CATATAN RADIOLOGI

28
PEMERIKSAAN RADIOLOGI DALAM BIDANG THT

Transcript of CATATAN RADIOLOGI

Page 1: CATATAN RADIOLOGI

PEMERIKSAAN RADIOLOGI DALAM BIDANG THT

Page 2: CATATAN RADIOLOGI

Landmark dalam pemeriksaan radiologi kepala

1. Glabellomeatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Glabella

2. Orbito Meatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Orbita

3. Infra Orbito Meatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Infra Orbita Point

4. Acanthiomeatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Acanthio

5. Mentomeatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Mental

6. Glabelloalveolar Line

Garis yang menghubungkan Glabella dengan Alveola

Gambar 1. Baseline kepala

Page 3: CATATAN RADIOLOGI

Gambaran Radiologi Tulang Mastoid

1 Proyeksi Schuller

Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid.

Proyeksi ini menampakkan beberapa kelainan pada processus mastoideus.

kedua sisi diperiksa sebagai perbandingan.

- Posisi Pasien: Semiprone

- Posisi Obyek 

• Atur Mid sagital plane sejajar dengan meja

• Atur interpupilary line tegak lurus terhadap meja

• Lipat daun telinga yang terdekat dengan film

Gambar 2. Posisi pasien proyeksi schuller

Page 4: CATATAN RADIOLOGI

Kriteria Gambaran

Tampak bagian os mastoid dan sebagian os petrosum

dipertengahan film

Mastoid air cells tampak di bagian posterior petrous ridge

TMJ tampak di bagian anterior petrous ridge

Bagian mastoid dan petrossum yang tidak diperiksa terproyeksi di

bagian inferior

Tampak marker R/L di tepi film

Gambar 3. Proyeksi Schuller

Page 5: CATATAN RADIOLOGI

 Axiolateral oblique projection (Modified Law Method)

Kelainan yang ditampakkan : proyeksi ini menampakkan beberapa

kelainan pada processus mastoideus.

Posisi pasien : Erect atau prone . Tekuk daun telinga pada mastoid yang

diperiksa untuk mengurangi superimposisi dengan mastoid.

Posisi obyek :

o letakkan sisi lateral kepala menempel meja/permukaan bucky

dengan bagian yang akan dperiksa berada dekat dengan IR. Tubuh

dioblique kan untuk membuat pasien bisa senyaman mungkin.

o atur MSP pararel dengan bidang permukaan meja/bucky. Dari

posisi lateral, obliqkan wajah 15 derajat terhadap IR. Hindari tilting

dengan mengatur Interpupilary line tegak lurus permukaan

meja/bucky.

o atur dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR 

Struktur yang ditampakkan : tampak gambaran mastoid air cell dan

struktur tulang yang dekat dengan IR

Gambar 4. Modified Law Method

Page 6: CATATAN RADIOLOGI

Kelainan pada tulang temporal dan mastoid

MASTOIDITIS AKUT

Pembuatan foto radiologic untuk mastoiditis akut biasanya

digunakan posisi Schuller. Gambaran radiologic mastoiditis akut

bergantung pada lamanya proses inflamasi dan proses pneumatisasi tulang

temporal. Mastoiditis dini mastoiditis akut adalah berupa perselubungan

ruang telinga tengah dan sel udara mastoid, dan bila proses inflamasi terus

berlanjut akan terjadi perselubungan difus pada kedua daerah tersebut.

Gambar 5. Mastoiditis akut

MASTOIDITIS KRONIS

Gambaran perselubungan tak homogen di daerah antrum mastoid

dan sel udara mastoid. Proses inflamasi pada mastoid menyebabkan

penebalan struktur trabekulasi diikuti demineralisasi trabekulae. Pada

inflamasi yang berlangsung terus dapat terjadi obliterasi sel udara mastoid

dan mastoid sklerotik. Gambaran perselubungan lain (sel udara mastoid

yang terisi jaringan granulasi).

Page 7: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 6. Mastoiditis Kronis, tampak gambaran sklerotik pada

mastoid air cells telinga kiri

KOLESTEATOMA

Kolesteatoma adalah kista epitelia yang berisi deskuamasi epitel

(keratin).Deskuamasi terbentuk terus menerus, menumpuk sehingga

kolesteatoma bertambah besar. Kolesteatoma juga disebut sebagai epitel

kulit di tempat yang salah atau epitel kulit yang terperangkap.

Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman,

yang paling sering adalah Pseudomonas Aeruginosa.Bila terjadi infeksi,

pembesaran kolesteatoma menjadi lebih cepat sehingga menekan dan

mendesak organ disekitarnya, menyebabkan nekrosis tulang. Proses

nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,

meningitis dan abses otak.

Page 8: CATATAN RADIOLOGI

Pada kolesteatoma yang menyebar kearah mastoid akan

menyebabkan destruksi struktur trabekulae mastoid dan pembentukan

kavitas besar yang berselubung dengan dinding yang licin. Kolesteatoma

yang meluas ke sel udara mastoid tanpa merusak trabekulasi tulang

membentuk gambaran perselubungan pada sel udara mastoid dan sulit

dibedakan dari mastoiditis biasa.

Gambar 8 Area lysis di daerah mastoid akibat kolesteatoma

Gambar 7. kolesteatoma normal kolesteatoma

Page 9: CATATAN RADIOLOGI

Gambaran Radiologi Sinus Paranasal

Pemeriksaan radiologis untuk mendapatkan informasi dan untuk

mengevaluasi sinus paranasal adalah:

1. Pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas

2. Pemeriksaan tomogram

3. Pemeriksaan CT-Scan

Pemeriksaan foto kepala

Teknik Radiografi sinus paranasal

1) Proyeksi lateral

Tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan

patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:

a) Posisi pasien : Atur pasien posisi berdiri

b) Posisi objek:

(1) Letakkan lateral kepala yang sakit dekat dengan kaset

(2) Atur kepala hingga benar-benar pada posisi lateral (MSP sejajar kaset)

(3) IPL tegak lurus kaset

(4) Atur dagu hingga IOML tegak lurus terhadap samping depan kaset

c) Pernafasan :

Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung

d) Kriteria radiograf : Tampak sinus maksillaris,sinus spenoid, sinus frontal dan

sinus ethimoid tampak secara lateral

Page 10: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 9. Proyeksi Lateral

Gambar 10. Radiograf Proyeksi Lateral

Page 11: CATATAN RADIOLOGI

2) Proyeksi PA (Cadwell method)

Tujuan dilakukannya proyeksi PA (Cadwell method) adalah untuk

menampakkan patologi adalah sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik

pemeriksaan proyeksi lateral:

a) Posisi pasien

Atur pasien dalam keadaan erect

b) Posisi objek:

(1) Letakkan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset, atau ekstensikan

kepala hingga OML membentuk sudut 150 dari kaset

(2) MSP tegak lurus kaset

c) Pernafasan

Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung

d) Kriteria radiograf : Tampak sinus frontal diatas sutura frontonasal, cairan

anterior etmoid tergambarkan secara lateral terhadap tulang nasal langsung

dibawah sinus frontal.

Gambar 11. Proyeksi PA (Caldwell Method)

Page 12: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 12. Radiograf Proyeksi PA / Caldwell Method

Page 13: CATATAN RADIOLOGI

3) Proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth)

Tujuan dilakukannya proyeksi parietoacanthial (waters methode close

mouth) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip.

Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method close mouth):

a) Posisi pasien

Atur pasien dalam posisi erect

b) Posisi objek:

(1) Ekstensikan leher, letakkan dagu dan hidung pada permukaan kaset.

(2) Atur kepala hingga MML (mento meatal line) tegak lurus kaset, sehingga

OML akan membentuk sudut 370 dari kaset.

(3) MSP tegak lurus terhadap grid

c) Pernafasan

Pasien tahan nafas selama eskpos berlangsung

Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan

prosesus alveolar dan petrous ridges.Inferior orbital rim tampak Sinus frontal

tampak oblique

Gambar 13. Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth 

Page 14: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 14. Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth 

Page 15: CATATAN RADIOLOGI

Teknik Radiografi sinus paranasal (Khusus)

1) Proyeksi Submentovertex (SMV)

Tujuan dilakukannya proyeksi Submentovertex (SMV) adalah untuk

menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. teknik pemeriksaan

proyeksi Submentovertex (SMV).

a) Posisi Pasien

Atur pasien dalam keadaan erect (berdiri), jika memungkinkan untuk

menampakkan batas ketinggian cairan.

b) Posisi Objek:

(1) MSP tegak lurus kaset

(2) Tengadahkan Dagu, hyperextensikan leher jika memungkinkan hingga

IOML paralel kaset. Puncak kepala menempel pada kaset.

c) Pernafasan

Pasien tahan nafas selama eksposi berlngsung

d) Kriteria radiograf : Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksillaris dan fossa

nasal

Gambar 15. Proyeksi Submentovertex (SMV) 

Page 16: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 16. Radiograf Proyeksi Submentovertex (SMV)

2) Foto proyeksi Towne

Pemeriksaan foto polos kepala adalah pemeriksaan yang paling baik dan

paling utama untuk mengevaluasi sinus paranasal. Karena banyaknya unsur-

unsur tulang dan jaringan lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus

paranasal, kelainan jaringan lunak, erosi tulang kadang sulit di

evaluasi.Pemeriksaan ini dari sudut biaya cukup ekonomis dan pasien hanya

mendapat radiasi yang minimal.

Page 17: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 17. Posisi Towne

Page 18: CATATAN RADIOLOGI

Pemeriksaan Komputer Tomografi CT-Scan

Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang sangat

unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat menganalisis dengan

baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk jaringan lunak. Irisan aksial

merupakan standar pemeriksaan paling baik yang dilakukan dalam bidang

inferior orbitomeatal (IOM), dengan irisan setebal 5 mm, dimulai dari sinus

maksilaris sampai sinus frontalis. Pemeriksaan ini dapat menganalisis perluasan

penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus dan palatum, terrmasuk ekstensi

intrakranial dari sinus frontalis.

Gambar 18. CT-scan potongan koronal

Page 19: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 19. CT-scan potongan aksial

Irisan melalui bidang IOM dapat menyajikan anatomi paranasalis

dengan baik dan gampang dibandingkan dengan atlas standar cross section.

Dapat juga mempelajari nervus optikus dan mengevaluasi orbita. Bidang IOM

berjalan sejajar dengan paltum durum, sebagian dasar orbita, sebagian besar

dasr fossa kranialis anterior (dasar sinus nasalis, sinus-sinus etmoidalis, dan

orbita).Dalam hal ini gampang sekali membandingkan sisi kanan dan sisi

kiri.Pada irisan ini dapat memperlihatkan volum, penyakit/kelainan jaringan

lunak diantara tulang-tulang atau erosi yang kecil.

Kelainan Sinus Paranasal

Sinusitis2

Dapat dilihat dengan proyeksi AP, lateral dan waters, berupa:

- Perselubungan semi opak homogen atau tidak homogen pada satu atau

lebih sinus paranasal akibat penebalan mukosa dan submukosa.

- Penebalan mukosa (tebal > 5 mm)

- Air fluid level (kadang-kadang)

- Penebalan dinding sinus dengan gambran sklerotik (kronik)

Page 20: CATATAN RADIOLOGI

- Unilateral dengan fluid air level terbatas di satu sinus pada sinusitis

bakterial.

- Bilateral simetris dan mengenai banyak sinus (sinusitis alergika)

Gambar 20. Sinusitis akut sinus maksilaris kanan

Gambaran Radiologi Faring Laring

Peralatan pencitraan radiologi penting untuk mengamati dan menentukan

ukuran atau dimensi dari sebuah kelainan pada laring. Kelainan yang terdapat

pada faring dan laring mungkin terlibat pada kondisi patologis tertentu.

Evaluasi pada kepala dan leher telah berkembang pesat dengan adanya CT

scan dan MRI sebagaimana kedua pencitraan ini menampilkan kedalaman

infiltrasi tumor, pertumbuhan submukosa dan keterlibatan kontralateral,

invasi tulang rawan, invasi sumsum tulang, dan adenopati yang tidak dapat

dipalpasi. MRI dan CT keduanya dapat memberikan informasi akurat

mengenai tingkat/level dari tumor larink ini, terutama ukuran tumor atau

kanker. 5

Untuk proses pencitraannya sendiri, CT dapat dengan mudah memperoleh

data hanya dengan waktu kurang dari 10 detik, sehingga menghindari

kesalahan yang diakibatkan oleh gerak pasien. Sedangkan larink sangat sulit

Page 21: CATATAN RADIOLOGI

untuk dicitra dengan MRI karena adanya “motion artifac” akibat denyut nadi

pasien. 5

Gambar 21. Radiologi faring laring

Gambar 22. Radiologi cervical

Page 22: CATATAN RADIOLOGI

Gambar 23. radiologi cervical