Cergam

7
Cergam (Cerita Bergambar) “3x8=23” oleh : Kelompok 1 XII-IPA3 Fitri Widianti Linda Mulyati Oki Noviansyah Robby Trenggana F Kelompok 1 1

Transcript of Cergam

Page 1: Cergam

Cergam (Cerita Bergambar)“3x8=23”

oleh :Kelompok 1

XII-IPA3

Fitri WidiantiLinda Mulyati

Oki NoviansyahRobby Trenggana F

**********

Kelompok 1 1

Page 2: Cergam

Ini adalah sebuah CERGAM (CERita berGAMbar) karya kelompok 1. Cerita ini mengandung beberapa nilai yang dapat dijadikan pelajaran hidup untuk kita semua.

Moderator : Robby Trenggana FelannyPencerita 1 : Linda MulyatiPencerita II : Oki NoviansyahPencerita III : Fitri WidiantiPencerita IV : Robby Trenggana Felanny

-Selamat Membaca-

__________________

3x8=23

andi adalah murid kesayangan seorang guru bela diri, yaitu Pak

Hidayat. Ia termasuk orang yang suka belajar, dan sifatnya baik. Dia

juga terbilang sebagai lelaki pintar yang penuh karisma. Kemanapun ia

pergi, pedang kesayangannya selalu setia dipinggangnya. Sandi memang

terobsesi untuk menjadi seseorang yang berjiwa samurai. Maka dari itu ia

berguru kepada Pak Hidayat untuk menambah ilmu beladiri, sekaligus

berguru tentang matematika, karena kebetulan Pak hidayat juga ahli

S

Kelompok 1 2

Page 3: Cergam

dalam bidang matematika. Dan ia tinggal bersama Pak hidayat di pondok

bela dirinya.

Pada suatu hari, ketika Sandi sedang berjalan-jalan untuk mencari

udara segar, dia melihat satu toko kain sedang dikerumuni oleh orang

banyak. Dia berhenti sejenak untuk memperhatikan toko kain itu. Dia

mengira bahwa telah terjadi perdebatan antara penjual kain dan sang

pembeli.

Kemudian Sandi mendekat. Dan memang benar, ia mendapati

pembeli dan penjual kain itu sedang berdebat. Ternyata mereka

mempersoalkan tentang suatu ukuran kain.

Pembeli itu berteriak kepada sang penjual kain dan mendebatnya kenapa

untuk ukuran kain 3x8 = 24, pembeli itu berpikir bahwa 3X8 seharusnya

adalah 23, bukan 24. Kemudian Sandi ikut bicara. Ia meluruskan

permasalahan itu. Sandi memberi tahu kepada pembeli bahwa 3X8 itu

memang 24, benar menurut penjual kain itu. Pembeli kain itu tidak

senang diberitahu oleh Sandi. Lalu dia marah kepada Sandi dan berkata

“Siapa kamu. Jangan campuri urusan kami. Aku tidak minta pendapat

padamu”. Namun Sandi tidak menanggapinya dengan serius, ia tetap

dengan wajah tenangnya. Tetapi pembeli itu tetap ngotot dengan

pendiriannya. Lalu untuk menyelesaikan permasalahannya, Sandi

mengajak pembeli itu untuk menemui gurunya yang kebetulan ahli dalam

bidang matematika. Namun ternyata pembeli itu malah menantang

kepada Sandi untuk sebuah taruhan. Dia berani menaruhkan nyawa

sebagai taruhannya jikalah pendapatnya tentang 3X8=23 itu salah. Dan

Sandi menaruhkan uang kepada pembeli itu senilai satu juta.

Ketika Sandi dan pembeli itu sudah tiba dan bertemu dengan Pak

Hidayat, mereka berdua menceritakan permasalahannya mulai dari awal.

Sampai tentang taruhannya pun mereka utarakan. Dan setelah Pak

Hidayat tahu duduk persoalannya, maka dengan seketika Pak Hidayat

tertawa kecil. Dan apa yang terjadi, ternyata Pak hidayat membenarkan

apa yang diucapkan oleh pembeli itu, bahwa 3X8 memang 23, bukan 24.

Lalu Pak Hidayat menyuruh kepada Sandi untuk memberikan

uangnya kepada pembeli itu. Betapa kesalnya hati Sandi. Namun ia tidak

Kelompok 1 3

Page 4: Cergam

mungkin melawan gurunya sendiri. Ia menerima penilaian Pak hidayat,

tapi hatinya tidak sependapat. Sandi merasa bahwa Pak Hidayat sudah

tua dan pikun sehingga ia memutuskan untuk tidak menjadi murid lesnya

lagi dan memilih untuk cuti dengan alasan urusan keluarga. Pak Hidayat

tahu isi hati Sandi, dan memberi cuti padanya. Namun sebelum pergi Pak

Hidayat memberi dua nasehat, yakni : “Bila hujan lebat, janganlah

berteduh dibawah pohon. Dan jangan membunuh.”

Lalu Sandi pun berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba-tiba

angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat.

Sandi ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ia ingat nasehat Pak

Hidayat dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi.

Dia meninggalkan pohon itu.

Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Sandi

pun terkejut, ternyata nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Lalu

ia berpikir, apakah dia akan membunuh orang?

Kemudian Sandi meneruskan perjalanannya. Hingga akhirnya ia tiba

dirumah. tetapi sudah larut malam dan ia tidak ingin mengganggu tidur

istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya.

Sesampai didepan ranjang, dia melihat dan mendapati ada seseorang di

sisi kiri ranjang istrinya yang sedang tidur. Dia sangat marah, dan mau

menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia

ingat lagi nasehat Pak Hidayat, bahwa jangan membunuh. Dia pun lalu

membangunkan istrinya, dan ternyata yang tidur disamping istrinya

adalah adik lelaki istrinya. Ternyata dua nasehat Pak Hidayat sangat

benar diakuinya.

Pada keesokan harinya, Sandi kembali menemui Pak Hidayat, dan

berkata: "Bapak, bagaimana bapak bisa tahu apa yang akan terjadi?" Pak

Hidayat berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun

hujan petir, makanya Bapak mengingatkanmu untuk tidak berlindung

dibawah pohon. Dan kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa

pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh". Sandi

berkata: "Pak, perkiraan bapak hebat sekali, saya sangatlah kagum." dan

Pak Hidayat menjawab: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena

Kelompok 1 4

Page 5: Cergam

urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir.

Kemarin bapak bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan

uangmu. Tapi jikalau bapak bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli

kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu,

uangmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Sandi sadar akan kesalahannya dan berkata : "Bapak

mementingkan yang lebih utama, saya malah berpikir bapak sudah tua

dan pikun. Saya benar-benar malu." Sejak kejadian itu, Sandi terus belajar

beladiri bersama Pak Hidayat.

Cerita ini mengingatkan kepada kita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku

kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh

memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah

kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara-gara

bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah

menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur

selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga

Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah

kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di

dalam hati.

Kelompok 1 5

Page 6: Cergam

--------------------

Kelompok 1 6