Chapter II 6
-
Upload
den-hanif-rahadian -
Category
Documents
-
view
42 -
download
1
description
Transcript of Chapter II 6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku
2.1.1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri
manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan
kebutuhan tambahan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R”
atau Stimulus Organisme Respons.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
memiliki unsur-unsur perilaku dengan sakit dan penyakit, perilaku peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour), perilaku pencegahan penyakit
(health prevention behaviour), perilaku pencarian pengobatan (health seeking
behaviour), perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, perilaku terhadap
9
Universitas Sumatera Utara
makanan, dan minuman, serta perilaku terhadap lingkungan. Untuk lebih jelasnya
dapat diuraikan sebagai berikut (D.J. Maulana, 2007).
1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan respons internal dan eksternal
seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakit, baik dalam bentuk
respon tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam bentuk respons terbuka
(tindakan nyata)
2. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behaviour)
Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
3. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour)
Segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari
penyakit, misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3M dll.
4. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan/atau kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri (self-treatment)
sampai mencari bantuan ahli.
5. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour)
Pada proses ini, diusahakan agar sakit atau cacat yang diderita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara
fisik, mental dan social.
Universitas Sumatera Utara
6. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku ini merupakan respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan
modern dan atau tradisional.
7. Perilaku terhadap makanan
Perilaku ini meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi, vitamin) dan pengolahan
makanan.
8. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan
Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespons lingkungan sebagai
determinan agar tidak memengaruhi kesehatannya.
Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa aspek perilaku yang
dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah Kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah Psikomotor (keterampilan). Dalam
perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan
kesehatan, yakni : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktik atau
tindakan (practise).
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakekatnya perilaku manusia
adalah tingkatan atau aktifitas manusia yang memiliki bentangan yang sangat luas
antra lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,
dan sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan perilaku
Universitas Sumatera Utara
manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang diamati langsung
maupun yang tidak langsung.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaaku merupakan resultansi dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni : aspek fisik,
psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ke 3 aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang
tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia.
2.1.2. Teori yang Mendasari Perilaku
1. Health Believe Model
Ada beberapa model perilaku kesehatan yang dapat menggambarkan
bagaimana sebuah perilaku terbentuk, teori Health Believe Model (HBM) dan Becker
& Rosenstock. Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih
menentukan keputusan yang kita ambil dibandingkan dengan kejadian yang
sebenarnya. Teori HBM oleh Rosenstock (1966) didasarkan pada empat elemen
persepsi seseorang, yaitu:
a. Perceived suscepilbility: penilalan Indlvidu mengenai kerentanan mereka
terhadap suatu penyakit
b. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan
konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut
c. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui
untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan
fmansial, fisik, dan psikososial
Universitas Sumatera Utara
d. Perceived benefits: penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat dengan
mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan.
Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan
faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu:
a. Variabel demografi; seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan sebagainya.
b. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dan sebagainya.
c. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya.
d. Cues to action; pengaruh dari luar dalam mempromosikan perilaku kesehatan
disarankan, seperti pemberian informasi melalui media massa, artikel surat kabar
dan majalah, saran dan ahli, dan sebagainya (Smet, 1994; Damayanti, 2004).
Persepsi Individu
Gambar 2.1. Model Kepercayaan Kesehatan
Sumber : Glanz dkk,l (2002)
Persepsi Individu Faktor Perubahan Tindakan
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan
Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam Azwar
(2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dan luar). Namun dalam memberikan
respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Terdapat berbagai macam model utilisasi kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku pemanfaatan pelayanan, model-model tersebut adalah:
1. Model Andersen (1975)
Menurut Andersen dalam Ilyas (2003), model ini merupakan suatu model
kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Karakteristik Presdisposisi
Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu
memiliki kecenderungan menggunakan pelayanan kesebatan yang berbeda-beda
dilihat dari ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan.
b. Karakteristik Kemampuan
Karakteristik kemampuan merupakan suatu keadaan dari kondisi yang membuat
seseorang mampu untuk melakukan sebuah tindakan untuk memenuhi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan. Berdasarkan sumbernya karakteristik kemampuan
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sumber daya keluarga dan sumber daya
masyarakat
c. Karakteristik Kebutuhan
Andersen meggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan akan
pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari
faktor kebutuhan, penilaian kebutuhan didapatkan dari 2 sumber yaitu penilaian
individu dan penilaian klinik.
2. Model Green (1930)
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa tindakan
seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial/ekonomi
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat.
c. Faktor Penguat
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas ternasuk petugas kesehatan, ternasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dan pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.2. Persalinan
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dan serangkaian proses kehamilan,
oIeh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti
saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi yang sehat dan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu
persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan
persalinan dengan operasi disebut dengan sectio caesaria, yaitu bayi yang dikeluarkan
lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003).
Masa persalinan merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu
dan bayi, terutama kematian yang disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV,
petugas harus memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam ke dua setelah persalinan. Jika
kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering. Tujuan asuhan
Universitas Sumatera Utara
persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan
aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2008).
Ibu yang menjalani persalinan terkadang mengalami berbagai hambatan atau
komplikasi, bahkan menyebabkan kesakitan/kematian. Untuk menurunkan AKI,
pemerintah menyelenggarakan Program Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki 3
pesan kunci yaitu: (a) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
(b) setiap komplikasi obstetrik dan neonatal ditangani secara adekuat, dan (c) setiap
perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran dengan empat strategi utama yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas.
2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas sektor
dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya
yang tersedia.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu/bayi baru
lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Sectio caesaria adalah salah satu bentuk pengeluaran fetus melalui sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus
(hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (sebuah prosedur yang
sebelumnya disebut hysterectomy). Sectio caesaria adalah lahirnya janin melalui insisi
di dinding abdomen atau laparotomi dan dinding uterus (Cuningham, 2005).
2.3. Persalinan Sectio Caesaria
Sectio caesaria merupakan suatu tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
(Syaifuddin, 2001).
Berdasarkan pendapat di atas, maka persalinan sectio caesaria merupakan
sesuatu prosedur pembedahan yang melahirkan fetus melalui insisi pada dinding
abdominal dan uterus, baik yang direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat).
Suatu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kelahiran seorang anak bukan
melalui per vaginam.
2.3.1 Tipe Sectio Caesaria
Menurut Oxorn (2003), jenis-jenis persalinan sectio caesaria dapat
digolongkan menjadi:
1. Sectio caesaria transperitonealis
Universitas Sumatera Utara
a. Sectio caesaria klasik
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih
cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa
diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul adalah infeksi
mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan pada persalinan berikutnya.
b. Sectio caesaria Profunda
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah
rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura
uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan sectio caesaria dengan cara klasik,
sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada
kandung kemih postoperative tinggi.
2. Sectio caesaria ekstraperitonealis yaitu sectio caesaria berulang pada seorang
pasien yang pernah melakukan sectio caesaria sebelumnya. Biasanya dilakukan di
atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia
abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada
saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya
infeksi puerperal.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Indikasi Sectio Caesaria
Indikasi sectio caesaria menurut Wiknyosastro (2002) dibagi atas 2 bagian
yaitu a) pada ibu antara lain : panggul sempit absolut (CV kurang dari 8 cm), tumor-
tumor jalan lahir, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa totalis/ sub totalis,
disproporsi sefalo pelvic, ruptura uteri membakat, dan partus lama; b) pada janin
antara lain kelainan letak, dan gawat janin.
Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis atau indikasi sosial untuk
melakukan sectio caesaria. Persalinan sectio caesaria karena indikasi sosial timbul
karena adanya permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk
melakukan persalinan normal. Indikasi sosial biasaya sudah direncanakan terlebih
dahulu untuk dilakukan tindakan sectio caesaria (Cunningham, 2006).
2.3.3. Kontra Indikasi Sectio Caesaria
Kontraindikasi sectio caesaria dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun
bayi, oleh sebab itu, sectio caesaria tidak dilakukan kecuali tidak dalam keadaan
terpaksa, sectio caesaria tidak boleh dilakukan pada kasus-kasus seperti : janin sudah
mati dalam kandungan, dalam hal ini dokter memastikan denyut jantung janin tidak
ada lagi, tidak ada lagi gerakan janin anak dan dari pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin; b) janin terlalu kecil untuk mampu hidup di luar
kandungan c) terjadi infeksi dalam kehamilan dan d) anak dalam keadaan cacat
seperti hidrocefalus dan anecepalus (Cunningham, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Anastesi
Ada beberapa anastesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk
operasi sectio caesaria, baik spinal maupun general. Pada anastesi spinal
atau epidural yang lebih umum digunakan saat ini, sang ibu tetap sadar kala operasi
berlangsung, Anastesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin
diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagther, 2000).
a. Anastesi general
Anastesi general biasanya diberikan jika anastesi spinal atau epidural tidak
mungkin diberikan, baik karena alasan teksin maupun karena dianggap tidak aman.
Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah
selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena.
Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar
akan diselipkan sebuah selang ke dalam tenggorokan pasien untuk membantu pasien
bernafas dan mencegah muntah. Pasien yang menggunakan anastesi general harus
dimonitor secara konstan oleh seseorang ahli anastesi.
b. Anastesi spinal
Dalam operasi sectio, pasien diberi penawaran untuk menggunakan anastesi
spinal atau epidural. Anastesi ini dari pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini
berarti pasien bisa merasakan kelahiran tanpa merasa sakit dan pasangan juga bisa
mendamping untuk memberikan dorongan dan semangat.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5. Risiko Persalinan Sectio Caesaria
Operasi Sectio Caesaria sudah merupakan alternatif yang dapat dipilih
seorang ibu yang akan melahirkan, walaupun ibu hamil tersebut masih dapat
melahirkan secara normal. Namun secara medis, operasi sectio caesaria tidaklah
dianjurkan bagi ibu yang masih dapat melahirkan secara normal. Indiarti (2010)
mengungkapkan bahwa alasan ibu memilih operasi sectio caesaria ialah agar
terhindari dari rasa sakit sewaktu persalinan. Alasan ini sebenarnya tidak terlalu tepat.
Bagaimanapun juga, melahirkan secara normal lebih ringan risikonya daripada
bantuan operasi.
a.
Keuntungan bedah sectio caesaria:
b.
Lebih aman bagi kesehatan ibu dan bayi, misalnya posisi bayi yang sungang, jika
dilahirkan secara normal, dikhawatirkan bayi akan berhenti di jalan lahir sehingga
jalan nafasnya terjepit, bila lebih dari 7 menit dapat menyebabkan bayi
mengalami gangguan pernapasan.
c.
Ibu tidak akan merasa cemas oleh rasa nyeri saat kontraksi sebelum dan selama
proses bersalin.
Ibu maupun ayah bisa memilih kapan jam dan tanggal bayi mau dilahirkan.
a.
Indiarti (2010) menambahkan tindakan caesar juga dapat mengalami berbagai
efek samping diantaranya:
Pada anak, anastesi yang terlalu lama (semula dimaksudkan untuk ibu dapat
membuat anak susah bernafas spontan, sehingga harus dirangsang sesaat untuk
Universitas Sumatera Utara
bisa menangis. Keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan
hemodinamika dan mengurangi penilaian terhadap anak.
b.
c.
Kesadaran yang pulih beberapa saat sesudah proses penjahitan selesai akan
menghilang saat-saat pertama berinteraksi dengan bayi. Efek anastesi juga akan
memengaruhi produksi ASI yang maana air susu yang keluar pertama kali tidak
dapat diberikan kepada bayi.
d.
Pengeluaran lendir atau sisa air ketuban di saluran nafas anak juga tidak
sempurna. Pada persalinan normal, tubuh bayi harus melalui lorong jalan lahir
sempit seakan-akan dadanya diperas sehingga sisa cairan dalam saluran nafas
terperas keluar.
e.
Pada persalinan alamiah, bayi akan melewati vagina yang dalam keadaan normal
mengandung bakteri dan jamur. Pada tubuh sehat itu sudah terkandung antibodi
terhadap antigen asing tersebut dan secara pasif membagikan sebagian
antibodinya kepada janin.
f.
Ibu akan mendapat luka operasi baru di perut dan kemungkinan timbulnya
infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik.
Ibu juga akan dibatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi, sehingga
proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari
rahim ibu ikut terpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
g.
h.
Waktu pemulihan pasca melahirkan juga lebih lama karena pemulihan bekas luka
operasi memerlukan tempo yang lebih lama.
2.3.6. Perawatan Setelah Persalinan Sectio Caesaria
Adanya parut luka di rahim akan membatasi jumlah tindakan operasi caesar
sehingga jumlah anak yang akan dilahirkan juga terbatas, karena tindakan
pembedahan berikutnya harus melalui pengawasan tenaga medis.
Perawatan wanita setelah melahirkan secara sesaria merupakan kombinasi
antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas. Setelah pembedahan selesai, ibu
akan dipindahkan ke area pemulihan. Pengkajian keperawatan segera setelah
melahirkan meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca-
melahirkan, dan derajat nyeri. Kepatenan jalan nafas dipertahankan dan posisi diatur
untuk mencegah kemungkinan aspirasi. Tanda-tanda vital diukur selama 15 menit
selama 1 sampai 2 jam atau sampai kondisi ibu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus,
dan jumlah lokhea dikaji, demikian pula masukan dan haluaran. Membantu
mengubah posisi dan melakukan nafas dalam serta obat-obatan mengatasi nyeri dapat
diberikan (
Bobak, 2004).
2.4. Pengambilan Keputusan
2.4.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robbins (2001) adalah
rasional. Artinya, dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam
Universitas Sumatera Utara
batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan keputusan
rasional enam langkah sebagai berikut: (1) menetapkan masalah; (2) mengidentifikasi
masalah; (3) mengalokasikan bobot dan kriteria; (4) mengembangkan alternatif; (5)
mengevaluasi alternatif; dan (6) memilih alternatif yang terbaik.
Langkah-angkah pengambilan keputusan dalam bidang pelayanan kesehatan
(health care) yang meliputi: (1) manfaat dari tindakan; (2) resiko tindakan;
(3) alternatif terhadap tindakan ke depan; (4) tidak melakukan tindakan apapun;
(5) keputusan (Wikipedia Encyclopedia, 2006). Berdasarkan teori pengambilan
keputusan, maka relevansinya dengan pengambilan keputusan pada ibu hamil
terhadap pemilihan jenis persalinan didasari pada beberapa hal, antara lain
(Rivai, 2004):
1. Berdasarkan pemikiran yang rasional, tentang pentingnya memilih jenis
persalinan yang tepat dan tidak menimbulkan masalah lain berdasarkan
kemampuan pikirannya dan berdasarkan studi empiris yang ada;
2. Berdasarkan perasaan, yaitu suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam
pengalaman yang tersaring. Intuisi ini berjalan beriringan atau saling
melengkapi dengan analisis rasional. Instuisi adalah kekuatan di luar indera
atau indera keenam. Seseorang kemungkinan mengambil keputusan intuitif ini
jika menghadapi pada delapan kondisi, yaitu (a) bila ada ketidakpastian dalam
tingkat tinggi, (b) bila variabel-variabel kurang bisa diramalkan secara ilmiah,
(c) bila ada sedikit preseden yang diikuti, (d) bila fakta terbatas, (e) bila faka
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan dengan jelas jalan untuk diikuti, (f) bila data analisis kurang
berguna, (g) bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk
dipilih yang masing-masing memiliki argumen yang baik, dan (f) bila waktu
terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat.
3. Berdasarkan pilihan yang ada, yaitu adanya pertimbangan-pertimbangan
membuat pilihan alternatif lain setelah mengkaji untung ruginya.
4. Berdasarkan perbedaan budaya, yaitu adanya perbedaan latar belakang budaya
yang dianutnya sehingga keputusan yang diambil didasari oleh norma, kaedah
dan adat istiadat yang ada.
Lawrence Green dalam Notoadmojo (2007) mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar
lingkungan (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor.
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang
ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah
individu untuk berperilaku (Herawani et all, 2001) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dansebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor ) merupakan faktor yangmenguatkan
perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman
sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Hal senada juga diungkapkan Rosenstock (1988) bahwa dalam teori health
believe model mencakup lima komponen utama dalam mencari pertolongan medis
yaitu: perceived susceptibility (Kerentanan yang dirasakan), perceived severity
(Keparahan yang dirasakan), .perceived benefit (Persepsi Manfaat), perceived cost
(Persepsi Biaya/Halangan) dan cues to action (Isyarat untuk bertindak).
2.4.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu Mengambil Keputusan Persalinan Sectio Caesaria
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overbehaviour). Berdasarkan pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri
seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku tidak selalu
harus melewati tahap-tahap di atas. Rogers mengemukakan ada empat tahapan proses
adopsi perilaku dalam Teori Difusi Inovasi yaitu :
1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi
mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media
elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran
calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika
mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi
dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan
akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun
bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup
kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.Tahap implementasi:
Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang
inovasi tersebut.
4. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan
mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi
ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka
buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan
yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku
sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
(Notoatmodjo, 2007), yaitu :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
Universitas Sumatera Utara
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang I pelajari atau
rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, “tahu”ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan,menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah
dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan yang bergizi.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil. Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi
seperti penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
penghitungan-penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja ,dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
e) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk yang baru. Dengan kata lain,
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukn justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahauan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi
maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
b. Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibandingkan
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan memengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk ke dalam kebutuhan
sekunder.
c. Lingkungan sosial ekonomi
Manusia adalah mahluk sosial dimana didalam kehidupan berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan
lebih besar dan terpapar informasi.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap
sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.
e. Paparan media massa atau informasi
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa (TV, radio, majalah dan lai-lain) akan memperoleh informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang tidak pernah terpapar informasi media massa.
Universitas Sumatera Utara
f. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
Mudah atau sulitnya dalam mengakses kesehatan tentunya akan berpengaruh
terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau
respon (Notoatmodjo, 2003).
b. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson
dkk, (Widodo, 2003) dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi level rendah. Pengetahuan ini dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Pengetahuan tantang terminologi: mencakup pengetahuan tentang label, atau
simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Sebagai contoh
dalam biologi terdapat istilah gamet, mitosis, genus, dan sebagainya.
b) Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur-unsur: mencakup pengetahuan
tentang kejadian tertentu, ternpat, orang, waktu dan sebagainya. Sebagai contoh
proses persalinan sectio saecaria dan efek samping yang dapat terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2). Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual rneliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan
antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi
secara bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga bentuk yaitu:
a) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang
kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.
Sebagai contoh dalam kesehatan misalnya perbedaan antara sectio caesaria
dengan vakum.
b) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi dan hasil
observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip dan generalisasi. Sebagai
contoh dalam kesehatan dikenal prinsip adaptasi, hukum mendel, dan sebagainya.
c) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi serta saling keterkaitan antara keduanya yang
menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kornpleks. Sebagai contoh
dalam kesehatan dikenal teori rnodel DNA dan RNA.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural berisi
tentang langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.
Pengetahuan prosedural terdiri dari:
a) Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang
tertentu dan algoritma: mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritma yang
harus ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam kesehatan misalnya
dikenal cara mengatasi rasa nyeri setelah persalinan sectio saecaria.
b) Pengetahuan tentang teknik khusus dan metode yang berhubungan dengan bidang
tertentu: meliputi pengetahuan yang pada umunmya merupakan hasil konsensus,
perjanjian, atau aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan ini
lebih mencerminkan cara seorang dalam berpikir dan memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam kesehatan misalnya dikenal cara menerapkan metode relaksasi
ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
c) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur
yang benar: mencakup pengetahuan tentang penggunaan suatu teknik, strategi
atau metode dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi pada
saat itu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan metakognitif
terdiri dari:
a) Pengetahuan strategik mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk
belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Contoh: penggunaan strategi belajar
yang disesuaikan dengan sifat materi.
Universitas Sumatera Utara
b) Pengetahuan tentang tugas kognitif: mencakup pengetahuan tentang jenis operasi
kognitif yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tertentu sesuai dengan situasi
dan kondisinya. Contoh: mempersiapkan diri ibu hamil dalam menghadapi
persalinan sectio caesaria.
c) Pengetahuan tentang diri sendiri: mencakup pengetahuan tentang kelemahan dan
kemampuan diri sendiri dalam belajar. Contoh: mencari informasi kesehatan
untuk mengambil keputusan.
Menurut Dirkes (1998) strategi metakognitif dasar adalah menghubungkan
informasi baru dengan pengetahuan terdahulu, memilih strategi berpikir secara
sengaja, merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses berpikir. Arends (1997)
mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang
pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi
berpikir tertentu dengan benar.
2. Kepercayaan
a. Definisi Kepercayaan
Menurut Alwi (2005), definisi kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan
bahwa sesuatu yg dipercayai itu adalah benar atau nyata. Pendapat Fishbein dan
Azjen dalam Dahniar (2009) kepercayaan atau keyakinan dengan kata ”believe’”
memiliki pengertian sebagai inti dari setiap tingkah laku manusia. Aspek kepercayaan
tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu
objek.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pendapat Robin (2007) bahwa kepercayaan adalah pengharapan
positif bahwa orang lain tidak akan bertindak oportunistik. Istilah pengharapan positif
ialah mengasumsikan bahwa pengetahuan dan keakraban dengan pihak lain.
Sedangkan istilah oportunistik merujuk pada risiko dan kerentanan yang inheren
dalam setiap hubungan kepercayaan, misalnya kita menyingkapkan informasi intim
atau bergantung pada janji-janji lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kepercayaan
merupakan harapan atau keinginan yang dimiliki pasien sectio caesaria tanpa ada rasa
kuatir sedikitpun. Secara umum dalam suatu hubungan diperlukan adanya rasa
percaya. Kepercayaan menjadi dasar sebagai jaminan awal dari suatu hubungan dua
orang atau lebih dalam kerja sama. Kepercayaan itu sendiri dapat tumbuh dengan
sendirinya seiring berjalannya waktu.
Pada masa lalu, melahirkan dengan sectio caesaria menjadi hal yang
menakutkan karena berisiko kematian. Oleh karena itu, pembedahan hanya dilakukan
jika persalinan normal dapat membahayakan ibu dan janinnya. Seiring dengan
berjalannya waktu serta berkembangnya ilmu dan teknologi kedokteran, pandangan
tersebut kemudian bergeser. Kini sectio caesaria kadang dapat menjadi alternatif
persalinan tanpa pertimbangan medis. Bahkan bagi sekelompok orang, sectio caesaria
dianggap sebagai alternatif persalinan yang mudah dan nyarnan. Anggapan ini
membuat mereka memilih persalinan secara sectio caesaria daripada persalinan
alamiah, meskipun tanpa indikasi medis (Kasdu, 2003).
Universitas Sumatera Utara
b. Dimensi Kepercayaan
Robbin (2007) mengidentifikasi lima dimensi kunci yang melandasi konsep
kepercayaan, antara lain: a) integritas, merujuk pada kejujuran dan kebenaran,
b) kompetensi, mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis dan interpersonal,
c) konsistensi, terkait dengan kehandalan, prediktibilitas dan pertimbangan baik
seseorang dalam menangani situasi-situasi (ketidaksesuaian antara kata-kata dengan
tindakan mengikis kepercayaan), d) loyalitas adalah keinginan untuk melindungi dan
menyelamatkan orang lain. Kepercayaan menuntut bahwa seseorang dapat
bergantung pada orang lain dan tidak bertindak oportunitis, dan e) dimensi yang
terakhir kepercayaan adalah keterbukaan yang artinya adalah mengandalkan orang
untuk memberikan kebenaran yang senyatanya.
Dimensi kepercayaan menurut Sarafino (2002) terdiri dari motivasi dan
emosional.
1. Motivasi dalam Kepercayaan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa keinginan dan preferensi orang-orang
berpengaruh terhadap utilitas dan keabsahan informasi baru yang mereka buat,
melalui suatu proses yang disebut penalaran termotivasi (Kunda, 1990). Di dalam
satu bentuk penalaran termotivasi, individu-individu lebih suka mencapai suatu
kesimpulan tertentu, misalnya terus makan makanan yang mengandung lemak atau
merokok kretek, cenderung memakai proses bias; mereka mencari tahu tentang
alasan-alasan menerima dukungan informasi dan mengurangi penyampaian
informasi.
Universitas Sumatera Utara
Alasan-alasan yang mereka pilih kelihatannya dapat mereka terima,
walaupun secara logika benar-benar salah. Orang-orang tampaknya cenderung
menggunakan proses penalaran bias menjadi cukup stabil dan konsisten di berbagai
situasi. (Sarafino, Groff, & DePaulo, 2000).
Penelitian memperlihatkan proses berpikir yang tidak rasional pada beberapa
tipe keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Pertama, orang dengan sakit
kronis, seperti diabetes, yang cenderung menggunakan pola berpikir tidak logis pada
situasi yang berkaitan dengan kesehatannya cenderung tidak mengikuti saran medis
dalam memanajemen kesehatannya (Christensen, Moran, & Weibe, 1999). Kedua,
orang-orang yang menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi stres
informasi lebih disukai daripada individu lain yang menyangkal bahwa mereka
terancam AIDS, terutama jika risiko terinfeksi mereka tinggi (Gladis, Michela,
Walter & Vaughan, 1992). Mungkin perasaan terancam yang tinggi memotivasi
mereka menggunakan penyangkalan. Sama halnya, individu-individu yang kelihatan
menggunakan informasi yang tidak relevan, seperti daya tarik pasangan seksual lebih
di utamakan tanpa memperhitungkan resiko berhubungan seks dengan orang tersebut
(Blanton & Gerrard, 1997; Gold & Skinner, 1996). Ketiga, resiko orang yang
merokok kretek lebih rendah daripada yang bukan perokok ketika diminta untuk
menilai resiko mereka sendiri terhadap penyakit yang berhubungan dengan rokok,
seperti kanker paru-paru (Lee, 1989; McCoy, 1992). Kepercayaan seperti itu sangat
resisten terhadap perubahan (Kreuter & Stretcher, 1995; Weinstein & Klein, 1995).
Universitas Sumatera Utara
2. Emosional dalam Kepercayaan
Stress juga berdampak pada proses kognitif orang yang sedang dalam
pengambilan keputusan. Teori konflik memberikan satu model untuk menilai
pengambilan keputusan secara rasional dan tidak rasional, dan stress adalah faktor
penting dalam model ini (Janis, 1984; Janis & Mann, 1977). Model ini
menggambarkan urutan kognitif dimana orang-orang membuat keputusan penting,
termasuk keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut teori konflik,
urutan kognitif yang digunakan orang untuk sampai pada suatu keputusan stabil
dimulai saat suatu peristiwa petualangan mereka atau pada gaya hidup. Petualangan
juga dapat menjadi satu ancaman, seperti gejala sakit atau satu berita sejarah tentang
bahaya merokok, atau suatu peluang, seperti kesempatan mengikuti suatu program
gratis pada acara untuk menghentikan rokok. Langkah pertama dalam urutan kognitif
termasuklah menilai tantangan, yang pada dasarnya menjawab pertanyaan: “Adakah
resiko serius jika saya tidak berubah?” Jika jawabannya ‘tidak’ perilaku tetap sama
dan proses pengambilan keputusan berakhir; tetapi jika jawabannya adalah ‘ya’,
proses berlanjut-misalnya, dengan sebuah alternatif survey untuk menyetujui
perubahan.
Teori konflik mengajukan bahwa pengalaman stres orang-orang dengan
keputusan besar, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan, karena konflik akibat
apa yang dilakukan. Sesuai dengan Irving Janis (1977), individu-individu ini
menyatakan bahwa dimanapun mereka bertindak atau tidak bertindak mereka bisa
memilih mengatasi kehilangan materi atau sosial, seperti menjadi tidak mampu secara
Universitas Sumatera Utara
fisik atau kehilangan salah satu hal yang mereka cintai. Jadi, cara manusia mengatasi
stres memainkan peran penting dalam perilaku kesehatannya.
Apakah determinan bagaimana individu-individu secara efektif setuju dengan
keputusan yang berkaitan dengan kesehatan? Teori konflik menunjukkan bahwa
koping orang-orang dengan konflik keputusan bergantung pada persepsi mereka
tentang ada tidaknya ketiga faktor yaitu: risiko, harapan, dan waktu adekuat.
Kombinasi-kombinasi perbedaan dari ketiga faktor ini memberikan pola koping yang
berbeda pula, dua di antaranya adalah:
a. Hyervigilance; kadang-kadang orang mengalami resiko yang serius dalam
perilaku mereka dan alternatif-alternatif itu mereka telah duga. Jika mereka
percaya mereka masih tetap menemukan satu solusi yang lebih baik tetapi cara
berpikir mereka cepat kehabisan waktu, mereka mengalami stres tinggi. Orang-
orang ini cenderung bingung mencari satu solusi dan bisa saja memilih alternatif
secara buru-buru. Khususnya jika ia berjanji segera berubah.
b. Vigilance; orang-orang dengan resiko serius dalam keseluruhan ketidak
mungkinannya mereka mempunyai pertimbangan tetapi percaya mereka bisa
menemukan alternatif yang lebih baik dan mempunyai waktu untuk
bereksperimen menata tingkat stres. Di bawah kondisi ini, orang cenderung
mencari secara menyeluruh dan mempunyai pilihan yang rasional.
Menurut Goleman (2007) sistem pemahaman impulsif yang berpengaruh
besar, adalah pikiran emosional. Lebih lanjut, dikemukakan ciri utama pikiran
emosional, yakni respons yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih
Universitas Sumatera Utara
cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat tanpa mempertimbangkan apa
yang dilakukannya. Kecepatan itu, mengesampingkan pikiran hati-hati dan analitis
yang merupakan ciri khas akal yang berpikir atau tindakan pikiran rasional.
Tindakan pikiran rasional dan tindakan pikiran emosional secara fundamental
berbeda, tetapi bersifat saling memengaruhi dalam membentuk kehidupan mental
manusia. Pikiran rasional adalah model pemahaman yang lazimnya disadari, lebih
menonjol kesadarannya, bijaksana, mampu bertindak hati-hati, dan reflektif. Tetapi,
bersamaan dengan itu ada sistem pemahaman lain yang impulsif dan berpengaruh
besar, yakni pikiran emosional. Biasanya, ada keseimbangan antara pikiran emosional
dan pikiran rasional, emosi memberikan masukan dan informasi kepada proses
pikiran rasional dan pikiran rasional memperbaiki dan terkadang memveto masukan-
masukan emosi tersebut. Namun, pikiran emosional dan pikiran rasional merupakan
kemampuan-kemampuan yang semi-mandiri; masing-masing mencerminkan kerja
jaringan sirkuit yang berbeda, namun saling terkait, di dalam otak (Goleman, 2007).
2.5. Landasan Teori
Pasien dalam mengambil keputusan jenis persalinan sangat dipengaruhi faktor
pengetahuan. Dimensi pengetahuan menurut Anderson & Krathwohl, 2001 (dalam
Widodo, 2003) terdiri dari 4 kelompok yaitu : pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif.
Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh kepercayaan pasien dalam
menentukan jenis persalinannya. Sarafino mengungkapkan (2002) bahwa keinginan
Universitas Sumatera Utara
dan preferensi orang-orang berpengaruh terhadap utilitas dan keabsahan informasi
baru yang mereka buat, melalui suatu proses yang disebut penalaran termotivasi.
Emosional atau stress juga berdampak pada proses kognitif ibu hamil dalam
pengambilan keputusan memilih sectio saecaria sebagai jenis persalinannya.
Health Believe Model (Model Kepercayaan Kesehatan) adalah teori yang telah
mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku. Dalam teori ini disebutkan bahwa
orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila mereka
kurang mempunyai pengetahuan dan kepercayaan yang relevan dengan kesehatan,
bila mereka memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap
keberhasilan suatu intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa
kesulitan dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan (Glanz, 2008).
Health Believe Model mencakup lima komponen utama yaitu:
1). Perceived Susceptibility (Kerentanan yang dirasakan). 2). Perceived Severity
(Keparahan yang dirasakan). 3). Perceived Benefit (Persepsi Manfaat). 4). Perceived
Cost (Persepsi Biaya/Halangan). 5). Cues to Action (Isyarat untuk bertindak).
Universitas Sumatera Utara
BACKGROUND PERCEPTION ACTION
Gambar 2.2. The Health Believe Model-Revised (Sumber : Rosenstock, Strecher & Becker,1988)
2.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan - Faktual - Konseptual - Prosedural - Metakognitif
Kepercayaan - Motivasi - Emosional
Pengambilan Keputusan Pasien dalam Persalinan Sectio Saecaria
Sociodemographic Factors (education, age, sex, race,
ethnicity, etc) Sociopsycological variabels
Structural variabels (knowledge, experience)
Expectation
Perceived benefits of action (minus)
Perceived barriers to action Perceived self-efficacy to
perform action
Threat
Perceived susceptibility (or acceptance of the
diagnosis) Perceived severity of ill-health
condition
Cues to Action
Media Personal Influence
Reminders
Behavior to reduce Threat based on
expectation
Universitas Sumatera Utara
Merujuk pada Teori Health Believe Model oleh Rosenstock (1974),
Taksonomi Bloom yang diperbaharui Anderson & Krathwohl (2011) dan pendapat
sarafino (2002) serta berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, terkait
dengan perilaku ibu hamil dalam mengambil keputusan persalinan sectio caecaria
dapat dijelaskan bahwa tingkat pemahaman dan persepsi ibu tentang tindakan sectio
caecaria dapat berbeda–beda. Namun, keputusan untuk memilih persalinan sectio
caecaria ini lebih dipengaruhi pengetahuan dan kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara