Pengembangan dan Penataan Kawasan Hunian Ramah Lingkungan di Perkotaan
-
Upload
farida-puspita-rini -
Category
Documents
-
view
19 -
download
1
description
Transcript of Pengembangan dan Penataan Kawasan Hunian Ramah Lingkungan di Perkotaan
Pengembangan dan Penataan Kawasan Hunian Ramah Lingkungan di Perkotaan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Farida Puspita Rini 3613100009
Ajeng Dearista Wulansari 3613100017
Virta Safitri Ramadhani 3613100025
Inggar Rayi Arbani 3613100033
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengembangan dan Penataan Kawasan Hunian Ramah Lingkungan
di Perkotaan”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam mengenai aspek pengembangan dan penataan kawasan
ramah lingkungan di suatu wilayah dan menambah referensi. Selain itu,
kelompok kami juga melakukan konsultasi kepada pembimbing agar dapat
menyempurnakan laporan makalah ini. Daftar sumber referensi yang kami
gunakan untuk penyusunan makalah, juga kami sertakan di bagian akhir.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, baik yang bersifat
material maupun moral. Dan kami berharap dapat memberikan gambaran
tentang Pengembangan dan Penataan Kawasan Hunian Ramah Lingkungan di
Perkotaan di suatu wilayah. Semoga dapat memberikan manfaat yang baik
kepada pembaca dan mohon maaf jika terdapat salah penulisan dan
kekurangan lainnya.
Surabaya, Mei 2014
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perumahan dan permukiman adalah salah satu faktor pendukung
kelangsungan kehidupan manusia serta merupakan faktor dominan dalam
perkembangan suatu kota. Karena perumahan dan permukiman merupakan
pusat aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga semakin
banyak perumahan dan permukiman semakin banyak pula individu yang
melakukan aktivitas di kawasan tersebut. Selain itu, kualitas perumahan dan
permukiman juga didukung oleh lingkungan sekitarnya. Karena perumahan
dan permukiman merupakan satu kesatuan dengan definisi yang berbeda.
Pada karya ilmiah kali ini akan dibahas mengenai penataan dan
pengembangan perumahan dan permukiman yang ramah lingkungan untuk
kawasan perkotaan. Seperti apa kriteria dan karakteristik yang cocok untuk
perumahan dan permukiman yang ramah lingkungan di suatu perkotaan
dan menggunakan pendekatan seperti apa. Sedangkan, ada beberapa
masyarakat yang berpendapat bahwa tidak mungkin suatu perkotaan dapat
memiliki perumahan dan permukiman yang ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan perumahan dan permukiman?
2. Bagaimana karakteristik perumahan yang ramah lingkungan untuk
kawasan perkotaan?
3. Bagaimana pendekatan yang digunakan untuk penataan dan
pengembangan kawasan hunian ramah lingkungan untuk perkotaan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang perbedaan antara perumahan dan permukiman
2. Mengetahui karakteristik perumahan yang ramah lingkungan untuk
kawasan perkotaan
3. Mengetahui pendekatan yang digunakan untuk penataan dan
pengembangan hunian ramah lingkungan untuk perkotaan.
1
BAB 2
METODE PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Perumahan dan Permukiman
2.1.1.1 Pengertian Perumahan
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.
2.1.1.2 Pengertian Pemukiman
Pengertian pemukiman menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1992
tentang perumahan dan pemukiman, yaitu bagian dari lingkungan hidup di
luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan. Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana danprasarana lingkungan, sedangkan rumah merupakan
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Program penataan permukiman yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai salah satu bagian dari kebijaksanaan untuk
menanggulangi masalah.
Permukiman bertujuan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan kebutuhan dasar
manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalamlingkungan yang
sehat, aman, serasi dan teratur.
c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional.
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-
bidang lain.
2
2.1.1.3 Karakteristik Perumahan dan Pemukiman
Karakteristik perumahan dan pemukiman yang baik yakni:
1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan
lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada
pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan
dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun
hujan yang lebat sekalipun.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi
yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan
sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun
tanki septik komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah
secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-
anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan
kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
9. Menanam pepohonan di setiap rumah untuk menambah suasana asri
dan sejuk.
2.1.2 Definisi Pemukiman Ramah Lingkungan
Permukiman ramah lingkungan adalah hunian yang dibangun untuk
masyarakat dengan meminimalisasi dampak buruk terhadap lingkungan, dan
lebih menekankan konsep menggunakan bahan bangunan yang bisa di daur
ulang. Sebuah pemukiman dapat disebut ramah lingkungan (sustainable
development) bila pengembangannya seimbang antara aspek ekonomi,
ekologi, dan kualitas sosial. (NirwonoJoga), suatu kawasan dapat
3
digolongkan menjadi pemukiman ramah lingkungan apabila memenuhi
beberapa kriteria, diantaranya adalah:
a. Lokasi yang tepat
b. Optimalisasi lahanberimbang
c. Zero water
d. Pengendalian pencemaran udara
e. Zero waste
f. Green building code
2.1.3 Definisi konsep Zero Waste
Defenisi konsep zero waste menurut Sri Bebassari (BPPT, 2003)
dalamYunarti 2004, merupakan konsep pengelolaan sampah secara
terpadu, meliputi proses pengurangan volume sampah dan penanganan
sampah dari sumbernya dengan pendekatan melalui aspek teknologi,
lingkungan, ekonomi, dan peran aktif masyarakat.
2.1.4 Program Green and Clean
Green and Clean adalah program yang digagas untuk mengatasi
permasalahan lingkungan terutama sekali penanganan sampah domestik di
kota-kota tempat program ini diimplementasikan. Kunci utama program
Green and Clean adalah sinergi dari berbagai elemen baik dari sektor
swasta, media, LSM, pemerintah lokal dan yang terpenting adalah komponen
masyarakat.
2.1.4.1 Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah ialah usaha mengatur atau mengelola sampah
dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan sampai pengolahan
danpembuangan akhir (Cipta Karya, 1993). Pengelolaan sampah terdiri dari
2 jenisyaitu pengelolaan setempat (individu) dan pengelolaan terpusat untuk
lingkunganatau perkotaan.
Menurut Kodoatie (2003:217), Sistem pengelolaan sampah perkotaan
4
pada dasarnya dilihat dari komponen-komponen yang saling mendukung
satu dengan yang lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yaitu kota
yang bersih sehat dan teratur. Komponen tersebut adalah:
Aspek teknik operasional (teknik)
Aspek kelembagaan (institusi).
Aspek pembiayaan (finansial);
Aspek hukum dan pengaturan (hukum).
Aspek peran serta masyarakat.
2.1.4.2 RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Ruang Terbuka Hijau, secara umum ruang terbuka publik (openspaces)
di perkotaan terdiridariruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (openspaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman dan vegetasi(endemik maupun introduksi) guna mendukung
manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan
manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-
hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang
terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-
areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi.
Gambar 1. RTH Wilayah Perkotaan
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yangberupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional,maupun RTH non-alami
atau binaan yang seperti taman,lapangan olah raga, dan kebun bunga.
5
2.2 Pendekatan
Dalam metodologi penelitian di makalah ini mengenai pendekatan yang
digunakan dalam konsep penataan pemukiman ramah lingkungan di
kawasan perkotaan terdapat beberapa macam pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan RTH secara arsitektural
2. Pendekatan desain hijau kawasan pemukiman secara sosial-budaya
3. Pendekatan konsep hunian tropis ramah lingkungan
2.2.1 Pendekatan RTH secara arsitektural
Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan
kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota,kebun-kebun bunga,
dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH, juga dapat memiliki
fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong
menjadi lahan pertanian/perkebunan (urbanagricul-ture) dan pengembangan
sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. Dalam
sub-bab yang dibahas di permasalahan penataan kawasan pemukiman
perkotaan, RTH yang dibentuk dan disusun merupakan konfigurasi planologis.
RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk
mengikuti pola struktur suatu wilayah. Misal: RTH pemukiman, RTH kelurahan,
dan lain-lain.
Gambar 2. RTH Kelurahan secara arsitektural
2.2.1 Pendekatan Desain Hijau Pemukiman Secara Sosial-Budaya
Perencanaan tata ruang wilayah perkotaan berperan sangat penting
dalam pembentukan ruang-ruang publik terutama RTH di perkotaan pada
umunya dan dikawasan permukiman pada khususnya. Perencanaan tata ruang
6
Struktur RTH di Perkotaan
HIERARKI FUNGSI DOMINAN
RTH LINTAS WILAYAH GANDA
RTH WILAYAH
RTH SUB WILAYAH
RTH KOTA GANDA
RTH PEMUKIMAN
RTH PERUMAHAN
SOSIAL EKONOMI
SOSIAL
permukiman seyogyanya dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan
yang secara alami harus diselamatkan (kawasan lindung) untuk menjamin
kelestarian lingkungan, kawasan-kawasan yang dikembangkan sebagai ruang
terbuka yang nantinya menjadi desain hijau untuk publik, baik hijau maupun
non-hijau. Ruang terbuka hijau secara umum terkait dengan beberapa
tantangan tipikal perkotaan, seperti menurunnya kualitas lingkungan hidup di
kawasan kota dan di lingkungan permukiman warga, perubahan perilaku sosial
masyarakat yang cenderung kontra-produktif dan destruktif seperti kriminalitas
dan vandalisme. Secara sosial, tingginya tingkat kriminalitas dan konflik
horizontal diantara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak langsung juga
dapat disebabkan oleh kurangnya ruang-ruang kota yang dapat menyalurkan
kebutuhan interaksi sosial untuk pelepas ketegangan yang dialami oleh
masyarakat pemukiman di perkotaan. Pendekatan desain hijau secara sosial
budaya yang lebih menekankan tingkat komunikasi antar masyarakat di RTH
berupa taman, dan beberapa area untuk istirahat dan bermain masyarakat
sekitar.
Gambar 3. Struktur RTH di Perkotaan
7
2.2.3 Pendekatan Konsep Hunian Tropis Ramah Lingkungan
Konsep hunian tropis yakni hunian yang elemen-elemennya dirancang
dan disesuaikan dengan daerah iklim tropis. Hunian tropis akan
mengoptimalkan potensi iklim tropis dan mengurangi dampak iklim tropis. Pada
daerah yang beriklim tropis, penyinaran matahari berlangsung secara terus
menerus setiap harinya sehingga sinar matahari inilah menjadi potensi
melimpah dan bisa dimanfaatkan untuk pencahayaan yang baik. Untuk
pengendalian suhu udara bisa dilakukan dengan memperbesar volume ruang
atap, memperbesar luas ventilasi, penataan ruangan yang bersifat terbuka,
rumah tropis bercirikan sebagai hunian yang memiliki teras lebar, beratap
miring, serta ventilasi yang banyak. Untuk penataan kawasan yang nyaman dan
ramah lingkungan bisa mengadaptasi hunian tropis.
8
BAB 3
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, kami akan membahas tentang contoh kawasan hunian
ramah lingkungan. Untuk contoh kawasan hunian ramah lingkungan kami
mengambil studi kasus di Kelurahan Wonokriyo, Kebumen, Jawa Tengah.
Kelurahan ini mempunyai skenario perencanaan sebagai “Kampung Ramah
Lingkungan” yang berada di pusat aktivitas ekonomi. Kelurahan ini
memanfaatkan potensi yang dimiliki kelurahan untuk mengembangkan
kawasannya sebagai contoh penataan kawasan hunian ramah lingkungan.
3.1 Kelurahan Wonokriyo
3.1.1 Letak Geoografis
Kelurahan Wonokriyo berada di Kecamatan Gombong, Kabupaten
Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Kelurahan Wonokriyo memiliki 5
dusun/lingkungan yang terdiri dari Dusun Kepodang Dusun Wonosari Dusun
Kendal Growong Dusun Kedung Ampel Utara, Kedung Ampel Selatan dan
memiliki 9 RW dan 44 RT. Kelurahan/desa ini terletak di dataran yang
memiliki luas wilayah 121 ha dengan dengan beriklim tropis.
Posisi Kelurahan Wonokriyo berbatasan dengan:
Desa Semanding di sebelah utara
Desa Kali Tengah di sebelah selatan
Kelurahan Gombong di sebelah timur
Desa Semondo di sebelah barat
Gambar 4. Peta letak Geografis kelurahan Wonokriyo
9
3.1.2 Potensi dan Masalah
Dalam sebuah kawasan atau wilayah, pasti mempunyai potensi dan
maslah. Begitu pula di kelurahan Wonokriyo, terdapat potensi dan masalah
di kelurahan ini. Berikut potensi dan masalah di kelurahan Wonokriyo:
Potensi
1. Berada pada jaringan jalan lintas kabupaten (Yogyakarta-Purworejo-
Cilacap/Purwokerto → jalur utama Pulau Jawa bagian selatan/Pantai
Selatan);
2. Sebagai pusat pelayanan di SWP II Kabupaten Kebumen;
3. Topografi tanah relatif datar;
4. Terdapat drainase primer;
5. Letak yang berada relatif di tengah-tengah dari kawasan perkotaan
Gombong;
6. Terdapat kegiatan perdagangan dan jasa yang menunjang aktivitas ekonomi;
7. Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang mendukung perkembangan wilayah
kota dan regional.
Masalah
1. Sampah.
2. Kawasan Kumuh di Bantaran Sungai.
3. Minimnya Ruang Terbuka Hijau sebagai aktifitas kegiatan sosial.
Gambar 5. Potensi kawasan di kelurahan Wonokriyo
10
4. Permukiman padat.
5. PKL yang kurang teratur dan melanggar fasilitas umum.
6. Reklame dan rambu jalan yang tidak tertata.
7. Penerangan Jalan.
8. Tidak adanya Water Hidran untuk antisipasi bahaya kebakaran.
3.1.3 Skenario Perencanaan Kawasan
Dalam skenario perencanaan kawasan kelurahan Wonokriyo, terdapat 4
rencana untuk pengembangan kawasan di kelurahan ini, yaitu:
1. Kawasan Green and Clean dengan kegiatan pengolahan sampah rumah
tanggan dan komunal. Selain itu dibangun RTH sebagai kawasan
penghijauan di kelurahan Wonokriyo. Perbaikan sanitasi pun juga dilakukan
dalam rencana ini. Kawasan Green and Clean ini terdiri dari RW 3, RW 4,
RW 6, RW 7, RW 8, dan RW 9 kelurahan Wonokriyo.
2. Di RW 1 kelurahan Wonokriyo direncanakan penataan kawasan hijau
dengan penataan RTH, pengolahan sampah, perbaikan jalan, dan perbaikan
sarana sanitasi.
3. Di Jl. Yos Sudarso, Wonokriyo akan direncanakan untuk penataan kawasan
pedagang kaki lima (PKL) untuk memenuhi peningkatan kegiatan dan
pertumbuhan ekonomi di kelurahan Wonokriyo.
4. Perencanaan program “Kampung Ramah Lingkungan” di RW 5 yang didanai
cukai pabrik rokok di kelurahan Wonokriyo.
Gambar 6. Skenario Perencanaan Kawasan kelurahan Wonokriyo
11
Gambar 7 dan 8. Spot rencana penataan kawasan hunian ramah lingkungan di
Kelurahan Wonokriyo
12
3.2 Hasil Diskusi
Pada pembahasan tema ini, dijelaskan hasil diskusi beberapa perwakilan
kelompok yang bertanya jawab sehubungan dengan tema yang kami
dapatkan yaitu Pengembangan dan Penataan Kawasan Hunian Ramah
Lingkungan di Perkotaan.
Diskusi pertama
Membahas mengenai resapan air hujan di lingkungan ITS. Resapan air di
ITS menurut kami belum memadai karena ITS dibangun di area tanah rawa
sehingga kandungan air, apalagi saat musim hujan cenderung naik ke
permukaan. Minimnya lubang drainase yang ada di ITS juga menyebabkan
air menjadi tergenang saat musim hujan tiba. Tapi dari ITS sudah melakukan
usaha dengan tidak menggunakan aspal sebagai penutup jalan, tetapi
menggunakan paving, sehingga air tetap bisa terserap ke dalam tanah.
Selain itu terdapat beberapa kolam penampungan di ITS yang letaknya di
depan jurusan Statistika, di Graha Sepuluh Nopember, di Asrama
Mahasiswa ITS, di Perumahan dosen Blok J, dan beberapa tempat lain.
Diskusi kedua
Membahas mengenai apakah daerah Gebang bisa menjadi kawasan hunian
ramah lingkungan. Kawasan Gebang sulit untuk dijadikan kawasan hunian
ramah lingkungan, hal ini disebabkan area Gebang sudah tumbuh secara
informal. Penduduk daerah Gebang sendiri kebanyakan adalah pendatang
luar Surabaya. Jika ingin menciptakan suasana hijau, bisa dimulai dari setiap
rumah tangga menanam pohon di halaman rumah atau pengadaan RTH
dengan metode potase.
13
BAB 4
KESIMPULAN
Kecenderungan terjadinya penurunan kualitas ruang terbuka public di
kawasan permukiman, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun
terakhir sangat signifikan. RTH yang ada sebagian besar telah dikonversi
menjadi infrastruktur perkotaan se-perti jaringan jalan, gedung-gedung
perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan permukiman baru.
Dalam upaya mewujudkan kawasan hunian yang nyaman dan ramah
lingkungan, produktif dan berkelanjutan, maka sudah saatnya kita
memberikan perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang terbuka
public, khususnya RTH. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain
dengan penyediaan ruang terbuka hijau, serta upaya-upaya dalam skala
kecil yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri seperti menanam
pohon atau tanaman perdu, selain udara menjadi lebih sejuk, polusi udara
juga bisa dikurangi. Untuk menutupi kekurangan tempat menyimpan
cadangan air tanah, setiap keluarga bisa melengkapi rumahnya, yang masih
memiliki sedikit halaman, dengan sumur resapan.
14