Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic Kidney Disease
Chronic Kidney Disease
-
Upload
fp-cyninthia-kennedy -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of Chronic Kidney Disease
Chronic Kidney Disease (CKD) grade V
I. Pendahuluan
Penyakit ginjal kronik (CKD) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan
hilangnya fungsi ginjal secara bertahap dari waktu ke waktu + 3 bulan.
Biasanya berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit cardiovaskuler
dan gagal ginjal kronik. Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
a. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional,dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes
pencitraan (imaging test)
b. LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
II. Epydemiology
CKD adalah penyakit urutan ke 9 di United State yang menyebabkan
kematian. The Third National Health and examination Survey (NHANES
III) mengatakan bahwa 11% (19,2 juta) : 3.3% (5,9 juta) menderita CKD
grade 1, 3% (5,3 juta) menderita CKD grade 2, 4,3% (7,6 juta) menderita
CKD grade 3, 0,2% (400.000) menderita CKD grade 4, dan 0,2%
(300.000) menderita CKD grade 5.
III. Klasifikasi
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
menggunakan rumus Kockcroft-Gault:
LFG(ml/mnt/1,73m2) = (140-umur)x berat badan 72x kreatinin plasma (mg/dl)
Pada perempuan dikalikan dengan 0,85
a. Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
meningkat >90 ml/menit/1,73 m2.
b. Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan
yaitu 60-89 ml/menit/1,73 m2.
c. Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang
yaitu 30-59 ml/menit/1,73 m2.
d. Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat
yaitu 15-29 ml/menit/1,73 m2.
e. Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2.
IV. Etiologi
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson
(2006) diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif.
Beberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah :
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan
refluks nefropati.
2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal
polikistik, dan asidosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan
hiperparatiroidisme, serta amiloidosis.
7. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati
timah.
8. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri
dari batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian
bawah yang terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali
congenital leher vesika urinaria dan uretra.
V. Patofisiology
Menurut Smeltzer, dan Bare (2001) proses terjadinya CKD adalah akibat
dari penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya diekresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah sehingga
terjadi uremia yang mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga
menyebabkan gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai
akibat dari penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, sehingga
menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin.
Menurunnya filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri
klirens kreatinin. Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat selain
itu, kadar nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin
serum merupakan indikator paling sensitif dari fungsi renal karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya
dipengarui oleh penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan
protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi.
Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko
terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga
dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai
kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan
asam organik lain juga terjadi.
Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin
menurun dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian.
Eritropoetin yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan karena
status pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi
anemia berat atau sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang
diproduksi oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah.
Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Smeltzer, dan Bare
(2001) adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang
lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat
serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan
sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh
tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon,
dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada
tulang dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif
vitamin D (1,25dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam
ginjal menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit
tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal
terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon.
Laju penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan yang
mendasari ekresi protein dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang
mengekresikan secara signifikan sejumlah protein atau mengalami
peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk dari pada
mereka yang tidak mengalimi kondisi ini.
VI. Pendekatan diagnostik
1. Gambaran Klinis
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti DM, infeksi
traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi,
hiperurikemi, LES, dan sebagainya
b. Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia,
mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang,
sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia,
osteoistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik,
gangguan keseimbangan elektrolit.
2. Gambaran laboratoris
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum
dan kreatinin serum dan penurunan LFG
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar Hb,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia,
hiponatremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis
metabolik.
d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri,
leukosuria, cast, isostenuria.
3. Gambaran radiologis
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
b. Pielografi intravena, tetapi jarang dikerjakan karena kontras
sering tidak bisa melewati filter glomerulus.
c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi.
d. Ultrasonografi ginjal, bisa memperlihatkan ukuran ginjal
yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis
atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
4. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal
Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati
normal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang
sudah diberikan. Kontraindikasi biopsi ginjal adalah contracted
kidney, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi
perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas dan obesitas.
VII. Manifestasi Klinis
Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan
kondisi lain yang mendasari. Manifestasi yang terjadi pada CKD antara
lain terjadi pada sistem kardio vaskuler, dermatologi, gastro intestinal,
neurologis, pulmoner, muskuloskletal dan psiko-sosial menurut Smeltzer,
dan Bare (2001) diantaranya adalah :
1. Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan
natrium dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Gagal jantung kongestif.
c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.
2. Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan
kulit.
3. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan,
mual sampai dengan terjadinya muntah.
4. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
5. Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan
dangkal, kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.
6. Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan
kalsium dan pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon
dihidroksikolekalsiferon.
7. Psikososial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri
sampai pada harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan
kematian.
VIII. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer
dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiper kalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata
bolisme, dan masukan diit berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang
abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan
nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar urea dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
IX. Penatalaksanaan
Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus
sesuai dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara
umum. Menurut Suwitra (2006), sesuai dengan derajat penyakit CKD
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD
adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan
fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal
secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan histopatologi ginjal
dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 20–30 % dari normal
terapi dari penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.
2. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan
LFG pada pasien penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui
kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien.
Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan keseimbangan
cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
obstruksi traktus urinarius, obatobat nefrotoksik, bahan radio
kontras, atau peningkatan aktifitas penyakit dasarnya. Pembatasan
cairan dan elektrolit pada penyakit CKD sangat diperlukan. Hal
tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema dan
komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara
masukan dan pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL).
Dengan asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas
tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam asupannya adalah
natrium dan kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena
hiperkalemi dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh
karena itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung
kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5
mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk menghindari
terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam disetarakan dengan
tekanan darah dan adanya edema.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi
ginjal adalah hiperventilasi glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60
ml/mnt, sedangkan diatas batasan tersebut tidak dianjurkan
pembatasan protein. Protein yang dibatasi antara 0,6-0,8/kg
BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai biologis
tinggi. Kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr
dalam pemberian diit. Protein perlu dilakukan pembatasan
dengan ketat, karena protein akan dipecah dan diencerkan
melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat. Namun saat terjadi
malnutrisi masukan protein dapat ditingkatkan sedikit,
selain itu makanan tinggi protein yang mengandung ion
hydrogen, fosfor, sulfur, dan ion anorganik lain yang
diekresikan melalui ginjal. Selain itu pembatasan protein
bertujuan untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan
protein berasal dari sumber yang sama, agar tidak terjadi
hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi
intraglomerulus. Pemakaian obat anti hipertensi disamping
bermanfaat untuk memperkecil resiko komplikasi pada
kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat
perburukan kerusakan nefron dengan cara mengurangi
hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Selain
itu pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim
konverting angiotensin (Angiotensin Converting Enzim /
ACE inhibitor) dapat memperlambat perburukan fungsi
ginjal. Hal ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai
anti hipertensi dan anti proteinuri.
4. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler merupakan hal
yang penting, karena 40-45 % kematian pada penderita CKD
disebabkan oleh penyakit komplikasinya pada kardiovaskuler. Hal-
hal yang termasuk pencegahan dan terapi penyakit vaskuler adalah
pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia,
hiperfosvatemia, dan terapi pada kelebihan cairan dan elektrolit.
Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi CKD secara keseluruhan.
5. CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya
sesuai dengan derajat penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan
penambahan / tranfusi eritropoitin. Pemberian kalsitrol untuk
mengatasi osteodistrasirenal. Namun dalam pemakaiannya harus
dipertimbangkan karena dapat meningkatkan absorsi fosfat.
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD
derajat 4-5. Terapi ini biasanya disebut dengan terapi pengganti
ginjal.
STATUS PENDERITA
No. Catatan Medik : 320335
Masuk RSAM : 29 Juli 2013 Jam : 13.40 WIB
Anamnesa
ILUSTRASI KASUS
Seorang laki-laki bernama Tn. I, berusia 57 tahun, suku lampung, agama islam,
pekerjaan swasta, masuk RSAM 28 Juli 2013 dan dirawat di Ruangan IIIB
(Penyakit dalam pria).
Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Lemas
Keluhan tambahan : Pusing, mual.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang rujukan dari RSAY metro untuk cuci darah. Pasien mengaku sudah
menjalani cuci darah sebanyak 2 kali sejak bulan April (4 bulan yang lalu). Pasien
mengaku badan terasa lemas, sering pusing dan pegal-pegal pada daerah
pinggang. Keluhan ini dirasakan pasien baik siang maupun malam.
Pasien merasa mual, tidak nafsu makan dan terkadang muntah. Pasien juga
mengeluh perutnya terasa kembung dan sakit pada bagian ulu hati.
Pasien juga mengaku memiliki tekanan darah tinggi. Pasien sudah berobat ke
mantri dan diberi obat (kaptopril). Namun pasien tidak berobat ke puskesmas atau
pun ke dokter, dan setelah obat habis pasien pun tidak melanjutkan
pengobatannya karena pasien merasa tidak ada parbaikan (sering pusing). Sejak
saat itu pasien hanya meminum obat warung untuk meredakan pusingnya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dalam keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan Darah : 200/100 mmHg
- Nadi : 96 x/menit
- Pernafasan : 18 x/menit
- Suhu : 36,8˚ C
- Status gizi : Kurang
Status Generalis
KEPALA
- Bentuk : Oval, simetris
- Rambut : Hitam dengan disertai uban, pendek, tidak mudah
dicabut
MUKA
- Mata : Palpebra oedem -/-, Konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya
(+/+),
- Telinga : Liang lapang, membran timpani intake, serumen (-),
sekret (-)
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung , septum tidak
deviasi, secret (-), mukosa tidak hiperemis
- Mulut : Bibir tidak kering, bibir sianosis (-), lidah tidak
kotor, faring tidak hiperemis
LEHER
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak ada pembesaran
- JVP : Tidak meningkat
THORAK
- Inpeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri
simetris
- Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri pada kedua lapang
paru
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru,
wheezing (-), ronki (-)
JANTUNG
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas : sela iga II parasternal kiri
Batas kanan : sela iga IV parasternal kanan
Batas kiri : sela iga VI midklavikula kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-),
gallop (-), HR 96x/menit
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut datar, simetris
- Palpasi : Asites (-), nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan
lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
GENITALIA EXTERNA
- Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
- Superior : Oedem (-), sianosis (-)
- Inferior : Oedem (-), sianosis (-)
LABORATORIUM
28 Juli 2013
1. Darah Rutin
- Hb : 7,2 gr/dl
- LED : 60 mm/jam
- Leukosit : 5.500 /mm³
- Hitung Jenis : 0/0/0/56/37/7
2. Kimia Darah
- Ureum : 294 mg/dl
- Creatinin : 22,2 mg/dl
- GDS : 87 mg/dl
- Natrium : 126 mmol/L
- Kalium : 4,0 mmol/L
- Kalsium : -
- Klorida : 93 mmol/L
DIAGNOSA SEMENTARA
Chronic Kidney Disease + Hipertensi Grade II
DIAGNOSA BANDING
- Gagal jantung
- Sindroma nefrotik
PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Hemodialisa jika Hb ≥ 8
3. Diet
- Bubur
- 1700 kalori dan rendah garam I
- Protein (40 gr/hari)
4. Medikamentosa
- IVFD RL XX tts/mnt
- Nifedipin 3 x 10 mg
- Furosemid 1-1-0 i.m
- Asam folat 3 x 1 tab
- Bicnat 3 x 1 tab
- Ranitidin 2 x 1 amp
PEMERIKSAAN ANJURAN
-
Follow Up
TANGGAL 28 / 07 / 2013 29 / 07 / 2013
- Kepala pusing
- Mual dan muntah
- Perut kembung
- Lemas
- Pegal pada pinggang
- Nyeri ulu hati
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Vital sign
- TD
- Suhu
- Pernafasan
- Nadi
200/100 mmHg
36,80 C
18 x / menit
96 x / menit
200/110
36,50 C
20x/ menit
88x/ menit
Status generalis
- Mata
Anemis
Palpebra oedema
- Thoraks
- Abdomen
Nyeri tekan
Bising Usus
- Ekstremitas
Sup. Oedema
(+)
(-)
C/P dbn
(+)
(+)
(-)
C/P dbn
(+)
Inf. Oedema (+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
Laboratorium
- Hb
- Leukosit
- Kimia darah
- Ureum
- Creatinin
- GDS
- Natrium
- Kalium :
- Kalsium
- Klorida
7,2 gr/dl
5.500 /mm³
294 mg/dl
2,2 mg/dl
87 mg/dl
126 mmol/L
4,0 mmol/L
-
93 mmol/L
Penatalaksanaan
- IVFD RL XX tts/mnt
- Nifedipin 3 x 10 mg
- Furosemid 1-1-0 i.m
- Asam folat 3 x 1 tab
- Bicnat 3 x 1 tab
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Transfusi PRC 1 Kolf
- Anjuran HD
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Kesan Belum ada perbaikan
Follow Up
TANGGAL 30 / 07 / 2013 31 / 07 / 2013
- Kepala pusing
- Mual dan muntah
- Perut kembung
- Lemas
- Pegal pada pinggang
- Nyeri ulu hati
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Vital sign
- TD
- Suhu
- Pernafasan
- Nadi
220/100 mmHg
36,5 0 C
16 x / menit
64 x / menit
220/100 mmHg
36,8 ˚C
18 x/menit
72 x/menit
Status generalis
- Mata
Anemis
Palpebra oedema
- Thoraks
- Abdomen
Nyeri tekan
Bising Usus
- Ekstremitas
Sup. Oedema
Inf. Oedem
(-)
(-)
C/P dbn
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
C/P dbn
(-)
(+)
(-)
(-)
Laboratorium
- Hb
- Leukosit
- Kimia darah
- Ureum
- Creatinin
8,0
- GDS
- Natrium
- Kalium :
- Kalsium
- Klorida
Penatalaksanaan
- IVFD RL XX tts/mnt
- Nifedipin 3 x 10 mg
- Furosemid 1-1-0 i.m
- Asam folat 3 x 1 tab
- Bicnat 3 x 1 tab
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Transfusi PRC 1 Kolf
- Anjuran HD
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
Kesan Belum ada perbaikan
RESUME
ANAMNESA
Lemas
Mual dan muntah
Pusing
Pegal-pegal pada pinggang
Perut terasa kembung
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : 200/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,8˚ C
Mata : Konjungtiva anemis
Thoraks : Batas jantung normal, Paru dalam batas normal
Abdomen : Nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan
lien tidak teraba, shifting dullness (-), Bising usus
(+) normal
Ekstremitas superior : Oedema (-), sianosis (-)
Ekstremitas inferior : Oedema (-), sianosis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin
- Hb : 7,2 gr/dl
- LED : 60 mm/jam
- Leukosit : 5.500 /mm³
- Hitung Jenis : 0/0/0/56/37/7
2. Kimia Darah
- Ureum : 294 mg/dl
- Creatinin : 22,2 mg/dl
- GDS : 87 mg/dl
- Natrium : 126 mmol/L
- Kalium : 4,0 mmol/L
- Kalsium : -
- Klorida : 93 mmol/L
Diagnosa Akhir
Chronic Kidney Disease + anemia + hipertensi grade II
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Hemodialisa jika Hb ≥ 8
3. Diet
- Bubur
- 1700 kalori dan rendah garam I
- Protein (40 gr/hari)
4. Medikamentosa