya

adalah sebagai berikut:

4.5.1.3 Nada Dasar

Tonalitas merupakan nada yang menjadi dasar sebuah lagu. Menentukan

nada dasar sebuah lagu merupakan hal yang terkadang sulit. Beberapa cara yang

dikemukakan oleh Bruno nettl dalam menentukan nada dasar yakni:

1. Nada yang paling sering dipakai

2. Nada yang harga ritmisnya paling besar

3. Nada akhir, tengah, atau awal komposisi

4. Nada paling rendah

5. Nada yang berada pada posisi oktaf

6. Nada dengan tekanan ritmis paling kuat

Page 88: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

74

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik

tampaknya adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab

dengan gaya musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik

yang diteliti.

Dari kutipan diatas penulis melihat pernyataan pertama dan keempat

disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu ulos passamot.

Dengan alasan bahwa setiap frasa yang diakhiri atau diselesaikan pada nada ini

akan memberi kesan yang kuat bahwa lagu tersebut telah berakhir atau berada

pada posisi terminalnya, dan melodic line (alur melodi) yang diakhiri pada nada

ini juga memberi nuansa bahwa kalimat lagu tersebut telah selesai disajikan.

Maka nada dasar lagu Ulos passamot dalam tulisan ini adalah nada D.

Tabel 4.8 Nada dasar lagu ulos passamot

Metode 1 2 3 4 5 6 7

Nada dasar E E D D F# A B E D

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kecenderungan nada dasar ada pada

nada F maka penulis menjadikannya sebagai nada dasar lagu ini.

4.5.1.4 Interval

Interval merupakan jarak (range) antara nada satu dengan nada lainnya

yang diukur berdasarkan sistim laras dari masing-masing nada. Interval terdiri atas

dua yaitu; (1) interval harmonis, yaitu nada-nada dibunyikan secara bersamaan (2)

interval melodis, yaitu nada-nada yang dibunyikan secara tidak bersamaan.

Page 89: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

75

Penentuan sebuah interval nada berdasarkan jarak nada nada tersebut. Jika

dari nada dasar C maka nada C-C disebut prime, C-D disebut sebagai sekunda, C-

E disebut terts, C-F disebut kwart, C-G disebut kwint, C-A disebut sekta, C-B

disebut septime, dan C-c' disebut oktaf. Penamaan interval juga ditambahi dengan

mayor, minor, agumentik, dan diminis. Penentuan tersebut berdasarkan jika laras

sebuah nada diturunkan atau dinaikkan dari ketepan laras yang sudah ditentukan.

Untuk lebih jelasnya penulis menggambarkannya dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Rumus Interval

Nada Interval Laras

C-C Prime perfect 0

C-D Sekunda minor 1

C-E Terts mayor 2

C-F Kwart perfect 2 ½

C-G Kwint perfect 3 ½

C-A Sekta mayor 4 ½

C-B Septime mayor 5 ½

C-c' Oktaf perfect 6

Berdasarkan penjabaran diatas, lagu Ulos Passamot memiliki interval

prime, sekunda, terts, kwart dan kwint. Untuk lebih jelasnya dan masing masing

jumlah intervalnya terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.10 Interval Lagu Ulos Passamot

No Interval Jumlah laras Jumlah interval

Page 90: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

76

1 Prime 0 61

2 Sekunda minor 1/5 60

3 Sekunda mayor 2 6

4 Terts minor 2 ½ 12

5 Terts mayor 3 ½ 3

6 Kwart Perfect 4 ½ -

7. Kwint Perfect 5 ½ -

8. Sekta mayor 6 -

9. Septime mayor 6 ½ -

10. Oktaf perfect 7 -

143

4.5.1.5 Kontur Melodi

Kontur adalah garis melodi yang terdapat pada sebuah komposisi musik

yang dapat diidentifikasi berdasarkan pergerakan melodinya dan diperlihatkan

melalui grafik garis. Pada komposisi musik yang relatif panjang, identifikasi

kontur didasarkan pada bentuk melodi musiknya.

bila gerak melodinya naik disebut ascending;

bila menurun disebut descending;

bila melengkung bergelombang disebut pendulous;

bila berjenjang disebut terraced;

dan apabila gerakan-gerakan intervalnya sangat terbatas disebut static.

Page 91: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

77

Dengan mengacu pada identifikasi kantur di atas, maka kantur lagu burju

marsimatua dapat di lihat sebagai berikut.

1. Kontur ascending

2. kontur discending

3. Kontur pandulous

4. Kontur tracced

5. kontur statis

Jika dilihat secara umum perjalanan melodi nya maka, kontur lagu ulos passamot

adalah pendulous.

Page 92: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

78

4.4.1.6 Ritme

Ritme atau irama adalah gerak nada yang teratur karena adanya aksen

yang tetap. Berdasarkan penggunaan ritme pada hasil transkripsi lagu ulos

passamot dapat dilihat sebagai berikut.

1. Penuh

2. Sebuah not dengan nilai penuh

Not setengah

Sebuah not dengan nilai dua ketuk

3. Single

Sebuah not dengan nilai seperempat

4. Duple

Dua buah not yang masing masing bernilai seperdelapan

Page 93: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

79

5. Triple

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan. Gambar diatas menunjukkan pada ketukan dasarnya tidak diberi

nada (rest).

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan.

4.5.1.7 Tempo

Tempo merupakan ukuran kecepatan dalam birama sebuah lagu. Sering

juga disebut sebagai pulsa/ketukan dasar. Tempo diukur berdasarkan konsep

waktu permenit, jika sebuah lagu ketukan dasarnya 60 maka setiap ketukan

berdurasi satu detik. Tempo dilaksifikasikan berdasarkan kecepatannya terbagi

atas grave (15-39), large (40-59), larghetto (60-65), adagio (66-75) andante (76-

89), moderato (90-104), allegretto (105-114), alegro (115-129), vivace (130-167),

presto (168-199), prestissimo (200-500). Lagu ulos passamot memiliki tempo 150

(vivace).

4.5.1.8 Pola Kadensa

Berdasarkan sudut pandang etnomusikologi istilah kadensa diartikan

sebagai pola penyelesaian atau akhir untaian melodi baik itu dalam frase ataupun

bentuk, pada materi ini kadensa yang dimaksud adalah hanya berhubungan

Page 94: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

80

dengan melodi dan bukan akord, yang terdapat dan dianggap relevan pada lagu

Ulos Passamot.

Kadensa frasa A Kadensa frasa B

Kadensa frasa C Kadensa frasa D

4.4.1.9 Formula Melodik

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar

pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang

dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi

pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan

melodi.

Page 95: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

81

Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

.Pada lagu ulos passamot, penulis menyimpulkan dari kutipan diatas

bahwa bentuk melodi lagu ini adalah bentuk Repetitif dan dimana dalam lagu

ulos passamot tersebut dinyanyikan dengan melodi yang cenderung

pengulangan dan memakai formula kecil.

Tabel 4.11 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif

Birama Frasa

1 – 9 A

10 – 18 A1

19 – 27 B

28 – 33 B1

Bentuk frasa A

Bentuk frasa A1

Page 96: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

82

Bentuk frasa B

Bentuk Frasa B1

4.5.2 Makna Yang Dikandung Dalam Nyanyian

Makna dari lagu ini adalah kedua orang tua pengantin wanita memberikan

ulos kepada kedua orang tua pengantin laki-laki yang telah menjadi besan.

Bertujuan supaya hubungan sesama besan supaya selalu baik dan selalu di berkati

Tuhan.

Page 97: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

83

4.6 Transkripsi Lagu Tintin Marakkup

Page 98: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

84

4.6.1 Kajian Struktur Musikal

Unsur-unsur yang berkaitan dengan struktur musikal terdiri dari:

Perbendaharaan nada

Tangga nada (modus)

Nada dasar

Interval

Kontur melodi

Ritme

Tempo

Pola kadensa

Formula melodik

4.6.1.1 Perbendaharaan Nada

Nada-nada yang terdapat dalam lagu Tintin Marakkup berjumlah delapan

nada, diantaranya terdapat tiga nada rendah dan lima nada oktaf. Nada nada

tersebut penulis susun dari nada yang paling rendah ke nada yang paling tinggi.

Maka akan terlihat seperti berikut ini : A1 – B – C#1 – D – E – F# – G# - A1

4.5.1.2 Tangga Nada (modus)

Sebagaimana dikemukakan oleh Nettl bahwa cara-cara untuk

mendeskripsikan tangga nada adalah dengan menuliskan semua nada yang dipakai

dalam membangun sebuah komposisi musik tanpa melihat fungsi masing-masing

nada tersebut dalam lagu. Selanjutnya, tangga nada tersebut digolongkan menurut

beberapa klasifikasi, menurut jumlah nada yang dipakai. Tangga nada ditonic (dua

nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat), pentatonic (lima nada), hexatonic

Page 99: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

85

(enam nada), septatonic (tujuh nada). Serta menurut interval antara nada-nada

yang disusun dari nada terendah sampai nada tertinggi seperti mayor dan minor.

Dua nada dengan jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja (Bruno

Nettl terj. Nathalian 2012: 142). Berdasarkan pendapat tersebut, tangga nada lagu

ulos passamot dapat disebut hexatonic (terdiri dari enam nada) dengan tiga nada

yang diulang pada transposisi oktaf nya. Hubungan antara nadanya adalah

semitone dan wholetone, dan interval dari nada nada tersebut adalah lima sekunda

mayor dan dua sekunda minor.

Nada - nada di atas jika digambarkan dalam notasi balok, maka hasilnya

adalah sebagai berikut:

A B C# D E F# G# A

4.5.1.3 Nada Dasar

Tonalitas merupakan nada yang menjadi dasar sebuah lagu. Menentukan

nada dasar sebuah lagu merupakan hal yang terkadang sulit. Beberapa cara yang

dikemukakan oleh Bruno nettl dalam menentukan nada dasar yakni:

1. Nada yang paling sering dipakai

2. Nada yang harga ritmisnya paling besar

3. Nada akhir, tengah, atau awal komposisi

4. Nada paling rendah

5. Nada yang berada pada posisi oktaf

6. Nada dengan tekanan ritmis paling kuat

Page 100: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

86

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik

tampaknya adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab

dengan gaya musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik

yang diteliti.

Dari kutipan diatas penulis melihat pernyataan pertama dan keempat

disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu Tintin Marakkup.

Dengan alasan bahwa setiap frasa yang diakhiri atau diselesaikan pada nada ini

akan memberi kesan yang kuat bahwa lagu tersebut telah berakhir atau berada

pada posisi terminalnya, dan melodic line (alur melodi) yang diakhiri pada nada

ini juga memberi nuansa bahwa kalimat lagu tersebut telah selesai disajikan.

Maka nada dasar lagu Tintin Marakkup dalam tulisan ini adalah nada A.

Tabel 4.12 Nada dasar lagu Tintin Marakkup

Metode 1 2 3 4 5 6 7

Nada dasar B B B A A A B B A

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kecenderungan nada dasar ada pada

nada F maka penulis menjadikannya sebagai nada dasar lagu ini.

4.5.1.4 Interval

Interval merupakan jarak (range) antara nada satu dengan nada lainnya

yang diukur berdasarkan sistim laras dari masing-masing nada. Interval terdiri atas

dua yaitu; (1) interval harmonis, yaitu nada-nada dibunyikan secara bersamaan (2)

interval melodis, yaitu nada-nada yang dibunyikan secara tidak bersamaan.

Page 101: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

87

Penentuan sebuah interval nada berdasarkan jarak nada nada tersebut. Jika

dari nada dasar C maka nada C-C disebut prime, C-D disebut sebagai sekunda, C-

E disebut terts, C-F disebut kwart, C-G disebut kwint, C-A disebut sekta, C-B

disebut septime, dan C-c' disebut oktaf. Penamaan interval juga ditambahi dengan

mayor, minor, agumentik, dan diminis. Penentuan tersebut berdasarkan jika laras

sebuah nada diturunkan atau dinaikkan dari ketepan laras yang sudah ditentukan.

Untuk lebih jelasnya penulis menggambarkannya dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 4.13 Rumus Interval

Nada Interval Laras

C-C Prime perfect 0

C-D Sekunda minor 1

C-E Terts mayor 2

C-F Kwart perfect 2 ½

C-G Kwint perfect 3 ½

C-A Sekta mayor 4 ½

C-B Septime mayor 5 ½

C-c' Oktaf perfect 6

Berdasarkan penjabaran diatas, lagu Tintin Marakkup memiliki interval

prime, sekunda, terts, kwart dan kwint. Untuk lebih jelasnya dan masing masing

jumlah intervalnya terdapat pada tabel dibawah ini.

Page 102: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

88

Tabel 4.14 Interval Lagu Tintin Marakkup

No Interval Jumlah laras Jumlah interval

1 Prime 0 101

2 Sekunda minor 1/5 44

3 Sekunda mayor 2 100

4 Terts minor 2 ½ 22

5 Terts mayor 3 ½ 7

6 Kwart Perfect 4 ½ 2

7. Kwint Perfect 5 ½ 1

8. Sekta mayor 6 -

9. Septime mayor 6 ½ -

10. Oktaf perfect 7 -

337

4.5.1.5 Kontur Melodi

Kontur adalah garis melodi yang terdapat pada sebuah komposisi musik

yang dapat diidentifikasi berdasarkan pergerakan melodinya dan diperlihatkan

melalui grafik garis. Pada komposisi musik yang relatif panjang, identifikasi

kontur didasarkan pada bentuk melodi musiknya.

bila gerak melodinya naik disebut ascending;

bila menurun disebut descending;

bila melengkung bergelombang disebut pendulous;

bila berjenjang disebut terraced;

Page 103: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

89

dan apabila gerakan-gerakan intervalnya sangat terbatas disebut static.

Dengan mengacu pada identifikasi kantur di atas, maka kantur lagu Tintin

Marakkup dapat di lihat sebagai berikut.

1. Kontur ascending

2. kontur discending

3. Kontur pandulous

4. Kontur tracced

5. kontur statis

Jika dilihat secara umum perjalanan melodi nya maka, kontur lagu Tintin

Marakkup adalah pendulous.

Page 104: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

90

4.4.1.6 Ritme

Ritme atau irama adalah gerak nada yang teratur karena adanya aksen

yang tetap. Berdasarkan penggunaan ritme pada hasil transkripsi lagu Tintin

Marakkup dapat dilihat sebagai berikut.

1. Penuh

2. Sebuah not dengan nilai penuh

Not setengah

Sebuah not dengan nilai dua ketuk

3. Single

Sebuah not dengan nilai seperempat

4. Duple

Dua buah not yang masing masing bernilai seperdelapan

5. Triple

Page 105: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

91

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan. Gambar diatas menunjukkan pada ketukan dasarnya tidak diberi

nada (rest).

Satu ketukan dasar yang terdiri dari tiga nada masing masing nada bernilai

seperdelapan.

4.5.1.7 Tempo

Tempo merupakan ukuran kecepatan dalam birama sebuah lagu. Sering

juga disebut sebagai pulsa/ketukan dasar. Tempo diukur berdasarkan konsep

waktu permenit, jika sebuah lagu ketukan dasarnya 60 maka setiap ketukan

berdurasi satu detik. Tempo dilaksifikasikan berdasarkan kecepatannya terbagi

atas grave (15-39), large (40-59), larghetto (60-65), adagio (66-75) andante (76-

89), moderato (90-104), allegretto (105-114), alegro (115-129), vivace (130-167),

presto (168-199), prestissimo (200-500). Lagu Tintin Marakkup memiliki tempo

58 (large)

4.5.1.8 Pola Kadensa

Berdasarkan sudut pandang etnomusikologi istilah kadensa diartikan

sebagai pola penyelesaian atau akhir untaian melodi baik itu dalam frase ataupun

bentuk, pada materi ini kadensa yang dimaksud adalah hanya berhubungan

Page 106: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

92

dengan melodi dan bukan akord, yang terdapat dan dianggap relevan pada lagu

Tintin Marakkup Kadensa frasa A Kadensa frasa B

Kadensa frasa C Kadensa frasa D

4.4.1.9 Formula Melodik

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar

pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang

dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang

kecil dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan

nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi

pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan

melodi.

Page 107: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

93

Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Pada lagu Tittin Marakkup, penulis menyimpulkan dari kutipan diatas

bahwa bentuk melodi lagu ini adalah bentuk Repetitif dan dimana dalam lagu

Tintin Marakkup tersebut dinyanyikan dengan melodi yang cenderung

pengulangan dan memakai formula kecil.

Tabel 4.15Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif

Birama Frasa

1 – 12 A

13 – 31 A1

32 – 38 B

39 – 50 B1

51 – 59 C

60 – 64 C1

Bentuk frasa A

Bentuk frasa A1

Page 108: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

94

Bentuk frasa B

Bentuk Frasa B1

Bentuk Frasa C

Bentuk Frasa C1

Page 109: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

95

4.6.2 Makna Yang Dikandung Dalam Nyanyian

Prosesi pemberian ulos oleh Tulang (saudara laki-laki dari ibu pengantin

pria) sekaligus penerimaan sebagian dari sinamot (mas kawin yang diterima oleh

pihak keluarga pengantin wanita) kepada Tulang. Jenis ulos yang diberikan adalah

Ulos Ragi Hotang (kado berupa kain yang diberikan kepada pengantin yang

sedang mengadakan upacara adat perkawinan).

Page 110: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

96

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan di atas tentang

musik perkawinan di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah, penulis

menyimpulkan bahwa musik pada upacara adat perkawinan Batak Toba di

Kecamatan Kolang telah mengalami perubahan dan perkembangan. Dari dahulu

hingga sekarang masih ada yang tetap yakni gondang mula-mula, gondang

somba-somba, gondang elek-elek, gondang liat-liat, gondang hasahatan dan

gondang sitio-tio. Lagu yang di pakai tidak sama dengan lagu yang dimainkan

pada gondang hasapi maupun gondang sabangunan dan keyboard.

Musik pada era 70-an hingga zaman sekarang telah mengalami perubahan

dan perkembangan dalam struktur musiknya yakni seperti gondang sabangunan

dan uning-uningan. Penggunaan dari kedua musik ini dimainkan harus sesuai

dengan rasa dan perpaduan yang cocok pada saat proses mangulosi berlangsung.

Pada era 80-a setelah zaman opera masuk dan berkembang, mulailah

terjadi perubahan dari segi struktur musiknya. Musik yang di pakai (taganing,

sarune, odap dan sulim) telah terjadi pencampuran, dimana alat musik tersebut di

gabung dengan alat musik band (organ, kontra bass, gitar dan drum sett) sebagai

musik pengiring pada saat acara mangulosi, walaupun tidak semua yang mampu

menghadirkan musik ini dikarenakan masalah ekonomi yang tidak mendukung.

Tahun 90-an Masuklah alat musik kibot dan disebut solo kibot, yang dapat

memprogram musik sehingga terdengar seperti menggunakan lebih dari satu alat

musik, disitulah mulai terjadi perubahan dalam struktur musiknya, ada yang tetap

Page 111: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

97

digunakan seperti sulim, dan ada yang tidak lagi digunakan seperti taganing,

sarune, ogung dan lain-lain. Dari situ pula telah terjadi pengkolaborasian dengan

alat musik modern seperti zaman sekarang ini.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan di atas, maka

penulis mengajukan beberapa saran seperti berikut ini :

1. Selaku masyarakat, sebaiknya kita bersama-sama untuk melestarikan

setiap unsur kebudayaan secara khusus musik tradisi yang turun-temurun

diajarkan oleh para musisi pendahulu.

2. Semoga nilai tradisi kebudayaan khususnya pada kebudayaan masyarakat

Batak Toba tidak punah. Namun tetap diimbangi dengan kebutuhan

masyarakat masa kini, tanpa menghilangkan nilai tradisi sebagai suku

Batak Toba.

3. Kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah agar tetap menjaga

kelangsungan kesemiam ini.

Page 112: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

98

DAFTAR PUSTAKA

Depudikbud, 1984 Kamus Istilah Antropologi. Jakarta balaipustaka.

Depdikbud, 2005. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta balaipustaka.

Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Bahasa

Djelantik. 1990. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni

Pertunjukan Indonesia

Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:

Gultom, D.J. Dalihan Na Tolu: Nilai Budaya Suku Batak. Medan: Armanda

Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka widyatama.

Ihromi, T.O. 1994. Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Ed). Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kountur, Rony, D.M.S., Ph.D. 2003. Metode Penelitian: untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Teruna Grafika.

Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New

Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terJemahannya dalam

bahasa Indonesia

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. New York: The Pree

Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology Of Music. United States Of America:

University Press. Moleong, Lexy J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Marcia Herndorn, “Analisis Struktur Musik Dalam Etnomusikologi.” Seperti naskah

terjemahan M. Takari, Perikuten Tarigan (Medan: Jurusan Etnomusikologi,

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, 1994), 4.

Priskila, Anita R. 2015. Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di

Kota. Medan, Kajian Fungsi, Kontinuitas dan Perubahan. Medan,

Universitas Sumatera Utara.

Pandiangan, Kawan. 2015. Kajian Musik dan Teks Ende Tarombo Sonak Malela

Pada Upacara Perkawinan Pomparan Raja Sonak Malela Di Medan Pandora Hopkins, “The Purpose of Transcription”, dalam Journal for the Society

of Ethnomusicology (Ann Arbor Michigan, 1966), 316.

Phylis M. May, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in

Ethnomusicology: Essays in Honor of George List (Indiana University

Archieve, 1978), 109.

Roberta L. Singer, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse

in Ethnomusicology: Essays in Honor of George List (Indiana University

Archieve, 1978), 113. Ginting, Novalinda R. 2012. Kontinuitas dan Perubahan Gendang Patam-Patam

Dalam Musik Tradisional Karo. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Sidabutar, Bonggud. 2014. Sulim Batak Toba Sebagai Kajian Kontinuitas dan

Perubahan. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Page 113: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

99

Simangunsong, Emmi. 2002. “Ensambel Gondang Sabangunan Batak Toba:

Perhubungan Di antara Muzik, Tortor Dan Adat Dalihan Na Tolu.‟ Unpublish

M.A. thesis, University Sains Malaysia, Pulau Pinang, Malaysia.

Sihombing, Ricky F.P. 2016. Fungsi Sosial Musik Populer Dalam Upacara Adat

Perkawinan Masyarakat Batak Toba Di Binjai

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. Takari, Muhammad. 2004. Interelasi Budaya Musik Batak dan Melayu di Sumatera

Utara dalam Pluralitas Musik Etnik Batak Toba, Mandailing, Melayu,

Pakpak-Dairi, Angkola, Karo, Simalungun. Medan: Pusat Dokumentasi

PengkajianKebudayaan Batak, Universitas HKBP Nommensen.

Page 114: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

100

DAFTAR WEBSITE

http://repository.usu.ac.id

http//:www.budaya.com

www.wikipedia.com

www.gobatak.com

www. meiracindy.blogspot.com

www.rolandhutajulu.blogspot.com/adat-perkawinan-batak-toba

journal of Emmi Simangunsong “Muzik Gondang Sabangunan dan Peranannya

dalam Upacara Pesta Adat Batak Toba: Satu Pengenalan”

Page 115: KONTINUITAS DAN PERUBAHAN MUSIK PENGIRING DALAM … · 1 kontinuitas dan perubahan musik pengiring dalam upacara adat perkawinan batak toba di kecamatan kolang kabupaten tapanuli

101

DATA INFORMAN

1. Nama : Kasmudin Pasaribu

Alamat : Desa Lobu Harambir, kecamatan Kolang

Umur : 67 Tahun

Pekerjaan : Petani/Raja parhata adat

2. Nama : Makrudin Pasaribu

Alamat : P.O Hurlang, kecamatan Kolang

Umur : 73 Tahun

Pekerjaan : Petani/Raja parhata adat

3. Nama : Jekson Hutagalung

Alamat : Desa Sitahanbarat, kecamatan Kolang

Umur :34 Tahun

Pekerjaan : Pargonsi

4. Nama : Pasindang Silalahi

Alamat : Lobu Harambir

Umur : 41 Tahun

Pekerjaan : Tokoh Adat/Tokoh Masyarakat

5. Nama : Marudut Situmeang Alamat : Lobu Harambit

Umur : 33 Tahun

Pekerjaan : Pemilik Sound system/jasa sewa alat music

6. Nama : Unggun Batubara

Alamat : Simahena-henak Untemungkur II

Umur :56 Tahun

Pekerjaan :Petani/Raja parhata adat