Cinta Kristal - Monolog
description
Transcript of Cinta Kristal - Monolog
-
CINTA KRISTAL KARYA : Jania Nurdela
(Diedit oleh: Muhammad Amirul Mukmin bin Mohd Nazri) TEMA: CINTA
SETTING : SEBUAH RUANG YANG TIDAK BEGITU BESAR, ADA SEBUAH MEJA KAYU DI
SUDUT KIRI RUANGAN BESERTA SEBUAH KURSI YANG TERSIMPAN DI BELAKANG
MEJA. DI ATAS MEJA ITU ADA SEBUAH PIRING PLASTIK BERISI MAKANAN DAN
SEGELAS AIR YANG TERLETAK TAK JAUH DARI PIRING ITU, SERTA BUKU-BUKU
PELBAGAI SAIZ DAN KETEBALAN DI SUDUT KANAN MEJA DAN SEBUAH BINGKAI
GAMBAR DI SUDUT KIRI MEJA TERSEBUT. DI BAHAGIAN KANAN RUANG ADA SEBUAH
PINTU YANG MENGHUBUNGKAN RUANGAN TERSEBUT DENGAN RUANG LAIN.
WAKTU ITU LEBIH KURANG JAM LIMA PETANG, DI MANA MATAHARI SUDAH HAMPIR
TERBENAM. AMIRUL MASUK DARI PINTU TERSEBUT, KEMUDIAN BERJALAN PELAN
SAMBIL MELIHAT KE KANAN KE KIRI SEPERTI ORANG YANG KEHAIRANAN. KEMUDIAN
DIA DUDUK DI KURSI YANG TERLETAK DI BELAKANG MEJA KEMUDIAN MENEGUK AIR
MINERAL DALAM GELAS YANG TERLETAK DI ATAS MEJA ITU SAMPAI HABIS.
AMIRUL TERMENUNG, SESEKALI DIA MEMUKUL-MUKUL KEPALA LALU MENGGELENG
DAN KADANG-KALA DIA MENGGARU KEPALANYA.
Mengapa badai tak kunjung reda? Mengapa hujan terus mendera? Mengapa ??
(KEMUDIAN MENUNDUK KEMBALI)
MENGANGKAT GELAS YANG TELAH KOSONG ITU KEMUDIAN MELETAKKANNYA
KEMBALI
Ana..Ana..ambilkan segelas air..
TIDAK ADA JAWAPAN
Ana..adakah kamu pekak?
TETAP TIDAK ADA JAWAPAN
Ana..
(BERTERIAK)
Aaaah..leherku kering seperti diserang kemarau panjang
Ana..
DIA MEREBAHKAN TUBUHNYA DI ATAS KERUSI DAN MENGHELA NAFAS PANJANG
-
Ana..kenapa denganmu hari ini? Kenapa engkau tak segera melaksanakan perintahku seperti
biasa? Malah aku memanggil pun tiada balasan.
MEMEJAMKAN MATANYA SEJENAK DAN MEMBUKA MATANYA KEMBALI, KINI DIA
TERLIHAT SEPERTI ORANG YANG KETAKUTAN, DIA MENCARI-CARI BINGKAI GAMBAR
YANG TERLETAK DI ATAS MEJA, MENGAMBILNYA, DAN KEMUDIAN DITATAPNYA
BINGKAI GAMBAR YANG TERSELIT FOTO ANA DI DALAMNYA.
Ana..
(DENGAN SUARA SEDIH, KEMUDIAN MATANYA MULAI BERGENANG AIR MATA)
Ana, mengapa kau biarkan langit membunuh semua bintang dan menjatuhkan rembulan ke
dasar bumi, kemudian daun-daun yang hijau berubah menjadi arang. Hujan tak pernah reda,
dan awan hitam tak juga terlepas dari dadaku
(MEMELUK BINGKAI GAMBAR ITU)
Ana, kau biarkan sebatang pohon hidup sendiri di tengah padang pasir..mengapa kau pergi
Ana?
Ana
(MELEMPARKAN SEMUA BUKU YANG BERADA DI ATAS MEJA ITU DENGAN PERASAAN
MARAH)
Aku marah padamu Anakau tahu tak?
(MEMUKUL-MUKUL KEPALANYA)
Mengapa kau tak berikan aku kesempatan untuk mengubah bunga yang layu menjadi permata?
Kau tak pernah mengizinkan aku menggantikan sirip-siripmu yang patah dengan sayap yang
indah? Mengapa tak sempat kau izinkan aku menghentikan segala siksaanku padamu Ana?
Aku sungguh mencintaimu, tapi seumur hidupku kau tak pernah dapatkan cinta itu..cintaku yang
seumur hidupmu mengkristal dan perlahan mencair semenjak kau pergi..seumur hidupmu aku
hanya bisa menyuruhmu ini dan itutanpa mempedulikan kau letih atau tidak, bahkan kau
menangguhkan waktu makanmu demi menyuapkan aku..
(MATANYA KEMBALI MEMERAH)
TIBA-TIBA TERDENGAR ALUNAN SUARA DARI KOTAK MUZIK MILIK ANA
Suara ini ?
Ana ?
Ini tidak mungkin, dia sudah mati..Burung-burung yang setiap hari bernyanyi pun tahu engkau
sudah mati..
(DIAM KEMUDIAN TERTAWA)
Hahaha..Ana..kau sudah pergi..
-
(MENANGIS SAMBIL SESEKALI TERTAWA)
Aah..ada apa dengan fikiranku ini? Ana..kau telah terbang bersama mega-mega, menyeberangi
dinding yang tak bisa aku tembus..dari dasar hatiku aku ingin sekali menebus segala badai
penyesalanku ini dan mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu Ana..
(BERDIRI KEMUDIAN MEMBONGKOK DAN MEMUNGUT KEMBALI BUKU-BUKU YANG
TELAH DILEMPARKANNYA)
Kau sabar, kau tak pernah mengeluh walaupun setiap malam aku menyuruh kau untuk
mengemas buku-buku yang bertebaran di setiap sudut ruangan ini..Bahkan buku-buku ini juga
pernah aku pakai untuk memukul kepalamu..tapi kau selalu berkata, setiap pendakian akan
sampai pada suatu puncak, setiap sungai yang kau susuri akan berujung pada suatu
muara..dan jika suatu saat kau letih, akan kau biarkan arusnya menghanyutkanmu sampai ke
muara itu dengan sendirinya..
(BERDIRI KEMBALI DAN MERAIH BINGKAI GAMBAR YANG TERSIMPAN DI ATAS MEJA
DAN MENATAPNYA DALAM-DALAM)
Kau telah letih Ana, Kau dah letih mengarungi lautan siksaku sedang kau selalu dahagakan
setitik cinta agar lautan nila itu dapat kembali menjadi air susu..tapi kau menyadari bahawa
impianmu itu seperti mengukir di udara..
(MEMELUK BINGKAI GAMBAR ITU ERAT-ERAT)
Kau letihkalau begitu tidurlah kau di bawah pohon Baringtonia asiatica (Pohon Perdamaian)
bersama burung-burung yang setiap saat bernyanyi untukmu..