Case.docx
-
Upload
andreyano-sarikie -
Category
Documents
-
view
218 -
download
2
Transcript of Case.docx
![Page 1: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/1.jpg)
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Lengkap : Irvandi
NIM : 406138063
Periode : 29 Desember 2014 – 7 Maret 2015
Pembimbing : dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A
Topik : Tonsilitis kronik
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M. Ragil Nasyath
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun
Agama : Islam
Alamat : jl. Nangka 2, blok DJ4 no.29
Pendidikan : SD
![Page 2: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/2.jpg)
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn. Rasyid
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : jl. Nangka 2, blok DJ4 no.29
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. Eva
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : D3
Alamat : jl. Nangka 2, blok DJ4 no.29
Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : anak kandung.
ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit : 27 Januari 2015, jam 17.45 WIB
Tanggal pemeriksaan : 28 Januari 2015
Diambil dari : Alloanamnesis dari Ibu pasien
Keluhan Utama : Demam 3 hari
Keluhan Tambahan : Mual, muntah, batuk dan pusing
![Page 3: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/3.jpg)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSPI dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS.
Demam bersifat menetap dan membaik setelah diberi obat. Pasien juga mengeluhkan
mual dan muntah setiap kali pasien makan sejak 3 hari SMRS. Ibu pasien juga
mengeluhkan pasien batuk sejak 2 hari SMRS, berdahak dan tidak sesak. Ibu pasien
juga mengeluhkan anaknya merasa pusing dan nyeri saat menelan. Sebelumnya
pasien telah berobat ke RS lain dan diberikan pengobatan (tempra, vometa, cefixime,
ranitidine) tetapi tidak ada perbaikan gejala.
Ibu pasien mengatakan ini kali kedua pasien mengalami sakit demam dengan
nyeri menelan dalam 1 tahun terakhir. Pasien memiliki kebiasaan mendengkur saat
tidur. Nafsu makan menurun dan frekuensi minum menurun. Buang air kecil sedikit,
BAB dan tidur tidak ada keluhan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit karena keluhan demam dan nyeri menelan
pada bulan November 2014 dan mendapat diagnosa penyakit amandel.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki penyakit sinusitis
• Kejang : disangkal.
• Asma : disangkal.
• Alergi makanan : disangkal.
• Alergi obat : disangkal.
RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Ayah pasien bernama Tn.
Rasyid berusia 41 tahun, bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu pasien bernama Ny.
Eva berusia 41 tahun, bekerja sebagai PNS.
DATA PERUMAHAN
![Page 4: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/4.jpg)
Pasien tinggal pada keadaan rumah yang cukup baik untuk menampung
seluruh anggota keluarga, keadaan rumah bersih dan pencahayaan cukup.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Kehamilan
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke RSPI, tidak mengalami kelainan
atau gangguan selama kehamilan.
Kelahiran
Tempat kelahiran : RSPI Prof DR Sulianti Saroso
Penolong persalinan : Dokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi
Cara persalinan : SC
Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan bayi
Berat badan lahir : 3200 gram
Panjang badan lahir : 51 cm
Lingkar kepala : Tidak tahu
Langsung menangis : Langsung menangis
Nilai APGAR : Tidak tahu
Kelainan bawaan : Tidak ada
RIWAYAT IMUNISASI DASAR
Pasien telah mendapatkan imunisasi :
BCG : +
Hepatitis B : +
![Page 5: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/5.jpg)
DPT : +
Polio : +
Campak : -
Ibu pasien mengaku imunisasi komplit namun ibu pasien tidak ingat kapan.
RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien rutin memeriksakan pasien ke RS Hermina untuk kontrol dan
pertumbuhan pasien tidak ada keluhan.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 14 bulan
Gangguan perkembangan mental dan emosi (-)
Psikomotor :
Tengkurap : saat usia 3 bulan
Duduk : Tidak ingat
Merangkak : Tidak ingat
Berdiri Sendiri : saat usia 11 bulan
Berjalan : saat usia 12 bulan
Berbicara : saat usia 12 bulan
RIWAYAT MAKANAN
Os mengkonsumsi ASI eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan, setelah itu os
mengkonsumsi susu formula dan secara bertahap os mengkonsumsi buah/
biskuit, bubur susu, nasi tim, dan makanan untuk dewasa hingga kini.
Umur
(bln)
ASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0-2 √
2-4 √
![Page 6: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/6.jpg)
6-8 √
8-10 √
10-12 √ √
12-14 √
14-16 √ √
Umur lebih dari 1 tahun 2 bulan
Jenis makanan Frekuensi
Nasi 3x/hari
Sayur Sering
Daging Sering
Ikan Sering
Telur Sering
Tempe Sering
Tahu Sering
Susu Setiap hari
PEMERIKSAAN FISIK
Rabu, 28 Januari 2015
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi badan : tidak tahu
Berat badan : 44,5 kg
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 90 x/mnt
Pernafasan : 23 x/mnt
![Page 7: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/7.jpg)
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut kecoklatan,
distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, ubun-ubun
besar sudah menutup.
Mata
Kelopak mata tidak ada kelainan, konjungtiva tidak anemis, tidak hiperemis,
sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+
Telinga
Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat
serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri
tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroauriculer tidak teraba membesar.
Hidung
Bentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).
Tenggorokan
Faring tidak hiperemis, Tonsil T2-T2 tenang tidak hiperemis, kripta (+),
detritus (-)
Mulut
Mukosa bibir kering (+), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher
Trachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah
bening submental, submandibular, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar.
Dada
![Page 8: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/8.jpg)
Bentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).
Paru - paru
Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas
Palpasi : stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat
Perkusi : Sonor, batas paru – hepar ICS VI midclavicular line dextra
Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing (-)
Jantung
o Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
o Palpasi : Tidak dilakukan
o Perkusi : Tidak dilakukan
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).
Perut
o Inspeksi : Tampak rata
o Palpasi
Hati : Teraba 1/3 – 1/3
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : ballotemen (-)
Nyeri tekan epigastrium (+)
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat
Tulang belakang : bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis
Kulit :Turgor kulit normal
Petekie (-)
![Page 9: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/9.jpg)
Pemeriksaan Neurologis
•Rangsang meningeal
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I dan II (-)
Kerniq (-)
Laseque (-)
•Refleks fisiologis
Biceps : Tidak dilakukan pemeriksaan
Triceps : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lutut : +/+ normal
Tumit : +/+ normal
•Refleks patologis
Babinski : -/-
Klonus Paha & Kaki : -/-
Parese : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (27 Januari 2015)
Kimia Lain Hasil Nilai normal
Natrium darah 136 135 – 147 mmol/L
Kalium darah 3,64 3,5 – 5,0 mmol/L
Chlorida 102 95-105 mmol/L
![Page 10: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/10.jpg)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 23,3 5,0 – 14,5 ribu/µL
Eritrosit 4,73 3,8 – 5,8 juta/µL
Hb 12,0 10,8 – 15,6 g/dL
Ht 36 33 – 45 %
Trombosit 258 181 – 521 ribu/µL
MCV 76 72 – 88 fL
MCH 25 22 –34 pq
MCHC 33 32– 36 g/dL
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (27 Januari 2015)
Hematologi Hasil Nilai normal
Leukosit 21,8 5,0 – 14,5 ribu/µL
Eritrosit 4,58 3,8 – 5,8 juta/µL
Hb 11,7 10,8 – 15,6 g/dL
Ht 35 33 – 45 %
Trombosit 274 181 – 521 ribu/µL
![Page 11: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/11.jpg)
MCV 76 72 – 88 fL
MCH 26 22 –34 pq
MCHC 33 32– 36 g/dL
LED 76 0 – 10 mm
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1 1-5
Batang 2 3-6
Segmen 79 25-60
Limfosit 15 25-50
Monosit 3 1-6
Imunosero lain Hasil Nilai Normal
CRP (C – Reactive
Protein)
>5 <2,8
![Page 12: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/12.jpg)
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (28 Januari 2015)
Para
sitologi(makroskopis)
Hasil Nilai normal
Warna Cokelat -
Konsistensi Cair -
Lendir - -
Darah - -
Parasitologi(mikroskopis) Hasil Nilai normal
Lemak - -
Karbohidrat - -
Serat - -
Leukosit 0-2 0 – 1
Eritrosit 0-1 0 – 2
Parasit - -
Telur cacing - -
Jamur - -
Urinalisa Hasil Nilai normal
Berat jenis 1.015 1.015-1.025
pH 6,5 4,8-7,4
![Page 13: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/13.jpg)
Leukosit esterase - -
Nitrit - -
Albumin - -
Globulin - -
Keton - -
Urobilinogen + +
Bilirubin - -
Darah - -
Sedimen Mikroskopis Hasil Nilai Normal
Eritrosit 1 <3
Leukosit 2 -
Silinder - 0-1
Epitel - -
Bakteri - -
Kristal - -
Makroskopis Hasil Nilai Normal
Warna Kuning -
![Page 14: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/14.jpg)
Kejernihan Jernih -
Lain-lain - -
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (30 Januari 2015)
Imunosero lain Hasil Nilai normal
CRP (+) post titer 18,31
heCRP 5,0
<2.8
Hematologi Hasil Nilai normal
Leukosit 5,8 5,0 – 14,5 ribu/µL
Eritrosit 4,68 3,8 – 5,8 juta/µL
Hb 11,9 10,8 – 15,6 g/dL
Ht 36 33 – 45 %
Trombosit 257 181 – 521 ribu/µL
MCV 77 72 – 88 fL
MCH 25 22 –34 pq
MCHC 33 32– 36 g/dL
RESUME
![Page 15: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/15.jpg)
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, datang dengan keluhan
demam sejak 3 hari SMRS. Demam bersifat menetap dan membaik setelah diberi
obat. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah setiap kali makan. Ibu pasien juga
mengeluhkan pasien mgenalami batuk sejak 2 hari SMRS, berdahak dan tidak sesak.
Ibu pasien juga mengatakan anaknya merasa pusing dan nyeri saat menelan.
Sebelumnya pasien pernah berobat ke RS lain dan tidak ada perbaikan. Nafsu makan
menurun dan frekuensi minum menurun. Buang air kecil sedikit, BAB dan tidur tidak
ada keluhan.
Pemeriksaan umum (saat datang ke IGD)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi badan : tidak tahu
Berat badan : 44,5 kg
Suhu : 37,5 °C
Nadi : 92 x/mnt
Pernafasan : 24 x/mnt
Pemeriksaan Fisik (saat datang ke IGD)
mulut : bibir kering, mukosa faring hiperemis (+), tonsil T2-T2, hiperemis (-), kripta (+), detritus (-)
Pemeriksaan Penunjang (setelah dirawat)
Leukosit : 21.800
CRP : >5
DIAGNOSA
Diagnosa : Tonsilofaringitis akut
Diagnosa Banding : Abses peritonsil
HFMD
![Page 16: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/16.jpg)
PENGOBATAN
Non Medikamentosa :
Tirah baring
Asupan makanan dan minuman yang adekuat
Medikamentosa :
IVFD KaEN 3B 2000cc/24 jam
Cefotaxime 2 x 1 gr drip
Paracetamol 2 x cth 2 (bila suhu > 38,5o c)
Lapisiv 3x cth 1
PROGNOSA
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
RIWAYAT RAWAT INAP
Kamis, 29 Januari 2015
S : Demam (-), batuk (+) berkurang, dahak (-), pilek (-), nyeri menelan (+)
berkurang, mual (-), muntah (-), nyeri perut (+), BAB (+) normal , BAK normal,
makan minum tidak ada keluhan.
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36o c
![Page 17: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/17.jpg)
Nadi : 90x/menit
RR : 24x/menit
Mata : KA (-/-) , SI (-/-), cekung (-/-)
Mulut : Mukosa bibir basah, Tonsil T2-T2 tenang, kripta (+),
detritus (-), mukosa faring merah muda
Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar tidak
teraba, nyeri epigastrium (+)
Extremitas : Akral hangat, nadi kuat angkat
Kulit : Turgor kulit normal, CRT <2 detik, petechaie (-)
A : Tonsilofaringitis akut
P : IVFD KaEN 3B 2.000cc/24 jam
Cefotaxime 2 x 1 gr
Lapisiv 3x cth 1
Paracetamol 2x2 cth prn
Jumat, 30 Januari 2015
S : Demam (-), batuk (+) berkurang, pilek (-), nyeri menelan (+) berkurang, mual
(-), muntah (-),nyeri perut (-), BAB (+) normal, BAK normal, makan minum tidak
ada keluhan.
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36o c
![Page 18: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/18.jpg)
Nadi : 95x/menit
RR : 23x/menit
Mata : KA (-/-) , SI (-/-), cekung (-/-)
Mulut : Mukosa bibir basah, Tonsil T2-T2 tenang, kripta (+),
detritus (-), mukosa faring merah muda
Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar tidak
teraba, nyeri epigastrium (-)
Extremitas : Akral hangat, nadi kuat angkat
Kulit : Turgor kulit normal, CRT <2 detik, petechaie (-)
A : Tonsilofaringitis kronik
P : Boleh Pulang
![Page 19: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/19.jpg)
Analisis KasusDiagnosa banding dari patogen faringitis biasanya jarang terjadi dan,
khususnya tidak ada petunjuk yang berhubungan dengan GABHS. Pada penyakit
yang jarang dihubungkan dengan beberapa tanda tertentu, seperti membran tebal
keabuan pada difteri, yang sulit untuk diangkat. Pada anamnesa biasa didapatkan
nyeri menelan, demam, menggigil, malaise, nyeri kepala, anorexia, nyeri perut
merupakan bagian dari anamnesa yang biasanya ditemukan, tetapi nyeri menelan
biasanya yang menjadi keluhan yang paling dikeluhkan. Sulit untuk membedakan
penyebab dari nyeri menelan antara bakteri dengan virus. Beberapa studi
menunjukkan perbedaan antara keduanya berdasar kompleks gejala termasuk eksudasi
tonsil, limfadenopati cervical, tidak batuk, eritema pada faring, level dari demam dan
nyeri, dan sebagainya. Tetapi hasilnya tidak menyimpulkan dan banyak perdebatan.
Walaupun tidak ada penemuan fisik baik tunggal maupun kombinasi yang dapat
membedakan GABHS dengan etiologi viral, beberapa hal yang bisa menunjukkan
seperti : pembesaran tonsil, eritema faring, kripta pada tonsil dengan nekrotik atau
eksudat purulen, petechiae palatum, limfadenopati cervical, demam dan rash biasanya
menunjukkan GABHS. Gejala infeksi viral biasanya memiliki karakterisitik
konjungtivitis biasanya karena infeksi adenovirus, faringitis viral juga biasanya
dihubungkan dengan bersin, rinorhea dan batuk; infeksi mononukleosis biasanya
eksudat dan dihubungkan dengan membran palsu yang luas; herpangina (biasanya
cokxsackievirus A atau virus herpes) dihubungkan dengan lesi papulovesikular.
Vesikel kontaminan pada tangan dan kaki biasanya dihubungkan dengan
coxsackievirus (hand, foot and mouth disease). Tonsilofaringealpalatal petekiae
biasanya dijumpai pada GABHS dan mononukleosis. Eksudat pada tonsilofaringeal
biasanya menunjukkan infeksi streptokokus, mononukleosis. Tetapi eksudat tidak
membedakan antara penyebab virus dan bakteri. Nyeri tekan limfadenopati cervical
anterior biasanya menunjukkan infeksi streptokokal, sementara adenopati general
biasanya dihubungkan dengna infeksi mononukleosis atau sindroma limfoglandular
sindrom pada HIV. Faringitis dengan infeksi saluran pernafasan bawah biasanya
dihubungkan dengan M. Pneumoniae atau C. Pneumoniae, terutama jika batuk
nonproduktif yang persisten muncul. Diagnosa banding yang memungkinkan adalah
![Page 20: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/20.jpg)
difteri, gonorrhoea, demam rematik, mononukleosis, herpes simplex, HFMD, candida,
epiglotitis, trakeitis, abses peritonsil, retrofaringeal dan parafaringeal abses dan
mycoplasma pneumonia. Penyebab nonfinfeksi dari faringitis mencakup intubasi
endotrakeal, inhalasi rokok, sumber panas dalam ruangan dan penggunaan AC
berlebihan. Penyebab lain yang perlu dipertimbangkan rhinitis alergi dengan PND,
GERD, obstruksi saluran nafas, neoplasma pada leher dan kepala dan selulitis
peritonsil.
Pada anamnesa pasien ini, didapatkan :
Demam sejak 3 hari SMRS, bersifat menetap dan membaik setelah diberi obat.
Mual dan muntah setiap kali makan. Batuk sejak 2 hari SMRS, berdahak dan
tidak sesak. Pusing dan nyeri saat menelan. Nafsu makan menurun dan frekuensi
minum menurun.
Mulut : bibir kering, mukosa faring hiperemis (+), tonsil T2-T2, hiperemis (-), kripta (+), detritus (-)
Penyebab bakteri ataupun virus masih belum dapat ditegakkan
DIAGNOSIS
Tujuan dari diagnosa spesifik adalah untuk menemukan infeksi GABHS.
Presentasi klinis dari streptokokus dan faringitis viral biasanya saling tumpang tindih.
Praktisi menggunakan tampilan klinis yang seringkali mengabaikan etiologi
streptokokal, sehingga pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk
mengidentifikasi anak yang bermanfaat untuk diberikan terapi antibiotik. Kultur
tenggorok masih merupakan gold standard yang belum sempurna untuk diagnosa
faringitis streptokoka. Positif palsu pada kultur bisa disebabkan jika organisme lain
tidak terdeteksi misalnya GABHS, dan pada anak yang merupakan karier streptokokal
mungkin memiliki hasil kultur yang positif. Negatis palsu pada kultur dapat
disebabkan karena penyebab yang luas seperti inadekuatnya spesimen swab
tenggorok dan penggunaan antibiotik pada pasien. Spesifitias pada pemeriksaan rapid
untuk mendeteksi streptokokus group A tinggi, jadi jika dengan rapid test positif,
kultur tenggorok tidak diperlukan dan terapi yang sesuai diindikasikan. Rapid test
![Page 21: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/21.jpg)
secara umum kurang sensitif dibandingkan kultur, walaupun begitu, jika telah
dipastkan dengan negatif pada rapid test dengan, kultur tenggorok direkomendasikan,
terutama jika kecurigaan klinis terhadap GABHS sangat tinggi. Kultur viral biasanya
tidak tersedia dan secara umum terlalu mahal dan lama jika digunakan untuk
kepentingan klinis. Pemeriksaan darah lengkap biasanya menunjukkan limfosit
atipikal. Leukositosis biasanya menunjukkan adanya infeksi bakteri.
Pada pasien ini didapatkan :
Leukosit : 21.800
CRP : >5
Pada pasien ini penyebab infeksi tidak dapat disingkirkan. Pemeriksaan darah
lengkap menunjukkan adanya leukositosis yang menunjukkan adanya infeksi yang
mengarah ke bakteri dan CRP >5 menunjukkan adanya infeksi tetapi etiologi pasti
masih belum dapat ditegakkan karena memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
TATALAKSANA
Penggunaan antibiotik sangat efektif. GABHS secara umum masih dapat diobati
dengan penisilin, yang memiliki spektrum luas dan efek samping minimal. Penisilin V
tidak mahal dan dapat diberikan hingga 10 hari: 250mg/ dosis untuk anak-anak dan
250-500mg/ dosis untuk dewasa. Amoxicillin oral biasanya dipilih untuk anak-anak
karena memiliki rasa dan ketersediaan bentuk tablet kunyah. Studi menunjukkan
bahwa dengan penggunaan 1x/hari amoxicillin dosis 750mg yang diberikan secara
oral untuk 10 hari sama efektifnya dengan 250mg penisilin yang diberikan selama 10
hari. Sebuah studi menunjukkan penggunaan yang lebih singkat, 6 hari dari
amoxicillin oral (50mg/kg/hari dosis terbagi) sama efektifnya dengan penggunaan 10
hari dari penicillin V. Jika dikonfirmasi, keuntungan ini akan membuat amoxicillin
lebih populer untuk digunakan. Dosis tunggal IM dari benzathine penisilin (600.000
U untuk anak-anak <27kgl 1,2 juta U untuk anak yang lebih besar dan dewasa), atau
kombinasi benzathine-procaine penisilin G, biasanya nyeri namun menjamin
kepatuhan dan membuat dosis adekuat di dalam darah untuk 10 hari. Eritromisin
(eritromisin etil suksinat 40mg/kg/hari dosis terbagi selama 10 hari; atau eritromisin
estolate 20-40mg/kg/hari dosis terbagi untuk 10 hari) direkomendasikan untuk pasien
![Page 22: Case.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062808/563db9fa550346aa9aa19e07/html5/thumbnails/22.jpg)
yang alergi dengan golongan antibiotik β-laktam. Bukti menunjukkan penggunaan
cefalosporin untuk terapi rutin saat ini tidak direkomendasikan. Tidak ada terapi
khusus pada faringitis viral. Terapi simptomatik yang penting diberikan seperti oral
antipiretik atau analgesik (seperti ibuprofen atau paracetamol) dapat digunakan untuk
mengurangi demam dan nyeri tenggorokan. Berkumur degan air garam hangat
biasanya membantu untuk meredakan gejala dan anestesi semprot atau lozenges
(biasanya mengandung benzokain, phenol, atau mentol) biasanya meredakan gejala
lokal.
Pasien mendapatkan terapi :
o IVFD KaEN 3B 2.000cc/24 jam
o Cefotaxime 2 x 1 gr
o Lapisiv 3x cth 1
o Paracetamol 2x2 cth prn
KESIMPULAN
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau
nyeri sendi yang disertai leukopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Dengue shock syndrome adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/shock.
Terapi cairan pada DBD diberikan dengan tujuan substitusi kehilangan cairan
akibat kebocoran plasma. Dalam terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan
adalah jenis cairan, jumlah serta kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis
maupun laboratoris untuk menilai respon kecukupan cairan.