Cedera Kepala

11
DEFINISI Cidera kepala adalah trauma pada otak yang disebabkan adanya kekuatan fisik dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran. Akibatnya dapat menyebabkan gangguan kognitif, gangguan tingkah laku, atau fungsi emosional. Gangguan ini dapat bersifat sementara atau permanen, menimbulkan kecacatan baik partial atau total dan juga gangguan psikososial. (Donna, 1999) Cidera kepala adalah suatu keadaan traumatic yang mengenai otak dan menyebabkan perubahan-perubahan fisik, intelektual, emosional, social, dan vokasional. (Joyce, M Black, 1997) Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIINGAT : 1. Lapisan Yang melapisi Otak a. Epidural b. Arachnoid c. Piameter 2. Istilah yang biasa dipakai a. Kup and kontrakup b. Akselerasi and descelerasi c. Hukum Kelli-Monro (tentang massa otak yang terdiri dari 3 komponen : otak sendiri, CFS, sirkulasi darah) ETIOLOGI 1. Cidera setempat (benda tajam) mis: pisau, peluru atau berasal dari serpihan atau pecahan dari fraktur tengkorak. Trauma benda tajam yang masuk kedalam tubuh merupakan trauma yang dapat menyebabkan cidera setempat atau kerusakan terjadi terbatas dimana benda tersebut merobek otak. 2. Cidera Difus (cidera tumpul) mis : terkena pukulan atau benturan. Trauma oleh benda tumpul dapat menyebabkan/menimbulkan kerusakan menyeluruh (difuse) karena kekuatan benturan. Terjadi penyerapan kekuatan oleh lapisan pelindung spt : rambut, kulit, kepala, tengkorak. Pada trauma berat sisa energi diteruskan ke otak dan menyebabkan kerusakan dan gangguan sepanjang perjalanan pada jaringan otak sehingga dipandang lebih berat.

description

cedera kepala

Transcript of Cedera Kepala

CIDERA KEPALA

DEFINISI Cidera kepala adalah trauma pada otak yang disebabkan adanya kekuatan fisik dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran. Akibatnya dapat menyebabkan gangguan kognitif, gangguan tingkah laku, atau fungsi emosional. Gangguan ini dapat bersifat sementara atau permanen, menimbulkan kecacatan baik partial atau total dan juga gangguan psikososial. (Donna, 1999)

Cidera kepala adalah suatu keadaan traumatic yang mengenai otak dan menyebabkan perubahan-perubahan fisik, intelektual, emosional, social, dan vokasional. (Joyce, M Black, 1997)

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.

Hal-hal penting yang perlu diingat :

1. Lapisan Yang melapisi Otak

a. Epidural

b. Arachnoid

c. Piameter

2. Istilah yang biasa dipakai

a. Kup and kontrakup

b. Akselerasi and descelerasi

c. Hukum Kelli-Monro (tentang massa otak yang terdiri dari 3 komponen : otak sendiri, CFS, sirkulasi darah)

ETIOLOGI

1. Cidera setempat (benda tajam)

mis: pisau, peluru atau berasal dari serpihan atau pecahan dari fraktur tengkorak.

Trauma benda tajam yang masuk kedalam tubuh merupakan trauma yang dapat menyebabkan cidera setempat atau kerusakan terjadi terbatas dimana benda tersebut merobek otak.

2. Cidera Difus (cidera tumpul)

mis : terkena pukulan atau benturan. Trauma oleh benda tumpul dapat menyebabkan/menimbulkan kerusakan menyeluruh (difuse) karena kekuatan benturan. Terjadi penyerapan kekuatan oleh lapisan pelindung spt : rambut, kulit, kepala, tengkorak. Pada trauma berat sisa energi diteruskan ke otak dan menyebabkan kerusakan dan gangguan sepanjang perjalanan pada jaringan otak sehingga dipandang lebih berat.

Berat ringannya masalah yg timbul akibat trauma bergantung pd beberapa factor yaitu:

Lokasi benturan

Adanya penyerta seperti : fraktur, hemoragik

Kekuatan benturan

Efek dari akselerasi (benda bergerak membentur kepala diam) dan deselerasi (kepala bergerak membentur benda yang diam)

Ada tidaknya rotasi saat benturan

Dapat pula dibagi menjadi :

1. Trauma primer

Terjadi karena benturan langsung ataupun tak langsung (akselerasi/deselerasi otak)

2. Trauma otak sekunder

Merupakan akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.

KRITERIA CIDERA KEPALA

1. Cidera kepala ringan

Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran < 30 menit tapi ada yang menyebut < 2 jam, tidak ada penyerta spt fraktur tengkorak, tak kontusio (memar otak) atau hematoma. Frekuensi 55%.

2. Cidera kepala sedang

Jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit- 24 jam ada juga yang menyebut antara 2-5 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorentasi ringan (bingung). Frekuensinya 24%.

3. Cidera kepala berat

Jika GCS 3-8, hilang kesadaran/amnesia > 24 jam, juga meliputi kontusio cerebral, laserasi, atau hematoma intrakranial. Frekuensi 21%.

PATOFIOLOGI

Trauma

Cidera setempat (tajam) Cidera menyeluruh(tumpul)

Kerusakan setempat Kerusakan disetiap jaringan otak

Tergantung kekuatan, lokasi benturan, akselerasi atau deselerasi,

adanya rotasi interna dan penyerta (hematoma dan fraktur)

Cidera jaringan otak

Edema

Vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan

aliran darah kedaerah trauma

TIK meningkat

Kompresi pembuluh darah

Penurunan alairan darah kaotak

Penurunan suplai O2(iskemik)

Edema disekitar jaringan nekrotik

Akumulasi CO2

PCO2 meningkat & PH menurun

Kematian sel-sel otak.

PENGARUH TRAUMA KEPALA

1. Sistem pernapasan

2. Sistem kardiovaskuler.

3. Sistem Metabolisme.

1. sistem pernafasanTIK meningkat

Hipoksemia, hiperkapnia Meningkatkan rangsang simpatis

Peningkatan hambatan difusi O2 - CO2.

Edema paru Meningkatkan tahanan vask. sistemik dan tek

darah

Meningkatkan tek, hidrostatik

Kebocoran cairan kapiler

Sistem pembuluh darah pulmonal tek.

rendah.

Karena adanya kompresi langsung pada batang otak ( gejala pernapasan abnormal :

1. Chyne stokes.

2. Hiperventilasi.

3. Apneu.

2. Sistem Kardiovaskuler :

Trauma kepala ( perubahan fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tek. Vaskuler.

Perubahan saraf otonoom pada fungsi ventrikel :

1. Disritmia.

2. Fibrilasi.

3. Takikardia.

Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis ( terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel. ( curah jantung menurun ( menigkatkan tahanan ventrikel kiri ( edema paru.3. Sistem Metabolisme :

Trauma kepala cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah nitrogen.

Trauma

Tubuh perlu energi untuk perbaikan

Nutrisi berkurang

Penghancuran protein otot sebagai sumber nitrogen utama.

TANDA DAN GEJALA

1. Cidera kepala ringan-sedang

a. Disorientasi ringan

b. Amnesia post partum

c. Hilang memori sesaat

d. Sakit kepala

e. Mual dan Muntah

f. Vertigo dan perubahan posisi

g. Gangguan pendengaran

Tanda yang potensial berkembang :

Penurunan kesadaran

Perubahan pupil

Mual makin hebat

Sakit kepala semakin hebat

Gangguan pada beberapa saraf cranial

Tanda-tanda meningitis

Apasia

Kelemahan motorik

2. Cidera kepala sedang-berat

a. Tidak sadar dalam waktu lama

b. Fleksi dan ekstensi abnormal

c. Edema otak

d. Tanda herniasi

e. Hemiparese

f. Gangguan akibat saraf cranial

g. Kejang

Hal yang penting ingat akan trias TIK yaitu : Muntah proyektil, papiledema, dan nyeri kepala hebat. Selain itu perlu dipahami akan terjadinya tanda-tanda tersebut sesuai dengan patofisiologinya.KOMPLIKASI

1. Edema Pulmonal

2. Kejang

3. Infeksi

4. Bocor cairan otak

5. Hipertermia

6. Masalah mobilisasi

7. SIADH

8. Hipovolemia

CIDERA KHUSUS OTAK / PENYERTANYA1. Fraktur Tengkorak

Susunan tulang tengkorak dan lapisan kulit kepala membantu menghilangkan tenaga benturan kepala sehingga sedikit kekuatan yang ditransmisikan kedalam jaringan otak. Ada 2 bentuk umum dari fraktur yaitu : fraktur linier yang umum terjadi yang mana disebabkan oleh pemberian kekuatan yang amat berlebih terhadap luas area tengkorak tertentu dan fraktur tengkorak basiler yakni terbatas pada tulang dasar tengkorak seperti bagian tulang frontal atau temporal. Masalah ini bisa jadi cukup serius karena cairan otak dapat keluar dari fraktur ini.

2. Gegar otak

Merupakan sindrom yang melibatkan bentuk cidera otak ringan yang menyebar. Gangguan neurologis sementara dan dapat pulih tanpa ada kehilangan kesadaran. Pasien mungkin mengalami disorientasi ringan, pusing, gangguan memori sementara, kurang konsentrasi. Mungkin juga mengalami amnesia retrograte. Pasien sembuh cepat. Tetapi ada satu bahya yang timbul yang kemungkinan dapat terjadi gejala yang berlanjut post gegar.

3. Kontusio

Menggambarkan area otak yang mengalami memar. Memar umumnya pada permukaan yang disertai dengan hemoragik kecil-kecil pada substansi otak. Gejala bervariasi tergantung lokasi dan derajat. Dapat menimbulkan edema cerebral 2-3 hari post trauma. Akibatnya dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial dan meningkatkan mortalitas (45%).

4. Hematoma Epidural

Perdarahan yang terjadi pada ruang epidural yaitu antara tulang tengkorak dan lapisan durameter. Ini terjadi karena adanya robekan cabang kecil arteri meningeal media atau meningeal frontal

5. Hematoma Subdural

Perdarahan yang terjadi pada ruang subdural antara lapisan durameter dan lapisan arakhnoid. Terjadi sebagai akibat robekan vena yang ditemukan pada ruang ini.

6. Hematoma Subarakhnoid

Perdarahan yang terjadi pada ruang arakhnoid yakni antara lapisan arakhnoid dengan piameter, seringkali terjadi karena adanya robekan vena yang ada didaerah tersebut seringkali bersifat kronik.

7. Perdarahan Intracerebral

Pengumpulan darah 25 ml atau lebih pada parenkim otak. Penyebabnya seringkali karena adanya infresi fraktur. Gerakan akselerasi dan deselerasi yang tiba-tiba. Penanganannya sampai saat ini masih controversial.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Beberapa jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kelainan atau abnormalittas yang terjadi seperti perdarahan, hematom, dan edema pada cedera kepala ini.1. CT scan (tanpa/dengan kontras)

Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menetukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak, adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran. Pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.2. MRI.

Mengidentifikasi patologi otak atau perfusi jaringan otak, misalnya daerah yang mengalami infark, hemoragik. Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.3. Angiografi cerebral.

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran caiaran otak akibat edema, perdarahan, dan trauma.4. EEG

Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis5. Sinar X-Ray

Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak (fraktur), pergeseran srtuktur dari garis tengah (kerena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.6. BAER (Brain Auditori Evoked Respon)

Menentukan cortek dan batang otak/otak kecil7. PET (Positron Emission Tomografi)

Menunjukkan perubhan aktivitas metabolisme pada otak8. Punksi lumbal

dapat menduga kemungkin adanya perdarahan sub araknoid, dan menganalisa cairan otak.9. GDA

Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenisasi yang akan dapat meningkatkan TIK.10. Kimia/elektrolit darah

Mengetahui ketidakseimbangan cairan/ elektrolit yang berperan dalam meningkatkan TIK / perubahan mental.11. Perubahan/Screen toksikologi

Untuk mendeteksi obat yang memungkinkan menimbulkan terhadap penurunan kesadaran.12. Kadar anti konfulsan darah

Mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.13. ABGs:

Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial14. AGD

untuk mengetahui adanya masalah ventilasi perfusi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK15. Kimia Darah

untuk melihat keseimbangan cairan dan elektrolit yang berperan dalam peningkatan TIK dan perubahan status mental16. Pemeriksaan Toksikologi

untuk mendeteksi obat yang mungkin menimbulkan penurunan kesadaran17. Kadar anti konvulsan darah

untuk mengetahui keefektifan terapi untuk mengatasi kejangPENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan umum

ABS (Airway, Breathing, Sirkulasi)

2. Penatalaksanaan Khusus

Konservatif : Pemberian monitol, gliserol, furosemid, steroid, antibiotik, barbiturat.

Simptomatik : Mengatasi kejang, agitasi, gelisah, encephalopaty

3. Penatalaksanaan Lain

Manajemen respiratori

Surgical repair : Craniotomy, ventrikulotomy, cranioplasti

Pengobatan

Monitor TIK

Managemen cairan dan elektrolit

Gizi dan diit

Therapi fisik

Rehabilitasi

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.

2. Sirkulasi

Gejala :Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia

3. Integritas EGO

Gejala :Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)

Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan inpulsif

4. Eliminasi

Gejala :Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi

5. Makanan/Cairan

Gejala :Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera

Tanda :Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)

6. Neurosensori

Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas.

Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.

Gangguan pengecapan dan juga penciuman.

Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori)

Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti.

Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran.

Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama

Tanda :Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.

8. Pernafasan

Tanda :Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak.

Ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena respirasi)

9. Keamanan

Gejala :Trauma baru/trauma karena kecelakaan

Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.

Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt raccoon eye, tanda battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS).

Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

10. Interaksi Sosial

Tanda :Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang ulang, disartris, anomia.

11. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :Penggunaan alcohol/obat lain

Pertimbangan rencana pemulangan :

Membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi, menyiapkan makan, belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, atau penempatan fasilitas lainnya dirumah.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan serebral

2. Risiko tinggi pola nafas tidak efektif

3. Perubahan persepsi sensori

4. Perubahan proses pikir

5. Kerusakan mobilitas fisik

6. Risiko tinggi terhadap infeksi

7. Risiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

8. Perubahan proses keluarga

9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan