BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak;...

18
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan budaya, yang selaras dan didukung oleh beragam etnik yang menyatu dalam sebuah bangsa. Kesenian merupakan hasil produk budaya, yang dalam keberadaannya selalu tidak lepas dari masyarakat, karena kesenian itu lahir dari gagsasan dan aktivitas masyarakat itu sendiri. Kesenian pun tidak akan pernah hilang kalau masih difungsikan masyarakat pendukungnya. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986), menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur. Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Di sisi lain, kesenian itu sendiri masih terdiri dari beberapa sub bagian seperti seni: musik, sastra (cerita rakyat, pantun), tari, teater, dan lain-lain. Demikian pula kesenian dalam masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda memiliki begitu banyak kesenian, salah satunya adalah 1 1 Disini penulis hanya memaparkan sedikit tentang gamelan sunda yaitu gamelan degung dengan tujuan untuk memperkenalkan sekilas tentang kesenian gamelan khas masyarakat sunda. gamelan. Gamelan Sunda yang merupakan salah satu bentuk kesenian musik masyarakat Sunda. Gamelan ini ada yang berlaras salendro, pelog, dan degung Secara budaya, istilah degung memiliki dua pengertian, yaitu: (a) nama seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan- degung. Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog dan salendro, baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya, Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak;...

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan budaya, yang

selaras dan didukung oleh beragam etnik yang menyatu dalam sebuah bangsa.

Kesenian merupakan hasil produk budaya, yang dalam keberadaannya selalu tidak

lepas dari masyarakat, karena kesenian itu lahir dari gagsasan dan aktivitas

masyarakat itu sendiri. Kesenian pun tidak akan pernah hilang kalau masih

difungsikan masyarakat pendukungnya.

Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986),

menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur. Salah satu unsur

kebudayaan adalah kesenian. Di sisi lain, kesenian itu sendiri masih terdiri dari

beberapa sub bagian seperti seni: musik, sastra (cerita rakyat, pantun), tari, teater,

dan lain-lain. Demikian pula kesenian dalam masyarakat Sunda.

Masyarakat Sunda memiliki begitu banyak kesenian, salah satunya

adalah 1

1 Disini penulis hanya memaparkan sedikit tentang gamelan sunda yaitu gamelan degung dengan tujuan untuk memperkenalkan sekilas tentang kesenian gamelan khas masyarakat sunda.

gamelan. Gamelan Sunda yang merupakan salah satu bentuk kesenian

musik masyarakat Sunda. Gamelan ini ada yang berlaras salendro, pelog, dan

degung Secara budaya, istilah degung memiliki dua pengertian, yaitu: (a) nama

seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan-

degung. Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog

dan salendro, baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

maupun konteks sosialnya; (b) Nama laras 2

http://www.wikipedia.com

(tangga nada) yang merupakan

bagian dari laras salendro berdasarkan teori R. Machjar Angga Koesoemahdinata.

Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk nada) mi

(2) dan la (5) dan degung triswara (tumbuk nada da (1), na (3), dan ti (4).

(sumber: ).

Karena perbedaan inilah maka degung dimaklumi sebagai musik yang khas

dan merupakan identitas kebudayaan masyarakat Sunda. Arti degung dalam

konteks Nusantara sebenarnya memiliki hubungan dengan kebudayaan sejenis,

yaitu gangsa di Jawa Tengah, gong di Bali, atau goong di Banten. Semuanya

merujuk kepada musik gamelan. Gamelan merupakan sekelompok waditra 3

Jaap Kunst dalam bukunya Toonkunst van Java (Kunst, 1934), mencatat

bahwa awal perkembangan degung adalah sekitar akhir abad ke-18 sampai awal

abad ke-19. Dalam studi literaturnya, disebutkan bahwa kata degung pertama kali

muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus yang disusun oleh H.J. Oosting.

dengan cara membunyikan alatnya kebanyakan dipukul. (sumber:

http://www.wikipedia. com).

Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung

merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa

(bahasa Sunda Lama) yaitu bahwa kata degung berasal dari kata ngadeg (berdiri)

dan agung” (megah), atau pangagung (menak; bangsawan), yang mengandung

2Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian yang sama dengan tangga nada pada musik barat, yakni: deretan nada-nada, baik turun maupun naik, yang disusun dalam satu oktaf dengan interval tertentu.

3Wadrita adalah istilah dalam bahasa sunda yang berarti sebutang untuk alat-alat bunyi yang biasa dipergunakan sebagai alat musik tradisional, nama wadrita dipergunakan sebagai nama perusahaan sesuai dengan nama produk yang dibuat yaitu alat musik tradisional Sunda. Waditra dikelompokkan menjadi enam rumpun, yaitu waditra berperangkat, waditra tiup, waditra gesek, waditra tepuk, waditra petik, dan waditra tatabeuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat

bangsawan.

Nama-nama wadrita yang terdapat dalam gamelan degung ini adalah:

1. Bonang, terdiri dari 14 penclon. Bonang biasanya sebagai pembawa

melodinya.

2. Saron/Cempres, terdiri dari 14 bilah.

3. Panerus, bentuk dan jumlah nada sama dengan saron, hanya berbeda

dalam oktafnya.

4. Jengglong terdiri dari 6 buah gong kecil. Penempatannya ada yang

digantung ada pula yang disimpan.

5. Suling, suling yang digunakan biasanya mempunyai 4 buah lobang

udara.

6. Kendang, terdiri dari satu buah kendang besar, dan dua buah kendang

kecil (kulanter).

7. Gong, pada mulanya hanya satu gong besar saja, kemudian sekarang

memakai kempul, seperti yang digunakan pada gamelan pelog-

salendro.

(sumber: www.wikipedia.com)

Di antara wadrita di atas, selain suling, kendang juga merupakan alat musik

pembawa irama. Menurut pernyataan Yudoyono (1998:84), “Dari seperangkat alat

gamelan jawa, yang paling menjadi pusat perhatian atapun pendengar gending-

gending adalah alat yang disebut kendang”.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

Kendang adalah salah satu wadrita yang berperan penting dalam suatu

pementasan, karena kendang menjadi pendukung yang sangat dominan dan

komunikatif, mengendalikan tempo dan irama setiap lagu, baik tempo pokok

maipun irama cepat atau lambat, ditangkap dengan bunyi kendang termasuk

didalamnya mengawali dan mengakhiri gendingan. Selain itu ritmis kendang dan

melodi kendang dapat menghantarkan kita kedalam suasana riang dan gembira.

Menurut Soepandi (1987:21) fungsi kendang didalam karawitan sunda

sedikitnya ada 5 kategori, hal itu disebut Panca pramakaras yang berarti 5 huruf

pertama sebagai berikut:

1. Anggeran wiletan yaitu penjaga irama.

2. Anceran wiletan yaitu pemberi irama baik pada awal lagu maupun

pertengahan lagu sesuai kebutuhan.

3. Amardawa lagu yaitu sebagai melodi lagu.

4. Arkuh lagu yaitu kerangka lagu.

5. Adumanis lagu yaitu pendukung ritmis pada wadrita-wadrita lain dan

sinden yang memberi variasi.

Kendang pada mulanya ditemukan oleh manusia di peradaban awal yang

memiliki kebiasaan memukul-mukul benda sekitarnya untuk mengekspresikan

kegembiraan, misalnya saat berhasil menangkap binatang buruan.

Dalam 4

4 Ekskavasi = penggalian yg dilakukan di tempat yg mengandung benda purbakala

ekskavasi di berbagai wilayah di dunia ditemukan kendang/drum tertua

dari masa neolitikum.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

Kendang merupakan salah satu instrument tradisional Sunda yang boleh

dikatakan memberi pengaruh besar terhadap kesenian lain diluar kesenian Sunda.

Pada perkembangan musik gamelan Jawa yaitu pada musik campursari (satu

genre musik populer Jawa), kendang yang digunakan adalah kendang Sunda. Alat

musik kendang merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara

dipukul dengan kedua telapak tangan, dan diredam oleh telapak kaki kiri

pemainnya. Ditempatkan di depan pemain secara horizontal. Biasanya pemain

kendang Sunda memainkan dua kendang yaitu kendang dan kulanter (kendang

kecil).

Dalam konteks budaya, berdasarkan bentuk dan wujudnya, terdapat 2

jenis waditra kendang Sunda, antara yaitu:

1. Kendang besar (indung) yang berukuran besar, Kendang yang biasa

dipergunakan dalam jaipongan, wayangan (teater wayang kulit atau golek),

kacapian (ensambel kecapi Sunda), dan lain-lain. Membran atas disebut

kempyang dan membran bawh disebut gedug.

2. Kulanter adalah kendang yang berukuran kecil. Kendang ini berperan untuk

menambah variasi tabuhan kendang sedang, sebab pemakaiannya tidak

terlepas dari kendang indung (wawancara dengan Ade Herdiyat Januari 2014).

Membran atas disebut kutiplak dan membran bawah disebut kutipang.

Seiring berjalannya waktu, Instrumen tradisional kendang Sunda kini

tengah diupayakan agar diakui UNESCO (Unites Nations Educations and Science

Organization) sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Saat ini, kendang

Sunda juga tengah diupayakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar masuk ke

dalam daftar Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dari pengakuan seorang

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

seniman Bandung yang bernama Wahyu Roche, seniman asal Kabupaten Bandung

yang juga berdinas di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat (wawancara

dengan Asep Permata Bunda, 4 Mei 2014 di Medan).

Hal ini yang sebenarnya menjadi perhatian penulis, ketika kendang Sunda

ingin dijadikan warisan kebudayaan dunia, hingga kini masih sulit mencari

pembuat kendang diluar tempat asalnya. Padahal kesenian Sunda juga harus tetap

dijaga sekalipun jauh dari tempat asalnya.

Pada 4 Mei 2014, penulis bertemu dan berbincang dengan seorang

pembuat kendang Sunda di Medan, tepatnya di Jalan Antariksa Gang Kembar No.

16 Medan Polonia, yang bernama Asep Permata Bunda (panggilan akrabnya Kang

Asep). Kang Asep adalah satu-satunya pembuat kendang di Medan. Menurut

beliau, kendang masuk ke dalam budaya Sunda sebelum zaman penjajahan

Belanda dan digunakan sebagai penyebaran agama Islam.

Kang Asep mulai tertarik terhadap kendang Sunda semenjak tahun 1984

sejak beliau masih kecil lagi. Dia mengikuti jejak kakeknya yang pada saat itu

juga membuat kendang Sunda. Menurut pengakuannya, Kang Asep pada awalnya

hanya penasaran membedah alat musik kendang yang dibuat kakeknya dan

mengatakan bahwa bahan yang dibuat untuk membuat kendang itu tidaklah begitu

sulit didapat dan pembuatannya masih manual bahkan hingga sekarang. Bahan

yang diperlukan untuk membuat kendang adalah kayu nangka (Artocarpus

heterophyllus) yang mempunyai tekstur yang lunak, kulit kerbau jantan yang

sudah dikeringkan, tali rotan, alat bubu kayu, pahatan, palu, batu. Karena merasa

mampu, perlahan Kang Asep mencoba-coba membuat kendang dan mulai bisa

menyetem rotan (sebagai alat penyetem nada pada kendang). Lama kelamaan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

beliau mulai tertarik untuk membuat kendang sendiri. Hingga akhirnya kendang

buatannya bisa diperjualbelikan.

Menurut Kang Asep, kesulitan dalam pembuatan kendang hanyalah pada

saat mencari kayu terbaik dan mengeringkan kulit kerbau yang diperlukan.

Keunikan kendang yang dibuat oleh Kang Asep tidak terlepas dari bahan

pembuatannya. Kang Asep menggunakan kayu mahoni untuk pembuatan

kendangnya. Karena menurut Kang Asep, sudah sulit untuk mencari pohon

nangka yang berkualitas. Sampai kini, menurut pengakuan Kang Ade Herdiyat

(dosen praktik musik Sunda Etnomusikologi USU), Kang Asep ini adalah satu-

satunya pembuat kendang Sunda di Medan.

Dengan melihat keadaan yang seperti itu, maka penulis tertarik untuk

mengkaji kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda ini, dari perspektif

Etnomusikologi, ilmu yang selama empat tahun ini penulis pelajari di Departemen

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Tentu saja perlu dipahami apa itu etnomusikologi dalam konteks penelitian ini.

Untuk mengkaji aspek organologis kendang Sunda buatan Kang Asep

Permata Bunda di medan ini, penulis akan mengkajinya dari disiplin

etnomusikologi. Penjelasan mengenai apa itu etnomusikologi adalah seperti

kutipan dari laman web resmi Society for Ethnomusicology sebagai berikut.

Ethnomusicology encompasses the study of music-making throughout the world, from the distant past to the present. Ethnomusicologists explore the ideas, activities, instruments, and sounds with which people create music. European and Chinese classical musics, Cajun dance, Cuban song, hip hop, Nigerian juju, Javanese gamelan, Navajo ritual healing, and Hawaiian chant are a few examples of the many varieties of music-making examined in ethnomusicology. Ethnomusicology is interdisciplinary--many ethnomusicologists have a background not only in music but in such areas as anthropology, folklore, dance, linguistics, psychology, and

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

history. Ethnomusicologists generally employ the methods of ethnography in their research. They spend extended periods of time with a music community, observe and document what happens, ask questions, and sometimes learn to play the community’s types of music. Ethnomusicologists may also rely on archives, libraries, and museums for resources related to the history of music traditions. Sometimes ethnomusicologists help individuals and communities to document and promote their musical practices. Most ethnomusicologists work as professors at colleges and universities, where they teach and carry out research. A significant number work with museums, festivals, archives, libraries, record labels, schools, and other institutions, where they focus on increasing public knowledge and appreciation of the world’s music. Many colleges and universities have programs in ethnomusicology. To see a list of some of these programs, visit our guide to Programs in Ethnomusicology (http://webdb.iu.edu)

Dalam situs web tersebut dipaparkan bahwa etnomusikologi adalah kajian

yang menjangkau terbentuknya musik di seluruh dunia ini, dari masa dahulu

hingga sekarang. Etnomusikologi mengeksplorasi segala gagasan, kegiatan, alat-

alat musik, suara ang dihasilkan (alat-alat musik atau vokal), dengan masyarakat

yang menghasilkan musik tersebut. Musik klasik Eropa dan China, tarian Cajun,

nyanyian masyarakat Kuba, hip hop, juju dari Nigeria, gamelan Jawa, ritual

penyembuhan penyakit masyarakat Indian Navaho, nyanyian keagamaan Hawaii,

adalah beberapa ccontoh budaya kajian terhadap musik di seluruh dunia, yang

dilakukan oleh para etnomusikolog. Etnomusikologi merupakan disiplin ilmu

pengetahuan yang sifatnya interdisiplin. Beberapa etnomusikolog mempunyai

latar belakang tidak hanya di dalam musik tetapi ada yang berasal dari bidang

ilmu antropologi, folklor, tari, linguistik, psikologi, dan sejarah. Etnomusikologi

secara umum melibatkan metode etnografi dalam penelitiannya. Para

etnomusikolog mengkaji musik dalam dimensi waktu dan komunitas

pendukungnya, mengamati, mengumpulkan dokumen tentang apa yang terjadi,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

bertanya tentang apa yang diteliti, dan juga turut terlibat memainkan musik seperti

yang dilakukan komunitasnya. Para etnomusikolog juga melakukan studi terhadap

arsip, perpustakaan, dan museum, untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan

dengan sejarah musik. Kadangkala etnomusikolog melakukan dokumentasi dan

mempromosikan pertunjukan musik. Sebahagian besar etnomusikolog biasanya

menjadi ilmuwan di berbagai jenis pendidikan dan universitas. Sejumlah karya

penting mereka berkaitan dengan museum, festival, arsip, perpustakaan, label

rekaman, sekolah, berbagai institusi, di mana mereka memfokuskan pencerahan

kepada pengetahuan dan apresiasi musik di seluruh dunia. Beberapa perguruan

tinggi dan universitas mempunyai program etnomusikologi.

Dari kutipan di atas dengan jelas menyatakan bahwa etnomusikologi

adalah ilmu yang mengkaji budaya musik di seluruh dunia dari masa dahulu

sampai sekarang. Di antara kajian itu adalah tentang alat musik, termasuk

gamelan Jawa. Dalam skripsi nantinya penulis akan mengkaji alat musik kendang

Sunda, dari sisi organologis.

Kajian organologi atau kebudayaan material musik dalam etnomusikologi

telah dikemukakan oleh Merriam (1964) sebagai berikut. Wilayah ini meliputi

kajian terhadap alat musik yang disusun oleh peneliti dengan klasifikasi yang

biasa digunakan, yaitu: idiofon, membranofon, aerofon, dan kordofon. Selain itu

pula, setiap alat musik harus diukur, dideskripsikan, dan digambar dengan skala

atau difoto; prinsip-prinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi,

metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada-nada yang dihasilkan, dan

masalah teoretis perlu pula dicatat. Selain masalah deskripsi alat musik, masih

ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

etnomusikologi. Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-

alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Adakah alat musik yang

dikeramatkan? Adakah alat-alat musik yang melambangkan jenis-jenis aktivitas

budaya atau sosial alain selain musik? Apakah alat-alat musik tertentu merupakan

pertanda bagi pesan-pesan tertentu pada masyarakat luas? Apakah suara-suara

atau bentuk-bentuk alat musik tertentu berhubungan dengan emosi-emosi khusus,

keberadaan manusia, upacara-upacara, atau tanda-tanda tertentu?

Nilai ekonomi alat musik juga penting. Mungkin ada beberapa spesialis yang

mencari nafkahnya dari membuat alat musik. Apakah ada atau tidak spesialis

pada suatu masyarakat? Apakah proses pembuatan alat musik melibatkan waktu

pembuatnya? Alat musik dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; dalam keadaan

apa pun, produksi alat musik merupakan bagian dari kegiatan ekonomi di dalam

masyarakatnya secara luas. Alat musik mungkin dianggap sebagai lambang

kekayaan; mungkin dimiliki perorangan; jika memilikinya mungkin diakui secara

individual akan tetapi untuk kepentingan praktis diabaikan; atau mungkin alat-alat

musik ini menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu. Penyebaran

alat musik mempunyai makna yang sangat penting di dalam kajian-kajian difusi

dan di dalam rekonstruksi sejarah kebudayaan, dan kadang-kadang dapat memberi

petunjuk atau menetukan perpindahan penduuduk melalui studi alat musik.

Sesuai pendapat Merriam tersebut, kendang Sunda termasuk kajian budaya

material musik. Alat musik ini termasuk ke dalam klasifikasi membranofon.

Selanjutnya adalah gendang yang berbentuk barel. Dipukul dengan dua telapak

tangan pemain dan kadangkala diredam dengan tumit kaki kiri pemainnya. Alat

musik ini akan penulis ukur, difoto, baik bagian eksternal maupun internalnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

Seterusnya penulis akan memperhatikan dekorasi, pengecatan, warna, dan

seterusnya. Selain itu, penulis akan bertanya bagaimana persepsi pemain musik,

seniman Sunda, dan masyarakat Sunda mengenai kendang ini. Apakah ia

memiliki lambang? Semua yang dipertanyakan Merriam mengenai alat musik

akan penulis teliti dalam penelitian ini. Aspek kedua adalah mengenai sisi

ekonomi dalam alat musik, dalam hal ini kendang Sunda. Penelitian tentang hal

ini berkaitan dengan distribusi dan penjualannya, terutama di Medan, Sumatera

Utara, dan sekitarnya. Apakah Kang Asep Permata Bunda mengutamakan sisi

ekonomi atau mengutamakan sisi budaya, atau gabungan keduanya dalam konetks

pembuatan kendang Sunda ini.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih dalam lagi tentang kendang sunda buatan Kang Asep. Penelitian ini

akan dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul: Kajian Organologis

Kendang Sunda Buatan Kang Asep Permata Bunda di Jalan Antariksa Gang

Kembar No. 16 Medan Polonia.

2. Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan

sebelumnya, maka pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan

ini, yaitu Bagaimana struktur organologis kendang Sunda buatan Kang Asep

Permata Bunda di Medan? Kajian organologi ini berkaitan dengan aspek

struktural dan fungsional. Struktural yang dimaksud adalah bagian-bagian

kendang, seperti badan, kulit, penalian, penyeteman, rotan, dan lain-lainnya.

Sedangkan aspek fungsional adalah apa fungsi bagian-bagian kendang Sunda itu

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

secara musikal, seperti fungsi pembawa ritme, fungsi menghasilkan warna suara

atau onomatope, dan hal-hal sejenis.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terhadap Kendang Sunda adalah untuk mengetahui struktur

organologis dan fungsi musikal kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda

di Medan.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai

kendang Sunda di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya di kemudian hari.

3. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama

mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

4. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di

Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

5. Konsep dan Teori

5.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwa kongkret (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka,2005).

Organologi adalah bidang kajian dalam etnomusikologi yang memfokuskan

perhatian kepada struktur dan fungsi alat musik. Ketika membicarakan tentang

kajian organologi, maka aspek yang ikut dibahas di antaranya adalah ukuran dan

bentuk fisiknya termasuk hiasannya, bahan dan prinsip pembuatannya, metode

dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan, serta aspek

sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) bahwa organologi

yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik itu sendiri. Selanjutnya

menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya

meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan

ilmu pengetahuan dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan,

fungsi musikal, dekoratif dan variasi dari sosial budaya.

Dari uraian tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa studi

organologis adalah suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari

instrumen musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deskripsi alat musik

itu sendiri dari berbagai pendekatan ilmu sosial budaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

5.2 Teori

Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan dapat

meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan

menjadi keterangan-keterangan empiris yang berpencar (Moh. Nazir, 1993 : 22 -

25).

Untuk mengkaji secara organologis mengenai alat musik dalam hal ini alat

musik kendang Sunda, penulis menggunakan teori struktural dan fungsional yang

dikemukakan oleh Susumu Khasima. Menurutnya dua pendekatan yang dapat

dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan

fungsional. Secara struktural yaitu aspek fisik instrumen musik, pengamatan,

mengukur, merekam, serta menggambar bentuk instrumen, ukurannya,

konstruksinya, dan bahan yang dipakai.

Di sisi lain, secara fungsional, yaitu: fungsi instrumen sebagai alat untuk

memproduksi suara. Selanjutnya meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat

metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang diproduksi, (dalam

kaitannya dengan komposisi musik) dan kekuatan suara.

Di dalam penulisan ini selain teori yang dikemukakan oleh Susumu

Khasima di atas penulis juga menggunakan teori-teori lain yang menyinggung

tentang pendeskripsian alat musik khususnya alat musik kendang, sebagai acuan

dalam pendeskripsian alat musik kendang. Sedangkan mengenai klasifikasi alat

musik kendang dalam penulisan ini penulis mengacu pada teori yang di

kemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) mengenai pengklasifikasian

alat musik yaitu: ”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian

yaitu:

- Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu

sendiri,

- Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,

- Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran,

- Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Mengacu pada teori tersebut , maka kendang sunda adalah instrument musik

membranofon dimana penggetar utama bunyinya melalui membran atau kulit.

Salah satu perhatian etnomusikologi adalah studi tentang peralatan musik

yang dipakai sebagai media ekspresi dari sebuah kebudayaan (musikal). Hal ini

diperte

gas lagi dengan pendapat bahwa kajian etnomusikologi bukan hanya dari

aspek yang berhubungan dengan bunyi musikal, aspek sosial, konteks budaya

psikologis dan estetika melainkan juga paling sedikit ada enam aspek yang

menjadi perhatiannya. Salah satu diantaranya adalah materi kebudayaan musikal

(Merriam, 1964: 45). Bidang ini adalah lahan penelitian bagi ilmu organologi

yang merupakan bagian dari etnomusikologi itu sendiri. Pembahasan bidang ilmu

ini meliputi bidang semua aspek yang berkaitan dengan alat musikal,seperti

ukuran dan bentuk (termasuk pola hiasan) fisiknya,bahan dan prinsip

pembuatannya,metode dan teknik memainkannya,bunyi/nada dan wilayah nada

yang dihasilkannya.Serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

6. Metode Penelitian

Arti metode pada tulisan ini adalah sebagai suatu cara atau teknis yang

dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya

dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta

dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan

kebenaran (Mardalis, 2003:24).

6.1 Studi Kepustakaan

Sebelum mengadakan penelitian lapangan, terlebih dahulu dilakukan studi

kepustakaan yaitu dengan membaca bahan yang relevan, baik itu tulisan-tulisan

ilmiah, literatur, majalah, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan

objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data relevan untuk

mendukung penulisan skripsi ini.

6.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan dangan observasi langsung ke daerah

penelitian yaitu rumah Kang Asep dan mencari narasumber dari tokoh masyarakat

Sunda yang ada di kotamadya medan sebagai narasumber lainya.

6.3 Observasi

Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan

sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap

kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1987:54).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

6.4 Wawancara

Penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukakan oleh

Koentjaraningrat untuk melakukan wawancara (1985:139) yaitu: wawancara

berfokus (focused interview), wawancara bebas (free interview,) dan wawancara

sambil lalu (casual interview). Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan

daftar pertanyaan dan pernyataan yang akan ditanyakan pada saat wawancara.

Pertanyaan bisa diajukan secara bebas ataupun tertuju dari satu topik ke topik lain

yang dimana materinya tetap berkaitan dengan topik penelitian.

Penulis akan melakukan wawancara langsung terhadap informan, yang

dimana dalam hal ini Kang Asep selaku informan kunci dan beberapa informan-

informan lainnya.

6.5 Kerja Laboratorium

Penulis akan mengumpulkan data-data dari hasil kerja lapangan yang

diperoleh dari objek penelitian penulis dengan data dan informasi yang didapat

dari beberapa informasi tertulis maupun lisan. Keseluruhan data yang telah

terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium. Data-

data yang bersifat analisis nantinya akan disusun dengan sistematika penulisan

ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang

telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data

tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Meriam,

1995:85).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42122/4/Chapter I.pdf · pangagung(menak; bangsawan), yang mengandung . 2. Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian

Untuk membantu proses penulisan ini, penulis juga mengambil data

beberapa tulisan yang membahas tentang kendang sehingga dapat membantu

penulis untuk melihat eksistensinya dalam masyarakat. Untuk melihat tehnik

pembuatan alat musik ini, penulis akan langsung belajar dengan informan kunci

penulis yaitu Kang Asep Permata Bunda walaupun sementara penulis hanya

memperhatikan beliau dalam membuat instrumen ini.

Universitas Sumatera Utara