cerpen.fppi

5
BECAUSE ALLAH LOVES ME Kring….!! Kring!! Kring!!, Alaram segera Berbunyi, akupun tersadar dari tidur lelap ku, ku tatap jam beker ku “Ternyata jam masih menunjukkan 3 malamucap ku sambil mata sedikit terpejam. Ku tinggalkan semua rasa letih, kantuk dan semua dekapan malam yang penuh kenyamanan demi merajut tali-tali kerinduan dengan Sang Ilahi. Secepatnya ku matikan alaramku dan mulai ku beranjak dari tempat tidur. Di malam yang penuh kesunyian di lengkapi dengan lukisan alam yang begitu indah dengan hiasan bintang berkilauan di berbagai sisi membuat ku terkagum akan keindaNya. Segera ku bergegas untuk mengambil air wudhu, ku basuh tubuh ku satu persatu penuh dengan kesejukan dan ketenangan setiap basuhan selalu ku iringi dengan dzikir, tetesan air wudhu yang jatuh membasahi bumi menambahkan indahnya malam saat itu. setelah selesai ku bentangkan sajadah, penuh dengan ketenangan tidak ada kegaduhan sedikitpun, ku tatapi seisi rumahku “ ah ternyata semua orang masih tertidur lelap” ucapku ku dalam hati, ketenangan mulai terasa dalam hati ku, ku angkat kedua tangan ku dengan mengucapkan takbir, dan mulai ku membaca ayat-ayat qur’an dengan penuh kusyu, ku baca dari lubuk hati yang paling dalam ku hayati setiap ayat demi ayat dan tak tersa air mata menetes dari pipi ku, setiap akhir sujud ku selalu ku selipkan doa agar selalu mendapatkan keistiqomahan di jalan Nya. Mengapa begitu karena aku bukan orang yang taat sejak dulu ku ibaratkan diriku seperti orang yang baru mendaptakan hadiah Rumah yang besar hingga hidupku yang sederhana kini menjadi hidup penuh kenyamanan, seperti itulah aku. Aku hidup hanya dua bersaudara dan aku anak terakhir, Mamas ku bernama Varis sedangkan aku Denia. Mas Varis adalah Aktifis Dakwah kampus namun tingkah ku justru berbanding terbalik dengannya, aku paling anti sekali mengikuti kegiatan yang seperti itu, meskipun di sekoalah ku ada Aktifis Dakwah Sekolah tak pernah ku mempunyai niatan untuk bergabung ke sana bahkan melirikpun amat malas rasanya, karena melihat cewe dan cowo yang amat ketinggalan jaman bagiku, mengapa tidak masa untuk berbicara antara cwo dan cwe saja harus kucing-kucingan gak boleh ngeliat satu sama lain, bahkan kalo kumpul harus pake hijab segal a “aduuuhhhh ribeet banget dah” keluh ku dalam hati. kakak ku memiliki sifat penyayang, lembut dan sangat taat agama. “Dek, Mas Varis denger-denger rohis sekolah mu besok ada kajian keislaman ya???Tanya nya sambil Tersenyum, yang ternyata dia yang menjadi pemateri di kegiatan tersebut. “Lah mana aku tahuu kak, memangnya aku ikut kegiatan begituan, ihh males bangeeett” Ketus ku. “dek kamu itu gak boleh bicara gitu, dateng ya mamas jamin seruu loh.. nanti adek bakalan dapet banyak ilmu” Jawabnya penuh dengan Rayuan. Aduuh masbesok itu aku mau kumpul-kumpul bareng temen nanti juga disana dapet ilmu kok dan yang pasti jauh lebih seru...” Jawab ku membantah. “adeek tapi ini ilmu islam pasti lebih bermanfaat dan bisa buat bekal ki ta ke syurga nanti”. Jawab Mas Varis sambil tersenyum. “ Mas aku itu walaupun kumpul-kumpul sama teman selalu solat 5 waktu kok, dan itu pasti bisa untuk bekal ke syurga” jawab ku sambil meledek. Tanpa bicara lebih panjang mamas ku pun langsung pergi meninggalkan ku dengan wajah kecewa. Itulah yang selalu ku lontarkan setiap kali mas Varis membujuk ku mengikuti Rohis, gimana aku tidak membantah secara semua Peraturan yang ada di Rohis berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada pada diri ku. Mulai dari gak boleh kumpul berbaurlah antara cowo dan cewe, terus jilbabnya ituloh.. besar-besar semua lagi. Sedangkan aku masih pendek bahkan sering kali terawang, dan yang paling keberatan bagi ku adalah gak boleh pacaran… oh my god sepertimya itu hal yang paling sulit bagi ku, karena aku gak mungkin ninggalin pacar ku (Dimas) yang sudah berjalan setahun ini. Walaupun dengan kucing-kucingan karena takut ketauan mas Varis, tapi itu tak membuat masalah bagi kami.

Transcript of cerpen.fppi

Page 1: cerpen.fppi

BECAUSE ALLAH LOVES ME

Kring….!! Kring!! Kring!!, Alaram segera Berbunyi, akupun tersadar dari tidur lelap ku, ku tatap jam beker ku “Ternyata jam masih menunjukkan 3 malam” ucap ku sambil mata sedikit

terpejam. Ku tinggalkan semua rasa letih, kantuk dan semua dekapan malam yang penuh kenyamanan demi merajut tali-tali kerinduan dengan Sang Ilahi. Secepatnya ku matikan alaramku dan mulai ku beranjak dari tempat tidur. Di malam yang penuh kesunyian di

lengkapi dengan lukisan alam yang begitu indah dengan hiasan bintang berkilauan di berbagai sisi membuat ku terkagum akan keindaNya. Segera ku bergegas untuk mengambil

air wudhu, ku basuh tubuh ku satu persatu penuh dengan kesejukan dan ketenangan setiap basuhan selalu ku iringi dengan dzikir, tetesan air wudhu yang jatuh membasahi bumi menambahkan indahnya malam saat itu. setelah selesai ku bentangkan sajadah, penuh

dengan ketenangan tidak ada kegaduhan sedikitpun, ku tatapi seisi rumahku “ah ternyata semua orang masih tertidur lelap” ucapku ku dalam hati, ketenangan mulai terasa dalam hati

ku, ku angkat kedua tangan ku dengan mengucapkan takbir, dan mulai ku membaca ayat-ayat qur’an dengan penuh kusyu, ku baca dari lubuk hati yang paling dalam ku hayati setiap ayat demi ayat dan tak tersa air mata menetes dari pipi ku, setiap akhir sujud ku selalu ku selipkan

doa agar selalu mendapatkan keistiqomahan di jalan Nya. Mengapa begitu karena aku bukan orang yang taat sejak dulu ku ibaratkan diriku seperti orang yang baru mendaptakan hadiah

Rumah yang besar hingga hidupku yang sederhana kini menjadi hidup penuh kenyamanan, seperti itulah aku. Aku hidup hanya dua bersaudara dan aku anak terakhir, Mamas ku bernama Varis sedangkan aku Denia. Mas Varis adalah Aktifis Dakwah kampus namun

tingkah ku justru berbanding terbalik dengannya, aku paling anti sekali mengikuti kegiatan yang seperti itu, meskipun di sekoalah ku ada Aktifis Dakwah Sekolah tak pernah ku mempunyai niatan untuk bergabung ke sana bahkan melirikpun amat malas rasanya, karena

melihat cewe dan cowo yang amat ketinggalan jaman bagiku, mengapa tidak masa untuk berbicara antara cwo dan cwe saja harus kucing-kucingan gak boleh ngeliat satu sama lain,

bahkan kalo kumpul harus pake hijab segala “aduuuhhhh ribeet banget dah” keluh ku dalam hati. kakak ku memiliki sifat penyayang, lembut dan sangat taat agama.

“Dek, Mas Varis denger-denger rohis sekolah mu besok ada kajian keislaman ya???” Tanya nya sambil Tersenyum, yang ternyata dia yang menjadi pemateri di kegiatan tersebut. “Lah

mana aku tahuu kak, memangnya aku ikut kegiatan begituan, ihh males bangeeett” Ketus ku. “dek kamu itu gak boleh bicara gitu, dateng ya mamas jamin seruu loh.. nanti adek bakalan dapet banyak ilmu” Jawabnya penuh dengan Rayuan. “Aduuh mas… besok itu aku mau

kumpul-kumpul bareng temen nanti juga disana dapet ilmu kok dan yang pasti jauh lebih seru...” Jawab ku membantah. “adeek tapi ini ilmu islam pasti lebih bermanfaat dan bisa buat

bekal kita ke syurga nanti”. Jawab Mas Varis sambil tersenyum. “ Mas aku itu walaupun kumpul-kumpul sama teman selalu solat 5 waktu kok, dan itu pasti bisa untuk bekal ke syurga” jawab ku sambil meledek. Tanpa bicara lebih panjang mamas ku pun langsung pergi

meninggalkan ku dengan wajah kecewa.

Itulah yang selalu ku lontarkan setiap kali mas Varis membujuk ku mengikuti Rohis, gimana aku tidak membantah secara semua Peraturan yang ada di Rohis berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada pada diri ku. Mulai dari gak boleh kumpul berbaurlah antara cowo dan

cewe, terus jilbabnya ituloh.. besar-besar semua lagi. Sedangkan aku masih pendek bahkan sering kali terawang, dan yang paling keberatan bagi ku adalah gak boleh pacaran… oh my

god sepertimya itu hal yang paling sulit bagi ku, karena aku gak mungkin ninggalin pacar ku (Dimas) yang sudah berjalan setahun ini. Walaupun dengan kucing-kucingan karena takut ketauan mas Varis, tapi itu tak membuat masalah bagi kami.

Page 2: cerpen.fppi

Setiap hari kerjaan ku hanya membuang-buang waktu, setiap pulang sekolah aku kumpul bersama, Ririn, Dini, dan Reren sahabat sejatiku di sekolah. kadang ke Mol kadang juga

nyengnyong itu looh bahasa gaulnya zaman sekarang karoekean. Yaaah walaupun dengan uang jajan sedikit pemberian dari orang tua tapi yang penting bisa kumpul walau hanya

sekedar gaya-gayaan biar keliatan anak gaulnya... hehe itu memang sudah menjadi trand bagi kami. Kebiasaan itu selalu kami lakukan hingga masa-masa yang paling menyedihkan adalah perpisahan SMA.

Tak terasa pertemanan kami yang sudah berjalan selama 3 tahun sejak duduk di awal bangku

SMA kini harus berpisah… Reren memutuskan untuk pergi ke Bandung untuk kuliyah disana, sedangkan Ririn dan Dini di terima di Universitas negri terkenal di kota ku Yogyakarta . Aku yang ikut daftar bersama mereka tak mendapatkan kesempatan untuk lolos

ujian. Sedih rasanya, kalau harus berpisah jarak dengan mereka walaupun ada kemungkinan bisa bertemu pasti akan sulit. “adek kenapa nangis” Tanya mas Varis kepada ku yang dari

tadi menangis karena kecewa tidak lulus ujian PTN. “aku, kesel mas, kesel, kesel, keeeseel…” jawabku sambil memukul-mukul kasur. “kesal karena tak lulus ujian??” tanyanya. “ia lah mas, teman-teman ku semua diterima sedangkan aku enggak.!!!.” jawabku

sedikit marah, namun mas Varis justru tersenyum dan tetap berusaha membuat ku tenang.”adik saayang… kamu gak boleh kaya gini, mungkin ini sudah Jalan Allah, yang

terpenting kamu sudah mau berusaha, nanti kita coba tes di kampus negeri yang lain yaa...” . aku pun tersenyum dan mengusap air mata ku, begitulah cara mas Varis untuk selalu membuat ku tenang.

Esokan harinya ku coba daftar di perguruan negeri kesehatan ternama bersama Dimas pacar ku, yang saat itu ikut daftar bersama ku. Kita selalu bersama-sama, mulai dari daftar, tes,

hingga sampai waktu pengumuman tiba. Aku pergi bersama dimas untuk melihat kelulusan, ku cari nama ku dan dimas di papan pengumuman yang penuh keramaian kulihat satu persatu

nama di papan tersebut “Cesil, Cinta,Damar, Dea,Dimas”. Hah ternyata hanya Dimas pacarku yang lulus seleksi sedangkan aku lagi-lagi tidak. Aku pulang benar-benar membawa kekecewaan sudah 2 perguruan Tinggi negri yang ku ikuti tak ada satupun yang lolos, di

tambah lagi aku harus berpisah jarak dengan Dimas. Lagi-lagi aku menangis dan mulai tak semangat untuk melanjutkan kuliah “tak lolos ujian lagi..??” Tanya mas varis seolah-olah

merasakan kesedihan ku. Aku hanya mengangguk-angguk pelan, mamas ku yang penyang itu segera memelukku, memberikan kenyamanan yang saat itu aku sedang menangis terisak-isak. “gak papa adik ku… nanti daftar di kampus mamas saja ya.. walaupun bukan negri tapi

kampus mamas terkenal loh, masih keren kok dan gak kalah dengan kampus negeri yang lain.Mau ya..??” ucapnya sambil membujuk ku, agar tak patah semangat, mas Varis ini

memang sangat menyayangi ku, walaupun aku jarang peduli dengannya tapi dia yang selalu membuat ku tersenyum dan merasa nyaman.

Beberapa minggu setelah pendaftaran Universitas negeri berakhir mas Varis mengajak ku ke kampusnya, disana banyak sekali orang yang menyapanya setiap bertemu pasti salaman

“seperti orang yang sudah lama tak bersua saja” ucapku dalam hati. Di tengah perjalanan menuju tempat pendaftaran mas Varis bertemu dengan temannya sepertinya teman akrabnya “Assalammualaikum akhi” sapa temannya dari kejauhan. Mas varis segera mendekatinya dan

menjawab salamnya “walikumsalam akhi, gimana kabarnya” jawab mas Varis. “Alhamdulillah bi khair, ente sendiri gmna? Dan mau kemana? Tanya

temannya.”Alhamdulillah ane bi Khair, ini ane mau daftarin adek ane yang mau kuliah disini”. jawab mas Varis, aku hanya heran menyaksikan gaya mereka yang meniru seperti orang arab hihii. Setelah berbincang cukup lama akhirnya kamipun melanjutkan untuk

Page 3: cerpen.fppi

mendaftar. Mas Varis selalu menemani ku hingga aku resmi menjadi mahasiswa di kampusnya.

Pengalaman pertama masuk kampus, sangat asing bagiku karena aku orang yang paling sulit

untuk mudah akrab dengan orang lain jadi tiap hari aku selalu sendiri, kekantin sendiri apa-apa serba sendiri kesal rasanya tak memiliki teman satupun, “aku kangen Dini, Reren dan Ririn, aku ingin bareng mereka…” ucapku dalam hati sambil meneteskan air mata. Di tengah

kesedihan ku tiba-tiba datang tiga wanita cantik dan anggun dengan jilbab yang lebar dan pakaian yang longgar menghampiriku,”kenapa kamu menangis?” Tanya seorang dari mereka,

aku hanya diam dan mengusap air mata ku. “oiya kenali aku Mawar” sapa seorang di antara mereka bertiga yang kemudian di susul satu-persatu dari mereka mengulurkan tangannya pada ku. “aku Dwi” dan “aku sintia”, aku pun membalas uluran tangan mereka dan ikut

memperkenalkan diri “ aku Denia” jawab ku sambil memberikan senyuman. “jangan menyendiri lagi ya, lebih baik kita ngobrol bareng-bareng kan lebih asik.” Ucap Dwi

menambakn. Sejak saat itu aku menjadi teman mereka yang ternyata mereka adalah teman satu jurusan ku sama-sama di pendidikan biologi. Asing memang rasanya, aku yang dulu sangat anti sekali bergaul dngan mereka tapi sekarang justru orang-orang seperti mereka yang

menjadi teman pertama ku, “namun apa boleh buat”. ucapku dalam hati “dari pada aku sendiri dan tak punya teman, lebih baik aku sama mereka dulu nanti kalau sudah pembagian

kelas baru aku cari teman baru lagi”. Niat jahat ini sempat terlontarkan dalam hati ku, karena aku masih sulit untuk menerima mereka .

Satu minggu telah berlalu sekarang saatnya pembagian kelas, ternyata Allah menakdirkan ku untuk tetap bersama mereka, ya.. aku satu kelas dengan mereka akhirnya pertemanan ku dengan merekapun berlanjut, walaupun pada awalnya sangat sulit sekali untuk menyesuaikan

diri dengan mereka tapi ternyata mereka memiliki sisi luar biasa yang tak dimiliki oleh semua orang, mereka teman-teman yang setia yang selalu membantu dalam kebaikan. Setiap waktu

mereka, selalu dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, seperti tilawah, ngobrol tentang islam, serta masih banyak lagi, mau tak mau aku tetap mengikuti gaya mereka. mulai sejak itu aku sering mengikuti agenda-agenda dakwah di kampus, mulai dari tasqif , agenda

keputrian, dan masih banyak lagi banyak ilmu yang belum pernah ku daptkan sebelumnya kini ku daptakan di LDK (lembaga Dakwah Kampus). Perlahan aku mulai merasakan

kenyamanan berada disini, merasa tenang dan merasa lebih berarti. Dakwah telah merubah segalanya dari ku. Hidupku kini merasa bena-benar berarti. Lucu memang keliatannya aku yang dulu sangat membenci gaya mereka, sangat malas mengikuti kegiatan mereka kini

sekarang aku justru seperti terperangkap dalam jalan kebaikan dan tak mampu ku tinggalkan. Perlahan ku belajar banyak tentang islam ku perbaiki satu-persatu dari diri ku, mulai dari

sikap, perkataan dan pakaian, ku berusaha untuk tidak menggunakan celana lepis yang ketat lagi, sedangkan Mawar, dwi dan Sintia selalu ada untuk ku, menasihati ku dan selalu membuatku semangat untuk melakukan perubahan.

Saat itu setelah pulang kampus rasanya aku ingin segera cepat-cepat sampai kerumah aku

sudah tak sabar untuk mencoba belajar memakai jilbab yang syari sesuai ajaran Syariat Islam. “assalammualakum” ucapku ketika memasuki rumah dengan nada semangat dan langsung bergegas lari kekamar”. “Walaikumsalam wr wb.” Jawab mas Varis, ibu dan bapak dengan

tatapan heran. Sesampainya di kamar ku bentang jilbab dengan 2 lapis dan segera ku pakai, terlihat aneh dan begitu acak-acakan “ah, rasanya aku tak pantas dan tak bisa seperti mereka”

ucapku tak semnagat. Kemudian mas Varis menghampiriku “ciiiee, adek mamas kenapa ini kok berubah begini, waaah cantiknya…”. Hibur mas Varis sambil menyubit pipi ku. “huuuh, cantik dari mana kaya emak-emak ia!” ketus ku kesal. “yee kata siapa kaya emak-emak orang

cantik banget gini kok, mamas aja sampe heran kirain tadi bidadari dari manaaaaa giitu.”

Page 4: cerpen.fppi

Tutur mas Varis sambil meledek.”iiihh.. mas Varis nyebelinn aku gak jadilah pakai jilbabnya, jelek!!!.” Balas ku. “ gak jelek kok adik ku beneran deh. Cuma ini sedikit kurang rapih aja ,

nanti kalau sudah rapih dan terbiasa pasti adik mamas ini jadi tambah cantik.” Hibur mas Varis, dia sangat mendukung penampilan ku dan perubahan positif ku. sejak saat itu aku dan

mas Varis gak pernah berantem lagi justru kita sangat akrab sekali.

Perlahan pakaian dan jilbab ku sudah mulai syar’i aku pun sudah terbiasa menggunakan

jilbab besar dan pakaian yang longgar, aku sangat nyaman sekali dengan perubahan ku. tapi sekarang aku merasa Dini, Reren dan Ririn, perlahan menjauhi ku, mungkin karena mereka

malu dekat dengan ku karena pakaian ku yang tak segaul dulu. Tapi kata mas Varis, sahabt yang baik itu mereka yang selalu ada untuk kita kapan dan dimanapun dan selalu bisa terima kondisi kita seburuk apapun. Tapi ternyata mereka justru manjauh dari ku setelah perubahan

ku, kini aku hidup dengan sahabat baru ku yang sanagat luar biasa, mereka dalah Dwi, Mawar dan Sintia, yang selalu menemani dan selalu ada di saat ku susah maupun senang.

Semakin hari semakin dalam pemahaman ku tentang islam dan kewajibanku sebagai orang muslim, walaupun jilbab ku sudah besar dan pakaian ku sudah longgar rasanya masih belum

tenang kalau aku masih sering berhubungan dengan Dimas, pacar ku. Setiap hari pikiran ku selalu gelisah sebelum ku harus mengucapkan satu kata yang lebih baik untuk kita berdua, yaitu putus. Sampai akhirnya ku beranikan diri untuk sms dia, ku relakan dia yang sudah

menemani ku selama setahun ini untuk pergi dari hidupku semua ku lakukan karena kecintaan ku pada Sang Ilahi. Akhirnya ku beranikan untuk mengirim sms singakt untuknya.

“Dimas kita harus putus!!!. Ini jalan yang terbaik untuk kita, kita gak boleh terus berhubungan sementara belum ada ikatan apapun pada diri kita. Aku khawatir kita akan terus terlena dengan godaan setan. Kalau memang kamu di takdirkan untuk ku kita pasti akan

bersama” air matapun menetes dari pipiku rasanya masih sangat sulit untuk kehilanganya. lagi-lagi di tengah kesedihanku mas Varis datang menghampiri, “kenapa lagi adik ku…

kenapa nangis kaya gini sih, malu ah kaya anak kecil aja.” Ucap mas Varis sambil membasuh air mata ku.”ku peluk ia dan kukatakan yang sesungguhnya.”mas maafin Denia ya sebenarnya selama ini aku pacaran sembunyi-sembunyi, tapi sekarang karena Denia ingin

berubah menjadi lebih baik, Denia sudah putusin pacar Denia, maafin aku ya mas”. Jawab ku dengan nada bersalah.”waah.. luar biasa kamu dek” respon Mas Varis mengagetkan. “kok

mas Varis gak marah sih??” jawab ku heran. “ adek … mengakui kesalahan itu adalah hal yang jarang sekali di lakukan orang lain, apa lagi berani dan bertekad untuk tidak mengulanginya. itu orang luar biaaaasaaa.. banget. mas Varis sudah maafkan tapi jangan di

ulangi lagi, jadi adik yang soleha ya….” jawab mas Varis sambil usil mencubit hidung ku. Begitulah mas Varis selalu membuatku tenang, berkat kesabaran dan didikan luar biasanya

aku sekarang berusaha menjadi akhwat sejati bahkan aku mulai di percaya untuk membina adik-adik, mengisi liqo (agenda Rutin keislaman) setiap seminggu sekali. Sungguh ini adalah hidayah yang luar biasa dari Allah. Kini baru aku sadari semua jalan yang Allah berikan

kepada ku adalah sebagai suatu bukti bahwa Ia begitu mencintai ku. Dakwah telah mengajariku banyak hal, aku jadi mengerti hidupku. Ketika dulu aku tak mengerti siapa dan

untuk apa aku ada, Dakwah mengajariku hidup untuk orang lain. Ketika dulu aku selalu menggugat Allah atas TakdirNya, dakwah mengajariku menjadi hamba yang ikhlas terhadap setiap ketentuanNya. Dan ketika dulu aku hanya hidup untuk diri sendiri, Dakwah

mengajariku untuk peduli dan peka kepada keadaan orang lain. Begitulah cara Allah mencintai ku. Ia kirim kakak yang soleh dan sabar, Ia buat aku gagal masuk unversitas negri

dan Ia pertemukan aku dengan sahabat yang luar biasa. diakhir solat tak lupa pula ku panjatkan Doa untuk Mas Varis yang telah lebih adahulu menjumapi Ilahi karena penyakit gagal ginjal yang dialami satu bulan yang lalu. Mas Varis telah mengajarkan ku banyak hal,

membuat ku dekat dengan Allah serta menjadi Denia sperti yang sekarang.

Page 5: cerpen.fppi

Tahank to ALLAH telah menunjukanku jalan kebenaran. thank to Mas Varis, Mawar, Dwi dan Sintia yang selalu memabntuku untuk kuat dan istiqomah di jalan ini. Semoga Rahmat

Allah selalu menyertai kalian.

Tak terasa air mata sudah sangat mengalir deras di pipi ku dan membasahi sajadah ku. Indahnya malam membelaiku dalam kesunyian, hanya isakan air mata dan tak ada lagi yang menghapusnya, mas varis kini telah pergi namun bekas ketulusannya telah melekat di hatiku.

Ya Allah semua ini adalah jalan pemberian Mu dan ku yakin semua kejadian ini adalah bukti bahwa Engkau begitu mencintai ku. Terimaksih Allah.

I LOVE ALLAH.

--Selesai—

Karya : Desna Tri Handayani.S

IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

Fak Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jurusan KPI A tahun 2013

NPM 1341010121