Chemoreseptor
-
Upload
hanifah-basalamah -
Category
Documents
-
view
30 -
download
4
Transcript of Chemoreseptor
REFLEKS SPINAL PADA KATAK
FUNGSI CHEMORESEPTOR PADA UDANG
Oleh :
Nama
: Hanifah Kholid Basalamah
NIM
: B1J011156
Rombongan: IV
Kelompok
: 2
Asisten
: Tenda Arganata Dewantara
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup mempunyai alat indra untuk mengetahui keadaan luar. Alat indra ini mempunyai sel-sel saraf untuk menangkap rangsangan dari luar yang di sebut reseptor. Reseptor dapat dikelompokan menurut jenis rangsangan yang diterimanya, yaitu chemoreseptor rangsangan berupa kimia, mekanoreseptor rangsangan berupa mekanik atau fisik, fotoreseptor rangsangan berupa cahaya. Sumber rangsangan dapat berupa panas, cahaya dan perubahan mekanis dan kimia yang terjadi dalam lingkungan internal dan eksternal. Saraf juga berfungsi untuk mengorganisir dan mengatur baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai fungsi tubuhh, terutama kegiatan motoris, visceral, endoktrin dan mental (Mahardiono, 1982).Reseptor indra adalah indra saraf yang mengakui sebuah stimulus di lingkungan internal atau eksternal dari sebuah organisme sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang memulai reseptor sensorik tranduksi indra dengan menciptakan aksi pada sel yang sama atau dalam satu berdekatan. Susunan saraf crustacea adalah tangga tali (Irnaningtyas, 2006).Udang adalah hewan dengan ukuran tubuh besar, panjangnya 15-25 cm, bahkan ada yang sampai 90 cm. Habitatnya di perairan pantai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Ciri khas dari udang ini memiliki pasangan kaki kedua pada ujung ini sangat panjang (Mahardiono, 1982). Tubuh udang galah terdiri atas kepala dan dada yang bersatu (cephalothorax). Ciri khas dari udang ini adalah rostrum. Bagian dada terdapat 5 pasang kaki jalan (periopoda) dan pada bagian badan terdapat lima ruas yang masing-masing dilengkapi dengan sepasang kaki renang (pleiopoda). Bagian ekor (uropoda) merupakan ruas terakhir dari ruas badan yang kaki renangnya terdiri dari bagian luar (exopoda), bagian dalam (endopoda) dan bagian ujungnya meruncing di sebut telson (Brotowidjoyo, 1979). 1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi kemoreseptor pada udang air tawar.II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lobster (Cherax sp.), pakan berupa pelet, akuarium, stopwatch, gunting kecil dan senter.2.2 Metode
1. Diisi akuarium dengan air tawar bersih, lalu dimasukkan udang air tawar masing-masing sebanyak 2 ekor2. Dilakukan ablasi antenulla pada udang pertama dan ablasi mata pada udang kedua3. Udang ketiga dibiarkan dalam tiap akuarium utuh sebagai kontrol4. Disajikan pakan ditengah akuarium dan bersamaan dengan udang tersebut menyentuh pakan, tekan tombol pada stopwatch yang telah disiapkan5. Diamati gerakan udang-udang di dalam akuarium dan catat waktu yang diperlukan bagi udang I, II, III sejak pakan disajikan sampai pakan dimakan6. Dilakukan pengamatan selama 10 menit dengan dua kali ulanganIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Chemoreseptor pada Lobster (Macrobrachium sp.)PerlakuanFlickingWithdrawWippingRotationMendekati
pakan
Ablasi NormalI225
256
315
324
733
552
229
855428
140
153
305
519
950
II023
342542
815122
208
736045220
239
433
616
713
805
914
932
945407455
628
700040
058
440
Ablasi
AntenullaI---
-24202
908
II----948
Ablasi MataI554
703
844
907
91234
53107128
136
140
205
222
316
401
411
434
514
546
653
713
733
750
809
836
855 901 919 923
941
952
645252345
354
453
503
522
636-
II152
201
207259
540
554
622
826851
9031322
28
105
109
134144
147
158
233
240
307
329
441
453
510
528
953226337
345113319
636
725
815-
Ablasi TotalI----140
223
440
648
733
818
911
II----033
142
330
602
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan mengenai fungsi chemoreseptor pada lobster maka didapatkan hasil bahwa dari berbagai perlakuan dengan waktu 2 kali 10 menit menimbulkan gerakan-garakan atau tahapan dalam mendekati pakan yang berbeda-beda. Tidak semua perlakuan pada lobster dapat melakukan semua gerakan sekaligus dalam mendekati pakan. Data pengamatan menunjukan bahwa untuk gerakan flicking dan gerakan withdraw hanya dilakukan oleh lobster yang mengalami perlakuan ablasi mata dan normal. Gerakan wipping tidak di lakukan lobster baik itu ablasi antenulla maupun ablasi total. Gerakan rotation dilakukan pada lobster yang mengalami perlakuan ablasi mata dan normal pada 10 menit pertama dan kedua, ablasi yang lainnya tidak mengalami rotation. Gerakan mendekati pakan terjadi ketika perlakuan ablasi normal pada 10 menit ke-1 dan ke-2, dan ablasi total pada 10 menit ke-1 juga ke-2, ablasi antenula pada menit ke-1 dan menit ke-2 sedangkan pada ablasi mata tidak bergerak mendekati pakan.
Data yang didapatkan dari praktikum chemoreseptor terhadap udang (lobster) sesuai dengan pernyataan dari Storer (1975), yang menyatakan bahwa antenulla pada lobster merupakan struktur sensor yang dapat bergerak untuk mencari perlindungan, makan, dan mencari pasangan serta menghindari predator. Oleh karena itu perlakuan ablasi antenulla merupakan gerak yang responsif terhadap pakan, karena fungsi dari antenulla tersebut akan hilang jika dilakukan ablasi atau pemotongan salah satu organ tertentu. Gerak yang paling responsif terhadap pakan adalah dengan perlakuan ablasi total, dimana fungsi dari antenulla masih bekerja dengan baik. Antenulla pada udang dan antenulla panjang adalah struktur gerakan yang berfungsi untuk menerima rangsang yang datang dari lingkungannya. Fungsi lain dari antenulla ialah sebagai media komunikasi antar hewan, yaitu menengkap stimulus kimia berupa pheromon dari hewan lawan jenis (Roger, 1978), juga untuk mengetahui posisi tubuh (Ache, 1975). Lobster memiliki sepasang antena yang berfungsi sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungann dan sepasang antenulla yang berfungsi sebagai alat penciuman (Susanto, 2010). Antenulla selain berfungsi sebagai alat pendeteksi bahan kimia (makanan) juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam mengumpulkan kawanannya. Perilaku ini timbul karena rangsangan kimia (L-glutamate). Ablasi antenulla tersebut mengakibatkan terganggunya keseimbangan tubuh sehingga sulit untuk mendeteksi makanannya (Schmidt, 2004). Ada tiga tahap respon tingkah laku pakan terhadap pakan bagi udang yaitu orientasi, mencari dan mendeteksi pakan. Fungsi dari antenulla menangkap stimulus kimia berupa pheromon dari hewan lawan jenis (Roger, 1978), juga untuk mengetahui posisi tubuh (Ache, 1975).Menurut Harpaz (1990), ada tiga tahap respon tingkah laku pakan terhadap pakan bagi lobster yaitu orientasi, mencari dan mendeteksi pakan. Gerakan-gerakan pada lobster menurut Richard and Gordon (1989), antara lain:
1. Flicking yaitu gerakan pelecutan antenula ke depan, gerak ini terjadi jika ada pakan di depan lobster. Respon dilakukan untuk menangkap ion-ion.
2. Withdraw yaitu gerakan pelecutan antenula ke belakang. Gerak ini terjadi jika ada pakan di belakang lobster dan untuk menghindari musuh.
3. Rotation yaitu gerakan pemutaran antenula. Gerak ini terjadi jika ada pakan di atas lobster. Selain itu, gerakan ini berfungsi untuk mengacaukan ion-ion dalam pakan sehingga pakan dapat dengan mudah dan cepat berdifusi ke dalam sel-sel kemoreseptor.
4. Wipping yaitu gerakan pembersihan antenula. Pembersihan antenula biasanya terjadi bila ada rangsangan mekanik dari aesthetic.
Gerakan wipping adalah gerakan membersihkan antenula dengan mengarahkannya ke ventral diantara ketiga maxilla dan terus ke belakang (dorsal) pada posisi normal sehingga menyebabkan filamen tersisir dan tergosok oleh maxilla yang terayun ke belakang. Rotasi berupa gerakan dari daerah proksimal ke daerah medial. Gerakan flicking dan wipping berbeda dengan withdraw dan rotation. Dua gerakan ini cenderung bukan untuk beradaptasi melainkan untuk persiapan lokomosi yaitu untuk mengenali lingkungan sekitar ( Kay, 1988).Mekanisme stimulus (pakan) sampai pada organ chemoreseptor udang yaitu makanan yang dimasukkan ke dalam akuarium akan berdifusi ke dalam air dalam bentuk ion-ion, kemudian ion-ion tersebut akan diterima oleh sel-sel chemoreseptor pada antennula. Impuls dari antennula akan ditransfer menuju otak oleh neuron afferen. Impuls ini oleh otak diproses menjadi tanggapan dan diteruskan ke organ reseptor melalui neuron efferen. Organ reseptor kemudian melakukan gerakan sesuai dengan informasi dari otak (Ville et al.,1988). Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya chemoatractant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae, mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Harpaz,1990). Menurut Anger (2006), proses pengenalan sinyal kimia dan fisik dari habitatnya bergantung pada sensor dan sistem saraf yang berfungsi baik, khususnya untuk melakukan fungsi chemoreseptor.
Mekanisme chemoreseptor pada udang disebabkan adanya rangsangan berupa senyawa kimia atau ion baik berupa gas maupun cairan. Pakan yang diberikan pada waktu gelap akan terurai menjadi ion-ion kimia yang dideteksi oleh antenulla, kemudian rangsangan ini disampaikan ke otak, dari otak ke neuron afferen. Rangsangan ini oleh otak diproses menjadi tanggapan, kemudian dilanjutkan ke organ reseptor melalui neuron eferent dan kembali lagi ke efektor yang berupa gerakan antenulla (Dall, 1990).IV. KESIMPULAN4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Antenulla pada udang sebagai organ chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi adanya pakan, pertahanan diri, komunikasi antar sesamanya dan untuk mencari pasangannya.
2. Gerakan antenulla meliputi flicking, wipping, withdraw dan rotation.
3. Respon udang terhadap pakan dimulai ketika pakan dimasukkan ke air yang kemudian berdifusi dalam bentuk ion dan diterima antenulla. Rangsangan kemudian diteruskan ke otak, di otak rangsangan diubah menjadi tanggapan dan dikirim ke efektor yang berupa antenulla.DAFTAR REFERENSIAche, B. W. 1975. Antenular Mediated Host Locationby Symbiotic Crustaceans Mar Behaviour Physiology. The Mac Millan Company, New York.
Anger, Klaus. 2006. Contributions of Larval Biology To Crustacean Research: A Review. Balaban, Philadelphia.
Brotowidjoyo, H. D. 1979. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.. Dall, W. 1990. Advances in Marine Biology. Academic Press, London.Gordon, M. S., G.A. Bartholomeno, A.D., Grinele, C. Barker and Fred, N.W., 1982. Animal Physiology. Mac Millan Publishing Co Ltd, New York.
Haipaz, S.D. and R, Galun. 1987. Fariability in Feeding Behaviour of Malaysian Dewaw (Macrobrachium rosenbergii de Man) Diving man puring the Molt Cycle, London.Harpaz, S. 1990. Variability in Freeding Behavior of Malaysian Prawn Macrobrachium Rosenbergii de Man during The Molt Cycle. E.J. Brill, London.Irnaningtyas. 2006. Fisiologi Hewan Invertebrata 2. Fakultas Biologi UNSOED. Purwokerto.
Kay, I. 1988. Introduction to Animal Physiology. Bios Scientific Publisher, London. Mahardiono, A. Pratingyo, 7& Iskandar. 1982. Anatomi Udang. Intermasa Jakarta/
Richard, W.H. and Gordon. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins Publisher, New York.Roger. 1978. Physiology of Animal. Prentice-Hall Inc, New Jersey.
Schmidt, M., Derby, C.D. 2004. Non-olfactory chemoreceptors in asymmetric setae activate antennular grooming behavior in the Caribbean spiny lobster Panulirus argus. The Journal Of Experimental Biology, USA.
Storer, T. I. 1975. General Zoology. Mc Graw Hill Book Compan, New York.
Susanto, G Nugroho. 2010. Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar Sebagai Biota Akuakultur di Indonesia. Bandar LampungVille, C.A., Walker, W.F. dan Barners, R.D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.