CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

6
Sore hari yang cerah. Dengan matahari yang terasa tak terlalu menyengat. Adzan ashar mulai berkumandang dari beberapa arah yang berlawanan. Suaranya seakan bersahutan meramaikan suasana sore itu. Segera ku ambil wudhu dan membentang sebuah sejadah berwarna merah untuk dijadikan alas shalatku. Seusai shalat terdengar suara motor dari kejauhan. Walaupun suara motor itu sayup – sayup terdengar namun aku telah mengetahui bahwa itu adalah sahabatku. Segera aku berpamitan dengan ibuku yang sedang memasak di dapur. Dua orang dengan dua buah motor terparkir dihalaman rumah. Sebuah motor supra X berwanra putih dan Mio berwarna hijau. Deazy dan Anisa telah menungguku sambil berbincang – bincang. Sore ini kami akan pergi les Fisika dirumah seorang guru yang juga mengajar di sekolah kami. Sebenarnya jarak antara rumahku dan tempat les tak terlalu jauh. Akan tetapi kami harus menjemput salah satu teman kami dirumahnya. Awalnya aku dan Anisa tak terlalu banyak berkomentar terhadap perjalanan yang kami tempuh. Namun ketika kami melewati sebuah gerbang pemisah antara kota Pangkalpinang dengan sebuah Desa kami mulai merasa risih. Wajar saja, ini adalah kali pertama kami berpergian sejauh ini. Akan tetapi Deazy selalu meyakinkan kami bahwa perjalanan kami tak jauh lagi. Sesampai dirumah Vanesa cuaca terlihat tak bersahabat. Namun, kami nekat untuk tetap melanjutkan perjalanan. Sayangnya, hujan mengguyur sebelum kami sampai di tempat les. Kami terpaksa berteduh di sebuah rumah kosong. 10 menit berlalu. Hanya gerimis yang tersisa saat ini. Kami memilih untuk melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan tiba – tiba Vanesa berhenti tepat didepan gerobak ketoprak. “Makan dulu yuk?” ajak Vanesa kepada kami “Tapi udah Sore, nanti kita telat” jawabku “Ayolah.. laper nih” rayu Vanesa Akhirnya kami mengiyakan ajakan Vanesa. Ketika sedang asyik makan tiba – tiba “udah jam empat lewat ni.. buruan yuk” kata Anisa. Sesampai di tempat les, ternyata Pak Kardi guru les kami telah menunggu. “kirain gak datang” kata guru les kami. Kami hanya tersenyum. Jam telah menunjukkan pukul 05.30. kami segera berpamitan untuk pulang. Setelah H-2 UJIAN NASIONAL H-2 UJIAN NASIONAL

Transcript of CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

Page 1: CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

Sore hari yang cerah. Dengan matahari yang terasa tak terlalu menyengat. Adzan ashar mulai berkumandang dari beberapa arah yang berlawanan. Suaranya seakan bersahutan meramaikan suasana sore itu. Segera ku ambil wudhu dan membentang sebuah sejadah berwarna merah untuk dijadikan alas shalatku.

Seusai shalat terdengar suara motor dari kejauhan. Walaupun suara motor itu sayup – sayup terdengar namun aku telah mengetahui bahwa itu adalah sahabatku. Segera aku berpamitan dengan ibuku yang sedang memasak di dapur. Dua orang dengan dua buah motor terparkir dihalaman rumah. Sebuah motor supra X berwanra putih dan Mio berwarna hijau. Deazy dan Anisa telah menungguku sambil berbincang – bincang.

Sore ini kami akan pergi les Fisika dirumah seorang guru yang juga mengajar di sekolah kami. Sebenarnya jarak antara rumahku dan tempat les tak terlalu jauh. Akan tetapi kami harus menjemput salah satu teman kami dirumahnya.

Awalnya aku dan Anisa tak terlalu banyak berkomentar terhadap perjalanan yang kami tempuh. Namun ketika kami melewati sebuah gerbang pemisah antara kota Pangkalpinang dengan sebuah Desa kami mulai merasa risih. Wajar saja, ini adalah kali pertama kami berpergian sejauh ini. Akan tetapi Deazy selalu meyakinkan kami bahwa perjalanan kami tak jauh lagi.Sesampai dirumah Vanesa cuaca terlihat tak

bersahabat. Namun, kami nekat untuk tetap melanjutkan perjalanan. Sayangnya, hujan mengguyur sebelum kami sampai di tempat les. Kami terpaksa berteduh di sebuah rumah kosong.

10 menit berlalu. Hanya gerimis yang tersisa saat ini. Kami memilih untuk melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan tiba – tiba Vanesa berhenti tepat didepan gerobak ketoprak.“Makan dulu yuk?” ajak Vanesa kepada kami“Tapi udah Sore, nanti kita telat” jawabku“Ayolah.. laper nih” rayu VanesaAkhirnya kami mengiyakan ajakan Vanesa. Ketika sedang asyik makan tiba – tiba “udah jam empat lewat ni.. buruan yuk” kata Anisa.Sesampai di tempat les, ternyata Pak Kardi guru les kami telah menunggu. “kirain gak datang” kata guru les kami. Kami hanya tersenyum.Jam telah menunjukkan pukul 05.30. kami segera berpamitan untuk pulang. Setelah

H-2

UJIAN NASIONAL

H-2

UJIAN NASIONAL

Page 2: CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

mengantar Vanesa kami melanjutkan perjalanan mengantarkanku pulang.

Suara beduk mulai terdengar. Suara yang berasal dari sebuah masjid yang baru saja kami lewati. Karena takut dimarahi orang tua, kami memilih untuk ngebut. Kami ngebut dijalan aspal yang masih terlihat basah karena diguyur hujan. Tiba – tiiba “Braaaakkkkk…..” terdengar suara motor yang jatuh dari belakang.“Anisa!” pikirku spontan.

Segera kualihkan pandanganku ke belakang. Aku terkejut ketika melihat Anisa berlumuran darah. Ia dan motornya terbaring dibadan jalan.“Dez, goncengin aku ya? Aku udah nggak kuat” gerutu Annisa“Aduh.. gimana nih?” kata Deazy panik“ya..ya udah dez, biar aku yang bawain mo.. motor kamu” kataku gugup“Bawa motor? Sendiri? Sejak kapan aku berani bawa motor? Tapi..kalau nggak diberaniin..?” pikirku ragu – ragu dalam hati.

Sesampai dirumahku, seluruh anggota keluarga keluar dari rumah. Ternyata sedari tadi mereka telah mencoba menghubungiku. Akan tetapi aku tak mendengarnya. Karena aku terlalu berkonsentrasi mengendarai motor.

Mereka terkejut kala melihat Anisa yang telah berlumuran darah. Ibuku menyuruh Anisa masuk kerumah. Lalu beliau membesihkan dan mengobati luka Anisa. Secangkir teh disediakan untuk Anisa. Sepengetahuanku teh memang sangat baik untuk orang yang lemas. Karena teh hangat dapat menambah kekuatan.Sekitar pukul tujuh Anisa diantar pulang oleh Ayah dan Kakakku. Ayahku mengendarai motornya sambil menggonceng Anisa dan kakakku mengendarai motor Anisa.

Jantungku masih berdegup kencang kala terbayang kejadian magrib tadi. Hatiku bertanya – tanya gimana keadaan Anisa saat ini? Apa ia dimarahi orang tuanya? Apa ada lukanya yang parah yang tak kami ketahui? Atau?” berbagai macam pertanyaan muncul diotakku.

Malam itu aku tak bisa tidur nyenyak. Jelas saja, beberapa hari lagi akan diadakan Ujian Nasioal. Gimana bisa Anisa mengikuti Ujian Nasional dengan keadaanya yang tidak baik. Keesokan harinya aku datang ke sekolah lebih awal. Aku melihat seorang perempuan berhijab putih dengan masker hijau menutupi wajahnya. Hanya matanya yang terlihat. Ternyata ia adalah Anisa. Ia menggunakan masker untuk menutupi luka diwajahnya akibat kejadian kemarin. Hatiku lega ketika melihat keadaan Anisa yang tak menghawatirkan.

Dari kejadian ini aku menyimpulkan sesuatu. Agama memang melarang kita untuk mempercayai mitos. Seperti tidak boleh keluar ketika akan melaksanakan ujian Nasional, tidak boleh menyapu dimalam hari, tidak boleh makan ditengah pintu dan sebagainya. Agama memang melarang kita untuk percaya dengan semua hal itu. Tapi, alangkah baiknya kita mewaspadai hal – hal

Page 3: CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

tersebut dan tetap menomorsatukan ajaran Allah.

TUGAS CERPEN BAHASA INDONESIA

______________________________________________

Page 4: CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)
Page 5: CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

NAMA : LATHIFAH NURAINI

KELAS : IX - C

NO. ABSEN : 21

Page 6: CERPEN (H-2 UJIAN NASIONAL)

NAMA : LATHIFAH NURAINI

KELAS : IX - C

NO. ABSEN : 21