CATATAN RADIOLOGI
-
Upload
shittyhappened -
Category
Documents
-
view
261 -
download
13
Transcript of CATATAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN RADIOLOGI DALAM BIDANG THT
Landmark dalam pemeriksaan radiologi kepala
1. Glabellomeatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Glabella
2. Orbito Meatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Orbita
3. Infra Orbito Meatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Infra Orbita Point
4. Acanthiomeatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Acanthio
5. Mentomeatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Mental
6. Glabelloalveolar Line
Garis yang menghubungkan Glabella dengan Alveola
Gambar 1. Baseline kepala
Gambaran Radiologi Tulang Mastoid
1 Proyeksi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid.
Proyeksi ini menampakkan beberapa kelainan pada processus mastoideus.
kedua sisi diperiksa sebagai perbandingan.
- Posisi Pasien: Semiprone
- Posisi Obyek
• Atur Mid sagital plane sejajar dengan meja
• Atur interpupilary line tegak lurus terhadap meja
• Lipat daun telinga yang terdekat dengan film
Gambar 2. Posisi pasien proyeksi schuller
Kriteria Gambaran
Tampak bagian os mastoid dan sebagian os petrosum
dipertengahan film
Mastoid air cells tampak di bagian posterior petrous ridge
TMJ tampak di bagian anterior petrous ridge
Bagian mastoid dan petrossum yang tidak diperiksa terproyeksi di
bagian inferior
Tampak marker R/L di tepi film
Gambar 3. Proyeksi Schuller
Axiolateral oblique projection (Modified Law Method)
Kelainan yang ditampakkan : proyeksi ini menampakkan beberapa
kelainan pada processus mastoideus.
Posisi pasien : Erect atau prone . Tekuk daun telinga pada mastoid yang
diperiksa untuk mengurangi superimposisi dengan mastoid.
Posisi obyek :
o letakkan sisi lateral kepala menempel meja/permukaan bucky
dengan bagian yang akan dperiksa berada dekat dengan IR. Tubuh
dioblique kan untuk membuat pasien bisa senyaman mungkin.
o atur MSP pararel dengan bidang permukaan meja/bucky. Dari
posisi lateral, obliqkan wajah 15 derajat terhadap IR. Hindari tilting
dengan mengatur Interpupilary line tegak lurus permukaan
meja/bucky.
o atur dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR
Struktur yang ditampakkan : tampak gambaran mastoid air cell dan
struktur tulang yang dekat dengan IR
Gambar 4. Modified Law Method
Kelainan pada tulang temporal dan mastoid
MASTOIDITIS AKUT
Pembuatan foto radiologic untuk mastoiditis akut biasanya
digunakan posisi Schuller. Gambaran radiologic mastoiditis akut
bergantung pada lamanya proses inflamasi dan proses pneumatisasi tulang
temporal. Mastoiditis dini mastoiditis akut adalah berupa perselubungan
ruang telinga tengah dan sel udara mastoid, dan bila proses inflamasi terus
berlanjut akan terjadi perselubungan difus pada kedua daerah tersebut.
Gambar 5. Mastoiditis akut
MASTOIDITIS KRONIS
Gambaran perselubungan tak homogen di daerah antrum mastoid
dan sel udara mastoid. Proses inflamasi pada mastoid menyebabkan
penebalan struktur trabekulasi diikuti demineralisasi trabekulae. Pada
inflamasi yang berlangsung terus dapat terjadi obliterasi sel udara mastoid
dan mastoid sklerotik. Gambaran perselubungan lain (sel udara mastoid
yang terisi jaringan granulasi).
Gambar 6. Mastoiditis Kronis, tampak gambaran sklerotik pada
mastoid air cells telinga kiri
KOLESTEATOMA
Kolesteatoma adalah kista epitelia yang berisi deskuamasi epitel
(keratin).Deskuamasi terbentuk terus menerus, menumpuk sehingga
kolesteatoma bertambah besar. Kolesteatoma juga disebut sebagai epitel
kulit di tempat yang salah atau epitel kulit yang terperangkap.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman,
yang paling sering adalah Pseudomonas Aeruginosa.Bila terjadi infeksi,
pembesaran kolesteatoma menjadi lebih cepat sehingga menekan dan
mendesak organ disekitarnya, menyebabkan nekrosis tulang. Proses
nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,
meningitis dan abses otak.
Pada kolesteatoma yang menyebar kearah mastoid akan
menyebabkan destruksi struktur trabekulae mastoid dan pembentukan
kavitas besar yang berselubung dengan dinding yang licin. Kolesteatoma
yang meluas ke sel udara mastoid tanpa merusak trabekulasi tulang
membentuk gambaran perselubungan pada sel udara mastoid dan sulit
dibedakan dari mastoiditis biasa.
Gambar 8 Area lysis di daerah mastoid akibat kolesteatoma
Gambar 7. kolesteatoma normal kolesteatoma
Gambaran Radiologi Sinus Paranasal
Pemeriksaan radiologis untuk mendapatkan informasi dan untuk
mengevaluasi sinus paranasal adalah:
1. Pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas
2. Pemeriksaan tomogram
3. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan foto kepala
Teknik Radiografi sinus paranasal
1) Proyeksi lateral
Tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan
patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a) Posisi pasien : Atur pasien posisi berdiri
b) Posisi objek:
(1) Letakkan lateral kepala yang sakit dekat dengan kaset
(2) Atur kepala hingga benar-benar pada posisi lateral (MSP sejajar kaset)
(3) IPL tegak lurus kaset
(4) Atur dagu hingga IOML tegak lurus terhadap samping depan kaset
c) Pernafasan :
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
d) Kriteria radiograf : Tampak sinus maksillaris,sinus spenoid, sinus frontal dan
sinus ethimoid tampak secara lateral
Gambar 9. Proyeksi Lateral
Gambar 10. Radiograf Proyeksi Lateral
2) Proyeksi PA (Cadwell method)
Tujuan dilakukannya proyeksi PA (Cadwell method) adalah untuk
menampakkan patologi adalah sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik
pemeriksaan proyeksi lateral:
a) Posisi pasien
Atur pasien dalam keadaan erect
b) Posisi objek:
(1) Letakkan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset, atau ekstensikan
kepala hingga OML membentuk sudut 150 dari kaset
(2) MSP tegak lurus kaset
c) Pernafasan
Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
d) Kriteria radiograf : Tampak sinus frontal diatas sutura frontonasal, cairan
anterior etmoid tergambarkan secara lateral terhadap tulang nasal langsung
dibawah sinus frontal.
Gambar 11. Proyeksi PA (Caldwell Method)
Gambar 12. Radiograf Proyeksi PA / Caldwell Method
3) Proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth)
Tujuan dilakukannya proyeksi parietoacanthial (waters methode close
mouth) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip.
Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method close mouth):
a) Posisi pasien
Atur pasien dalam posisi erect
b) Posisi objek:
(1) Ekstensikan leher, letakkan dagu dan hidung pada permukaan kaset.
(2) Atur kepala hingga MML (mento meatal line) tegak lurus kaset, sehingga
OML akan membentuk sudut 370 dari kaset.
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c) Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eskpos berlangsung
Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan
prosesus alveolar dan petrous ridges.Inferior orbital rim tampak Sinus frontal
tampak oblique
Gambar 13. Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth
Gambar 14. Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth
Teknik Radiografi sinus paranasal (Khusus)
1) Proyeksi Submentovertex (SMV)
Tujuan dilakukannya proyeksi Submentovertex (SMV) adalah untuk
menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. teknik pemeriksaan
proyeksi Submentovertex (SMV).
a) Posisi Pasien
Atur pasien dalam keadaan erect (berdiri), jika memungkinkan untuk
menampakkan batas ketinggian cairan.
b) Posisi Objek:
(1) MSP tegak lurus kaset
(2) Tengadahkan Dagu, hyperextensikan leher jika memungkinkan hingga
IOML paralel kaset. Puncak kepala menempel pada kaset.
c) Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eksposi berlngsung
d) Kriteria radiograf : Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksillaris dan fossa
nasal
Gambar 15. Proyeksi Submentovertex (SMV)
Gambar 16. Radiograf Proyeksi Submentovertex (SMV)
2) Foto proyeksi Towne
Pemeriksaan foto polos kepala adalah pemeriksaan yang paling baik dan
paling utama untuk mengevaluasi sinus paranasal. Karena banyaknya unsur-
unsur tulang dan jaringan lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus
paranasal, kelainan jaringan lunak, erosi tulang kadang sulit di
evaluasi.Pemeriksaan ini dari sudut biaya cukup ekonomis dan pasien hanya
mendapat radiasi yang minimal.
Gambar 17. Posisi Towne
Pemeriksaan Komputer Tomografi CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang sangat
unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat menganalisis dengan
baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk jaringan lunak. Irisan aksial
merupakan standar pemeriksaan paling baik yang dilakukan dalam bidang
inferior orbitomeatal (IOM), dengan irisan setebal 5 mm, dimulai dari sinus
maksilaris sampai sinus frontalis. Pemeriksaan ini dapat menganalisis perluasan
penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus dan palatum, terrmasuk ekstensi
intrakranial dari sinus frontalis.
Gambar 18. CT-scan potongan koronal
Gambar 19. CT-scan potongan aksial
Irisan melalui bidang IOM dapat menyajikan anatomi paranasalis
dengan baik dan gampang dibandingkan dengan atlas standar cross section.
Dapat juga mempelajari nervus optikus dan mengevaluasi orbita. Bidang IOM
berjalan sejajar dengan paltum durum, sebagian dasar orbita, sebagian besar
dasr fossa kranialis anterior (dasar sinus nasalis, sinus-sinus etmoidalis, dan
orbita).Dalam hal ini gampang sekali membandingkan sisi kanan dan sisi
kiri.Pada irisan ini dapat memperlihatkan volum, penyakit/kelainan jaringan
lunak diantara tulang-tulang atau erosi yang kecil.
Kelainan Sinus Paranasal
Sinusitis2
Dapat dilihat dengan proyeksi AP, lateral dan waters, berupa:
- Perselubungan semi opak homogen atau tidak homogen pada satu atau
lebih sinus paranasal akibat penebalan mukosa dan submukosa.
- Penebalan mukosa (tebal > 5 mm)
- Air fluid level (kadang-kadang)
- Penebalan dinding sinus dengan gambran sklerotik (kronik)
- Unilateral dengan fluid air level terbatas di satu sinus pada sinusitis
bakterial.
- Bilateral simetris dan mengenai banyak sinus (sinusitis alergika)
Gambar 20. Sinusitis akut sinus maksilaris kanan
Gambaran Radiologi Faring Laring
Peralatan pencitraan radiologi penting untuk mengamati dan menentukan
ukuran atau dimensi dari sebuah kelainan pada laring. Kelainan yang terdapat
pada faring dan laring mungkin terlibat pada kondisi patologis tertentu.
Evaluasi pada kepala dan leher telah berkembang pesat dengan adanya CT
scan dan MRI sebagaimana kedua pencitraan ini menampilkan kedalaman
infiltrasi tumor, pertumbuhan submukosa dan keterlibatan kontralateral,
invasi tulang rawan, invasi sumsum tulang, dan adenopati yang tidak dapat
dipalpasi. MRI dan CT keduanya dapat memberikan informasi akurat
mengenai tingkat/level dari tumor larink ini, terutama ukuran tumor atau
kanker. 5
Untuk proses pencitraannya sendiri, CT dapat dengan mudah memperoleh
data hanya dengan waktu kurang dari 10 detik, sehingga menghindari
kesalahan yang diakibatkan oleh gerak pasien. Sedangkan larink sangat sulit
untuk dicitra dengan MRI karena adanya “motion artifac” akibat denyut nadi
pasien. 5
Gambar 21. Radiologi faring laring
Gambar 22. Radiologi cervical
Gambar 23. radiologi cervical