Chi Kun Gunya

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup masyarakat.Terlebih dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung, tentu saja kejadian kasus penyakit menular ini memerlukan penanganan yang lebih vital, profesional dan berkualitas (MDG, keenam). Manusia sangat erat hubungannya dengan lingkungan, karena lingkungan merupakan daya dukung manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangan ilmu epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan sejak lama mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah.Chikungunya misalnya, penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007). Penyakit ini ditandai oleh gejala flu, sakit tulang belakang, sakit pada persendian, arthtritis pada sendi-sendi di tangan dan tungkai. Penderita mengeluh tidak dapat bangun atau berjalan.Pada penderita ada yang sembuh dalam beberapa hari, dan ada pula yang sakit sampai berbulan- bulan. Penyakit Chikungunya tidak menyebabkankematian, akan 1

description

penyakit

Transcript of Chi Kun Gunya

Page 1: Chi Kun Gunya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit menular

cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta

perilaku hidup masyarakat.Terlebih dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung,

tentu saja kejadian kasus penyakit menular ini memerlukan penanganan yang lebih vital,

profesional dan berkualitas (MDG, keenam). Manusia sangat erat hubungannya dengan

lingkungan, karena lingkungan merupakan daya dukung manusia untuk kelangsungan

hidupnya. Dalam perkembangan ilmu epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa

lingkungan sejak lama mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah.Chikungunya

misalnya, penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal oleh

masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007). Penyakit ini ditandai oleh gejala flu, sakit tulang

belakang, sakit pada persendian, arthtritis pada sendi-sendi di tangan dan tungkai. Penderita

mengeluh tidak dapat bangun atau berjalan.Pada penderita ada yang sembuh dalam beberapa

hari, dan ada pula yang sakit sampai berbulan-bulan. Penyakit Chikungunya tidak

menyebabkankematian, akan tetapi dapat mengganggu aktivitas manusia. Penyakit

Chikungunya ini dapat juga menyatu dengan penyakit Demam Berdarah ataupun dengan

penyakit Demam Kuning yang mematikan (Sembel, 2008).Pada tahun 1960-an virus

chikungunya merupakan suatu penyakit yang biasa menyerang bagian Tenggara Asia.

Thaikruea et.al. (1997) melaporkan bahwa virus Chikungunya pertama-tama didiagnosis di

Thailand pada 1960. Sesudah terjadi ledakan di India, Srilanka, Burma dan Thailand

akhirnya menghilang di daerah-daerah tersebut. Namun, pada tahun 1982-1985 terjadi

ledakan-ledakan lokal dan kasus-kasus sporadik di Burma, Thailand, dan Filiphina (Sembel,

2008).Penyakit chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit yang

keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Sejak tahun 1779 di

Batavia (Jakarta), telah dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip Chikungunya yang

dikenal dengan nama penyakit Knuckle Fever, di Kairo (1779) Knee Trouble, di Calcuta,

1

Page 2: Chi Kun Gunya

Madras dan Gujarat (1824) Scarletina Rhematica. Setelah hampir 20 tahun tidak ada

kejadian maka pada tahun 2001 mulai dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB)

chikungunya di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan,Jawa Barat. Pada tahun 2002

banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang,

Jawa Barat dan Sulawesi Utara.Pada awalnya terjadi kebingungan untuk membedakan DEN

(Dengue) dengan Chik (Chikungunya), tetapi sejak dapat dilakukan isolasi virus maka kedua

penyakit ini dapat dibedakan, demikian juga gejala klinisnya yaitu Chikungunya lebih

dominan pada nyeri di sendi-sendi.Demam Chikungunya banyak dijumpai di daerah tropis

dan sering menyebabkan epidemi dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor

yang mempengaruhi munculnya demam Chikungunya antara lain  rendahnya status

kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat

perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan seperti saat ini (Depkes,

2009).

Dewasa ini banyak sekali permasalahan yang menyangkut tentang kesehatan, terutama di

negara kita Indonesia. Masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia sekarang ini adalah

tentang kurangnya pemeliharaan kesehatan yang efisien oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia. Akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang terkena penyakit, karena dari

kurangnya memperhatikan kesehatan masyarakat di lingkungan mereka sendiri secara tidak

langsung mereka juga tidak memperhatikan masalah kesehatan tempat tinggal mereka.

Demam Chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah

dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam

Chikungunya. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa) sudah

sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan

demam Chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-

tempat lainnya, harus terbebas dari media berkembang biaknya nyamuk, termasuk 200 meter

sekitarnya.

Tak ada cara lain untuk mencegah demam chikungunya kecuali mencegah gigitan

nyamuk serta memberantas tempat perindukan nyamuk dengan tiga M (menutup,menguras

dan mengubur barang bekas yang bisa menampung air) atau menaburkan bubuk abate pada

penampungan air sebagaimana mencegah demam berdarah.Chikungunya adalah penyakit

yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini

2

Page 3: Chi Kun Gunya

pertama dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti

oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and

Mozambique.seperti halnya penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan

menjadi endemic di Negara India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all,

2006).Sebagai masyarakat Indonesia kita dituntut unuk lebih memperhatikan kesehatan dan

kebersihan lingkungan disekitar kita, agar tidak lagi terjadi kejadian luar biasa (KLB).

3

Page 4: Chi Kun Gunya

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Pengertian Demam Chikungunya

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti

(posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur

penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan

demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan

serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala

lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada

konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-

kadang disertai  dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena

penyakit ini (Suharto, 2007). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan

ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam

berdarah dengue. Meski masih “bersaudara” dengan demam berdarah, penyakit ini tidak

mematikan. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C.

Sekitar 200-300 tahun lalu virus chikungunya (CHIK) merupakan virus pada hewan

primata ditengah hutan atau savana di afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus

adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic cycle) diantara

satwa primata dilakukan oleh nyamuk aedes sp (Ae africanus,Aeluteocephalus,Ae opok,Ae

furciper,Ae taylori,Ae cordelierri). Pembuktiab ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus

baru berhasil dilakukan ketika terjadi wabah di tanzania 1952-1953.baik virus maupun

penyakitnya kemudian diberi nama sesuai bahasa setempat (swahili), berdasarkan gejala pada

penderita,maka hadirlah chikungunya yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau

melengkung.Setelah beberapa lama, perangai virus chikungunya yang semula bersiklus dari

satwa primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Tidak

semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah pemukiman sklus virus

chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes Aegypti.Tidak diketahui pasti bagaimana virus

4

Page 5: Chi Kun Gunya

tersebut menyebar antarnegara. Mengingat penyebaran virus antarnegara relatif pelan,

kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk.

Hasil penelitian terhadap epidemiologi penyakit chikungunya di Bangkok (Thailand) dan

Vellore,Madras (India) menunjukkan bahwa terjadi gelombang epidemi dalam interval 30 tahun.

Satu gelombang epidemi umumnya berlangsung beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat

ringan sehingga sering tidak termonitor. Gelombang epidemi berkaitan dengan populasi vektor

(nyamuk penular) dan status kekebalan penduduk.

2.2.Etiologi dan Patogenesis

Virus Chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam famili Togaviridae.

Strain Asia merupakan genotipe yang berbeda dengan yang dari Afrika. Virus Chikungunya

disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type, CHIK, CK. Virions mengandung satu molekul

single stranded RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid

membran; pleomorfik; spherikal; dengan diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkan

glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Necleocapsids

isometric; dengan diameter 40 nm (Suharto, 2007).

2.2.1.Nyamuk Penular Demam Chikungunya

Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A.

africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya

karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia.

A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).

Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat – tempat gelap yang

lembab, baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk

bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air

tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta salah satu

yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan (Depkes RI, 2003).

5

Page 6: Chi Kun Gunya

Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4 mm,

berwarna hitam dengan hiasan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna putih

melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan, nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia

makan buah.Hanya nyamuk betina yang menggigit, yang diperlukan untuk membuat telur. Telur

nyamuk Aedes diletakkan induknya menyebar, berbeda dengan nyamuk lain yang dikeluarkan

berkelompok.Nyamuk bertelur di air bersih, telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk

Aedes bila terbang hampir tidak berbunyi, sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui

kehadirannya.Menyerang dari bawah atau dari belakang,terbang sangat cepat.Telur nyamuk

Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat > 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk

ke telur;nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan

vektor chikungunya (CHIK) virus alphavirus, beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus

namun  sebagian susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromoson 3.Vektor

chikungunya di asia adalah aedes aegypti, aedes albopictus.

Bionomik Vektor

Bionomik vektor sangat penting diketahui karena berhubungan dengan tindakan-

tindakan dalam pencegahan dan pemberantasannya yang berhubungan dengan tempat

perindukan, kebiasaan menggigit, tempat istirahat, jarak terbang dan siklus hidup.

Tempat Perindukan (Breeding Place)

Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air didalam dan diluar

sekitar rumah. Nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak di genangan air yang

langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk aedes

aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti

drum, tengki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain.

2. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum

burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng,

botol, plastik dan lain-lain).

6

Page 7: Chi Kun Gunya

a) Tempat minum hewan piaraan

Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah tempat–

tempat minum hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang

berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun

di luar rumah, misalnya: tempat minum burung, tempat minum

ayam, dan hewan piaraan yang lain.

b) Barang – barang bekas

Barang–barang bekas yang dimaksud adalah barang–barang yang

sudah tidak terpakai yang dapat menampung air, yang berada di

dalam maupun di luar rumah responden. Barang – barang tersebut

antara lain: kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas dll.

c) Vas bunga

Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang

terletak di dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk

A. aegypti berkembangbiak di dalam vas bunga tersebut.

d) Perangkap semut

Perangkap semut yang dimaksud adalah tempat perangkap semut

yang berisi air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk

mencegah semut–semut naik keatas meja yang berisi makanan

yang terletak di dalam rumah responden.

e) Penampungan air dispenser

Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat

penampungan air yang menyatu dengan dispenser yang terletak

dibawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam

wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden.

f) Pot tanaman air

Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot – pot berisi air yang

digunakan sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di

dalam maupun di luar rumah responden.

7

Page 8: Chi Kun Gunya

3. Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun,

tempurung kelapa, talang penampungan air hujan (Suroso, 2000 dan

Soedarmo, 1988).

Kebiasaan Menggigit (Feeding Habit)

Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai darah manusia daripada binatang

(antropofilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh

nyamuk jantan sehingga menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan

biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus gonotropik.

Nyamuk ini aktif pada siang hari dan menggigit di dalam dan diluar

rumah.Mempunyai dua puncak aktifitas dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari

dan petang hari yaitu antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.

Gambar 2.1 Aedes aegypti (kiri) dan Aedes albopictus (kanan) saat menghisap darah

8

Page 9: Chi Kun Gunya

Tempat Istirahat (Resting Place)

Tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat selama menunggu bertelur adalah

tempat yang gelap, lembab dan sedikit angin. Nyamuk aedes aegypti biasanya hinggap

didalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian.

Jarak Terbang (Flight Habit)

Pergerakan nyamuk aedes aegypti dari tempat perindukan ketempat mencari mangsa

dan tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk aedes aegypti betina

adalah rata-rata 40-100 m. Namun secara pasif karena angin dapat terbang sejauh 2

km.

Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk aedes aegypti mengalami metamorfosa sempurna dengan tahap

telur, larva,pupa dan dewasa.

Telur

Nyamuk aedes aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding

vertikal bagian dalam tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari

cahaya matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air didalam

rumah dan dekat. Telur aedes aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon,

telur diletakkan satu persatu di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi

didalam rumah dan bangunan, termasuk dikamar tidur,kamar mandi, kamar

kecil maupun dapur. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam

dilingkungan yang hangat dan lembab.Begitu proses embrionasi selesai, telur

akan menjalani masa pengeringan yang lama (lebih dari 1 tahun).Telur akan

menetas pada waktu yang sama, kapasitas telur untuk menjalani masa

pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies selama

kondisi iklim buruk.

Larva

Telur yang tidak menetas karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai

membentuk larva yang dilapisi kista dapat bertahan lebih dari setahun

berbentuk oval dan berwarna putih.Larva aedes aegypti menempel

dipermukaan dinding vartikel sampai pada waktu menetas. Perkembangan

9

Page 10: Chi Kun Gunya

larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada

sarang.Pada kondisi yang optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari

penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan berlangsung sedikitnya

selama 7 hari termasuk 2 hari untuk masa menjadi pupa, sedangkan pada suhu

yang rendah membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk

dewasa.Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat ditemukan di lubang

pohon, pangkal daun dan tampurung kelapa. Selain di tempat alami larva dapat

juga ditemukan pada kendi air, kaleng, pot bunga, botol, tempat penampung air

terbuat dari logam dan kayu, ban (Suroso, 2003). Pada daerah yang panas dan

kering, tangki air diatas, tangki penyimpanan air di tanah dan septic tank bisa

menjadi tempat habitat larva yang utama dan pada wilayah yang persediaan

airnya tidak teratur, penghuni menyimpan air untuk kegunaan rumah tangga

sehingga memperbanyak jumlah habitat yang ada untuk larva (Suroso, 2003).

Pupa

Pupa nyamuk A. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala dada

lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti

tanda baca ”koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat

pernapasan seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat

pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai

panjang dan bulu pada ruas perut tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak

makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva.

Waktu istirahat posisi pupa sejajar dedengan bidang permukaan air (Soegeng,

2006).

Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan disepanjang tahun

di semua kota di Indonesia sesaat setelah menjadi dewasa akan kawin dengan

nyamuk betina yang sudah dibuahi dan akan menghisap darah dalam waktu 24-

36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan

telur (Depkes RI, 2004).

10

Page 11: Chi Kun Gunya

Gambar 2.2. Siklus Hidup Aedes aegypti yang diawali dengan penetasan telur secara akuatikdan dewasa yang bersifat aerial

Gambar 2.3. Siklus hidup nyamuk Aedes spp

11

Page 12: Chi Kun Gunya

2.3. Gejala Demam Chikungunya

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti

dengan linu dipersendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa

pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasasakit pada tulang – tulang, ada yang menamainya sebagai

demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue

dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke

penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti.

Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara

mendadak penderitaakan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula

istilah demam lima hari. Pada anak kecildimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan.

Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Matabiasanya merah disertai tanda-tanda seperti

flu. Sering dijumpai anak kejang demam.Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti

rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang

dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan

sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada

umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali

dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada

Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.

Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri

sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto, 2007). Gejala

demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil,

sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik – bintik merah di kulit

terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak

ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai

sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki.

Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama

pasien. Keluhan sakit sendi kadang – kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang

(Suharto, 2007). Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat

12

Page 13: Chi Kun Gunya

infeksi Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan, dan

selanjutnya keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4 bulan. Dilaporkan

angka 12 % yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi keluhan sendi kronis. Untuk itu

dicoba pemberian chloroquin phospat. Pernah dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan

dengan infeksi Chikungunya (Suharto, 2007).

Gambar 2.4. Pembengkakan persendian

Gambar 2.5 Bercak kemarahan pada kaki dan telapak tangan

13

Page 14: Chi Kun Gunya

2.4 Diagnosa Banding

Diagnosis banding penyakit Chikungunya yang paling mendekati adalah Demam Dengue

atau Demam Berdarah Dengue

Tabel 4. 1. Manifestasi Utama yang membedakan Chikungunya denganDengue (WHO SEARO, 2009)

Karakteristik yang membedakan Demam Chikungunya Demam DengueTanda dan Gejala klinis

1. Onset demam Akut Gradual2. Lama demam 1-2 hari 5-7 hari3. Ruam Makulopapular Sering Jarang4. Timbul Syok dan

perdarahan masifTidak lazim Lazim

5. Nyeri sendi Sering dan bisa lebih dari 1 bulan

Jarang dan berlangsung Singkat

Parameter Laboratorium1. Leukopenia Sering Jarang2. Trombositopenia Jarang Sering

2.5. Diagnosis Pasti dan Pengobatan

Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya bila terdapat salah satu hal berikut, yaitu :

1. Pemeriksaan Titer antibodi naik 4 kali lipat

2. Isolasi virus

3. Deteksi virus dengan PCR.

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan istirahat untuk

mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan gejala sendi. Belum ada obat

spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit; pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat

minum penghilang sakit (analgetika), misalnya parasetamol, namun hindari pemakaian aspirin.

Pasien perlu istirahat, minum banyak air, dan memeriksa diri ke dokter (Suharto, 2007).

2.6. Prognosis

14

Page 15: Chi Kun Gunya

Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian,

keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi virus

chikungunya, 87,9% sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort;

2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai

keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi (Suharto,2007).

2.7. Ekologi Vektor

Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor dan

lingkungannya. Menurut John Gordon terjangkitnya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari

satu faktor (multiple causal). Faktor-faktor tersebut adalah agent,pejamu (host), lingkungan

(environment).Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan bahwa terjangkitnya suatu insiden

chikungunya disebabkan oleh faktor-faktor dibawah ini:

A. Faktor Agent

Adalah penyebab utama terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi

agent dalam penyebaran penyakit chikungunya adalah virus chik.

B. Faktor Pejamu

Adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit chikungunya.

Dalam penularan penyakit chikungunya faktor manusia erat kaitannya dengan

perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat

dan  mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebar luasan chikungunya

dari suatu tempat ke tempat lain.

C. Faktor Lingkungan

Adalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain

lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi

penularan Chikungunya terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman

pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah.

Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan

tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti

ketinggian tempat, curah hujan,temperatur dan kelembaban.

o Variasi musiman

15

Page 16: Chi Kun Gunya

Pola berjangkit virus chikungunya tidak jauh berbeda dengan virus

dengue yaitu dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu

yang panas (28o-32oC) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk aedes

akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama.Di Indonesia

karena suhu udara dan kelembaban tidak sama disetiap tempat, maka pola

waktu terjadinya penyakit agak berbeda di setiap tempat.

Pada musim hujan tempat perkembangbiakan aedes aegypti yang

pada musim kemarau tidak tersisi,mulai terisi air. Telur-telur yang belum

sempat menetas pada waktu singkat akan menetas. Selain itu pada musim

hujan banyak tempat-tempat penampungan air alamiah yang terisi air

hujan yang dapat digunakan sebagai tempat perkembangan nyamuk ini.

Karena itu pada musim penghujan populasi nyamuk aedes aegypti

meningkat.

Dengan bertambahnya populasi nyamuk merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan peningkatan virus chikungunya.Faktor lain yang

menyebabkan peningkatan dan penyebaran kasus chikungunya sangat

kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak

terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang

efektif di daerah endemis dan peningkatan sarana transportasi (Depkes RI,

2004).

o Ketinggian tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan

nyamuk.Wilayah dengan ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan

laut tidak ditemukan nyamuk aedes aegypti karena ketinggian tersebut

suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan

nyamuk.

o Curah hujan

Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan

dan menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama

musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk yang

terinfeksi (Suroso, 2003).

16

Page 17: Chi Kun Gunya

o Temperatur

Virus Chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya

endemik di daerah tropis dimana suhu memungkinkan untuk

perkembangbiakan nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah

25°C – 27°C. Pertumbuhan akan terhenti sama sekali bila suhu kering dari

10º C atau lebih dari 40ºC (Suroso, 2003)

2.8. Keberadaan Jentik

A. Survei Jentik

Pada Survei Entomologi chikungunya dan DBD ada 5 Kegiatan Pokok, yaitu :

pengumpulan data terkait, survei telur, survei jentik atau larva, survei nyamuk, dan survei lain-

lain (Depkes RI, 2002). Yang mengamati perilaku dari berbagai lingkungan, vektor, cara-cara

pemberantasan vektor dan cara-cara menilai hasil pemberantasan vektor. Survei jentik dapat

dilakukan dengan cara :

Metode Single Larva

Pada setiap kontainer yang ditemukan ada jentik, maka satu ekor jentik akan diambil

dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik sebagai sampel

untuk pemeriksaan spesies jentik dan identifikasi lebih lanjut jenis jentiknya. Jentik yang

diambil ditempatkan dalam botol kecil/vial bottle dan diberi label sesuai dengan nomor

tim survei, nomor lembar formulir berdasarkan 1 nomor rumah yang di survei dan nomor

kontainer dalam formulir.

Metode Visual

Hanya dilihat dan dicatat ada tidaknya jentik didalam kontainer tidak dilakukan

pengambilan dan pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan pada survei lanjutan

untuk memonitor indek-indek jentik atau menilai PSN yang dilakukan (Depkes RI,

2002). Tiga indeks yang biasa dipakai untuk memantau tingkat gangguan A. aegypti,

yaitu:

1. House Index (HI) yaitu persentase rumah yang terjangkit larva/ jentik.

HI = (Jumlah rumah yang terjangkit) : (Jumlah rumah yang diperiksa)×100

2. Container index (CI) yaitu persentase penampungan air yang terjangkit larva atau

jentik.

17

Page 18: Chi Kun Gunya

CI = (Jumlah penampung yang positif) : (Jumlah penampung yang diperiksa)×100

3. Breteau index (BI) yaitu jumlah penampung air yang positif per 100 rumah yang

diperiksa

BI = (Jumlah penampung yang positif) : (Jumlah rumah yang diperiksa) ×100

B. Vektor Nyamuk Aedes aegypti

Virus chik ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk aedes dari

sub genus stegomyia.Di Indonesia ada 3   jenis nyamuk aedes yang bisa menularkan virus chik

yaitu: A. aegypti, A. albopictus dan A. scutellaris (Depkes RI, 2002). Dari ketiga jenis nyamuk

tersebut A. aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit Chikungunya. Nyamuk ini banyak

ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukanya juga lebih banyak terdapat

di dalam rumah. Keberadaan jentik berhubungan dengan keberadaan vektor nyamuk A. aegypti

juga, oleh karena itu untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk A. aegypti di suatu lokasi

dapat dilakukan beberapa survei di rumah yang dipilih secara acak. Survei nyamuk dilakukan

dengan cara penangkapan nyamuk umpan orang di dalam dan di luar rumah, masing – masing

selama 20 menit per rumah dan penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan menggunakan

aspirator.

Gambar 2.6 Contoh aspirator

18

Page 19: Chi Kun Gunya

Indek – indek nyamuk yang digunakan adalah:

Biting/landing rate = (Jumlah A.aegypti betina yang tertangkap umpan orang ) : (Jumlah

penangkapan ×jumlah jam penangkapan)

Re sting / rumah = (Jumlah A.aegypti betina pada penangkapan nyamuk hinggap) :

(Jumlah rumah yang dilakukan penangkapan )

2.9 Pencegahan dan Pengendalian Vektor Chikungunya

Mengingat vektor penular virus Chikungunya dan virus dengue (DBD) sama, yaitu

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus maka upaya pencegahan Chikungunya hampir

sama dengan pencegahan untuk penyakit DBD. Upaya pencegahan dititikberatkan pada

pengendalian nyamuk penular dapat dilakukan terhadap jentiknya dan nyamuk dewasa. Upaya

terpadu perlu diterapkan untuk pengendalian nyamuk penular vektor Chikungunya dengan

menggunakan metode yang tepat, antara lain dengan pengelolaan lingkungan, perlindungan diri,

pengendalian biologi, pengendalian kimiawi dan pendekatan pemberantasan terpadu.

1. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang berkaitan dengan upaya pencegahan,

ditujukan untuk mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga mengurangi kontak vektor

dengan manusia. Metode pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan Aedes aegypti dan Aedes

albopictus serta mengurangi kontak vektor dengan manusia dengan melakukan kegiatan antara

lain: Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat

perkembangbiakan buatan manusia dan perbaikan desain rumah (Sukamto, 2007).

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada dasarnya adalah pemberantasan jentik atau

mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak. Pencegahan yang dilaksanakan oleh

masyarakat di rumah dan di tempat-tempat umum dengan melaksanakan PSN meliputi:

1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu

sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk

selama 7 –10 hari;

19

Page 20: Chi Kun Gunya

2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain;

3) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu

sekali;

4) Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas seperti kaleng bekas

dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk;

5) Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah;

6) Membersihkan air yang tergenang di atap rumah;

7) Memelihara ikan (Chahaya, 2003).

2. Perlindungan Diri

Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk antara lain seperti:

1) Membersihkan halaman atau kebun di sekitar rumah;

2) Membersihkan saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak;

3) Membuka pintu dan jendela rumah setiap pagi hari sampai sore agar udara segar dan sinar

matahari dapat masuk sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan

demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk;

4) Memakai pakaian pelindung dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dapat merupakan alternatif

penting dalam memutus kontak antara nyamuk dewasa dengan manusia. Pakaian tersebut

cukup tebal atau longgar berlengan panjang dan celana panjang dengan kaos kaki dapat

melindungi tangan dan kaki dari tusukan nyamuk karena merupakan bagian tubuh yang

rawan;

5) Memakai repellent. Repellent atau penolak serangga merupakan sarana pelindung diri

terhadap nyamuk dan serangga yang umumnya digunakan. Bahan ini secara garis besar dibagi

menjadi 2 kategori yaitu penolak alami dan penolak kimiawi. Minyak esensial dan ekstrak

tanaman merupakan bahan pokok penolak alami misalnya minyak neem (pada kayu mahoni).

Penolak kimiawi misalnya DEET (N,N-Diethyl-m-Taluamide) dapat memberikan

perlindungan terhadap nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Repellent dioleskan

seperlunya pada bagian tubuh yang terbuka;

6) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian. Kebiasaan meletakkan pakaian digantungkan

yang terbuka misalnya di belakang pintu kamar. Melipat pakaian atau kain yang bergantungan

dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap pada pakaian tersebut;

20

Page 21: Chi Kun Gunya

7) Tidur siang dengan menggunakan kelambu. Kebiasaan orang tidur pada siang hari akan

mempermudah penyebaran

Chikungunya karena nyamuk betina mencari umpannya pada siang hari (Anies, 2006).

3. Pengendalian Biologi

Menurut Soegijanto (2006), pengendalian biologi dilakukan dengan menggunakan kelompok

hidup baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata.

Pengendalian biologi dapat berperan sebagai patogen dan parasit. Beberapa jenis ikan seperti

ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia) adalah pemangsa yang cocok

untuk larva nyamuk. Beberapa jenis golongan cacing Nematoda seperti Romanomarmis iyengari

dan R.culiciforax merupakan parasit pada larva nyamuk. Sebagai patogen seperti dari golongan

virus, bakteri, fungi atau protozoa dapat dikembangkan sebagai pengendalian hayati larva

nyamuk di tempat perindukannya. (3) Cara Fisik, pemberantasan secara fisik ini dikenal dengan

kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) yaitu: 1) Menguras dan menyikat tempat-tempat

penampungan air seperti bak mandi/wc, drum dan lain-lain seminggu sekali; 2) Menutup rapat-

rapat tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan dan lain-lain; 3) Mengubur atau

menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

4. Pengendalian Kimia

Pengendalian secara kimia terhadap vektor Chikungunya ditujukan pada jentik dan nyamuk

dewasa.

a. Pemberantasan Jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti dilakukan dengan menggunakan insektisida

pembasmi jentik (larvasida) atau dikenal dengan larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan

antara lain adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granula (sand

granula). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk

tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu

dapat pula digunakan golongan insect growth regulator(Depkes, 2005).

b.Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) dengan

insektisida, hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda

21

Page 22: Chi Kun Gunya

yang bergantungan maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada

pemberantasan nyamuk penular malaria (Depkes, 2005).

Insektisida yang digunakan adalah insektisida golongan organophospat misalnya malathion

dan feritrothion. Golongan pyrectic syntetic misalnya lamda sihalotrin dan parmietrin.

Golongan karbamat. Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog atau mesin ultra

low volume (ULV) karena penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan maka tidak

mempunyai efek

residu (Suroso, 2003).

Penyemprotan insektisida dilakukan interval 1 minggu untuk membatasi penularan virus

Chikungunya. Penyemprotan siklus pertama semua nyamuk mengandung virus Chikungunya

(nyamuk inaktif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan insektisida ini dalam

waktu singkat dapat membatasi penularan akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan

pemberantasan jentik agar populasi nyamuk dapat ditekan serendah-rendahnya (Suroso,

2003).

5. Pendekatan Pemberantasan Terpadu

Penggunaan insektisida sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan vektor Chikungunya

sedapat mungkin harus dipadukan dengan metode pengelolaan lingkungan. Selama periode tidak

ada atau sedikit aktifitas virus Chikungunya. Langkah rutin dari pemberantasan sarang nyamuk

dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida untuk wadah yang tidak dapat dikuras isinya, tak

dapat ditutup. Sebagai upaya pengendalian darurat dalam menekan KLB/wabah, dilakukan

program pemberantasan populasi Aedes aegypti dengan cepat, menyeluruh dengan menggunakan

insektisida dan menerapkan teknik-teknik secara terpadu (Sukamto,2007)

6. Penanggulangan KLB Chikungunya

Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya yang meliputi: pengobatan/perawatan

penderita, pemberantasan vektor penular Chikungunya, penyuluhan kepada masyarakat dan

evaluasi/penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB

(Depkes, 2005).

Tujuan penanggulangan KLB adalah untuk membatasi penularan Chikungunya sehingga KLB

yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke wilayah lainnya. Kegiatan yang dilakukan bila

22

Page 23: Chi Kun Gunya

terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu),

PSN Chikungunya, larvasida, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit dan kegiatan

penanggulangan, penyelidikan KLB, pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta kegiatan

surveilans kasusdan vektor.

1. Pengobatan/perawatan penderita

Penderita Chikungunya yang berat dirawat di rumah sakit atau puskesmas yang mempunyai

fasilitas perawatan.

2. Pemberantasan vektor

a. Pengasapan (fogging/ULV) meliputi: 1) Pelaksana, dilakukan oleh petugas dinas kesehatan

kabupaten/kota, puskesmas dan tenaga lain yang telah dilatih; 2) Lokasi meliputi seluruh

daerah yang terjangkit; 3) Sasarannya adalah rumah dan tempat-tempat umum; 4)

Insektisida, sesuai dengan dosis; 5) Menggunakan alat yaitu mesin fog atau ULV; 6)

Carapengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan interval 1 minggu.

b. Pemberantasan sarang nyamuk Chikungunya meliputi:

1) Pelaksana, dilakukan oleh masyarakat di lingkungan masing-masing;

2) Lokasi meliputi seluruh daerah yang terjangkit dan wilayah sekitarnya dan merupakan

satu kesatuan epidemiologis; 3) Sasarannya adalah semua tempat potensial bagi

perindukan nyamuk; tempat penampungan air, barang bekas, lubang pohon/tiang pagar,

tempat minum burung dan sebagainya, di rumah/bangunan dan tempat umum; 4) Dengan

cara melakukan kegiatan 3M plus.

c. Larvasidasi meliputi: 1) Pelaksana, Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas

puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota; 2) Lokasimeliputi seluruh wilayah yang

terjangkit; 3) Sasarannya adalah tempat penampungan air di rumah dan tempat-tempat

umum; 4) Larvasida sesuai dengan dosis; 5) Cara, larvasida dilaksanakan di seluruh

wilayah KLB.

3.Penyuluhan kesehatan masyarakat

Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas menyusun rencana kegiatan penyuluhan.

Pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota setempat. Kegiatan penyuluhan

kesehatan masyarakat (PKM) meliputi: 1) Pertemuan dengan lintas sektor terkait

(Departemen Pendididikan Nasional, Departemen Agama, Pemerintah Daerah Propinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan, Keluarahan/Desa dan lain-lain; 2) Penyuluhan melalui media

23

Page 24: Chi Kun Gunya

elektronik (televisi, radio Pemda/swasta lokal, bioskop, media cetak (surat kabar, pemasangan

spanduk, poster, stiker); 3) Penyuluhan dilaksanakan di sekolah (melalui guru UKS), tempat

ibadah, tempat pemukiman (melalui organisasi wanita PKK dan organisasi lainnya), pasar,

tempat-tempat umum lainnya; 4) Penyuluhan melalui Ketua RT/RW misalnya dengan

membagikan leaflet kepada warga.

4. Penilaian penanggulangan KLB

Penilaian penanggulangan KLB meliputi: (a) Penilaian Operasional ditujukan untuk

mengetahui presentase (coverage) pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan.

Penilaian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah

yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi dan penyuluhan. Pada kunjungan tersebut

dilakukan wawancara apakah rumah sudah dilakukan pengasapan larvasidasi dan pemeriksaan

jentik serta penyuluhan (b) Penilaian Epidemiologi ditujukan untuk mengetahui dampak

upaya penanggulangan terhadap jumlah penderita Chikungunya.

Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan data kasus Chikungunya sebelum dan

sesudah penanggulangan Chikungunya. Data-data tersebut digambarkan dalam grafik per

mingguan, 4 mingguan atau bulanan dan dibandingkan pula dengan keadaan tahun

sebelumnya pada periode yang sama.

24