Citra Lingkungan Perkotaan
-
Upload
andre-rahmanto -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Citra Lingkungan Perkotaan
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 1/8
PENDEKATAN PEMAHAMAN CITRA LINGKUNGAN PERKOTAAN (Edi Purwanto)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
85
PENDEKATAN PEMAHAMAN CITRA LINGKUNGAN PERKOTAAN(melalui kemampuan peta mental pengamat)
Edi PurwantoStaf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur – Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Salah satu upaya untuk mencoba memahami citra lingkungan perkotaan dapat dilakukan dengan cara
mengetahui peta mental manusia sebagai pengamat. Peta mental mempersoalkan cara pengamat memperoleh,
mengorganisasi, menyimpan, dan mengingat kembali informasi tentang lokasi, jarak dan susunan dalam
lingkungan fisik (kota). Peta mental mempunyai konsep dasar yang disebut dengan imagibilitas atau kemampuan
untuk mendatangkan kesan. Imagibilitas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan legibilitas, atau
kemudahan untuk dapat dipamahi / dibayangkan dan dapat diorganisir menjadi satu pola yang koheren. Agar
suatu kota dapat dengan mudah dipahami citranya, maka kota tersebut harus mempunyai karakter, karena
karakter kota diperlukan untuk memberikan pemahanan tentang identitas kota, sesuai dengan potensi yang ada.
Dalam hal ini, karakter merupakan jiwa, perwujudan watak, baik secara fisik maupun non-fisik, yang
memberikan citra dan identitas kota.
K a t a k u n c i: citra, peta mental, imagibilitas, legibilitas.
ABSTRACT
One of expediences in trying to understand the image of urban environment can be conducted by the way of
knowing the cognition map of human as the observer. Cognition maps discuss about the way the observer get,
organize, store, and recall the information about location, distance and the structure of physical environment
(urban). Cognition maps had a basic concept called imageability or the ability of inviting impression.
Imageability has a very close correlation with legibility, or the ease of having understanding/image and can be
organized into one coherent pattern. In order one city can easily understood with the image, so the city must
have character because the character of a city is needed for giving understanding about the identify of city, inaccordance with the exisiting potensial. In this case, the character is the soul, the realization of character, both
physically and non-physically, giving some image and identity of city.
Keywords: image, cognition map, imageability, legibility
PENDAHULUAN
Kevin Lynch dalam bukunya yang terkenaldengan judul “The Image of The City” (1960)telah melakukan penelitian tentang citra kota dikota-kota : Boston, New Jersey dan Los Angeles.
Pada perkembangan selanjutnya penelitian KevinLynch dilanjutkan oleh beberapa peneliti lain dikota-kota Amerika Utara dan Eropa (Pocock,1987) dengan tetap menggunakan metode yangsama seperti yang digunakan oleh Kevin Lynch.
Tulisan ini disusun oleh penulis berdasarkanbeberapa studi kepustakaan yang berkaitandalam rangka memberikan wawasan kepadacalon peneliti di Indonesia yang berminat untuk mengembangkan penelitian pemahaman citrakota. Dengan demikian munculnya pertanyaanyang timbul dalam benak seorang calon peneliti
bagaimana suatu kota yang telah direncanakandan dirancang oleh ahlinya dapat dipahami oleh
masyarakat luas akan dapat dilakukan denganmudah.
PENDEKATAN TEORI
1. Upaya pemahaman kota
Lingkungan fisik kota terbentuk olehberbagai unsur tiga dimensi: sifat rancangan;lokasi dan kaitan posisi elemen satu denganelemen lainnya, merupakan faktor penentukejelasan ciri-sifat lingkungan tersebut (Sudrajat,1984). Meskipun unsur pembentuk lingkunganperkotaan di berbagai tempat pada dasarnyarelatif sama, tetapi susunannya selalu berlainan,sehingga bentuk, struktur dan pola lingkunganyang dapat dipahami dan dicerna manusia pada
tiap lingkungan kota senantiasa berbeda-beda.
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 2/8
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 85 - 92
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
86
Dibandingkan dengan bentuk lingkunganbinaan yang lain, ciri khas kota sebagai karya
arsitektur tiga dimensi terletak pada konstruksikeruangannya yang mempunyai skala luas dan
rumit . Kota, selain sebagai obyek persepsi dantempat berperilaku warga yang beraneka ragam,
juga merupakan sasaran tindakan para perencanadan perancang kota yang secara langsungataupun tidak langsung mengubah struktur kotaberdasarkan alasannya masing-masing, sehinggameskipun lingkungan perkotaan secara garisbesar nampak selalu mantap dan utuh, dalamkenyataannya senantiasa mengalami perubahandidalamnya.
Hubungan timbal balik manusia denganlingkungan perkotaan merupakan proses duaarah yang konstruktif, didukung baik oleh ciri-
sifat yang dapat memberikan image (citra)lingkungan, maupun oleh ciri-sifat kegiatan dankejiwaan manusia. Dalam hubungan timbal balik tersebut, lingkungan perkotaan tampil denganciri-sifat sebagai berikut (Ittleson dalam Sudrajat,1984):1). Lingkungan perkotaan selalu terbuka,2). Lingkungan perkotaan selalu beraneka
ragam,3). Lingkungan perkotaan selalu memberikan
informasi secara langsung maupun tidak langsung,.
4). Lingkungan perkotaan selalu menyajikaninformasi berlebih,
5). Lingkungan perkotaan selalu menyertakantindakan,
6) Lingkungan perkotaan dapat membangkitkantindakan,
7). Lingkungan perkotaan selalu memiliki atmos- fir ,
8). Lingkungan perkotaan selalu memiliki
kualitas sistemik ,
Upaya pemahaman lingkungan perkotaan
dapat dijelaskan melalui model kerja yang terdiridari lima komponen (Sudrajat, 1984), yaitu: (1)komponen lingkungan perkotaan; (2) ciri-sifat manusia sebagai pengamat ; (3) matra hubungantimbal balik manusia dengan lingkungan; (4)
citra lingkungan; dan (5) tujuan utama pemahaman lingkungan perkotaan.
Upaya pemahaman citra kota bagipemenuhan kebutuhan, kelangsungan dankesejahteraan hidup manusia mempunyai empat tujuan utama, yaitu:1). Rekognisi, untuk dapat mengetahui dimana
manusia berada, apa yang tengah terjadi, dan
untuk mengenali obyek umum yang adadisekitarnya.
2). Prediksi, untuk dapat meramalkan apa yangmungkin atau akan terjadi.
3). Evaluasi, untuk dapat menilai kualitas,kondisi, situasi, dan prospek keluaran.
4). Tindakan , untuk dapat menyusun alternatif tindakan dan memutuskan apa yang akan atauharus dilakukan.
Gambar 1. Struktur Pemahaman Lingkungan
Perkotaan(Sumber : Sudrajat, 1984)
Keempat tujuan utama pemahaman citraperkotaan diatas dibutuhkan manusia sebagaipengamat dalam memenuhi tuntutan kecen-
derungannya untuk selalu: menafsirkan peristiwabaru ke dalam peristilahan yang sederhana dansudah dikenal, melakukan kategori penilaian,membuat pembedaan, penentuan dan keputusanyang berkaitan dengan lingkungan perkotaannya.
2. Hubungan antara Manusia denganLingkungannya
Holahan (1982), menyatakan bahwahubungan antara manusia dengan lingkunganyang menurutnya bersifat saling menyesuaikan
dan dengan kemampuan kognisi yangdipunyainya, manusia selalu berikhtiar untuk memperoleh keselarasan dengan lingkungannya.
Rapoport (1982) berpendapat bahwa paraperancang cenderung bereaksi terhadaplingkungan dengan istilah persepsual, sedangkanpublik menikmati dan para pemakai bereaksiterhadap lingkungan dengan istilah assosiasio-
nal. Aspek persepsual adalah isyarat yang mula-mula diperhatikan dan diperbedakan. Aspek assosiasional mengambil persamaan diantaraisyarat-isyarat dan memakainya dengan
hubungan yang bermanfaat atau penggabunganbermanfaat.
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 3/8
PENDEKATAN PEMAHAMAN CITRA LINGKUNGAN PERKOTAAN (Edi Purwanto)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
87
Proses dasar yang menyangkut interaksimanusia dengan lingkungannya adalah informasitentang lingkungan yang diperoleh melaluiproses persepsi (Lang, 1987).
Proses psikologis dalam hubungan antaramanusia dengan lingkungan dapat disederhana-
kan menurut gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme Hubungan Persepsi,Kognisi, Motivasi dan Sikap
(Sumber : Santoso, 1993)
a. Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai pengamatanyang secara langsung dikaitkan dengan suatu
makna tertentu. Proses yang melandasi persepsiberawal dari adanya informasi dari lingkungan.Rapoport (1982) berpendapat bahwa persepsimenggambarkan pengalaman langsung inderamanusia terhadap lingkungan bagi mereka yangada didalamnya dalam waktu tertentu.
Tidak semua rangsang (informasi) diterimadan disadari oleh individu, melainkan diseleksiberdasarkan orientasi nilai yang dimilikinya dan juga pengalaman pribadi. Keseluruhan informasiyang telah menyatu menjadi sesuatu yang utuh,kemudian diberi tafsiran (interpretasi makna),antara lain atas dasar orientasi nilai danpengalaman pribadi individu. keluaran kese-luruhan proses ini adalah pengangkapan/ penghayatan. Antara seleksi, pembualatan dantafsiran menjadi hubungan ketergantungan(interdependen), namun ciri khas individualnyadiperoleh dari orientasi nilai dan pengalamanpribadi.
b. Kognisi
Menurut Rapoport (1982), kognisi adalahcara yang digunakan manusia untuk menjelaskanbagaimana manusia memahami, menyusun dan
mempelajari lingkungan dan menggunakan peta-peta mental untuk menegosiasikannya. Berdasar-kan definisi tersebut, yang ada pada individumanusia sebenarnya satu sistem kognisi. Sistemtersebut merupakan hasil proses kognitif yangterdiri dari kegiatan-kegiatan :
1). Persepsi;2). Imajinasi;3). Berfikir (thinking);4). Bernalar (reasoning); dan5). Pengambilan keputusan.
3. Peta kognitif dan pemetaan kognisi
Peta mental mempunyai pengertian yaitusatu upaya pemahaman suatu tempat khususnyaterhadap kota. Istilah diatas berpegang kepada
definisi dan teori yang dirintis oleh David Steadan Roger Down. Mereka mendefinisikan satupengertian: "Proses yang memungkinkan kitauntuk mengumpulkan, mengorganisasikan, me-
nyimpan dalam ingatan, memanggil, sertamenguraikan kembali informasi tentang lokasi
relatif dan tanda-tanda tentang lingkungangeografis kita" (Holahan, 1982).
Peta mental merupakan proses aktif yangdilakukan oleh pengamat, oleh karena itupenghayatan pengamat terhadap lingkunganperkotaan terjadi secara spontan dan langsung.
Spontanitas tersebut terjadi karena pengamatselalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dandalam penjajakan itu pengamat melibatkan setiapobyek yang ada di lingkungannya dan setiapobyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khasuntuk pengamat bersangkutan.
Holahan (1982), menyebutkan bahwa petamental sebagai komponen dasar dalam manusiaberadaptasi dengan lingkungan kotanya.Disamping itu peta mental dipandang sebagaipersyaratan baik untuk kelangsungan hidupmanusia maupun untuk perilaku spasial setiap
harinya, dinayatakan pula bahwa peta mentaladalah representasi individu yang tertata daribeberapa bagian lingkungan geografisnya.
Daya cipta akibat proses penghayatan,pengamatan dan pengenalan (kognisi) ling-kungan kota terbentuk atas unsur-unsur yangdiperoleh dari pengalaman langsung, apakah
seseorang telah mendengar mengenai suatutempat , dan dari informasi yang dia bayangkan
(Neiser dalam Lang, 1987). Dari uraian di atasmenunjukkan bahwa pengamat tidak hanyaseorang yang tinggal dan berada di dalam kotatertentu, dapat juga seorang pengamat yang tidak tinggal di kota tersebut tetapi mengetahui cukup
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 4/8
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 85 - 92
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
88
banyak tentang kota tersebut apakah daripengalaman langsung atau mendengar berdasar-kan informasi tertentu sehingga ia mencobauntuk membayangkan. Informasi yang diperolehmelalui pengalaman langsung disebut denganinformasi pratama, menyajikan pengetahuan
lingkungan perkotaan secara teraga kepadapengamat. Sedangkan informasi yang diperolehmelalui komunikasi disebut sebagai informasidwitia, meyajikan pengetahuan lingkunganperkotaan secara simbolik kepada pengamat,yang isinya merupakan pelaporan atau penilaianpengalaman orang lain tentang suatu tempat atausuatu ruang (Sudrajat, 1984). Gambar 3memperlihatkan sumber informasi tentanglingkungan perkotaan.
Gambar 3. Sumber Informasi tentang Ling-
kungan Perkotaan.(Sumber : Sudrajat, 1984)
Milgram, Evans, Lee, Michelson, Orleansdan Appleyard (dalam Holahan, 1982) mencobauntuk mengadakan penelitian pemahaman kotadengan menekankan kepada perbedaan kemam-puan individual pengamat. Hasilnya adalahterdapat korelasi yang sangat erat antara sistemaktivitas individual dengan daya kognisi yang
dimiliki individual tentang lingkungan fisiknya.Kemampuan individu pengamat dalam
menghayati, memahami dan mengenali kotaselalu berbeda-beda. Faktor-faktor yang mem-bedakan antara lain:1). Gaya hidup2). Keakraban dengan kondisi lingkungan3). Kekraban sosial
4). Kelas sosial5). Perbedaan seksual
Masalah yang umum dalam pemetaankognitif adalah "memberi nilai" detail darigambaran tentang areal (konteks) yang diper-
soalkan (sebuah lingkungan perkotaan).Kerancuan ini seringkali membuat realibilitas
rendah didalam "pemberian nilai" tersebut.Kerancuan lain adalah bahwa beberapa pengamattidak menggambar "peta-peta"-nya dengan cukupbaik untuk menginterpretasikan apa yangdimaksud. Bechtel (1987) memberi petunjuk bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini
adalah melatih para peneliti yang menyimpulkandata dalam hal kejelasan dan konsistensiterhadap apa yang disimpulkan. SedangkanPocock (1978) memberi petunjuk bahwa akurasihasil pemetaan kognitif seyogyanya tidak mendasarkan kepada pembuatan sketsa peta sajanamun pengamat diberikan stimulus terlebihdahulu agar daya cipta tentang suatu lingkunganfisik tertentu dapat diingat, dihayati dan dikenalidengan lebih baik.
Menurut Bechtel (1987), responden/peng-
amat yang terlibat dalam penelitian pemahamanlingkungan (kota) disebut dengan isitilah"research participants", digolongkan dalam tigakelompok, yaitu:a. Mahasiswa yang berasal dari universitas
(university samples), terdiri dari :1). Mahasiswa bagian arsitektur, desain dan
perencanaan;2). Mahasiswa diluar bagian tersebut diatas
b. Kelompok ahli lingkungan (environmental
professionals)c. Warga yang bertempat tinggal (community
samples)
4. Hubungan citra kota dengan identitas dan
karakter kota
Menurut Pocock (1978), citra adalahmerupakan hasil dari adaptasi kognitif terhadapkondisi yang potensial mengenai stimulus padabagian kota yang telah dikenal dan dapatdipahami melalui suatu proses berupa reduksidan simplifikasi.
Lynch (dalam Pocock, 1978), berpendapat
bahwa citra merupakan suatu senyawa dariatribut-atirbut dan pengertian fisik, tetapi secarasengaja memilih untuk berkonsentrasi padafungsi bentuk, dengan mengembangkan hipotesisbahwa pengatahuan manusia mengenai kotamerupakan fungsi dari imageabilitasnya. Citrakota ditentukan oleh pola dan strukturlingkungan fisik yang dalam perkembangannyadipengaruhi oleh faktor: sosial, ekonomi, budaya,
kelembagaan, adat isitiadat serta politik yang pada akhirnya akan berpengaruh pula dalam penampilan (performance) fisiknya .
Menurut Budihardjo (1991), terdapat 6 tolok ukur yang sepantasnya digunakan dalam peng-
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 5/8
PENDEKATAN PEMAHAMAN CITRA LINGKUNGAN PERKOTAAN (Edi Purwanto)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
89
galian, pelestarian dan pengembangan citrakota , yaitu :1). Nilai kesejarahan; baik dalam arti sejarah
perjuangan nasional (Gedung Proklamasi,Tugu Pahlawan) maupun sejarah perkem-bangan kota (Kota Lama di Semarang,
Kawasan Malioboro di Yogyakarta)2). Nilai arsitektur lokal/tradisional; (terdapat
keraton, rumah pangeran)3). Nilai arkeologis ; (candi-candi, benteng)4). Nilai religiositas; (masjid besar, tempat
ibadah lain)5). Nilai kekhasan dan keunikan setempat ; baik
dalam kegiatan sosial ekonomi maupunsosial budaya
6). Nilai keselarasan antara lingkungan buatandengan potensi alam yang dimiliki.
Kualitas fisik yang diberikan oleh suatu kotadapat menimbulkan suatu image yang cukup kuatdari seorang pengamat. Kualitas ini disebutdengan imageability (imagibilitas) atau kemam-puan mendatangkan kesan. Imagibilitas mempu-nyai hubungan yang sangat erat dengan legibility(legibilitas), atau kemudahan untuk dapatdipamahi/dikenali dan dapat diorganisir menjadisatu pola yang koheren.
Citra terhadap suatu kota berkaitan eratdengan tiga komponen, yaitu: identitas dari
beberapa obyek/elemen dalam suatu kota yangberkarakter dan khas sebagai jatidiri yang dapatmembedakan dengan kota lainnya; struktur,yaitu mencakup pola hubungan antaraobyek/elemen dengan obyek/elemen lain dalamruang kota yang dapat dipahami dan dikenalioleh pengamat, struktur berkaitan dengan fungsikota tempat obyek/elemen tersebut berada;makna merupakan pemahaman arti olehpengamat terhadap dua komponen (identitas danstruktur kota) melalui dimensi: simbolik ,
fungsional, emosional, historik , budaya, politik
(Sudrajat,1984).".......... kota yang begitu mudah untuk dibayangkan ketinggian daya cipta yangada didalamnya serta kehidupan sekitarnyadan kompleks gedung-gedungnya atau
interior gedung-gedungnya adalah salahsatu hal yang dianggap sebagai sistem
komponen yang terstruktur secara baik yang saling berkaitan antara komponen
yang satu dengan yang lainnya" (Lynchdalam Lang, 1987).
Mengacu telaah teori Lynch, suatu bentuk kota merupakan produk dari konsep keteraturan
berupa geometri dan organik , sedang falsafahyang mendasari adalah orientasi, dan orientasidapat terbentuk melalui waktu dan jarak .
Kota akan lebih tepat bila dipandangsebagai suatu loka (loci, place, tempat). Dalamhal ini dapat dikatakan bahwa kota tersebut
menyediakan ruang (space) untuk kegiatan,untuk orientasi, disamping mempunyai karakter(character ) sebagai jiwa tempat, untuk identi-fikasi (Schulz, 1980). Karakter yang spesifik
dapat membentuk suatu identitas, yang meru-pakan suatu pengenalan bentuk dan kualitasruang sebuah daerah perkotaan, yang secaraumum disebut a sense of place. Dalam gambar 4dijelaskan hubungan antara citra kota, karakterkota dan identitas kota.
Identitas kota menurut Kevin Lynch :
".... tidak dalam arti keserupaan suatuobyek dengan yang lain, tetapi justru
mengacu kepada makna individualitas yangmencerminkan perbedaannya dengan obyek
lain serta pengenalannya sebagai entitastersendiri" (Lynch, 1960)
" .... identitas kota adalah citra mental yangterbentuk dari ritme biologis tempat dan
ruang tertentu yang mencerminkan waktu(sense of time), yang ditumbuhkan dari
dalam secara mengakar oleh aktivitassosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu
sendiri (Lynch, 1972).
Gambar 4. Hubungan antara Citra, Identitasdan Karkater Kota.
Inti dari penelitian Lynch berkaitan denganpengidentifikasian berbagai elemen struktur fisik sejumlah kota yang menjadikan kota-kotatersebut menjadi dapat digambarkan dandibayangkan citranya. Lynch (1960) menyimpul-kan bahwa ada lima kategori elemen yangdipergunakan orang untuk menstrukturkangambaran kognisi dari sejumlah tempat.Elemen-elemen dasar tersebut adalah:
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 6/8
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 85 - 92
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
90
a. Tanda-tanda yang Mencolok (Landmark)
Landmark adalah elemen penting daribentuk kota karena mereka membantu orang-orang untuk mengarahkan diri dan mengenalsuatu daerah dalam kota. Sebuah landmark yang
baik adalah elemen yang berbeda tetapi harmonisdalam latar belakangnya. Termasuk dalamkategori landmark adalah: gedung, patung, tugu, jembatan, jalan layang, pohon, penunjuk jalan,sungai dan lampu-lampu hias. MenurutPortoeous (1977) (dalam Lang, 1987), landmark
adalah merupakan rujukan (referensi) yangmerupakan tanda-tanda atau petunjuk eksternalbagi para pengamat dan itu dibuat secara tunggalkarena mempunyai maksud agar mudahdibedakan secara visual dengan yang lainnya.
b. Jalur-jalur Jalan (path)
Adalah jalur-jalur sirkulasi yang digunakanoleh orang untuk melakukan pergerakkan.Sebuah kota mempunyai jaringan jalur utama(major routes) dan sebuah lingkungan (minor routes). Sebuah bangunan mempunyai beberapa jalur utama yang digunakan untuk mencapainyadan bergerak darinya. Sebuah jaringan jalan rayakota adalah jaringan pathway untuk seluruh kota.
c. Titik Temu antar Jalur (nodes)
Sebuah nodes adalah pusat aktivitas yangsesungguhnya adalah sebuah tipe dari landmark
tetapi berbeda karena fungsinya yang aktif. Nodes dapat juga berupa perempatan ataupertigaan.
d. Batas-batas Wilayah (edges)
Edges membedakan antara wilayah yangsatu dengan wilayah yang lainnya, misalnyadaerah pemukiman dibatasi oleh sungai, daerahpertokoan dibatasi oleh gerbang-gerbang tol
menuju tempat parkir, atau pagar lapangan golf yang luas membatasi wilayah perindustrianterhadap wilayah pemukiman.
e. Distrik (district)
Distrik adalah wilayah-wilayah homogenyang berbeda dari wilayah-wilayah lain,misalnya pusat perdagangan ditandai olehbangunan-bangunan bertingkat dengan lalu-lintasyang padat dan daerah-daerah kantor-kantorkedutaan besar negara asing ditandai oleh rumah-
rumah besar dengan halaman-halaman luas serta jalan-jalan lebar bertipe boulevard (dengan
taman atau pohon-pohon di jalur tengah) sertakawasan khusus atau bersejarah yang terdiri darisekumpulan bangunan-bangunan kuno/berse- jarah.
Suatu kontribusi khusus dari teori Gestalt
mengenai pemahaman lingkungan merupakanaplikasi dari " prinsip-prinsip organisasi" yangmelandasinya yang memungkinkan individupengamat untuk melihat suatu kumpulan stimulitersendiri sebagai satu pola yang holistik (Pocock, 1978).
Gambaran tentang teori organisasi visualGestalt dapat diperinci sebagai berikut (Pocock,1978):1). Proksimitas, memungkinkan individu peng-
amat untuk melihat elemen-elemen yangsecara spasial dekat satu dengan yang
lainnya apabila dikaitkan dalam satu pola;2). Similaritas, memungkinkan individu peng-
amat untuk melihat elemen-elemen yangserupa (mirip) dalam bentuk atau warnanyaapabila dikaitkan dalam satu pola;
3). Kontinuitas, memungkinkan individu peng-amat untuk melihat beberap elemen yangdikelompokkan bersama-sama dalam satubarisan;
4). Closure, memungkinkan individu pengamatuntuk melihat elemen-elemen yang mem-bentuk gap-gap kecil tertutup pada suatukawasan dan melihatnya sebagai satukesatuan.
Penggunaan hukum Gestalt mengenaiorganisasi visual dapat menjelaskan observasiLynch tentang peta-peta kognitif. Path dan edgesmerupakan elemen-elemen kelanjutan (kontinu-
itas), district dapat dijelaskan sebagai elemenkedekatan dan kesamaan ( proksimitas dansimilaritas), sedangkan landmark terdiri darisejumlah elemen yang tidak serupa atau berbeda
dengan lingkungan sekitarnya (disimilaritas). Nodes sulit untuk dijelaskan dengan mengguna-kan terminologi hukum Gestalt, namun dalamkeadaan tertentu nodes dapat dianalogikansebagai district dalam skala lebih sempit (Lang,1987).
Dari keseluruhan penelitian tentang petamental dan orientasi manusia dalam tatananlingkungan membuktikan bahwa teori organisasivisual Gestalt adalah merupakan pemerkira( prediktor ) terhadap gambaran rinci ( feature)dari sebuah kota yang mempunyai pengaruh
penting bagi orang-orang yang akan mediamiatau menyelidiki tentang elemen-elemen dan
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 7/8
PENDEKATAN PEMAHAMAN CITRA LINGKUNGAN PERKOTAAN (Edi Purwanto)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
91
sistem yang terdapat dalam kota tertentu (Lihatgambar 5).
Gambar 5. Penggunaan Hukum Gestalt
dalam Pemahaman Citra Kota(Sumber: Lang, 1987)
5. Aspek Pengukuran dalam PemahamanCitra (image) Kota
Kemampuan pengamat dalam memahami
citra (image) suatu kota selalu berbeda ataubersifat subyektif, karena daya kognisi sangattergantung kepada pengalaman, akibatnyamuncul masalah tentang cara pengukuran, dalamhal ini terdapat beberapa pendekatan, yaitu:1). Pendekatan fenomenologis, yaitu mengada-
kan telaah deskriptip dari pengalamanpengamat dalam menghayati suatu ling-kungan kota;
2). Pendekatan Fungsional, yaitu pengukuranlaboratoris terhadap pengamat yang diberi-kan stimulus. Pendekatan ini bersifat
kuantitatif;3). Gabungan pendekatan fenomenologis dan
fungsional disebut dengan mekanismepersepsi kognisi.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk melihat pada persoalan-persoalan mengenaiinteraksi pengamat dan lingkungan kota adalahdengan memandang pengukuran penghayatancitra (image) kota sebagai suatu proses pertanda(Rieser dalam Pocock, 1978). Dalam hal inimengharuskan pengukuran pemahaman citra(image) dipandang sebagai suatu reaksi terhadapsusunan stimuli tertentu.
Mode presentasi dapat sangat bervariasidalam bentuk dan derajat penstrukturannya.Secara mendasar terdapat dua macam tipepertanda (sign process) apabila berkaitan denganstimuli, yaitu (Pocock, 1978):a. Sinyal , merupakan stimulus langsung dari
lingkungan; pengamat pada dasarnya beradadi lapangan. Namun demikian terdapatkendala dan masalah yang berat yang
berasosiasi dengan pendekatan ini, baik teknismaupun finansial;
b. Simbol , merupakan pengganti untuk sinyalsecara langsung, sebagai contoh simbol dapatberupa foto, peta, sketsa atau label verbalyang berkaitan dengan suatu area atau tempat.Simbol digunakan untuk membangkitkanrespon pengamat.
Craig (dalam Pocock, 1987), merumuskanadanya tipologi pada metode-metode presentasistimulus yang disajikan kepada pengamat dalampemahaman citra kota, yaitu:a. Realitas, pengamat dibawa ke lokasi untuk
memberikan respon dan pengenalan terhadapobyek-obyek tertentu di kawasan tersebut.
b. Ikonis, dengan cara memperlihatkan suatuseleksi dari sejumlah foto-foto area, pengamatdiminta untuk mengenali obyek-obyek yang
terdapat dalam foto tersebut;c. Grafis, dengan cara membuat sketsa-sketsapeta terhadap area kota dengan sedikitmengendalikan interpretasi pengamat menge-nai jarak dan bentuk;
d. Verbal , suatu cara penyingkapan dalam areaaktual, menggunakan sejumlah pertanyaanyang diajukan terhadap pengamat yangmenyangkut pengalaman/pengetahuan tentangarea-area tertentu;
KESIMPULAN
Hubungan timbal balik manusia denganlingkungan perkotaan merupakan proses duaarah yang konstruktif, didukung baik oleh ciri-sifat yang dapat memberikan image (citra)lingkungan, maupun oleh ciri-sifat kegiatan dankejiwaan manusia.
Salah satu upaya untuk mencoba memahamicitra lingkungan perkotaan dapat dilakukandengan cara mengetahui peta mental manusiasebagai pengamat. Peta mental mempersoalkan
cara pengamat memperoleh, mengorganisasi,menyimpan, dan mengingat kembali informasitentang lokasi, jarak dan susunan dalamlingkungan kota.
Citra terhadap suatu kota berkaitan eratdengan tiga komponen, yaitu: identitas daribeberapa obyek/elemen dalam suatu kota yangberkarakter dan khas sebagai jatidiri yang dapatmembedakan dengan kota lainnya; struktur,yaitu mencakup pola hubungan antara obyek/ elemen dengan obyek/elemen lain dalam ruangkota yang dapat dipahami dan dikenali olehpengamat, struktur berkaitan dengan fungsi kotatempat obyek/elemen tersebut berada; makna
5/13/2018 Citra Lingkungan Perkotaan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/citra-lingkungan-perkotaan 8/8
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 85 - 92
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
92
merupakan pemahaman arti oleh pengamatterhadap dua komponen (identitas dan strukturkota) melalui dimensi: simbolik , fungsional,emosional, historik , budaya , politik .
Penelitian tentang citra kota menjadi sangatpenting untuk mengetahui apakah produk
rancangan suatu kota berhasil/tidak berhasildipahami oleh masyarakat luas sebagai peng-amat.
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko, Arsitektur dan Kota di Indonesia, Alumni, Bandung, 1991.
Bechtel B. Robert, Marans W. Robert andMichelson William, Methods in Environ-
mental and Behavioral Research, VanNostrand Reinhold Company, New York,1987.
Gifford, Robert, Environmental Psychology,Principle and Practice, University of Victoria, 1987.
Hartshorn, Asa Truman, Interpreting The City An
Urban Geography, Georgia State Univer-sity, 1980.
Harris, James D. & Howard, William A, The Role Meaning in the Urban Image,Permisson of the Publisher, SagePublications, Inc., 1972.
Holahan, Envorinmental Psychology, NY:Random House, 1982.
Lang, Jon, Creating Architectural Theory, The Role of The Behavioral Sciences in
Environmental Design, Van NostrandReinhold Company Inc., 1987.
Lang, Jon, Designing for Human Behavior :
Architecture and the Behavioral Sciences,Dowden, Hutchinson: Ross, Inc., Stroud-sburg, Pensylvania, 1974.
Lynch, Kevin, The Image of The City , MITPress, Cambridge, 1960.
Lynch, Kevin, What Time is The Place, MITPress, Cambridge, 1972.
Pocock, Douglas and Hudon, Ray, Images of The
Urban Environment , Department of
Geography, University of Durham, 1978.
Rapoport, Amos, Human Aspect Urban Form,Van Nostrand Reinhold Company, NewYork, 1982
Smardon, RC, Foundation For Visual Project Analysis, John Wiley and Son, New York,
1986.
Sudrajat, Iwan, Struktur Pemahaman Lingkung-an Perkotaan, Tesis S-2 Teknik ArsitekturITB, Bandung, 1984.
Trancik, R, Finding Lost Space, Van NostrandReinhold Company, New York, 1986.