Chapter I.pdf

10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terkahir ini munculah istilah akreditasi untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah sakit. Secara umum akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang seseorang untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya. Menurut Kemenkes RI (2011) m Undang-Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, disebutkan bahwa akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi. Beberapa ketentuan yang diatur dalam eskipun akreditasi rumah sakit telah berlangsung sejak tahun 1995, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai mutu pelayanan kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya perubahan yang bermakna terhadap mutu rumah sakit di Indonesia. Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan standar akreditasi rumah sakit yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission International (JCI). Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter I.pdf

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan

    pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

    Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terkahir ini munculah istilah akreditasi

    untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah sakit. Secara umum

    akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang seseorang

    untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya.

    Menurut Kemenkes RI (2011) m

    Undang-Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,

    disebutkan bahwa akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit

    dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia

    rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi. Beberapa ketentuan yang diatur dalam

    eskipun akreditasi rumah sakit telah

    berlangsung sejak tahun 1995, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

    teknologi serta makin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai mutu pelayanan

    kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya perubahan yang bermakna terhadap mutu

    rumah sakit di Indonesia. Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan

    standar akreditasi rumah sakit yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional.

    Dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya

    Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission

    International (JCI).

    Universitas Sumatera Utara

  • UU tentang akreditasi rumah sakit adalah : (1) dalam upaya meningkatkan daya

    saing, rumah sakit dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan,

    (2) rumah sakit yang akan mengikuti akreditasi internasional harus sudah

    mendapatkan status akreditasi nasional, (3) akreditasi internasional hanya dapat

    dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang sudah

    terakreditasi oleh International Society for Quality in Health Care (ISQua).

    Proses akreditasi dilakukan oleh lembaga independen yang memiliki

    kewenangan untuk memberikan penilaian tentang kualitas pelayanan di institusi

    pelayanan kesehatan. Salah satu lembaga akreditasi internasional rumah sakit yang

    telah diakui oleh dunia adalah Joint Commission Internasional (JCI). JCI merupakan

    salah satu divisi dari Joint Commission International Resurces. JCI telah bekerja

    dengan organisasi perawatan kesehatan, departemen kesehatan, dan organisasi global

    di lebih dari 80 negara sejak tahun 1994. JCI merupakan lembaga non pemerintah dan

    tidak terfokus pada keuntungan. Fokus dari JCI adalah meningkatkan keselamatan

    perawatan pasien melalui penyediaan jasa akreditasi dan sertifikasi serta melalui

    layanan konsultasi dan pendidikan yang bertujuan membantu organisasi menerapkan

    solusi praktis dan berkelanjutan.

    Pada bulan September 2007, JCI diterima akreditasi oleh lembaga

    internasional untuk kualitas dalam pelayanan Kesehatan (ISQua). Akreditasi oleh

    ISQua memberikan jaminan bahwa standar, pelatihan dan proses yang digunakan

    oleh JCI untuk survei kinerja organisasi perawatan kesehatan memenuhi standar

    Universitas Sumatera Utara

  • internasional tertinggi untuk badan akreditasi. Melalui akreditasi JCI dan sertifikasi

    maka, organisasi kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber daya dan layanan

    yang menghubungkan mereka dengan komunitas internasional.

    Sejak tahun 2012, akreditasi RS mulai beralih dan berorientasi pada para-

    digma baru dimana penilaian akreditasi didasarkan pada pelayanan berfokus pada

    pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator standar utama penilaian akreditasi baru

    yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012 ini. Dalam standar Akreditasi RS versi

    2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah

    sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dan standar program MDGs (Dirjen

    Bina Upaya Kesehatan, 2012).

    Sejalan dengan visi KARS untuk menjadi badan akreditasi berstandar internasional,

    serta untuk memenuhi tuntutan Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

    yang mewajibkan seluruh rumah sakit di Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanannya

    melalui akreditasi. Standar akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 kelompok sebagai berikut :

    (1)

    Keselamatan pasien di dalam undang-undang rumah sakit tahun 2009

    tentang asas dan tujuan pada Pasal 2 menyatakan bahwa rumah sakit diselenggarakan

    berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan

    profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,

    perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.

    Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien, (2) Kelompok Standar Manajemen

    Rumah Sakit, (3) Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien dan (4) Kelompok Sasaran

    Menuju Millenium Development Goals.

    Universitas Sumatera Utara

  • Keselamatan pasien (patient safety) merupakan isu global dan nasional bagi

    rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

    pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Dalam lingkup

    nasional, sejak bulan Agustus 2005, Menteri Kesehatan RI telah mencanangkan

    Gerakan Nasional Keselamatan Pasien (GNKP) Rumah Sakit, selanjutnya Komite

    Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Depkes RI telah pula menyusun Standar

    Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KP RS) yang dimasukkan ke dalam instrumen

    akreditasi RS di Indonesia. Fokus tentang keselamatan pasien ini didorong oleh masih

    tingginya angka Kejadian Tak Diinginkan (KTD) atau Adverse Event (AE) di RS

    secara global maupun nasional. KTD yang terjadi di berbagai negara diperkirakan

    sekitar 4.0-16.6 % (Raleigh et al, 2008), dan hampir 50 % di antaranya diperkirakan

    adalah kejadian yang dapat dicegah. Akibat KTD ini diindikasikan menghabiskan

    biaya yang sangat mahal baik bagi pasien maupun sistem layanan kesehatan (Flin,

    2007). Data KTD di Indonesia sendiri masih sulit diperoleh secara lengkap dan

    akurat, tetapi diperkirakan kasusnya cukup banyak (KKP-RS, 2006).

    WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007

    resmi menerbitkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi

    Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh

    pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan

    mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Sembilan Solusi ini merupakan

    Universitas Sumatera Utara

  • panduan yang sangat bermanfaat membantu rumah sakit, memperbaiki proses asuhan

    pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

    Cerminan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari kualitas pelayanan

    Instalasi Gawat Darurat (IGD). Jika pelayanan IGD pada suatu rumah sakit sudah

    baik, maka dapat dikatakan pelayanan rumah sakit secara umum juga sudah baik.

    Oleh sebab keberhasilan pelayanan pada suatu rumah sakit sangat ditentukan dari

    kualitas pelayanan di IGD.

    Pasien dengan jenis penyakit dan kondisi yang beragam menunjukkan

    begitu kompleksnya pelayanan di IGD, oleh karena itu petugas kesehatan di IGD

    harus mampu memberikan pelayanan dengan cepat, tepat serta cermat dan

    profesional dengan hasil pelayanan yang bermutu. Hal ini sesuai dengan dimensi

    mutu pelayanan yang utama adalah daya tanggap yang menunjukkan kemampuan

    petugas kesehatan menolong pasien dan kesiapannya melayani sesuai prosedur dan

    bisa memenuhi harapan pasien.

    Konsep pelayanan IGD sesuai dengan pasal 29 Undang-Undang Republik

    Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyebutkan bahwa setiap rumah

    sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien

    sesuai dengan kemampuannya serta membuat, melaksanakan dan menjaga standar

    pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien. Hal ini

    juga dikuatkan dalam pasal 32 Undang-Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2009

    tentang kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan

    Universitas Sumatera Utara

  • kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan

    bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam

    pelayanan kesehatan tersebut juga harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan

    medis dan non medis yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan

    dan juga harus memenuhi standar mutu, keamanan dan keselamatan. Dengan

    demikian upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit hendaknya

    dimulai dari peningkatan kualitas pelayanan di IGD.

    IGD merupakan unit pelayanan yang sangat rentan dengan keselamatan

    pasien. Karena IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

    asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan

    darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien

    gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat,

    tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan (Depkes RI, 2006)

    Penelitian Putera dkk (2009) tentang Tingkat Kesesuaian Standar Akreditasi

    Terhadap Strategi dan Rencana Pengembangan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

    Studi Kasus di RSUD Cut Meutia Aceh Utara menyimpulkan bahwa tingkat

    kesesuaian pelaksanaan standar akreditasi pelayanan instalasi gawat darurat belum

    memenuhi standar akreditasi, sesuai dengan standar akreditasi yang telah ditetapkan

    oleh Dep.Kes RI, kecuali standar falsafah dan tujuan yang sudah memenuhi standar

    akreditasi. Strategi dan rencana pengembangan pelayanan untuk tercapai standar

    akreditasi harus adanya komitmen, penyusunan program, sosialisasi program,

    Universitas Sumatera Utara

  • pemenuhan dokumen, SOP atau protap, SK Direktur, melengkapi sarana dan

    prasarana, melakukan program pelatihan, melakukan monev serta perbaikan yang

    diperlukan. Pelaksanaan pelayanan gawat darurat selama ini dilaksanakan hanya

    kegiatan rutinitas saja tidak ada suatu target untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

    bagi pasien. Tidak ada evaluasi yang dilakukan sehingga petugas tidak mengetahui

    apakah pelayanan yang diberikan telah memenuhi kebutuhan pasien atau belum, dan

    juga tidak mengetahui apakah pelayanan yang diberikan telah memenuhi standar

    akreditasi atau belum.

    Pelayanan gawat darurat yang beroriantasi kepada keselamatan pasien terkait

    dengan pelayanan yang diberikan harus memenuhi mutu pelayanan yang baik. Oleh

    karena itu diperlukan IGD yang memenuhi standar pelayanan, yang diakui oleh

    publik pelayanan kesehatan, dan yang mampu meningkatkan mutu pelayanan.

    Apabila pelayanan telah dilakukan dengan baik sesuai dengan standar maka hal

    tersebut dapat menimbulkan efek positif berupa mengurangi tingkat kesalahan,

    mempercepat pelayanan terhadap pasien, mengurangi angka kesakitan dan kematian,

    meningkatnya jumlah kunjungan pasien, meningkatnya pendapatan rumah sakit,

    meningkatnya kesejahteraan karyawan, biaya pengobatan lebih murah, administrasi

    atau pelaporan akan terkelola dengan baik, dan banyak hal-hal positif lainnya yang

    dapat diambil termasuk mutu pelayanan.

    Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

    konsep mutu pelayanan IGD merupakan salah satu unit pelaksana fungsional yang

    Universitas Sumatera Utara

  • sangat strategis karena memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dengan

    problem medis akut, sehingga perlu dikembangkan. IGD perlu diperhatikan oleh

    karena kegiatannya memerlukan pengelolaan yang khusus terkait dengan sifat

    kegawatdaruratannya, memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang tinggi dan

    kontrol diri yang baik, kecepatan dan ketepatan bertindak, kemampuan menenangkan

    pengunjung dengan kondisi emosi yang labil, yang keseluruhannya akan menentukan

    mutu pelayanan rumah sakit.

    RSUP. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan,

    sehingga tingkat kunjungan pasien cukup tinggi dengan jenis penyakit yang beragam.

    Tingginya tingkat kunjungan pasien mengharuskan IGD RSUP. H. Adam Malik

    melakukan pelayanan sesuai dengan standar sebagai upaya penyelamatan pasien.

    Menurut Wijaya (2010) pasien yang masuk ke IGD dapat diklasifikasikan :

    (1) Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang

    memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat, (2) Darurat adalah suatu keadaan

    yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti

    kegawatan dan (3) Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa

    disebabkan oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan,

    Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau cacat.

    Penanganan pasien IGD dengan klasifikasi yang demikian membutuhkan

    suatu standar pelayanan yang bermutu mengacu kepada standar tersebut telah dibuat

    dalam JCI (2011). Keseluruhan standar JCI setelah diidentifikasi, maka diperoleh

    Universitas Sumatera Utara

  • standar yang paling relevan digunakan dalam mengkaji keselamatan pasien yang

    terkait dengan mutu pelayanan di IGD adalah sasaran keselamatan pasien rumah sakit

    meliputi indikator : (1) ketepatan identifikasi pasien, (2) peningkatan komunikasi

    yang efektif, (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, (4) kepastian

    tepat lokasi tepat prosedur, tepat pasien operasi, (5) pengurangan risiko infeksi terkait

    pelayanan kesehatan dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh.

    Penerapan standar JCI di RSUP. H. Adam Malik Medan yang terkait dengan

    aspek keselamatan pasien sampai saat ini sedang dalam proses dan dilakukan

    penyempurnaan secara manajemen, sumber daya manusia maupun fasilitas. Proses

    penerapan standar JCI di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan belum optimal, hal ini

    ditandai dengan belum terlaksananya sesuai standar tentang sasaran keselamatan

    pasien.

    Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa perlu melakukan kajian

    tentang hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan penerapan standar

    JCI tentang keselamatan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

    1.2 Permasalahan

    Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi

    permasalahan penelitian adalah : apakah pengetahuan dan kemampuan perawat

    berhubungan dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien di IGD

    RSUP. H. Adam Malik Medan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.3 Tujuan Penelitian

    Menganalisis hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan

    penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik

    Medan.

    1.4 Hipotesis

    Pengetahuan dan kemampuan perawat berhubungan dengan penerapan standar

    JCI tentang keselamatan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi RSUP.

    H.Adam Malik Medan khususnya bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai

    masukan dalam rangka peningkatan mutu program keselamatan pasien di rumah

    sakit.

    Universitas Sumatera Utara