Cita Cita Menjadi Pengarang Novel
-
Upload
rizki-armando-putra -
Category
Documents
-
view
46 -
download
11
Transcript of Cita Cita Menjadi Pengarang Novel
MENAKLUKKAN DUNIA SASTRA DENGAN MENGGAPAI
CITA-CITAKU SEBAGAI PENGARANG NOVEL
TUGAS MENGARANG
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia :
Disusun oleh:
INTAN ULLA AL-KARIMAH No.Absen:
SEKOLAH MENENGAH ATAS AL-FALAH
KETINTANG-KOTA SURABAYA
OKTOBER 2013
MENAKLUKKAN DUNIA SASTRA DENGAN MENGGAPAI
CITA-CITAKU SEBAGAI PENGARANG NOVEL
Oleh: Intan Ulla Al-Karimah
Semua orang pasti mempunyai mimpi dan cita-cita. Semua kesuksesan
berawal dari mimpi yang dijadikan kenyataan dengan ikhtiar dan doa. Saya pun
juga merupakan seseorang yang mempunyai mimpi dan cita-cita yang ingin
dicapai. Walaupun pada awalnya, karena saya termasuk dari salah satu orang yang
sangat mudah tertarik akan suatu hal yang baru, hampir setiap saat cita-cita saya
berganti,. Saat saya sedang menggemari manga (komik jepang) misalnya, saya
bercita-cita ingin menjadi mangaka (pengarang komik jepang), saat sedang
tertarik dengan fotografi, cita-cita saya berubah menjadi seorang fotografer,
sedangkan saat saya sedang senang-senangnya bermain game (terutama game
RPG), cita-cita saya berubah lagi menjadi seorang (game) character designer, dan
cita-cita saya terus berubah seperti itu.
Hingga jenjang sekolah menengah pertama, saya masih tidak memiliki cita-
cita yang pasti, tetapi Alhamdulillah begitu saya masuk ke jenjang sekolah
menengah atas, pada akhirnya saya mendapatkan cita-cita yang insya allah
merupkan cita-cita saya yang sesungguhnya yang akan saya perjuangkan. Cita-
cita saya itu adalah menjadi seorang pengarang cerita, atau yang bisa disebut juga
sebagai seorang penulis atau novelis. Cita-cita sebagai penulis ini juga sempat
menjadi bagian dari salah satu cita-cita saya yang dulu sering berubah-rubah dan
tergantikan oleh cita-cita baru lainnya. Ini disebabkan karena dulu saya merasa
tidak percaya diri bisa menjadi seorang pengarang, karena jujur saja, saya
sebenarnya tidak pandai menulis.
Alasan saya memilih pekerjaan sebagai seorang pengarang sebagai cita-cita
saya adalah, karena sedari kecil saya memiliki imajinasi yang besar. Karena
imajinasi ini lah saya menjadi suka membayangkan sesuatu dan mengarang
sebuah cerita. Berawal dari sebuah kata atau peristiwa kecil, saya membuat
kelanjutan cerita dengan imajinasi sendiri. Mengarang cerita dengan kendali
penuh di tangan kita, membuat dunia baru yang dapat dengan bebas kita
bayangkan ingin menjadi seperti apa, menciptakan karakter sesuai yang kita
inginkan, hal-hal seperti ini memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya.
Berbeda dengan hobi lainnya, hobi mengarang sangat spesial bagi saya,
karena selain hobi mengarang memberikan sesuatu kepada saya (yang bisa berupa
kesenangan, dan lain lain), saya pun juga memberikan sesuatu kepada cerita yang
kita karang. Setiap dunia yang kita buat, setiap tokoh yang kita ciptakan,
semuanya kita beri kehidupan. Maka dari itu, tidaklah salah bila seseorang
mengatakan bahwa sebuah cerita itu “hidup”. Semakin seorang penulis
memikirkan tentang tokoh yang ia ciptakan, semakin hidup dan berharga pula
tokoh itu, seperti yang dikatakan sebuah kutipan dari cerita The Cat Returns,
“Setiap kali seseorang menciptakan sesuatu dengan sepenuh hati mereka, maka
ciptaan itu diberikan jiwa.” Meskipun misalnya ada sebuah cerita yang kita tidak
lanjutkan—apakah itu karena tidak ada waktu, tidak ada ide lagi, ataupun yang
terburuk adalah karena malas—setidaknya dalam situasiku sebagai pengarang
amatir, saya tetap membuat akhir dari cerita itu di kepala saya.
Karena semua inilah saya bercita-cita untuk menjadi seorang pengarang
yang dapat menghidupkan berbagai macam tokoh dan dunia. Dan tentunya, dapat
membagi cerita itu kepada orang lain di sekitarku sehingga mereka juga akan
dapat merasakan kehidupan yang ada di dalamnya. Tetapi tentu saja semua hal
yang saya inginkan ini tidak akan tercapai bila saya tidak melakukan ikhtiar dan
doa. Seperti yang dikatakan di buku The Girl’s Book of Succes, ketika kau melihat
seorang pemain basket memainkan basket di TV, kelihatannya mudah sekali. Apa
yang tidak kau lihat adalah banyaknya jam, hari, bulan, tahun—terkadang
sepanjang hidupnya—dengan kerja keras, dan bersedia menghadapi tantangan.
Ya, kita harus bekerja keras untuk mencapai yang terbaik.
Pertama-tama saya akan melakukan hal yang terpenting terdahulu, yaitu
latihan. Mau sepintar apapun seseorang, bila tidak melakukan kerja keras dan
mengasah otaknya dengan latihan, maka akan sia-sia saja kepintarannya itu.
Karena dulu saya menganggap mengarang itu sebagai sebuah hobi saja, maka
saya hanya mengarang di waktu saya ingin mengarang, dan berhenti jika saya
sudah bosan atau capek. Mungkin memang hobi itu untuk bersenang-senang,
dengan kebebasan melakukan hal yang kita sukai di waktu senggang. Tetapi
karena sekarang saya sudah bertekad untuk menjadi pengarang yang professional,
kegiatan mengarang tidak lagi hanya sebatas hobi.
Usaha disebut dengan “perjuangan”, dan “kerja keras” karena yang kita
lakukan untuk itu adalah mengeluarkan pengorbanan sebesar mungkin. Saya tidak
bisa hanya meinginginkan kesenangan saja. Saya tidak boleh mengarang hanya
karena sedang mood lagi, saya harus menahan diri dan juga segala keegoisan serta
keinginan yang tidak terlalu penting saya, agar dapat meraih apa yang saya
inginkan.
Tidak hanya latihan menulis, saya juga harus latihan untuk mengarang cerita
yang bervariasi. Walaupun dari dulu saya sudah terbiasa mengarang, tidak berarti
saya bisa bersantai-santai dalam hal ini. Tidak seperti saat mengarang masih
merupakan hobi semata, saya tidak boleh memaksakan kehendak untuk menulis
cerita yang saya suka suja. Karena kesukaan dan pendapat orang itu berbeda-beda,
ada kemungkinan akan ada beberapa orang yang tidak suka ataupun tertarik
dengan cerita yang saya buat. Karena itu saya juga harus memerhatikan apa yang
pembaca suka. Seorang pengarang mendapat kepuasan dari kebahagian pembaca
yang membaca ceritanya. Bila pembaca itu tidak menyukai cerita yang dibuat oleh
sang pengarang, maka hal itu merupakan salah satu kesalahan pengarang yang
harus ia perbaiki nantinya, karena demi pembaca yang bersedia membaca dan
membayangkan dunia yang kita buat, kita pun harus memberikan cerita yang
terbaik untuk mereka.
Selain latihan mengarang dan menulis, saya juga harus memperbanyak
membaca buku. Kita tentu pernah mendengar kalimat “Penulis harus banyak
membaca”. Ini disebabkan karena membaca buku dapat memberikan banyak hal
positif terhadap seorang penulis. Dengan membaca banyak buku, seseorang dapat
memperbanyak kosakata yang ia punya. Tidak hanya itu, membaca buku juga
dapat menjadi refrensi untuk mengarang; bagaimana cara menulis yang baik,
bagaimanakah cerita yang dapat menarik minat membaca, dan lainnya. Membaca
juga dapat memberikan inspirasi serta ketenangan yang dibutuhkan saat seorang
pengarang terkena writer block, yang merupakan suatu kondisi di mana seorang
penulis kehilangan kemampuan untuk menghasilkan karya baru. Tidak hanya
buku novel yang harus saya baca, saya juga harus membaca buku-buku yang
dapat membantu saya dalam mewujudkan cita-cita saya ini. Misalkan, seperti
buku yang berisi tips-tips dan bantuan, buku berisi kata dan cerita motivasi yang
mungkin akan kubutuhkan nanti, dan buku bahasa Indonesia yang dapat
membantuku dalam penggunaan tanda baca dan penulisan yang benar lainnya.
Mungkin buku-buku seperti ini sedikit membosankan, tetapi sebenarnya buku-
buku ini akan sangat bermanfaat bagi saya, sehingga saya harus memperbanyak
membaca buku-buku sejenis ini juga.
Di luar dari semua usaha dan latihan untuk menjadi pengarang yang dapat
membuat cerita yang berkualitas, saya pun harus rajin belajar, karena tujuan
utama saya sekarang adalah lulus dari sekolah menengah dengan hasil yang
memuaskan. Dengan begitu saya dapat masuk ke universitas yang saya inginkan
dan meraih mimpi saya. Untuk mencapai hal itu saya harus menghilangkan sifat
buruk saya sedari kecil, yang tidak lain adalah malas. Saya pun juga harus
mengurangi waktu bermain saya yang terkadang terlalu berlebihan, dan
memperbanyak belajar untuk memperlancar saya naik ke kelas 2 dan masuk ke
kelas IPA seperti yang saya inginkan, karena saya menyukai biologi. Selain itu,
saya juga harus menguatkan tekad dan mental, karena tanpa tekad dan mental
yang kuat, suatu saat saya akan terjatuh karena tidak bisa mengatasi masalah yang
menghadang.
Dengan semua ikhtiar ini ditambah dengan doa kepada Allah SWT dengan
sungguh-sungguh, maka saya yakin segala mimpi dan cita-cita saya dapat saya
raih dengan lebih mudah. Setelah itu saya akan menyerahkan segala sesuatunya ke
tangan Allah. Apapun yang akan terjadi, baik itu hal baik ataupun buruk adalah
kehendak-NYA.