Chapter I

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat memproduksinya sendiri tetapi memerlukan pihak lain. Salah satu satu aktivitas yang tak pernah lepas dari kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut adalah kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan merupakan proses pertukaran yang memerlukan alat tukar yang bernama uang. Jika perdagangan dilakukan dalam satu negara tentu saja dapat dilakukan melalui mata uang negara yang bersangkutan, tetapi jika dalam perekonomian terbuka atau perdagangan antar negara tentu saja terdapat dua mata uang yang berbeda. Seandainya ada mata uang tunggal internasional tidak akan ditemukan masalah dalam penetapan harga, namun karena mata uang tersebut belum ada maka terdapat kebutuhan mengkonversikan mata uang yang satu menjadi mata uang yang lain. Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996). Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat Universitas Sumatera Utara

description

sakiy

Transcript of Chapter I

Page 1: Chapter I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak

dapat memproduksinya sendiri tetapi memerlukan pihak lain. Salah satu satu aktivitas

yang tak pernah lepas dari kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut adalah kegiatan

perdagangan. Kegiatan perdagangan merupakan proses pertukaran yang memerlukan

alat tukar yang bernama uang. Jika perdagangan dilakukan dalam satu negara tentu

saja dapat dilakukan melalui mata uang negara yang bersangkutan, tetapi jika dalam

perekonomian terbuka atau perdagangan antar negara tentu saja terdapat dua mata

uang yang berbeda. Seandainya ada mata uang tunggal internasional tidak akan

ditemukan masalah dalam penetapan harga, namun karena mata uang tersebut belum

ada maka terdapat kebutuhan mengkonversikan mata uang yang satu menjadi mata

uang yang lain.

Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya

ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996).

Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka,

karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang

terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan

maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I

untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang

yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang

relatif baik atau stabil (Salvator, 1997). Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi

arus modal atau investasi dan pedagangan Internasional. Indonesia sebagai negara

yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan

kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan

harga barang-barang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya

rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis

ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri menurun.

Menurut pendekatan perdagangan kurs equilibrium (trade approach) kurs

equilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari

suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar ketimbang nilai ekspornya

(artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit perdagangan), maka kurs mata

uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi

atau penurunan nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung secara cepat dalam sistem

kurs mengambang yang berlaku pada saat ini. Peningkatan kurs (nilai nominalnya)

atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai

komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing

sedangkan berbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi

penduduk domestik. Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami

kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya nilai

perdagangan internasionalnya benar-benar seimbang (impor sama dengan ekspor)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I

(Salvatore, 1997). Pergerakan ekspor dan impor suatu negara dapat dilihat dari

Neraca Perdagangan, jika ekspor barang lebih kecil dari impor maka neraca

perdagangan disebut defisit dan sebaliknya jika ekspor barang lebih besar maka

neraca perdagangan disebut surplus. Neraca Perdagangan merupakan bagian dari

Neraca Pembayaran Internasional suatu negara. Defisit Neraca Pembayaran

Internasional berarti penurunan cadangan internasional dan surplus berarti

peningkatan cadangan internasional. Pergerakan cadangan internasional bank sentral

mempunyai dampak penting terhadap penawaran uang dan nilai tukar uang

(Manurung, 2008).

Mishkin (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pergerakan nilai tukar dalam jangka panjang. Pertama adalah tingkat

harga domestik. Dalam jangka panjang, peningkatan harga domestik menyebabkan

nilai mata uang domestik terdepresiasi, sebaliknya penurunan harga domestik

menyebabkan nilai mata uang domestik terapresiasi. Kedua adalah tarif dan kuota.

Dalam jangka panjang, tarif dan kuota menyebabkan nilai uang domestik terapresiasi.

Ketiga adalah produktivitas (tercermin dalam GDP/PDB). Dalam jangka panjang,

suatu negara menjadi lebih produktif menyebabkan nilai uang domestik terdepresiasi.

Keempat, preferensi antara barang domestik dan luar negeri; dalam jangka panjang,

permintaan yang meningkat terhadap barang-barang domestik (ekspor meningkat)

menyebabkan nilai uang domestik terapresiasi, sebaliknya permintaan yang

meningkat terhadap barang-barang luar negeri (impor meningkat) menyebabkan nilai

uang domestik terdepresiasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I

Sistem devisa bebas dan ditambah dengan penerapan sistem floating exchange

rate di Indonesia sejak tahun 1997, menyebabkan pergerakan nilai tukar di pasar

menjadi sangat rentan oleh pengaruh faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi.

Sebagai contoh pertumbuhan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS pada era

sebelum krisis melanda Indonesia dan kawasan Asia lainnya masih relatif stabil. Jika

dibandingkan dengan masa sebelum krisis, semenjak krisis ini terjadi lonjakan kurs

dolar AS berada diantara Rp.6.700 � Rp.9.530 sedangkan periode 1981-1996

di bawah Rp.2.500 (Bank Indonesia, 2000). Sedangkan data tahun 2010 kurs berada

kisaran Rp. 9.000 � 9.500.

Tabel 1.1. Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (dalam Rupiah)

Kuartal

Kurs Rp.

Kuartal

Kurs Rp.

Kuartal

Kurs Rp.

97/1 2419.00 01/3 9675.00 06/1 9075.00

97/2 2450.00 01/4 10400.00 06/2 9300.00

97/3 3275.00 02/1 9655.00 06/3 9235.00

97/4 4650.00 02/2 8730.00 06/4 9020.00

98/1 8325.00 02/3 9015.00 07/1 9118.00

98/2 14900.00 02/4 8940.00 07/2 9054.00

98/3 10700.00 03/1 8908.00 07/3 9137.00

98/4 8025.00 03/2 8285.00 07/4 9419.00

99/1 8685.00 03/3 8389.00 08/1 9217.00

99/2 6726.00 03/4 8465.00 08/2 9225.00

99/3 8386.00 04/1 8587.00 08/3 9378.00

99/4 7100.00 04/2 9415.00 08/4 10950.00

00/1 7590.00 04/3 9170.00 09/1 11575.00

00/2 8735.00 04/4 9290.00 09/2 10225.00

00/3 8780.00 05/1 9480.00 09/3 9681.00

00/4 9595.00 05/2 9713.00 09/4 9400.00

01/1 10400.00 05/3 10310.00 10/1 9115.00

01/2 11440.00 05/4 9830.00 Sumber: www.bi.go.id (2010)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter I

Sumber: Data diolah dengan Eviews Gambar 1.1. Perkembangan Kurs Kuartal 1 Tahun 1997 Sampai Kuartal 1

Tahun 2010

Dua hal yang paling menonjol sebagai akibat dari pengaruh krisis ekonomi

yang melanda negara kita adalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat yang sangat fluktuatif dan laju inflasi yang harus dikendalikan oleh

otoritas moneter maupun pemerintah. Pencapaian nilai tukar yang kompetitif dan laju

inflasi yang terkendali disadari sangat diperlukan untuk menciptakan situasi yang

kondusif bagi kegiatan ekonomi dalam negeri. Dalam Undang-Undang No. 3, Tahun

2004, dua hal ini ditetapkan sebagai tujuan Bank Indonesia. Namun, karena nilai

tukar dalam sistem nilai tukar mengambang bebas lebih ditentukan oleh

keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar maka pemerintah melalui

Bank Indonesia menetapkan laju inflasi yang rendah dan terkendali sebagai suatu

sasaran akhir.

Rp.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter I

Dalam hubungannya dengan nilai tukar, tingkat inflasi yang tinggi di suatu

negara akan menyebabkan harga barang-barang produksi dalam negeri menjadi lebih

mahal, sehingga barang-barang tersebut kurang kompetitif di pasar internasional.

Dengan tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dari luar negeri maka akan lebih

menguntungkan untuk mengimpor barang dari luar negeri yang lebih murah.

Sementara itu, jika dilihat dalam perspektif pendekatan moneter, tingkat inflasi yang

tinggi juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi akibat

diperlukannya lebih banyak uang untuk kepentingan transaksi. Pertumbuhan jumlah

uang beredar yang berlebihan. Ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam

pasar uang dan memicu depresiasi nilai tukar. Jadi, secara singkat dapat dikatakan

bahwa perbedaan tingkat inflasi antar negara dapat mempengaruhi nilai tukar mata

uangnya terhadap mata uang asing.

Memahami perilaku nilai tukar tidak saja penting bagi para spekulan valuta

asing atau peminat keuangan internasional, tetapi juga merupakan indikator kuat

tidaknya (soundness) fundamental makro ekonomi. Nilai tukar, sebagaimana halnya

tingkat harga agregat (atau inflasi), suku bunga, dan indeks harga saham, adalah

ibarat permukaan gunung es (iceberg) yang mencerminkan kokoh tidaknya

fundamental makro ekonomi. Rupiah Indonesia adalah mata uang yang paling besar

gejolaknya (volatile) di Asia Tenggara selama krisis (Nor, et.al, 2000).

Salah satu teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat harga atau inflasi

dengan pergerakan nilai tukar adalah teori paritas daya beli atau Purchasing Power

Parity Theory (PPP). Teori paritas daya beli ini merupakan salah satu teori yang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter I

paling sering diuji validitasnya. Dalam teori paritas daya beli ini dikatakan bahwa

nilai tukar antara dua negara seharusnya sama dengan rasio dari tingkat harga

di kedua negara tersebut. Sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mata uang

(meningkatnya tingkat harga domestik atau meningkatnya inflasi) akan diikuti oleh

depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri. Namun, jika

yang terjadi adalah sebaliknya yaitu daya beli domestik mengalami kenaikan (tingkat

inflasi turun/terjadi deflasi) maka akan diikuti pula oleh apresiasi pada mata uangnya.

Teori PPP ini terbagi menjadi dua yaitu versi absolut dan versi relatif. Teori

PPP versi absolut sering dikaitkan dengan teori Law of One Price walaupun

sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Teori Law of One Price lebih diterapkan

pada satu jenis barang saja sedangkan teori PPP diterapkan pada tingkat harga secara

keseluruhan yaitu dengan menggunakan sekeranjang barang dan jasa. Sementara

versi relatif dari teori PPP muncul karena banyaknya kelemahan dalam versi absolut

yaitu berupa asumsi-asumsi yang tidak realistis yaitu tidak adanya biaya transportasi

dan bebas dari hambatan perdagangan. Dalam kenyataannya, biaya transportasi

maupun hambatan perdagangan tidaklah dapat diabaikan. Dalam versi relatifnya,

teori PPP mengubah pernyataan tingkat harga dan tingkat kurs keseimbangan menjadi

"perubahan harga" dan "perubahan" kurs keseimbangan (Salvatore, 1997).

Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti dengan judul: �Analisis

Paritas Daya Beli Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat�.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter I

1.2. Perumusan Masalah

Kestabilan nilai kurs bagi suatu negara tentu saja sangat penting. Untuk itu

perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai kurs rupiah

terhadap dollar dengan pendekatan Paritas Daya Beli.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat sebelumnya,

Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia,

Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia,

Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia

berkontribusi terhadap Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika

Serikat.

2. Apakah Inflasi Indonesia sebelumnya, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah Uang

Beredar Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic

Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan

Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat

berkontribusi terhadap Inflasi Indonesia.

3. Apakah Inflasi Amerika Serikat sebelumnya, Jumlah Uang Beredar Indonesia,

Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia,

Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs

Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi Indonesia,

berkontribusi terhadap Inflasi Amerika Serikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter I

4. Apakah Jumlah Uang Beredar Indonesia sebelumnya, Jumlah Uang Beredar

Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross Domestic

Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia

terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat

berkontribusi terhadap Jumlah Uang Beredar Indonesia.

5. Apakah Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat sebelumnya, Gross Domestic

Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan

Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat,

Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat

berkontribusi terhadap Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat.

6. Apakah Gross Domestic Product Indonesia sebelumnya, Gross Domestic

Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia

terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi

Indonesia, Inflasi Amerika Serikat berkontribusi terhadap Jumlah Gross

Domestic Product Indonesia.

7. Apakah Gross Domestic Product Amerika Serikat sebelumnya, Cadangan

Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat,

Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat,

Gross Domestic Product Indonesia berkontribusi terhadap Jumlah Gross

Domestic Product Amerika Serikat.

8. Apakah Cadangan Devisa Indonesia sebelumnya, Kurs Rupiah Indonesia

terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter I

Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross

Domestic Product Amerika Serikat berkontribusi terhadap Jumlah Cadangan

Devisa Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis:

1. Kontribusi Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat

sebelumnya, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar

Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product

Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa

Indonesia terhadap Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat.

2. Kontribusi Inflasi Indonesia sebelumnya, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah

Uang Beredar Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross

Domestic Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat,

Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika

Serikat terhadap Inflasi Indonesia.

3. Kontribusi Inflasi Amerika Serikat sebelumnya, Jumlah Uang Beredar

Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product

Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa

Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi

Indonesia, terhadap Inflasi Amerika Serikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter I

4. Kontribusi Jumlah Uang Beredar Indonesia sebelumnya, Jumlah Uang

Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross Domestic

Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia

terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat

terhadap Jumlah Uang Beredar Indonesia.

5. Kontribusi Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat sebelumnya, Gross

Domestic Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat,

Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika

Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika

Serikat terhadap Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat.

6. Kontribusi Gross Domestic Product Indonesia sebelumnya, Gross Domestic

Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia

terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi

Indonesia, Inflasi Amerika Serikat terhadap Jumlah Gross Domestic Product

Indonesia.

7. Kontribusi Gross Domestic Product Amerika Serikat sebelumnya, Cadangan

Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat,

Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat,

Gross Domestic Product Indonesia terhadap Jumlah Gross Domestic Product

Amerika Serikat.

8. Kontribusi Cadangan Devisa Indonesia sebelumnya, Kurs Rupiah Indonesia

terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter I

Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross

Domestic Product Amerika Serikat terhadap Jumlah Cadangan Devisa

Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat

1. Memberikan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan

perkembangan nilai kurs Rupiah terhadap dollar AS.

2. Menambah wawasan bagi penulis, mahasiswa agar berfikir secara ilmiah pada

bidang Ekonomi Moneter dan Ekonomi Internasional khususnya nilai kurs.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang

berkaitan dengan nilai kurs.

Universitas Sumatera Utara