Chiken Soup for the Soul Indonesia

download Chiken Soup for the Soul Indonesia

of 12

description

cik

Transcript of Chiken Soup for the Soul Indonesia

Chicken Soup For The SoulDAFTAR ISI

1. Seorang Ibu Yang Sanggup Berbohong.2. Mama Tidak Pernah Menangis.3. Papa4. Cinta Tak Harus Berwujud Bunga.5. Kisah 1000 Kaleng.

Kisah Nyata : Seorang Ibu Yang Sanggup BerbohongPosted byAdminat2/07/2012Tuesday, February 7, 2012Labels:Chicken Soup For The SoulCerita dimulai ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke piringku, ibu berkata : Makanlah nak, Ibu tidak lapar KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di sungai dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Melihat ibu seperti itu, hatiku tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : Makanlah nak, Ibu tidak suka makan ikan KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakak perempuanku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata : Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja. Ibu tersenyum dan berkata : Tidurlah nak, Ibu belum lelah KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : Minumlah nak, Ibu tidak haus! KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : Aku tidak butuh cinta KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA Setelah aku, kakak perempuanku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun, tetapi ibu tidak mau. Ibu rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakak perempuanku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : Ibu masih punya uang KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM Setelah mendapat ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk mendapat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika dengan biasiswa dari sebuah perusahaan swasta. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, tidak mau menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : Ibu tak biasa tinggal negara orang KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker usus, harus dirawat di rumah sakit. Aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : Jangan menangis anakku, Ibu tidak kesakitan KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : Terima kasih ibu..!.

Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kataMENYESALdi kemudian hari.

MAMA TIDAK PERNAH MENANGISBerikut di bawah ini disajikan tulisan pendek Svetlana, putri tertua dari Njoto, Wakil Ketua CC PKI, yang berjudul Mama tidak pernah menangis. Menurut rencana, tulisan ini akan dimasukkan dalam buku Antologi 40 Tahun yang akan diluncurkan tidak lama lagi. Tulisan ini, yang disusun secara sederhana, tetapi sangat menyentuh hati dan bagus, bisa menambah keyakinan banyak orang bahwa kisah para korban peristiwa 65 memang betul-betul merupakan khazanah bangsa yang berharga sekali untuk pendidikan kemanusiawian dan peradaban, dan melawan kekerasan dan ketidakadilan.

Dari tulisan yang singkat, tapi padat dengan ungkapan-ungkapan yang mengharukan ini, dapat dibayangkan betapa besar penderitaan pedih bertahun-tahun yang harus dilalui istri dan anak-anak kecil Njoto yang berjumlah 7 orang itu. Anak-anaknya terpaksa harus disebar dan dititipkan kepada orang-orang di Solo, Jogja, Jakarta, Palembang, Medan, sedangkan istri Njoto kemudian ditahan di Plantungan dalam jangka waktu yang lama sekali.

Keluarga para korban peristiwa 65 yang tercerai-berai dan harus menanggung segala macam penderitaan ini jumlahnya banyak sekali di seluruh Indonesia. Oleh karenanya, bangsa kita perlu selalu mengingat-ingat kebiadaban yang dilakukan oleh rejim militer Orde Baru, supaya tidak terulang lagi di kemudian hari.

Mama tak pernah menangis

Oleh Svetlana

Terakhir kami meninggalkan rumah karena sepupu kami berulang tahun. Masih di Jakarta. Kami bermalam di sana. Rupanya kepergian itu benar-benar untuk terakhir kali karena kami tidak lagi bisa pulang ke rumah. Semenjak itu entah berapa banyak rumah yang kami singgahi. Dengan enam anak ditambah satu lagi dalam kandungan mama tetap berusaha membuat anak-anaknya senang. Dari kain perca dan kertas dibuatkannya mainan. Yang lelaki tetap bisa main bola, yang perempuan asyik main boneka. Dengan kain yang ada dijahitnya pakaian kami. Diajarkannya kepadaku yang tertua menghias pakaian dalam kami dengan monogram agar masing-masing mudah mengenali miliknya. Maklum usia kami tak jauh beda, mama menjahitnya dengan tangan dari kain belacu jadi serupa. Menjahit dengan bibir tersenyum.Kami tinggalkan bui, berganti-ganti kereta api, sampai di sebuah desa kecil, rumah dinas pakde. Sembari mengasuh bungsu diajarnya aku bermacam ketrampilan perempuan. Aku bisa menyulam. Aku trampil merenda. Mama menjahit, aku menghias. Pakaian, tas sekolah, sapu tangan, disulapnya dari sisa-sisa kain pemberian. Adik riang bermain, tertawa, kemudian menangis, tertawa lagi. Mama tersenyum. Belajar yang baik biar pintar. Singkat pesannya ketika aku harus meninggalkan desa menuju ke Solo untuk melanjutkan sekolah ke SMP. Bersama sepupuku aku berangkat berkendaraan truk dinas pakde. Selama ini kami selalu bersama. Tapi aku harus pergi. Airmataku sempat menitik. Tak banyak cakapnya, tapi manis senyumnya. Dari bak belakang truk kulambaikan tangan. Adik-adik terus melonjak-lonjak melambai girang. Senyum mama manis, tapi pasti tak ada tangis.Jaga adik-adikmu, pesan berikut kuterima lewat pakde. Tak hanya pesan, lima adikku dibawa menyusulku ke Solo. Kini kami bersama lagi. Namun mama dan si bungsu tak ada. Mama dan adik dibawa tentara, kata seorang adikku. Gundah hatiku karena belum ada yang tahu kemana mama dan bungsu dibawa. Gundah dan bingung. Antara senang berada kembali di antara adik-adik kecilku sekaligus bingung karena sekarang mereka menjadi bagian tanggung jawabku. Lalu terngiang olehku pesan itu diiring bayangan senyum mama. Betapapun aku tahu mama takkan menangis, maka pagi hari kuguyur tiga orang adikku yang kecil dengan air yang baru kutimba. Mereka jongkok di tepi sumur, kegirangan kedinginan. Mereka menangis bila kerabat kami ingin memandikannya. Karo mbak wae! dengan mbak saja, serunya merajuk.Belakangan kami tahu mama di Bulu, Semarang. Keterbatasan membuat keluarga mama tak bisa sering-sering menjenguk. Keterbatasan pula tak memungkinkan kami dibawa. Sesekali adik lelakiku pergi bersama paklik ke sana. Tiap kali dijenguk mama menitipkan hasil kerajinannya untuk kami. Lalu kami akan berfoto dengan mengenakan hasil karya mama itu untuk kembali ditunjukkan padanya. Lalu mama dipindahkan ke Jakarta. Lalu si bungsu, harus dipulangkan. Umurnya sudah empat tahun. Dia diasuh oleh adik mama di Jogja. Tak terasa tamat sudah aku dari SMP. Jerih payahku tak sia-sia. Prestasi tertinggi kuraih. Tak cuma aku, semua keluarga gembira. Bagiku, setidaknya upayaku untuk menjadi teladan adik-adik tercapai. Prestasi mereka tak kalah bagusnya. Bahkan lebih hebat. Terpancar kegembiraan keluarga yang mengasuh kami.Sepupuku, anak adik mama, datang menjemputku. Tante ingin aku kembali ke Jakarta, melanjutkan sekolah sembari membantu sepupu-sepupuku belajar. Aku kembali bingung harus meninggalkan adik-adik, melepaskan mereka sepenuhnya bersama bude dan kerabat lain yang mengasuhnya, sementara aku sudah senang dan betah bersekolah di Solo. Belajar budaya Jawa yang semula tak kukenal sungguh menyenangkan. Di sana aku belajar menari, karawitan, juga mocopat. Walau tak pandai benar aku amat menikmatinya. Tapi tante membutuhkan aku. Dengan berat hati aku pergi. Sekuat tenaga kutahan air mataku demi adik-adik. Jangan sampai mereka bersedih. Bukankah mama tidak pernah menangis? Lagi pula aku jadi bisa ketemu mama. Tetap saja aku tak bisa sering menjenguknya. Jam besuk hanya ada pagi hari. Aku pergi sekolah. Dengan enam orang anak ditambah diriku, tante tak kalah sibuknya. Jadi aku hanya datang sebulan sekali, membolos sekolah. Bergantian dengan tante.Baru setahun aku di Jakarta bude yang mengasuh kami di Solo harus pindah ke Jakarta. Kami tercerai berai. Dua orang adik ke Medan ikut tante, dua lagi diambil pakde di Palembang, seorang tetap bersama bude di Jakarta. Nyaris kami tak pernah saling berhubungan kecuali sesekali dengan surat. Bertahun-tahun sampai aku lulus dan bekerja.Suatu hari tante menjenguk mama dan diberitahu bahwa mama akan dipindahkan ke Plantungan. Aku bergegas menjenguk. Di mana itu Plantungan aku tak tahu. Mama pun tak bisa menjelaskan. Airmataku kembali menitik. Mama tersenyum. Dia tidak menangis.Senyum mama mengembang ketika akhirnya dilepaskan. Sulit dilukiskan betapa senangnya bisa bersama-sama kembali, meski baru tiga anak terkumpul. Mama lepas, bukan bebas. Berderet aturan tetap harus diturut. Hidup harus berlanjut. Bergandeng tangan keutuhan keluarga kembali kami rajut. Saat satu demi satu lepas sekolah kami bersatu. Jangan menangis, ujarnya menjelang pernikahanku. Mama tersenyum. Saat aku sakit, ketika aku melahirkan, waktu cucunya mengajak main bola. Keluarga kami bertambah besar. Kami selalu bersama. Senang dan sedih. Sungguh mama tak pernah menangis. Senyumnya manis. Selalu manis. Darinya kami belajar tegar. Toh sesekali masih juga kami menangis. Tak bisa kami seperti dia.

Bapak tak pernah kembali. Mama tidak menangis!

Jakarta, agustus 2005Svetlana

PAPA...

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya".Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....Tapi sadarkah kamu?Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang".Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!". Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia..Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut...Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa.

Ketika kamu menjadi Gadis Dewasa....Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain. Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang". Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu". Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang".Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Papa tahu.....Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.Dan akhirnya....Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia.... Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.... Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik....Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....Papa telah menyelesaikan tugasnya.

CINTA TAK HARUS BERWUJUD BUNGAAda sebuah kisah yang sangat menyentuh, bahwa kadang kadang perbedaan pandangan dan harapan dapat menyebabkan lunturnya rasa cinta di hati

Pasangan saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

Mengapa?, dia bertanya dengan terkejut.Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang sayainginkan

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?Dan akhirnya dia bertanya, Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?.Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?

Dia termenung dan akhirnya berkata, Saya akan memberikan jawabannya besok. Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelasyang berisi susu hangat yang bertuliskan.

Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya. Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.

Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang..

Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu.Kamu seilalu pegal-2 pada waktu teman baikmu datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.

Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi aneh. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untukmenceritakan hal-hal lucu yang aku alami.

Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.

Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.

Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu.Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.

Dan sekarang, sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggujawabanmu.

Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia..

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, ! kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud bunga.

KISAH 1000 KALENG

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil Tom. Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat.

Ia melanjutkan : Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku.

Lalu mulailah ia menerangkan teori seribu kelereng nya. Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting.

Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini, sambungnya, dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati.

Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya.

Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu.

Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi.

Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar ! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan. Lho, ada apa ini?, tanyanya tersenyum. Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial, jawabku, Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng.