Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

18
Misi 14 Mata Angin semilir mengalir ke sekujur tubuhku walaupun udara siang terasa terik, tapi aku sangat menikmati melihat dan mendengar desiran ombak yang bersahut-sahutan. Ya, hari ini aku dan beberapa teman SMA sedang liburan ke pulau Karimun Jawa. Kami datang dari SMA N 1 Pati, yang mana lokasinya tidak jauh dari pulau Karimun Jawa ini. Kami memilih tempat ini sebagai acara liburan, hal ini karena selain tempatnya dekat, disini pesona panorama lautnyapun sungguh luar biasa. Karimunjawa sendiri adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, katanya Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Pantas saja ya, dari tadi aku dan teman-teman begitu terkagum-kagum melihat ombak di laut dan pemandangan di sekeliling pulau ini. Di pulau ini aku bersama ke empat temanku se SMA, mari aku perkenalkan kawan-kawanku, yang pertama yaitu Amir Wijaya biasa di panggil Amir, dia adalah orang yang pintar dan juga cukup tampan walaupun agak sedikit egois, dulu dia dan aku pernah meraih rangking 1 paralel bersama-sama di SMA. Selanjutnya ada Wirasana Candra Purnama yang akrab di panggil Candra, dia merupakan orang yang misterius dan juga kadang agak aneh, maklum mungkin karena IQ nya yang terlalu

description

cerpen, misteri

Transcript of Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

Page 1: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

Misi 14 Mata

Angin semilir mengalir ke sekujur tubuhku walaupun udara siang terasa terik,

tapi aku sangat menikmati melihat dan mendengar desiran ombak yang bersahut-

sahutan. Ya, hari ini aku dan beberapa teman SMA sedang liburan ke pulau Karimun

Jawa. Kami datang dari SMA N 1 Pati, yang mana lokasinya tidak jauh dari pulau

Karimun Jawa ini. Kami memilih tempat ini sebagai acara liburan, hal ini karena selain

tempatnya dekat, disini pesona panorama lautnyapun sungguh luar biasa. Karimunjawa

sendiri adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa

Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, katanya

Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai

banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Pantas saja ya, dari tadi aku

dan teman-teman begitu terkagum-kagum melihat ombak di laut dan pemandangan di

sekeliling pulau ini.

Di pulau ini aku bersama ke empat temanku se SMA, mari aku perkenalkan

kawan-kawanku, yang pertama yaitu Amir Wijaya biasa di panggil Amir, dia adalah

orang yang pintar dan juga cukup tampan walaupun agak sedikit egois, dulu dia dan aku

pernah meraih rangking 1 paralel bersama-sama di SMA. Selanjutnya ada Wirasana

Candra Purnama yang akrab di panggil Candra, dia merupakan orang yang misterius

dan juga kadang agak aneh, maklum mungkin karena IQ nya yang terlalu tinggi, dia

merupakan orang yang mempunyai IQ tertinggi di SMA setelah aku, yang mana IQ nya

hampir mencapai nilai seperti einstein yaitu 158 sedangkan einstein 160. Tapi walaupun

begitu dia tidak pernah mendapat rangking 1 paralel dikarenakan dia terkenal sangat

malas belajar, walaupun dia malas belajar dan cuma mengandalkan SKS (sistem kebut

semalam) tetap saja dia sering mendapat rangking tiga paralel. Wah hebat ya, males saja

sudah bisa meraih rangking tiga paralel, apalagi kalau serius belajar mungkin bisa

benar-benar menjadi einstein. Selanjutnya ada Larisa Septiana yang akrab di panggil

Sasa, dia merupakan cewek tercantik di SMA ku, dia hobi dalam kegiatan pramuka dan

PMR (Palang Merah Remaja). Kemudian ada Putri Ratna yang akrab di panggil Ratna,

dia pintar selain juga cantik. Kalo aku sendiri adalah Fajar Famungkas yang biasa di

Page 2: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

panggil Fajar, kata teman-teman SMA, aku juga di anggap orang yang kadang

bertingkah laku aneh setelah Candra.

Di pulau ini aku dan teman-teman mencari-cari penginapan yang lumayan

murah dan nyaman. Setelah berjam-jam mencari penginapan, kamipun menemukan

sebuah vila yang agak murah tapi nyaman, tempatnya sekitar 500 m dari tepi pantai ke

arah timur dan 2 km dari hutan ke arah utara. Ini merupakan tempat yang pas untuk

berpetualang, lalu kamipun memutuskan untuk menginap di pulau ini selama lima hari.

Kami rasa waktu lima hari ini sudah cukup puas untuk berkeliling-keliling dan

berpetualang mengetahui seluk-beluk di pulau ini.

Tak terasa sudah menunjukkan pukul empat sore, kamipun masuk kamar

masing-masing untuk beristirahat karena lelah dari perjalanan ke pulau ini dan mencari-

cari penginapan selama ber jam-jam. Ketika tepat masuk kamar, ntah kenapa hatiku

merasakan ada sesuatu yang aneh tapi aku tidak tau perasaan apakah itu. Ah, mungkin

itu perasaan karena aku sekarang ada di tempat yang baru, atau mungkin perasaan

karena kamar yang aku tempati sekarang berbeda dengan kamar yang ada dirumah. Ya,

kamar yang aku tempati ukurannya relatif kecil berukuran 3x3, sedang di kamar

rumahku berukuran 4x4. Ah sudahlah, gerutuku dalam hati sambil mencoba membuang

jauh-jauh perasaan aneh itu. Akupun langsung sholat dan setelah itu langsung tidur,

karena kecapekan.

Tolong ada pembunuh!! tolong, tolong!! Akupun terperanjat dari tempat tidur,

dan menengok sekeliling. Dan aku lihat di sekeliling ada Sasa dan Ratna dengan raut

wajah menahan tawa. “Hei, ada apa?” tanyaku pada mereka. “Hahahahaha, selamat

anda ketipu”, jawab mereka. Akupun langsung ke kamar mandi meninggalkan mereka

yang tertawa terbahak-bahak. Kemudian aku melihat jam dinding, dan betapa kagetnya

ternyata sudah hampir jam tujuh malam. Akupun segera shalat magrib, kemudian

kembali ke kamar, disana masih ada Sasa dan Ratna yang sedang asyik ngobrol. “Fajar,

cari makan di luar yuk” ajak Sasa. “Ayuk, kita sama-sama makan keluar saja, ajak yang

lain juga” printahku. Lalu kami berlimapun pergi keluar mencari makanan, kami

menuju kawasan di tepi pantai karena tampaknya di sana banyak orang-orang yang

berjualan makanan.

Page 3: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

Setelah kenyang, kamipun segera membayar makanan yang kami pesan masing-

masing. “Fren, main-main di tepi pantai yuk, asyik tuh, lumayan ramai” ajak Sasa. “Woi

ini kan malam-malam tolol, ngapain ke pantai malam-malam, ntar malah masuk angin”

timpal Candra. “Tapi ngak ada salahnya juga kan, lagian ini kan baru jam 8 belum larut

malam, dari pada diam di penginapan lebih baik kita keliling-keliling saja di sekitar

pantai” timpal Amir. “Oke, kita jalan-jalan keliling pantai saja, jam sembilan kita balik

ke penginapan dan kita lanjutkan besok jalan-jalanya, oke teman-teman” saranku.

Merekapun menyetujui saranku, lalu kamipun menelusuri sepanjang pantai sambil

bermain-main pasir. Selang beberapa lama tiba-tiba kami kehilangan Amir. “Woy,

dimana Amir?” tanyaku. “Oh iya, kemana si Amir?” timpal Sasa dan Ratna. “woi, itu

dia, dia mencebur di pantai mencari sesuatu kayaknya” sahut Candra. “Ayo kita ke

sana” ajak Ratna. Ketika kita mau menghampiri Amir, tiba-tiba dia roboh dan tercebur

ke pantai. Kamipun segera berlari menghampirinya. Candra segera menggotong Amir

dan meletakkan di tempat yang terang.

“Woi, bangun Mir!” teriak Candra. “Coba cek diujung kakinya, mungkin dia di

gigit ular laut” teriak Sasa. Kamipun sama-sama menelusuri sepanjang kaki Amir.

“Lihat ini, di ujung kelingking jari kakinya ada bekas gigitan ular” teriak Candra.

“Ratna, cepat belikan air teh di warung makan tadi, Fajar cepat cari pertolongan dan cari

tahu di mana puskesmas ataupun rumahsakit terdekat” timpal Sasa. Sasapun langsung

manggambil sapu tangan miliknya dan mengikat pergelangan kaki Amir, hal ini

dilakukan agar racun tidak menyebar ke tubuh, lalu diapun menghisap racun ular tadi

dan memuntahkanya. Lalu akupun segera mencari pertolongan dan mencari informasi

dimana puskesmas ataupun rumahsakit terdekat, Ratnapun juga bergegas membeli air

teh, sedang Candra dan Sasa menunggui Amir. “Ini air tehnya, buat apa sih air teh ini?”

tanya Ratna. Sasapun diam dan segera menyiramkan teh tadi ke kaki Amir dan mencuci

mulutnya dengan air teh. “Menghisap racun dan memuntahkanya adalah cara agar

sebagian besar racun terbuang dan tidak masuk ke tubuh, sedangkan air teh

menggandung zat tannin dengan cara mencuci luka dengan zat ini maka dapat

membantu menetralisir racun, itu merupakan pertolongan pertama terbaik untuk korban

Page 4: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

gigitan ular laut, iyakan Sa?” sahut Candra. Sasapun cuma menganggukkan kepala dan

dia tampak lemas, mungkin ini akibat efek menghisap racun ular.

Tak lama kemudian ada beberapa warga beserta pak RT yang datang, lalu

merekapun segera membawa Amir dan Sasa untuk di beri pertolongan lebih lanjut ke

rumah sakit terdekat. Aku, Candra dan Ratnapu juga ikut ke rumahsakit untuk menjaga

Amir. “Eh Candra, kenapa Sasa tau kalo Amir di gigit ular? Dan kenapa kamu juga tau

malasah pertolongan pertama korban yang tergigit ular?” tanya Ratna. “Sasa jelas tau

hal itu karena dia kan ikut PMR, mungkin Sasa sudah tau kalo ular berbisa rendah

beraktifitas di siang hari sedangkan ular berbisa tinggi beraktifitas di malam hari, dan

ular laut termasuk ular berbisa tinggi makanya ular laut beraktifitas di malam hari, dari

situ Sasa bisa menyimpulkan kalo Amir digigit ular laut, oh, untuk masalah pertolongan

pertama aku tau karena aku gabung di group forensik di dunia maya, hehehe” jawab

Candra. “Disamping itu, mungkin Amir tadi kehilangan sandalnya akibat terbawa arus

laut dan secara tidak sengaja menginjak ular laut dan di gigit, sebenarnya ular laut itu

tidak agresif dan tidak akan menyerang bila dia tidak dalam keadaan bahaya, tapi kalau

dia dalam bahaya atau di serang maka dia akan berbalik menyerang, makanya ular tadi

langsung mengigit kaki amir karena merasa dirinya terserang” tambahku. “Wah kalian

hebat tau hal-hal seperti itu” sanjung Ratna. “Ah, ngak juga” jawabku dan Candra.

Satu hari kemudian akhirnya Amir dan Sasa bisa sembuh total. Nah hari ini

merupakan hari ketiga sejak kedatangan kami di pulau ini. Rencannya hari ini kami

ingin berkeliling-keliling di pulau ini. Karena itu pagi-pagi sekali kami menyiapkan

bekal secukupnya untuk rekreasi dan berpamitan dengan pemilik vila, Bu Dwina. Nah

sekarang sudah siap semuanya, let’s go. Oke rute hari ini adalah menuju ke daerah timur

yaitu di pantai, kemudian menyusuri pantai hingga ke utara yaitu di daerah sekitar

hutan. Tak lupa kami juga mambawa peta dan kompas agar kami tidak tersesat nanti

saat di hutan.

Perjalananpun di mulai, hanya menempuh sekitar 600 m kita sudah sampai di

pantai. Wah, alangkah sejuknya udara pantai di pagi hari, pemandangan di sekitar juga

sangat indah, yang tidak kalah indahnya adalah melihat panorama matahari terbit,

meskipun mataharinya sudah agak tinggi beberapa derajat dari ufuk timur. Sambil

menikmati pemandangan, kami menyusuri pantai menuju ke arah utara sambil mencari

Page 5: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

kerang-kerang yang unik. Kadang juga kita berfoto-foto bila menemukan background

pemandangan yang indah, dan juga berhenti sejenak sambil bermain-main pasir dan air

pantai. Tak terasa tiga jam telah berlalu, dan waktu menunjukkan tepat jam sembilan

pagi. Kami semua sudah merasakan hal yang sama, yaitu capek dan lapar. Lalu kamipun

berteduh di gubuk dan menyantap bekal makan pagi.

Oke, semuanya sudah kenyang dan kamipun melanjutkan rute perjalaan kami.

Kami terus menuju ke utara hingga hutan terlihat, ketika hutan telah terlihat kami akan

menuju ke arah barat. Butuh waktu lama untuk sampai ke hutan, setelah satu jam

perjalanan akhirnya terlihat juga hutan yang kita cari, kemudian kami merubah haluan

perjalanan menuju ke arah barat. Sambil berjalan menuju ke arah barat menyusuri tepi

hutan, kami melihat-lihat pemandangan sekeliling. Ternyata hutan di sini masih sangat

asri sekali, sejuk, rindang dan banyak terdengar kicauan burung-burung yang merdu.

Mungkin belum banyak tangan-tangan usil yang menjamah hutan ini.

Selang beberapa lama, kamipun menemui tempat beristirahat dan

perkampungan. Di perkampungan ini juga tampak masih asri, hal ini terlihat dari warga-

warga sana yang sedikit sekali yang menggunakan motor, apalagi mobil, paling hanya

dua atau tiga saja yang punya, dan itupun mobil pengangkut barang-barang ke pasar.

Lalu kamipun mampir ke suatu warung nasi di perkampungan itu untuk makan siang,

kamipun disapa oleh pemilik warung dan para pembeli di sana, mereka benar-benar

sangat ramah terhadap pengunjung, mereka tau kalo kami datang dari luar pulau

Karimunjawa. Sambil ngobrol-ngobrol dengan warga sekitar yang makan di situ

kamipun makan dengan lahapnya, walaupun menunya sederhana tapi rasanya sungguh

luar biasa. Yang tidak kalah luar biasa menurutku adalah gadis yang bersama pemilik

warung itu, sungguh luar biasa anggun dan cantiknya bahkan Sasa yang merupakan

gadis tercantik se SMAkupun kalah dengan kecantikan gadis di warung itu, mungkin

dia adalah anak dari si pemilik warung makan pikir dalam benakku.

Ntah kenapa aku sekali-kali sering melirik gadis itu, begitupun dengan gadis itu

dia juga sekali-kali melirik ke arahku dengan malu-malu. Tampaknya hatiku ini sedang

di pengaruhi gadis itu, hingga kadang Candra dan Ratna yang duduk di sebelahku aku

cuekin. Nah, makanpun sudah selesai, tapi tampaknya aku masih ingin berlama-lama di

warung itu. Tapi itu tidak mungkin karena kami harus melanjutkan perjalanan, kamipun

Page 6: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

berdiskusi dulu di depan warung tadi, untung di depan warung itu ada teras yang

lumayan luas jadi kami bisa berdiskusi disana. Kami mendiskusikan apakah akan

mencoba masuk ke hutan atau langsung pulang, perdebatan singkatpun dimulai ada

yang ingin ke hutan ada juga yang ingin langsung balik ke vila. Tapi akhirnya kami

memutuskan bersama untuk mencoba masuk sedikit ke dalam hutan itu. Tiba-tiba gadis

cantik yang ada di warung tadi keluar dan berbisik kepada kami, “Apakah kalian ingin

ke hutan itu? Di dalam sana tampaknya ada sesuatu yang aneh” bisik gadis itu. Sambil

berbisik begitu, gadis tadi mengajak kami ke tempat yang jauh dari orang-orang.

Tampaknya dia ingin mengatakan sesuatu yang agak rahasia kepada kami.

Kamipun mengikuti gadis itu, dan ketika dia rasa sudah sepi diapun berhenti.

“Salam kenal, perkenalkan namaku Lestari , panggil saja Sari, aku anak pemilik warung

nasi tadi” kata gadis itu. “Salam kenal juga, aku Fajar, ini Candra, ini Amir, sebelah situ

ada Ratna dan Sasa” jawabku sambil memperkenalkan teman-temanku. “Apakah kalian

ingin ke hutan itu?” tanya Sari. “Ya, kami penasaran dengan hutan itu” jawab kami

serentak. “Wah, kalian sama seperti aku, aku juga penasaran dengan hutan itu” sahut

Sari. “Kenapa kamu penasaran dengan hutan itu? Bukanya kamu warga sini pasti tau

keadaan dalam di hutan itu?” tanyaku terheran-heran. “Kata penduduk desa di hutan ini

banyak memakan mangsa karena ada banyak binatang buasnya, sudah tujuh orang yang

jadi korban binatang buas sejak 20 tahun terakhir dan korban yang ke tujuh adalah

ayahku sendiri, tapi ada sesuatu yang menganjal menurutku dalam kematian ayahku”

kata Sari. “Apa sesuatu yang mengganjal itu?” sahut Candra.

“Menurutku ayah tidak meninggal akibat keterkam binatang buas tapi memang

ada orang yang sengaja membunuh ayah, ini dapat dilihat dari bekas cekikan seperti

benang yang ada di leher ayah, walaupun agak samar aku dapat mengetahui bahwa itu

bekas cekikan, tapi disisi lain di dada ayah ada bekas seperti cakaran binatang buas dan

luka yeng terkobel di tangan dan kaki ayah yang seperti gigitan binatang buas, hal ini

yang meyakinkan warga bahwa ayah meninggal akibat di terkam binatang buas” kata

Sari. “Jadi itu alasanya kamu penasaran dengan isi hutan itu” sahut Candra. “Iya, tidak

hanya itu konon dari cerita beberapa masyarakat, ada yang mengatakan korban ke

empat, lima dan enam juga terdapat luka yang tidak wajar, kejadian itu kira-kira mulai

lima tahun yang lalu, sedangkan korban pertama sampai ke tiga tidak ada keganjalan

Page 7: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

dalam kematianya. Tiga hari yang lalu aku juga pernah diam-diam masuk ke hutan itu

sendirian, aku masuk agak jauh dalam hutan itu, disana aku menemukan sesuatu yang

aneh seperti suatu bunyi gemuruh dan adanya kilatan-kilatan cahaya tapi aku tidak tahu

itu apa dan berasal dari mana.” jawab Sari. “Lalu setelah itu apakah kamu mengikuti

sumber suara gemuruh dan kilatan cahaya itu?” tanya Ratna. “Awalnya aku terus masuk

lebih dalam dan mengikuti sumber suara dan kilatan cahaya itu, tapi tiba-tiba dari

belakang ada orang yang menahan aku, dan itu adalah kakak aku, dia menyuruh aku

untuk kembali ke rumah karena hutan ini banyak binatang buasnya dan berbahaya.

Akupun menurut saja, tapi kakak terus saja masuk kedalam hutan dan akhirnya tidak

kembali lagi, hingga saat ini beberapa warga terus melakukan pencarian terhadap

kakakku dan akupun dilarang keras oleh ibu agar tidak masuk ke hutan itu.” Jawab Sari.

“Kalau begitu kita harus membantu Sari menemukan kakaknya kawan-

kawan.” Sahutku dengan semangat. “Aku juga mau ikut kalian,” sahut Sari. “Tapi

bagaimana nanti kalau ibu kamu marah Sar?” tanya Sasa. “Ah, tenang saja itu sudah

biasa, lagian kalian kan perlu juga aku sebagai penunjuk jalan masuk ke hutan itu,”

jawab Sari. Kamipun sepakat untuk masuk ke hutan itu dan mengajak Sari. Tak perlu

menunggu waktu lama Saripun langsung bergegas diam-diam menunjukkan jalan

masuk ke hutan kepada kami. Dikanan-kiri banyak pohon-pohon besar yang lebat,

benar-benar hutan yang masih alami pikirku dalam hati. Hampir sekitar setengah jam

akhirnya kami sampai di tempat yang Sari ceritakan saat mendengar suara gemuruh dan

kilatan cahaya. Tapi di sana kami tidak mendengar suara gemuruh maupun kilatan

cahaya. Kamipun terus masuk kedalam hutan sesuai dengan instruksi dari Sari. Tiba-

tiba setelah beberapa lama perjalanan , terdengar samar-samar suara gemuruh. Kami

semakin penasaran dan mengikuti sumber suara itu. Dan di sana kami menemukan

sebuah gua yang lumayan besar, tapi kata Sari dia dan masyarakat sekitar belum pernah

melihat dan menemukan Gua itu.

“Hati-hati kawan-kawan” bisikku. “Candra dan Sasa tolong awasi sebelah

belakang, Amir dan Ratna kalian awasi sebelah kanan dan kiri, sedangkan aku dan Sari

akan fokus ke depan, kita akan masuk ke gua itu dengan diam-diam, usahakan jangan

sampai berisik mungkin di dalam ada sesuatu yang berbahaya buat kita” sahutku lagi.

Candra, Sasa, Amir, Ratna dan Saripun menganggukkan kepala tanda mereka mengerti.

Page 8: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

Kamipun terus masuk kedalam gua dengan sangat hati-hati karena di dalam gua

tempatnya gelap. Tiba-tiba terdengar bunyi seperti langkah beberapa orang dari

belakang. “Teman-teman lekas kita sembunyi, di belakang nampak ada beberapa orang

yang masuk ke gua ini” bisik Candra. Kamipun mencari-cari tempat persembunyian di

dalam gua itu, untung saja di dalam gua banyak batu-batu besar yang bisa digunakan

untuk tempat persembunyian.

Sreg, sreg, sreg terdengar bunyi sepatu yang semakin mendekat, kamipun

semakin was, was dan berdebar-debar. Tak berapa lama terlihatlah sosok beberapa

orang dengan badan tegap, kekar dan beberapa dari mereka memegang senjata api.

Jumlah mereka ada lima dua diantaranya memegang senjata api dan mereka adalah

orang bule, dua yang lain adalah orang indonesia dan mereka tidak membawa senjata,

lalu ada satu orang lagi yang nampaknya bukan dari kelompok mereka, lebih tepatnya

dia seperti sandra dari ke empat orang tadi. “Hai, itu kakak aku,” bisik Sari. “Yang

mana?” bisik Amir. “Itu, orag yang mereka sandra adalah kakakku,” jawab Sari. Lalu

tiba-tiba mereka menodongkan pistol ke kepala kakak Sari, kamipun kaget dan

kebingungan. Spontan Saripun ingin berlari berlari menolong kakaknya, tapi aku segera

memegang tanganya dan mencegah dia pergi. Lalu aku segera menenangkan Sari dan

meyakinkan dia bahwa kami pasti menolong kakaknya. Akupun melempar batu sejauh

mungkin dengan arah berlawanan dengan arah kami bersembunyi. Untungnya aku

berhasil mengelabui mereka, dua orang bersenjata tadipun tidak jadi menembak kakak

Sari dan mereka berlari menuju ke arah batu yang aku lempar tadi.

Nah sekarang tinggal dua orang yang menjaga kakak Sari, kamipun berfikir

bagaimana caranya agar mereka berdua juga pergi. Brukk, tiba-tiba satu orang di antara

mereka jatuh, lalu aku menoleh ke teman-teman dan ternyata itu adalah perbuatan

Candra, dia menggunakan obat bius yang sudah di kemas didalam wadah seperti jarum

kemudian dimasukkan kedalam bambu kecil lalu kemudian di tiup olehnya. Ya, sama

kayak mainan anak-anak zaman dulu, itulah salah satu keanehan Candra dan ntah dari

mana dia bisa memperolah obat bius pikirku dalam hati. Brukkk, orang yang satu lagi

juga terjatuh dan pingsan, sekarang sudah tidak ada lagi yang menjaga kakak Sari.

Kamipun bergegas membawa keluar kakak sari dan berlari menjauhi gua tersebut

Page 9: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

Door, door, door, terdengar suara tembakan senjata api. Kamipun menoleh ke

belakang ternyata dua orang yang membawa senjata tadi sudah kembali ke tempat

semula dan menyadari bahwa sandra mereka kabur. Lalu mereka menembaki kami dari

jarak jauh, untungnya kami terlalu jauh untuk mereka kejar dan mereka bidik, sehingga

tak satupun peluru yang mengenai kami. Kami terus berlari menuju keluar hutan, belum

sampai ke luar hutan, kakak sari tiba-tiba berhenti, sambil berbicara tersendat-sendat

dan memegangi perutnya dia meminta kami untuk menjauh dari tempat itu. Kami semua

kaget karena baru menyadari bahwa kakak sari berlumuran darah di bagian perutnya.

Sasapun segera memeriksa kakak Sari, ternyata sejak di gua tadi kakak Sari sudah

terluka di bagian perut akibat sayatan pisau. “Kak Bima, bertahanlah tinggal sebentar

lagi kita sampai di rumah” kata Sari. “Sudahlah, aku sudah tidak kuat lagi, percuma

membawa aku, tolong dengarkan baik-baik Sar, tolong hentikan mereka” rintih kakak

Sari. “Siapa mereka kak?” tanya Sari. “Mereka adalah para setan-setan jelmaan manusia

yang ingin menghancurkan bumi ini” rintih kakak Sari. “Apa maksunya kak?” tanya

Sari lagi. “Mereka ingin menjalankan misi yang di beri nama 14 Mata, misi itu

bertujuan untuk menghancurkan bumi dengan cara menembakkan gas yang di beri nama

14 Mata, menurut informasi yang aku peroleh gas ini sedang di riset dan terus

dikembangkan dengan menggumpulkan profesor-pfofesor hebat di seluruh dunia.

Profesor-profesor tersebut juga menjadi sandra yang dipekerjakan, karena apabila

mereka tidak mau menjalankan misi itu, maka keluarga mereka akan di bunuh,” jawab

Bima.

Door, dor, tiba-tiba suara senapan berbunyi lagi, ternyata dua orang tadi belum

berhenti mengejar kami. “Lekas kalian pergi, bilang ke polisi dan selamatkan bumi ini”

rintih kakak Sari. Saripun tidak rela meninggalkan kakaknya terbunuh, tapi musuh

semakin mendekat, akhirnya kamipun dengan terpaksa memaksa Sari pergi dan

meninggalkan kakak Sari. Kami terus berlari untuk keluar dari hutan, sedang Saripun

menanggis sejak meninggalkan kakaknya tadi. Akupun langsung menelpon petugas

polisi dengan panggilan darurat 110, ya itu merupakan kode panggilan darurat untuk

polisi di indonesia, di Amerika juga ada kode panggilan darurat yaitu 911, sedangkan di

Eropa biasanya menggunakan 112. Selang beberapa detik akhirnya tersambung juga

dengan polisi, lalu aku menceritakan semua kejadian yang kami alami dan meminta

petugas untuk segera menangkap si pelaku.

Page 10: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

Tak berapa lama kemudian akhirnya kami bisa keluar dari hutan, kamipun

segera menceritakan apa yang kami alami kepada masyarakat setempat. Selang 30 menit

polisipun datang beserta densus 88, lalu aku dan kawan-kawan menjelaskan lagi kepada

pak polisi dan densus tentang kejadian yang kami alami di hutan tersebut tak lupa kami

juga memohon kepada mereka agar dapat menyelamatkan kakak Sari. Para polisi dan

densuspun segera sigap dan langsung terjun ke dalam hutan. Dengan hati-hati dan

membentuk formasi penyergapan mereka langsung bergerak cepat. Aku diam-diam

mengikuti para densus dari belakang, dan ketika mereka sampai di depan gua mereka

langsung mengubah formasi lagi, beberapa dari merekapun langsung masuk ke dalam

gua dengan cepat. Akupun cuma menunggu di luar gua saja, terdengar banyak suara

teriakan dan suara tembakan senapan yang membabi buta. Selang beberapa lama

kemudian, suara tembakanpun menghilang, kemudian ada dua petugas densus yang

keluar dari gua dengan darah berceceran di mulutnya. “Cepat kalian pergi dari sini,

mereka menggunakan senjata biologis yang sangat berbahaya” teriak mereka. Akupun

tersentak kaget mendengar hal itu, alangkah mengerikanya mereka pikirku dalam hati,

mungkin senjata itu menggunakan virus. Tak berapa lama kemudian beberapa petugas

densus yang menolong kawanya tadi juga memuntahkan darah dari mulutnya lalu

kejang-kejang. Sang komandanpun memutuskan untuk mundur dan meninggalkan

rekan-rekan mereka yang terluka karena takut anak buahnya dapat tertular.

Akupun juga segera lari berbalik keluar dari hutan. Aku segera menceritakan

kepada teman-teman apa yang aku lihat tadi dan meminta mereka untuk mengungsi ke

kampung lain karena aku khawatir virus itu bisa menyebar ke warga desa. Bapak densus

dan polisi juga meminta seluruh warga di kampung ini untuk mengungsi dulu ke

kampung lain. Tak terasa haripun sudah gelap, semua penduduk kampung sudah pada

mengungsi, kamipun juga balik ke penginapan dan menyusun strategi di hari esok agar

bisa membantu densus untuk menangkap si pelaku kejahatan. Saripun juga ikut bersama

kami untuk sama-sama memikirkan strategi hari esok. Kamipun sepakat untuk memakai

strategi berkomunikasi jarak jauh dengan telefon dan sms tapi pada keadaan terdesak

kami memakai sandi simapor dan juga menggunakan tulisan tak terlihat dengan cara

menuliskan cuka atau getah bawang di atas kertas, nah untuk melihat tulisan itu

dilakukan dengan cara meletakkan kertas tersebut di atas api, setelah beberapa detik

akan terlihat tulisan yang ditulis, cara ini sebenarnya menggunakan konsep ilmu kimia,

Page 11: Cerpen Tragedi Di Karimun Jawa

yaitu memanfaatkan reaksi eksoterm. Lalu kamipun membagi dua kelompok besar,

kelompok pertama adalah aku, Candra dan Sasa yang bertugas meneliti situasi dan

masuk dari bagian belakang gua, sedangkan kelompok kedua adalah Amir, Ratna dan

Sari sebagai pengawas di luar gua bagian belakang.

To be continued....