Choice

2
Aku tidak berhak berkata “aku mengerti perasaanmu” karena memang sebenarnya tidak ada seorang pun yang mengerti perasaanmu. Tidak ada seorang pun yang mengerti bagaimana keadaan hatimu saat kau belum bisa mendapatkannya. Saat kau harus mencoba kesempatan kedua. Saat kau harus menunggu selama 1 tahun hingga tiba saatnya kau harus berjuang kembali. Saat pertama kali aku melihatmu meneteskan air mata. Air mata kekecewaan, air mata kegagalan. Air mata yang juga membuatku hancur. Air mata yang seakan-akan bisa terserap masuk dalam hatiku dan memenuhi ruang dadaku. Hingga akhirnya dadaku sesak dan air matamu mengalir kembali melalui mataku. Aku tidak berhak menerima maafmu karena kau menginginkan itu bukan karena aku. Tapi karena dirimu. Jadi memohon maaflah pada dirimu sendiri. Memohon maaflah karena kau belum berusaha dengan maksimal. Karena kau belum sepenuhnya bersujud padaNya. Karena kau terlalu angkuh sehingga segalanya mudah di matamu. Apakah kau ingat? Saat itu kau langsung mengatakannya tetapi kau belum berusaha penuh untuk mendapatkanku. Jadi aku tak bisa menerimamu begitu saja. Setelah kau berusaha, pada kesempatan kedua, pintu hatiku akhirnya terbuka untukmu. Umpamakan saja dengan hal itu. Entah, mungkin kau selalu berpikir akulah penyebab ketidakberhasilanmu. Aku bisa menerima itu. Sedikit banyak kejatuhanmu adalah salahku juga. Kesalahanku karena membuka hati untukmu. Seandainya saat itu tidak ada aku, mungkin kau akan lebih meluruskan pandanganmu

description

narasi

Transcript of Choice

Aku tidak berhak berkata aku mengerti perasaanmu karena memang sebenarnya tidak ada seorang pun yang mengerti perasaanmu. Tidak ada seorang pun yang mengerti bagaimana keadaan hatimu saat kau belum bisa mendapatkannya. Saat kau harus mencoba kesempatan kedua. Saat kau harus menunggu selama 1 tahun hingga tiba saatnya kau harus berjuang kembali. Saat pertama kali aku melihatmu meneteskan air mata. Air mata kekecewaan, air mata kegagalan. Air mata yang juga membuatku hancur. Air mata yang seakan-akan bisa terserap masuk dalam hatiku dan memenuhi ruang dadaku. Hingga akhirnya dadaku sesak dan air matamu mengalir kembali melalui mataku.Aku tidak berhak menerima maafmu karena kau menginginkan itu bukan karena aku. Tapi karena dirimu. Jadi memohon maaflah pada dirimu sendiri. Memohon maaflah karena kau belum berusaha dengan maksimal. Karena kau belum sepenuhnya bersujud padaNya. Karena kau terlalu angkuh sehingga segalanya mudah di matamu.Apakah kau ingat? Saat itu kau langsung mengatakannya tetapi kau belum berusaha penuh untuk mendapatkanku. Jadi aku tak bisa menerimamu begitu saja. Setelah kau berusaha, pada kesempatan kedua, pintu hatiku akhirnya terbuka untukmu. Umpamakan saja dengan hal itu. Entah, mungkin kau selalu berpikir akulah penyebab ketidakberhasilanmu. Aku bisa menerima itu. Sedikit banyak kejatuhanmu adalah salahku juga. Kesalahanku karena membuka hati untukmu. Seandainya saat itu tidak ada aku, mungkin kau akan lebih meluruskan pandanganmu untuk menggapai lembah itu. Tapi, gara2 aku, kau menjadi terlalu takut jauh dan kehilangan aku. Dan inilah hidup. Hidup adalah pilihan. Saat kau kehilangan kesempatan pertama mencapai lembah itu, kau memilih kehilangan aku. Aku mengerti apa yang menjadi keputusanmu. Aku pun begitu. Saat aku kehilangan kesempatan pertama untuk mempertahankannya, aku mempertahankanmu. Tapi sekali lagi ini hidup. Hidup adalah pilihan. Jika aku tetap mempertahankanmu, aku akan kehilangan kesempatan untuk tidak mengecewakan orang tuaku. Aku akan kehilangan kesempatan berkumpul dan bersenang-senang bersama teman-temanku. Dan aku akan kehilangan kesempatan untuk menjadi dewasa.