Chapter I
-
Upload
azhari-bin-ali -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of Chapter I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan
tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak
dapat memproduksinya sendiri tetapi memerlukan pihak lain. Salah satu satu aktivitas
yang tak pernah lepas dari kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut adalah kegiatan
perdagangan. Kegiatan perdagangan merupakan proses pertukaran yang memerlukan
alat tukar yang bernama uang. Jika perdagangan dilakukan dalam satu negara tentu
saja dapat dilakukan melalui mata uang negara yang bersangkutan, tetapi jika dalam
perekonomian terbuka atau perdagangan antar negara tentu saja terdapat dua mata
uang yang berbeda. Seandainya ada mata uang tunggal internasional tidak akan
ditemukan masalah dalam penetapan harga, namun karena mata uang tersebut belum
ada maka terdapat kebutuhan mengkonversikan mata uang yang satu menjadi mata
uang yang lain.
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya
ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996).
Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka,
karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan
maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat
Universitas Sumatera Utara
untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang
yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik atau stabil (Salvator, 1997). Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi
arus modal atau investasi dan pedagangan Internasional. Indonesia sebagai negara
yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan
kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan
harga barang-barang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya
rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis
ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri menurun.
Menurut pendekatan perdagangan kurs equilibrium (trade approach) kurs
equilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari
suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar ketimbang nilai ekspornya
(artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit perdagangan), maka kurs mata
uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi
atau penurunan nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung secara cepat dalam sistem
kurs mengambang yang berlaku pada saat ini. Peningkatan kurs (nilai nominalnya)
atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai
komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing
sedangkan berbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi
penduduk domestik. Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami
kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya nilai
perdagangan internasionalnya benar-benar seimbang (impor sama dengan ekspor)
Universitas Sumatera Utara
(Salvatore, 1997). Pergerakan ekspor dan impor suatu negara dapat dilihat dari
Neraca Perdagangan, jika ekspor barang lebih kecil dari impor maka neraca
perdagangan disebut defisit dan sebaliknya jika ekspor barang lebih besar maka
neraca perdagangan disebut surplus. Neraca Perdagangan merupakan bagian dari
Neraca Pembayaran Internasional suatu negara. Defisit Neraca Pembayaran
Internasional berarti penurunan cadangan internasional dan surplus berarti
peningkatan cadangan internasional. Pergerakan cadangan internasional bank sentral
mempunyai dampak penting terhadap penawaran uang dan nilai tukar uang
(Manurung, 2008).
Mishkin (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pergerakan nilai tukar dalam jangka panjang. Pertama adalah tingkat
harga domestik. Dalam jangka panjang, peningkatan harga domestik menyebabkan
nilai mata uang domestik terdepresiasi, sebaliknya penurunan harga domestik
menyebabkan nilai mata uang domestik terapresiasi. Kedua adalah tarif dan kuota.
Dalam jangka panjang, tarif dan kuota menyebabkan nilai uang domestik terapresiasi.
Ketiga adalah produktivitas (tercermin dalam GDP/PDB). Dalam jangka panjang,
suatu negara menjadi lebih produktif menyebabkan nilai uang domestik terdepresiasi.
Keempat, preferensi antara barang domestik dan luar negeri; dalam jangka panjang,
permintaan yang meningkat terhadap barang-barang domestik (ekspor meningkat)
menyebabkan nilai uang domestik terapresiasi, sebaliknya permintaan yang
meningkat terhadap barang-barang luar negeri (impor meningkat) menyebabkan nilai
uang domestik terdepresiasi.
Universitas Sumatera Utara
Sistem devisa bebas dan ditambah dengan penerapan sistem floating exchange
rate di Indonesia sejak tahun 1997, menyebabkan pergerakan nilai tukar di pasar
menjadi sangat rentan oleh pengaruh faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi.
Sebagai contoh pertumbuhan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS pada era
sebelum krisis melanda Indonesia dan kawasan Asia lainnya masih relatif stabil. Jika
dibandingkan dengan masa sebelum krisis, semenjak krisis ini terjadi lonjakan kurs
dolar AS berada diantara Rp.6.700 � Rp.9.530 sedangkan periode 1981-1996
di bawah Rp.2.500 (Bank Indonesia, 2000). Sedangkan data tahun 2010 kurs berada
kisaran Rp. 9.000 � 9.500.
Tabel 1.1. Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (dalam Rupiah)
Kuartal
Kurs Rp.
Kuartal
Kurs Rp.
Kuartal
Kurs Rp.
97/1 2419.00 01/3 9675.00 06/1 9075.00
97/2 2450.00 01/4 10400.00 06/2 9300.00
97/3 3275.00 02/1 9655.00 06/3 9235.00
97/4 4650.00 02/2 8730.00 06/4 9020.00
98/1 8325.00 02/3 9015.00 07/1 9118.00
98/2 14900.00 02/4 8940.00 07/2 9054.00
98/3 10700.00 03/1 8908.00 07/3 9137.00
98/4 8025.00 03/2 8285.00 07/4 9419.00
99/1 8685.00 03/3 8389.00 08/1 9217.00
99/2 6726.00 03/4 8465.00 08/2 9225.00
99/3 8386.00 04/1 8587.00 08/3 9378.00
99/4 7100.00 04/2 9415.00 08/4 10950.00
00/1 7590.00 04/3 9170.00 09/1 11575.00
00/2 8735.00 04/4 9290.00 09/2 10225.00
00/3 8780.00 05/1 9480.00 09/3 9681.00
00/4 9595.00 05/2 9713.00 09/4 9400.00
01/1 10400.00 05/3 10310.00 10/1 9115.00
01/2 11440.00 05/4 9830.00 Sumber: www.bi.go.id (2010)
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data diolah dengan Eviews Gambar 1.1. Perkembangan Kurs Kuartal 1 Tahun 1997 Sampai Kuartal 1
Tahun 2010
Dua hal yang paling menonjol sebagai akibat dari pengaruh krisis ekonomi
yang melanda negara kita adalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat yang sangat fluktuatif dan laju inflasi yang harus dikendalikan oleh
otoritas moneter maupun pemerintah. Pencapaian nilai tukar yang kompetitif dan laju
inflasi yang terkendali disadari sangat diperlukan untuk menciptakan situasi yang
kondusif bagi kegiatan ekonomi dalam negeri. Dalam Undang-Undang No. 3, Tahun
2004, dua hal ini ditetapkan sebagai tujuan Bank Indonesia. Namun, karena nilai
tukar dalam sistem nilai tukar mengambang bebas lebih ditentukan oleh
keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar maka pemerintah melalui
Bank Indonesia menetapkan laju inflasi yang rendah dan terkendali sebagai suatu
sasaran akhir.
Rp.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungannya dengan nilai tukar, tingkat inflasi yang tinggi di suatu
negara akan menyebabkan harga barang-barang produksi dalam negeri menjadi lebih
mahal, sehingga barang-barang tersebut kurang kompetitif di pasar internasional.
Dengan tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dari luar negeri maka akan lebih
menguntungkan untuk mengimpor barang dari luar negeri yang lebih murah.
Sementara itu, jika dilihat dalam perspektif pendekatan moneter, tingkat inflasi yang
tinggi juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi akibat
diperlukannya lebih banyak uang untuk kepentingan transaksi. Pertumbuhan jumlah
uang beredar yang berlebihan. Ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam
pasar uang dan memicu depresiasi nilai tukar. Jadi, secara singkat dapat dikatakan
bahwa perbedaan tingkat inflasi antar negara dapat mempengaruhi nilai tukar mata
uangnya terhadap mata uang asing.
Memahami perilaku nilai tukar tidak saja penting bagi para spekulan valuta
asing atau peminat keuangan internasional, tetapi juga merupakan indikator kuat
tidaknya (soundness) fundamental makro ekonomi. Nilai tukar, sebagaimana halnya
tingkat harga agregat (atau inflasi), suku bunga, dan indeks harga saham, adalah
ibarat permukaan gunung es (iceberg) yang mencerminkan kokoh tidaknya
fundamental makro ekonomi. Rupiah Indonesia adalah mata uang yang paling besar
gejolaknya (volatile) di Asia Tenggara selama krisis (Nor, et.al, 2000).
Salah satu teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat harga atau inflasi
dengan pergerakan nilai tukar adalah teori paritas daya beli atau Purchasing Power
Parity Theory (PPP). Teori paritas daya beli ini merupakan salah satu teori yang
Universitas Sumatera Utara
paling sering diuji validitasnya. Dalam teori paritas daya beli ini dikatakan bahwa
nilai tukar antara dua negara seharusnya sama dengan rasio dari tingkat harga
di kedua negara tersebut. Sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mata uang
(meningkatnya tingkat harga domestik atau meningkatnya inflasi) akan diikuti oleh
depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri. Namun, jika
yang terjadi adalah sebaliknya yaitu daya beli domestik mengalami kenaikan (tingkat
inflasi turun/terjadi deflasi) maka akan diikuti pula oleh apresiasi pada mata uangnya.
Teori PPP ini terbagi menjadi dua yaitu versi absolut dan versi relatif. Teori
PPP versi absolut sering dikaitkan dengan teori Law of One Price walaupun
sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Teori Law of One Price lebih diterapkan
pada satu jenis barang saja sedangkan teori PPP diterapkan pada tingkat harga secara
keseluruhan yaitu dengan menggunakan sekeranjang barang dan jasa. Sementara
versi relatif dari teori PPP muncul karena banyaknya kelemahan dalam versi absolut
yaitu berupa asumsi-asumsi yang tidak realistis yaitu tidak adanya biaya transportasi
dan bebas dari hambatan perdagangan. Dalam kenyataannya, biaya transportasi
maupun hambatan perdagangan tidaklah dapat diabaikan. Dalam versi relatifnya,
teori PPP mengubah pernyataan tingkat harga dan tingkat kurs keseimbangan menjadi
"perubahan harga" dan "perubahan" kurs keseimbangan (Salvatore, 1997).
Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti dengan judul: �Analisis
Paritas Daya Beli Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat�.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah
Kestabilan nilai kurs bagi suatu negara tentu saja sangat penting. Untuk itu
perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai kurs rupiah
terhadap dollar dengan pendekatan Paritas Daya Beli.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat sebelumnya,
Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia,
Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia,
Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia
berkontribusi terhadap Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika
Serikat.
2. Apakah Inflasi Indonesia sebelumnya, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah Uang
Beredar Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic
Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan
Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat
berkontribusi terhadap Inflasi Indonesia.
3. Apakah Inflasi Amerika Serikat sebelumnya, Jumlah Uang Beredar Indonesia,
Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia,
Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs
Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi Indonesia,
berkontribusi terhadap Inflasi Amerika Serikat.
Universitas Sumatera Utara
4. Apakah Jumlah Uang Beredar Indonesia sebelumnya, Jumlah Uang Beredar
Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross Domestic
Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia
terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat
berkontribusi terhadap Jumlah Uang Beredar Indonesia.
5. Apakah Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat sebelumnya, Gross Domestic
Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan
Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat,
Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat
berkontribusi terhadap Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat.
6. Apakah Gross Domestic Product Indonesia sebelumnya, Gross Domestic
Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia
terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi
Indonesia, Inflasi Amerika Serikat berkontribusi terhadap Jumlah Gross
Domestic Product Indonesia.
7. Apakah Gross Domestic Product Amerika Serikat sebelumnya, Cadangan
Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat,
Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat,
Gross Domestic Product Indonesia berkontribusi terhadap Jumlah Gross
Domestic Product Amerika Serikat.
8. Apakah Cadangan Devisa Indonesia sebelumnya, Kurs Rupiah Indonesia
terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross
Domestic Product Amerika Serikat berkontribusi terhadap Jumlah Cadangan
Devisa Indonesia.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis:
1. Kontribusi Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat
sebelumnya, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar
Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product
Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa
Indonesia terhadap Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat.
2. Kontribusi Inflasi Indonesia sebelumnya, Inflasi Amerika Serikat, Jumlah
Uang Beredar Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross
Domestic Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat,
Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika
Serikat terhadap Inflasi Indonesia.
3. Kontribusi Inflasi Amerika Serikat sebelumnya, Jumlah Uang Beredar
Indonesia, Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product
Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa
Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi
Indonesia, terhadap Inflasi Amerika Serikat.
Universitas Sumatera Utara
4. Kontribusi Jumlah Uang Beredar Indonesia sebelumnya, Jumlah Uang
Beredar Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross Domestic
Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia
terhadap Dollar Amerika Serikat, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat
terhadap Jumlah Uang Beredar Indonesia.
5. Kontribusi Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat sebelumnya, Gross
Domestic Product Indonesia, Gross Domestic Product Amerika Serikat,
Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika
Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika
Serikat terhadap Jumlah Uang Beredar Amerika Serikat.
6. Kontribusi Gross Domestic Product Indonesia sebelumnya, Gross Domestic
Product Amerika Serikat, Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia
terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi
Indonesia, Inflasi Amerika Serikat terhadap Jumlah Gross Domestic Product
Indonesia.
7. Kontribusi Gross Domestic Product Amerika Serikat sebelumnya, Cadangan
Devisa Indonesia, Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat,
Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi Indonesia, Inflasi Amerika Serikat,
Gross Domestic Product Indonesia terhadap Jumlah Gross Domestic Product
Amerika Serikat.
8. Kontribusi Cadangan Devisa Indonesia sebelumnya, Kurs Rupiah Indonesia
terhadap Dollar Amerika Serikat, Jumlah Uang Beredar Indonesia, Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, Inflasi Amerika Serikat, Gross Domestic Product Indonesia, Gross
Domestic Product Amerika Serikat terhadap Jumlah Cadangan Devisa
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat
1. Memberikan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan
perkembangan nilai kurs Rupiah terhadap dollar AS.
2. Menambah wawasan bagi penulis, mahasiswa agar berfikir secara ilmiah pada
bidang Ekonomi Moneter dan Ekonomi Internasional khususnya nilai kurs.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang
berkaitan dengan nilai kurs.
Universitas Sumatera Utara