Chapter II 1

download Chapter II 1

of 24

description

cha

Transcript of Chapter II 1

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Minyak Kelapa Sawit

    Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis) adalah tanaman yang berkeping satu

    termasuk kedalam famili palmae. Nama genus dari kelapa sawit ialah Elaeis yang

    berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies dari kelapa

    sawit ialah Guinensis yang berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli

    bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit.

    Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan

    minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) dan sebagai hasil samping ialah

    bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau pellet). Minyak inti sawit ini juga

    mengandung asam laurat dan terdiri dari buah setelah pemotongan kulit dan inti.

    Minyak kelapa sawit dapat juga dimanfaatkan di berbagai industri karena

    memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak

    menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku ialah industri pangan serta industri

    non pangan seperti kosemetik dan farmasi dalam pengolahan obat-obatan. Bahkan

    minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar.

    Universitas Sumatera Utara

  • Beberapa keunggulan dari minyak kelapa sawit antara lain :

    1. Tingkat efisiensi minyak kelapa sawit yang tinggi sehingga dapat

    menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati yang termurah.

    2. Produktivitas dari minyak kelapa sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan

    minyak kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing

    0,3;0,51;0,5 dan 0,53 ton/ha.

    3. Sifat minyak kelapa sawit cukup menonojol dibandingkan dengan minyak

    nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dalam ragam kegunaan baik

    dibidang pangan dan non pangan.

    4. Sekitar 80% dari penduduk dunia, khususnya di Negara yang berkembang

    masih dapat berpeluang meningkatkan konsumsi minyak kelapa sawit per

    kapita. (Fauzi, 2002)

    2.1.1.Minyak Kelapa Sawit untuk Industri Pangan

    Kenyataan yang menunujukkan bahwa banyak di bidang industri maupun

    konsumen yang cenderung menyukai dan menggunakan minyak kelapa sawit. Dari

    aspek ekonomi, harganya yang relatif murah dibandingkan dengan minyak nabati lain.

    Selain itu, Komponen yang terkandung didalam minyak kelapa sawit lebih banyak dan

    beragam sehingga pemanfaatannya juga beragam. Dari aspek kesehatan yaitu

    kandungan kolesterolnya rendah. Saat ini telah banyak pabrik pengolah yang

    memproduksi minyak goreng dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang

    rendah.

    Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak

    kelapa sawit maupun minyak inti sawit yang melalui proses fraksinasi, rafinasi,

    Universitas Sumatera Utara

  • hidrogenasi. Produksi CPO diindonesia sebagian besar difraksinasi sehingga

    dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan

    untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai bahan baku untuk minyak makan.

    Minyak kelapa sawit biasanya digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin,

    butter, vanaspati. Sebagai bahan pangan, minyak kelapa sawit mempunyai beberapa

    keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lainnya, antara lain mengandung

    karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber

    vitamin E. Disamping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga

    minyak goreng yang terbuat dari minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng yang

    bersifat awet dan makanan yang digoreng dengan minyak sawit tidak cepat

    tengik.(Fauzi, 2002)

    2.1.2.Minyak Kelapa Sawit untuk Industri Non Pangan

    Minyak kelapa sawit memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan

    dalam industri-industri nonpangan, industri farmasi, dan industri oleokimia (fatty

    acids, fatty alkohol, dan gliserin). Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak

    kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit diproses melalui proses hidrolisis atau yang

    sering disebut proses splitting untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin.

    a. Bahan baku untuk industri farmasi

    Kandungan dari minyak kelapa sawit terdiri dari tokoferol, karoten, sterol,

    alkohol, triterpen, dan fosofolipida. Kandungan tersebut yang digunakan sebagai

    bahan baku dalam industri farmasi. Diantara kandungan tersebut sangat berguna untuk

    mencegah kebutaan kandungan ini yang terdapat pada karoten dan tokoferol karena

    adanya vitmin A dan pemusnah radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk

    mencegah kanker, anterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Bahan baku oleokimia

    Olekimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati,

    termasuk diantaranya adalah minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit.

    Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokimia adalah asam lemak, lemak

    alkohol, lemak amina, metil ester, dan gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai

    spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan

    aspal. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen.

    Gambar 2.1.2.Penggunaan Oleokimia untuk berbagai Industri

    Penghasil Oleokimikal dasar

    Asam Lemak

    Lemak Alkohol

    Lemak Amina

    Metil Ester

    Gliserin

    Penghasil Derivatif

    Industri:

    Tekstil,Kertas

    Detergen,sabun,

    BahanPembersih,

    Polimer,Cat,Lilin

    Vernis

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun kegunaan daripada bahan oleokimia dasar tersebut adalah :

    a. Asam Lemak O

    (R C OH)

    Asam lemak minyak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara

    kimiawi maupun secara enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari

    jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung

    pada suhu 10-25C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat.

    Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada lambatnya proses yang

    berlangsung yaitu 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu

    didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni.

    Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener

    (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, perekat. Contoh dari asam

    lemak yang digunakan sebagai bahan baku olekimia ialah asam laurat, asam stearat,

    asam miristat.

    b. Lemak alkohol (R CH2 OH)

    Lemak alkohol adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak

    alam ataupun minyak alam. Lemak alkohol merupakan bagian dari asam lemak dan

    lemak aldehid. Lemak alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah

    genap.Molekul yang kecil digunakan dalam kosmetik, makanan dan pelarut dalam

    industri. Molekul besar digunakan sebagai bahan bakar. Contoh dari lemak alkohol

    ialah kaprilat alkohol (1- oktanol), miristat alkohol (1-tetradekanol), stearat alkohol

    (1-octadecanol). (Fauzi,2002 dan Risza 1994)

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Lemak amina (R CH2 NH2 )

    Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai

    pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam

    industri tekstil, surfaktan, dan lain-lain. Contoh dari lemak amina yang digunakan

    dalam bahan baku oleokimia yaitu amina oksida dan amina etoksilat. (Fauzi, 2002)

    d. Metil ester O ( R C OCH3)

    Metil ester dihasilkan melalui proses waterifikasi pada lemak yang diberi

    metanol atau etanol, dengan katalisator Natrium metoksida. Senyawa ini merupakan

    hasil antara asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metil ester dapat digunakan

    sebagai bahan dasar pembuatan sabun. Contoh dari metil ester adalah metil ester

    sulfonat. (Fauzi, 2002)

    e. Gliserin OH OH OH

    Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin digunakan dalam

    industri kosmetika, antara lain sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan

    shampoo, obat kumur, dan pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan

    pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, dan sabun. Contoh dari gliserin

    dalam pembuatan bahan baku oleokimia yaitu sorbitol, lesitin, propilen glikol.

    (Fauzi, 2002)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2. Minyak Inti Kelapa Sawit

    Minyak inti sawit merupakan salah satu bagian yang dihasilkan dari biji sawit.

    Biji sawit tersebut terdiri dari inti sawit dan cangkang. Dari inti sawit inilah dihasilkan

    minyak inti sawit (PKO), sementara cangkangnya banyak digunakan sebagai bahan

    arang aktif, bahan pengisi dan partikel board. Pemisahan inti sawit dari bijinya

    berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan cangkangnya. Alat yang

    digunakan untuk pemisahan adalah hydrocyclone separator, dalam hal ini inti dan

    cangkang dipisahkan oleh air yang berputar dalam sebuah tabung dengan biji-bijinya

    yang telah pecah dalam lartutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Inti sawit

    terapung dan cangkangnya tenggelam. Proses selanjutnya pencucian inti sawit

    dikeringkan pada suhu 80C untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme.

    (http//repository usu.ac.id/bitstream/1234pengolahan minyak inti sawit)

    Universitas Sumatera Utara

  • Proses penyediaan minyak inti kelapa sawit atau PKO dapat dilihat dari gambar

    dibawah

    Gambar 2.2.Penyediaan Minyak Inti Kelapa Sawit

    Perkebunan Kelapa Sawit

    Tandan Buah Segar

    Pengolahan CPO (CPO Mill)

    CPO Palm Kernel

    Industri Pemurnian Crushing Plant

    PKO Palm Kernel

    Meal (PKM)

    Industri Pemurnian

    Refined Bleached Deodorized Kernel Oil

    Refined Bleached Deodorized Palm

    Olein

    Refined Bleached Deodorized Palm

    Stearin

    Asam Lemak,Lemak alkohol,Metil ester,Gliserin

    Industri Oleokimia

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.1.Komposisi Minyak Inti Sawit

    Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak

    inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping adalah bungkil inti

    kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti

    kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan

    pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan

    diameter lebih kurang 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai

    makanan ternak.

    Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan

    berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan

    berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah

    (Ketaren,S.2005)

    Komposisi asam lemak minyak inti kelapa sawit dapat dilihat dari tabel berikut

    ini :

    Tabel 2.2.1. Komposisi Minyak Inti Sawit

    Asam lemak Minyak Inti Sawit (%)

    Asam kaprilat 3-4

    Asam kaproat 3-7

    Asam laurat 46-52

    Asam miristat 14-17

    Asam palmitat 6,5-9

    Asam stearat 1-2,5

    Asam oleat 13-19

    Asam linoleat 0,5-2

    Sumber Ketaren,S.2005

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.2.Sifat Fisika dan Sifat Kimia dari Minyak Inti Sawit

    Sifat-sifat fisika dan kimia dari minyak inti sawit ialah meliputi warna, bau dan

    flavor, kelarutan, titik cair, titik didih, titik pelunakan, splitting point, shot melting

    point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala, titik api.

    Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

    pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau

    kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.

    Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya

    asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas

    minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

    Titik cair minyak inti sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa

    sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang

    berbed-beda.(Ketaren,S.2005)

    Tabel 2.2.2. Nilai sifat fisika dan kimia Minyak Inti Sawit dan Minyak Sawit

    Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

    Bobot Jenis 0,900 0,900-0,931

    Indeks Bias D 40C 1,4565-14585 1,495-1,415

    Bilangan Iod 48-56 14-20

    Bilangan Penyabunan 196-205 244-254

    Sumber : Ketaren,S.2005

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.Asam Lemak

    Asam-asam lemak yang ditemukan dialam, biasanya merupakan asam-asam

    monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom

    karbon genap. Asam-asam lemak yang ditemukan dialam dapat dibagi menjadi dua

    golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak

    tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan

    asam lemak jenuh dalam bentuk molekul keseluruhannya.

    Asam-asam lemak mempunyai jumlah atom karbon C genap dari C2 sampai C30

    dan dalam bentuk bebas. Asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan dalam

    bahan pangan adalah asam palmitat, yaitu 15-50% dari seluruh bentuk lemak yang

    ada. Asam stearat ada dalam konsentrasi tinggi pada lemak biji-bijian tanaman tropis

    dan dalam lemak cadangan beberapa hewan darat, yaitu 25% dari asam-asam lemak

    yang ada.

    Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin

    maupun air panas. Asam lemak dari C4, C6, C8, C10 dapat menguap dan asam lemak C12

    dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat

    molekul rendah dan asam tidak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol dari pada

    garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh.

    (Winarno,F.G.1997)

    Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik cair lebih rendah jika dibandingkan

    dengan asam lemak jenuh. Biasanya lemak netral yang mengandung banyak asam

    lemak tidak jenuh berbentuk cairan pada suhu sampai 5C atau bahkan lebih rendah

    (titik cair beberapa asam lemak disajikan pada tabel 2.4).

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada makhluk tingkat tinggi biasanya asam lemak tidak jenuh berikatan rangkap

    antara atom karbon 9 dan 10 (C9 dan C10), sedangkan tambahan ikatan rangkap

    lainnya terletak antara C10 dan ujung terminal netral rantai karbon tersebut. Asam

    lemak tidak jenuh yang terbanyak dari makluk tingkat tinggi ialah asam oleat, asam

    linoleat, asam linolenat, dan asam arakidonat. (Girindra,A.1990)

    Tabel 2.3. Titik Cair dari Asam Lemak

    Asam Rumus Molekul Titik Cair (C)

    Asam lemak jenuh

    Asam Laurat Asam Miristat Asam Palmitat Asam stearat

    Asam Arakidat Asam Beheat

    Asam Lignoserat

    (C12:0) (C14:0) (C16:0) (C18:0) (C20:0) (C22:1)

    (C24:0)

    44 54 3 70 77 80

    86

    Asam Lemak Monoenoat Asam Oleat

    Asam Vaksenat

    (C18:19) (C18:1)

    13 44

    Asam Lemak Dienoat

    Asam Linoleat

    (C18:2,6,9)

    -5

    Asam Lemak Trienoat

    Asam Linolenat

    (C18:3,6,9,12)

    -11

    Asam Lemak Tetraenoat

    Asam Arakidonat

    (C20:4,6,9,12,15)

    -50

    Sumber :(Girindra. A.1990)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.1.Sifat-sifat Asam Lemak

    Sifat-sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya. Asam lemak

    berantai jenuh yang mengandung 1 sampai 8 atom karbon berupa cairan sedangkan

    lebih dari 8 atom karbon berupa padatan. Asam stearat mempunyai titik cair 70C

    tetapi dengan adanya satu saja ikatan tidak jenuh seperti asam oleat, titik cairnya

    menurun sampai 14C. Dengan tambahan beberapa ikatan rangkap, titik cair bisa lebih

    rendah lagi. Struktur asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh sangat berbeda

    sekali. Apabila ada ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak, maka akan

    didapat isomer geometrinya. Pada asam lemak jenuh, ujung rantai hidrokarbonnya

    berkonformasi dan tidak terbatas karena tiap ikatan tulang karbonnya dapat dengan

    bebas berotasi. Sedangkan asam lemak tidak jenuh berotasi kaku karena adanya rantai

    ikatan rangkap. Bentuk cis kurang stabil jika dibandingkan dengan bentuk trans,

    karena itu dengan katalis bentuk cis bisa berubah menjadi bentuk trans.

    (Girindra,A.1990)

    2.3.2.Pembagian Asam Lemak

    Lemak netral yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak gliserol

    mempunyai tiga gugusan hidroksil dimana masing-masing akan mengikat satu

    molekul asam lemak disebut Trigliserida. Ketiga asam lemak dalam gliserida ini sama

    macamnya dengan lemak sederhana (Simple fat) tetapi ketiganya merupakan

    gabungan dari dua asam lemak yang sama dan satuan asam lemak berbeda disebut

    dengan lemak campuran

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut ada atau tidaknya ikatan rangkap yang dikandung asam lemak, maka

    asam lemak dapat dibagi menjadi :

    1. Asam lemak jenuh yaitu mempunyai ikatan tunggal atom karbon (C), dimana

    masing-masing atom karbon ini akan berikatan dengan atom hidrogen (H).

    Contoh: Asam butirat (C4), asam kaproat (C6), asam kaprilat (C8), asam kaprat

    (C10), umumnya sampai dengan C10 ini sifat asam lemak adalah cair dan mulai

    C12- C24 bersifat padat.

    2. Asam lemak tak jenuh tunggal, asam lemak ini selalu mengandung paling

    sedikit satu ikatan rangkap antara 2 atom karbon (C) dengan kehilangan paling

    sedikit 2 atom hidrogen (H). Asam lemak yang mempunyai satu ikatan

    rangkap disebut asam lemak tidak jenuh (MUFA). Contoh: asam palmitat (C16)

    dan asam oleat (C18).

    3. Asam lemak tak jenuh poli yaitu asam lemak yang mengandung lebih dari satu

    ikatan rangkap. Asam lemak ini dikenal dengan PUFA (Poly Unsaturated Fatty

    Acid).

    Menurut jumlah atom karbon-karbon yang terikat dalam rantai gliserida, maka asam

    lemak dapat dibedakan :

    1. Asam lemak berantai pendek

    Asam lemak yang mempunyai atom karbon sebanyak 4-6 buah.

    2. Asam lemak berantai sedang

    Asam lemak yang mempunyai atom karbon sebanyak 8-12 buah.

    3. Asam lemak berantai panjang

    Asam lemak yang memiliki atom karbon sebanyak 14-18 buah. (Suharjo,K. 1992)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.Proses Hidrolisis

    Untuk pengolahan minyak inti kelapa sawit menjadi asam lemak dan gliserin

    dilakukan proses hidrolisa, reaksi yang terjadi pada minyak hasil hidrolisa adalah

    sebagai berikut :

    CH2 O C R

    O

    CH O C R

    O

    CH2 O C R

    O

    + 3 H+

    CH2 OH

    CH OH

    OH

    + 3 R C OH

    O

    trigliserida gliserol asam lemak

    CH2

    Pemisahan campuran cairan menjadi beberapa komponen dasarnya

    merupakan proses utama dari industri kimia dan asam lemak hasil hidrolisa dapat

    dimurnikan dengan proses destilasi sehingga terjadi pemurnian dan pemisahan dari

    asam lemak ringan dan asam lemak berat. Hasilnya berupa asam lemak ringan

    (dengan jumlah atom karbon lebih kecil C16), asam lemak berat dengan jumlah atom

    karbon C16 - C18. Asam lemak ringan digunakan untuk bahan baku pemcbuatan produk

    kimia lain yang digunakan dalam industri pembuatan plastik dan cat, sedangkan asam

    lemak berat diolah menjadi alkohol lemak yang umumnya dipergunakan dalam

    industri farmasi, industri kosmetika, dan industri pembuatan shampoo dan sabun.

    (Pahan.2006)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.1.Bahan Baku Asam Laurat

    Bahan baku yang digunakan pada hidrolisis ini adalah minyak inti sawit, yang

    akan menghasilkan fraksi asam lemak yaitu asam laurat (C12). Asam laurat atau asam

    dedodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang (middle-chained fatty acids)

    yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama asam lemak ini adalah inti minyak

    kelapa sawit, yang mengandung 50% asam laurat. Asam laurat memiliki titik lebur

    44C dan titik didih 225C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna

    putih, dan mudah mencair jika dipanaskan, berat molekul 200,3g.mol-1. Berikut ini

    adalah bagan asam laurat yang dihasilkan dari inti kelapa sawit atau palm kernel oil di

    PT.Socimas. (Pahan, 2006)

    Universitas Sumatera Utara

  • Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.2.Bagan Proses Pengolahan Bahan Baku Produksi PT.Socimas

    Tahapan dari proses pengolahan bahan baku yang dimiliki PT.SOCIMAS yaitu PKO

    RBDPS dan RBDPO adalah sebagai berikut :

    C8 dan C10 #500 C6

    C1299* C899*

    C1099

    FA kaya C12

    1. PKO # 400 PKO FA* # 500

    Sweet Water C1499

    C16-C18 #200 C16-C18 (Hidrogenasi)

    C16-C18 (Destilasi)

    FAK* FA1865* FAG* FAT* FAE* FAR*

    Universitas Sumatera Utara

  • Pitch

    2. RBDPS #100 PSOFA #200 FA - HH #300 FAH*

    Sweet Water FA - BH FAB

    LE (Light End )

    FAHH Product

    FAB Heavy End

    Acid Oil

    3. PKO #400 PKO C8 dan C10 D810

    C1270* C1270

    C16 C18 D168

    Keterangan :

    *= merupakan hasil atau produk dari PT.Socimas yang lansung dijual kepada

    konsumen

    Universitas Sumatera Utara

  • Untuk produk pengolahan dari FAK*, FA1865*, FAG*, FAT*, FAE*, FAR* dapat dilihat

    pada lampiran tabel standart untuk harian yang di peroleh dari laboratorium

    PT.Socimas.

    2.5. Produk dan Kendali Mutu

    2.5.1.Produk

    Sesuai dengan hasil hidrolisis dari minyak inti sawit pada splitting 400 di

    PT.Socimas maka didapatlah asam lemak yaitu asam laurat sebagai komposisi yang

    terbesar sekitar 46-48%. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh berantai sedang

    yang tersusun dari 12 atom C. Asam laurat ini memiliki titik lebur 44C dan titik didih

    225C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah

    mencair jika dipanaskan.

    2.5.2.Kendali Mutu

    Untuk menganalisa asam laurat hasil hidrolisis minyak inti sawit, dilakukan

    kendali mutu antara lain bilangan asam dan bilangan penyabunan, bilangan iodin,

    titik cair, asam lemak bebas.

    a. Bilangan asam

    Keadaan setimbang pada hidrolisa asam laurat ditandai oleh bilangan asam

    (AV) asam lemak yang berada pada kisaran 269-275 mg KOH/g (sesuai dengan

    kualitas minyak inti sawit). Penyimpangan terhadap parameter ini ini menandai

    menurunnya tingkat derajat hidrolisa dan harus di netralisir dengan mengencerkan

    Universitas Sumatera Utara

  • kadar air gliserin dengan penambahan air secara proporsional. Keadaan yang tidak

    setimbang seperti jumlah pemakaian air yang terlalu besar atau suhu splitter melewati

    suhu kisaranya, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya bilangan asam. Maka

    dilakukan analisa bilangan asam.

    Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas serta, dihitung

    berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan

    asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk

    menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.

    Bilangan Asam = 56,1

    Dimana :

    A = Jumlah ml KOH untuk titrasi

    N = Normalitas larutan KOH

    G = Bobot contoh (gram)

    56,1 = Bobot molekul KOH

    (Ketaren, 2005)

    b. Bilangan penyabunan

    Parameter yang penting dikontrol pada minyak inti sawit dan sangat perlu

    dipertahankan adalah bilangan penyabunan,. Jika bilangan penyabunan menurun maka

    akan menurunkan bilangan asamnya. Sehingga asam laurat tidak dapat menyabunkan

    lemak.

    Bilangan Penyabunan ialah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk

    menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Apabila minyak atau lemak disabunkan

    dengan larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan

    trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau

    Universitas Sumatera Utara

  • lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam ,

    sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.

    Campuran minyak atau lemak dengan larutan KOH didihkan pada pendingin

    alir-balik sampai terjadi penyabunan yang lengkap, kemudian larutan KOH yang

    tersisa ditetapkan dengan jalan titrasi dengan HCl 0,5 N. Bilangan penyabunan dapat

    ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah miliekivalen larutan alkali beralkohol

    yang dipergunakan, dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut, dibagi

    dengan berat minyak atau lemak dalam gram.

    Bilangan Penyabunan = () 28,05

    Dimana:

    A = Jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi blanko

    B = Jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi contoh

    G = Bobot contoh minyak (gram)

    28,05 = Setengah dari bobot molekul

    (Ketaren, 2005)

    c. Bilangan Iodin

    Bilangan iodin ialah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram

    lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi

    dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Bilangan iod ditetapkan dengan melarutkan

    sejumlah contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gram) dalam klorofrom atau

    karbon tetraklorida, kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah

    didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang dikontrol, kelebihan

    dari iod yang tidak bereaksi diukur dengan mentitrasi larutan campuran tadi dengan

    natrium tiosulfat. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan

    indikator amilum.

    Universitas Sumatera Utara

  • Bilangan iodin = () 12,69

    Dimana :

    B = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi blanko

    S = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi contoh

    N = normalitas larutan NA2S2O3

    G = bobot contoh (gram)

    (Paquot,1987)

    d. Ttitik Cair

    Lemak atau minyak hewani dan nabati merupakan campuran dari gliserida

    dan komponen lainnya, sehingga tidak mempunyai titik cair yang tepat, tetapi mencair

    diantara kisaran suhu tertentu. Asam lemak selalu menunjukkan kenaikan titik cair

    dengan semakin panjangnya rantai karbon. Asam lemak yang derajat

    ketidakjenuhannya semakin tinggi, mempunyai titik cair yang semakin rendah. Asam

    lemak yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada asam

    lemak yang berstruktur cis. (Sudarmadji, 1980)

    e. Asam Lemak Bebas

    Asam lemak bebas merupakan fraksi yang tidak termasuk kedalam lemak yang

    dapat mempengaruhi kualitas minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses

    oksidasi dan hirolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan

    pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2% dari berat lemak akan

    mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni

    tubuh.

    Kadar asam lemak bebas (%FFA) = 100% 1000

    Dimana

    V KOH = volume dari KOH

    Universitas Sumatera Utara

  • N KOH = normalita KOH

    BM = berat molekul asam lemak

    G = bobot contoh (gram)

    (Paquot, 1987)

    f. Metode titrasi

    Dalam menganalisa bilangan asam dan bilangan penyabunan pada asam laurat

    digunakan dengan metode titrasi asam-basa atau titrasi alkalimetri. Titrasi alkalimetri

    adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan

    baku basa. Alakalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antar ion hidrogen

    yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dri basa untuk

    menghasilkan air yang bersifat netral.

    Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna antara

    bentuk terionisasinya dan tidak terionissinya. Sebgai contoh fenolftalein (PP),

    mempunyai pKa 9,4 (dengan perubahan warna antara pH 8,4-10,4). Struktur

    fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton

    dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH meninggkat yang mengakibatkan

    terjadinya perubahan warna.

    Universitas Sumatera Utara