Cerpen - Amaania, Xii Ipa 3

6
Menuliskan Cerpen Berdasarkan Pengalaman Orang Lain diajukan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dari Drs. H. Sapto Laksono Disusun oleh: Amaania Rizkia N.F. No. Presensi: 04 XII IPA 3 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BANDUNG

description

q

Transcript of Cerpen - Amaania, Xii Ipa 3

Menuliskan Cerpen Berdasarkan Pengalaman Orang Lain

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dariDrs. H. Sapto Laksono

Disusun oleh:Amaania Rizkia N.F.No. Presensi: 04XII IPA 3

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BANDUNG2014

Rumah Penuh Kisah

Matahari mulai terbit, kehangatan dari matahari mulai kurasakan. Hari ini merupakan hari pertama aku pindah ke rumah yang baru. Rumah ini merupakan rumah dinas ayahku. Keadaan yang dapat menggambarkan rumah sekarang ini adalah sepi. Aku hanya memiliki dua tetangga disini, dua tetangga itu berada di samping rumahku. Sebenarnya disebrang rumahku ada rumah-rumah, tapi rumah-rumah itu tidak berpenghuni. Tidak jauh dari rumah ada taman yang dipenuhi oleh pepohonan dan dulunya banyak kelinci di taman itu. Namun, taman itu sudah jarang digunakan karena kelinci-kelinci yang ada di taman itu mati dimakan oleh ular. Sebelum hari semakin siang maka aku bergegas untuk membereskan barang-barang dan menata kamar baruku. Kak ambilin kotak yang ada disana Ayah menyuruhku. Kakak merupakan panggilanku dirumah. Ayah, Ibu, dan Adik semuanya sibuk untuk merapikan barang masing-masing. Tak terasa hari semakin larut dan aku jadi teringat oleh ucapan pekerja yang pada hari sebelumnya memperbaiki rumah dan pernah tidur di rumah ini. Dia berkata Kemarin pas bapak lagi tidur disini, bapak ngedenger suara ada yang nangis dari kamar mandi. Sebenarnya ucapan bapak itu membuatku sedikit takut, namun aku mencoba melawan rasa takut yang aku rasakan. Rasanya lelah sekali hari ini dan aku bersiap-siap untuk tidur di kamar baruku. Padahal sebenarnya aku masih memikirkan perkataan bapak itu, namun karena aku sudah terlalu lelah jadi aku tertidur begitu saja. Keesokan harinya, aku bangun dan tidak ada hal aneh yang aku rasakan. Perasaan takutku mulai sedikit hilang. Aku mulai terbiasa dengan rumah baru ini. Sampai pada suatu hari dimana aku tidak bisa tidur padahal aku sudah merasa lelah, hal itu tidak biasa terjadi karena pada hari-hari sebelumnya aku bisa tidur dengan nyenyak. Saat aku terdiam karena aku tidak bisa tidur, aku mendengar suara. Pertama kali aku mendengar suara, aku mengabaikannya tapi semakin lama suara itu semakin jelas dan semakin menggangguku. Aku berusaha mendengarkan suara itu baik-baik dan ternyata itu adalah suara tangisan yang berasal dari kamar mandi. Aku tak tahu harus berbuat apa, bulu kudukku berdiri, mau menjerit pun rasanya tidak bisa. Suara yang aku dengar seperti semakin mendekat. Kemudian aku langsung saja membuka pintu kamar dan diruang tengah ada Ayah yang sedang menonton televisi. Kak kenapa keluar kamar? Ayahku bertanya. Ngga kok gak ada apa apa Aku menjawab. Aku tidak langsung menceritakan kejadian tersebut, karena aku masih merasa takut jadi aku tidur dengan adikku pada malam itu. Malam yang menegangkan itu dapat aku lalui. Kak kemarin kok tidur di kamar ade? Ayahku bertanya. Sebenernya kemarin aku ngedenger suara aneh. Aku menjawab dengan suara pelan. Suara apa? Jangan aneh-aneh deh kamu Suara yang kata bapak ituloh yah, suara nangis dari kamar mandi. Ayahku kaget mendengar apa yang aku alami kemarin malam. Setelah aku bercerita seperti itu, aku pergi ke sekolah karena waktu sudah menunjukkan pukul enam. Sepulang sekolah sekitar pukul empat, Ibu menghampiriku dan mulai untuk bercerita Tadi tetangga sebelah cerita sesuatu sama ibu. Cerita apa bu? Aku bertanya dengan penasaran. Jadi katanya sih dulu keluarga yang dulu ada dirumah ini sering ada masalah, soalnya barang-barang dari anggota keluarga kadang hilang tiba-tiba. Jadi mereka suka saling menuduh sesama anggota keluarganya. Ibuku menceritakan. Terus sebenernya siapa yang ngambil barang itu? Ada maling memangnya di sini? Aku bertanya karena keingintahuanku semakin bertambah tentang cerita rumah ini. Bukan maling! Tapi memang ada makhluk yang ngambilin barang Ibu menjawab pertanyaanku dan melanjutkan ceritanya. Tetangga yang cerita sama ibu itu jadi mengadakan pengajian supaya makhluk itu jadi hilang Ibuku meneruskan cerita. Apa sekarang masih ada bu? Aku bertanya karena masih merasa penasaran. Hilang sih makhluknya tapi jadi pindah ke tetangga, jadi dia yang sering kehilangan barang-barang Ibuku menjawab. Setelah mendengar cerita Ibu, aku merasa takut dengan rumah ini. Apa memang rumah ini seperti rumah hantu? Ya aku juga tidak tahu, tapi tetap saja aku harus tinggal disini. Seiring dengan berjalannya waktu aku terbiasa dengan hal-hal seperti itu dan akan merasa tetap nyaman tinggal dirumah ini.