CBR+test+jalan

82
TUGAS AKHIR PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR TERHADAP TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN KALIURANG DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO 1986 Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu ( S 1 ) Teknik Sipil DISUSUN OLEH FAHRURROZI 03511010 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Transcript of CBR+test+jalan

  • TUGAS AKHIR

    PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR

    TERHADAP TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN KALIURANG

    DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO 1986

    Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi

    Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu ( S 1 ) Teknik Sipil

    DISUSUN OLEH

    FAHRURROZI 03511010

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2008

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr , wb .

    Alhamdulillah puji syukur selalu tercurahkan kehadirat Allah SWT atas

    pemberian rahmat dan hidayahnya sehingga kita semua di beri jalan mulia untuk

    mengarungi bahtera kehidupan ini . Shalawat teriring salam selalu terucapkan

    kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke jalan yang di ridhai

    Allah SWT.

    Laporan Tugas Akhir dengan judul Pengaruh CBR Tanah Dasar

    Terhadap Tebal Perkerasan Lentur Jalan Kaliurang Dengan Metode Bina

    Marga dan AASHTO ini disusun sebagai satu wujud nyata untuk memenuhi

    impian yang mana menjadi kewajiban yang harus dipenuhi untuk memperoleh

    gelar strata satu ( S - 1 ) . Selama melaksanakan dan menyusun laporan ini ,

    penyusun tak lepas dari pihak lain yang telah membantu baik dari segi bimbingan,

    arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun. Pada kesempatan ini

    penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua

    pihak yang telah memberi dukungan serta motifasi demi selesainya laporan ini .

    1. Dr. Ir. H. Ruzardi, MS Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan

    Perencanaaan Universitas Islam Indonesia.

    2. Ir. H. Faisol AM, MS , Selaku ketua Jurusan Teknik Sipil

    3. Dr. Ir. Edy Purwanto, CES, DEA, Selaku Dosen pembimbing tugas akhir

    ini, yang telah banyak memberikan masukan dan saran serta meluangkan

    waktu demi terselesainya tugas akhir ini.

    4. Bapak Ir. Akhmad Marzuko, MT dan Bapak Ir. Subarkah, MT selaku

    dosen penguji

    5. Dosen-dosen T.Sipil yang selalu menjadi pencerah ilmu pengetahuan.

    6. Abah (Ridwan), Amak (Sumarni), Uwuo (Zulhasmi), Anga (Lismardani),

    adik adikku (Rohmayanti, M.Zikri, Ahlul Fikri), dan Adindaku (Wira

    Gustina) yang selalu menjadi motivator yang Aktif dalam terselesaikannya

    tugas akhir ini.

  • iv

    7. Semua pihak yang telah memberi dukungan kepada penyusun dalam

    menyelesaikan tugas akhir ini.

    Penyusun menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan .

    Oleh karenanya penyusun masih memerlukan masukan dan saran yang sifatnya

    membangun.

    Penyusun berharap Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi penyusun

    khususnya dan pihak-pihak yang membutuhkan data perencanaan tebal perkerasan

    dengan kedua metode ini.

    Wabillahitaufik walhidayah.

    Assalamualaikum wr , wb

    Yogyakarta , Agustus 2008

    Fahrurrozi

  • v

    ABSTRAK Yogyakarta menjadi daya tarik yang sangat kuat disektor pendidikan dan

    pariwisata, sehingga tingkat pergerakan masyarakat ke wilayah ini cukup padat,

    baik sekedar kunjungan dalam waktu pendek hingga menetap dalam rentang

    waktu yang lama. Perpindahan ini mengakibatkan kebutuhan trasportasi

    meningkat signifikan menyebabkan kepadatan pada ruas-ruas jalan.

    Jalan kaliurang merupakan jalan arteri yang mempunyai daya pelayanan yang

    cukup tinggi dalam melayani mobilitas masyarakat Yogyakarta pada khususnya

    dan masyarakat di luar Yogya pada umumnya. Jalan Kaliurang juga merupakan

    jalur pariwisata dan jalan alternatif menuju beberapa kota di Jawa Tengah.

    Dalam tugas akhir ini Pengaruh CBR Tanah Dasar Terhadap Tebal

    Perkerasan Lentur Jalan Kaliurang Dengan Metode Bina Marga 1987 dan

    AASHTO 1986 studi yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan nilai

    tebal perkerasan lentur jalan antara kedua metode tersebut dengan nilai CBR

    yang sama untuk tahun 2008.

    Dari hasil pengujian di Laboratorium, tanah yang berasal dari jalan

    Kaliurang adalah tanah pasir gradasi buruk, pasir kerikil, sedikit atau tidak

    mengandung butiran halus. CBR maksimum dengan penambahan air yang

    didapat dari pengujian di Laboratorium mekanika tanah FTSP UII untuk jalan

    Kaliurang adalah 38 % . dengan menggunakan metode Bina Marga 1987 tebal

    perkerasan lentur lebih besar dari pada menggunakan metode AASHTO 1986.

    Dalam analisis ini didapat tebal perhitungan dengan metode Bina Marga lebih

    kecil dari tebal perkerasan jalan Kaliurang saat ini, sehingga struktur yang ada

    saat ini akan mampu mendukung beban kendaraan hingga tahun 2018.

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

    ABSTRAK .................................................................................................. v

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

    DAFTAR NOTASI ............................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2

    1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2

    1.4 Batasan Masalah ...................................................................... 3

    1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 3

    1.5 Lokasi Penelitian ...................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

    2.1 Umum ....................................................................................... 4

    2.2 Penelitian Yang Berkaitan Dengan Tugas Akhir ..................... 4

    BAB III LANDASAN TEORI ....................................................................... 8

    3.1 Tanah ........................................................................................ 8

    3.2 Klasifikasi tanah ....................................................................... 8

    3.3 California Bearing Ratio (CBR)............................................... 10

    3.4 Kontruksi Perkerasan Jalan ...................................................... 11

    1. Lapis Permukaan (Surface Course) ..................................... 12

    2. Lapis Pondasi Atas (Base Course) ....................................... 12

  • vii

    3. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) ............................ 12

    4. Lapis Tanah Dasar (Subgrade)) ........................................... 13

    3.5 Metode Bina Marga ................................................................. 14

    3.5.1 Lalulintas rencana ........................................................... 14

    3.5.2 Daya Dukung Tanah Dasar ............................................. 18

    3.5.3 Faktor Regional ............................................................... 19

    3.5.4 Indeks Permukaan ........................................................... 19

    3.5.5 Indeks Tebal Perkerasan ................................................. 21

    3.6 Metode AASHTO 1986 ........................................................... 23

    3.6.1 Persamaan Dasar ............................................................. 24

    3.6.2 Kriteria Perencanaan ....................................................... 24

    a Batasan Waktu ............................................................ 24

    b Beban Lalulintas dan Pertumbuhannya ...................... 25

    c Reliabilitas dan Simpangan Baku Keseluruhan ......... 26

    d Kondisi Lingkungan ................................................... 27

    e Kriteria Kinerja Jalan ................................................. 28

    f Resilient Modulus Tanah Dasar (Mr).......................... 29

    g Faktor Drainase .......................................................... 29

    h Penentuan Struktural Number (SN) ........................... 30

    i Batas Minimum Tebal Lapis Keras ............................ 32

    j Pemilihan Jenis Lapisan Lapis Keras.......................... 32

    BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 34

    4.1 Metode Penelitian .................................................................... 34

    4.2 Bahan dan Peralatan Penelitian ................................................ 34

    4.2.1 Bahan .............................................................................. 34

    4.2.2 Peralatan .......................................................................... 34

    4.3 Jalannya Penelitian .................................................................. 34

    4.3.1 Pekerjaan Persiapan ..................................................... 34

    4.3.2 Pekerjaan Lapangan ..................................................... 35

    4.3.3 Pekerjaan Laboratorium ............................................... 35

  • viii

    4.3.4 Metode Analisis ........................................................... 35

    4.4 Cara Penelitian ......................................................................... 36

    BAB V ANALISIS DATA ........................................................................... 39

    5.1 Sifat-Sifat Tanah ..................................................................... 39

    5.1.1 Sifat Fisik ..................................................................... 39

    5.1.2 Sifat-Sifat Mekanik Tanah ........................................... 42

    5.2 Anailis Perhitungan Perkerasan Lentur Dengan Metode

    Bina Marga 1987 ..................................................................... 46

    5.2.1 Kondisi Lapis Keras ..................................................... 46

    5.2.2 Beban Lalulintas Primer ............................................... 46

    5.2.3 Volume Beban Lalulintas Sekunder............................. 46

    5.2.4 Pertumbuhan Lalulintas ............................................... 47

    5.2.5 Prediksi Beban Lalulintas ............................................ 48

    5.2.6 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan ............ 48

    5.2.7 Koefisien Distribusi Kendaraan ................................... 48

    5.2.8 Faktor Regional ............................................................ 49

    5.2.9 Analisis Komponen Lapis Keras Lentur Tahun 2008 .. 50

    5.3 Analisi Perhitungan Perkerasan Lentur Dengan Metode

    AASHTO ................................................................................ 54

    5.3.1 Data Perhitungan .......................................................... 54

    a. Lalulintas Harian Rata-Rata (LHR) ......................... 54

    b. Data Pendukung ....................................................... 55

    c. Nilai LEF (Load Equvalent Factor) ......................... 55

    d. Ekivalen 18 Kips ESAL ........................................... 57

    e. Penentuan SN Maksimum ........................................ 58

    f. Data Komponen Lapis Keras Lentur ........................ 59

    g. Analisis Tebal Lapis Keras Lentur 2008 .................. 61

  • ix

    BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 63

    6.1 Pengujian tanah ........................................................................ 63

    6.2 Analisis Tebal Perkerasan Jalan ............................................ 63

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 66

    7.1 Kesimpulan ............................................................................. 66

    7.2 Saran ...................................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    1.1 Jumlah Penduduk dan kepemilikan kendaraan kabupaten Sleman 2

    3.1 Sistem klasifikasi Unified 10

    3.2 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan 14

    3.3 Koefisien distribusi kendaraan 15

    3.4 Angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan 16

    3.5 Faktor regional 19

    3.6 Indeks permukaan pada akhir umur rencana (IP) 20

    3.7 Indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) 20

    3.8 Koefisien kekuatan relatif (a). 21

    3.9 Batas-batas minimum tebal lapis keras 22

    3.10 Faktor distribusi lajur (DL) 26

    3.11 Tingkat reliabilitas (R) metode AASHTO 1986 26

    3.12 Simpangan baku normal (ZR) 27

    3.13 Kualitas drainase jalan 30

    3.14 Koefisien drainase (m) 30

    3.15 Koefisien kekuatan relatif bahan AASHTO 31

    3.16 Batas-batas minimum tebal lapis perkerasan lentur 32

    5.1 Analisis distribusi saringan 39

    5.2 Persen butiran tanah 40

    5.3 Kadar air tanah 41

    5.4 Berat jenis tanah 41

    5.5 Berat volume tanah 42

    5.6 Hasil uji proktor standar 43

    5.7 Nilai CBR yang digunakan 45

    5.8 Data lalulintas harian rata-rata 47

    5.9 Angka pertumbuhan lalulintas 48 5.10 Data curah hujan tahun 2005 Sleman 49 5.11 Lintas ekivalen permulaan (LEP) Analisa tahun 2008 50 5.12 Lintas ekivalen akhir (LEA) Analisa tahun 2018 50 5.13 Data LHR /ADT analisis dengan metode AASHTO 1986 54

  • xi

    5.14 Jumlah kendaraan 18 Kips ESAL 57 5.15 Prediksi kumulatif 18 Kips ESAL terhadap waktu 58

    6.1 Perbedaan susunan tebal perkerasan lentur jalan antara metode Bina Marga dan AASHTO 1986 dengan nilai CBR yang sama 64

    6.2 Perbedaan parameter perencanaan metode Bina Marga 1987 dan AASHTO 1986 65

    6.3 Perbedaan tebal perkerasan hasil perhitungan dan data lapangan 65

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    3.1 Grafik korelasi DDT dan CBR 18

    3.2 Struktur lapis perkerasan lentur metode AASHTO 1986 33

    4.1 Bagan alir penelitian 36

    5.1 Analisis distribusi saringan 40

    5.2 Hasil uji kepadatan tanah (uji proktor standar) 44

    5.3 Tebal lapis lentur 2008 53

    5.4 Lapis laston AC dan ATB 59

    5.5 Tebal perkerasan jalan metode AASHTO 1986 62

  • xiii

    DAFTAR ISTILAH DAN NOTASI

    UR : Jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan mulai dibuka samapai

    saat diperlukan pembukaan ( umur rencana ).

    IP : Suatu angka yang diperlukan untuk menyatakan kerataan dan

    kekokohan permukaan jalan yang berhubungan dengan tingkat pelayan

    bagi lalu lintas yang lewat.

    LHR : Volume lalu lintas rata rata dalam satuan kend/ hari ( lalu lintas

    harian rata rata ).

    LEP : Jumlah lintas ekivalen harian rata rata dari sumbu tunggal seberat

    8,16 ton ( 18.000 lbs ) pada lajur rencana yang diguka terjadi pada

    permulaan unmur rencana ( Lintas Ekivalen Permulaan )

    LEA : Jumlah lintas ekivalen harian rata rata dari sumbu tunggal seberat

    8,16 ton ( 18.000 lbs ) pada lajur rencana yang diduga terjadi pada

    akhir rencana ( Lintas Ekivalen Akhir)

    LET : Jumlah lintas ekivalen harian rata rata dari sumbu tunggal seberat

    8,16 ton ( 18.000 lbs ) pada lajur rencana yang diduga terjadi pada

    pertengahan umur rencana ( Lintas Ekivalen Tenggah )

    LER : Suatu besaran yang digunakan dalam nomogram penetapan tebal lapis

    keras untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen beban sumbu tunggal

    sebesar 8,16 ton ( 18.000 lbs ) pada lajur rencana.

    i : Proses perubahan volume beban lalu lintas pada ruas jalan yang

    umumnya dihitung dari tahun ketahun ( tingkat pertumbuhan lalu

    lintas )

    E : Suatu besaran beban sumbu kendaraan yang menyatakan perbandingan

    tingkat kerusakan lintasan sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat

    kerusakan lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (

    18.000 lbs ) ( Angka Ekivalen )

    DDT : Suatu skala yang digunkan dalam nomogram penetapan tebal lapis

    keras untuk menyatakan kekuatan tanah dasar ( Daya dukung tanah )

    W18 : Lintas ekivalen selama umur rencana (18 Kips ESAL)

  • xiv

    SN : Strucktur Number / Indeks tebal perkerasan (ITP)

    PSI : Present Serviceability Indeks / Nilai Indeks Permukaan

    ZR : Simpangan Baku Normal

    So : Simpangan Baku Keseluruhan

    Mr : Resilient Modulus (psi)

    m : Koefisien drainase masing-masing lapisan lapis keras

    FR : Faktor setempat menyangkut keadaan lapangan dan iklim yang dapat

    mempengaruhi keadaan pembebanan , daya dukung tanah dasar dan

    lapis keras ( Faktor Regional )

    AE18KAL : Lintas ekivalen pada jalur rencana

    Ai : Jumlah kendaraan untuk jenis kendaraan, dinyatakan dalam

    kendaraan/ hari/ 2 arah pada tahun perhitungan volume lalulintas.

    EI : Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan

    CI : Koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana

    a : Faktor pentumbuhan lalu-lintas tahunan dari perhitungan volume lalu-

    lintas dilakukan sampai saat jalan tersebut dibuka

    n : Jumlah tahun dari saat diadakan perhitungan volume lalu-lintas dari

    jalan tersebut dibuka.

    i : Faktor pertumbuhan lalu-lintas dari jalan tersebut dibuka sampai pada

    umur pengamatan.

    n : Jumlah tahun pengamatan

    W18 : Kumulatif 18 Kips ESAL

    DD : Faktor distribusi arah

    DL : Faktor distribusi lajur

    W18 : Lintas Ekivalen 18 Kips ESAL

    g : Angka pertumbuhan lalulintas

    Wt18 : Kumulatif pengulangan 18 Kips ESAL

    FP : Suatu besaran untuk perencanaan tebal lapis keras dengan umur

    rencana yang bukan 10 tahun ( Faktor penyesuaian )

    ITP : Suatu angka yang berhubungan dengan penentuan tebal lapis keras (

    Indek Tebal Perkerasan )

  • xv

    C : Suatu besaran yang menyatakan distribusi kendaraan ( Koefisien

    Distribusi Kendaraan )

    IPo : Indek permukaan pada awal umur rencana.

    IPt : Indek permukaan pada akhir umur rencana.

    CBR : Penetapan nilai kekuatan bahan penyusun lapis keras untuk lapis

    pondasi dan tanah dasar( California Bearing Ratio )

    a1 : Koefisien kekuatan relatif bahan lapis permukaan.

    a2 : Koefisien kekuatan relatif bahan lapis pondasi atas

    a3 : Koefisien kekuatan relatif bahan lapis pondasi bawah

    D1 : Tabal lapis permukaan

    D2 : Tabal lapis pondasi atas

    D3 : Tabal lapis pondasi bawah.

    D10 : Batas atas diameter tanah dengan sebanyak 10 % dari seluruh butir

    tanah.

    D30 : Batas atas diameter tanah dengan sebanyak 30 % dari seluruh butir

    tanah.

    D60 : Batas atas diameter tanah dengan sebanyak 60 % dari seluruh butir

    tanah.

    k : Berat volume kering tanah.

    W % : Persentase kadar air.

    b : Berat volume basah.

    V : Volume

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Hasil pengujian sifat fisik dan mekanik tanah

    1. Pengujian berat jenis tanah

    2. Pengujian berat volume tanah

    3. Pengujian kadar air tanah

    4. Grain size analysis

    5. Grain aize analysis ASTM D1140 54

    6. Pemadatan tanah Proctor Test

    7. Pengujian CBR Laboratorium

    Lampiran 2 Data sekunder jalan raya

    1. Ekivalen maksimum gandar

    2. TGF

    3. Perhitungan angka ekivalen Bina Marga

    4. Grafis penentuan DDT

    5. Grafis penentuan ITP

    6. Faktor ekivalen sumbu ganda Pt 2,0

    7. Faktor ekivalen sumbu tunggal Pt 2,0

    Lampiran 3 Data Klimatologi (Data Hujan)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Jalan merupakan prasarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh

    masyarakat Indonesia untuk melakukan mobilitas keseharian sehingga volume

    kendaraan yang melewati suatu ruas jalan mempengaruhi kapasitas dan kemampuan

    dukungnya. Kekuatan dan keawetan kontruksi perkerasan jalan sangat ditentukan

    oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar (Silvia Sukirman, 1999).

    Tanah merupakan komponen utama subgrade yang memiliki karakteristik,

    macam, dan keadaan yang berbeda-beda, sehingga setiap jenis tanah memiliki

    kekhasan perilaku. Sifat tanah dasar mempengaruhi ketahanan lapisan diatasnya

    (Silvia Sukirman, 1999) Bentang jalan raya yang panjang menunjukkan hamparan

    karakteristik tanah yang berbeda pula, apabila suatu tanah yang terdapat di lapangan

    bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, atau apabila ia mempunya indeks

    konsistensi yang tidak sesuai, mempunyai permeabilitas yang terlalu tinggi atau

    tidak memiliki persyaratan CBR (California Bearing Ratio) yang dibutuhkan untuk

    subgrade pada jalan raya, maka tanah tersebut harus di stabilisasi dengan tindakan-

    tindakan menambah kerapatan tanah, menambah material yang tidak aktif sehinga

    mempertinggi kohesi dan atau tahanan geser yang timbul, merendahkan muka air

    dengan membuat drainase tanah hingga mengganti tanah-tanah yang jelek.

    Jalan Kaliurang yang termasuk jalan provinsi (Dinas Perhubungan DIY,

    2007) merupakan jalan alternatif menuju Solo dan Magelang. Di sekitar jalan

    Kaliurang tumbuh pesat perumahan sebagai akses dari berkembangnya kampus

    yang memiliki jumlah mahasiswa yang tidak sedikit. Tingkat pertambahan

    penduduk diwilayah Sleman yang memiliki kendaraan bisa terlihat pada Tabel 1.1

  • 2

    Tabel 1.1 Jumlah penduduk dan kepemilikan kendaraan kabupaten Sleman.

    Tahun 1998 1999 2000 2001 2002

    Penduduk

    (Jiwa)

    828.968

    838.628

    850.176

    862.314

    869.586

    Kendaraan

    Bermotor

    (Kendaraan)

    168.680

    175.260

    198.363

    214.112

    352.946

    Sumber: Kantor biro statistik Kab. Sleman, 1998-2002

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Seberapa besar pengaruh CBR tanah dasar dan tingkat pertumbuhan lalu-

    lintas terhadap tebal perkerasan lentur jalan.

    2. Seberapa besar perbedaan tebal perkerasan lentur jalan antara metode

    Bina 1987 dan AASHTO 1986 dengan nilai CBR yang sama.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan nilai CBR tanah

    terhadap ketebalan lapis keras lentur jalan Kaliurang yang mempunyai beberapa

    tujuan, diantaranya:

    1. Mengetahui jenis tanah berdasarkan sifat fisik dan mekanik tanah.

    2. Mengetahui CBR ( California Bearing Ratio ).

    3. Mengetahui nilai tebal perkerasan lentur jalan dengan CBR

    (California Bearing Ratio) yang sama menggunakan metode Bina Marga

    1987 dan AASHTO 1986.

    4. Membandingkan tebal perkerasan yang didapat dengan kondisi dilapangan.

  • 3

    1.4 Batasan masalah

    1. Lokasi pengambilan sampel tanah pada jalan Kaliurang Km. 12.

    2. Analisis ini tidak termasuk perencanaan sistem transportasi yang ada.

    3. Tidak dilakukan pengujian kuat lapis perkerasan

    4. Data lalulintas yang digunakan adalah data yang bersumber dari Bina Marga

    untuk tahun 2004 dan 2007

    1.5 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapakan memberikan gambaran terhadap kemampuan

    kapasitas jalan Kaliurang.

    1.6 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini mengambil sampel tanah pada jalan Kaliurang Km.12

    didaerah ruko-ruko baru, dan pengujian sampel tanah dilakukan pada Laboratorium

    Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil UII.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Umum

    Perkembangan jumlah kendaraan di DIY yang mencapai rata-rata 11.9

    persen pertahun, sepeda motor 90 % sedangkan sisanya adalah roda empat

    menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat. Pemerintah DIY harus segera

    menentukan alternatif yang berani untuk mengurangi pertumbuhan kendaraan

    tersebut, hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan penggunaan angkutan umum.

    Hal tersebut tentu tidak semerta-merta tanpa melakukan perbaikan sarana dan

    prasarana berupa penambahan kapasitas jalan raya (Kompas 12 Oktober 2006).

    2.2. Penelitian Yang Berhubungan Dengan Tugas Akhir

    Nama : Miswanto dan Zoelfakar

    Tahun : 1994

    Judul : Analisis perhitungan tebal lapis keras dengan metoda Bina Marga serta

    Road Note 29 dan 31 pada jalan lingkar selatan Yogyakarta.

    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Menentukan tebal masing masing lapis keras secara teoritik ( sub base,

    base course, surface course ) dengan menggunakan metoda Road Note 29

    dan 31 serta metode analisa komponen dari Bina Marga 1987.

    2. Membandingkan hasil perhitungan cara Road Note 29 dan 31 serta analisa

    komponen dari Bina Marga 1987.

    3. Menentukan tebal tambahan lapis keras ( over lay ) pada jalan lama bila

    diperlukan.

    Hasil Penelitian

    Dari analisis yang ada didapatkan hasil sebagai berikut :

    1. Jalan lingkar utara Yogyakarta masih layak digunakan sebelum umur

    rencana dan masih dapat memberikan pelayanan yang baik bagi lalu lintas

    yang melewati diatasnya.

  • 5

    2. Metoda Road Note 29 dan 31 tidak layak digunakan untuk perencanaan di

    Indonesia, jika akan tetap digunakan maka perlu ada revisi dan aturan

    tambahan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia.

    3. Analisa komponen dari Bina Marga lebih baik digunakan bila dibandingkan

    dengan metoda Road Note 29 dan 31, karena metode ini walaupun asalnya

    dari AASHTO tetapi sudah disesuaikan dengan kondisi Indonesia.

    4. Adanya perbedaan hasil yang didapatkan pada masing masing metoda

    dikarenakan adanya faktor lingkungan, lalu lintas, tanah dasar dan bahan

    perkerasan.

    Nama : Jumadi dan Emil Salim

    Tahun : 1999

    Judul : Analisis Tebal Lapis Keras Ruas Jalan Solo KM 8,8 dengan Metode Bina

    Marga dan AASHTO 1986

    Rumusan Masalah

    Pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan merupakan suatu akses

    bertambahnya volume beban lalu lintas yang akan melintasi ruas jalan. Hal ini akan

    memberikan dampak negatif pada ruas jalan yang mengakibatkan turunnya tingkat

    pelayanan ruas jalan tersebut dalam mendukung beban lalu lintas.

    Mengingat ruas jalan Solo km 8,8 sampai km 12 terletak pada daerah yang

    diprediksikan akan mengalami lonjakan arus lalu lintas dimasa datang, maka

    kemampuan ruas jalan dalam mendukung beban lalu lintas akan semakin menurun,

    sehingga akan menimbulkan permasalahan seperti yang telah di uraikan

    sebelumnya.

    Tujuan penelitian

    Tujuan analisis ini dengan menggunakan metode Bina Marga dan AASHTO

    1986 adalah sebagai berikut ini:

    a. Untuk lebih memahami prosedur analisis perhitungan tebal lapis keras lentur

    ruas jalan dengan metode Bina Marga dan AASHTO 1986.

  • 6

    b. Membandingkan hasil analisis dan perhitungan kedua metode tersebut

    terhadap kondisi lapis perkerasan yang ada sekarang.

    c. Menentukan tebal lapisan masing masing lapisan lapis keras dengan

    metode kedua tersebut.

    d. Memprediksi kemampuan lapis keras lentur ruas jalan dalam mendukung

    beban lalu lintas dalam kurun waktu tertentu.

    Hasil Penelitian

    a. Ruas jalan Solo km 8,8 sampai km 12, tidak mampu mendukung beban lalu

    lintas sampai tahun 2009 berdasarkan analisis menggunakan metode Bina

    Marga dan AASHTO 1986.

    b. Hasil akhir analisis yang dilakukan berdasarkan Metode Bina Marga 1987

    dan AASHTO 1986 adalah berbeda. Metode Bina Marga 1987 lebih tebal

    dibandingkan dengan Metode AASHTO 1986.

    c. Perbedaan hasil akhir analisis disebabkan oleh : faktor lalu lintas, asumsi,

    parameter dan prosedur analisis yang digunakan pada masing masing

    metode.

    Nama : Tri Haryo Wibisono dan Hadi Praptoyo.

    Tahun : 2005

    Judul : Evaluasi Tebal Lapis Keras Jalan Ruas Jalan Magelang krepekan

    Kabupaten Magelang hing Tahun 2015.

    Rumusan Masalah

    Melihat kenyataan yang ada dilapangan yaitu dari Magelang sampai

    Krepekan terlihat bahwa kondisi lapis permukaan pada ruas jalan tersebut banyak

    terjadi kerusakan ( retak, bergelombang, bleeding ), karena banyaknya volume lalu

    lintas yang melintasi ruas jalan tersebut, oleh karena itu pada penelitian ini akan

    menentukan nilai lendutan dan lendutan balik yang terjadi pada perkerasan lentur

    dilapangan. Pengambilan sampel struktur perkerasan lentur dilapangan dengan alat

    bantu core drill untk mrngetahui tebal struktur perkerasan, pemeriksaan daya

    dukung tanah lapangan dengan DCP yang dikorelasikan dengan besaran CBR.

  • 7

    Tujuan Penelitian

    Tujuan analisis tabal lapis keras ruas jalan Magelang Krepekan hing

    tahun 2015 adalah sebagai berikut.

    a. Evaluasi nilai struktural berdasarkan nilai lendutan balik jalan, dan

    b. Mengevalusi kemampuan lapis perkerasan ruas jalan tersebut dalam kurun

    waktu setahun yang akan datang dalam mendukung beban lalu lintas.

    Hasil Penelitian

    1. Nilai CBR yang didapat dalam pemeriksaan dengan alat DCP pada ruas

    jalan Magelang Krepekan sebesar 6,7 % maka lebih besar dari spesifikasi

    Dinas Bina Marga yaitu sebesar 4,8 %.

    2. Penggunaan aspal yang tidak seragam pada tiap titik menyebabkan

    terjadinya bleeding yang kadar aspal yang berlebihan, sedangkan untuk

    kadar aspal yang kurang menjadikan ikatan antar agregat menjadi kurang

    atau jelek sehingga mudah terjadi degradasi pada agregat.

    3. Umur sisa layanan jalan 2,34 tahun atau 28 bulan 3 hari sehingga perlu

    diberi lapis tambahan untuk meningkatkan umur layanan jalan.

    4. Tebal lapis tambahan untuk masa layanan jalan 10 tahun yang akan datang

    setebal 5 cm.

    Penelitian yang telah dilakukan diatas merupakan evaluasi dari tebal perkerasan

    yang sudah ada hingga perancangan Kapasitas jalan untuk beberapa tahun yang

    akan datang, penelitian ini memiliki perbedaan pengambilan data tanah yang

    diambil secara lansung, sedangkan penelitian diatas menggunakan data sekunder

    dari analisis DCP yang dikorelasikan dengan nilai CBR.

  • 8

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Tanah

    Dalam pengertian teknik secara umum, Braja M Das (1988) mendefenisikan

    tanah sebagai bahan yang terdiri dari agregat mineral mineral padat yang tidak

    terikat secara kimia antara satu sama lain dari bahan bahan organik yang telah

    melapuk yang berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang

    ruang kosong diantara partikel partikel padat tersebut.

    Menurut Craig ( 1997 ) yang dimaksud dengan tanah adalah akumulasi partikel

    mineral yang tidak mempunyai ikatan antara atau lemah ikatan antara partikel yang

    terbentuk karena pelapukan batuan.Yang memperlemah ikatan tersebut adalah

    pengaruh karbonat atau oksida atau pengaruh kandungan organik.

    Menurut Joseph E Bowles (1986), tanah merupakan campuran dari partikel-

    partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut: Kerikil (Gravel)-

    partikel batuan berukuran 5 mm sampai 150 mm. Pasir (sand)- partikel batuan yang

    berukuran 0,0074 mm sampai 5 mm. Berkisar dari kasar (5 mm sampai 3 mm)

    sampai halus (< 1 mm).

    Lanau (Silt)- partikel batuan berukuran 0,002 mm sampai 0,074 mm Kuantitas

    deposit yang disedimentasikan kedalam danau-danau atau dekat garis-garis pantai

    pada muara sungai.

    Lempung (Clay) Partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0.002 mm

    Koloid (colloids)-Partikel mineral diam, berukuran lebih kecil dari 0.001 mm.

    3.2 Klasifikasi Tanah

    Tanah secara umum dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif dan tanah

    tidak kohesif, istilah ini terlalu umum sehingga memungkinkan terjadinya

    indentifikasi yang sama pada beberapa jenis tanah. Sejumlah sistem klasifikasi

    tanah telah dipergunakan pada akhir-akhir ini, sistem klasifikasi tanah yang umum

    digunakan adalah sistem klasifikasi Unified Menurut sistem ini, tanah

    dikelompokkan dalam tiga kelompok, yang masing-masing diuraikan lagi dengan

  • 9

    memberi simbol pada setiap jenis yang teridiri dari limabelas jenis seperti pada

    Tabel 3.1.

    Untuk tanah berbutir kasar dibagi atas kerikil dan tanah kerikilan (G), pasir

    dan tanah kepasiran (S). Yang termasuk dalam kerikil adalah tanah yang

    mempunyai persentase lolos saringan No.4 < 50 % sedangkan tanah yang

    mempunyai lolos saringan No.4 > 50 % termasuk kelompok pasir.

    Tanah berbutir halus dibagi dalam lanau (M) dan lempung (C) yang didasarkan atas

    batas cair dan indeks plastisitas. Tanah organik juga termasuk dalam fraksi ini.

    Sedangkan tanah organis tinggi yang mudah ditekan dan tidak mempunyai sifat

    sebagai bahan bangunan yang di inginkan , tanah khusus dari kelompok ini adalah

    humus, tanah lumpur yang komponen utamanya adalah partikel daun, rumput,

    dahan atau bahan-bahan rengas lainnya.

  • 10

    Tabel 3.1 Sistem klasifikasi Tanah Unified.

    3.3 California Bearing Ratio (CBR)

    Besarnya nilai CBR tanah akan menentukan ketebalan lapis keras yang akan

    dibuat sebagai lapisan perkerasan diatasnya. Makin tinggi nilai CBR tanah dasar

    (subgrade ) maka akan semakin tipis lapis keras yang dibutuhkan dan semakin

    rendah suatu nilai CBR maka semakin tebal lapis keras yang dibutuhkan.

    Ada 2 macam pengukuran CBR yaitu:

    1. Nilai CBR untuk penekanan pada penetrasi 0,254 cm ( 0,1 ) terhadap

    penetrasi standar yang besarnya 70,37 kg/cm ( 1000 psi )

  • 11

    Nilai CBR =

    %10037,70

    xPI .............................................................(3.1)

    2 Nilai CBR untuk tekanan pada penetrasi 0,508 cm ( 0,2 ) terhadap tekanan

    standar yang besarnya 105,56 kg/cm ( 1500 psi )

    Nilai CBR =

    %10056,1052 xP ...........................................................(3.2)

    Menurut head ( 1986 ) nilai CBR dilaporkan dengan aturan berikut ini :

    1. Untuk nilai CBR dibawah 30 % dibulatkan ke 1 % terdekat. Contoh 25, 3 %

    dilaporkan 25 %.

    2. Untuk nilai CBR antara 30 % sampai 100 % dibulatkan ke 5 % terdekat.

    Contohnya 42 % dilaporkan menjadi 40 %.

    3. Untuk nilai CBR diatas 100 % dibulatkan ke 10 % terdekat , contohnya 104

    % dilaporkan menjadi 100 %.

    3.4 Kontruksi Perkerasan Jalan

    Lapisan perkerasan adalah kontruksi diatas tanah dasar yang berfungsi

    memikul beban lalulintas dengan meberikan rasa aman dan nyaman. Pemberian

    kontruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

    akibar pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui

    kapasitas dukung tanah dasar. Kontruksi perkerasan jalan dibedakan menjadi dua

    kelompok menurut bahan pengikat yang digunakan, yaitu perkerasan lentur

    (fleksible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Perkerasan lentur

    (fleksible pavement) dibuat dari agregat dan bahan ikat aspal. Lapis perkerasan kaku

    (rigit pavement) terbuat dari agregat dan bahan ikat semen, terdiri dari satu lapisan

    pelat beton dengan atau tanpa pondasi bawah (subbase) antara perkerasan dan tanah

    dasar (subgrade).

  • 12

    Menurut AASHTO dan Bina Marga kontruksi jalan terdiri dari:

    1. Lapis permukaan ( Surface Course ).

    Lapisan permukaan ( Surface Course ) adalah lapisan yang terletak paling

    atas ( Sukirman Silvia, 1999), dan berfungsi sebagai :

    a. Struktural, yaitu berperan mendukung dan menyebarkan beban kendaraan

    yag diterima oleh lapis keras.

    b. Non struktural, yaitu berupa lapisan kedap air untuk mencegah masuknya air

    kedalam lapis perkerasan yang ada dibawahnya dan menyediakan

    permukaan yang tetap rata agar kendaraan berjalan dengan lancar.

    2. Lapis Pondasi Atas ( Base Course )

    Lapisan pondasi atas ( Base Course ) adalah lapisan perkerasan yang

    terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan ( Sukirman Silvia, 1999),

    dan berfungsi sebagai:

    a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

    menyebarkan beban kelapisan di bawahnya,

    b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah,

    c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

    3. Lapis Pondasi Bawah ( Subbase Course )

    Lapis Pondasi Bawah ( Subbase Course ) adalah lapis perkerasan yang

    terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar ( Sukirman Silvia, 1999), dan

    berfungsi sebagai :

    a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda pada

    tanah dasar,

    b. Efesiensi pengunaan material,

    c. Mengurasi ketebalan lapis keras yang ada diatasnya,

    d. Sebagai lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul pada pndasi,

    e. Sebagai lapian pertama agar memudahkan pekerjaan selanjutnya,

    f. Sebagai pemecah partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.

  • 13

    4. Lapis Tanah Dasar ( Subgrade )

    Tanah dasar ( Subgrade ) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah

    galian atau timbunan yang dipadatkan dan merupakan dasar untuk perletakan

    bagian lapis keras lainnya.

    Perencanaan tebal lapis keras jalan baru pada umumnya dibedakan menjadi dua

    metode, ( Silvia, 1993 ).

    a. Metode Empiris, metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan

    penelitian dari jalan jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau jalan

    yang sudah ada. Terdapat banyak metode empiris yang telah dikembangkan

    oleh berbagai negara seperti: AASHTO Amerika Serikat, Metode Bina

    Marga Indonesia, Metode NAASRA Australia, Metode Road Note 29

    Inggris, Metode Road Note 31 Inggris.

    b. Metode teoritis ( analitis ), Metode ini dikembangkan berdasarkan teori

    matematis dan sifat tegangan dan regangan pada lapis keras akibat beban

    berulang dari lalu lintas.

    Persyaratan dasar dalam perencanaan tebal lapis keras adalah sebagai berikut

    ini, ( Suprapto, 1994 ):

    a. Penyediaan permukaan jalan yang selalu rata dan kuat.

    b. Menjamin keamanan yang tinggi untuk masa yang lama sesuai umur

    rencana jalan.

    c. Memerlukan biaya pemeliharaan yang sekecil kecilnya.

    Kemampuan untuk memenuhi persyaratan tersebut tergantung pada hal hal

    berikut ini ( Suprapto, 1994 ) :

    a. Kebutuhan dan tuntutan lalu lintas didaerahnya.

    b. Keadaan tanah serta iklim disuatu daerah, dan

    c. Kemampuan pendanaan untuk pelaksanaan pembangunan lapis keras.

    Tanah dasar ( subgrade ) adalah bagian terbawah suatu konstruksi perkerasan

    yang dibuat secara berlapislapis seperti yang biasa dipergunakan dalam konstruksi

    jalan raya ( Imam Soekoto, 1984 )

    Karakteristik tanah dasar ( subgrade ) akan banyak berpengaruh terhadap lapisan

    perkerasan diatasnya.

  • 14

    3.5 Metode Bina Marga

    Untuk perkerasan lentur digunakan metoda Bina Marga, metoda yang

    digunakan adalah Metoda Analisa Komponen SKBI:2.3.26.1987/ SNI 03-1732-

    1989.

    3.5.1 Lalulintas Rencana

    1. Persentase Kendaraan pada Lajur Rencana.

    Jalur Rencana (JR) merupakan jalur lalulintas dari suatu ruas jalan raya yang

    terdiri daris satu lajur atau lebih, jumlah lajur berdasarkan lebar jalan dapat dilihat

    pada Tabel 3.2 berikut ini:

    Tabel 3.2 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan.

    Lebar Perkerasan ( L ) Jumlah Lajur ( n )

    L < 5,5 m 1 Lajur

    5,5 m L < 8,25 m 2 Lajur

    8,25 m L < 11,25 m 3 Lajur

    11,25 m L < 15,00 m 4 Lajur

    15,00 m L < 18,75 m 5 Lajur

    18,75 m L < 22,00 m 6 Lajur

    Sumber : Bina Marga, 1987

    Sedangkan koefisien distribusi kendaraan pada lajur jalan dengan type kendaraan

    berdasarkan beratnya dapat di lihat pada Tabel 3.3.

  • 15

    Tabel 3.3. Koefisien distribusi kendaraan ( C )

    Jumlah

    Lajur

    Kendaraan ringan *) Kendaraan berat **)

    1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

    (1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )

    1 1,00 1,00 1,00 1,00

    2 0,60 0,50 0,70 0,50

    3 0,40 0,40 0,50 0,475

    4 - 0,30 - 0,45

    5 - 0,25 - 0,425

    6 - 0,20 - 0,4

    Sumber Bina Marga, 1987

    * ) Berat total < 5 ton , misalnya: mobil penumpang , pick up, mobil hantaran

    ** ) Berat total 5 ton , misalnya : bus , truk, traktor, semi trailer, trailer

    2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

    a. Angka Ekivalen sumbu tunggal:

    E =8160

    )( 4kgdalamtunggalsumbusatuBeban .............................. (3.3)

    b. Angka Ekivalen sumbu ganda:

    E =0.086 8160

    )( 4kgdalamgandasumbusatuBeban .................... (3.4)

  • 16

    Selain menggunakan rumus diatas, penentuan angka ekivalen dapat

    ditentukan melalui Tabel yang telah dikeluarkan oleh Bina Marga seperti yang

    terlihat pada Tabel 3.4.

    Tabel 3.4 Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan. Golongan Kendaraan Angka Ekivalen

    Kg Lbs Sumbu Tunggal Sumbu Ganda

    1000 2205 0.0002 -

    2000 4409 0.0036 0.0003

    3000 6614 0.0183 0.0016

    4000 8818 0.0577 0.0050

    5000 11023 0.1410 0.0121

    6000 13228 0.2923 0.0251

    7000 15432 0.5415 0.0466

    8000 17637 0.9238 0.0794

    8160 18000 1.0000 0.0860

    9000 19841 1.4798 0.1273

    10000 22046 2.2555 0.1940

    11000 24251 3.3022 0.2840

    12000 26455 4.6770 0.4022

    13000 28660 6.4419 0.5540

    14000 30864 8.6647 0.7452

    15000 33069 11.4148 0.9820

    16000 35276 14.2712 1.2712

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

  • 17

    3. Perhitungan Lalulintas

    a. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

    LEP = jjn

    jj xExCLHR

    =1 ............................................................. (3.5)

    Dengan :

    j = Jenis kendaraan

    n = Tahun pengamatan

    LHR = Lalu lintas Harian Rata rata

    Cj = Koefisien distribusi kendaraan,dan

    Ej = Angka ekivalen ( E ) beban sumbu kendaraan.

    b. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

    LEA = jjUR

    n

    jj xExCiLHR )1(

    1+

    = ............................................. (3.6)

    dengan:

    j = Jenis kendaraan

    n = Tahun pengamatan

    LHR = Lalu lintas harian rata rata

    i = Perkembangan lalu lintas

    UR = Umur rencana

    Cj = Koefisien distribusi kendaraan,dan

    Ej = Angka ekivalen ( E ) beban sumbu kendaraan.

    c. Linta Ekivalen Tengah (LET)

    LET = 2

    )( LEALEP + .............................................................(3.7)

    dengan:

    LET : Lintas Ekivalen Tengah

    LEP : Lintas Ekivalen Permukaan

    LEA : Lintas Ekivalen Akhir

    d. Lintas Ekivalen Rencana

    LER =LET x FP ........................................................................(3.8)

  • 18

    FP= 10UR

    FP= faktor penyesuaian

    UR= umur rencana, (tahun)

    3.5.2 Daya Dukung Tanah Dasar

    Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi

    seperti pada Gambar 3.1. Daya dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau

    Plate Bearing Test DCP dll.

    Gambar 3.1. Grafik korelasi DDT dan CBR

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

  • 19

    3.5.3 Faktor Regional

    Faktor regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya

    perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan

    denga keadaan Indonesia. FR dipengaruhi oleh bentuk elemen, persentase

    kendaraan berat yang berhenti serta iklim, penentuan FR menggunakan Tabel 3.5.

    Tabel 3.5. Faktor Regional

    Kategori

    iklim

    Kelandaian I

    ( < 6 % )

    Kelandaian II

    ( 6 % - 10 % )

    Kelandaian III

    ( > 10 % )

    % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat

    30 % > 30 % 30 % > 30 % 30 % > 30 %

    1 2 3 4 5 6 7

    Iklim I

    900 mm/th 1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

    3.5.4 Indeks Permukaan

    Indeks permukaan adalah nilai kerataan/ kehalusan serta kekokohan

    permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat.

    Nilai Indeks permukaan beserta artinya adalah sebagai berikut :

    a. IP = 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga

    menganggu lalu lintas kendaraan.

    b. IP = 1,5 menyatakan tingkat pelayanan rendah yang masih mungkin ( jalan

    tidak terputua )

    c. IP = 2 menyatakan tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih cukup.

    d. IP = 2,5 menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.

    Dalam menentukan IP pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan faktor

    faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana ( LER )

    seperti ditunjukkan pada Tabel 3.6.

  • 20

    Tabel 3.6. Indeks permukaan pada akhir umur rencana (IP)

    LER

    Klasifikasi Jalan

    Lokal Kolektor Arteri Tol

    < 10

    10 100

    100 1000

    > 1000

    1,0 1,5

    1,5

    1,5 2,0

    -

    1,5

    1,5 2,0

    2,0

    2,0 2,5

    1,5 2,0

    2,0

    2,0 2,5

    2,5

    -

    -

    -

    2,5

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

    * ) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal. Catatan : Pada proyek proyek penunjang jalan, JAPAT/ jalan murah atau jalan

    darurat maka IP dapat diambil 1,0 .

    Dalam menentukan Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo ) perlu

    diperhatikan jenis lapis permukaan jalan ( kerataan/ kehalusan serta kekokohan )

    pada awal umur rencana seperti yang tercantum dalam Tabel 3.7.

    Tabel 3.7. Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo )

    Jenis Lapis perkerasan IPo Roughness *)

    ( mm/ km )

    LASTON

    LASBUTAG

    HRA

    BURDA

    BURTU

    LAPEN

    LATASBUM

    BURAS

    4

    3,9 3,5

    3,9 3,5

    3,4 3,0

    3,9 3,5

    3,4 3,0

    3,9 3,5

    3,4 3,0

    3,4 3,0

    2,9 2,5

    2,9 2,5

    2,9 2,5

    1000

    > 1000

    2000

    > 2000

    2000

    > 2000

    < 2000

    < 2000

    3000

    > 3000

  • 21

    Lanjutan Tabel 3.7. Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo )

    LATASIR

    JALAN TANAH

    JALAN KERIKIL

    2,9 2,5

    2,4

    2,4

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

    3.5.5 Indeks Tebal Perkerasan

    ITP= a1D1 + a2D2 + a3D3 ........................................................................ (3.9)

    ITP= indeks tebal perkerasan

    3,2,1 aaa = Koefisien kekuatan relative bahan lapis keras

    3,2,1 DDD = Tebal masing masing lapisan lapis keras

    Untuk koefisien relatif bahan (a) yang akan digunakan pada persamaan 3.8 dapat

    dilihat pada Tabel 3.9 berdasarkan jenis bahan yang digunakan.

    Tabel 3.8. koefisien kekuatan relatif ( a )

    Koefisien kekuatan

    relatif Kekuatan bahan Jenis bahan

    a1 a2 a3 MS ( kg ) Kt ( kg/cm ) CBR %

    0,4

    0,35

    0,32

    0,30

    0,35

    0,31

    0,28

    0,26

    0,30

    0,26

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    744

    590

    454

    340

    744

    590

    454

    340

    340

    340

    Laston

    Lasbutag

    HRA

    Aspal Macadam

    Lapen ( mekanis )

  • 22

    Lanjutan Tabel 3.8. koefisien kekuatan relatif ( a )

    0,25

    0,20

    -

    -

    -

    -

    -

    0,28

    0,26

    0,24

    0,23

    0,19

    0,15

    0,13

    0,14

    0,13

    0,12

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    0,13

    0,12

    0,11

    0,10

    -

    -

    590

    454

    340

    -

    -

    22

    18

    100

    80

    60

    70

    50

    30

    20

    Lapen ( manual )

    Laston atas

    Lapen ( mekanis )

    Lapen ( Manual )

    Stab. Tanah dengan

    semen

    Batu pecah ( kls A )

    Batu pecah ( kls B )

    Batu pecah ( kls C )

    Sirtu/pitrun ( kls A )

    Sirtu/pitrun ( kls B )

    Sirtu/pitrun ( kls C )

    Tanah/lempung

    kepasiran

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

    Sedangkan besarnya tebal minimum yang digunakan adalah sesuai Tabel 3.9

    berikut ini:

    Tabel 3.9. Batas batas minimum tebal lapis keras.

    Lapis permukaan ( surface course )

    ITP Tebal minimum Bahan

    < 3,00

    3,00 6,70

    6,71 7,49

    7,50 9,99

    5

    5

    7,5

    7,5

    Lapis pelindung : ( Buras/ burtu/burda)

    Lapen/aspal Macadam , HRA, Lasbutag,

    laston

    Lapen/aspal Macadam , HRA, Lasbutag,

    laston

    Lasbutag, laston

  • 23

    Lanjutan Tabel 3.9. Batas batas minimum tebal lapis keras.

    10,00 10 Laston

    Lapis pondasi atas ( Base Course )

    ITP Tebal minimum

    ( cm )

    Bahan

    < 3,00

    3,00 7,49

    7,50 9,99

    10 12,14

    12,25

    15

    20 *)

    10

    20

    15

    20

    25

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah dengan kapur

    Batu pecah, stabilisasi dengan semen,

    stabilisasi dengan kapur

    Laston atas

    Batu pecah, stabilisasi dengan semen,

    stabilisasi dengan kapur, pondasi macadam

    Laston atas

    Batu pecah, stabilisasi dengan semen,

    stabilisasi dengan kapur, pondasi

    macadam, lapen , laston atas.

    Batu pecah, stabilisasi dengan semen,

    stabilisasi dengan kapur, pondasi

    macadam, lapen , laston atas.

    Lapis pondasi bawah ( sub base course )

    Untuk setiap ITP jika digunakan pondasi bawah tebal minimum adalah 10 cm

    Dari:SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989

    3.6 Metode AASHTO 1986

    Metode perencanaan tebal perkerasan lentur AASHTO (American

    Association Of State Highway and Trasnportasion Officials), berkembang sejak

    dimulainya pengujian lapangan di Ottawa ( Negara bagian Illionis). Perkembangan

    metode AASHTO berkelanjutan sesuai dengan hasil pengamatan, pengalaman dan

    penelitian yang didapat.

  • 24

    3.6.1 Persamaan Dasar

    Persyaratan dasar yang perlu di perhatikan dalam perencanaan tebal

    lapis perkerasan lentur menggunakan merode AASHTO adalah jalan harus

    memiliki permukaan yang tetap, rata, kuat dapat memberikan keamanan dan

    kenyamanan bagi pengguna jalan dan bernilai ekonomis.

    Untuk memenuhi persyaratan tersebut AASHTO memberikan persamaan

    dasar berikut:

    logW18= Zr(So)+9.36log(SN+1)-0.2+

    07,8 Mlog32,2)1/(10944,0

    )5,12,4/(19,5 +++

    rSN

    PSI (3.10)

    SN= a1D1+a2D2m2+a3D3M3)

    PSI = IPo-IPt

    Dengan:

    W18 = Lintas ekivalen selama umur rencana (18 Kips ESAL)

    SN = Strucktur Number / Indeks tebal perkerasan (ITP)

    PSI = Present Serviceability Indeks / Nilai Indeks Permukaan

    ZR = Simpangan Baku Normal

    So = Simpangan Baku Keseluruhan

    Mr = Resilient Modulus (psi)

    a = Koefisien kekuatan relatif bahan

    D = Tebal masing-masing lapisan lapis keras

    m = Koefisien drainase masing-masing lapisan lapis keras

    IPo = Indeks permukaan pada awal umur rencana

    IPt = Indeks permukaan pada akhir umur rencana

    3.6.2 Kriteria Perencanaan

    a. Batasan Waktu

    Batasan waktu meliputi pemilihan lamanya umur rencana dan umur kinerja

    jalan (performance periode). Umur kinerja jalan adalah masa pelayanan jalan

  • 25

    dimana pada akhir masa pelayanan dibutuhkan rehabilitas atau overlay. Umur

    rencana dapat sama atau lebih besar dari umur kinerja jalan.

    b. Beban Lalu-lintas dan Pertumbuhannya

    Beban lalu-lintas merupakan beban yang lansung mengenai permukaan lapis

    keras. Kerusakan suatu jalan sebagian besar disebabkan oleh beban lalu-lintas

    tersebut yang merupakan beban berulang. Lintas ekivalen kumulatif selama umur

    rencana dan selama umur kinerja jalan tersebut, dapat ditentukan dengan

    mengetahui beban lalu-lintas dan tingkat pertumbuhannya. AASHTO memberikan

    persamaan sebagai berikut:

    AE18KAL = 365 x Ai x EICI x (1+a)n x }{[ ]ia n /1)1( ' + .......................................... (3.11) Dimana:

    AE18KAL = Lintas ekivalen pada lajur rencana

    Ai = Jumlah kendaraan untuk jenis kendaraan, dinyatakan dalam

    kendaraan/ hari/ 2 arah pada tahun perhitungan volume lalulintas.

    EI = Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan

    CI = Koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana

    a = Faktor pentumbuhan lalu-lintas tahunan dari perhitungan volume lalu-

    lintas dilakukan sampai saat jalan tersebut dibuka

    n = Jumlah tahun dari saat diadakan perhitungan volume lalu-lintas dari

    jalan tersebut dibuka.

    i = Faktor pertumbuhan lalu-lintas dari jalan tersebut dibuka sampai pada

    umur pengamatan.

    n = Jumlah tahun pengamatan

    W18 = DD .DL .W18 ............................................................................... (3.12)

    Wt18 = W18 |{(1+g)t-1}/g| ...................................................................... (3.13)

    Dengan:

    W18 = Kumulatif 18 Kips ESAL

    DD = Faktor distribusi arah

    DL = Faktor distribusi lajur

  • 26

    W18 = Lintas Ekivalen 18 Kips ESAL

    g = Angka pertumbuhan lalulintas

    Wt18 = Kumulatif pengulangan 18 Kips ESAL

    Jumlah beban sumbu ekivalen 18 Kips ESAL menunjukkan jumlah beban untuk

    semua lajur dan kedua arah. Untuk perencanaan, jumlah beban ini harus

    didistribusikan menurut arah dan lajur rencana. Faktor distribusi arah biasanya 505

    atau ditetapkan dengan cara lain, sedangkan faktor distribusi lajur dapat dilihat pada

    Tabel 3.10 Berikut ini:

    Tabel 3.10, Faktor Distribusi Lajur (DL)

    Jumlah lajur ke-dua arah Persen Wt18 (18 Kips ESAL) pada lajur rencana

    1 100

    2 80 - 100

    3 60 - 80

    4 50 - 75

    Sumber AASHTO 1986

    c. Reliabilitas dan Simpangan Baku Keseluruhan

    Reliabilitas adalah nilai probabilitas dari kemungkinan tingkat pelayanan

    dapat dipertahankan selama masa pelayanan, dipandang dari pemakai jalan yang

    merupakan nilai jaminan bahwa perkiraan beban lalu-lintas yang akan melintasi

    jalan tersebut dapat terpenuhi. AASHTO memberikan tingkat reliabilitas seperti

    tercantum dalam Tabel 3.11 berikut ini:

    Tabel 3.11 Tingkat Reliabilitas (R).

    Fungsi Jalan

    Tingkat Keandalan (R) %

    Urban Rural

    Jalan Tol

    Arteri

    Kolektor

    Lokal

    85-99.9

    80-99

    80-95

    50-80

    80-99.9

    75-95

    75-95

    50-80

    Sumber AASHTO 1986

  • 27

    Simpangan baku normal akibat dari perkiraan beban lalu-lintas dan kondisi

    perkerasan yang dianjurkan oleh AASHTO dapat dilihat pada Tabel 3.12 yang

    dicantumkan berdasarkan nilai tingkat reliabilitas pada Tabel 3.11.

    Tabel 3.12 Simpangan Baku Normal (ZR) Reliabilitas % Standar Normal Deviate

    50 0.00

    60 -0.256

    70 -0.524

    75 -0.574

    80 -0.841

    85 -1.037

    90 -1.282

    91 -1.34

    92 -1.405

    93 -1.476

    94 -1.555

    95 -1.645

    96 -1.751

    97 -1.881

    98 -2.054

    99 -2.327

    99.9 -3.09

    99.99 -3.75

    Sumber: AASHTO 1986

    Simpangan baku keseluruhan (So) akibat dari perkiraan beban lalu-lintas dan

    kombinasi perkerasan yang diajukan oleh AASHTO adalah antara 0.35-0.45.

    d. Kondisi Lingkungan

    Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi masa pelayanan jalan. Faktor

    perubahan kadar air pada tanah berbutir halus memungkinkan tanah tersebut akan

    mengalami pengembangan (Swelling) yang mengakibatkan kondisi daya dukung

    tanah dasar menurun. Besarnya pengembangan dapat diperkirakan dari nilai plastis

    tanah tersebut.

  • 28

    Pengaruh perubahan musim, perbedaan temperatur, kerusakan-kerusakan

    akibat lelahnya bahan, sifat material yang dipergunakan, dapat pula mempengaruhi

    umur rencana jalan. Berarti terdapat pengurangan nilai indeks permukaan jalan

    akibat kondisi lingkungan saja. Khusus untuk tanah dasar, hal ini dapat

    dikolerasikan dengan hasil penyelidikan tanah berupa boring, pemeriksaan

    laboratorium terhadap sifat-sifat tanah dari contoh tanah yang diperoleh pada waktu

    pemboran disepanjang jalan tersebut.

    Besarnya indeks permukaan ditentukan dengan persamaan berikut:

    IPswell= 0.00335 x Vr x Ps x (1-et) .............................................................. (3.14)

    Dimana,

    IP swell= Perubahan indeks permukaan akibat penggambangan tanah dasar.

    Vr = Besarnya potensi merembes keatas, dinyatakan dalam inch

    PS = Probabilitas pengembangan, dinyatakan dalam persen

    = Tingkat pengembangan tetap

    t = Jumlah tahun yang ditinjau, dihitung dari saat jalan tersebut dibuka untuk

    umum

    e. Kriteria Kinerja Jalan

    Kinerja jalan yang diharapakan dinyatakan dalam nilai indeks permukaan

    (IP) pada awal umur rencana (IPt)

    Konsep yang digunakan AASHTO dalam menyatakan kekuatan dan

    kerataan suatu permukaan jalan adalah berdasarkan kerusakan yang terjadi pada

    ruas jalan, sehingga tingkat pelayanan jalan menurun. Angka yang menyatakan

    tingkat kekuatan dan kerataan permukaan jalan selanjutnya disebut Nilai Indeks

    permukaan (Present Servicebility Indeks/ PSI)

    Jalan yang baru dibuka untuk melayani beban lalu-lintas, biasanya

    mempunyai tingkat pelayanan tinggi. Lambat laun kondisi permukaan jalan akan

    menurun akibat beban lalu-lintas berulang yang harus diterima lapis permukaan

    jalan. Pengaruh lingkungan yang kurang baik, akan mempercepat penurunan

    tersebut.

  • 29

    PSI yang diberikan AASHTO berkisar antara 0-5, yang ditentukan oleh jenis

    lapis permukaan dan kelas jalan. Pada jalan yang baru dibuka untuk lalu-lintas,

    IPo= 4.2, dalam waktu tertentu IPo= 4.2 tersebut akan mengalami penurunan

    sampai mencapai indeks permukaan terminal (IPt) 2.5 atau 2.

    f. Resilient Modulus Tanah Dasar (Mr)

    Kekuatan daya dukung tanah pada suatu ruas jalan tidak tersebar secara

    merata sepanjang jalan, sehingga diperlukan suatu penyeragaman. Nilai daya

    dukung tanah ditetapkan berdasarkan nomogram korelasi terhadap berbagai cara

    pengujian, seperti: CBR R-Value dan Group Indeks. Untuk mendapatkan nilai

    daya dukung tanah dengan menggunakan nomogram, masing-masing cara lansung

    dikorelasikan pada skala yang menyatakan nilainya.

    Penentuan ukuran elastisitas untuk tanah dasar dinyatakan dengan Resilient

    Modulus tanah dasar (Mr) yang dapat diperoleh dari pemeriksaan AASHTO T.274

    atau korelasi dengan nilai CBR dengan persamaan berikut.

    Mr = 1500 x CBR (Psi)

    Pemeriksaan Mr sebaiknya dilakukan selama 1 tahun penuh, sehingga dapat

    dipoleh besarnya Mr sepanjang musim. Besarnya kerusakan relatif dari setiap

    kondisi tanah dasar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

    U= 1.18 x 108 x Mr-2.32 ............................................................................................................................... (3.15)

    Dengan:

    U = Kerusakan relatif, dan

    Mr = Resilient modulus, dinyatakan dengan Psi

    Resilient modulus untuk tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan tebal lapis

    perkerasan lentur adalah harga korelasi yang diperleh dari kerusakan relatif rerata.

    g. Faktor Drainase

    Sistem drainase jalan sangat mempengaruhi knerja jalan, termasuk tingkat

    kecepatan pengeringan air yang jatuh atau terdapat pada struktur lapis keras

    bersama beban lalu-lintas dan kondisi permukaan jalan.

  • 30

    AASHTO membagi kualitas drainase menjadi lima tingkat seperti yang

    tercantum dalam Tabel 3.13 berikut ini:

    Tabel 3.13 Kualitas drainase jalan

    Kualitas drainase Waktu yang digunakan untuk mengeringkan air

    Baik sekali

    Baik

    Cukup

    Buruk

    Buruk sekali

    2 Jam

    1 hari

    1 Minggu

    1 Bulan

    Air tidak mungkin kering

    Sumber: AASHTO 1986

    Berdarkan kualitas drainase pada lokasi jalan tersebut dapat ditentukan

    koefisien drainase (m) dari lapis keras lentur. AASHTO memberikan daftar

    koefisien drainase seperti yang terdapat dalam Tabel 3.14 berikut ini.

    Tabel 3.14 Koefisien drainase (m)

    Kualitas

    drainase

    Persen waktu dalam keadaan lembab jenuh

    25

    Baik sekali

    Baik

    Cukup

    Buruk

    Buruk sekali

    1.40-1.35

    1.35-1.25

    1.25-1.15

    1.15-1.05

    1.05-0.95

    1.35-1.30

    1.25-1.15

    1.15-1.05

    1.05-0.80

    0.95-0.75

    1.30-1.20

    1.20-1.00

    1.00-0.80

    0.80-0.75

    0.75-0.40

    1.20

    1.00

    0.80

    0.60

    0.40

    Sumber: AASHTO 1986

    h. Penentuan Strucktural Number (SN)

    Struktural Number (SN) disebut juga sebagai Indeks tebal perkerasan (ITP)

    yang merupakan suatu besaran untuk penentuan tabal lapis keras lentur.

    SN dipengaruhi oleh kekuatan bahan penyusun (a), untuk bahan perkerasan

    dengan aspal, nilainya ditetapkan dengan Marshal Stability, bahan perkerasan

    dengan semen atau kapur ditetapkan dengan Triaksial test (Kuat tekan) dan lapis

    pondasi ditetapkan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). Besarnya nilai

  • 31

    koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dapat dilihat pada Tabel 3.15

    berikut ini.

    Tabel 3.15 Koefisien kekuatan relatif bahan AASHTO

    Layer Pavement Component Coeficient

    Surface

    Course

    Road Mix (Low Stability) 0.20

    Plant Mix (High Stability) 0.44

    Sand Asphalt 0.40

    Base

    Course

    Sand Gravels 0.07

    Crushed Stone 0.14

    Cement Treated (no.Soil

    Cement), Conpresive

    Strenght@7 day

    650 Psi or more (4.48 Mpa) 0.23

    400 to 650 Psi (2.76-4.48 Mpa) 0.20

    400 Psi or less (0.76 Mpa) 0.15

    Bituminous treated

    Coarse Graded 0.34

    Sand Asphalt 0.30

    Lime Treated 0.16-0.30

    Sub Base

    Course

    Sand Gravel 0.05-0.10

    Sand or Sandy Clay

    Sumber: AASHTO 1986

    Selain nilai kekuatan relative bahan yang disebut diatas, AASHTO

    memberikan nomogram untuk menentukan nilai koefisien kekuatan relatif bahan

    lapis keras. Nilai yang diperoleh dengan menggunakan nomogram tersebut,

    mendekati sama dengan nilai dari hasil penelitian yang dilakukan AASHTO seperti

    yang terdapat dalam Tabel 3.17 tersebut.

    Koefisient kekuatan relatif bahan pondasi atas/ Granular base layer (a2),

    dapat ditentukan selain dengan uji laboratorium dapat juga digunakan persamaan

    berikut ini.

    a2 = 0.249 x LogEBS 0.977 ................................................................................................................... (3.16)

    EBS = Modulus elastis / resilient modulus lapis pondasi atas.

    Koefisient kekuatan relatif bahan pondasi atas/ Granular base layer (a3),

    dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.

  • 32

    a3 = 0.227 x LogESB 0.839 ............................................................................. (3.17)

    Dengan:

    a3 = Koefisient kekuatan relatif lapis pondasi bawah, dan

    ESB = Modulus elastis /resilient modulus lapis pondasi bawah

    Penentuan SN untuk tahap pertama dalam perencanaan tebal lapis keras

    lentur jalan adalah dengan mempergunakan nomogram AASHTO 1986.

    i. Batas Minimum Tebal lapis Keras

    AASHTO memberikan batas-batas minimum tebal lapis keras lentur seperti

    yang dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut ini.

    Tabel 3.16 Batas-batal minimum tebal lapis perkerasan lentur.

    Traffic (ESAL)

    (Kendaraan/ Tahun)

    Asphalt Concrete

    (Inchi)

    Agregat Base

    (Inchi)

    1 2 3

    7.000.000 4.0 6

    Sumber: AASHTO 1986

    j. Pemilihan Jenis Lapisan Lapis Keras

    Pemilihan jenis lapisan keras yang akan digunakan adalah dengan

    pengambilan asumsi besarnya koefisien relatif dan Modulus resilient dari setiap,

    lapisan yang akan digunakan seperti dalam Gambar 3.2 berikut.

  • 33

    SN1 SN2 SN3

    D1

    D2

    D3

    Lapis tanah dasar (sub grade)

    Gambar 3.2 Struktur lapis perkerasan lentur metode AASHTO 1986

    Penentuan tebal lapisan keras lentur adalah dengan menggunakan

    persamaan berikut ini:

    D1SN1/a1 .................................................................................................(3.18)

    SN1* + a1.D1* SN1 ..................................................................................... (3.19)

    D2* (SN2-SN1*)/(a2.m2) ...............................................................................(3.20)

    SN1* + SN2*SN2........................................................................................... (3.21)

    D3*(SN3* - (SN1* + SN2*))/(a3.m3) ............................................................. (3.22)

    Dengan :

    a = Koefisien kekuatan relatif bahan masing-masing lapisan

    D = Tebal masing-masing lapisan

    m = Koefisien drainase masing-masing lapisan, dan

    D* dan SN* = Nilai yang sebenarnya digunakan dapat sama lebih besar dari nilai

    yang diperlukan.

    Lapis permukaan (surface course),a1

    Lapis pondasi atas( base course),a2, m2

    Lapis pondasi bawah (sub base course), a3, m3

  • 34

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Metode Penelitian

    Penelitian yang dilakukan meruapakan komparasi metode perhitungan

    Lapisan perkerasan lentur jalan raya dengan menggunakan metode Bina Marga

    1987 dan AASHTO 1986, analisis ini dengan mempertimbangkan metode bina

    marga merupakan standar perencanaan lalu lintas lapis keras lentur di Indonesia

    yang dalam dasar penentuannya menggunakan metode AASHTO.

    4.2. Bahan dan Peralatan Penelitian

    4.2.1. Bahan

    a) Tanah Tanah yang dipergunakan untuk penelitian adalah tanah yang berasal

    dari daerah sekitar jalan kaliurang Km 12.

    b) Air Air yang digunakan berasal dari Laboratorim Mekanika Tanah Jurusan

    Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam

    Indonesia, Yogyakarta.

    4.2.2. Peralatan

    Peralatan yang di gunakan adalah semua alat yang terletak di

    Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

    Sipil Dan Perencanaan Unversitas Islam Indonesia.

    4.3. Jalannya Penelitian

    Penelitian ini di lakukan dengan tahapan, sebagai berikut:

    4.3.1. Pekerjaan Persiapan.

    Dalam tahapan persiapan ini meliputi studi pendahuluan, konsultasi

    dengan beberapa narasumber, pengajuan proposal dan mengurus perijinan

    untuk kegiatan penelitian.

  • 35

    4.3.2. Pekerjaan Lapangan

    Pekerjaan lapangan adalah pengambilan sampel tanah di lokasi,

    pekerjaan lapangan dilakukan dalam beberapa tahap, pemilihan lokasi dan

    pengambilan sampel tanah. Lokasi sampel dipilih berdasarkan letak dan

    tujuannya, sedangkan pengambilan sampel tanah dilakukan untuk tanah

    terganggu ( disturbed ).

    4.3.3. Pekerjaan Laboratorium

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan

    Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

    Indonesia. Beberapa pengujian yang akan dilakukan diantaranya:

    a) Pengujian sifat fisik tanah

    Analisa saringan Kadar air tanah Berat jenis tanah Berat volume tanah

    b) Pengujian sifat mekanik tanah

    Proktor Standar CBR (California Bearing Ratio)

    4.3.4. Metode Analisis

    Ada beberapa yang dilakukan pada metode analisis ini diantaranya :

    a. Studi Pustaka

    Studi pustaka diperlukan sebagai acuan analisis setelah subjek

    ditentukan. Studi pustaka merupakan landasan teori bagi analisis yang

    mengacu pada buku buku, pendapat dan teori teori yang

    berhubungan dengan penelitian. Studi pustaka yang digunakan dalam

    analisis ini dijelaskan pada bab tersendiri.

    b. Metode Pengumpulan Data

    Data merupakan faktor penting dalam menentukan dan memilih jenis

    pekerjaan yang akan dipilih dalam suatu perencanaan pekerjaan jalan

    raya. Pada penelitian ini, data diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum

    Provinsi DIY.

  • 36

    Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh

    mengumpulkan data yang merujuk dari instansi terkait. Data sunder

    yang digunakan dalam analisis diantaranya : Fungsi jalan, Volume

    beban lalu lintas, Data curah hujan, dll.

    4.4 Cara Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan diagram alur seperti pada Gambar

    4.1 berikut.

    Gambar 4.1. Bagan alir penelitian

    Pengumpulan buku referensi Pengambilan sample tanah dan pengumpulan data

    Penelitian dilaboratorium

    Klasifikasi Tanah Uji Sifat Fisik

    Uji Sifat Mekanik Tanah - Uji Proktor standar - Uji CBR Laboratorium

    Pembahasan

    Selesai

    Kesimpulan dan Saran

    Mulai

    Desain Bina Marga

    Desain AASHTO

  • 39

    BAB V

    ANALISIS DATA

    Pada bab ini disajikan hasil uji laboratorium tanah dan Desain yang

    direncanaakan untuk tebal perkerasan lentur dengan metode Bina Marga 1987 dan

    AASHTO 1986 pada jalan Kaliurang Km.12 yang memiliki 2 lajur yang terbagi 2

    arah tanpa dipisahkan dengan median (tipe 2/2 UD). Lebar total badan jalan

    adalah 6,2 meter dan dilengkapi dengan bahu jalan disisi kanan dan kiri

    masing-masing selebar 1 m.

    5.1. Sifat-Sifat Tanah

    5.1.1 Sifat Fisik Tanah

    Dari hasil pemeriksaan bahan dasar di Laboratorium diperoleh suatu hasil

    yang berkaitan dengan karakteristik tanah sebagai berikut: Warna coklat

    kehitaman, berbentuk butiran.

    a. Analisa Distribusi Saringan.

    Tanah yang di ambil di jalan Kaliurang Km 12 pada kedalaman 1 meter

    dibawah permukaan jalan sebanyak 20 Kg merupakan tanah yang berkerikil bila

    diamati sepintas. Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium dengan analisis

    granuler pada tanah tersebut di dapatkan data seperti pada Tabel 5.1 berikut ini:

    Tabel 5.1. Analisis distribusi saringan

    Sieve Diameter butiran % finer

    No ( mm ) by mass

    4 4.750 58.32

    10 2.000 49.67

    20 0.850 35.18

    40 0.425 16.05

    60 0.250 9.17

    140 0.106 6.12

    200 0.075 4.91

  • 40

    GRAIN SIZE ANALYSIS

    ASTM D1140-54

    Gambar 5.1. Analisis distribusi saringan.

    Tabel 5.2. Persen butiran tanah

    Finer # 200 4.91 % D10 (mm)

    D30 (mm)

    Gravel 41.68 % D60 (mm)

    Sand 53.40 % Cu = D60/D10

    Silt 4.91 % Cc = D30 / (D10xD60)

    Dari Tabel 3.1. sistem klasifikasi Unified di dapatkan simbol

    kelompoknya SP dan nama jenis, pasir gradasi buruk, pasir berkerikil dan sedikit

    atau tidak mengandung butiran halus .

    76.1

    19.1 9.5

    4.75 2

    0.85

    0.42

    5

    0.25

    0.15

    0.07

    5 0.0010.010.1110100

    Graind diameter, mm

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Perc

    ent f

    iner

    ---n

    o.20

    ---n

    o60

    ---n

    o10

    0

    ---n

    o40

    ---n

    o. 1

    0

    ---n

    o. 2

    00

    ---n

    o. 4

    Sand

    Medium Fine Coars Silt Gravel Clay

  • 41

    b. Pengujian Kadar air.

    Dari pengujian kadar air di laboratorium, didapat kadar air seperti pada

    Tabel 5.3.

    Tabel 5.3. Kadar air tanah

    1 No Pengujian 1

    a b c

    2 Berat Container (W1) (gram) 21.77 22.01 22

    3 Berat Container + Tanah Basah (W2) (gram) 107.88 81.62 81.19

    4 Berat Container + Tanah Kering (W3) (gram) 95.98 73.02 73.18

    5 Berat Air (Wa) (gram) 11.9 8.6 8.01

    6 Berat Tanah Kering (Wt) (gram) 74.21 51.01 51.18

    7 Kadar Air (Wa/Wt) x 100% ( % ) 16.036 16.859 15.651

    8 Kadar Air rata-rata (%) 16.182

    c. Pengujian Berat Jenis Tanah.

    Dari pengujian di Laboratorium didapat berat jenis tanah seperti pada

    Tabel 5.4.

    Tabel 5.4. Berat jenis tanah

    1 No. Pengujian 1

    a b

    2 Berat Piknometer (W1) (gram) 16.67 16.55

    3 Berat Piknometer + tanah kering (W2) (gram) 29.6 29.29

    4 Berat piknometer + tanah basah (W3) (gram) 50.25 50.03

    5 Berat piknometer + air (W4) (gram) 41.96 42.01

    6 Temperatur (Co) 28 29

    7 Berat Jenis Gs (Co) 2.65 2.69

    8

    Gs pada 27.5 oc = Gs (to).[Bj air ot/Bj air t

    27.5] 2.690 2.830

    9 Berat jenis rata-rata, Gs 2.76

  • 42

    d. Pengujian Volume Tanah.

    Dari pengujian di Laboratorium didapat berat volume tanah seperti pada

    Tabel 5.5.

    Tabel 5.5. Berat volume tanah

    1 No Pengujian 1 2

    2 Diameter ring (d) (cm) 3.8 3.8 3 Tinggi cincin (t) (cm) 7.6 7.6 4 Volume ring (V) (cm) 86.149 86.149 5 Berat ring (W1) (gram) 135.65 135.65 6 Berat ring + tanah basah (W2) (gram) 275.65 270.7 7 Berat tanah basah (W2-W1) (gram) 140 135.05 8 Berat volume tanah () (gr/cm) 1.625 1.568

    9 Berat volume rata-rata (gr/cm) 1.596

    5.1.2. Sifat Sifat Mekanik Tanah

    a. Uji Kepadatan Tanah ( Uji Proktor Standar ).

    Uji proktor dilakukan untuk mencari kadar air optimum yang menjadi

    acuan kepadatan tanah maksimum. Untuk menghitungnya digunakan rumus:

    b = VW

    Keterangan :

    W = Berat tanah yang dipadatkan pada cetakan

    V = Volume cetakan ( cm )

    Pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan dapat

    ditentukan dilaboratorium. Bila kadar air diketahui, maka berat volume kering

    (d ) dari tanah tersebut dapat dihitung dengan persamaan :

    d = w

    b+1

    Keterangan

    w ( % ) = persentase kadar air

    Harga d dari persamaan diatas tersebut dapat digambarkan terhadap kadar air dengan d sebagai ordinat dan kadar air sebagai absis. Dengan demikian titik

  • 43

    puncak dan grafik nerupakan kadar air optimum dan berat volume kering

    maksimum, hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.

    Tabel 5.6. Hasil Uji Proktor Standar

    No pengujian 1 2 3 4 5

    Volume silinder ( cm ) 939,70 939,70 939,70 939,70 939,70

    Berat tanah basah ( gram ) 2000 2000 2000 2000 2000

    Kadar Air mula mula ( % ) 1.94 1.94 1.94 1.94 1.94

    Penambahan air ( % ) 7 10 13 16 19

    Penambahan air ( ml ) 140 200 260 320 380

    Berat silinder + tanah padat ( gram ) 35

    49

    3538

    3657

    3610

    3740

    3715

    3730

    3760

    3705

    3710

    Berat Slinder + tanah rata-rata 3543,5 3633,5 3727,5 3745 3707,5

    Berat tanah padat ( gram ) 1813,5 1903,5 1997,5 2015 1977,5

    Berat volume tanah 1,942 2,038 2,139 2,157 2,117

    Kadar air ( % ) 7,66 10,32 13,80 15,81 18,86

    Berat volume tanah kering ( gram/cm) 1,804 1,847 1,879 1,863 1,781

    Contoh hitungan

    b = VW

    b = 396,9335.1813

    cmgram = 1,942 gr/cm

    d = w

    b+1

    d = 0766.01

    /1,942 3

    +cmgr = 1,804 gr/cm

  • 44

    1.5

    1.6

    1.7

    1.8

    1.9

    2

    1 4 7 10 13 16 19

    Kadar air, w (%)

    Ber

    at V

    olum

    e K

    erin

    g, k (

    gr/c

    m3 )

    ZAV

    Gambar. 5.2. Hasil uji kepadatan tanah ( Uji proktor standar )

    Dari Gambar 5.2. didapatkan berat volume kering maksimum ( d maks ) adalah

    sebesar 1,88 gr/cm dan kadar air optimum sebesar 13,51 %.

    b Uji CBR ( California Bearing Ratio )

    Harga CBR ( California Bearing Ratio ) adalah nilai yang menyatakan

    kualitas tanah dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang

    mempunyai nilai CBR 100 % dalam memikul beban lalu lintas.( Djatmiko

    Soedarmo, 1993 ).

    Pada percobaan ini dikehendaki nilai CBR pada berat volume kering

    tertentu, dicari dengan mengunakan grafik hubungan antara nilai CBR berat

    volume kering, dan CBR dengan kadar air optimum dari pangujian proktor

    standar. Untuk menentukan nilai CBR rencana maka dipakai cara AASHTO T

    193.

    Setelah dilakukan pengujian CBR di laboratorium didapat nilai CBR pada

    penetrasi 0,2 lebih besar, kemudian dilakukan pengujian kembali untuk sampel

  • 45

    yang berbeda tetap didapatkan penetrasi 0,2 lebih besar hingga dilakukan tiga

    kali pengujian dan didapat CBR 0,2 lebih besar.

    Tabel 5.7 Nilai CBR yang digunakan

    No Percobaan Nilai CBR 0,1

    ( % )

    Nilai CBR 0,2

    ( % )

    Nilai CBR

    Yang digunakan

    1 Tanah asli ( 5 kg ) 27 38 38

    2 Tanah asli ( 5 kg ) 32 40 40

    3 Tanah asli ( 5 kg ) 28 37 37

    Rata-rata 38

    Perhitungan harga CBR terkoreksi yang digunakan dapat dilihat pada

    Tabel 5.7, nilai CBR yang digunakan untuk perhitungan tebal perkerasan lentur

    jalan Kaliurang adalah 38 %.

  • 46

    5.2. Analisis Perhitungan Perkerasan Lentur

    Dengan Metode Bina Marga 1987

    5.2.1. Kondisi Lapis Keras.

    Kondisi lapis keras ruas jalan yang dianalisis adalah sebagai berikut :

    a. Tipe jalan : Arteri

    b. Jenis lapis keras : Lapis keras lentur ( Flexible Pavement )

    c. Jumlah jalur : 2 arah

    d. Jumlah lajur : 2 buah

    e. Lebar jalur : 6,2 m

    f. Lebar bahu jalan : 1 m

    g. Kondisi medan : Lurus dan datar

    h. Kelandaian jalan : < 6%

    i. Nilai CBR tanah dasar : 38 %

    5.2.2. Beban Lalu Lintas Primer.

    Berbagai model angkutan yang mempunyai karakteristik berlainan,

    berbaur milintasi ruas jalan. Moda angkutan tersebut terdiri dari :

    a. Sepeda motor, baik yang beroda dua maupun tiga, dengan berbagai merek

    dan jenisnya.

    b. Kendaraan ringan seperti : kendaraan pribadi ( sedan , jeep, mini bus ,

    stasion wagon ), mobil angkutan penumpang ( taksi, mikro bus ) dan

    kendaraan angkutan barang ( pick up, mikro truk, dan colt box )

    c. Kendaraan berat yang didominasi oleh truk dan bus, seperti: bus mini, bus

    pariwisata, truk 2 as, dan truk 3 as.

    5.2.3. Volume Beban Lalu Lintas Sekunder.

    Data lalu lintas dalam analisis ini di peroleh dari Dinas Pekerjaan Umum,

    Direktorat Bina Marga Propinsi DIY

  • 47

    5.2.4. Pertumbuhan Lalu Lintas

    Pertumbuhan lalu lintas dalam analisis ini dimaksudkan untuk menentukan

    angka pertumbuhan kendaraan ( i ) yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi

    arus beban lalu lintas yang akan datang, untuk menghitung angka pertumbuhan

    tersebut digunakan rumus bunga berganda / bunga majemuk ( Harahap dan

    Negoro, 1989.

    b = nia )1( +

    i = ( ) %1001/ 1 xab n

    dengan :

    b = Volume lalu lintas tahun ke n

    a = Volume lalu lintas tahun a

    i = Tingkat pertumbuhan lalu lintas ( % per tahun )

    n = Jumlah tahun

    Tabel 5.8. Data Lalulintas Harian Rata-rata. (Kend/Hari)

    Golongan

    Kendaraan

    Yogyakarta -Kaliurang

    Tahun 2004 Tahun 2007

    2 10136 12279

    3 2168 1040

    4 2059 1880

    5a 11 123

    5b 24 24

    6a 337 538

    6b 0 0

    7a 15 17

    7b 5 2

    7c 1 1

    Total 14756 15904

  • 48

    Tabel 5.9. Angka pertumbuhan lalulintas.

    Golongan n 2004 E Maks ESAL

    (a) 2007 E

    Maks ESAL

    (b) i= [ (b/a )^1/n - 1 ]

    x 100 % Kendaraan 2 3 10136 0,0004 4,054 12279 0,0004 4,911 6,60 3 3 2168 0,0004 0,867 1040 0,0004 0,416 -21,72 4 3 2059 0,0004 0,823 1880 0,0004 0,752 -2,99 5a 3 11 0,3006 3,306 123 0,3006 36,97 123,62 5b 3 24 0,3006 7,2144 24 0,3006 7,214 0,00 6a 3 337 0,2174 73,26 538 0,2174 116,96 16,87 6b 3 0 5,0264 0 0 5,0264 0 0,00 7a 3 15 2,7416 41,124 17 2,7416 46,607 4,26 7b 3 5 4,9283 24,641 2 4,9283 9,856 -26,32 7c 3 1 6,1179 6,117 1 6,1179 6,117 0,00

    Persen pertumbuhan lalulintas 10,03

    5.2.5. Prediksi Beban Lalu Lintas.

    Prediksi beban lalu lintas di tentukan berdasarkan volume beban lalu lintas

    maksimum pada ruas jalan, dengan pertumbuhan lalu lintas ( i ) awal umur

    rencana ( Tabel 5.8 ) serta pertumbuhan lalu lintas ( i ) selama umur rencana

    adalah sebesar 10,3 %

    5.2.6. Angka Ekivalen ( E ) Beban Sumbu Kendaraan.

    Angka Ekivalen ( E ) beban sumbu kendaraan dan konfigurasi beban

    sumbu ditentukan berdasarkan lampiran.

    5.2.7. Koefisien Distribusi Kendaraan.

    Ruas jalan Kaliurang merupakan 2 jalur, 2 lajur. Berdasarkan Tabel 3.3

    dapat ditentukan nilai koefisien distribusi kendaraan ( C ) berikut ini :

    a. Kendaraan ringan dengan berat total < 5 ton, nilai C = 0,5

    b. Kendaraan ringan dengan berat total 5 ton, nilai C = 0,5

  • 49

    5.2.8. Faktor Regional.

    Tabel 5.10. Data curah hujan Sleman

    No Bulan Data hujan (mm)

    2003 2004 2005

    1 Januari 63 65 58

    2 Februari 150 95 180

    3 Maret 85 96 29

    4 April 20 12 62

    5 Mei 78 85 0

    6 Juni 8 8 57

    7 Juli 0 21 35

    8 Agustus 0 0 0

    9 September 0 0 10

    10 Oktober 15 30 31

    11 November 36 43 42

    12 Desember 50 78 60

    Jumlah rata-rata 534

    Sumber badan Meteorologi Stasiun Pakem, Sleman.

    a. Menurut data curah hujan dan jumlah hujan di Kabupaten Sleman yang

    diperoleh dari Badan stasiun pengamatan hujan Pakem, Sleman seperti

    pada Tabel 5.10, memiliki curah hujan 534 mm/tahun ( Tabel 3.5 ) < 900

    mm/ tahun maka termasuk iklim I.

    b. Kelandaian jalan < 6 %, termasuk kelandaian I (Bidang Bina Marga,

    KimPrasWil, DIY)

    Km 9+250 s/d 14+200 = 6

    11,3%16,2%20,2%77,1%99,1%13,2 +++++ =2,23 c. Berdasarkan LHR untuk kendaraan berat:

    =15904

    121753824123 +++++ = 44,32%

  • 50

    d. Berdasarkan Tabel 3.6. dipeoleh nilai FR = 1,0 1,5; dipakai 1,5.

    5.2.9. Analisis Komponen Lapis Keras Lentur Tahun 2008

    Dalam analisis ini, tahun 2008 merupakan awal umur rencana ( tahun

    pertama operasional jalan ), umur rencana jalan di tetapkan selama 10 tahun.

    Analisis dilaksanakan melalui tahapan tahapan sebagai berikut.

    a. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP2008 )

    Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP2008 ) ditentukan dengan persamaan 3.5

    dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.11. berikut ini.

    Tabel 5.11. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP ) Analisa tahun 2008

    Golongan

    LHR C E LEP = LHR . C . E

    Kendaraan ( 8,16 ton beban sumbu tunggal )

    2 13511 0.5 0.0004 2.70 3 1144 0.5 0.0004 0.23 4 2069 0.5 0.0004 0.41 5a 135 0.5 0.3006 20.34 5b 26 0.5 0.3006 3.97 6a 592 0.5 0.2174 64.35 6b 0 0.5 5.0264 0.00 7a 19 0.5 2.7416 25.64 7b 2 0.5 4.9283 5.42 7c 1 0.5 6.1179 3.37

    Total LEP 2008 126

    b. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA 2018 )

    Lintas Ekivalen Akhir ( LEA 2018 ) hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.12.

    Tabel 5.12. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA ) Analisis Tahun 2018

    Golongan LHR. ( 1 + I ) ^

    UR C E LEA = LHR ( 1 + I ) ^ UR. C . E

    Kendaraan ( 8,16 ton beban sumbu tunggal )

    2 35139 0.5 0.0004 7.03 3 2976 0.5 0.0004 0.60 4 5380 0.5 0.0004 1.08 5a 352 0.5 0.3006 52.90 5b 69 0.5 0.3006 10.32 6a 1540 0.5 0.2174 167.35

  • 51

    6b 0 0.5 5.0264 0.00 Lanjutan Tabel 5.12. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA ) Analisis Tahun 2018

    7a 49 0.5 2.7416 66.69 7b 6 0.5 4.9283 14.10 7c 3 0.5 6.1179 8.75

    Total LEA 2018 329

    c. Lintas Ekivalen Tengah ( LET10 )

    Lintas Ekivalen Tengah ( LET10 ) dihitung dengan mengunakan

    persamaan 3.7 dengan perhitungan sebagai berikut:

    LET 10 = ( LEP 2008 + LEA 2018 ) / 2

    = ( 126 + 329 ) / 2

    = 229 smp/hari/1 arah ( 8,16 ton beban sumbu tunggal )

    d. Lintas Ekivalen Rencana ( LER10 )

    Lintas Ekivalen Rencana ( LER10) ditentukan dengan persamaan 3.8 dan

    persamaan 3.10 dengan perhitungan berikut ini :

    LER 10 = LET 10 x FP ( persamaan 3.8 )

    = LET 10 x ( UR / 10 ) ( persamaan 3.8 )

    = 229 x ( 10 / 10 )

    = 229 smp/hari/1 arah ( 8,16 ton beban sumbu tunggal )

    e. Analisis Tebal Komponen

    Analisis tebal komponen lapis keras lentur untuk tahun 2008 dilakukan

    sebagai berikut :

    1. Untuk melakukan perencanaan tebal perkerasan diambil asumsi material

    penyusun lapisan sebagai berikut:

    a. Lapis permukaan berupa material laston ( AC ), koefisien relatif a1 = 0.4

    b. Lapis pondasi atas berupa agregat kelas A dengan koefisien relatif a2 =

    0,14 dan ketebalannya D2 = 15 cm.

  • 52

    2. Data Pendukung.

    1. LER 10 = 229 smp/hari/1 arah

    2. FR = 1,5 ( Tabel 3.5 )

    3. IPt = 2,0 2,5 ( Tabel 3.6 ) dalam analisis ini digunakan IPt = 2,5

    4. Ipo = 4 ( Tabel 3.7 ).

    f. Penentuan Tebal Komponen.

    1. Penentuan tebal lapisan permukaan.

    a. Data perencanaan

    CBR = 100 % (CBR pondasi atas)

    DDT1 = 10,2

    ITP1 = 3,8

    b. Perhitungan

    ITP1 = a1 . D1

    3,8 = 0,4 . D1

    D1 = 4,08,3 = 9,5 cm ~ 10 cm

    2. Penentuan tebal lapisan pondasi atas

    a. Data perencanaan

    CBR = 38 % (CBR pondasi bawah)

    DDT2 = 8,5

    ITP2 = 4,9

    b. Perhitungan

    ITP2 = a1 . D1 + a2 . D2

    4,9 = 0,4 . 10 + 0,14 . D2

    D2 = 14,0