Cekungan Nias

16
KERANGKA STRUKTURAL CEKUNGAN MUKA BUSUR, BARAT LAUT SUMATERA Ringkasan : Cekungan muka busur Sunda Arc dari P. Sumatera adalah cekungan yang tersubsidencekan secara kuat yang terisi diantara kompleks subduksi dan core kontinen yang miring. Lapisan Miosen-Resen yang berada diatas 4 km pada sayap timur cekungan telah ditransgressikan di atas ketidakselarasan memotong batas kontinental Paleogen yang terangkat dan terombak secara struktural selama Oligosen akhir. Offset dari Paleo- shelf edge dan beberapa disrupsi struktural bisa diatribusikan ke sesar strike-slip mendatar menganan yang merenggang keluar sepanjang cekungan muka busur dari Zona Sesar Sumatera. Offset berjarak sekitar 100 km lebih, membentuk marginal re-entrants yang menjaditempat terperangkapnya cekungan yang diisi turbidit di belakang prisma akresi Neogen. Re-entrants (ikutan) terbesar mungkin didasari oleh kerak samudera, tetapi dekatnya kompleks subduksi yang terekspose ke batas- palaeo menghalangi keberadaan suatu band yang bersambungan dari kerak samudera di bawah cekungan muka busur. Flank (sayap) cekungan muka busur yang mengarah ke laut termigrasi ke arah barat selama subduksi Neogen, tetapi tidak terlalu banyak sebagai trench, dan dalam jumlah yang lebih banyak secara terkomplikasi. Selama Miosen awal, slope trench bagian dalam memiliki morfologi seperti anak terrace. Pada Miosen tengah, slope trench patah di dekat mean sea level dan terbentuk tinggian shelf edge.Patahan dan lipatan berhubungan dengan subduksi berkurang upslope secara bertahap sampai Pliosen akhir, saat flexure besar dan sesar reverse berarah timur terbentuk, menandai shift (pergeseran) yang berarah ke busur dalam garis belakang atau batas timur deformasi yang berasosiasi dengan subduksi. Tahapan pembentukan struktur yang berarah ke busur, melibatkan lapisan cekungan muka busur yang telah stabil sebelumnya, memberikan periode level stress yang meningkat sepanjang base prisma akresional. Diskusi tentang sistem busur aktif tidak terlepas dari pergerakan horizontal besar yang berasosiasi dengan plate litsoferik yang konvergen, tetapi bukti arah kecil konvergensi ini tercatat lebih dari beberapa puluh km mengarah ke darat dari trench. Pada bagian atas slope trench suatau cekungan muka busur atau terrace umumnya terbentuk dalam suatu dominasi tektonisme yang vertikal. Disamping kesederhanaan relatif struktur dalam slope trench bagian atas, ada beberapa data yang tersedia 1

description

berbagi

Transcript of Cekungan Nias

  • KERANGKA STRUKTURAL CEKUNGAN MUKA BUSUR, BARAT LAUT SUMATERA

    Ringkasan : Cekungan muka busur Sunda Arc dari P. Sumatera adalah cekungan yang tersubsidencekan secara kuat yang terisi diantara kompleks subduksi dan core kontinen yang miring. Lapisan Miosen-Resen yang berada diatas 4 km pada sayap timur cekungan telah ditransgressikan di atas ketidakselarasan memotong batas kontinental Paleogen yang terangkat dan terombak secara struktural selama Oligosen akhir. Offset dari Paleo-shelf edge dan beberapa disrupsi struktural bisa diatribusikan ke sesar strike-slip mendatar menganan yang merenggang keluar sepanjang cekungan muka busur dari Zona Sesar Sumatera. Offset berjarak sekitar 100 km lebih, membentuk marginal re-entrants yang menjaditempat terperangkapnya cekungan yang diisi turbidit di belakang prisma akresi Neogen. Re-entrants (ikutan) terbesar mungkin didasari oleh kerak samudera, tetapi dekatnya kompleks subduksi yang terekspose ke batas-palaeo menghalangi keberadaan suatu band yang bersambungan dari kerak samudera di bawah cekungan muka busur.

    Flank (sayap) cekungan muka busur yang mengarah ke laut termigrasi ke arah barat selama subduksi Neogen, tetapi tidak terlalu banyak sebagai trench, dan dalam jumlah yang lebih banyak secara terkomplikasi. Selama Miosen awal, slope trench bagian dalam memiliki morfologi seperti anak terrace. Pada Miosen tengah, slope trench patah di dekat mean sea level dan terbentuk tinggian shelf edge.Patahan dan lipatan berhubungan dengan subduksi berkurang upslope secara bertahap sampai Pliosen akhir, saat flexure besar dan sesar reverse berarah timur terbentuk, menandai shift (pergeseran) yang berarah ke busur dalam garis belakang atau batas timur deformasi yang berasosiasi dengan subduksi. Tahapan pembentukan struktur yang berarah ke busur, melibatkan lapisan cekungan muka busur yang telah stabil sebelumnya, memberikan periode level stress yang meningkat sepanjang base prisma akresional.

    Diskusi tentang sistem busur aktif tidak terlepas dari pergerakan horizontal

    besar yang berasosiasi dengan plate litsoferik yang konvergen, tetapi bukti arah kecil

    konvergensi ini tercatat lebih dari beberapa puluh km mengarah ke darat dari trench.

    Pada bagian atas slope trench suatau cekungan muka busur atau terrace umumnya

    terbentuk dalam suatu dominasi tektonisme yang vertikal. Disamping kesederhanaan

    relatif struktur dalam slope trench bagian atas, ada beberapa data yang tersedia

    1

  • memberikan informasi yang lebih dari pada ide umum tentang karakteristik dan

    evolusi elemen tektonik yang penting ini.

    Cekungan muka busur Sunda Arc (gambar 1) telah sering ditampilkan sebagai

    salah satu contoh klasik elemen tektonik ini (e.g van Bemmelen, 1970). Terletak di

    barat laut Sumatera, cekungan muka busur telah relatif disurvey dengan baik selama

    pencarian hidrokarbon dan studi proyek SEATAR (CCOP-IOC 1974). Deskripsi

    umum dan interpretasi awal daerah ini didasarkan atas data primer survey marine

    SEATAR (Karig et al. 1979) yang sekarang telah berkembang dan dimodifikasi.

    Studi baru ini didasarkan atas profil seismik multichannel industri yang bersifat

    pendahuluan, melintang di sepanjang cekungan muka busur, pada profil refleksi

    channel tunggal didapatkan selama pelayaran Scripps Institution of Oceanography

    (SIO) Indopac (gambar 2) dan pada studi paleontologi tambahan sumur dan sampel

    permukaan.

    Cekungan muka busur lepas Sumatera merupakan sabuk subsiding kuat yang

    terisi antara 2 elemen tektonik postif : bagian luar patahan slope trench dan core

    Mesozoic-Paleozoic Sumatera (gambar 3). Daerah cekungan ii terbagi atas beberapa

    sub-basin oleh struktur berpola arah menyilang (cross-trending), yang sifat dasranya

    tidak ditentukan sebelumnya.

    Di sayap timurnya, cekungan muka busur ini didasari oleh lapisan dalam

    kerak benua (gambar 3) (Karig et al. 1979); Kieckhefer et al., in press). Walaupun

    demikian, pada catatan awal lokasi dan sifat dasar batas kontinen tidak jelas

    keberadaannya di bawah unconformity mendasari strata kontinen Resen. Telah

    berkembang spekulasi bahwa basement yang berada di bagian dalam cekungan muka

    busur salah satunya memperangkap kerak samudera (Hamilton 1977) atau material

    akresi pre-Miosen (Karig 1977). Sayap cekungan yang mengarah ke laut merupakan

    suatu zona kompleks yang tersusun secara struktural tidak cukup dipecahkan hanya

    dengan profil refleksi seismik. Pemetaan geologi sepanjang zona kulminasi struktural

    ini pada pulau Nias (gambar 3D) mendemonstrasikan bahwa terjadi perubahan

    flexure tajam menjadi suatu sesar reverse bersudut besar berarah W-dipping pada

    2

  • kedalaman. Struktur ini diidentifikasi sebagai pinggiran garis massa yang terangkat

    dan terdeformasi dari slope trench paling bawah dan diasumsikan bermigrasi ke arah

    barat sebagai prisma akresi yang melebar selama konvergensi neogen (Karig et al.

    1979).

    Saat sekarang dan selama Cenozoik, subduksi di lepas Sumatera

    pergerakannya relatif oblique (Fitch 1972; Karig et al. 1979). Zona sesar Sumatera

    dan ekstensi busur belakang di laut Andaman merupakan hasil kedua proses ini (Fitch

    1972; Karig et al. 1978). Pola anomali magnetik di Laut Andaman mencakup gerakan

    pindah (displacement) sejauh 400 km sepanjang sistem sesar strike-slip ke arah

    selatan (Curray et al. 1979), tetapi perkiraan ini masih diragukan seberapa banyak hal

    ini dipecahkan sepanjang sesar yang merenggang keluar ke arah trench (gambar 1).

    Salah satu perenggangan keluar ini diketahui melintangi cenkungan muka busur dan

    berasosiakan denga poal melintang Pulau Banyak (Karig et al. 1979).

    Aktifitas vulkanik tidak sering muncul di cekungan muka busur, yang

    termasuk daerah low heat flow (Sugimura dan Uyeda 1973). Walaupun demikian,

    batuan vulkanik dan intrusif Miosen dan yang lebih tua muncul sepanjang E Flank

    (sayap timur) cekungan muka busur lepas NW Sumatera, lebih dari 50 km W

    menunjukkan busur vulkanik (Karig et al. 1979).

    Data tambahan telah mengarahkan inetrpretasi yang lebih terangtentang

    geometri batas kontinental dan evolusi prisma akresi selama subduksi Neogen.

    Karakter Kontinental MarginBatas kontinental barat Sumatera terbentang di barat jajaran Bukit Barian,

    suatu block yang terangkat membentuk punggungan struktural pulau. Daerah ini

    jarang diketahui sebagai daripada cekungan timur penghasil minyak dari tinggian

    Barisan, dan biasanya bukan merupakan sintesis geologi (e.g. de Coster 1975).

    Sejarah dan struktur Neogennya diungkapkan oleh sudut yang ditandai oleh

    unconformity geologi regional yang timbul di dalam shelf di atas seluruh area yang

    memunculkan data, anatara 5N dan 1S, dan pada kontur (gambar 4).

    3

  • Unconformity ini memisahakan strata shelf Neogen dari suatu kompleks

    Paleogen atau batuan yang lebih tua. Biasanya dibatasi di barat oleh palaeo-shelf

    break, dan di sisi yang mengarah ke darat unconformity ini bisa ditelusuri ke garis

    pantai dan sangat jelas sekali terlihat di Aceh terhadap unconformity Miosen awal

    tajam yang dipetakan pada sayap tinggian Barisan (W. Keats, pers. Comm. 1978).

    Studi paleontological tambahan dari sumur yang menembus unconformity, dan

    konturing unconformity menggunakan profil refleksi network tebal pada continental

    shelf (gambar 3), membuat defenisi geometri paleomargin dan penghitungan durasi

    hiatus semakin baik.

    Unconformity membentuk bagian horizon yang merefleksi kuat yang

    menyebabkan perubahan pada karakter akustik dan dalam signifikansi geologi

    melintang batas kontinental. Pada kebanyakan shelf, unconformity yang terekspose

    secara jelas terbentang pada base interval yang merefleksi kuat (gambar 5-8) yang

    diketahui memunculkan karbonat transgressive atau sedikit biasanya, suatu coarse

    clastic sheet (unpub. Union Oil Co. well completion report, Karig et al. 1979).

    Mengarah ke barat, horizon yang merefleksi kadang-kadang termasuk strata paralel

    yang sangat jelas terbentang di bawah unconformity (gambar 5B), yang kemudian

    menjadi sulit untuk diidentifikasi. Hiatus yang disebabkan oleh unconformity disini

    mungkin bertemu dengan sekuen bersambung shelf strata yang lebih dekat. Namun

    demikian, beberapa sumur dalam (Panjang, Tuba, Meulaboh, Singkel) menunjukkan

    bahwa daerah yang muncul dan erosi meluas mendekati shelf break di beberapa area.

    Bagian pinggiran yang mengarah ke laut horizon refleksi umumnya suatu

    sharp break pada slope, kadang kala ditonjolkan oleh karbonat build-up (e.g. gambar

    8C). Kumpulan reflektor hummocky paralel meosot ke arah laut dari shelf break,

    diidentifikasi sebagaisedimen slope, dioverlap secara tajam oleh sikuen turbidit tebal

    (gambar 7A, 8B). Pada beberapa profil (e.g. gambar 9A, D) kumpulan reflektif yang

    sangat jelas bisa ditelusuri ke bagian bawah slope dan keluar ke sikuen turbidit.

    Dugaannya adalah reflektor ini menunjukkan klastika kasar yang terdepositkan saat

    4

  • kontinental margin yang diangkat disuplai dalam jumlah banyak, coarse debris ke

    slope dan sekitarnya.

    Dekat garis pantai, unconformity memperlihatkan bukit dengan ketinggian

    beberapa ratus meter (gambar 4, 6A), kemungkinan mendasari satuan palaeogen

    resistant dan yang lebih tua. Analogi modern yang berkembang berasal dari hogabck

    besar batupasir Sibolga Paleogen yang terkubur oleh endapan selatan paluidal Teluk

    Tapanuli (gambar 2). Selatan Pulau Pini adalah garis yang menonjol dari bukit yang

    terkubur dengan pola N-S dan bisa diikuti sepanjang shelf (gambar 4). Ridge ini, dan

    juga relif denghan skala kecil, diasumsikan untuk mengungkapkan structural grain

    batuan pre-Neogen.

    Informasi yang terbatas menyangkut batuan di bawah unconformity

    memberikan simpulan bahwa batas kontinental merupakan kompleks terrain yang

    tersusun secara struktural. Beberapa sumur yang menembus bagian luar palaeo-shelf

    didasari dalam suatu sikuen shale bathyal (C. G. adams late Eosen in Panjang dan

    H.W. Billman as early Oligocene in Meulaboh). Strata Paleogen ini membentuk

    cekungan sinklinal yang besar di utara Pulau Banyak (Karig et al. 1979) dan dengan

    jelas muncul dalam struktur-struktur yang lebih kecil di selatan. (gambar 5A, 9).

    Strata dalam sinklin sub-unconformity yang besar mencapai ketebalan beberapa km

    dan memperlihatkan dip yang mengarah ke timur dekat palaeo-shelf break (Karig et

    al. 1979). Palaeogen, mungkin Eosen-Oligosen awal, fluviatil sampai konglomerat

    litoral, pasir dan singkapan lempung carbonat sepanjang pantai dan beberapa pulau

    lepas pantai (Karig et al. 1979). Lap ini sampai pada basement terdiri dari granite

    Permo-Tiassic dan metasedimen yang lebih tua, yang mungkin meluas ke beberapa

    jarak lepas pantai.

    Satu-satunya Sampel basement dari lepas pantai adalah metatuff silikaan yang

    dideformasi kuat dari sumur Lakota (Karig et al. 1979). Walu demikian, bukti tidak

    langsung basement disuplai oleh klastika yang dikelilingi dalam konglomerat

    Oligosen akhir-Miosen tengah pada Nias. Konglomerat ini muncul dalam trench dan

    strata slope trench yang memerlukan sumbersumber dari timur (Moore dan Karig, in

    5

  • press). Beberapa klastika, seperti vasietas ganitik, identik pada litologi yang

    terekspose di Sumatera, tapi yang lainnya tidak ada yang terekspose. Selama

    Oligosen akhir-Miosen awal, batas Sumatera terangkat dengan kuat, memperlihatkan

    seluruh continental shelf (gambar 3A). Kebanyakan shelf yang terekspos ini mungkin

    merupakan sumber material kasar yang tidak biasa terhadap trench dan slope. Oleh

    karena itu komposisi kalstik yaitu terrain yang berhubungan dengan subduksi, dengan

    komponen krustal oseanik, membentuk bagian basement yang berada dibawah shelf

    unconformity, tetapi klastika ini tidak mendesak karakter struktural terrain.

    Data magnetik dan refraksi juga mengindikasikan bahwa batuan beku dan

    metamorfik meluas ke arah barat ke palaeo-shelf break di banyak area. Profil

    magnetik menampilkan anomali amplitudo yang sangat rendah di atas seluruh slope

    trench yang paling bawah dan bagian cekungan muka busur, tetapi berubah secara

    tajam ke amplitudo yang tinggi, anomali panjang gelombang yang pendek di dekat

    palaeo-shelf break. Perubahan ini menandai munculnya material dengan remanent

    yang tinggi atau diindusi magnetisme. Beberapa profil seismik refraksi diambil di

    dekat palaeo-shelf break timur Pulau Nias (Kieckhefer et al, in press) menunjukkan

    layer tebal (20 km) material 5.7-6.5 km/s mendasari beberapa km kombinasi strata

    Neogen dan Paleogen. Struktur krustal ini membedakan secara batasan cekungan laut

    dalam pengurangan suatu layer 2 dan dalam ketebalan dan velositas yang

    menyimpang untuk layer 3. Pada keadaan lain, hal iini sama untuk struktur krustal

    yang diukur oleh Eaton (1970). Pada kompleks Fanciscan, California. Data geologi

    dan geofisika yang dikombinasikan diinterpretasikan secara sederhana sebagai hasil

    dari batuan beku dan batuan metamorf yang terdeformasi secara structural berasal

    dari krtustal oseanik, tetapi sejak dideformasi menjadi melange atau didisrupsi

    menjadi kompleks opiolitik.

    Umur strata yang tertua berada di atas unconformity dekat palaeo-shelf break

    telah dideterminasi oleh C.G. adams (pers. Comm. 1978), pada basis Foraminifera

    terbesar seperti Myogispinoides indonesiensis dari sumur Panjang, didapati sebagai

    Miosen awal bagian akhir (tidak lebih tua dari N-6 dan mungkin N-8). Bersamaan

    6

  • dengan deformasi yang kurang umum dari strata paling muda ini, durasi batas umur

    uplift dan disrupsi struktural batas kontinental margin Palaeogen ke Oligosen akhir

    dan mungkin miosen akhir. Interval ini termasuk regresi garis pantai global (Vail et

    al. 1977), yang menonjolkan pemotongan unconformity, tetapi beberapa km uplift

    dan deformasi kuat margin memerlukan tektonisme global sebagai alat geologi

    utama.

    Transgresi terjadi secara tidak beraturan sepanjang busur dan selama waktu

    berjalan. Pada akhir Miosen shelf break ada dimana-mana ditambah kebanyakan

    shelf, menerima sedimen laut (gambar 8.9). Profil refleksi dan palaeo-batimetri

    diambil dari sample sumur mendukung bukti pada subsidence umum pada batas barat

    sumatera sejak Miosen awal. Proses ini telah diberikan tand-tanda sebgai transgresi

    dan regresi yang merefleksikan interplay subsidence tektonik., sedimentasi dan sea

    level eustatik. Sebagai hasil, morfologi shelf break menuju Neogen berlekuk ke

    belakang dan seterusnya di sepanjang batas (e.g. gambar 6B, 8D, E) dan seringkali

    melahirkan hubungan spasial kecil pada batas struktural yang menjadi dasar.

    Subsidence kelihatan memiliki palaeo-shelf break dengan vinsinitas besar,

    seperti yang ditunjukkan oleh kontur unconfirmity (gambar 4) dan oleh downwarp

    strata yang menjadi atasan pada setting tersebut (gambar 6C, D). Kecepatan

    sedimentasi, berdampingan dengan kontrol palaeo-batimetri, juga menyimpulkan

    bahwa subsidence lebih sering terjadi sejak Miosen awal (gambar 9).

    Disamping kekurangan studi stratigrafi detil di batas barat sumatera, telah

    jelas bahwa, sekurang-kurangnya sejak Oligosen akhir, daerah ini memiliki sejarah

    yang sangat berbeda dalam pergerakan vertikal menyamai cekungan timur tinggian

    Barisan. Deformasi dan pengangkatan Oligosen akhir Miosen awal batas barat tidak

    dikenali sampai ke timiur, dimana transgresi dan regresi sedang terjadi. (e.g de coster

    1975, Kamili et al 1977). Sebaliknya, regresi pada pertengahan Miosen Resen

    daerah paling timur, sangat mungkin berhubungan dengan pengangkatan jajaran

    Barisan, tidak muncul sepanjang batas barat.

    7

  • Bukti menyangkut sifat dasar batas kontinental barat laut Sumatera

    dipertahnkan dalam pola peta palaeo-shelf break. Ini mengubur shelf edge,

    ditegaskan dalam profil refleksi seismik dan magnetik, menunjukkan pemotongan

    relatif paralel yang panjang ke arah Sumatera , terpisah oleh offset yang tajam

    (gambar 4). Paling kurang salah satu offset ini adalah hasil pensesaran right-lateral

    strike-slip, dan case yang lebih beralasan bisa dibuat bahwa sissanya terbentukdengan

    cara yang sama.

    Offset terbesar palaeo-shelf break muncul di dekat Pulau Banyak melintasi

    struktur dan sepanjang perpanjangan lepas pantai Zona Sesar Batee (Verstappen

    1973, Karig et. al. 1979, Page et. al. 1979). Sesar ini merupakan untaian dari zona

    sesar sumatera dan menunjukkan banyak fitur yang tipikal dengan sesar strike-slip,

    termasuk tubuh serpentinit yang menonjol keluar, jukstaposisi terrain yang berbeda,

    dan offset vertikal yang jelas dengan sense berlawanan displacement pada titik yang

    berbeda sepanjang jejak sesar. Sesar membentuk sisi paling timur Cekungan

    Meulaboh, yang merupak segmen sub-aerial sikuen shelf Neogen terbentang pada

    ikutan tinggian Barisan (gambar 4). Kewmudian melintasi shelf yang ada sekarang,

    memotong unconformity dan membentuk batas paling timur Pulau Banyak. Sumur,

    seismik, dan kontrol singkapan menunjukkan bahwa Pulau Banyak dihasilkan lebih

    dari vertikal offset sepanjang 2 km di seksi sesar ini, terutama selam Pliosen. Sesar di

    daerah ini terdiri dari beberapa jejak-jejak tersendiri, slah satunya bisa ditelusuri

    sepanjang sisi timur ridge bawah laut menuju Nias (gambar 4).

    Palaeo-shelf break berada pada offset c. 100 km dalam suatu sense right-

    lateral melintasi zona Sesar Batee. Offset ini diparalelkan oleh offset besar (150 km)

    dari fleksure strata Paleogene yang mengarah E-W membentuk batas paling timur

    Cekungan Meulaboh dan singkel atau ikutannya (gambar 4). Walaupun pensesaran

    right-lateral bukan satu-satunya jalan dimana offset ini bisa diterankan, alasan ini

    merupakan yang paling sederhana dan masuk diakal, mengingat bukti lain

    untukpensesaran strike-slip di daeraah ini.

    8

  • Masalah utama interpretasi ini adalah kekurangan offset di sepanjang batas

    barat fore-arc basin dimana zona sesar terproyeksi berpotongan menyilang pada Nias

    (gambar 4).

    Data menyimpulkan 2 solusi. Sejarah geologi offset pada zona sesar sumatera

    dapat berkembang baik ke Miosen, saat Cekungan Andaman mulai terbuka (Curray et

    al. 1979), atau bisa lebih awal, karena subduksi oblique selama Tersier telah

    disimpulkan (Karig et al. 1979). Pergerakan Sesar Batee mendominasi ke

    pembentukan fleksure yang tidak terpindahkan selama Pliosen di Nias yang

    disimpulkan oleh penyimpangan geologi sepanjang proyeksi sesar melintasi Nias.

    Offset Shelf break keduaterbentang sekitar 30 km timur offset Sesar Batee

    (gambar 4). Offset ini berasosiasi dengan suatu kontur offset yang ditandai pada

    unconformity, dalam pergerakan right lateral, sepanjang suatu zona yang

    menyambungkan ke darat pada offset lain sayap Barisan. Suatu sesar diperkirakan

    melebar ke arah offset ini dari utara (B. G. N. Page, pers. Comm. 1978). Kelihatan

    bahwa offset sepanjang 20-30 km ini juga merupakan hasil pensesaran menganan

    yang aktif selama atau setelah pemotongan unconformity.

    Offset shelf-edge dekat bagian selatan Nias sepertinya tidak kelihatan

    mempengaruhi unconformity atau seksi sedimen di atasnya. Walau demikian, offset

    shelf edge ini berbaris dengan edge selatan blok timur basement akustik Nias

    (Mammerickk et al. 1977)., hal ini menyimpulkan adanya sesar lain. Saat itu mungkin

    nelum terjadi sesar mayor selatan Pulau Pini yang lain yang berasosiasi dengan offset

    tajam palaeo-shelf break ke arah timur dan dengan N-S lineasi basement.

    Lengkungan transverse berarah E-W yang ada sekarang dimana Pulau Pini terbentang

    tidak berhubungan erat dengan struktur yang diusulkan ini. Dibentuk dengan sangat

    baik setelah unconformity dipotong, seperti yang ditunjukkan oleh permukaan

    unconformity yang melengkung dan oleh ketiadaan defleksi posisi palaeo-shelf break

    (gambar 4).

    Pensesaran strike-slip tidak hanya bertanggung jawab terhadap terjadinya

    offset yang ada sekarang pada kontinental margin, tetapi juga terhadap displacement

    9

  • yang muncul selama Neogen dan mungkin lebih awal, serta juga memainkan peranan

    penting dalam disrupsi struktural ekstensif kontinental margin selama Oligosen akhir

    atau awal Miosen.

    Geometri dan Sejarah Pembentukan Sayap Terluar Cekungan Muka Busur

    Di lepas Sumatera trench slope break membentuk suatu zona lebar antara

    trench slope terendah yang mendeformasi secara aktif dan cekungan muka busur.

    Zona ini memiliki beberapa fungssi geomorfik dan tektonik. Zona ini menandai

    pinggiran pantai deformasi kompresional yang berhubungan dengan subduksi,

    membentuk suatu tinggian struktural atau geomorfik, dan merupakan batas antara

    pengangkatan slope terendah dan subsidence cekungan muka busur. Walaupun

    demikian, hubungan antara fungsi dan efeknya sangat nyata berubah-ubah selama

    Neogen.

    Pantai atau batas paling timur deformasi yang berhubungan dengan subduksi,

    yang sekarang menendai sayap cekungan muka busur yang mengarah ke laut (gambar

    3D) merupakan sesar fleksure yang memperlihatkan beberapa km relif struktural

    (Karig et. Al. 1979). Kebanyakan displacement sepanjang fleksure di Nias bisa

    ditempatkan selama interval pendek di Pliosen akhir (N20-N22) oleh unconformity

    yang tajam dan oleh inversi palaeo-batimetri yang cepat melintasi fleksure. Jalur

    landai suatu undakan karang regresif yang melintang di atas fleksure Nias, dan

    sedimen yang membaji datar dan memutar ke fleksure arah selatan, menyediakan data

    sebagai bukti bahwa sedikit dari setiap pergerakan yang bertbeda muncul di

    sepanjang struktur saat ini.

    Tinggian struktural dan morfologik yang ada sekarang berasosiasi dengan

    trench slope break terbentang sepanjang pusat Nias dan secara umujm berada pada

    posisi yang sama pada rentetan pulau-pulau lainnya. Saat sekarang, bagaimanapun,

    area ini tidak muncul dengan cepat begitu saja sebagai pesisir selatan atau pada

    beberapa kasus, dengan berantainya pulau-pulau kecil di bagian selatan yang lebih

    10

  • jauh (Verstappen, 1973; Karig et al. 1979), mengindikasikan bahwa puncak

    morfologik trench slope break sebetulnya bergerak ke arah barat. Jika pergerakan

    yang berbeda ini muncul pada zona dengan ciri tersendiri, sampai saat ini masih

    belum terdeteksi dalam profil refleksi.

    Sejarah trench slope break pada awal Neogen didokumentasikan dengan baik

    oleh data geologi dan geofisika. Selama Miosen tengah (N12-N14), suatu tinggian

    morfologik, diinterpretasikan sebgai trench slope break, membentang di timur Nias

    dalam visinitas sumur Suma, sebagaimana dibuktikan oleh oleh komplek terumbu

    dan strata nonmarine yang membentang di atas basement akustik (gambar 3B). Profil

    refleksi menguraikan cekungan struktural yang diisi oleh strata Miosen dan mungkin

    lebih tua yang memisahkan area area basement akustik dari batas kontinantal.

    Foraminifera bentik dalam strata pertengahan Miosen di Nias, menunjukkan ke arah

    selatan, lantai samudera memiliki slope ke arah kedalamn batial pada bagian fleksure

    Pliosen dan ke kedalaman yang lebih besar pada trech slope terendah yang

    mendeformasi secra aktif di Nias bagian tengah.

    Strata Nias mid-Miosen dan yang lebih muda dan tidak terdeformasi

    (ghambar 6, 9; gambar 5 Karig et al. 1979) dan uniformity relatif fasies dan

    ketebalan strat yang melintasi fleksure ini (gambar 7) membantah ketiadaan fleksure

    atau batas pantai yang terdefenisikan tajam dari deformasi berhubunngan dengan

    subduksi apada trench slope break pertengahan Miosen sampai Pliosen akhir.

    Sepertinya trench slope break lebih membentuk suatu shelf-edge, tinggian struktural

    dan morfologik, dengan deformasi kompressional yang meningkat secara bertahap ke

    arah bawah trench slope yang lebih rendah.

    Waktu awal dimana kontrol stratal yang cukup untuk rekonstruksi palaeo-

    environmental di daerah nias selama Miosen awal (N14-N6), saat trench sangat jelas

    terbentang dalam bagian tengah Nias yang ada saat sekarang (gambar 3A). Sedimen

    abyssal yang terdeformasi kuat pada saat itu di bagian timur Nias mungkin

    merupakan endapan trench slope paling rendah. Pada awal Miosen kontinental shelf,

    berada di dekat palaeo-shelf break, berfungsi sebagai sumber sedimen terbesar untuk

    11

  • trench dan slope. Kebanyakan material ini terperangkap sebagai turbidit di cekungan

    laut dalam palaeo shelf break yang mengarah ke laut. Barrier struktural yang yang

    telah membentuk sayap bagian barat cekungan ini diinterpretasikan sedang

    membentuk trench slope break. Posisinya hanya bisa ditempatkan dengan luas 25 km

    antara bukaan awal Miosen di Nias dan edge bagian barat cekungan turbidit. Analogi

    yang berkemmbang dengan prisma akresi muda lainnya akan menghasilkan

    kesimpulan bahwa pembentangannya mencapai 20-40 km pada timur trench coeval,

    atau sedikit lebih jauh ke timur dari posisinya di per tengahan Miosen (gambar 3A,

    B). kedalaman air yang nyata di atas cekungan muka busur Miosen mennghadirkan

    kesimpulan bahwa geometri prisma akresional pada waktu itu sama dengan busur

    Aleutian tengah yang ada sekarang.

    Profil refleksi yang melintasi trench slope beak di utara dan selatan Nias

    memperlihatkan aspek lain sayap bagian barat cekungan muka busur. Mengarah ke

    laut dari lengkungan Pini, cekungan muka busur dibatasi oleh suatu fleksure yang

    melibatkan seluruh strata yang diendapkan dalam cekungan sejak onlap setelah

    unconformity dan mungkin kebanyakan bagian yang lebih tua yang berputar ke

    kontinental slope Paleogen (gambar 7A). ada indikasi (gambar 7A) bahwa reflektor

    slope menyambung ke dip arah selatan di bawah lipatan, menyimpulkan bahwa sesar

    bersudut besar di bawah lipatan teratakan pada kedalaman yang lebih jauh (gambar

    7E). Ketiadaan deformasi yang ada sekarang dan durasi pendek perlipatan pada

    bagian fleksure ini (gambar7) juga diindikasikan oleh ketebalan uniform satuan di

    bawah 1,4 s dalam cekungan muka busur dan onlap bersih strata di atas 1 s.

    Sepanjang sisi timur Siberut beberapa profil refleksi channel menguraikan

    suatu set yang terdiri dari 2 dan mungkin paling banyak 4 lipatan yang meningkat

    seiring kedalamn dan berkurang dalam amplitudo yang jelas mengarah ke Timur

    (Karig 1977). Semua, tapi kebanyakan lipatan yang berada di sisi barat telah

    dioeverlap oleh sedimen yang lebih muda dan tidak aktif lagi. Slumping dan

    kemungkinan dip inisial, menghadirkan perkiraan apakah kebanyakan lipatan bagian

    barat aktif dan apakah telah terjadi pembentukan sikuensial pola lipatan ini. Beberapa

    12

  • grup lipatan, atau sesar dengan dip ke barat berada di tempat lain di sepanjang sayap

    timur cekungan muka busur, tapi masih belum cukup informasi untuk

    mendeterminasi kemajuan pembentukan. Sikuensi lipatan atau struktur sesar yang

    membatasi cekungan muka busur ke arah utara Pulau Banyak patut mendapat studi

    tambahan karena ketebalan isian cekungan yang tidak terdeformasi kelihatan

    berkuarng tajam ke arah trench melintasi tiap struktur ini, menarik kesimpulan

    terjadinya migrasi ke arah trench pada batas pantai subduksi yang berhubungan

    dengan deformasi.

    Linearitas zona struktural yang ada sekarang membentuk sayap bagian barat

    cekungan muka busur yang luar biasa, terutama dalam kekontrasannya dengan

    palaeo-shelf edge dan kontinental margin yang berukuran besar dan tidak beraturan.

    Zona struktural terdiri atas satu atau lebih sesar fleksure yang memperlihatkan zona

    lurus yang berdekatan dari selatan Nias paling kurang sejauh Siberut (gambar 4).

    13

  • Kesimpulan

    Disrupsi struktural continental margin Sumatera selama Oligosen akhir

    muncul dengan cukup untuk menerangkan episode subsequent dari konvergensi plate

    yang bisa ditampilkan sebagai prisma akresional yang baru. Data menghadirkan

    trench Oligosen-Miosen sangat dekat dengan kontinental margin yang ada

    sebelumnya. Dengan ruang yang diperlukan untuk suatu slope kontinental, maka

    tidak ada ruang untuk rantaian kerak oseanik yang terjebak antara material yang

    diakresi dan palaeo-shelf break. Walau demikian, area kerak oseanik yang terisolasi

    mungkin membawahi ikutan yang paling besar sepanjang palaeo margin Sumatera.

    Kerak oseanik biasanya diasumsikan mendasari cekungan muka busur,

    mengandaikan bahwasanya terjebak dalam zona seluas 100 km antara trench awal

    dan busur vulkanik (e.g. Seely & Dickinson 1979). Walaupun ada asumsi yang benar

    untuk busur intra-oseanik, yang dikenal baik dimana subduksi diprakarsai dengan

    baik saat sekarang, di sepanjang interface kerak continental-oseanik, dan kerak

    oseanik yang terjebak tidak satupun yang tidak diperlukan untuk diobservasi di area

    ini.

    Sementara kerak samudera diandaikan kadang-kadang terjebak dalam

    ketidakberaturan sepanjang kontinental margin, mungkin argumen ini terlalu

    diperluas. Sejak prisma akresinal Oligosen lepas NW Sumatera telah terbuka lebar,

    merubah trench sejauh 80-90 km ke arah barat. Trench slope break juga bermibgrasi

    ke arah trench, tapi tidak terlalu jauh, dan dengan cara yang lebih rumit lagi. Karakter

    morfologi dan struktural trench slope brak dirubah selam subduksi Neogen, dengan

    hasil elemen yang berbeda pada zona ini tidak selalu bermiograsi dengan kecepatan

    yang sama atau dengan arah yang sama.

    Penyebab perubahan dalam struktural style dan pembentukan deformasi yang

    mengarah ke busur masih belum jelas. Thrusting terutama jika dikontrol gravitasi,

    seharusnya tidak akan memberikan jejak lurus, masih belum ada bukti yang

    menunjukkan sesar di baewah fleksure diratakan dengan kedalaman. Zona struktural

    14

  • ini kelihatan tidak satupun berhubungan dengan margin kontinental Paleogen. Trench

    slope break bisa ditampilkan sebagai bagian belakang deformasi yang berhubungan

    dengan subduksi, salah satunya karena prisma akresional telah mencapai ketebalan

    dan kemampuan rigiditas dalam mentransimisikan stress-stress yang teraplikasi tanpa

    gagal., atau kareana mungkin ada batas mekanikal yang sudah ada sebelumnya pada

    lokasi (e.g. Hamilton 1977, 1978). Lepas Sumatera, pembentuknya lebih merupakan

    alternatif, dan mengarahkan untuk memperkirakan bahwa pembentukan episodik

    upthrust yang berarah ke busur mungkin suatu respon terhadap peningkatan level

    stress di atas base prisma akresional. Stress yang mengalami peningkatan

    inimengakibatkan terjadinya deformasi dengan bagian terbesar prisma akresional.

    Oscillasi yang luar biasa pada kontinental margin dekat batas Paleogen-

    Neogen tetap tidak bisa jelaskan secara pasti. Marshak dan Karig (1977)

    mengusulkan bahwa kedua displacement vertkal dan aktifitas magma dengan daerah

    muka bsur dihasilkan dari jalan lintasan ridge trench-trench triple junction ke arah

    utara sepanjang batas ini.

    Pengangkatan kontinental margin mungkin merupakan respon umum terhadap

    inisiasi subduksi, tetapi ada beberapa data yang seakan mentest ide ini. Pengangkatan

    busur paling depan yang sangat cepat dalam skala besar telah diiringi inisiasi

    subduksi Neogen di timur Luzon (Karig & Wageman 1975) dan Shikoku arc

    (Yonekura 1975).

    Pensesaran strike-slip, diasumsikan sebgai hasil dari subduksi oblique

    sepanjang busur Sunda. Untaian sesar mayor, beberapa dengan displacement yang

    besar, memotong sepanjang cekungan muka busur dan mungkin menterminasi pada

    trench. Range atau efek sesar-sesar ini pada prisma akresinal belum dieksplorasi tapi

    ada beberapa kemungkinan. Sesar-sesar memperlebar jarak kontinental margin yang

    telah ada sebelumnya, kemungkinan memotong basement kontinental ke arah utara

    sepanjang batas cekungan. Dengan membuat kontinental margin yang tidak beraturan

    sepanjang dimana subduksi dibentuk sesudahnya, sesar-sesar strike-slip mungkin

    menempati bagian instrumental dalam penggantian kerak samudera sepanjang

    15

  • kontinental margin. Akresi tektonik sedimen dan fragmen krustal oseanik yang

    berada dibawah slab krustal oseanik yang terjebak ini memyebabkan

    pengangkatannya dan pembukaannya sebagai ophiolit. Strike slip fault ini juga

    menyebabkan terjadinya offset material yang terakresi, juxtaposing kompleks

    subduksi dari derajat metamorfik dan umur yang berbeda. Interaksi antara strike-slip

    dan thrust-faulting dekat trench bertanggung jawab atas asosiasi terdekat inklusi dan

    derajat yang berbeda blok-blok sesar secara metamorfik yang tercatat di kompleks

    Fransiscan, area lain dimana subduksi oblique mungkin muncul.

    Referensi :

    Karig, D.E. & J. Curray. 1980. Structural Framework of The Fore-Arc Basin, NW

    Sumatera. Journal Geological Society 137 (Part 1): 77-91.

    16