Ciliwung Merdeka

46
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Komunitas Warga Bukit Duri RW 012 Kel. Bukit Duri, Kec. Tebet, JakSel Kampung Pulo RW 02 & RW 03, Kel. Kampung Melayu, Kec. Jatinegara, JakTim Sekretariat Ciliwung Merdeka: Jl. Kebon Pala II No 7C, RT/RW: 04/04, Kel. Kampung Melayu, Kec. Jatinegara, Jakarta Timur Tel/Fax: 021-85900310, Email: [email protected] Kontak: I. Sandyawan Sumardi (HP: 081298880010, [email protected]) :

Transcript of Ciliwung Merdeka

Page 1: Ciliwung Merdeka

Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Komunitas WargaBukit Duri RW 012 Kel. Bukit Duri, Kec. Tebet, JakSel

Kampung Pulo RW 02 & RW 03, Kel. Kampung Melayu, Kec. Jatinegara, JakTim

Sekretariat Ciliwung Merdeka:Jl. Kebon Pala II No 7C, RT/RW: 04/04, Kel. Kampung Melayu, Kec. Jatinegara, Jakarta Timur Tel/Fax: 021-85900310, Email: [email protected]: I. Sandyawan Sumardi (HP: 081298880010, [email protected]) :

Page 2: Ciliwung Merdeka

Ciliwung Merdeka (CM) didirikan pada tanggal 13 Agustus 2000 dan secara resmi menjadi badan hukum pada tanggal 13 Mei 2008 sebagai Yayasan Ciliwung Merdeka.

CM adalah sebuah wahana gerakan kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Komunitas Kerja yang terdiri dari anak, remaja dan warga Bukit Duri bantaran sungai Ciliwung RT 005, 006, 007, 008 RW 012, Kel. Bukit Duri, Kec. Tebet, Jakarta Selatan dan Kampung Pulo RT 009, 010, 011 RW 003 Kel. Kampung Melayu, Kec. Jatinegara, Jakarta Timur bersama para pendamping Jaringan Kerja Kemanusiaan CM.

CM diselenggarakan untuk menghadapi tantangan utama kehidupan anak, remaja dan warga Bukit Duri yaitu hambatan, kepungan dan ketidakadilan struktural-vertikal dalam bidang sosial-ekonomi-politik-budaya, dalam wujud proses pembodohan, pemiskinan dan ketidakpastian hidup di bidang pendidikan, pekerjaan dan lingkungan hidup, yang mereka hadapi setiap hari di setiap lini kehidupan. Sudah 11 tahun lebih komunitas warga Bukit Duri didampingi dan difasilitasi Ciliwung Merdeka melalui program-program pemberdayaannya dalam hal tumbuhnya kesadaran, solidaritas dan sikap swadaya komunitas warga untuk mewujudkan perubahan kualitas hidup yang lebih bermartabat

Page 3: Ciliwung Merdeka
Page 4: Ciliwung Merdeka
Page 5: Ciliwung Merdeka

Kampung kita itu…

USumber Peta: Google

Pasar Jatinegara

Sekolah St. Maria

RW 01

JAKTIMKAMPUNG PULOJAKSEL

BUKIT DURI

Depo KA

PERMUKIMANBUKIT DURI & KAMPUNG PULO

Sungai Ciliwung

Normalisasi Sungai: Pelebaran & Pengerukan

RENTAN TERHADAP SALAH KOMUNIKASI DENGAN RENCANA PEMERINTAHTIDAK ADA PROSES SOSIALISASI YANG LAYAK ANTARA PEMERINTAH & KOMUNITAS.

Rencana Pemerintah DKI Jakarta & Pusat 2012-2014: Pelebaran sungai Ciliwung menjadi 50m.

Warga di relokasi ke RUSUNAWA di kawasan Berlan, Matraman, Jakarta Timur dgn biaya sewa Rp. 300.000,-/bln minus listrik & air (pasca 2 tahun)

Page 6: Ciliwung Merdeka

“Ruang sisa” (terrain vague) adalah ruang yang serba tidak jelas dari segi geometri ruang, penggunaan, kepemilikan dan pencapaian ini sering dipandang secara negatif. Bagaimanapun juga, ruang-ruang yang ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan sebuah metropolis. Sebuah metropolitan yang telah mengalami pertumbuhan yang panjang merupakan tumpukan berbagai lapisan sejarah (palimpsest). Ruang-ruang sisa tadi walaupun bukan dihasilkan dari produk yang direncanakan atau bagian yang terabaikan dari perencanaan, akan tetap memiliki makna tertentu bagi masyarakat metropolis itu. Ketika kita memasuki Jakarta sebagai metropolitan, kita saksikan pemandangan, betapa masih begitu banyaknya “lahan-lahan tidur” milik negara atau pemilik modal yang sama sekali tak dimanfaatkan. Kita saksikan kawasan pelabuhan yang sudah mengalami degradasi akibat perubahan teknologi, ruang-ruang sisa di antara persilangan jalan bebas hambatan, ruang-ruang di antara bangunan industri yang tidak jelas pemanfaatannya, perumahan kumuh dibantaran kali dan ruang-ruang terlantar lainnya sering menjadi pemandangan umum. Apabila kita mulai mengelilingi Jakarta di atas jalan tol, maka kita dengan mudah melihat ruang-ruang residual di atas tersebar di sepanjang jalan itu. Ruang sisa adalah ruang-ruang kosong yang de facto tidak dimanfaatkan di wilayah perkotaan seperti Jakarta ini, setelah para pengembang dan pemilik modal atau pemerintah berlomba “mengambil”, “merebut” dan “menguasai” sebagian besar ruang-ruang publik yang seharusnya diselenggarakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak. Komunitas-komunitas warga pinggiran di Bukit Duri dan Kampung Pulo adalah komunitas-komunitas warga masyarakat yang tinggal di “ruang sisa”, pinggiran sungai dan pinggiran rel kereta api, berpenduduk padat, dengan rumah hunian yang sekaligus tempat kerja saling berdesakan. Mereka adalah warga “survivors” sektor informal yang tinggal di tanah labil, yang sudah begitu lama mendapatkan stigma negatif sebagai kambing hitam ketidakberesan bahkan “dimusuhi” dalam sistem pengelolaan tata kota Jakarta. Mereka adalah para warga yang perikehidupannya senantiasa tidak pasti (sewaktu-waktu bakal digusur-paksa) dan pada kenyataanya cenderung selalu mendapat perlakuan tidak adil dengan diisolasi/diasingkan dari akses sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, terutama oleh pihak jaringan kekuasaan bisnis ekonomi, birokrasi negara dan kekuasaan politik partai.

Komunitas “Ruang Sisa”

Page 7: Ciliwung Merdeka

Manusia Miskin

Bagaimana kami, Ciliwung Merdeka memandang kaum miskin atau kaum korban kelompok-kelompok masyarakat yang tidak diuntungkan, sebagai subyek pelayanan utama?

a. Kaum miskin ternyata tak kalah rasional dalam hal mengingat, menimbang, dan memutuskan perkara-perkara yang menyangkut harkat hidup dan mati mereka.

b. Kaum miskin sering kali merupakan aktor sekaligus interpretator sejarahnya sendiri. Mereka cenderung mengembangkan caranya sendiri dalam mencoba memahami segala peristiwa hidup, benda-benda dan alam sekitarnya.

c. Kaum miskin senantiasa cenderung akan menolak tawaran inovasi yang tak mungkin diintegrasikan ke dalam tata nilai serta tata kebutuhan yang ada.

d. Kestabilan mantap dalam cara hidup kaum miskin ternyata sering merupakan hasil penalaran dan mekanisme mempertahankan diri yang telah teruji demikian lama.

e. Miskin hidupnya serba tergusur, namun kaum miskin tak akan pernah berhenti berjuang untuk mewujudkan eksistensi hidupnya menuju ke suatu kepenuhan. Dan kepenuhan ini tak dapat diartikan secara tepat, kecuali oleh mereka sendiri. Maka sikap kita selayaknya adalah: mau memahami dan menghargai cara perjuangan mereka yang khas, dan menjauhkan diri dari segala kecenderungan untuk bergatal tangan, mendikte mereka dengan segala macam inovasi yang sebenarnya berasal dari luar kehidupan mereka. Segala macam upaya konsientisasi hanya dapat dibenarkan, sebagai ajakan untuk bangkit bersama dan membangun bersama.

f. Pengalaman keterlibatan di lapangan senantiasa mengatakan bahwa akhirnya kaum miskin sendirilah yang paling punya hati dan daya untuk membantu perjuangan kabangkitan sesama kaum miskin. Maka kalau kita ingin membantu mereka, yang pertama-tama harus dibangun adalah jaringan solidaritas diantara mereka sendiri untuk menggalang kekuatan mereka.

g. Dengan prioritas pelayanan para jaringan solidaritas kaum miskin itu, kita dapat menghindari munculnya ekses berupa sikap ketergantungan mereka pada pribadi atau lembaga kita (yang sering nampak pada sarana finansial dan inovasi spektakuler), sebaliknya kita memberikan pendampingan dan kesempatan seleluasa mungkin demi semakin bertumbuhnya sikap mandiri dan serta sikap swadaya yang sehat dan alamiah pada mereka. Dengan menomorduakan bantuan karitatif, kita justru mempunyai kesempatan untuk lebih hadir sebagai saksi penuh simpati atas pengalaman perjuangan hidup mereka untuk semakin menjadi aktor dan interpretator dari proses dan sejarah kebangkitan hidup mereka sendiri. Kemandirian, sikap swadaya dan swakarsa mereka, itulah tujuan pokok dari segala macam partisipasi pelayanan sosial kita.

Page 8: Ciliwung Merdeka

Berdasarkan pengalaman pendampingan sejauh ini, Ciliwung Merdeka melihat beberapa bentuk pelanggaran hak asasi manusia sipol dan Ekosob yang dilakukan baik oleh negara maupun pihak swasta/perusahaan-perusahaan korporasi terhadap warga sipil, terutama komunitas-komunitas kaum miskin di negeri ini:

a. Memandang kemiskinan dan kondisi keterbatasan para korban sebagai kejahatan (stigma) yang dikriminalkan. Karenanya, mereka pantas menderita akibat kejahatan mereka sendiri.

b. Tidak mengakui hak kaum korban sebagai warga negara yang pantas dilindungi hanya karena tidak ber-KTP.

c. Melakukan penggusuran dan pengusiran paksa secara brutal dengan kekerasan (penembakan, pemukulan, penganiayaan), pembakaran, penjarahan dlsb.

d. Menghilangkan hak hidup (hak atas tempat tinggal, pekerjaan dan penghidupan yang layak) tanpa ada alternatif sama sekali.

e. Membiarkan korban terlantar tanpa bantuan apapun. f. Menghancurkan sistem kekerabatan dan akar kebudayaan yang merupakan sistem bertahan

mereka dari kemiskinan dan kesulitan hidup. g. Menjadikan penggusuran sebagai proyek bernilai milyaran. h. Menggunakan agama sekadar sebagai alat legitimasi, sehingga mampu menarik dukungan

rakyat beragama. i. Menggemakan nasionalisme sempit; memasukkan dalam pikiran rakyat bahwa yang menjajah

atau menindas mereka adalah bangsa lain. j. Menjadikan asas kekeluargaan sebagai wujud pencarian legitimasi. Suatu bangsa diibaratkan

sebagai suatu keluarga besar, di mana pemerintah adalah bapak keluarga dan rakyat adalah anak-anaknya. Sehingga pemerintah harus dihormati.

k. Menutup erat-erat informasi yang diberikan kepada rakyat, dengan menciptakan kebungkaman, ketakutan, dan mekanisme kontrol pers dewasa ini untuk tidak menyuarakan kebenaran sejati.

l. Mengkooptasi lembaga-lembaga sosial kemaysrakatan termasuk NGO-NGO dan juga lembaga-lembaga penyalur aspirasi rakyat, seperti DPRD, DPR, dan bahkan Partai-Partai Politik.

m. Menutup kemungkinan bagi para mahasiswa untuk dapat berpolitik praktis di luar kampus, sehingga menimbulkan keraguan, kegagapan dan apatisme mahasiswa sebagai kaum intelektual.

n. Membuai masyarakat dengan teror mitos-mitos elitisme pembangunan, sekaligus memanipulasi momen-momen kritis dalam masyarakat.

Berbagai Bentuk Pelanggaran HAM terhadap Kaum Miskin

Page 9: Ciliwung Merdeka

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Konsep ini merupakan bentuk penghargaan terhada manusia atau dengan kata lain “memanusiakan manusia”. Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula “korban pembangunan” menjadi “pelaku pembangunan”. Perpektif pembangunan memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas. Pemberdayaan partisipatif meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan kemandirian. Model pemberdayaan didasarkan pada kenyataan situasi kongkret manusia yang menderita, tertindas dan berjuang untuk suatu kebebasan. Inti metodenya adalah praxis, bukan sebagai penerapan teori, melainkan sebagai landasan teori yang selalu muncul dan mengoreksi diri. Asumsi dasarnya adalah suatu kebenaran baru diketahui dan menjadi sah dalam aksi dan tindakan. Maka pengalaman akan masalah ”kebenaran”, ”Keadilan”, ”perdamaian”, ”demokrasi” pada umumnya diartikan bukan sebagai hal intektual melainkan harus merupakan pengalamam praksis di dunia. Hanya dalam dan melalui proses peralihan dan perubahan praktis (artinya dalam aksi dan tindakan) kita sungguh-sungguh memperoleh jalan menuju ”kebenaran”, ”Keadilan”, ”perdamaian”, dan ”demokrasi”. Implikasi dari model gerakan pemberdayaan ini adalah: a. Model gerakan pemberdayaan ini senantiasa unik dan otentik, tidak bisa hanya dengan perwujudannya

yang mulai dengan dogma atau simbol, melainkan harus dengan perwujudannya yang kongkret dalam praxis keterlibatan historis.

b. Tidak seluruh syarat bagi kemungkinan suatu tuntutan bahwa model gerakan pemberdayaan ini senantiasa harus normatif telah terpenuhi. (”kebenaran”, ”Keadilan”, ”perdamaian”, dan ”demokrasi” tak mungkin terwujud sepenuhnya di dunia ini).

c. Tanpa harus memandang nilai-nilai yang ditawarkan sebagai satu-satunya norma, keterlibatan kita dalam proses pemberdayaan yang dialogis dan otentik tidak terpengaruh.

d. Model gerakan pemberdayaan ini senantiasa memberi kemungkinan pengakuan adanya nilai-nilai kebenaran, keadilan dan perdamaian di luar komunitas kita. Sebab dasar dan norma bagi nilai-nilai kebenaran, keadilan dan perdamaian adalah praksis yang membebaskan.

Gerakan Pemberdayaan

Page 10: Ciliwung Merdeka

Ilmu Sosial, Ekonomi, Budaya, Politik, Hukum, Arsitektur

Ekspresi, Perwujudan, Pameran

Pendataan/Riset Analisis SWOT/ Total Quality

Analysis Pengalaman “Praktek” Kontekstual

Keterlibatan Bersama

Pengorganisasian dan Jaringan Pendidikan Alternatif Komunitas

Basis

HAM, Undang-undang, Perda, Kesepakatan Bersama

Lingkaran Spiral Dinamika Pendidikan Pemberdayaan Komunitas Basis Ciliwung Merdeka

Perencanaan Analisis Sosial

CILIWUNG MERDEKA

3

2

1

4

Page 11: Ciliwung Merdeka

Kampung kita itu… Bukit Duri & Kampung Pulo merupakan Permukiman Padat

yang dilalui sungai Ciliwung meskipun seringkali mengalami banjir kiriman Lokasinya Strategis dengan gerak Perekonomian yang dinamis.

Page 12: Ciliwung Merdeka

Kampung kita itu…

Dengan berbagai persoalan & potensi lingkungan yang ada, warga hidup harmonis, saling berdampingan dan bekerjasama.

Page 13: Ciliwung Merdeka

Yang telah dan masih berlanjut dikerjakan sejak tahun 2000…

1

2

3

Pendidikan Swadaya Kesehatan Masyarakat

Pendidikan Alternatif

Pendidikan Lingkungan Hidup

4 Pendidikan Tata Ruang Kampung Swadaya

5 Pendidikan Swadaya Ekonomi Masyarakat

6 Pendidikan Seni Budaya Rakyat

7 Pusat Latihan Daya Pinggir

VISI, MISI DAN TUJUANMenfasilitasi semakin tumbuh-kembangnya daya kreativitas dalam melahirkan solusi-solusi inovatif, sistem kerja sistematik, semangat jemput bola, di kalangan anak-anak, remaja, kaum perempuan, warga Bukit Duri-Kampung Pulo, semua ini dalam rangka membuka, meningkatkan kesadaran kritis, pengetahuan dan ketrampilan, serta sikap keswadayaan dan solidaritas masyarakat di Bukit Duri dan Kampung Pulo. Visi dan tujuan tersebut akan kita wujud-nyatakan bersama dalam menanggapi tantangan/peluang yang diberikan oleh Gubernur terpilih untuk membangun kampung susun manusiawi Bukit Duri, melalui program-program kerja CM, antara lain:

Page 14: Ciliwung Merdeka

Kampung kita itu…

Semua kegiatan dilakukan berdasarkan kesepakatan dan keterlibatan aktif warga. Rembug Warga untuk berdiskusi, sosialisasi maupun penyuluhan adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan yang ditawarkan Ciliwung Merdeka.

WARGA ADALAH AKTOR UTAMA.

Page 15: Ciliwung Merdeka
Page 16: Ciliwung Merdeka
Page 17: Ciliwung Merdeka
Page 18: Ciliwung Merdeka
Page 19: Ciliwung Merdeka

Penulis & Sutradara: I.Sandyawan Sumardi

Membuka, membangkitkan dan memberdayakan kesadaran kritis warga, terutama anak-anak dan remaja, melalui gerakan sosial-kebudayaan, yang secara spesifik dalam wujud ekspresi pementasan sinergis antara teater, tari, musik, audio-visual, serta tata-ruang kampung seni kreatif, sehingga anak-anak, remaja dan seluruh warga, mampu mendayagunakan, energi-energi potensial yang ada pada dirinya, seluruh prasana dan sarana yang ada tersedia dalam lingkungan hidupnya, secara maksimal, efektif dan berkelanjutan berbasiskan komunitas, penghargaan lingkungan hidup serta pemberdayaan ekonomi warga Bukit Duri dan Kampung Pulo

Pementasan Budaya Teater Musikal ini dimainkan oleh sekitar 75 warga komunitas bantaran sungai Ciliwung di Bukit Duri dan Kampung Pulo, yang terdiri dari anak-anak, remaja, ibu-ibu, dan juga bapak-bapak. Inilah ekspresi perjuangan hidup sehari-hari, Kisah Perjuangan Komunitas Ruang Sisa.

PEMENTASAN SENI BUDAYA SEBAGAI BENTUK EKSPRESI KEHIDUPAN WARGA

Page 20: Ciliwung Merdeka
Page 21: Ciliwung Merdeka
Page 22: Ciliwung Merdeka
Page 23: Ciliwung Merdeka
Page 24: Ciliwung Merdeka
Page 25: Ciliwung Merdeka
Page 26: Ciliwung Merdeka
Page 27: Ciliwung Merdeka
Page 28: Ciliwung Merdeka
Page 29: Ciliwung Merdeka

SEBELUM-SESUDAH

Page 30: Ciliwung Merdeka

SEBELUM-SESUDAH

Evaluasi:•Upaya penyadaran dan pendampingan warga merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak sekejap.•Penggunaan material cat kualitas rendah dan murah, sehingga warnanya saat ini sudah memudar.

Page 31: Ciliwung Merdeka

• Untuk menambah wawasan dan ‘sharing’ antar komunitas, para ahli dan warga korban penggusuran.

• Melalui sesepuh dan tokoh warga, mengumpulkan cerita tentang Bukit Duri dan Kampung Pulo sebagai salah satu aset dan salah satu poin analisis kampung.

Page 32: Ciliwung Merdeka
Page 33: Ciliwung Merdeka
Page 34: Ciliwung Merdeka
Page 35: Ciliwung Merdeka

Rencana setengah Lebar Badan Sungai = 17,5 m

Sumbu/As Sungai

4 m 2 m

Rencana Jalan Inspeksi = 7, 5 m

Gar

is S

empa

dan

Sun

gai

Rencana Sempadan

Bangunan = 4 m

Usulan Jalan Inspeksi = 4 m

Usulan Sempadan Bangunan = 2 m

Usulan POTONGAN PRINSIP Usulan POTONGAN PRINSIP alt - 1alt - 1

•BAGAIMANA CARA MENETAPKAN Trace Lebar Jalan Inspeksi dan Garis Sempadan Bangunan? Apakah ditetapkan merata dari hulu ke hilir? Termasuk kepada bangunan yang telah memiliki ijin? Ba

tas

Kave

ling

Rencana Elevasi Muka Air Sungai: + 10.20 PAL

Page 36: Ciliwung Merdeka

4 m 2 m

Lanjutan POTONGAN PRINSIPLanjutan POTONGAN PRINSIP

Bata

s Ka

velin

g

JALAN INSPEKSI KALI•Diusulkan sesuai standar minimal lebar jalan untuk Mobil Pemadam Kebakaran, selebar 4 m.

GARIS SEMPADAN BANGUNAN•Garis Sempadan Bangunan diusulkan berdasarkan ketentuan umum ½ lebar badan jalan, yaitu 2 m.

PARKIR KENDARAAN•Diadakan pool/sarana parkir terbatas untuk kendaraan roda empat, yaitu di dua lokasi (utara & selatan);•Sarana parkir kendaraan roda dua (motor) dan gerobak usaha milik penghuni diadakan di bagian belakang bangunan.

PENGHIJAUAN & RESAPAN AIR TANAH•Diadakan di halaman depan, samping, belakang bangunan, termasuk pada badan tanggul akan dikondisikan & dikelola oleh warga.

SUMBER AIR BERSIH•Penerapan sistem air bersih komunal dengan sumber dari Paliya dan Pengolahan Air Tadah Hujan.

Unit hunian

Unit hunian

Unit hunian

Unit hunian

Unit Usaha Rumah Tangga

Page 37: Ciliwung Merdeka
Page 38: Ciliwung Merdeka
Page 39: Ciliwung Merdeka
Page 40: Ciliwung Merdeka
Page 41: Ciliwung Merdeka
Page 42: Ciliwung Merdeka
Page 43: Ciliwung Merdeka
Page 44: Ciliwung Merdeka
Page 45: Ciliwung Merdeka
Page 46: Ciliwung Merdeka